You are on page 1of 14

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 8 No.3 Desember 2011, 127 - 164

UJI PENGHAMBATAN TIROSINASE DAN


STABILITASFISIK SEDIAAN KRIM PEMUTIH
YANG MENGANDUNGEKSTRAK KULIT BATANG
NANGKA (Artocarpus heterophyllus)
Ninin Kartika Juwita, Joshita Djajadisastra, Azizahwati
Universitas Indonesia FMIPA, Departemen Farmasi

ABSTRACT
The cortex of jackfruit (Artocarpus heterophyllus) contains some of flavonoids which have
activity as tyrosinase inhibitors. This compound can inhibit theoxidation of l-tyrosine and
levodopa in the mechanism of melanogenesis. The extract of jackfruit cortex formulated
into creams distinguished by concentration of extract 1,5% and 2,0%. Physical stability test
was conducted with storing thecreams at three different temperatures, 7 ± 2°, 27 ± 2o, and
40 ± 2oC respectively.Centrifugal tests and cycling test was also performed on both cream.
Tyrosinaseinhibitory activity measurement was done by in vitro studies with measuring-
dopachrome. The result showed that both of formulations which stored at 40± 2oC and
centrifugated at 3800 rpm for 5 hours were not stable. Result of tyrosinaseinhibiton activ-
ity measurement of creams which containing extract of 1,5 % and2,0 % were 10,64 % and
11,34 %, respectively. Tyrosinase inhibition activity ofcreams decreased after stored two
month. Tyrosinase inhibition activity of creamcontaining 1,5 % extract decreased into 6,93
%, and cream containing 2,0 %extract decreased into 7,74 %. The decreasing of tyrosinase
inhibition activity iscaused by small mount of antioxidant is not enough to prevent oxida-
tion of activeingredient.
Keywords : tyrosinase inhibition activity, extract of jackfruit cortex(Artocarpus hetero-
phyllus), cream, physical stability.

ABSTRAK
Kulit batang nangka (Artocarpus heterophyllus) mengandung senyawa flavonoidyang me-
miliki aktivitas sebagai penghambat tirosinase.Senyawa ini dapatmenghambat reaksi oksi-
dasi l-tirosin dan levodopa dalam mekanismepembentukan melanin. Ekstrak kulit batang
nangka diformulasi menjadi krimyang dibedakan kandungannya yaitu 1,5% dan 2,0%.
Uji kestabilan fisikdilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yang berbeda
yaitu suhu 7±2oC; 27±2oC; 40±2o C. Centrifugal test dan cycling test juga dilakukan
terhadapkedua krim yang dibuat.Pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dilaku-
kandengan pengukuran dopakrom yang terbentuk secara in vitro.Hasil penelitianmenun-
jukkan kedua krim yang mengandung ekstrak kulit batang nangkamenunjukkan pemisa-
han fase pada penyimpanan di suhu 40±2oC serta tidaktahan sentrifugasi pada 3800 rpm

