Professional Documents
Culture Documents
4768 10572 1 PB
4768 10572 1 PB
15
*Corresponding Author:
Atika Puspa Riani
Program Studi Profesi Dietisien Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang – 65145
E-mail: atikapuspariani10@gmail.com,Tlp : +6287809076995
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22
ureum dalam darah akibat dari tidak pada penelitian ini terdiri dari pasien CKD
tercukupinya terapi hemodialisis yang yang menjalani terapi hemodialisis yang
dilakukan dapat menyebabkan mual dan berada di ruang inap RSUD Dr Saiful Anwar
muntah (Gahong dan McPhee, 2010). Selain Malang, bersedia menjadi subject penelitian
itu malnutrisi dapat disebabkan karena faktor dengan menandatangani informed consent,
psikologis seperti stress dan depresi. Pasien usia >40 tahun dan jenis kelamin laki-laki
CKD dengan terapi hemodialisis berisiko atau perempuan. Dan kriteria ekslusi teridiri
tinggi mengalami gangguan nutrisi. dari pasien rewat jalan, data laboratorium dan
Malnutrisi merupakan permasalahan yang rekamedis tidak lengkap.
sering terjadi pada pasien CKD dengan Responden dalam penelitian ini adalah
hemodialisis, sehingga diperlukan makanan pasien CKD dengan HD di ruang rawat inap
yang cukup agar untuk menjaga statatus gizi RSUD Dr Saiful Anwar Malang pada bulan
normal dan mencegah terjadinya kematian 28 Maret hingga 11 April 2019. Sampel yang
Penentuan status gizi dapat dilakukan digunakan sebanyak 31 orang dengan
dengan 2 cara yaitu menggunakan Indeks menggunakan purposive sampling serta
Masa Tubuh (IMT) dan %LLA. Pengukuran disesuaikan kriteria inklusi dan ekslusi.
status gizi pada pasien CKD dengan terapi Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
hemodialisis mempertinmbangkan adanya asupan energi dan protein sedangkan variabel
penumpukan cairan (edema) akibat dari terikat adalah status gizi berdasarkan LLA/U.
penurunan laju filtrasi glomerulus. Sehingga Asupan energi dan protein diperoleh dengan
pada penelitian ini untuk penentuan status melakukan wawancara Semiquantative Food
gizi pada pasien CKD dengan terapi Frequency Questionnaire (SQFFQ), status
hemodialisis menggunakan %LLA. gizi responden diperoleh melalui pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) menggunakan
METODE PENELITIAN metlin.
Desain penelitian ini merupakan Analisis univariat dilakukan untuk
observasional dengan pendekatan cross memberikan gambaran karakteristik
sectional. Data yang digunakan dalam responden yang meliputi jumlah responden,
penelitian ini meliputi data primer (hasil SQ- jenis kelamin yang dibagi menjadi jumlah dan
FFQ dan pengukuran antrophometri) serta persentase responden laki-laki dan
data sekunder (didapat dari rekamedis) untuk perempuan, usia yang dibagi menjadi jumlah
menentukan sampel yang sesuai dengan responden dengan usia 40-59 tahun, 60-69
kriterian inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi tahun dan diatas 70, serta data status gizi yang
17
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22
18
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22
hemodialis akan berisiko tinggi munculnya termasuk dalam kategori cukup, namun
stress (Georgianni dan babatsikou, 2014). persentase responden sebagian besar
Stres pada beberapa kasus dapat memiliki status gizi kurang (54,5%)
menyebabkan mudah lelah dan kehilangan sementara responden yang memiliki status
nafsu makan terutama pada pasien lanjut usia gizi normal sebesar 45,2%. Hal ini dapat
yang kurang optimal untuk menjaga asupan disebabkan karena pada pasien dengan terapi
zat gizinya Z (Ikizler, 2013). Penelitian yang hemodialisis terjadi proses katabolisme
dilakukan oleh Wijayanti (2015) protein dan kehilangan protein pada proses
menunjukkan bahwa asupan energi dan dialisis sebesar 6 – 8 g. Penelitian ini sejalan
protein tidak memenuhi standar 50% dan dengan pernytaan dari Ikizler (2013)
82,1% pasien gagal ginjal kronik dengan menyatakan bahwa pada pasien CKD terjadi
terapi hemodialisis di RSUD Prof. Dr. proses asidosis metabolik atau kehilangan
Margono Soekarjo, sehingga berisiko basa dalam tubuh yang disebabkan oleh
mengalami kematian. Sejalan dengan penurunan eksresi asam oleh ginjal, yaitu
penelitian Lopes et al (2007) yaitu pasien dapat terjadi pada pasien CKD yang
CKD dengan penurunan nafsu makan ditujukkan dengan gejala nafas dalam dan
memiliki risiko kematian lebih tinggi cepat, asidosis metabolik juga berkaitan
dibandingkan dengan pasien CKD dengan dengan meningkatnya pemecahan protein otot
nafsu makan yang baik. yang menyebabkan menurunnya massa otot.
