You are on page 1of 9

FARMASAINS Vol. xx. No.

xx, bulantahun

STUDI FENOMENOLOGI VISITE APOTEKER BERDASARKAN PEDOMAN VISITE KEMENKES RI


TAHUN 2011 DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

THE PHENOMENOLOGY STUDY OF PHARMACISTS’ VISITE BASED ON 2011 MINISTRY OF


HEALTH VISITE GUIDELINES AT KRATON HOSPITAL, PEKALONGAN REGENCY

Ita Feranika1, Wulan Agustin Ningrum2, Isyti’aroh3, Ainun Muthoharoh4


1, 2, 4
Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan,
Jalan Raya Ambokembang Nomor 08 Kabupaten Pekalongan
3
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan,
Jalan Raya Ambokembang Nomor 08 Kabupaten Pekalongan

Email : feranika30@gmail.com

Submitted : ………… Reviewed : ………… Accepted : …………

ABSTRACT
Visite is one of 11 types of clinical pharmacy services in hospitals that are
carried out independently or in active collaboration with a team of doctors and
other health professionals in the process of determining patient drug therapy
decisions. The implementation of the visite is regulated in the 2011 Ministry of
Health Visite Guidelines. The study was conducted to determine the description
of the visite of pharmacists at Kraton Hospital in Pekalongan Regency to the
ward room. The design of this research is qualitative descriptive. The research
was done by in-depth interviews with the pharmacist in the ward. The sample
was taken by using purporsive sampling method to saturate the data on 6
participants. The results of the study were two themes, namely the preparation
and implementation of the visite. Visite preparations were carried out in the form
of selecting patients to be visited, seeing the stock of drug availability, seeing
the suitability of the prescription, writing the drugs submitted in the visite notes,
viewing medical records, carrying literature, supporting tools and others. The
implementation of pharmacist visites was carried out based on SOP (Standard
Operating Procedure) in the form of visits to wards, introducing oneself,
ensuring the drugs that have been given, seeing and listening to patient
complaints, providing information about drug continuity, analyzing changes in
treatment by pharmacists and doctors. The two themes were broadly in
accordance with the 2011 Indonesian Ministry of Health Visite Guidelines.
Suggestions for further researchers carrying out the direct observation of
pharmacists’ visite activities in collecting the data.

Keywords: Implementation of Visite, Preparation of Visite, Ward, Pharmacists’


Visite

ABSTRAK
Visite merupakan salah satu dari 11 jenis pelayanan farmasi klinik di Rumah
Sakit yang dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim
dokter serta profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan
terapi obat pasien. Pelaksanaan visite diatur dalam Pedoman Visite Kemenkes
RI tahun 2011. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran visite
apoteker RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan ke ruang rawat. Desain
penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif, pengambilannya dilakukan dengan
wawancara mendalam pada apoteker ruang rawat. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode purporsive sampling sampai dengan saturasi data
pada 6 partisipan. Hasil penelitian terdapat dua tema yaitu persiapan dan
pelaksanaan visite. Persiapan visite yang dilakukan berupa menyeleksi pasien
yang akan divisite, melihat stok ketersediaan obat, melihat kesesuaian resep,
1
StudiFenomenologiVisiteApoteker …… (ItaFeranika)

menulis obat yang diserahkan di catatan visite, melihat rekam medis, membawa
literatur, alat pendukung dan lain-lain. Adapunpelaksanaan visite apoteker
dilakukan berdasarkan SOP (Standart Operating Procedure) berupa kunjungan
ke bangsal, memperkenalkan diri, memastikan obat yang sudah diberikan,
melihat dan mendengarkan keluhan pasien, memberikan informasi mengenai
kontinuitasobat, menganalisa perubahan pengobatan oleh apoteker maupun
dokter. Kedua tema tersebut secara garis besar sudah sesuai dengan
Pedoman Visite Kemenkes RI tahun 2011. Saran untuk peneliti selanjutnya
ialah pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung pada kegiatan
visite apoteker.

