Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Prosedur Invasif Di Rsud Al-Ihsan
Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Prosedur Invasif Di Rsud Al-Ihsan
Depi Lukitasari
STIKes Dharma Husada Bandung
depilukita@yahoo.com
ABSTRACT
Background. During hospitalization large number of invasive procedure recived by patient and
preceived as threatening and anxiety experience. One of the invasive procedures that commonly done
is the venous blood extraction. The children in preschool age preceived venous blood extraction as
something that endanger the integrity of the body and lead to anxiety experience. To reduce the
anxiety during the venous blood extraction, a nurse could perform a clay theraphy. The aim of this
research is to ascertain the effect of clay therapy toward scoreof anxiety in preschool age children
that undergoing venous blood extraction in RSUD Al-Ihsan.
Methode. The study was quasi-experiment with nonequivalent control group posttest only. A total of
34 children who recieve venous blood extraction was assigned into 2 group, 17 children in control
and 17 children in intevention. The children anxiety level measured using anxiety observation sheet
before the procedure complete. Data were analyzed used independent t test for bivariate and logistik
regresion for multivariate.
Result Findings. The results show a significat difference in anxiety score between control group
and intervention group with p-value 0,001 < α 0.05 which means there is impact of clay therapy to
level anxiety in preschool age children undergoing invasive procedure in RSUD Al-Ihsan.
Conclusion. This research indicate that clay therapy may be used to reduce anxiety in children that
undergoing venous blood extraction.
kecemasan selama rawat inap. Salah satu anak dapat menjadi stressor yang bila terjadi
sumber kecemasan pada anak yang menjalani secara berulang dapat membuat seorang anak
rawat inap diakibatkan oleh banyaknya menjadi lebih rentan untuk mengalami takut
prosedur yang menimbulkan cedera tubuh dan ketika berhadapan dengan pengalaman
nyeri. lainnya maupun pengalaman yang sama,
Usia prasekolah merupakan periode sehingga menyebabkan trauma terhadap
antara usia 3 dan 6 tahun (Kyle & Carman, perawatan atau tindakan selanjutnya.
2015). Anak di usia ini menganggap bahwa American Academy of Pediatric (2006,
baik prosedur yang menimbulkan nyeri seperti dalam Hart & Walton, 2010) mengemukakan
prosedur invasif maupun yang tidak akan bahwa “Perawat dalam memenuhi kebutuhan
tetap dianggap membahayakan tubuh mereka anak selama hospitalisasi tidak hanya
karena konsep integritas tubuhnya belum memenuhi kebutuhan fisik, namun juga
berkembang baik (Coyne 2006; Hazinski, memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan
2013). kebutuhan perkembangan anak. Intervensi
Hampir seluruh tindakan atau prosedur yang dilakukan harus tetap mendukung proses
yang dilakukan selama anak menjalani rawat pertumbuhan dan perkembangan anak.
inap dapat menimbulkan trauma dan rasa Tindakan yang dapat dilakukan perawat anak
takut (Ball, Bindler & Cowen, 2015). Rasa salah satunya dengan mencegah atau
nyeri yang tidak dapat tertangani sebelumnya mengurangi cedera (injury) dengan
dengan baik juga akan memberikan pengaruh menerapkan prinsip atraumatic care yang
buruk bagi fisik, emosi, perilaku, kognitif, dan merupakan bagian dalam keperawatan anak.
psikologis sehingga dapat menimbulkan Tindakan keperawatan yang dapat
ketakutan, kecemasan dan penolakan untuk menurunkan trauma maupun kecemasan pada
prosedur selanjutnya (Czarnecki, et al., 2011; anak dapat dilakukan dengan bermain.
Taddio, et al., 2010). Bermain merupakan media distraksi yang
Pernyataan diatas diperkuat oleh paling efektif pada anak yang mengalami
penelitian Salmela, Salentera dan Aronen kecemasan. Distraksi merupakan sebuah
(2009) yang menyatakan bahwa Intervensi metode untuk menghilangkan kecemasan
medis atau tindakan invasif yang didapat anak dengan cara mengalihkan perhatian seseorang
pada saat masuk rumah sakit menimbulkan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap
trauma berkepanjangan bagi anak karena anak cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
mengingat pengalaman sakit sebelumnya dan menyenangkan menyebabkan pelepasan
khawatir jika akan mengalami tindakan yang endorfin. Endorfin adalah senyawa kimia 'rasa
sama. Penelitian lainnya yang dilakukan nyaman' di otak yang dapat mengurangi
Ramdaniati (2011) menyatakan bahwa kecemasan, stres, dan rasa sakit.