joshitadjajadisastra@yahoo.com

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 127


selama 5 jam. Hasil pengukuran aktivitaspenghambatan tirosinase dari krim yang men-
gandung ekstrak kulit batang nangka 1,5% dan 2,0% berturut-turut yaitu 10,64 % dan
11,34 %. Aktivitaspenghambatan tirosinase kedua krim menunjukkan penurunan setelah-
penyimpanan selama dua bulan. Krim dengan ekstrak kulit batang nangka 1,5%menu-
run aktivitasnya menjadi 6,93 %, sedangkan krim yang mengandung ekstrak kulit batang
nangka 2,0% menurun aktivitasnya menjadi 7,74%. Penurunanaktivitas penghambatan
tirosinase disebabkan kurangnya penggunaan antioksidandalam krim untuk mencegah
senyawa aktif teroksidasi.
Kata kunci: aktivitas penghambatan tirosinase, ekstrak kulit batangnangka (Artocarpus
heterophyllus), krim, stabilitas fisik.
PENDAHULUAN Pada kulit terdapat enzim yang berperan
Kulit merupakan bagian tubuh ter- dalam pembentukan melanin,
luar dari manusia yang memilikiberba- yaitu tirosinase. Menurut Chang, (2005),
gai macam fungsi, salah satunya adalah enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama
melindungi tubuh dari paparan sinarultra dalam biosintesis melanin, yaitu hidroksi-
violet.Kulit yang terkena paparan sinar lasi L-tirosin menjadiL-dopa dan oksidasi
matahari dalam jangka waktu yanglama L-dopa menjadi dopakuinon. Senyawa
dapat menimbulkan pengaruh buruk dopakuinonmempunyai kereaktifan yang
terhadap kulit tubuh terutama pada ku- sangat tinggi sehingga dapat mengalami-
litwajah. Sinar ultra violet (UV) ini akan polimerisasi secara spontan membentuk
merangsang enzim untuk bekerja sehing- dopakrom yang kemudian menjadimela-
gamelanosit meningkatkan jumlah mela- nin. Salah satu cara menghambat pem-
nin yang dapat menyebabkan terjadinya- bentukan melanin adalah denganmeng-
hiperpigmentasi. hambat aktivitas tirosinase. Saat ini
Hiperpigmentasi adalah gangguan pig- telah dikembangkan senyawa aktifdalam
men wajah karena produksi melaninsecara tanaman yang dapat menghambat ak-
berlebihan atau distribusi melanin yang tivitas tirosinase yang digunakandalam
tidak merata.Pada kondisi ini, kulitdapat sediaan skin whitening, seperti ekstrak
terlihat lebih gelap dan timbul noda hitam licorice, mulberi, teh hijau, dan lain-
pada bagian – bagian tertentu dariwajah. lain(Djajadisastra, 2003). Biasanya ekstrak
Beberapa bahan pemutih seperti merkuri tanaman tersebut dalam sediaan skin-
dan hidrokuinon telah banyakdigunakan whitening digunakan pada konsentrasi
sebagai zat aktif dalam produk kosmetik. 1-10% (Gupta, 2001). Berdasarkanpeneli-
Sejak tahun 2008, BPOMmelarang peng- tian yang dilakukan oleh Arung, Kusuma,
gunaan sejumlah bahan pemutih dalam Iskandar, Yasutake, Shimizu, dan Kondo
produk kosmetika,termasuk hidrokuinon (2005), beberapa suku tanaman Indone-
dan merkuri karena bahan-bahan terse- sia memiliki potensi sebagaipenghambat
but merupakan racunbagi melanosit.Oleh tirosinase, diantaranya suku Moraceae
karena itu, penggunaan bahan kimia sin- dengan marga Artocarpus,yaitu A. het-
tetis dalam sediaanpemutih dihindari. erophyllus (nangka), A. altilis (sukun)
dan A. communis (kluwih).Artocarpus

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 128


heterophyllus memiliki aktivitas sebagai METODEI
penghambat tirosinase yangpaling besar Alat
diantara jenis Artocarpus lainnya den- Peralatan yang digunakan dalam peneli-
gan mengambil bagian kulitbatangnya tian ini adalah spektrofotometerUV-Vis
(Supriyanti, 2009).Senyawa bioaktif yang - 1601 (Shimadzu, Jepang), pH meter tipe
didapat dari ekstrak kulitbatang nangka 510 (Eutech Instrument,Singapura), mik-
berupa senyawa polifenol yang berperan roskop optik (Nikon model Eclipse E 200,
sebagai agendepigmentasi (Chang, 2009). Jepang), kameradigital (Canon Power
Ekstrak kulit batang nangka akan dibuat Shot A470, Jepang), homogenizer (Omni-
menjadi suatu sediaan kosmetikyang Multimix Inc.,Malaysia), penetrometer
digunakan sebagai pemutih. Bentuk se- (Herzoo, Jerman), sentrifugator (Kubota
diaan kosmetika pemutih yang seringdi- 5100, Jepang),oven (Memmert, Jerman),
gunakan adalah sediaan krim, terutama penangas air (Memmert, Hongkong),
untuk kulit wajah. Bentuk sediaan kri- timbangananalitik tipe 210-LC (Adam,
mini memiliki kelebihan dibandingkan Amerika Serikat), mikropipet Eppendorf
dengan bentuk sediaan lainnya seperti- (Socorex,Switzerland) dan alat-alat gelas.
penyebarannya yang merata dan mudah
untuk dibersihkan, khususnya krimemul- Bahan
si minyak dalam air (Ansel, 1989). Per-
Bahan yang digunakan dalam penelitian
timbangan yang terpenting bagi sediaan
ini adalah tirosinase dari jamurmerang
krim dalam bidang farmasi dan kosmetik
(Sigma, Amerika Serikat), ekstrak kulit
adalah stabilitas dari produk jadi. Sediaan
batang nangka (Balitro,Indonesia), levo-
kosmetik yang stabil masihberada dalam
dopa (Sigma, Amerika Serikat), kalium
batas yang dapat diterima selama periode
dihidrogen fosfat (Merck,Indonesia),
penyimpanan danpenggunaan, yaitu sifat
natrium hidroksida (Mallinckrodt, Swed-
dan karakteristiknya sama dengan saat
ia), etanol (Merck, Indonesia),asam askor-
dibuat (Djajadisastra, 2004). Adanya ek-
bat (Brataco, Indonesia), asam stearat
strak kulit batang nangka kemungkinan
(Brataco, Indonesia), setilalkohol (Brata-
dapatmempengaruhi kestabilan fisik krim
co, Indonesia), isopropil miristat (Cognis,
sehingga perlu dilakukan uji kestabilan
Indonesia), trietanolamin(Brataco, Indo-
fisik krim.
nesia), gliseril monostearat (Cognis, Indo-
Penelitian ini bertujuan untuk menguji nesia), metil paraben(Brataco, Indonesia),
penghambatan tirosinase dar iekstrak propil paraben (Brataco, Indonesia), butil
kulit batang nangka dan krim yang men- hidroksi toluene (Brataco, Indonesia), dan
gandung ekstrak kulit batangnangka 1,5 propilen glikol (Brataco, Indonesia).
% dan 2,0 %, serta menguji stabilitas fisik
krim yang mengandung
Cara Kerja
ekstrak kulit batang nangka.
Formula dan Pembuatan Krim
Perhitungan presentase komposisi bahan
masing-masing krim dapat dilihatseperti

