You are on page 1of 5

Jurnal Analogi Hukum, 2 (3) (2020), 378–382

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD)


Dalam Sistem Lembaga Keuangan Mikro
Kadek Bagas Piadnyan*, I Nyoman Putu Budiartha dan Desak Gede Dwi Arini

Fakultas hukum, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali-Indonesia

*bagaspiadnyan@gmail.com
How To Cite:
Piadnyan, K. B., Budiartha, I. N. P., & Arini, D. G. D. (2020). Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Dalam Sistem Lembaga
Keuangan Mikro. Jurnal Analogi Hukum. 2(3). 378-382. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.2.3.2505.378-382

Abstract—Village Credit Institutions (LPD) as an institution established specifically for the sake of the welfare
of the Pakraman Village community, Village Credit Institutions do not serve outside of the Pakraman Village
area where the Village Credit Institution operates. The establishment of Village Credit Institutions (LPDs)
began to be carried out and the existence of LPDs was regulated under Regional Regulation (PERDA) namely
Bali Provincial Regulation Number 8 of 2002 concerning Village Credit Institutions (LPD), which have now
been changed to Bali Provincial Regulation Number 3 of 2017. The Regional Regulation regulates the
conditions for the Establishment of Village Credit Institutions (LPD). The problem statement is: 1) What is the
legal position of the Village Credit Institution (LPD) in the Micro Finance Institution system? 2) What is the
role of Village Credit Institutions (LPDs) in the Micro Finance Institution system? The research method used
is normative legal research. The source of legal material that will be used is the research source of primary,
secondary and tertiary materials. The techniques for collecting primary and secondary legal materials were
collected based on the topic of the program which had been formulated based on the snowball system and
disclassified according to sources and hierarchies to be presented comprehensively. Analysis of legal
materials with legal interpretation and presented in the form of analysis descriptions. The legal position of the
Village Credit Institution based on the customary law community in Bali in the Micro Kauangan Institution
system according to Law Number 10 of 1998 concerning Banking cannot be equated. The Village Credit
Institution has a very strategic role because so far it has been serving small micro enterprises (MSEs) and
rural communities in Bali through financial services that are carried out in accordance with customer needs,
personal approaches, and proximity to customers.
Keywords: LPD; Legal Position; Role; System

Abstrak—Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebagi suatu organisasi yang berdiri khususnya untuk masyarakat
Desa Pakraman yang sejahtera, Lembaga Perkreditan Desa tidakmemberikan pelayanan diluar dari wilayah
Desa Pakraman tempat Lembaga Perkreditan Desa yang bersangkutan melakukan operasional. Pendirian
Lembaga Perkreditan Desa sudah dilaksanakan serta keberadaannya diatur didalam Peraturan Daerah yaitu
PERDA Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 mengenai LPD, yang saat ini sudah tergantikan jadi PERDA
Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2017. Peraturan Daerah itu berisikan aturan tentang syarat–syarat mendirikan
Lembaga Perkreditan Desa. Adapun rumusan masalahnya yaitu: 1) Bagaimana kedudukan hukum LPD
didalam sistem Lembaga Keuangan Mikro? 2) Bagaimana peran LPD didalam sistem Lembaga Keuangan
Mikro? Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Sumber bahan hukum yang akan
digunakan yakni sumber penelitian dari bahan primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan bahan
hukum primer ataupun sekunder terkumpul berdasar topik masalah yang sudah dibuat rumusannya
menggunakan sistem bola salju serta disklasifikasi menurut sumber juga hierarki agar disajikan dengan
lengkap. Analisa bahan hukum dengan interprestasi hukum dan disajikan didalam bentuk deskripsi analisis.
Kedudukan hukum LPD yang memiliki basis masyarakat hukum adat di Bali didalam sistim Lembaga
Keuangan Mikro berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Perbankan yaitu tidak bisa disamakan.
LPD memiliki fungsi yang sangat penting karena sampai saat ini sudah melakukan pelayanan UMK serta
masyarakat pedesaan di Bali lewat layanan jasa keuangan yang dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan
pelanggan, pendekatan personal, juga dekatnya lokasi dengan pelanggan.
Kata kunci: LPD; Kedudukan Hukum; Peran; Sistem

Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 3, 2020. CC-BY-SA 4.0 License


