You are on page 1of 8

Jurnal Labora Medika Vol 3 No 1 (2019) 15-22

Journal Homepage: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JLabMed


e-ISSN: 2549-9939

Hubungan Asupan Enegi dan Protein dengan Status Gizi Berdasarkan


%LILA menurut Umur pada Pasien Chronic Kidney Disease on
Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Atika Puspa Riani1*, Ardhila Lovi Hasinofa1, Fuadiyah Nila Kurniasari1, Nur Hasanah1,
Sukarlin1
Program Studi Profesi Dietisien Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang - 65145

Info artikel ABSTRACT


Chronic Kidney Disease (CKD) is decreasing kidney function to
Diterima 18 Juni 2019 maintain metabolism balance, fluid, and electrolytes caused by glomerular
Direvisi 10 Juli 2019 inflamation, urinary tract infectons, and drug consumption. The severity
Disetujui 12 Juli 2019 of CKD at end stage of dialysis need to be done by removing the
Tersedia Online 12 Juli 2019
remaining water and improving the balance of water, electrolytes and
protein. CKD patients are at risk to be malnutrition which caused by
inadequate intake due to gastrointestinal disorders, decreased appetite due
to nausea, vomiting, psychological factors and losses of protein in
hemodialysis process. This study aims to determine the relationship
between energy and protein intake with nutritional status based on MUAC
for Age in patients with CKD on Hemodialysis in Dr. RSUD. Saiful
Anwar Malang. This study used observational research using cross
sectional design which involved by 31 CKD patients with hemodialysis
therapy in the inpatient room of RSUD Dr. Saiful Anwar Malang by using
purposive sampling. Nutritional status data based on MUAC for age was
obtained through measurement of the patient's MUAC by metlin used.
Energy and protein intake were obtained by interviewing Semi
Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Univariate results
Keywords: showed that the nutritional status of respondents was malnutrition (54.8%)
Chronic Kidney Failure, and normal (45.2%). Most of the energy and protein intake were in
Hemodialysis, Upper Arm adequate category (48.8% and 37.2%). Bivariate test results which used
Circumferen Spearman showed there was significant positive correlation between
energy and protein intake and nutritional status based on MUAC for age
(p = 0.00; r = 0.787 and r= 0.64), so the more adequate intake, the better
of nutritional status.

15
*Corresponding Author:
Atika Puspa Riani
Program Studi Profesi Dietisien Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang – 65145
E-mail: atikapuspariani10@gmail.com,Tlp : +6287809076995
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

PENDAHULUAN mengalami peningkatan sebesar 0,2% dari


Chronic Kidney Disease (CKD) atau tahun 2010. Peningkatan tertinggi pada
dikenal dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) kelompok usia 75 tahun (0,6%) dan terendah
adalah terjadinya peurunan fungsi ginjal pada kelompok usia 35 – 44 tahun (0,3%).
secara progresif yang menyebabkan ginjal Tingkat keparahan dari gangguan ginjal
tidak dapat mempertahankan keseimbangan dapat diketahui dengan menghitung nilai laju
metabolik, cairan, dan elektrolit (Escott- filtrasi glomerulus (GFR), jika nilai GFR <15
Stumps, 2012). Menurunnya fungsi ginjal mL/menit dapat dikatakan gagal ginjal dan
menyebabkan zat-zat sisa metabolisme yang perlu dilakukan dengan dialisis (Escott-
seharusnya dikeluarkan melalui urin dan Stumps, 2012). Dialisis merupakan terapi
tidak dapat seluruhnya dikeluarkan dari pada gangguan ginjal dengan membuang sisa
tubuh sehingga akan menumpuk di dalam metabolik berbahaya yang terdapat dalam
darah sehingga kerja ginjal semakin berat darah dilakukan dengan cara hemodialisis.
(Rachmawati et al, 2014). CKD dapat Hemedialisis bertujuan untuk mengeluarkan
disebabkan oleh peradangan glomerulus atau mengkoreksi gangguan keseimbangan air
kronis, hipertensi tak terkontrol, obstruksi dan elektrolit serta metabolisme protein. Pada
saluran kemih, infeksi, konsumsi obat, dan penderita gagal ginjal kronik dengan dialisis
lingkungan toksik yang tercemar dengan diperlukan protein yang lebih tinggi
timah, kadmium, merkuri, dan kromium dibandingkan gagal ginjal tanpa dialisis untuk
(Escott-Stumps, 2012). Tanda dan gejala menggantikan protein yang terbuang selama
CKD pada tahap awal yaitu anoreksia, proses dialisis dan mencegah
kelelahan, pusing, hipertensi, gatal, inflamasi hiperketabolisme akibat peradangan dan
pada ginjal, mual, muntah (Rolfes et al infeksi (Ramayulis, 2016)
2009). Penyebab gizi kurang pada pasien CKD
Prevalensi CKD didunia terus mengalami diantaranya karena penurunan nafsu makan,
peningkatan. Lebih dari 50 juta penduduk hilangnya zat gizi ke dalam cairan dialisat,
didunia diperkirakan mengalami CKD dan katabolsime, inflamasi. Faktor yang
membutuhkan terapi untuk ginjal. Indonesia mempengaruhi penurunan asupan makan
termasuk salah satu negara dengan prevalensi pada pasien CKD dengan terapi hemodialisis
angka kejadian CKD yang cukup tinggi, yaitu adalah adanya gangguan gastrointestinal yag
mencapai angka 20% (Lajuck et al. 2016). berupa mual dan anoreksia serta hilangnya
Berdasarkan hasil data RISKESDAS (2013) protein pada saat dilakukan dialisis
menunjukkan prevalensi CKD di Indonesia (Rokhmah, et al 2017). Tingginya kadar
16
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