pengalaman buruk yang dialami oleh seorang Bermain memiliki manfaat terapeutik
dimana dapat membantu untuk melepaskan art and craft). Dalam Hockenberry dan
diri dari ketegangan yang dihadapi, sehingga Wilson (2015) dijelaskan bahwa kebutuhan
anak-anak mampu mengkomunikasikan anak akan aktivitas seni atau aktivitas kreatif
kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan lainnya semakin kuat pada saat mereka
keinginan mereka kepada pengamat yang mengaami hospitalisasi.Clay therapy juga
tidak dapat mereka ekspresikan (Landerth, digunakan sebagai alat yang efektif dalam
2012 dalam Lin & Braton, 2014). meningkatkan kemampuan anak dalam
Penelitian yang dilakukan Canbulat, memecahkan masalah, menurunkan
Inal dan Sonmezer (2014) yang berjudul kecemasan, pengambilan keputusan serta
“Efficacy of distraction methods on pengendalian impuls dan kemarahan.
Procedural Pain and Anxiety by applying Beberapa penelitian menggunakan clay
distraction cards and kaleidoscope in menyatakan bahwa dengan clay
children” menunjukan bahwa melalui bermain memungkinkan anak dapat mengeluarkan
menggunakan media kartu dan kaleidoskope emosi yang tertahan serta mengekspresikan
adalah metode distraksi yang efektif untuk emosionalnya (Landerth, 2004; Schaefer &
mengatasi nyeri dan cemas anak selama Kaduson, 2006, ; Gavron & Sholt, 2006).
plebotomi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Penelitian mengenai clay telah
Nisha dan Umarani (2013) menunjukan dilakukan Rahmani dan Moheb (2010) dengan
bahwa intervensi keperawatan dengan terapi membandingkan efektivitas clay therapy dan
bermain seperti video game efektif mampu narrative therapy. Penelitian ini dilakukan
mengurangi kecemasan anak yang akan pada 30 anak TK berusia 6 tahun yang
menjalani operasi dan anak dengan masalah mengalami gangguan kecemasan dan dibagi
emosi. menjadi 3 kelompok. Pada kelompok
Permainan yang cocok diterapkan di perlakuan baik terapi narasi maupun tanah
rumah sakit untuk anak usia prasekolah salah liat dirancang selama 10 sesi (60 menit pada
satunya adalah permainan membentuk kelompok narrative dan 90 menit pada
(konstruksi) seperti bermain adonan (clay). kelompok tanah liat) selama 5 minggu dengan
Istilah clay dalam perkembangannya hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terapi
digunakan dalam menyebut adonan yang tanah liat dan terapi narasi menunjukan
menyerupai tanah liat atau clay buatan pengurangan gejala kecemasan pada anak dan
(Wahyuningsih, 2012). Beberapa literatur terjadi peningkatkan harga diri, kinerja
menyebutkan bahwa kini clay dapat sekolah dan sosialisasi pada anak
digunakan sebagai bahan terapi baik pada dibandingkan dengan kelompok kontrol.
anak maupun orang dewasa. Penelitian serupa yang dilakukan oleh
Clay therapy merupakan jenis terapi Zaynaliyan, Javani dan Abedi (2014)
bermain kreativitas seni dan keahlian (creative menunjukkan bahwa terapi cat dan terapi clay
kontrol. Pengaruh perlakuan dapat dilihat dari Shapiro-Wilk sebesar 0,084 > nilai α
ada atau tidaknya perbedaan skor kecemasan (0,05). Karena hasil uji menunjukan
pada kelompok eksperimen dan kelompok data berdistribusi normal maka untuk
kontrol. mengetahui apakah ada perbedaan skor
Populasi penelitian yaitu seluruh anak kecemasan antara kelompok kontrol dan
usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat skor kecemasan kelompok intervensi
diruang anak Lukmanul Hakim RSUD dilakukan uji parametrik dengan uji t
Al-Ihsan. Dengan rata-rata tiap bulan 63 independen.