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 129


pada tabel berikut :
Tabel 1. Persentase komposisi bahan dalam krim
Formula A Formula B
Bahan
(%) (%)
Ekstrak kulit batang nangka
1,5 2,0
(A.heterophyllus)
Asam stearat 5,0 5,0
Setil alkohol 3,0 3,0
Isopropil miristat 3,0 3,0
Trietanolamin 0,2 0,2
Gliseril monostearat 2,0 2,0
Propilen glikol 15,0 15,0
Metil paraben 0,2 0,2
Propil paraben 0,1 0,1
BHT 0,1 0,1
Aquadest Ad 100 Ad 100

Evaluasi Sediaan Krim uhu tersebut dianggap satu siklus. Uji sta-
Evaluasi dari masing-masing sediaan di- bilitas dilakukan sebanyak 6 siklus kemu-
lakukan untuk pengamatan organolep- dian diamati ada tidaknya pemisahan fase
tis, homogenitas, pengukuran pH, sifat dan inversi.Juga dilakukan uji uji mekanik
aliran, konsistensi, dan diameter globul. (centrifugation test )pada kecepatan 3800
Sifat alir ditentukan dengan mengukur rpm selama 5 jam.
viskositas dengan viscometer Brookfield
sedangkan penentuan konsistensi dilaku- Uji Penghambatan Tirosinase secara
kan dengan alat penetrometer. Untuk In Vitro (Arung, Shimizu, dan Kon-
menguukur droplet cream menggunakan do,2006)
mikroskop optik pada perbesaran 40 kali
Mula mula dibuat larutan L-DOPA 2,5
sehingga dapat dihitung ukuran globul
mM Kemudian dibuat dapar fosfat 50
emulsi dan distribusi ukurannya. Untuk
mM dengan pH 6,8 lalu dibuat larutan ti-
uji stabilitas dilakukan pada tiga suhu
rosinase, larutan ini disimpan dalam suhu
yaitu 4 ± 2 oC, 25 ± 2 oC, dan suhu 40 ± 2
rendah (2-8o C).
oC selama 8 minggu dengan pengamatan
setiap 2 minggu.Uji cycling test dilakukan
dengan cara sampel disimpan pada suhu Penentuan tipe penghambatan tirosi-
4 ± 2 oC selama 24 jam lalu dipindahkan nase oleh ekstrak kulit batang nangka
kedalam oven bersuhu 40 ± 2 oC selama Tipe penghambatan tirosinase oleh ek-
24 jam, waktu selama penyimpanan duas- strak kulit batang nangka ditentukan den-

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 130


gan membandingkan kurva Lineweaver Disiapkan larutan L – DOPA, larutan da-
– Burk L – DOPA dengan dan tanpa in- par fosfat 50 mM (pH 6,8), larutan tirosi-
hibitor. nase (496 unit/ml), dan 4 tabung reaksi.
Masing – masing tabung reaksi terdiri
dari :
a. Tanpa penghambat

1 2 3 4
Larutan dapar fosfat 2700 2500 2400 2300
L-DOPA 366 (0,1mM) 566 (0,5mM) 666 (0,7mM) 766 (1mM)
Tirosinase 184 184 184 184

Tabel 2
Larutan dapar fosfat dan L – DOPA di- Vis pada panjang gelombang 478,5 nm.
pipet dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian diinkubasi pada suhu
b. Dengan penghambat
kamar selama 10 menit. Setelah itu,
ditambahkan larutan tirosinase ke dalam Disiapkan larutan L – DOPA, larutan da-
tabung reaksi, inkubasi kembali selama 25 par fosfat 50 mM (pH 6,8), larutan tirosi-
menit pada suhu kamar. Kemudian diukur nase (496 unit/ml), larutan ekstrak 1000
serapannya dengan spektrofotometer UV- ppm, dan 4 tabung reaksi. Masing – mas-
ing tabung reaksi terdiri dari :
Tabel 3
Tabung (µl)
Bahan
1 2 3 4
Larutan dapar fosfat 2500 2300 2200 2100
L-DOPA 366 (0,1mM) 566 (0,5mM) 666 (0,7mM) 766 (1mM)
Ekstrak penghambat 200 200 200 200
Tirosinase 184 184 184 184