Kata Kunci : Pelaksanaan Visite, Persiapan Visite, Ruang Rawat, Visite


Apoteker

PENDAHULUAN perkembangan kondisi klinik serta rencana


Visite merupakan salah satu dari 11 jenis terapi secara komprehensif dan juga
pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit. memberikan rekomendasi sebelum keputusan
Aktivitas visite mampu dilakukan secara mandiri klinik ditetapkan dalam hal pemilihan terapi,
atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter implementasi serta monitoring terapi. Kegiatan
serta profesi kesehatan lainnya dalam proses visite tersebut juga dapat menurunkan tingkat
penetapan keputusan terkait terapi obat pasien. medication error dan drug related problem pada
Beberapa penelitian menunjukkan dampak penggunaan obat pasien rawat inap (Kemenkes
positif dari penyelenggaraan kegiatan visite RI, 2011).
apoteker pada aspek humanistik (contoh: Visite merupakan salah satu bentuk
peningkatan kualitas hidup pasien serta pelayanan farmasi klinik yang mencakup
kepuasan pasien), aspek klinik (contoh: beberapa pelayanan kefarmasian yang lain
perbaikan tanda-tanda klinik, penurunan diantaranya ialah pengkajian serta pelayanan
kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan, resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,
penurunan morbiditas dan mortalitas serta rekonsiliasi obat, pemantauan terapi obat
penurunan lama hari rawat) dan aspek ekonomi (PTO), monitoring efek samping obat (MESO),
(contoh: berkurangnya biaya obat serta biaya evaluasi penggunaan obat (EPO) dan
pengobatan secara keseluruhan). Apoteker pemantauan kadar obat dalam darah. Maka dari
dalam praktik visite harus berkomunikasi secara itu, visite merupakan kegiatan yang sangat
efektif dengan pasien atau keluarga pasien, penting dan berpengaruh besar terhadap terapi
dokter maupun profesi kesehatan lain, serta pasien rawat inap. Dimana pasien rawat inap
terlibat aktif dalam keputusan terapi obat untuk menerima beberapa obat baik oral maupun
mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang injeksi yang kadarnya harus disesuaikan
maksimal (Kemenkes RI, 2011). dengan keadaan pasien. Dengan adanya visite
Pelaksanaan praktik apoteker ruang rawat tersebut, terapi yang maksimal akan mampu
bertujuan agar pasien memperoleh obat sesuai dicapai karena informasi dan data yang diterima
rejimen yang meliputi indikasi, bentuk sediaan, dari kegiatan visite dapat digunakan sebagai
dosis, rute, frekuensi, waktu dan durasi serta bahan pertimbangan apoteker dalam memilih
supaya pasien memperoleh terapi obat secara terapi yang tepat bagi pasien rawat serta dapat
sefektif dengan risiko minimal (efek samping, tercipta komunikasi yang erat yang mampu
medication errors dan biaya). Sedangkan menimbulkan kepercayaan antara pasien
apoteker ruang rawat memiliki tanggung jawab dengan apoteker.
terkait ketersediaan obat yang berkualitas dan Pelaksanaan visite telah diatur dalam
legal, penyelesaian masalah terkait obat, Pedoman Visite yang dibuat oleh Kemenkes RI
dokumentasi terapi obat (rekomendasi dan tahun 2011, dimana didalamnya mengatur
perubahan rejimen), pemeliharaan serta segala hal terkait visite seperti persiapan praktik
peningkatan kompetensi tentang sediaan visite serta pelaksanaan visite. Dengan adanya
farmasi dan alat kesehatan dan pelaksanaan pedoman tersebut diharapkan visite yang
pendidikan, pelatihan serta penelitian. Apoteker dilakukan oleh apoteker ruang rawat memiliki
ruang rawat melakukan visite terhadap pasien acuan dan dasar. Penelitian ini dilakukan untuk
dengan beberapa kriteria yang memiliki tujuan mengetahui gambaran pelaksanaan visite
diantaranya untuk meningkatkan pemahaman berdasarkan Pedoman Visite Kemenkes RI
mengenai riwayat pengobatan pasien, 2011 di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