orang anak. Metode pengambilan sampel c. Analisis Multivariat
menggunakan Consecutive Sampling. besar Analisis multivariat yang digunakan
sampel minimal masing-masing kelompok dalam penelitian ini adalah regresi
dibulatkan menjadi 15 orang anak. Untuk logistik. Analisis multivariat ini terdiri
mengantisipasi kemungkinan responden atas 2 tahap yaitu seleksi bivariat dan
terpilih yang drop out pada saat penelitian, pemodelan multivariat.
dengan perkiraan sebesar 10% maka
HASIL PENELITIAN
didapatkan jumlah 17 responden untuk
masing-masing kelompok.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Jenis
Kelamin dan Usia Anak Prasekolah
ANALISA DATA yang Menjalani Prosedur Invasif
di RSUD Al-Ihsan Juni-Juli 2017
a. Analisis univariat
dilakukan analisis distribusi frekuensi Kelompok
No Variabel Intervensi Kontrol
dari variabel jenis kelamin. Sedangkan (n 17) (n 17)
usia karena berupa data numerik maka 1 Jenis Laki-laki 52.90% 47.10%
Kelamin Perempuan 47.10% 52.90%
dianalisis meliputi mean, median dan 2 Usia Mean 4.47 4.35
Median 4.00 4.00
standar deviasi. SD 1.18 1.00
b. Analisa Bivariat Min 3.00 3.00
Max 6.00 6.00
Untuk menentukan uji yang digunakan,
terlebih dahulu dilakukan uji tabel 1 menunjukkan jenis kelamin pada
homogenitas dan normalitas. kelompok intervensi 52,9% berjenis kelamin
Berdasarkan hasil uji normalitas laki-laki , sedangkan pada kelompok kontrol
deketahui bahwa kecemasan pada 52,9% berjenis kelamin perempuan. Rata-rata
kelompok intervensi berdistribusi normal usia anak prasekolah yang menjalani prosedur
karena nilai p dari hasil uji Shapiro-Wilk invasif pada kelompok intervensi adalah 4,47
sebesar 0,354 > nilai α (0,05) demikian tahun dengan standar deviasi 1.18. Usia
juga untuk kecemasan pada kelompok termuda 3 tahun dan yang tertua 6 tahun.
kontrol menghasilkan data berdistribusi Sedangkan rata-rata usia pada kelompok
normal karena nilai p dari hasil uji kontrol adalah 4,35 tahun dengan standar
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 76
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIII NOMOR 2 Juli 2019 ISSN : 1979-2344
deviasi 1.00. Usia termuda 3 tahun dan yang usia baik pada kelompok kontrol maupun
tertua 6 tahun. Disimpulkan bahwa tidak ada kelompok intervensi
perbedaan distribusi jenis kelamin maupun
Tabel 2. Perbedaan Skor Kecemasan Antar Kelompok Pasca Pemberian Intervensi pada Usia
Anak Prasekolah yang Menjalani Prosedur Invasif di RSUD Al-Ihsan Juni-Juli
2017
Hasil uji t, menunjukkan rata-rata skor menjalani prosedur invasif di RSUD Al-Ihsan.
kecemasan pada kelompok intervensi adalah Tabel 3. Hasil Seleksi Bivariat Variabel
Independen dengan Kecemasan
7,82, skor kecemasan pada kelompok kontrol
Pada Anak Prasekolah yang
adalah 13,11. Hal ini menunjukkan ada Menjalani Prosedur Invasif di
RSUD Al Ihsan
perbedaan rata-rata skor kecemasan sebesar
5,29. Berdasarkan data tesebut menunjukkan Variabel
p-
No independen Keterangan
bahwa kecemasan anak yang diberi clay value
therapy menunjukan skor kecemasan lebih 1. Jenis kelamin 1.000a Bukan kandidat
2. Usia 0.617b Bukan kandidat
ringan dibanding dengan skor kecemasan 3. Intervensi 0.001a Kandidat
anak yang tidak diberi clay therapy. Nilai p =
Keterangan:
0,001 < nilai α (0,05). therapy terhadap
a. Sign dengan chi square
kecemasan anak usia prasekolah yang
b. Sign dengan man withney
Tabel 4 Pemodelan Bertahap Regresi Logistik Kecemasan Didasarkan Jenis Kelamin, Usia
Dan Intervensi Clay Terhadap Skor Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang
Menjalani Prosedur Invasif Di RSUD Al Ihsan
95% CI
Tahap Variabel B Wald P value Exp(B)
Terendah Tertinggi
Satu Jenis ,267 ,033 ,857 1,306 ,072 23,551
kelamin
Usia -,592 ,580 ,446 ,553 ,120 2,539
Intervensi -5,787 12,432 ,001 ,003 ,000 ,077
Konstanta 10,874 4,066 ,044 52763,772
Dua Usia -,584 ,553 ,457 ,558 ,120 2,600
Intervensi -5,797 12,415 ,000 ,003 ,000 ,076
Konstanta 11,251 4,903 ,027 76919,102
Tiga Intervensi -5,545 14,470 ,000 ,004 ,000 ,068
KonstantA 8,318 13,023 ,000 4096,000
Berdasarkan hasil pemodelan tahap 1 seperti lebih ringan dibanding dengan kecemasan
terlihat pada tabel 4 variabel jenis kelamin anak pada kelompok kontrol.
