Professional Documents
Culture Documents
Disabilitas
dan Meningkatkan Mobilitas pada Kasus Temporomandibular Joint Discus Internal Derangement
Abstract
To find out about difference addition of jaw’s exercises intervention on traction oscillate just
as good with traction oscillate in decrease disability and improve mobility in the case of TMJ
internal derangement. This research is experimental, the sample was selected based on
purposive sampling technique.The control group given oscilate traction, treatment groups
given jaw's exercise and oscilate traction.Treatment group on measuring instrument before
TDI 34,1667±12,61 and after 17,083±6.96 and on measuring Caliper before 2,52±0.36 and
after 3.36±0.42.whereas in the control group using a measuring instrument TDI 34,13±7.63
and after 14,1667±4.91 on caliper before 3,43±0.75 and after 4.15±0.46. Normality test
with the Shapiro wilk test data obtained normal while its homogeneity test with Levene's test
in homogeneous data. The results of hypothesis I and II with paired sample t-test, test
hypothesis I retrieved the value pdisability=0,017 and pmobility=0.006, test the hypothesis
II= Pvalue 0.000 (P< 0.001)test hypothesis III with independent sample t-test
demonstrated the value of p (disability)= 0.138,p (mobility)=0.157. The addition of jaw’s
exercises intervention on oscillate traction just as good with oscillate traction in decrease
disability and improve mobility in the case of temporomandibular joint discus internal
derangement.
Keywords: Temporomandibular Joint, Jaw’s Exercise, Traction Oscillate
Abstrak
Untuk mengetahui penambahan intervensi jaw’s exercise pada traksi osilasi sama baiknya
dengan traksi osilasi saja dalam menurunkan disabilitas dan meningkatkan mobilitas pada
kasus Temporomandibular Joint Discus Internal Derangement. Penelitian ini bersifat
eksperimental,sampel dipilih berdasarkan teknik purposive sampling.Kelompok kontrol
diberikan Traksi osilasi, kelompok perlakuan diberikan latihan jaw’s exercise dan traksi
osilasi. Kelompok perlakuan pada alat ukur TDI sebelum 34,1667±12,61 dan setelah
17,083±6,96 dan pada alat ukur Jangka Sorong sebelum 2,52±0,36 dan setelah 3,36±0,42
sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan alat ukur TDI sebelum 34,13±7,63
dan setelah 14,1667±4,91 dan pada alat ukur Jangka sorong sebelum 3,43±0,75 dan
setelah 4,15±0,46. Uji normalitas dengan Shapiro wilk test didapatkan data berdistibusi
normal sedangkan uji homogenitas dengan Levene’s test didapatkan data bervarian
homogen. Hasil uji hipotesis I dan II dengan paired sample t-test, uji hipotesis I diperoleh
nilai pdisabilitas=0,017 dan pmobilitas=0,006, uji hipotesis II Pvalue=0,000 (P<0,001) dan
uji hipotesis III dengan independent sample t-test menunjukkan nilai p(disabilitas)=0,138,
p(mobilitas)=0,157. Penambahan intervensi jaw’s exercise pada traksi osilasi sama baiknya
dengan traksi osilasi saja dalam menurunkan disabilitas dan meningkatkan mobilitas pada
kasus Temporomandibular Joint Discus Internal Derangement.
melakukan elevasi mandibular terdiri dari skala dasar (skala utama) dan skala pembantu
M.Masseter, M.Temporalis, M.Pterygoideus (skala nonius). Skala utama jangka sorong
Medial sedangkan yang membantu dalam terletak dibagian tetap (rahang atas),
melakukan depresi mandibular terdiri dari menunjukkan nilai pengukuran angka utama,
M.Pterygoideus Lateral, M.Digastricus, mempunyai skala kecil 1 mm atau 0,1 cm.
M.Geniohyoid, M. Mylohyoid. Sedangkan, skala nonius jangka sorong terletak
Jika pada saat terjadi gerakan elevasi dibagian yang dapat digeser (rahang geser)
dan depresi mandibular otot-otot mastika tidak menunjukkan nilai pengukuran yang lebih teliti,
bekerja secara agonis dan antagonis maka akan mempunyai skala terkecil 0,1 mm atau 0,01
membuat pergerakan mandibular menjadi cm. Pengukuran ini dilakukan sebelum
abnormal dimana pada saat kerja otot-otot dilakukannya intervensi untuk medapatkan data
mastika tidak sinergis maka akan membuat hasil pengukuran sebelum treatment dan
imbalance muscle yang mana akan terjadi setelah intervensi untuk mendapatkan data
kompensasi yang berat pada salah satu otot hasil pengukuran setelah treatment. Dimana
yang lebih kuat yang mana lama kelamaan atau validitas alat ukur tersebut adalah 0,82 (Ramon
berulang-ulang akan mengakibatkan adanya Fuentes,et.al,2015).
myofascial pada otot-otot mastika.