2
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, bulantahun

izin penelitian di BAPPEDA Kabupaten


METODE PENELITIAN Pekalongan dan RSUD Kraton Kabupaten
Jenis dan Rancangan Penelitian Pekalongan
Desain dari penelitian yang dilakukan 2. Tahap uji instrumen penelitian
adalah deskriptif kualitatif yang merupakan Tahap uji instrumen pada penelitian ini
penelitian untuk mengetahui gambaran berupa pengujian validitas isi dengan
pelaksanaan visite apoteke rberdasarkan menggunakan pendapat para ahli atau
Pedoman Visite Kemenkes RI tahun 2011 yang expert judgement.
dilakukan di RSUD Kraton Kabupaten 3. Tahapan pelaksanaan penelitian
Pekalongan. Data diperoleh dengan wawancara a. Peneliti memberikan informasi terkait
secara langsung dengan apoteker ruang rawat. penelitian, dan bertanya partisipan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni bersedia berpartisipasi atau tidak
2020. b. Partisipan yang bersedia diminta untuk
menandatangani informed concent
Sampel dan Populasi
c. Peneliti melakukan wawancara dan
Populasi ialah subjek yang memenuhi
memberitahu bahwa wawancara direkam
kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2015).
dan peneliti menulis catatan lapangan
Populasi dari penelitian ini yakni apoteker ruang
field notes terkait respon non-verbal
rawat RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
partisipan
yang berjumlah 7 orang. Sampel merupakan
d. Peneliti melakukan validasi transkrip
bagian dari populasi terjangkau yang bisa
verbatim
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
4. Tahap pengolahan datadananalisis data
sampling. Sedangkan, sampling yaitu tahap
a. Pengolahan data
menyeleksi populasi yang dapat mewakili
Data yang telah diperoleh dari hasil
populasi yang ada (Nursalam, 2015). Metode
wawancara dengan apoteker ruang
yang digunakan ialah purporsive sampling.
rawat RSUD Kraton Kabupaten
Purporsive sampling adalah model sampling
Pekalongan berupa rekaman dan field
yang dilakukan dengan cara memilih partisipan
notes atau catatan lapangan untuk
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh
mencatat respon non-verbal yang tidak
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian
dapat direkam secara audio di alat
((Sugiyono, 2009) dalam (Rejeki ,2011)).
perekam dilakukan transkrip verbatim.
Jumlah sampel yang digunakan dalam
b. Analisis data
penelitian ini ditentukan berdasarkan pada
Langkah analisis data dilakukan
saturasi data yakni data yang didapat sudah
dengan langkah :
mewakili data penelitian sehingga tidak perlu
1) Mengolah serta mempersiapkan data
ditambah lagi jumlah partisipannya, sehingga
2) Membaca keseluruhan data untuk
didapatkan sampel sebanyak 6 partisipan.
mencari pernyataan yang signifikan
(Creswell, 2015)
yang sesuai dengan tujuan khusus.
3) Menganalisis lebih detail dengan
Alat
mengkoding.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
4) Melakukan pengelompokan sesuai
merupakan daftar wawancara yang telah
dengan coding atau kata kunci.
dilakukan pengujian validitas isi dengan
5) Mengembangkan textual description
menggunakan pendapat para ahli atau expert
untuk menyampaikan pengalaman
judgement. Dalam tahap ini peneliti meminta
partisipan mengenai visite tersebut.
bantuan kepada para ahli yakni para dosen
6) Peneliti mendeskripsikan serta
pembimbing untuk menelaah kesesuaikan poin-
menyajikan tema dalam bentuk narasi
poin pertanyaan instrumen penelitian dengan
atau laporan kualitatif. ((Stevick-
tujuan penelitian yang dilakukan. Selain itu juga
Colaizzi-Keen dalam Creswell, 1998;
terdapat alat pendukung lain yakni alat perekam
cresswell, 2010) dalam (Rejeki,
dan field notes atau catatan lapangan.
2011))
Jalannya Penelitian 5. Tahap uji keabsahan data
Proses jalannya penelitian terdiri dari Prinsip keabsahan data adalah sebagai
beberapa tahap yaitu : berikut :
1. Tahap persiapan a. Credibility atau keakuratan.
Tahap persiapan meliputi proses b. Transferability atau teralihkan.
pembuatan proposal penelitian, mengurus c. Corfirmability atau kepastian.
3
StudiFenomenologiVisiteApoteker …… (ItaFeranika)