Sebagian besar anak yang dirawat di
dan usia memiliki nilai p>0,05 dan intervensi rumah sakit menjalani prosedur invasif
memiliki nilai p=0.001. Variabel yang (MrCarthy et al, 2010). Tindakan invasif
tertinggi nilai p-nya kemudian dikeluarkan pengambilan darah vena merupakan stresor
dari model analisis multivariat. Di pemodelan bagi setiap anak karena merupakan prosedur
ke 2 yaitu variabel jenis kelamin ( p= 0.857) yang tidak nyaman dan mengancam akibat
karena nilai p>0,05 maka variabel jenis timbulnya nyeri yang dirasakan saat prosedur
kelamin dikeluarkan dari pemodelan. Pada tersebut dilakukan. Menurut Stuart dan Laraia,
pemodelan ke tiga variabel usia didapatkan (2013) kondisi tersebut merupakan suatu
nilai (p=457) dimana nilai p>0,05 sehingga ancaman terhadap integritas fisik. Dalam
pada pemodelan ke tiga variabel usia juga asumsinya, anak prasekolah akan merasakan
dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis ketakutan jika kulit mereka rusak atau semua
multivariat tersebut maka dapat disimpulkan darah dan bagian dalamnya bisa bocor. Hal
bahwa penurunan kecemasan hanya tersebut sejalan dengan penelitian yang
dipengaruhi intervensi dan tidak dipengaruhi dilakukan Caprili, Vagnoli, Bastiani, dan
variabel usia maupun jenis kelamin. Maka Messeri (2012) yang mengatakan bahwa
dari tu dapat disimpulkan pemodelan ringkas anak-anak sangat khawatir dan merasa
yang dapat menjelaskan hubungan intervensi terganggu dengan prosedur medis invasif.
dengan kecemasan adalah sebagai berikut: Anak usia prasekolah beranggapan bahwa
Penurunan kecemasan= 8,318-5,45 (clay prosedur invasif maupun intrusif baik yang
therapy) + E (faktor lain yang tidak diteliti). menyebabkan nyeri maupun tidak merupakan
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan prosedur yang mengancam bagi mereka.
bahwa jika tidak diberikan clay therapy maka Secara umum anak dalam usia ini akan terus
akan meningkatkan skor kecemasan sebesar beraksi dengan kemarahan emosional
8,318. terhadap orang lain (Wong, 2009).
Selama proses penelitian di lapangan
A. PEMBAHASAN
ketika anak diberitahu akan dilakukan
1. Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang
tindakan dan ketika anak melihat perawat
Menjalani Prosedur Invasif
membawa alat untuk prosedur invasif yang
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata
mengancam bagi mereka maka anak akan
kecemasan pada anak usia prasekolah yang
bereaksi terhadap ancaman tersebut. Anak
mendapatkan clay therapy adalah 7.82
mulai merasankan kecemasan dan semakin
sedangkan kecemasan pada anak yang tidak
terlihat terutama sesaat akan
diberi clay therapy rata-ratanya adalah 13,1.