Larutan dapar fosfat, L – DOPA, dan ekstrak penghambat dipipet dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian diinkuba- Uji penghambatan tirosinase (IC50)
si pada suhu kamar selama 10 menit. Sete- dari ekstrak kulit batang nangka
lah itu, ditambahkan larutan tirosinase ke Ekstrak ditimbang secara seksama, ke-
dalam tabung reaksi, inkubasi kembali mudian dilarutkan dalam propilenglikol
selama 25 menit pada suhu kamar. Kemu- (1:10) kemudian dibuat konsentrasi 15
dian diukur serapannya dengan spektro- ppm, 30 ppm, 45 ppm, dan 60 ppm den-
fotometer UV-Vis pada panjang gelom- gan aquades. Siapkan larutan L-DOPA (0,7
bang 478,5 nm. mM), larutan dapar fosfat 50 mM

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 131


(pH 6,8), larutan tirosinase (496 unit/ tabung reaksi terdiri dari :
ml), dan tabung reaksi. Masing – masing

Tabel 4

Tabung (µl)
Bahan
A B C D
Larutan dapar fosfat 2400 2584 2200 2384
L-DOPA (0,7 mM) 666 666 666 666
Ekstrak penghambat - - 200 200
Tirosinase 184 - 184 -

Uji penghambatan tirosinase dari sedi- diuji aktivitasnya sebagai inhibitor tiro-
aan krim ekstrak kulit batang nangka sinase. Disiapkan 4 buah tabung reaksi,
Sampel krim diambil sebanyak 0,3 gr ke- larutan dapar fosfat 50 mM (pH 6,8),
mudian diekstraksi dengan penambahan larutan L-Dopa 0,7 mM, dan larutan ti-
10 ml etanol. Sampel krim disentrifugasi rosinase (496 unit/ml). Masing – masing
untuk memisahkan filtrat dengan basis tabung reaksi diisi dengan bahan tersebut
krim. Larutan filtrat ditampung untuk dengan jumlah seperti berikut :

Tabel 5
Tabung (µl)
Bahan
A B C D
Larutan dapar fosfat 2200 2384 2200 2384
L-DOPA (0,7 mM) 666 666 666 666
Ekstrak penghambat 200 (blank 200 (blank 200 200
negatif) negatif)
Tirosinase 184 - 184 -

HASIL DAN PEMBAHASAN semua partikel dalam kaca objek terdis-


Hasil Evaluasi Krim persi secara merata. Kedua formula krim
memiliki bau khas ekstrak yang harum.
Hasil dari evaluasi semua krim pada awal
penyimpanan (minggu ke-0) didapat- Tingkat keasaman yang terukur dari ked-
kan krim yang lembut, mudah dioleskan, ua formula yaitu formula A menunjuk-
membentuk konsistensi setengah padat, kann pH 6,48 dan formula B 6,35. Kedua
dan mudah menyebar di kulit. Warna krim krim menunjukkan pH ke arah asam, hal
yang dihasilkan sesuai dengan ek- strak ini disebabkan oleh kandungan ekstrak
yang ditambahkan.Berdasarkan hasil uji kulit batang nangka berupa senyawa-sen-
homogenitas menunjukkan bah- wa yawa polifenol yang bersifat asam lemah
semua krim homogen dengan ditandai

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 132


(Supriyanti, F.M T., 2009).. Sifat asam ini
lebih kuat dari kebasaan yang dimiliki