d. Dependability atau kestabilan. terhadap kinerja apoteker yakni sebesar 0,333


((Sugiyono, 2009) dalam (Rejeki, 2011)). (Sitibi dkk., 2018).
6. Tahap penulisan hasil penelitian
a. Pembuatan laporan hasil penelitian serta 4. Karakteristik Partisipan Berdasarkan Lama
menulis pembahasan. Masa Kerja
b. Pengambilan kesimpulan dan saran Lama masa kerja memberi pengaruh yang
berdasarkan hasil penelitian. tidak signifikan terhadap kinerja apoteker yakni
c. Penyelesaian laporan hasil akhir sebesar 0,392 (Sitibi dkk., 2018).Berdasarkan
penelitian. hasil wawancara dengan partisipan dengan
lama masa kerja yang berbeda, informasi
HASIL DAN PEMBAHASAN mengenai persiapan visite maupun tahapan
A. Demografi Partisipan pelaksanaan visite yang disampaikan tidak
Berdasarkan metode purporsive sampling berbeda. Namun pada partisipan D yang
yang ditentukan dengan saturasi data bekerja selama 30 tahun, kelengkapan informasi
didapatkan partisipan sebanyak 6 apoteker. dari masing-masing tahapannya tidak dijelaskan
Karakteristik yang peneliti amati pada partisipan secara detail. Sedangkan, partisipan lain
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir menjelaskan secara detail kelengkapan
dan lama masa kerja di RSUD Kraton informasi dari masing-masing tahapannya.
Kabupaten Pekalongan. Demografi partisipan
dapat dilihat pada tabel 1. B. Persiapan Visite
Menurut Kemenkes RI tahun 2011 tentang
1. Karakteristik Partisipan Berdasarkan Usia Pedoman Visite persiapan yang dilakukan
Usia produktif berada dalam rentang 15 apoteker sebelum visite ke ruang rawat meliputi
sampai 64 tahun (Badan Pusat Statistik, 2020). seleksi pasien, pengumpulan informasi
Apoteker yang bekerja di ruang rawat termasuk penggunaan obat, pengkajian masalah terkait
dalam kategori usia produktif. Usia memberi obat serta fasilitas penunjang visite.
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
apoteker yakni sebesar 0,761 (Sitibi dkk., 2018). peneliti dengan partisipan yang merupakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan apoteker ruang rawat RSUD Kraton Kabupaten
partisipan dengan usia yang berbeda, informasi Pekalongan diperoleh beberapa gambaran
mengenai persiapan visite maupun tahapan mengenai persiapan visite. Gambaran
pelaksanaan visite yang disampaikan tidak persiapan visite dapat dilihat di Tabel 2. Berikut
berbeda. Namun pada partisipan D yang cuplikan wawancara yang dilakukan dengan
berusia 62 tahun, kelengkapan informasi dari partisipan mengenai persiapan yang dilakukan
masing-masing tahapannya tidak dijelaskan apoteker sebelum melakukan visite :
secara detail. Sedangkan, partisipan lain
menjelaskan secara detail kelengkapan “....kita menentukan dulu pasien yang akan
informasi dari masing-masing tahapannya. mendapatkan pelayanan visite atau kita
seleksi dulu ya.. Kemudian setelah itu kita
2. Karakteristik Partisipan Berdasarkan Jenis lihat ketersediaan obat baik yang punya
Kelamin pasien ataupun yang kita punya di instalasi
Visite di RSUD Kraton Kabupaten farmasi. Takutnya nanti pas dokter
Pekalongan dilaksanakan oleh apoteker laki-laki meresepkan atau apa itu obat itu tidak ada,
dan perempuan, tidak ada kesenjangan yang jadi kita bisa langsung ganti substitusinya.
dilihat bedasarkan jenis kelamin. Kemudian setelah itu kita melihat RM jadi
tentang riwayat penyakit dahulu, riwayat
3. Karakteristik Partisipan Berdasarkan penyakit sekarang, keluhan, kemudian
Pendidikan Terakhir riwayat alergi ada atau tidak, kemudian
Visite dapat dilakukan oleh apoteker baik riwayat sosial terus penggunaan obat jadi
secara mandiri atau bersama tim tenaga yang diterima selama disini maupun
kesehatan (Permenkes RI, 2016). Di RSUD sebelumnya. Ya seperti itu sih. Kemudian
Kraton Kabupaten Pekalongan visite dilakukan yang keempat itu, kita mempersiapkan diri ya
oleh seorang dengan pendidikan profesi jadi bisa kita mempersiapkan misalnya
apoteker, sehingga sesuai dengan Permenkes pasien itu membutuhkan leaflet atau alat
RI nomor 72 tahun 2016. Pendidikan terakhir peraga, berarti kita bawa untuk
memberi pengaruh yang tidak signifikan penunjangnya, berdoa, dandan” (P. E).