dilangsungkannya tindakan. Seluruh anak
Kecemasan anak pada kelompok intervensi
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 78
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIII NOMOR 2 Juli 2019 ISSN : 1979-2344
dalam penelitian ini memiliki pengalaman rasa sakit dari pada mereka yang tidak
sebelumnya mengenai tindakan invasif. memiliki pengalaman sebelummnya. Hasil
Seperti diketahui dalam beberapa penelitian analisa peneliti anak yang memiliki
yang menyebutkan bahwa pengalaman pengalaman sebelumnya akan tindakan yang
sebelumnya akan tindakan yang menyebabkan sama akan tetap mengalami cemas saat
nyeri tidak jarang menimbulkan trauma pada tindakan tersebut dilakukan kembali dan
anak dan menyebabkan anak menjadi cemas tindakan yang bersifat mengancam seperti
dan takut saat tindakan yang sama terulang nyeri akan menimbulkan reaksi cemas bagi
kembali yang sesuai dengan penelitian Coyne anak baik sebelum maupun selama tindakan
(2006) dimana kecemasan pada anak juga berlangsung.
akan diperberat oleh persepsi terhadap jarum, Tindakan yang dapat dilakukan perawat
nyeri, operasi dan kematian, ketakutan anak salah satunya dengan mencegah atau
mutilasi dan ancaman cedera pada tubuh. mengurangi cedera (injury), dengan
Anak akan takut pada nyeri yang menerapkan prinsip Atraumatic care yang
berulang dan sesuatu yang menyakiti tubuh merupakan bagian dalam keperawatan anak.
(Price & Gwin 2008). Hasil penelitian yang Asuhan atraumatik adalah pemberian asuhan
dilakukan Bisogni (2014) menyatakan terapeutik dengan menggunakan teknik dan
bahwa anak yang memiliki penyakit kronis metode yang dapat mencegah atau
yang terpapar prosedur invasif sebelumnya mengurangi distres psikologis dan fisik yang
memiliki ambang nyeri dan kegelisahan yang dialami anak dan keluarga dalam lingkungan
lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak pelayanan kesehatan (Potts & Mandleco,
memiliki pengalaman sebelumnya. 2012). Salah satu tindakan yang dapat
Mengenang rasa sakit merupakan proses dilakukan perawat anak adalah dengan
kognitif yang dipengaruhi perkembangan anak melakukan asuhan atraumatik care yaitu
(Von Baeyer, 2004 dalam Bisogni 2014). dengan bermain untuk mengalihkan perhatian
Hasil penelitian Bisogni et.al (2014) anak.
menegaskan meskipun sebagian anak dapat Keadaan anak yang terganggu secara
mentoleransi prosedur invasif, namun fisik akan mendapatkan kesenangan melalui
kebanyakan anak menunjukan kecemasan bermain dan mempengaruhi kesiapan anak
antisipatif terhadap tindakan sehingga selama dilakukan tindakan keperawatan.
memperberat tingkat nyeri dan kegelisahan Menurut Mahon (2009) bermain dapat
selama prosedur berlangsung. Penelitian lain menyembuhkan anak-anak yang dalam proses
yang dilakukan Rocha et all (2009) meneliti kebingungan dan gangguan emosi, dan
efek tempramen dan sifat kegelisahan, saat perasaan tidak menentu. Penelitian lainnya
mengenang rasa sakit anak-anak yang yang telah dilakukan Nisha dan Umarani
gelisah cenderung mengingat lebih banyak (2013) menunjukkan bahwa intervensi
bermain efektif dalam mengurangi kecemasan Lestari (2013) mengenai dampak dekapan
di kalangan anak-anak yang akan menjalani keluarga terhadap skor distres anak saat
prosedur invasif pra operasi. Hal tersebut pemasangan infus didapatkan hasil selisih
sesuai dengan hasil penelitian bahwa anak rerata skor distres pada kelompok kontrol dan
yang diberikan terapi bermain clay memiliki intervensi menurun sebesar 0.95 setelah
kecemasan lebih rendah jika dibandingkan pemberian intervensi.
anak pada kelompok kontrol yang tidak Jika dibandingkan dengan beberapa
dilakukan intervensi sebelumnya. penelitian sebelumnya dengan media yang
berbeda dalam menurunkan kecemasan maka
2. Pengaruh Clay Teraphy Terhadap
dapat disimpulkan bahawa terapy clay lebih
Kecemasan Anak prasekolah yang
Menjalani Prosedur Invasif unggul mengatasi kecemasan dibandingkan
terapi bermain lainnya seperti bibliotherapy
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
maupun dekapan. Asumsi peneliti bahwa clay
pengaruh clay therapy terhadap kecemasan
merupakan permainan aktif dimana anak
anak usia prasekolah yang menjalani
bebas membuat apa yang mereka inginkan
prosedur invasif di RSUD Al-Ihsan. Rata-rata
sehingga rasa cemas anak pada saat itu akan
kecemasan pada kelompok intervensi adalah
teralihkan dan anak akan mendapatkan
7,82 sedangkan pada kelompok kontrol
kesenangan dari proses bermain clay seperti
adalah 13,11. Hal ini menunjukkan ada
membentuk dan meremas. Clay therapy
perbedaan penurunan skor rata-rata
merupakan salah satu intervensi yang
kecemasan sebesar 5,29. Jika dibandingkan
memberikan rasa nyaman pada anak, dengan
terapi bermain lainnya clay therapy mampu
membentuk akan membantu anak
menurunkan skor kecemasan lebih banyak.