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 133


oleh basis vanishing cream yang diguna- fase minyak dan fase air. Pemisahan fase
kan sehingga membawa pH krim ke arah terjadi pada krim yang disimpan pada
asam. Konsistensi yang dimiliki kedua suhu 40 ± 2oC sejak minggu ke – 6. Hal ini
krim yaitu formula A 380 x10-1 mm dan disebabkan formulasi krim tidak ta- han
formula B 409 x10-1 mm. Angka pen- terhadap suhu yang tinggi. Krim yang
etrasi tersebut memenuhi kriteria sediaan disimpan pada suhu 4 ± 2oC mengalami
krim sehingga terasa mudah dioleskan dan perubahan warna menjadi lebih muda, se-
disebarkan di kulit. dangkan krim yang disimpan pada suhu
25 ± 2oC mengalami perubahan warna
Konsistensi yang dihasilkan dipengaruhi menjadi agak gelap, dan pada penyim-
oleh banyaknya bahan penambah konsist- panan suhu 40 ± 2 oC mengalami peruba-
ensi seperti setil alkohol yang merupakan han warna yang cukup signifikan menjadi
alkohol rantai panjang berbentuk padat, lebih gelap dan tua. Hal ini disebabkan
semakin banyak setil alkohol yang dipa- oleh adanya faktor suhu yang memper-
kai maka semakin tinggi konsistensinya. cepat reaksi kimia karena setiap kenaikan
Sifat laju alir dari kedua krim yaitu pseu- suhu sebesar 10oC dapat mempercepat
doplastis tiksotropik Hasil pengukuran reaksi kimia 2 sampai 3 kalinya.(Martin,
diameter globul rata-rata yaitu formula A, Swarbick J, Cammarata A.,1993). Ter-
A sebesar 0,176 μm dan formula B sebe- lebih lagi oksidasi senyawa polifenol pada
sar 0,180 μm. Hasil tersebut memenuhi suhu tinggi akan membentuk senyawa
persyaratan ukuran diameter globul ka- kuinon yang berwarna lebih pekat.
rena berada dalam kisaran 0,1-10 μm Be-
sarnya ukuran globul dapat dilihat pada Hasil pengukuran pH pada ketiga suhu
Gambar 2. Bentuk dan ukuran globul ini menghasilkan krim dengan pH mengarah
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepada pH asam. Hal ini disebabkan ter-
pengadukan dan jumlah emulgator yang jadinya reaksi oksidasi senyawa polifenol
digunakan. menjadi senyawa kuinon yang sifatnya
asam. Berdasarkan reaksi yang terjadi,
saat pembentukan senyawa kuinon ter-
Hasil Uji Stabilitas lepas ion H+ (proton) sehingga me-
Penyimpanan krim pada suhu 4 ± 2oC, nyebabkan pH menjadi turun (Yong & Lee,
25 ± 2 oC , dan suhu 40 ± 2 oC 2003). Pada suhu 40 ± 2 oC, pada kedua
Hasil pengamatan organoleptis pada krim terjadi penurunan pH yang sangat
kedua krim yang diuji pada penyimpanan signikan dibanding kondisi peny-
dalam suhu 4 ± 2oC, 25 ± 2oC, dan suhu impanan suhu lainnya. Hal ini disebab-
40 ± 2oC dapat dilihat Gambar 3. Harga kan faktor suhu yang mempercepat reaksi
pH kedua krim pada penyimpanan tiga oksidasi. Selain itu, pada suhu 40 ± 2 oC,
suhu yang berbeda dapat dilihat pada krim B mengalami penurunan pH yang
Gambar 4.. lebih besar dibandingkan dengan krim A.
Hal ini kemungkinan disebabkan jumlah
Pada penyimpanan dalam suhu 4 ± 2oC
ekstrak yang lebih banyak pada krim B
dan 25 ± 2oC dari minggu awal (minggu
yang mengalami reaksi oksidasi.
ke-0) sampai minggu terakhir (minggu
ke-8) tidak terlihat adanya pemisahan

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 134


Gambar 1
Keterangan : A = krim ekstrak kulit batang nangka 1,5 %
B = krim ekstrak kulit batang nangka 2,0 %
Gambar 1.. Hasil pengukuran pH tiap sediaan pada penyimpanan 7 ± 2oC, 25 ± 2oC,
dan suhu 40 ± 2oC
Krim merupakan suatu sistem yang mem- mempunyai kecendrungan untuk men-
punyai energi bebas permukaan pada gelompokkan diri agar mencapai tingkat
partikel terdispersinya. Partikel tersebut energi terendah (ground state). Oleh ka-
berenergi tinggi dan cendrung untuk rena itu ukuran globul pada krim selalu
mengelompokkan diri kembali sede- bertambah setiap minggunya. Selain itu
mikian rupa untuk mengurangi permu- pada suhu 40 ± 2 oC tidak hanya terjadi
kaan total dan memperkecil energi bebas peningkatan diameter globul tetapi terja-
permukaannya (Martin, Swarbick, Cam- di juga perubahan menjadi bentuk globul
marata, 1993). Hal ini disebabkan karena yang tidak teratur dan tidak berbentuk
kecendrungan suatu benda untuk menuju droplet lagi. Hal ini disebabkan faktor
ke bentuk dan keadaan yang stabil. Pen- suhu meningkatkan kecepatan globul un-
gadukan pada saat pembuatan krim se- tuk bergabung menjadi globul yang lebih
benarnya merupakan suatu transfer en- besar, sehingga memicu terjadinya koa-
ergi kepada krim dan krim tersebut akan lesens.