4
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, bulantahun

Berdasarkan kutipan wawancara dengan keluhannya, apakah itu keluhan karena


partisipan dapat diketahui bahwa persiapan penyakit penyerta atau pengobatan yang
visite di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan dijalani selama di RS, terus selanjutnya kita
dilakukan dengan beberapa tahapan yakni memberikan informasi sebagai apoteker ini
mengelompokan atau menyeleksi pasien yang obatnya perlu dilanjutkan atau tetap, kalau
akan divisite, melihat stok ketersediaan obat di misalkan tidak ada masalah kita perlu
loker-loker, melihat kesesuaian dengan lanjutkan, kalau misalkan ada masalah kita
permintaan DPJP yang tertulis di catatan kondisikan atau komunikasikan dengan
pengobatan pasien, menulis obat yang akan tenaga kesehatan yang lain, terus yang
diserahkan di catatan visite, melihat rekam terakhir menganalisa perubahan terkait
medis (untuk mempelajari informasi pasien pengobatan yang dilakukan oleh kita,
seperti riwayat obat, riwayat penyakit, riwayat ataupun yang dilakukan oleh tenaga medis
alergi dan lain-lain) serta membawa literatur, terutama dokter. Kita kan bisa melihat atau
alat pendukung dan hal-hal lain seperti berdoa. dievaluasi pengobatannya itu perlu
Hal tersebut secara garis besar sudah sesuai dilanjutkan atau diganti yang penting kita
dengan Pedoman Visite Kemenkes RI tahun sudah evaluasi. Terus dilihat juga sebelum
2011 karena sudah seluruhnya dilaksanakan. dan pengobatan terapinya sesuai atau tidak,
seperti itu.” (P. C).
C. Pelaksanaan Visite
Menurut Pedoman Visite Kemenkes RI tahun Dilihat dari kutipan wawancara tersebut,
2011 visite dapat dilaksanakan secara mandiri didapatkan gambaran bahwa SOP pelaksanaan
maupun berkolaborasi dengan tenaga visite apoteker di ruang rawat RSUD Kraton
kesehatan lain. Berdasarkan hasil wawancara Kabupaten Pekalongan yang dilakukan secara
yang dilakukan oleh peneliti dengan partisipan, garis besar sudah sesuai dengan tahapan yang
diketahui bahwa pelaksanaan visite dilakukan disebutkan oleh Kemenkes RI dalam Pedoman
secara mandiri oleh apoteker penanggung Visite. Gambaran pelaksanaan visite dapat
jawab ruang rawat seperti yang disampaikan dilihat di Tabel 3. Pendokumentasian sangat