ureum dalam darah akibat dari tidak pada penelitian ini terdiri dari pasien CKD
tercukupinya terapi hemodialisis yang yang menjalani terapi hemodialisis yang
dilakukan dapat menyebabkan mual dan berada di ruang inap RSUD Dr Saiful Anwar
muntah (Gahong dan McPhee, 2010). Selain Malang, bersedia menjadi subject penelitian
itu malnutrisi dapat disebabkan karena faktor dengan menandatangani informed consent,
psikologis seperti stress dan depresi. Pasien usia >40 tahun dan jenis kelamin laki-laki
CKD dengan terapi hemodialisis berisiko atau perempuan. Dan kriteria ekslusi teridiri
tinggi mengalami gangguan nutrisi. dari pasien rewat jalan, data laboratorium dan
Malnutrisi merupakan permasalahan yang rekamedis tidak lengkap.
sering terjadi pada pasien CKD dengan Responden dalam penelitian ini adalah
hemodialisis, sehingga diperlukan makanan pasien CKD dengan HD di ruang rawat inap
yang cukup agar untuk menjaga statatus gizi RSUD Dr Saiful Anwar Malang pada bulan
normal dan mencegah terjadinya kematian 28 Maret hingga 11 April 2019. Sampel yang
Penentuan status gizi dapat dilakukan digunakan sebanyak 31 orang dengan
dengan 2 cara yaitu menggunakan Indeks menggunakan purposive sampling serta
Masa Tubuh (IMT) dan %LLA. Pengukuran disesuaikan kriteria inklusi dan ekslusi.
status gizi pada pasien CKD dengan terapi Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
hemodialisis mempertinmbangkan adanya asupan energi dan protein sedangkan variabel
penumpukan cairan (edema) akibat dari terikat adalah status gizi berdasarkan LLA/U.
penurunan laju filtrasi glomerulus. Sehingga Asupan energi dan protein diperoleh dengan
pada penelitian ini untuk penentuan status melakukan wawancara Semiquantative Food
gizi pada pasien CKD dengan terapi Frequency Questionnaire (SQFFQ), status
hemodialisis menggunakan %LLA. gizi responden diperoleh melalui pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) menggunakan
METODE PENELITIAN metlin.
Desain penelitian ini merupakan Analisis univariat dilakukan untuk
observasional dengan pendekatan cross memberikan gambaran karakteristik
sectional. Data yang digunakan dalam responden yang meliputi jumlah responden,
penelitian ini meliputi data primer (hasil SQ- jenis kelamin yang dibagi menjadi jumlah dan
FFQ dan pengukuran antrophometri) serta persentase responden laki-laki dan
data sekunder (didapat dari rekamedis) untuk perempuan, usia yang dibagi menjadi jumlah
menentukan sampel yang sesuai dengan responden dengan usia 40-59 tahun, 60-69
kriterian inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi tahun dan diatas 70, serta data status gizi yang
17
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