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 135


Keterangan : A = krim ekstrak kulit batang nangka 1,5 %
B = krim ekstrak kulit batang nangka 2,0 %
Gambar .2. Hasil pengukuran diameter globul tiap sediaan pada penyimpanan 4± 2 oC,
25 ± 2 oC, dan suhu 40 ± 2 oC
Hasil pengukuran viskositas masing- dilakukan pada minggu ke – 0 dan ming-
masing krim pada minggu awal (minggu gu ke – 8 pada penyimpanan suhu kamar.
ke -0) dan setelah penyimpanan selama 8 Hasil penetrasi pada minggu ke – 0 yaitu
minggu pada suhu kamar. Hasil penguku- formula A 380x10-1 mm dan formula B
ran pada minggu awal dan setelah peny- 409x10-1 mm, sedangkan hasil penet-
impanan selama 8 minggu menunjukkan rasi setelah penyimpanan 8 minggu yaitu
tidak terjadinya perubahan sifat aliran formula A 378x10-1 mm dan formula B
karena tetap bersifat pseudoplastis tikso- 405x10-1 mm. Pemeriksaan ini bertujuan
tropik walaupun terjadi kenaikan viskosi- untuk memeriksa konsistensi sediaan se-
tas, contohnya viskositas krim A 160000 hingga dapat diketahui apakah sediaan
cps menjadi 168000 cps setelah penyim- yang dihasilkan termasuk semipadat yang
panan 8 minggu pada kecepatan 0,5 rpm. mudah diaplikasikan kepada kulit atau
Hal ini dapat disebabkan adanya peristiwa tidak. Dari hasil pemeriksaan konsistensi
tiksotropik saat krim tersebut baru dibuat kedua krim menunjukkan bahwa masing-
pada minggu ke – 0. Pada proses pembua- masing sediaan mengalami penurunan
tan, krim tersebut mengalami pengadu- angka kedalaman penetrasi kerucut yang
kan sehingga saat baru terbentuk krim menunjukkan adanya peningkatan kon-
tersebut memiliki viskositas yang lebih sistensi pada minggu ke-8 jika diband-
rendah dibandingkan dengan viskositas ingkan dengan minggu ke-0. Hal ini ber-
krim yang telah didiamkan selama 8 min- hubungan dengan peristiwa tiksotropik
ggu, dimana krim tersebut menjadi lebih yang tampak pada peningkatan viskositas
kental karena krim telah kembali pada pada minggu ke – 8. Dengan bertambahn-
struktur yang seharusnya. ya viskositas, konsistensi krim juga men-
Pemeriksaan konsistensi kedua formula ingkat sehingga angka kedalaman penet-
krim dilakukan dengan menggunakan rasi kerucut dari penetrometer berkurang.
penetrometer. Pemeriksaan konsistensi

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 136


Pengamatan cycling test tuk memperjelas perubahan yang terjadi.
Setelah sediaan didinginkan akan terjadi
. Hasil pengamatan cycling test dapat
pelepasan air pada sediaan, namun jika
dilihat pada Tabel 6. Cycling test dilaku-
film pengemulsi dapat bekerja kembali di
kan untuk menguji produk terhadap ke-
bawah tekanan yang diinduksi oleh kristal
mungkinan mengalami kristalisasi atau
es sebelum koalesens terjadi maka sistem
berawan sebagai indikator kestabilan
emulsi tersebut akan stabil pada sediaan
emulsi. Perlakuan ini disebut satu siklus,
krim.
siklus ini dilakukan sebanyak 6 kali un-

Tabel 4.. Hasil pengamatan cycling test


Formula Awal siklus Akhir siklus
A Stabil Stabil (tidak terjadi pemisahan fase)
B Stabil Stabil (tidak terjadi pemisahan fase)
Pengamatan uji mekanik Hal ini disebabkan penggunaan emulga-
Pada kedua krim tampak adanya sedikit tor yang kurang untuk menjaga krim agar
pemisahan antara fase air dan fase min- tahan terhadap perlakuan yang diberikan
yak setelah dilakukan uji mekanik meng- (berupa gaya sentrifugal yang setara den-
gunakan alat sentrifugator dengan ke- gan gaya gravitasi selama setahun). Hasil
cepatan 3800 rpm selama 5 jam. Hal ini pengamatan uji mekanik dapat dilihat
berarti kedua formula krim tidak tahan pada dan Tabel .5.
terhadap efek gravitasi selama satu tahun.