378
Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Dalam Sistem Lembaga Keuangan Mikro
1. Pendahuluan Perkreditan Desa melaksanakan kegiatan
Perbankan memanglah benar terjadi, tapi dilihat
Bali merupakan salah satu provinsi yang daripada latar belakang Lembaga Perkreditan
menggantungkan sebagian besar kehidupan Desa tidaklah sama dengan bank serta tidak
perekonomiannya pada kebudayaan. Organisasi bisa disetarakan dengan bank.
tradisional di Bali yang memiliki sifat otonomi
yang berlandaskan norma–norma asli bangsa Pada penelitian sebelumnya, (Raydika,
Indonesia serta memiliki corak sosial relegius 2013) mengungkapkan bahwa menurut undang
yang bernama Desa Pakraman (Sirtha, 1999). undang no 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
Melihat dari pengaturan, kebijakan dan kinerja Lembaga Perkreditan Desa, kedudukan
tanggung – jawab Desa Pakraman dimana hukum LPD tidak dapat dipersamakan dengan
pembiayaan pemerintah sebatas desa, dimana BPR, LKM dan Koperasi. Hal ini disebabkan
Desa Pakraman memiliki tuntutan agar karena dilihat dari landasan konstitusional LPD
memiliki pengelolaan ekonomi yang berdiri yang berbeda dengan BPR, LKM dan Koperasi.
sendiri, sehingga di tahun 1984 pemerintah Dasar hukum yang dianut oleh LPD juga
provinsi Bali memberikan ide mendirikan LPD berbeda dengan dasar hukum yang dianut oleh
pada semua Desa Pakraman di Bali di tahun BPR, LKM, Koperasi. Penelitian lainnya oleh
1984 menggunakan Surat Keputusan (SK) (Putra & Sarjana, 2018) juga mengemukakan
Gubernur Nomor 972 Tahun 1984 mengenai hal yang sama bahwa Kedudukan LPD setelah
Pendirian LPD pada Provinsi Daerah Tingkat I berlakunya Undang Nomor 1 Tahun 2013
Bali. Tentang Lembaga Keuangan Mikro adalah
sebagai Lembaga Keuangan yang dimiliki oleh
Meniru konsep seka yang telah tumbuh Desa Adat. Dengan demikian LPD tidak dapat
didalam diri orang Bali, Prof. Dr. Ida Bagus dipersamakan dengan Lembaga Keuangan
Mantra memiliki gagasan untuk mendirikan Mikro lainnya seperti BPR dan Koperasi.
sebuah organisasi keuangan yang memiliki
landasan adat. Didirikanlah Lembaga Berdasarkan pembahasan fakta hukum
Perkreditan Desa dengan konsep yang seperti yang berisi perbuatan, peristiwa dan keadaan
itu sebagai sebuah lembaga keuangan sehingga munculnya sebuah permasalahan,
komunitas adat yang memiliki tujuan dalam mengenai pengaturan Lembaga Perkreditan
memberikan bantuan desa adat didalam Desa (LPD) seharusnya tetap berlandaskan
memenuhi fungsi budayanya. LPD adalah budaya Desa Pakraman, dimana sifat
lembaga keuangan yang dimiliki Desa otonominya didalam mengelola kehidupannya
Pekraman, yang melakukan fungsi keuangan sendiri atau dengan berdasarkan peraturan
serta melakukan pengelolaan sumber daya daerah. Berdasarkan uraian latar belakang
keuangan yang menjadi milik Desa Pakraman tersebut diatas, permasalahan dalam
didalam bentuk simpan pinjam. Penyedia pembahasan selanjutnya yang akan
kebutuhan pembiayaan hidup anggota dikemukakan adalah kedudukan hukum
masyarakat Desa Pakraman, baik dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) didalam
sendiri ataupun dengan bersama, didalam sistim Lembaga Keuangan Mikro dan peran
rangka mengembangkan fungsi sosio-kultural Lembaga Perkreditan Desa (LPD) didalam
juga keagamaan masyarakat Desa Pakraman sistem Lembaga Keuangan Mikro. Adapun
(Nurjaya, 2011). tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui tentang kedudukan Hukum