meliputi jumlah pasien dengan status gizi


kurang, normal, overweight maupun obesitas. Tingkat Status Gizi
Analisis bivariat menggunakan software Hasil penelitian menunjukkan bahwa
SPSS 16.0 untuk menguji hubungan antar status gizi pada responden sebagian besar
variabel yaitu asupan energi dan protein memiliki status gizi kurang (54,8%). Adapun
dengan status gizi responden menggunakan tingkat status gizi dapat dilihat pada tabel 2.
uji korelasi Spearman karena data tidak
menyebar normal (p<0.05). Tabel 2 Tingkat Status Gizi
Karakteristik Kategori Jumlah Persentase
Responden
HASIL
Status Gizi Gizi 17 54,8%
Hasil penelitian menunjukkan responden
Berdasarkan Kurang
yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah %LLA Gizi 14 45,2%
31 orang dengan sebagian besar responden Normal
berjenis kelamin perempuan. Responden
merupakan pasien rawat inap di RSUD Dr
Saiful Anwar Malang. Adapun data Tingkat Asupan Gizi Makro
karakteristik responden dapat dilihat pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tabel 1. asupan gizi makro pada responden terdiri dari
3 kategori yaitu kurang, cukup dan berlebih.
Tabel 1 Krakteristik Responden Sebagian besar responden memiliki asupan
Karakteristik Kategori Jumlah Persentase energi (48,8%) dan protein (37,2%), cukup.
Responden
Hasil asupan gizi makro dapat dilihat pada
40 – 59 18 41,9%
Usia tabel 3.
60 – 69 10 23,3%
Responden Tabel 3 Asupan Gizi Makro Responden
>70 3 7%
Jenis Laki-laki 9 29% Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Kelamin Perempuan 22 71% responden


Energi Kurang 7 16,3%
Cukup 21 48,8%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
Berlebih 3 7%
jumlah responden dalam penelitian ini Protein Kurang 12 27,9%
berjumlah 30 responden dan karakteristik Cukup 16 37,2%
terbanyak berada pada rentan usia 40 – 59 Berlebih 3 7%

tahun (41,9%) dengan rata-rata jenis kelamin


adalah perempuan (71%).

18
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

Uji Bivarat kurang dan gizi cukup. Sebagian besar


Tabel 4 Asupan Gizi Makro Responden responden memiliki status gizi kurang
Status Gizi sebanyak 17 orang (54,8%) dan status gizi
berdasarkan %LLA cukup sebanyak 14 orang (45,2%). Asupan
p = 0,00
gizi yang kurang dapat disebabkan karena
Asupan Energi r = 0,787”
kurangnya supan makanan kedalam tubuh,
n = 31
p = 0,00 namun yang paling umum terjadi adalah
Asupan Protein r = 0,640” disebabkan oleh penyakit akut atau kronik
n = 31 serta perawatannya. Gizi kurang pada pasien
*p = 0.05
CKD dapat disebabkan karena meningkatnya
Berdasarkan hasil uji korelasi pada data
kebutuhan protein pada pasien yang menjalani
responden menggunkan spearmans
terapi hemodialisis yang tidak diimbangi
didapatkan nilai p = 0.00 (nilai p<0.05) yang
dengan asupan yang cukup yang dapat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
disebabkan oleh uremic anoreksia atau
antara asupan energi dan protein dengan
tingginya kadar ureum dalam tubuh akibat
status gizi pada pasien CKD dengan
menurunnya fungsi ginjal untuk membuang
hemodialisis. Serta arah hubungan bersifat
sisa metabolisme dalam tubuh, sehingga
positif (+) menunjukkan bahwa semakin
biasanya pada pasien CKD mengalami
adekuat asupan makan responden maka
anoreksia akibat mual. Tingginya kadar
semakin baik status gizi.
ureum terjadi pada pasien CKD tahap akhir
atau dapat disebut dengan sindrom uremia
PEMBAHASAN
yang menyebabkan ketidakseimbangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
hormon yang berpengaruh terhadap
data sebagian besar responden berusia 40 – 59
metabolisme zat gizi (Rolfes et al 2009).
tahun dengan jenis kelamin perempuan. Pada
Selain itu penyebab dari rendahnya asupan
usia 40 tahun terjadi penurunan fungsi ginjal
dapat disebabkan oleh faktor psikologis
sehingga berpengaruh pada proses
seperti stres. Pada pasien yang menjalani
penyeringan di dalam tubuh. Akibatnya ginjal
hemodialisis dalam jangka waktu yang lama
tidak dapat bekerja secara maksimal untuk
akan berpengaruh terhadap nafsu makan yang
menyaring dan membuang sisa metebolisme.
disebabkan karena pembentukan sitokin
Status gizi berdasarkan %LILA pada
proinflamasi akibat dari kerusakan ginjal serta
responden CKD dengan terapi hemodialisis
penyakit komplikasi lainnya (Rokhmah et al,
didapatkan dua kategori yaitu status gizi
2017). Semakin lama pasien menjalani
19
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