Tes Untuk Mengetahui Gangguan
Pengukuran Disabilitas Dan Sendi Temporomandibular Discus
Mobilitastemporomandibular Joint Internal Derangement
Discus Internal Derangement Tdi 1. Tes nyeri pada saat gerak aktif (Depresi-
(Temporomandibular Disability Index) elevasi rahang)
Dan Jangka Sorong ) 2. Tes nyeri pada saat gerakan aktif dengan
a. Temporomandibular Disability Index bantuan
(TDI) 3. Tes nyeri pada saat melakukan gerakan
TDI (Steigerwald/maher 1997) dan palpasi
merupakan alat ukur yang mana berisikan 4. Tes nyeri pada saat gerakan protraksi
beberapa pertanyaan atau kuisioner yang 5. Tes untuk mengetahui adanya bunyi pada
disusun dan dirancang untuk memberikan saat sendi temporomandibular bergerak
informasi mengenai seberapa jauh tingkat 6. Tes limitasi pada gerak gliding lateral
disabilitas yang terjadi pada sendi condylar
temporomandibular kasus discus intenal 7. Tes nyeri saat dilakukan joint play
derangement dalam melakukan beberapa
aktivitas sehari-hari seperti mengunyah, Intervensi Traksi Osilasi Pada
berolahraga, dan lain-lain. Dengan validitas alat Gangguan Sendi Temporomandibular
ukur 0,735 Dimana instruksikan pasien untuk Discus Internal Derangement
menjawab dengan memberi tanda silang pada Menurut Maitland, traksi osilasi adalah
salah satu pilihan yang dinilai sesuai dengan bentuk gerak pasif pada sendi dengan
keadaan yang dirasakan oleh pasien saat itu. amplitudo yang kecil atau besar yang
Lalu selanjutnya hitung nilai yang diperoleh lalu diaplikasikan pada semua ROM yang ada dan
catat untuk mengetahui kemajuan intervensi. dapat dilakukan ketika permukaan sendi dalam
keadaan distraksi dan kompresi. Mobilisasi yang
b. Jangka Sorong dilakukan secara pasif oleh fisioterapis pada
Jangka sorong adalah suatu pengukuran MLPP. Sebelum dilakukan mobilisasi translasi,
objektif yang digunakan untuk mengukur jarak dilakukan traksi grade I. Traksi dilakukan untuk
pembukaan mulut/depresi dimana dilihat menghindari iritasi dan dilakukan osilasi untuk
seberapa besar pembukaan rahang yang meregang kapsul ligament dan memanipulasi
dilakukan oleh pasien, alat ukur ini mempunyai spasme otot.
tingkat ketelitian 0,1 mm. Fungsi jangka sorong
adalah untuk mengukur diameter luar, diameter
dalam, dan kedalaman yang diukur. Jangka
sorong memiliki dua buah besaran skala, yaitu
Tabel 2
Distribusi dari Rerata dan Simpangan Baku dari Tabel 4
Pengukuran Nilai Mobilitas dengan Jangka Distribusi dari Rerata dan Simpangan Baku dari
Sorong pada Kelompok Perlakuan Pengukuran Nilai Mobilitas dengan Jangka
Sorong pada Kelompok Kontrol
Pada tabel 4 kelompok Perlakuan Dari kedua hasil pengujian diatas (uji
dengan jumlah sampel 6 orang diperoleh nilai normalitas dan uji homogenitas) maka
hasil mobilitas TMJ sebelum intervensi adalah ditetapkan:
3,43±0,75 sedangkan nilai hasil Mobilitas TMJ a. Pengujian hipotesis I dan II
sesudah intervensi adalah 4,15 ±0,46. Hal ini menggunakan uji parametrik yaitu
menunjukkan bahwa adanya peningkatan nilai paired sample t-test.
mobilitas TMJ setelah dilakukan intervensi
sebanyak 6 kali.
kelompok perlakuan 17,083±6,96, 3,36±0,42. tahun jarang ada yang mengalami gangguan ini
Pada kelompok kontrol dengan nilai TDI dan mungkin ada namun bisa jadi bukan termasuk
mobilitas 14,1667±4,91, 4,15±0,46 dan pada dalam gangguan Temporomandibular joint
hasil T-Test Independent didapatkan nilai discus internal derangement. Pada keadaan gigi
p(disabilitas) kelompok perlakuan-kelompok yang hilang/ tanggal dibagian geraham
kontrol = 0,138, p(mobilitas) kelompok merupakan salah satu faktor yang dapat
perlakuan-kelompok kontrol = 0,157 dimana menimbulkan gangguan pada
p>0,05 yang berarti Ho diterima. Maka dapat Temporomandibular joint discus internal
disimpulkan bahwa Penambahan intervensi derangement (International Journal Approach
Jaw’s exercise pada traksi osilasi sama baiknya Research 2016).