oleh partisipan F : penting sebagai bahan evaluasi serta perbaikan
mutu kegiatan pelayanan kesehatan terutama
“....kalau di RSUD Kraton, yang dilaksanakan pada pasien rawat inap yang pemberian
itu visite mandiri... “ (P. F) obatnya harus selalu dipantau. Sehingga kondisi
pasien dapat terus dilihat dan diamati melalui
Di dalam Pedoman Visite Kemenkes RI catatan yang sudah tertulis.
tahun 2011, disebutkan bahwa pelaksanaan
visite mandiri terdiri dari beberapa tahapan Rencana pengobatan pasien yang
diantaranya adalah memperkenalkan diri dilakukan oleh apoteker ruang rawat dengan
kepada pasien, mendengarkan respon yang menelaah form terapi, rekam medis, serta
disampaikan oleh pasien dan identifikasi sistem informasi manajemen rumah sakit
masalah, memberikan rekomendasi berbasis (SIMRS) dan melihat kondisi umum pasien
bukti berkaitan masalah terkait penggunaan ataupun data hasil pemeriksaan penunjang
obat, melakukan pemantauan implementasi dengan memastikan ada atau tidaknya
rekomendasi serta melakukan pemantauan kesalahan peresepan, memastikan kebenaran
efektivitas dan keamanan terkait penggunaan obat dan kelengkapan informasi pemberian
obat. Di RSUD Kraton sendiri pelaksanaan visite obat. Dari beberapa masalah yang ditemukan
mengacu pada SOP atau Standart Operating dalam proses telaah tersebut kemudian
Procedure yang terdiri dari beberapa tahapan, apoteker ruang rawat melakukan pengkajian
seperti yang disampaikan oleh partisipan terhadap rencana terapi yang tepat untuk
sebagai berikut : pengobatan pasien dan memberikan
rekomendasi terapi baik. Rekomendasi yang
“.... Poin pertama kunjungan ke bangsal, diberikan apoteker harus sesuai dengan kondisi
yang kedua memperkenalkan diri dari dan kebutuhan pasien tersebut dilihat dari
apoteker sendiri memperkenalkan diri, terus beberapa pertimbangan. Apoteker memberikan
yang ketiga itu memastikan obat yang rekomendasi dengan berkomunikasi kepada
diberikan pasien itu sudah diberikan atau DPJP atau dokter penanggungjawab pasien,
belum, terus apakah sudah diinjeksi atau perawat ataupun apoteker sejawat lainnya.
disuntikkan atau belum, yang keempat itu
melihat keluhan pasiennya seperti apakah
5
StudiFenomenologiVisiteApoteker …… (ItaFeranika)

Menurut Matzioul et al (2014) komunikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