Tabel .5. Hasil pengamatan uji mekanik


Formula Hasil
A Terjadi pemisahan fase
B Terjadi pemisahan fase

Pengukuran aktivitas penghambatan ti- 200 μl. Hal ini dilakukan karena di dalam
rosinase dari krim ekstrak kulit batang krim mengandung BHT sebagai antiok-
nangka sidan sediaan. Eksipien ini dapat bereaksi
Untuk menghindari pengaruh bahan ek- menghambat aktivitas tirosinase sehingga
sipien yang digunakan dalam formulasi akan membuat hasil uji menjadi lebih be-
krim pada uji aktivitas, maka digunakan sar dari seharusnya.
krim blanko negatif dengan kandungan Posisi fenol dari senyawa aktif ekstrak
bahan eksipien yang sama dengan krim berikatan dengan atom Cu pada active
yang mengandung ekstrak. Oleh karena site tirosinase menyebabkan tidak ter-
itu, kuvet A dan B ditambahkan filtrat dari jadi reaksi oksidasi yang dikatalisis tiro-
krim blanko negatif dengan jumlah yang sinase sehingga pembentukan senyawa
sama dengan penambahan filtrat dari dopakuinon dan dopakrom menjadi
krim yang mengandung ekstrak, yaitu berkurang. Menurut literatur active site

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 137


yang akan berikatan dengan Cu pada tiro- bandingkan besarnya aktivitas pengham-
sinase yaitu pada posisi difenol (Kubo & batan tirosinase dengan krim yang men-
Kinst-Hori, 1999). gandung ekstrak kulit batang nangka.
Dalam pengukuran digunakan pula krim Setelah dilakukan pengukuran serapan
blanko positif yang mengandung vitamin dopakrom pada tiap sampel krim, maka
C dengan konsentrasi 1 %. Vitamin C diperoleh hasil persen aktivitas pengham-
saat ini digunakan sebagai zat aktif dalam batan tirosinase dari masing – masing
sediaan kosmetika pemutih di pasaran krim. Besarnya nilai persen penghambat-
yang memiliki mekanisme kerja sebagai an tirosinase dapat dilihat pada Tabel 6.
penghambat tirosinase. Penggunaan krim
blanko positif bertujuan untuk mem-

Tabel .6. Nilai persen penghambatan tirosinase krim ekstrak kulit batang nangka pada
minggu ke–0 dan minggu ke–8 dengan spektrofotometer UV-Vis
Larutan Sampel Rata – rata (%) penghambatan tirosinase
Minggu ke-0 Minggu ke-8
Krim A 10,64 6,93
Krim B 11,34 7,74

Dari Tabel .6 didapatkan bahwa persen bil selama penyimpanan. Berkurangnya


penghambatan tirosinase krim A yang konsentrasi senyawa aktif dalam krim ek-
mengandung ekstrak kulit batang nangka strak kulit batang nangka terjadi karena
1,5 % sebesar 10,64 %, sedangkan krim B reaksi oksidasi dengan suhu dan udara.
yang mengandung ekstrak kulit batang Penggunaan antioksidan di dalam krim
nangka 2,0 % sebesar 11,34 %. Besarnya tidak cukup banyak untuk melindungi
nilai persen penghambatan bergantung senyawa aktif, sehingga senyawa aktif
pada konsentrasi ekstrak yang diguna- mengalami oksidasi. Hasil oksidasi terse-
kan. Krim B yang mengandung ekstrak but menghasilkan senyawa bentuk kuinon
kulit batang nangka lebih banyak memi- yang tidak dapat berikatan dengan active
liki nilai persen penghambatan tirosinase site tirosinase. Jumlah senyawa aktif yang
yang lebih besar dibanding dengan krim berikatan dengan tirosinase berkurang se-
A. Krim blanko positif memiliki nilai hingga aktivitas menghambat kerja tirosi-
persen penghambatan tirosinase sebe- nase menurun ( Chamg TS, 2009)
sar 9,72 %. Besarnya nilai persen peng-
hambatan tirosinase krim blanko positif
KESIMPULAN
masih lebih kecil nilainya dibandingkan
dengan krim yang mengandung ekstrak Ekstrak kulit batang nangka memiliki
sehingga dapat dikatakan krim yang men- sifat sebagai inhibitor tirosinasedengan
gandung ekstrak kulit batang nangka me- nilai IC50 sebesar 142,37 ppm. Sediaan
miliki aktivitas penghambatan tirosinase krim yang mengandung ekstrakkulit
yang lebih besar. batang nangka 1,5% dan 2% memiliki
aktivitas penghambatan tirosinasebertu-
Penurunan ini disebabkan krim tidak sta-