mengekspresikan kecemasan, sebagai proses
Penelitian sebelumnya yang dilakukan
distraksi dalam mengalihkan perhatian anak
oleh Apriliawati (2011) menggunakan
dari cemas yang dirasakan. Stimulus sensori
bibliotherapy terhadap kecemasan anak
yang menyenangkan menyebabkan pelepasan
didapatkan hasil selisih rerata skor
endorphin oleh kelenjar pituitary yang
kecemasan pada kelompok kontrol dan
terletak di bagian bawah otak. Endorphine
intervensi menurun sebesar 0.2 setelah
mampu menimbulkan perasaan senang dan
pemberian intervensi. Penelitian lainnya yang
nyaman hingga membuat seseorang berenergi.
dilakukan Subadriah (2009) dengan
Dengan adanya distraksi maka dapat
menggunakan permainan terapeutik (boneka
menghambat stimulus cemas yang
jari, balon karet dan bernyanyi) didapatkan
mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas
hasil selisih rerata skor kecemasan pada
yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry,
kelompok kontrol dan intervensi menurun
2005) sehingga dapat menurunkan
sebesar 0.46 setelah pemberian intervensi.
hormon-hormon yang menimbulkan stres,
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
mengaktifkan hormon endorfin alami, penelitian anak yang dilakukan terapi clay
meningkatkan perasaan rileks, mengalihkan sebelum tindakan invasif lebih mampu
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, mengatasi rasa cemas sebelum prosedur
serta memperbaiki sistem kimia tubuh invasif dilakukan, sehingga saat dilakukan
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti prosedur pengambilan darah vena anak
sesuai dengan penelitian yang telah dikakukan menjadi lebih kooperatif dan ketegangannya
sebelumnya tentang clay therapy yang telah berkurang. Asumsi peneliti hal ini terjadi
dilakukan Rahmani dan Moheb (2010) karena pada anak kelompok intervensi
didapatkan hasil bahwa terapi tanah liat dan ketegangan anak sudah dialihkan karena
terapi narasi menunjukan pengurangan gejala berikan terapi bermain sebelumnya. Sesuai
kecemasan pada anak dan terjadi dengan hasil penelitian yang menyatakan
peningkatkan harga diri, kinerja sekolah dan bahwa melalui bermain anak-anak mampu
sosialisasi pada anak dibandingkan dengan mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut,
kelompok kontrol. Penelitian serupa yang kecemasan dan keinginan mereka kepada
dilakukan oleh Zaynaliyan, Javani dan Abedi pengamat yang tidak dapat mereka
(2014) dengan meneliti pengaruh terapi cat ekspresikan (Landerth, 2012 dalam Lin &
dan terapi clay terhadap gangguan kecemasan Braton, 2014).
pemisahan pada anak prasekolah, didapatkan American Academy of Pediatric (2006,
adanya perbedaan kecemasan antara dalam Hart & Walton, 2010) mengemukakan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol bahwa “Perawat dalam memenuhi kebutuhan
setelah diberikan terapi cat dan terapi clay, anak selama hospitalisasi tidak hanya
hasil ini menunjukkan bahwa terapi cat dan memenuhi kebutuhan fisik, namun juga
terapi clay efektif dapat mengurangi gangguan memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan
kecemasan perpisahan pada anak prasekolah. kebutuhan perkembangan anak. Tindakan
Penelitian lainnya ikut menguatkan beberapa yang dapat dilakukan perawat anak salah
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh satunya dengan mencegah atau mengurangi
Dayani (2015) pada anak yang menjalani cedera (injury), dengan menerapkan prinsip
hospitalisasi didapatkan p-value 0,001 <α 0,05 Atraumatic care yang merupakan bagian
dimana terapi bermain clay menunjukan dalam keperawatan anak. Tujuan utama dalam
penurunan skor rata-rata kecemasan pada perawatan atraumatic yaitu dengan tidak
kelompok eksperimen dibandingkan dengan melakukan tindakan yang dapat melukai atau
kelompok kontrol. menimbulkan trauma pada anak (Hockenberry
Hasil temuan penelitian menunjukan & Wilson, 2015). Tindakan keperawatan yang
terdapat perbedaan skor kecemasan anak yang dapat menurunkan trauma maupun kecemasan
diberikan terapi bermain clay dan anak yang pada anak dapat dilakukan dengan bermain.