Permasalahan dalam Lembaga Perkreditan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) didalam
Desa sering muncul saat mulai diberlakukannya sistem Lembaga Keuangan Mikro dan Untuk
UU Nomor 7 tahun 1992 mengenai Perbankan, mengetahui tentang peran dan Perkreditan Desa
yang telah mengalami perubahan menjadi UU (LPD) dalam sistem Lembaga Keuangan Mikro.
Nomor 10 tahun 1998 mengenai Perbankan.
Adanya Lembaga Perkreditan Desa mulai 2. Metode
menjadi permasalahan oleh Bank Indonesia.
Bank Indonesia mempunyai pendapat Tipe penelitian dalam skripsi ini adalah
bahwasannya Lembaga Perkreditan Desa penelitian hukum normatif, dengan
melaksanakan kegiatannya sama seperti bank menggunakan pendekatan masalah dengan
serta haruslah menaati peraturan tentang melaksanakan pengkajian pada peraturan
Perbankan. Dalam upaya memberikan perundang-undangan yang ada serta
penegasan terkait hal tersebut, Bank Indonesia mempunyai hubungan dengan masalah yang
memakai UU Nomor 10 tahun 1998 mengenai ingin kita bahas sekaligus melaksanakan
Perbankan, yang memberi status BPR pada pendekatan secara konsep dengan cara
Lembaga Perkreditan Desa. Namun melakukan analisis masalah lewat konsep
argumentasi yang nyata tentang Lembaga hukum yang didapatkan dari buku-buku juga
Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 3, 2020. CC-BY-SA 4.0 License
379
Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Dalam Sistem Lembaga Keuangan Mikro
literatur yang berkaitan dengan hukum didalam bisa dilihat dari sisi labanya. Lembaga
Peraturan Daerah dan Hukum Perbankan. Perkreditan Desa sebagai organisasi keuangan
yang memberikan layanan masyarakat desa
Sumber hukum dalam penelitian ini, antara Pakraman memberikan pengalokasian laba
lain adalah : atupun profit dari kegiatan bagi keperluan
 Bahan Hukum Primer, merupakan bahan masyarakat desa Pakraman dimana Lembaga
hukum yang memiliki kekuatan hukum yang Perkreditan Desa (LPD) berada. Peraturan
digunakan untuk landasan utama dan dipakai tentang membagi laba tersebut tercantum
didalam penelitian berikut yaitu UU Nomor didalam Pasal 22 ayat 1 PERDA Provinsi Bali
10 Tahun 1998 mengenai Perbankan, No 3 Tahun 2007 mengenai Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 PERDA Provinsi Bali No 8 Tahun 2002 tentang
Tentang Lembaga Keuangan Mikro serta LPD. Tetapi Bank Perkreditan Rakyat
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 merupakan organisasi yang aktivitas
tahun 2017 Mengenai Persyaratan Pendirian operasionalnya mempunyai cakupan yaitu
Lembaga Perkreditan Desa. masyarakat umum, dan laba yang didapatkan
dari aktivitas keuangan yang sudah
 Bahan Hukum Sekunder, merupakan terselenggara berisi unsur-unsur keuntungan
sejumlah bahan yang erat hubungannya didalam Perbankan, yaitu unsur keuntungan
dengan bahan hukum primer dan bisa Capitalist sebagai faktor produksi, akumulasi
menyediakan bantuan dalam melakukan modal dan untuk kepentingan pemilik modal.
analisis dan memberikan pemahaman bahan
Selain mempunyai sifat khusus yang bisa
hukum primer, misalnya hasil penelitian
membedakan Lembaga Perkreditan Desa
hukum juga literature – literature.
dengan organisasi keuangan lain. Lembaga
 Bahan Hukum Tersier, merupakan sejumlah Perkreditan Desa juga mempunyai dasar hukum
bahan yang memberi petunjuk ataupun yang jauh berbeda dengan organisasi–organisasi
kejelasan mengenai bahan-bahan hukum keuangan lain. Lembaga Perkreditan Desa
primer juga bahan-bahan hukum sekunder. menggunakan dasar-dasar hukum UU Nomor