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 138


rut – turut sebesar 10,64% (28,29 ppm) Connor, Steven. (2003). The book of
dan 11,34% (30,31 ppm). Setelahpenyim- skin, New York:Cornell University
panan 2 bulan, krim yang mengandung Press,176
ekstrak kulit batang nangka 1,5%dan 2% Djajadisastra, J. (2003). Pemutih yang
mengalami penurunan aktivitas peng- Tepat dan Aman bagi Wanita Indo-
hambatan tirosinase berturut – turutmen- nesia disampaikan pada Pharmacy
jadi 6,93% (17,53 ppm) dan 7,74% (19,88 Beauty & Health. 12 September 2003.
ppm). Berdasarkan uji kestabilanfisik, Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability.
krim menunjukkan pemisahan fase pada Disampaikan pada “Seminar Seten-
penyimpanan suhu 40 ± 2o C sertadari gah Hari HIKI” Rabu, 18 Nopem-
uji mekanik menunjukkan bahwa masa ber 2004, Hotel Menara Peninsula,
penyimpanan kedua krim tidakmencapai Slipi,Jakarta
satu tahun. Elevitch, C. R., & Manner, H. I. (2006).
Artocarpus heterphyllus (Jackfruit).
DAFTAR ACUAN Species Profiles for Pacific Island
Arung, E. T., I. W. Kusuma., Y. M. Is- Agroforestry. www.traditionaltree.
kandar., S. Yasutake., K. Shimizu., orgdiakses pada 5 Februari 2011,
R.Kondo. (2005). Screening of Indo- pukul 11.10 WIB
nesian Plants for Tyrosinase Inhibito- Gandjar, I. G., & Rohman, A. (1999).
ryActivity. The Japan Wood Research Kimia Farmasi Analisis. Universitas-
Society vol 51: 520-525. Gadjah Mada Yogyakarta.
Arung , E. T., K. Shimizu., and R. Kondo. Gupta, Shyam. (2001). Formulation of
(2006). Inhibitory Effect of Artocar- Plant-based Skin Whitening Cosmet-
panone from Artocarpus heterophyl- ics. Household & Personal Products
lus on Melanin Biosynthesis. J. Biol. Industry.
Pharm. Bull.. Harianja, R.W. (2010). Uji Penghambatan
Batubara, I., L.K. Darusman., T. Mitsu- Tirosinase dan Stabilitas Fisik Krim
naga., M. Rahminiwati., E. Djauhari. Pemutih yang Mengandung Ekstrak
(2010). Potency of Indonesian me- Daun Teh Hijau (Camellia sinensis)
dicinal plants as tyrosinase inhibitor dan Gambir (Uncaria gambir). Skripsi
andantioxidant agent. J. Biol. Sci 10: Sarjana Farmasi. Depok: FMIPAUI.
138-144. Kubo I., Kinst-Hori, Ikuyo. (1999). Fla-
Chang, T. S., H.Y. Ding, and H.C. Lin. vonols from Saffron Flower: Tyrosi-
(2005). Identifying 6,7,4’-Trihydroxy- naseInhibitory Activity and Inhibi-
isoflavone as a potent Tyrosinase In- tion Mechanism. J. Agric. Food Chem
hibitor. Biosci. Biotechnol. Biochem. 47:4121−4125
69 (10). Martin, A, Swarbick J, Cammarata A.
Chang, T.S. (2009). An Updated Review of (1993). Farmasi Fisik, edisi ketiga.
Tyrosinase Inhibitors. Department of Terjdari Physical Pharmacy, oleh
Biological Science and Technology. Joshita., Jakarta: UI Press.
National University Tainan Taiwan

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 139


Murray, R.K, D.K Granner, P.A Mayes, Tranggono,RIS. & Fatma Latifah. (2007).
V.Rodwell. (2000). Harper’s Biochem- Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Ko-
istry Ed 25. smetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sang, H.J, Kim K.H., Koh J.U., Kong
K.H. (2005). Inhibitory effects on Wade. (1994). Handbook of Pharmaceu-
L-DOPAoxidation of Tyrosinase by tical Excipients. London: Ameri-
Skin-whitening Agents. Bull. Korean canPharmaceutical Association.
Chem.Soc. Vol 26. Yasutake, S, K. Shimizu. (2004).
Screening of Indonesian plants for
Supriyanti, F.M T. (1996). Isolasi dan iden- TyrosinaseInhibitory Activity. The Ja-
tifikasi kandungan kimia dari daun pan Wood Research Society Vol 51.
dan kulit batang tanaman Artocarpus
heterophyllus., Laporan Penelitian Yong, D.P, Lee J.R. (2003). A new con-
Proyek Pembinaan & Peningkatan tinuous Spectrophotometric Assay
Mutu Tenaga Kependidikan, FPMI- Methodfor DOPA Oxidase Activity of
PAUPI Bandung. Tyrosinase. Journal of Protein Chem-
istry. Vol 22
Supriyanti, F.M T. (2009). Pemanfaatan
senyawa bioaktif dari ekstrak kulit
batang Artocarpus sp sebagai inhibi-
tor tirosinase pada pigmentasi kulit.,
Laporan Penelitian Proyek Pembi-
naan & Peningkatan Mutu Tenaga
Kependidikan, FPMIPA UPI Band-
ung.

Vol. 8, No.3, Desember 2011 Majalah Ilmu Kefarmasian 140

You might also like