dengan traksi osilasi saja dalam menurunkan Melalui penelitian yang dilakukan oleh
disabilitas dan meningkatkan mobilitas pada Von Piekartz et al. ,2011 di Belanda
kasus Temporomandibular Joint Discus Internal Berdasarkan dari penelitian yang terlebih
Derangement. dahulu telah dilakukan oleh beberapa ahli
Gangguan temporomandibular joint menyatakan bahwa penggunaan intervensi
discus internal derangement dimana manual terapi traksi osilasi dapat menurunkan
terganggunya keseluruhan sistem sendi tingkat level kronik dari gangguan dan
temporomandibular yang biasa diakibatkan disabilitas serta dapat memberikan hasil yang
karena adanya overuse pada discus unilateral, signifikan dalam peningkatan mobilitas
adanya gigi yang hilang, pada yang memiliki mandibular.
kebiasaan bruxism, memiliki asimetris rahang, Berdasarkan dari hasil referensi dan
memiliki bentuk gigi yang crossbite atau literatur serta penelitian yang terlebih dahulu
overbite. Dimana pada saat terjadi gangguan telah dilakukan Von Piekartz et al.,2011
maka discus akan mengalami penurunan menyatakan bahwa penggunaan manual terapi
elastisitas dan perubahan bentuk. Gangguan ini khususnya pada joint mobilisasi dan traksi
diawali dengan adanya nyeri pada saat osilasi dinilai sangat efektif untuk menurunkan
mengunyah, nyeri otot-otot mastika, perubahan nyeri yang mengganggu pada bagian TMJ,
pola depresi bentuk C atau S, terjadinya dimana mekanisme yang terjadi pada saat
keterbatasan pada saat gerak membuka dan traksi dilakukan adalah terlepasnya abnormal
menutup (depresi-elevasi), disertai pusing, dan cross link yang terbentuk serta melepas
terkadang dapat disertai dengungan di telinga. perlengketan yang terbentuk dari adanya
Berdasarkan deskripsi sampel pada fibrous pada bagian sendi temporomandibular,
populasi Kantor Notaris Edison Jingga pada serta dapat memperlancar pergerakan sendi
kasus gangguan Temporomandibular joint pada saat depresi dan elevasi rahang.
discus internal derangement ini mengeluh Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
adanya ketidaknyamanan pada bagian rahang Haketa et al,2010 di Jepang menyatakan bahwa
yang terkadang dapat menimbulkan rasa tidak penggunaan traksi osilasi ditambah dengan
nyaman pada saat melakukan aktivitas namun jaw’s exercise terbukti dapat menurunkan
tidak mereka hiraukan hingga bertahun-tahun disabilitas serta nyeri dan meningkatkan
lamanya dan juga ini disertai karena mobilitas mandibular saat depresi-elevasi dan
ketidaktahuan mereka mengenai gangguan protraksi. Penggunaan intervensi traksi osilasi
yang mengganggu mereka atau yang mereka dengan amplitudo rendah atau adanya gerakan
alami. Populasi yang mengeluh dan mengalami slide pada sendi, akan menyebabkan terjadinya
gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita, pergerakan cairan synovial yang membawa
yang mana ini sesuai dengan penelitian yang zat-zat gizi pada bagian yang bersifat avaskuler
dilakukan pada University of Sao Paolo, Faculty di cartilago articular dan juga di intra articular
of Odontologia, Brazil (2015) dimana insidensi fibro cartilage (Mobilization,Traction and Soft
pada kasus TMJ discus internal derangement Tissues Techniques,2017). Teknik joint play
terjadi lebih banyak pada wanita sebanyak 4:1. membantu pertukaran zat-zat gizi serta
Pada populasi yang terdapat pada mencegah efek degenerasi statis saat sendi
Kantor Notaris Edison Jingga penderita yang mengalami inflamasi dan tidak dapat
mengeluh pada bagian rahang berusia 25-34 melakukan gerakan dalam jarak gerak sendi
Tahun, penderita yang berusia dibawah 25 yang bersangkutan. (Joint Play Movement of
Jurnal Fisioterapi Volume 18 Nomor 1, April 2018 24
Penambahan Intervensi Jaw’s Exercise pada Traksi Osilasi Sama Baiknya dengan Traksi Osilasi Saja dalam Menurunkan Disabilitas
dan Meningkatkan Mobilitas pada Kasus Temporomandibular Joint Discus Internal Derangement