Berdasarkan hasil pengkategorian Selain itu asidosis metabolik dapat
tingkat kecukupan energi dan protein meningkatkan oksidasi dari asam amino
menunjukkan sebagian besar asupan energi sehingga asupan yang tidak adekuat dapat
(48,8%) dan asupan protein (37,2%) termasuk meningkatkan resiko malnutrisi (Ikizler,
dalam kategori cukup. Hasil uji hubungan 2013). Serta berdasarkan penelitian yang
asupan energi menujukkan bahwa terdapat dialkukan oleh Namuwimbya et al (2018)
hubungan positif antara asupan energi dan malnutrisi banyak terjadi pada kelompok
protein terhadap status gizi (p= 0,00 ; r=0,787 pasien CKD dengan terapi dialisis
dan r=0,64) Hal ini sejalan dengan penelitian dibandingkan dengan kelompok pasien tanpa
Beddhu et al (2017) bahwa terdapat hubungan dialisisis. Diperlukan perhatian khusus
antara kecukupan energi dan protein dengan terhadap asupan terutama protein pada pasien
ukuran tubuh, persentase lemak tubuh, dan CKD dengan hemodialisis untuk mencegah
Lingkar Lengan Atas (LILA) sebagian besar mobiditas dan mortalitas salah satunya
kecukupan energi dan zat gizi responden dengan memberikan jenis protein dengan nilai
20
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22
biologis tinggi. Jenis protein dengan nilai ditunjang dengan penelitian disebuah klinik
biologis tinggi direkomendasikan oleh NKF- yang menyebutkan bhwa asupan energi dan
K/DOQ adalah protein dengan kandungan protein dibawah nilai yang di dianjurkan
asam amino yang mirip dengan protein dapat meningkatkan terjadinya morbiditas dan
didalam tubuh, sehingga dapat menggantikan motartalitas (Rachmawati dan ahmad, 2014).
sekitar 10 – 12 gram protein yang hilang pada DAFTAR PUSTAKA
saat dilakukan hemodialisa. Protein dengan Escott-Stumps S. 2012. Nutrition and
nilai biologis tinggi banyak terdapat pada Diagnosis Related Care seventh edition.
protein yang berasal dari hewan seperti United States: Wolters Kluwer.
daging sapi, unggas, telur, ikan dan kerang Rolfes SR, Pinna K, Whitney P. 2009.
(NKF-K/DOQI, 2000). Tujuan pemberian Understanding Normal dan Clinical
asupan protein yang tinggi pada pasien CKD Nutrition. Belmont: Wadsworth.
dengan terapi hemodialis yaitu untuk Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
memberikan kompensasi ketika terjadi 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan
kehilangan protein pada saat hemodialisis. Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun
Selain itu asupan protein yang tinggi dapat 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan
disimpan oleh tubuh untuk protein viseral dan Indonesia.
proteiin somatik. Protein viseral meliputi Ramayulis R. 2016. Diet untuk Penyakit
hemoglobin, protein plasma, hormon, antibodi Komplikasi. Jakarta: Penebar Plus.
dan komponen pembekuan darah, sementara Beddhu S, Wei G, Chen X, Boucher R, Kiani
untuk protein somatik meliputi otot polos dan R, Raj D, Chonchol M, Greene M,
otot rangka. Cadangan protein dibutuhkan Greene T, Murtaugh M. 2017.
tubuh untuk berbagai fungsi fisiologis Association of Dietary Protein and
sehingga jika terjadi pengurangan cadangan Energy Intakes with Protein-Energy
protein akan berdampak pada fungsi tubuh Wasting Syndrome in Hemodialysis
yang esensial (Anggraini, 2015)[14]. Patients. Kidney International Reports.
Rekomendasi pemberian energi dan 2 : 821-830.
protein pada pasien CKD dengan terapi Ikizler T. 2013. A patients with CKD and
hemodialisis yaitu energi 30 – 35 poor nutritional status. Clin J Am Soc
kkal/KgBB/hr dan protein 1,2 g/KgBB/hri. Nephrol. 8: 2174 – 2182.
Jika asupan energi dan protein diberikan Namuyimbwa L, Atuheire C, Okullo J,
kurang dalam jangka waktu yang lama dapat Kalyesubula R. 2018. Prevalence and
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Hal ini associated factors of protein-energy
21
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22
22