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah,
ini adalah buku – buku dan artikel – artikel. seperti pada Pasal 1 angka 12 dan Pasal 2 ayat
9. Bank Perkreditan Desa menjadikan UU
Tata cara mengumpulkan bahan hukum Nomor 7 Tahun 1998 mengenai Perbankan
primer ataupun sekunder terkumpul sebagai dasar hukum.
berdasarkan pada topik permasalahan yang
sudah dilakukan perumusan berdasarkan pada LPD sebagai organisasi keuangan milik
sistem bola salju serta disklasifikasi menurut desa Pakraman menjadikan Pasal 18 A serta
sumber juga hierarkinya agar disajikan dengan Pasal 18 B UUD Negara Republik Indonesia
lengkap (Marzuki, 2008). Tahun 1945 sebagai dasar konstitusi, dan Bank
memiliki pedoman yaitu Pasal 23 D serta Pasal
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 33 UUD Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai Dasar Konstitusi. Lembaga Keuangan
Mikro merupakan organisasi khusus yang
Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan berdiri sebagai pemberi jasa mengembangkan
Desa (LPD) Bali Dalam Sistem Lembaga usaha serta memberdayakan masyarakat, baik
Keuangan Mikro (Non Bank) lewat pinjaman ataupun pembiayaan didalam
Kedudukan hukum LPD yang mempunyai usaha dalam skala mikro pada anggota juga
basis masyarakat hukum adat di Bali didalam masyarakat, pengelolaan simpanan ataupun
sistem Lembaga Keuangan Mikro menurut UU memberikan jasa konsultasi pengembangan
Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Perbankan bisnis yang bertujuan untuk memperoleh laba
yaitu tidak bisa disamakan. Pasal 58 UU Nomor (Supono, 2013).
10 Tahun 1998 tentang Perbankan membuat Lembaga Perkreditan Desa dibandingkan
rumusan bahwa Lembaga Perkreditan Desa dengan Lembaga Keuangan Mikro juga
diberikan status seperti Bank Perkreditan menganut dasar konstitusional dan memiliki
Rakyat, kenyataannya Lembaga Perkreditan perbedaan. Lembaga Keuangan Mikro
Desa juga Bank Perkreditan Rakyat mempunyai menggunakan dasar konstitusional yaitu Pasal
beberapa hal yang membuatnya tidak dapat 33 UUD RI tahun 1945, namun Lembaga
disamakan. Perkreditan Desa menganut dasar konstitusional
Perbedaan antara Lembaga Perkreditan yang lain. Lembaga Keuangan Mikro
Desa (LPD) dan Bank Perkreditan Rakyat yaitu mempunyai dasar hukum yang memiliki
perbedaan juga dengan Lembaga Perkreditan
Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 3, 2020. CC-BY-SA 4.0 License
380
Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Dalam Sistem Lembaga Keuangan Mikro
Desa yaitu memakai UU No 1 Tahun 2013 sudah cukup memiliki peran didalam
mengenai Lembaga Keuangan Mikro. membangun ekonomi serta turut serta
memunculkan kesempatan memiliki usaha
Diundangkannya UU No. 1 Tahun 2013 untuk masyarakat desa juga ikut memiliki peran
mengenai Lembaga Keuangan Mikro (UU didalam menunjang program-program
LKM) memberi posisi istimewa pada Lembaga pemerintahan seperti mengentaskan kemiskinan
Perkreditan Desa. Hal tersebut dipertegas di Bali. LPD memiliki fungsi yang sangatlah
didalam Bab XIII Ketentuan Peralihan pasal 39 vital dikarenakan selama ini sudah memberikan
ayat 3 yang berbunyi : layanan UMKM juga masyarakat desa di Bali
Lembaga Perkreditan Desa dan Lumbung lewat penyediaan layanan jasa keuangan yang
Pitih Nagari serta lembaga sejenis yang telah dilaksanakan sesuai dengan keperluan nasabah,
ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, pendekatan personal, serta kedekatan lokasi