yang efektif antara profesional kesehatan juga 2014.Peraturan Menteri Kesehatan
penting untuk memberikan pengobatan yang Republik Indonesia No. 58 tahun 2014,
efisien serta pasien-beroirientasi komprehensif. Standar Pelayanan Kefarmasian di
Selain itu, terdapat semakin banyak bukti bahwa Rumah Sakit.
komunikasi yang buruk antara profesional
kesehatan merugikan pasien. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
dokter penaggungjawab pasien atau DPJP yang 2016.Peraturan Menteri Kesehatan
berhak memberi keputusan terapi yang tepat Republik Indonesia No. 72 tahun 2016,
bagi pasien. Selain itu, pendokumentasian Standar Pelayanan Kefarmasian di
terhadap setiap pemberian obat dituliskan Rumah Sakit.
dalam form visite, rekam medis, catatan
perkembangan pasien terintegrasi, ataupun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
form pemantauan terapi obat. 2019).Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 30 tahun 2019,
Kesimpulan Klasifikasi dan Perizinan Rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai visite
tersebut, terdapat dua tema yaitu persiapan Kusharwanti, Wara. dkk. 2014. Pengoptimalan
visite dan pelaksanaan visite. Persiapan visite Peran Apoteker dalam Pemantauan
yang dilakukan berupa menyeleksi pasien yang Evaluasi Insiden Keselamatan Pasien.
akan divisite, melihat stok ketersediaan obat, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 3(3), 67-
melihat kesesuaian resep, menulis obat yang 76.
diserahkan di catatan visite, melihat rekam
medis, membawa literatur, alat pendukung dan Matzioul, F., Vlahioti, E., dkk. 2014. Physician
lain-lain. Adapun pelaksanaan visite apoteker and Nursing Perceptions Concerning
dilakukan berdasarkan SOP (Standart Operating Interprofessional Communication and
Procedure) berupa kunjungan ke bangsal, Collaboration. Journal of Interprofessional
memperkenalkan diri, memastikan obat yang Care. 28(6), 526-533
sudah diberikan, melihat dan mendengarkan
keluhan pasien, memberikan informasi Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
mengenai kontinuitasobat, menganalisa Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
perubahan pengobatan oleh apoteker maupun
dokter. Kedua tema tersebut secara garis besar Novitasari, Aditya Lela. 2016.Evaluasi
sudah sesuai dengan Pedoman Visite Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien di
Kemenkes RI tahun 2011. Instalasi Farmasi RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta. Skripsi.
Daftar Pustaka Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

American Pharmacists Association. 2012. Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan,


Improving care transitions: optimizing Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
medication reconciliation, USA Profesional Edisi Ke-2. Jakarta : Salemba
Medika
Badan Pusat Statistik. 2020. Istilah Badan Pusat
Statistik. Diakses dari Rejeki, Herni. 2011. Pengalaman Menjalani
(https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Is Pengobatan TB Kategori II Di Wilayah
tilah_page=4) Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.
Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif
dan Desain Riset: Memilih diantara Lima Riyanto, Agus. 2017. Pengolahan dan Analisis
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2011. Keputusan Direktur Jenderal Bina Sani, K. Fatthur. 2018Metodologi Penelitian
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Farmasi Komunitas dan Eksperimental.
Pedoman Visite. Yogyakarta : Deepublish

6
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, bulantahun

Satibi,. Daulay E. H., dkk. 2018 Analisis Kinerja Tumbelaka, N., Lolo, W. A., Kojong, Novel.
Apoteker dan Faktorr Yang 2017. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Mempengaruhi Pada Era Jaminan Kinerja Pegawai Instalasi Farmasi RSUP
Kesehatan Nasional di Puskesmas. Jurnal Prof. Dr. R. D Kandou Manado.Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 8(1), Ilmiah Farmasi Pharmacon. 6(4) 234-240
32-38.
Turnodihardjo, Marlina A. dkk.2016. Pengaruh
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Pendampingan Apoteker Saat Visite
Kualitatif dan R&D. Bandung : PT. Dokter terhadap Kesalahan Peresepan di
Alfabeta Ruang Perawatan Intensif. Jurnal Farmasi
Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Klinik Indonesia. 5(3) 160-168.
Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosadakarya

7
StudiFenomenologiVisiteApoteker …… (ItaFeranika)

LAMPIRAN

Tabel 1 Demografi Partisipan


No Kode Usia Jenis Pendidikan Lama Masa
Partisipan (Tahun) Kelamin Terakhir Kerja
1. A 30 L Profesi Apoteker 1 tahun
2. B 26 L Profesi Apoteker 2 tahun
3. C 33 L Profesi Apoteker 8 tahun
4. D 62 P Profesi Apoteker 30 tahun
5. E 37 P Profesi Apoteker 5 tahun
6. F 28 P Profesi Apoteker 2 tahun
Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2020)

Tabel 2 Persiapan Visite


Tema Subtema Kata Kunci Partisipan
A B C D E F
Persiapan Seleksi pasien Pasien baru - - + + + +
visite Pasien dalam + - + + + -
perawatan intensif
Pasien polifarmasi + + + + + +
Pasien dengan + + - - + +
penurunan organ
Pasien dengan critical - - + - + -
value
Pasien dengan indeks + + - + + +
terapi sempit
Pasien dengan high - - + - - -
alert medication
Pengumpulan Rekam medis - + + - + +
informasi Komunikasi langsung + + + - + +
penggunaan obat dengan pasien/
keluarga pasien
Catatan pemberian - - - - - -
obat
Rekonsiliasi + + - + + -
SIMRS - - + - + +
Screening - - - - - +
Pengkajian Efektivitas terapi - - - - - -
masalah terkait Efek samping obat - - - - - -
obat Biaya - - - - - +
Komunikasi dengan + - - - - -
DPJP
Menelaah form terapi - + - - - -
untuk mengetahui
masalah pengobatan
Melihat RM, SIMRS - - + - + +
(melihat kebenaran
dan ketepatan terapi)
Komunikasi dengan - - - + - -
sejawat apoteker
Fasilitas Referensi cetakan - + - - + +
ataupun elektronik
(jurnal, formularium RS,
DIH, medscape dan
lain-lain)
Kalkulator - - - - + -
8
FARMASAINS Vol. xx. No. xx, bulantahun

Leaflet dan brosur - - + - - -


Alat peraga - - + - - -
Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2020)
Keterangan : (+) : Partisipan menyampaikan informasi tersebut
(-) : Partisipan tidak menyampaikan informasi tersebut

Tabel 3 Pelaksanaan Visite


Tema Sub Tema Kata Kunci Partisipan
A B C D E F
Pelaksanaan Perkenalan diri Nama + + + + + +
visite Profesi + + - + + +
Mendengar Berkomunikasi/ melihat + + + + + +
respon pasien kondisi pasien untuk
dan penelusuran masalah
indentifikasi Melihat RM untuk - - - - - +
masalah penelusuran masalah
Melakukan kajian + + + - - -
terhadap masalah
Memberikan Rekomendasi dengan - + + + + +
rekomendasi pasien
berbasis bukti Rekomendasi dengan - + + + + +
berkaitan perawat
dengan Rekomendasi dengan + + + + + +
masalah dokter
Pemantauan Memastikan + + + + + +
implementasi pelaksanaan
rekomendasi rekomendasi
(komunikasi langsung/
melihat berkas)
Menyampaikan upaya + + + - - -
lain jika rekomendasi
pertama tidak bisa
dilakukan
Pemantauan Teknik SOAP + + + + + +
efektivitas dan Subject : keluhan
penggunaan pasien
obat Object : hasil
pemeriksaan
Assessment : penilaian
penggunaan obat
pasien (identifikasi
masalah)
Plan : rekomendasi
yang yang diberikan
berdasarkan
assessment
Melihat PTO, RM + + - - - +
Dokumentasi Lembar praktik visite + + - + + +
Lembar RM - + - - - +
Lembar CPPT - - + - + -
Lembar PTO - - - - + -
Lembar ESO - - - - + +
Lembar kajian - - - - - -
penggunaan obat
Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2020)
Keterangan : (+) : Partisipan menyampaikan informasi tersebut
(-) : Partisipan tidak menyampaikan informasi tersebut
9

You might also like