tidak diberikan terapi clay. Selama proses Beberapa penelitian juga telah membuktikan
bahwa penerapan atraumatic care memiliki lega dan motivasi mental sera memberikan
pengaruh atau hubungan terhadap penurunan kesejahteraan psikologis.
respon kecemasan pada anak yang di Menurut Sholt dan Gavron (2006) clay
hospitalisasi (Bolin, 2011 & Breving, et al., therapy digunakan sebagai salah satu teknik
2015). dalam proses terapeutik pada terapi pribadi
Penerapan terapi bermain clay selama dan kelompok. Buchalter (2009) menjelaskan
penelitian pada anak yang akan menjalani bahwa clay therapy adalah sebuah terapi yang
prosedur invasif tidak hanya memberikan rasa memanfaatkan media clay yang mendorong
senang dan mengurangi rasa cemas sebelum konseling untuk dapat mengekspresikan
prosedur invasif tersebut dilakukan, tetapi suasana hati dan perasaannya. Dalam
juga membantu anak mengekspresikan beberapa litelatur disebutkan bahwa clay
perasaan dan pikiran takut sedih bahkan therapy termasuk terapi bermain yang
trauma di masa lalu karena pernah mengalami menggunakan seni yang dapat membantu
tindakan yang berhubungan dengan jarum proses penyembuhan pada anak-anak yang
sebelumnya. Pada beberapa sumber terapy mempunyai masalah traumatis, Carey (2006,
clay lebih unggul jika dibandingkan pada dalam Siegel et all., 2015). Sejalan dengan
terapi lain karena selain termasuk dalam terapi penelitian tersebut dimana seni dapat
bermain aktif juga dapat memfasilitasi memberikan metode mengatasi dan membantu
perkembangan motorik anak. Media clay pasien anak tidak hanya fokus perhatian
dapat digunakan dalam memfasilitasi mereka dari mereka prosedur medis
perkembangan aspek kognitif dan afektif menyakitkan atau menakutkan (Blount et al.,
dalam diri anak-anak (Schaefer & Kaduson, 2009) tapi membuat jalan untuk akhirnya
2006). Pada prosesnya kreasi menguasai peristiwa traumatis. Berbagai
mengguanakan clay anak dituntut membentuk bentuk seni dapat mendorong anak-anak
dan membuat suatu kreasi seni dimana anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
mampu menyalurkan ide imajinatif dan misalnya melalui media gambar, penggunaan
kreatifnya dalam menciptakan suatu karya. tanah liat, lukisan jari, dll. Menurut sumber
Dengan cara ini anak bebas mengekspresikan Mosby’s dictionary of medicine, nursing &
diri dan melihat bagaimana perkembangan health professions, (2009 dalam Potts &
potensi dirinya dalam menuangkan ide Mandelco 2012) seni juga digunakan sebagai
kreatifnya tanpa perasaan tertekan. Sehingga pengobatan kesehatan mental.