hemodialis akan berisiko tinggi munculnya termasuk dalam kategori cukup, namun
stress (Georgianni dan babatsikou, 2014). persentase responden sebagian besar
Stres pada beberapa kasus dapat memiliki status gizi kurang (54,5%)
menyebabkan mudah lelah dan kehilangan sementara responden yang memiliki status
nafsu makan terutama pada pasien lanjut usia gizi normal sebesar 45,2%. Hal ini dapat
yang kurang optimal untuk menjaga asupan disebabkan karena pada pasien dengan terapi
zat gizinya Z (Ikizler, 2013). Penelitian yang hemodialisis terjadi proses katabolisme
dilakukan oleh Wijayanti (2015) protein dan kehilangan protein pada proses
menunjukkan bahwa asupan energi dan dialisis sebesar 6 – 8 g. Penelitian ini sejalan
protein tidak memenuhi standar 50% dan dengan pernytaan dari Ikizler (2013)
82,1% pasien gagal ginjal kronik dengan menyatakan bahwa pada pasien CKD terjadi
terapi hemodialisis di RSUD Prof. Dr. proses asidosis metabolik atau kehilangan
Margono Soekarjo, sehingga berisiko basa dalam tubuh yang disebabkan oleh
mengalami kematian. Sejalan dengan penurunan eksresi asam oleh ginjal, yaitu
penelitian Lopes et al (2007) yaitu pasien dapat terjadi pada pasien CKD yang
CKD dengan penurunan nafsu makan ditujukkan dengan gejala nafas dalam dan
memiliki risiko kematian lebih tinggi cepat, asidosis metabolik juga berkaitan
dibandingkan dengan pasien CKD dengan dengan meningkatnya pemecahan protein otot
nafsu makan yang baik. yang menyebabkan menurunnya massa otot.
Berdasarkan hasil pengkategorian Selain itu asidosis metabolik dapat
tingkat kecukupan energi dan protein meningkatkan oksidasi dari asam amino
menunjukkan sebagian besar asupan energi sehingga asupan yang tidak adekuat dapat
(48,8%) dan asupan protein (37,2%) termasuk meningkatkan resiko malnutrisi (Ikizler,
dalam kategori cukup. Hasil uji hubungan 2013). Serta berdasarkan penelitian yang
asupan energi menujukkan bahwa terdapat dialkukan oleh Namuwimbya et al (2018)
hubungan positif antara asupan energi dan malnutrisi banyak terjadi pada kelompok
protein terhadap status gizi (p= 0,00 ; r=0,787 pasien CKD dengan terapi dialisis
dan r=0,64) Hal ini sejalan dengan penelitian dibandingkan dengan kelompok pasien tanpa
Beddhu et al (2017) bahwa terdapat hubungan dialisisis. Diperlukan perhatian khusus
antara kecukupan energi dan protein dengan terhadap asupan terutama protein pada pasien
ukuran tubuh, persentase lemak tubuh, dan CKD dengan hemodialisis untuk mencegah
Lingkar Lengan Atas (LILA) sebagian besar mobiditas dan mortalitas salah satunya
kecukupan energi dan zat gizi responden dengan memberikan jenis protein dengan nilai
20
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