keberadaannya dinyatakan diakui berdasarkan dengan nasabah. Para stakeholders Lembaga
hukum adat dan tidak tunduk pada Undang- Perkreditan Desa, memiliki harapan supaya
Undang ini. Lembaga Perkreditan Desa jadi ujung tombak
Lembaga Keuangan Mikro di Bali yang
Pandangan perlunya pengaturan Lembaga mempunyai fungsi penting dalam melakukan
Perkreditan Desa pula haruslah memakai dukungan, mengembangkan perekonomian desa
pendekatan pilihan yang rasional, hingga tak juga jadi sebuah industri keuangan mikro yang
memunculkan debat yang berlarut-larut. sehat, kuat serta produktif.
Didalam rangka pencarian rasionalnya
peraturan Lembaga Perkreditan Desa, perlu Peran penting serta harapan para
adanya sejumlah pendekatan pilihan yang pemangku kepentingan Lembaga Perkreditan
rasional adalah pilihan nilai, pilihan motif dan Desa itu membutuhkan sarana, untuk
cara. mempertahankan dan pengembanganya dapat
dilakukan keberlangsungannya mengingat
 Pilihan Nilai, keberadaan Lembaga potensi UMKM yang dilayani sangatlah besar
Perkreditan Desa berdasarkan kepada nilai- serta tidak seluruhnya bisa dilayani oleh
nilai budaya serta agama masyarakat di Bali. lembaga keuangan formal misalnya, Bank
Perkreditan Rakyat apatupun Bank Umum.
 Pilihan Motif, tentunya adanya Lembaga Fungsi adanya Lembaga Perkreditan Desa di
Perkreditan Desa mempunyai motif-motif Desa Pakraman memberi kegunaan yang
khusus. sangatlah penting bagi pembangunan di desa.
Dari sisi ekonomi keberadaan Lembaga
 Pilihan Cara, mengelola Lembaga Perkreditan Desa memberi kegunaan yang
Perkreditan Desa haruslah tanggap pada banyak, diantara masyarakat desa mempunyai
pengelolaan usaha yang bagus, tak menutup tempat untuk melakukan penyimpanan dana
diri pada arah perubahan yang lebih bagus. dengan produktif, dengan mendapatkan imbalan
Pilihan-pilihan rasional itu, dipakai bunga yang mampu masuk dalam persaingan
gambaran formulasi pengaturan yang rasional apabila dilakukan perbandingan dengan
pada keberadaan Lembaga Perkreditan Desa di lembaga keuangan mikro yang lain, namun
Bali. Produk hukum yang bisa mengakomodasi untuk masyarakat desa yang sedang butuh dana
pilihan nilai, pilihan motif serta pilihan cara, pinjaman bisa melakukan peminjaman di
memiliki arti produk hukum itu merupakan Lembaga Perkreditan Desa dengan tingkat
produk hukum yang progresif, berlaku efektif bunga yang tidaklah berat bagi masyarakat kecil
(bisa diterapkan), berdaya guna (berfungsi desa dengan prosedur serta syarat-syarat yang
sebagai tujuannya), solusional (memberi solusi, tidak susah untuk di penuhi. Maanfaat nyata
berlaku bagi kesejahteraan masyarakat), serta dari keberadaan Lembaga Perkreditan Desa bisa
responsive pada berkembangnya jaman. dilihat dari kontribusinya sebesar 20% dari laba
bersih setiap tahunnya dana pembangunan desa,
serta 5% untuk dana sosial.
Peran Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Sebagai Lembaga Keuangan Mikro (Non Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Bank) mendukung keberhasilan perekonomian rakyat
yang memiliki basis masyarakat hukum adat di
Lembaga Perkreditan Desa sudah Bali sebagai salah satu Lembaga Keuangan
menunjukkan perkembangan yang pesat, baik Mikro (Non-Bank), peran dan fungsi Lembaga
dari sisi jumlah ataupun dari sisi pengembangan Perkreditan Desa (LPD) menentukan Sumber
usaha. Sebagai satu dari sekian lembaga Daya Masyarakat yang akan mengelola
keuangan mikro, Lembaga Perkreditan Desa lembaganya untuk memiliki moral yang baik,

Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 3, 2020. CC-BY-SA 4.0 License


381
Kedudukan Hukum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Dalam Sistem Lembaga Keuangan Mikro
selain itu Lembaga Perkreditan Desa (LPD) melindungi Lembaga Perkreditan Desa. Bentuk
Padangsambian juga berfungsi untuk Lembaga Perkreditan Desa sebagai badan usaha
menciptakan dan mengeluarkan suatu produk, menurut penulis akan lebih baik apabila dikaji
agar produk itu dapat diterima oleh masyarakat lebih lanjut karena badan usaha tentunya
desa Pakramannya. Dengan dapat diterimanya berbeda dengan badan hukum. Kepada
produk – produk tersebut oleh masyarakat desa masyarakat jagalah sebuah Aset Desa
Pakraman maka akan terciptanya suatu Pakraman, dimana Lembaga Perkreditan Desa
dominasi keuntukan karena telah berhasil adalah jantung perekonomian Desa guna
menarik seluruh nasabah yang menggunakan menunjang kelancaran semua proses sosial
produk mereka sendiri, dengan dominasi yang ada di Desa Pakraman.
tersebut sudah jelas competitor lain yang sama
– sama melayani kredit serupa dapat diatasi. Daftar Pustaka

Maka dari itu produk yang diberikan oleh Marzuki, P. M. (2008). Penelitian Hukum.
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Cetakan 2. Jakarta: Kencana Prenada
Padangsambian dapat menjadi manfaat secara Media Group.
bijak oleh masyarkat desa Pakramannya dan Nurjaya, I. N. (2011). Landasan Teoritik
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Pengaturan LPD (Sebagai Lembaga
desa Pakraman karena sangat membantu Keuangan Komunitas Masyarakat
masyarakat di desa Padangsambian Hukum Adat Bali). Denpasar: Udayana
(Wawancara Ir. I Made Astra Wijaya, A,md). University Press. Retrieved from
Contoh nyata manfaat yang diberikan oleh https://scholar.google.co.id/scholar?
Lembaga Perkreditan Desa Pakraman hl=id&as_sdt=0,5&cluster=124090070
Padangsambian yaitu: 91778614244
 Pengabenan (upacara adat untuk orang Putra, A. A. K. Y., & Sarjana, I. M. (2018).
hindu yang sudah meninggal) Massal. Keberadaan Lembaga Perkreditan Desa
 Mepandes (upacara potong gigi bagi orang
Di Bali Dalam Perspektif Undang-
hindu) massal. Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Lembaga Keuangan Mikro. Kertha
 Pemberian dana pembangunan dan sosial Semaya: Journal Ilmu Hukum, 6(6), 1–
kepada Desa Pakraman 13. Retrieved from https://
ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/
4. Simpulan article/view/54441
LPD tidak dapat disamakan dengan BPR Raydika, I. D. G. Z. (2013). Kedudukan Hukum
serta lembaga keuangan lain seperti Bank, Dan Kinerja Lembaga Perkreditan Desa
LKM dan Koperasi, karena LPD dan (Lpd) Pakraman Di Bali Dalam Sistem
mempunyai sifat khusus juga memiliki dasar Lembaga Keuangan Mikro Menurut
konstitusional dan dasar hukum yang berbeda Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
dengan lembaga-lembaga keuangan lain seperti Tentang Perbankan (Tudi Di Lpd Desa
BPR, Bank, LKM dan Koperasi. Peran LPD Pakraman Kedonganan, Kabupaten
sebagai Lembaga Keuangan Mikro (Non Bank), Badung). Jurnal Hukum, Agustus, 1–21.
LPD sebagai Mediator bagi masyarakat Desa Retrieved from http://
Adat yang membutuhkan dana dan yang hukum.studentjournal.ub.ac.id/
mempunyai kelebihan dana. Pendirian LPD index.php/hukum/article/view/25
bertujuan untuk mendorong pembangunan
ekonomi Desa Adat, meringankan beban Sirtha, I. N. (1999). Strategi Pemberdayaan
masyarakat Desa Adat. Desa Adat dengan Pembentukan Forum
Komunuikasi Antar Desa Adat. Kertha
Awig-Awig di Bali harus lebih responsif Patrika, 71(24), 47.
menyikapi perkembangan zaman. Dimana awig
-awig sebagai payung Hukum Adat Lembaga Supono, S. (2013). Undang-Undang Nomor 1
Perkreditan Desa dimana LPD sebagai sumber Tahun 2013 tentang Lembaga
keuangan Desa Pakraman harus dijaga Keuangan Mikro dan Persiapan
kelestariannya. Penulis mengusulkan Operasionalisasi. Jakarta.
dirubahnya Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 3 tahun 2017 Tentang Lembaga
Perkreditan Desa, dikarenakan tidak adanya
payung hukum tentang kedudukan hukum
Lembaga Perkreditan Desa yang jelas yang
Jurnal Analogi Hukum, Volume 2, Nomor 3, 2020. CC-BY-SA 4.0 License
382

You might also like