biologis tinggi. Jenis protein dengan nilai ditunjang dengan penelitian disebuah klinik
biologis tinggi direkomendasikan oleh NKF- yang menyebutkan bhwa asupan energi dan
K/DOQ adalah protein dengan kandungan protein dibawah nilai yang di dianjurkan
asam amino yang mirip dengan protein dapat meningkatkan terjadinya morbiditas dan
didalam tubuh, sehingga dapat menggantikan motartalitas (Rachmawati dan ahmad, 2014).
sekitar 10 – 12 gram protein yang hilang pada DAFTAR PUSTAKA
saat dilakukan hemodialisa. Protein dengan Escott-Stumps S. 2012. Nutrition and
nilai biologis tinggi banyak terdapat pada Diagnosis Related Care seventh edition.
protein yang berasal dari hewan seperti United States: Wolters Kluwer.
daging sapi, unggas, telur, ikan dan kerang Rolfes SR, Pinna K, Whitney P. 2009.
(NKF-K/DOQI, 2000). Tujuan pemberian Understanding Normal dan Clinical
asupan protein yang tinggi pada pasien CKD Nutrition. Belmont: Wadsworth.
dengan terapi hemodialis yaitu untuk Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
memberikan kompensasi ketika terjadi 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan
kehilangan protein pada saat hemodialisis. Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun
Selain itu asupan protein yang tinggi dapat 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan
disimpan oleh tubuh untuk protein viseral dan Indonesia.
proteiin somatik. Protein viseral meliputi Ramayulis R. 2016. Diet untuk Penyakit
hemoglobin, protein plasma, hormon, antibodi Komplikasi. Jakarta: Penebar Plus.
dan komponen pembekuan darah, sementara Beddhu S, Wei G, Chen X, Boucher R, Kiani
untuk protein somatik meliputi otot polos dan R, Raj D, Chonchol M, Greene M,
otot rangka. Cadangan protein dibutuhkan Greene T, Murtaugh M. 2017.
tubuh untuk berbagai fungsi fisiologis Association of Dietary Protein and
sehingga jika terjadi pengurangan cadangan Energy Intakes with Protein-Energy
protein akan berdampak pada fungsi tubuh Wasting Syndrome in Hemodialysis
yang esensial (Anggraini, 2015)[14]. Patients. Kidney International Reports.
Rekomendasi pemberian energi dan 2 : 821-830.
protein pada pasien CKD dengan terapi Ikizler T. 2013. A patients with CKD and
hemodialisis yaitu energi 30 – 35 poor nutritional status. Clin J Am Soc
kkal/KgBB/hr dan protein 1,2 g/KgBB/hri. Nephrol. 8: 2174 – 2182.
Jika asupan energi dan protein diberikan Namuyimbwa L, Atuheire C, Okullo J,
kurang dalam jangka waktu yang lama dapat Kalyesubula R. 2018. Prevalence and
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Hal ini associated factors of protein-energy
21
Riani et al.,/Jlabmed Vol 3 No 1 (2019) 15-22

wasting among pastients with chronic NKF-K/DOQI. 2000. Nutrition in Chronic


kidney disease at Mulago hospital, Renal Failure. American Journal of
Kampala Uganda: a Cross Sectional Kidney Disease. 35( 6).
Study. BMC Nephrology. 19: 139. Anggraini, Dian Isti. 2015. The Different of
Rachmawati TY, Syauqy A. 2014. Hubungan Protein Intake Between Chronic Renal
Pengetahuan Gizi dengan Asupan Failure Patients with Malnutrition and
Energi, Protein, Phosphor, dan Kalium Not Malnutrition in Hemodialysis Unit
Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan at dr. Abdul Moeloek Hospital Bandar
Hemodialisis Rutin di RSUD Tugurejo Lampung. Jurnal Kedokteran Dan
Semarang. Journal of Nutrition College. Kesehatan. (2) 2: 163-16.
(3) 1: 271-277.
Lajuck et al. 2016. Status gizi pada pasien
penyakit ginjal kronik stadium 5 yang
menjalani hemodialisis adekuat dan
tidak adekuat. Jurnal e-Clinic (eCl). 4
(2)
Rokhmah et al. 2017. Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penurunan Nafsu
Makan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Terapi Hemod
Ialisis (Studi Kasus Di Rsud Prof. Dr.
Margono Soekarjo). J. Gipas. 1(1)
Gahong, W.F. dan McPhee, S.J. 2010.
Patofisiologi Penyakit : Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis, Edisi 5,
Alih Bahasa: dr. Brahm U. Yogyakarta;
Pendit. EGC.. Halaman 506-602.
Gerogianni, S.K. dan Babatsikou, F.P. 2014.
Psychological Aspects in Chronic
Renal Failure. Health Science Journal.
8 (2) : 205-214.

22

You might also like