inilah yang memfasilitasi anak dalam Hasil pengamatan selama dilapangan
perkembangan kognitif dan afektifnya. pada anak yang akan dilakukan prosedur
Penelitian lainnya yang dilakukan Hassan invasif sebagian besar anak lebih rileks ketika
(2012) pada anak sekolah menyatakan bahwa mereka diberikan bermain clay dan anak
terapi clay mampu menimbulkan perasaan menunjukan ekspresi kesenangannya, hal
tersebut membuktikan bahwa clay therapy kelamin dan usia tidak dapat mempengaruhi
mampu membuat efek relaksasi pada anak. kecemasan anak yang menjalani prosedur
Pada kondisi releks tubuh akan mengeluarkan invasif hal tersebut mungkin timbul akibat
opiat endorfin yang akan menimbulkan rasa selain mekanisme koping yang berbeda juga
senang dan bahagia pada anak. efek relaksasi bayangan terhadap situasi atau lingkungan
akan mengaktifasi struktur otak seperti area yang tidak mereka kenal sebelumnya. Selama
limbik, yang menunjukan peran penting pengamatan di lapangan anak pada usia ini
terhadap emosi salah satunya kecemasan. masih sulit menjalin trust terutama pada
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan orang yang baru dikenalnya begitupun
adanya perbedaan skor kecemasan pada dengan perawat yang memberikan tindakan
kelompok kontrol dan kelompok intervensi meskipun anak bukan pertama kali bertemu
dan nilai p value = 0,001 sehingga dapat perawat namun ketika perawat datang untuk
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh clay memberi perawatan maupun tindakan
therapy terhadap kecemasan anak prasekolah beberapa anak masih nampak ketakutan, dan
yang menjalani prosedur invasif di RSUD persepsi anak tentang jarum maupun tindakan
Al-Ihsan sebelumnya juga ikut mempengaruhi reaksi
kecemasan anak. Walaupun semua anak-anak
3. Pengaruh Usia dan Jenis Kelamin
yang terlibat dalam penelitian telah pernah
Terhadap Kecemasan Anak yang
Menjalani Prosedur Invasif menghadapi situasi yang sama sebelumnya
akan tindakan invasif namun pengalaman
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut masih dingingat oleh anak sehingga
menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin
tidak mengurangi kecemasan anak saat akan
tidak berpengaruh terhadap kecemasan anak
menjalani prosedur yang sama di kemudian
usia prasekolah yang menjalani prosedur
hari. Hal tersebut diperkkuat penelitian
invasif di RSUD Al-Ihsan. Dari hasil
Coyne (2006) dimana kecemasan akan
penelitan yang dilakukan peneliti sejalan
diperberat oleh persepsi terhadap jarum, nyeri,
dengan penelitian sebelumnya yang
operasi dan kematian, ketakutan mutilasi dan
menunjukan bahwa tidak ada hubungan
ancaman cedera pada tubuh.
antara umur dengan tingkat kecemasan pada
Berdasarkan hasil penelitian
anak yang menjalani hospitalisasi (Brewer
kemungkinan usia dan jenis kemanin tidak
et all, 2006 dalam Tsai 2007; Blair 2008).
mempengaruhi kecemasan terjadi karena
Peneliti berasumsi bahwa setiap anak
masih banyaknya faktor lain yang tidak
memiliki kemamapuan yang berbeda
diteliti seperti lingkungan, petugas kesehatan,
terhadap stresor yang dialami dan cara
mekanisme koping anak. Ketika anak
masing-masing anak dalam mengatasi cemas
mengalami rawat inap maka anak harus
juga akan berbeda pula.
beradaptasi dengan lingkungan yang
Berdasarkan analisa peneliti jenis
dianggapnya baru dan asing, serta harus pada waktu yang menyeluruh (Behrman,
menjalani kegiatan/aktivitas rutin rumah sakit, Kliegman, & Arvin, 2000; Hockenberry&
petugas rumah sakit dan orang orang di Wilson, 2015). Pada umumnya anak usia
sekitarnya, takut dan nyeri karena penyakit prasekolah akan menunjukan koping yang
atau tindakan perawatan juga pengobatan maladaptif ketika beradaptasi terhadap
(Rudolph, 2002). Mekanisme koping yang hospitalisasi yang dialaminya, hal ini
digunakan anak dalam beradaptasi juga terutama dikarenakan anak merasa takut
sangat penting untuk mendukung proses kalau bagian tubuhnya akan cidera atau
adaptasi, karena apabila anak mampu berubah akibat tindakan yang dilakukan pada
beradaptasi dengan baik hal tersebut akan anak tersebut (Hegner, 2003). Penolakan
mendukung proses penyembuhannya. terhadap tindakan keperawatan dan
Strategi koping menunjuk pada berbagai pengobatan akan menyulitkan jika anak tidak
upaya, baik mental maupun perilaku, untuk kooperatif pada perawat.
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau
minimalisasikan suatu situasi atau kejadian KESIMPULAN
yang penuh tekanan. 1. Kecemasan anak yang diberi clay therapy
Koping yang positif atau adaptif ditandai lebih ringan dengan rata-rata kecemasan :
dengan optimis, kompetensi, dan kepatuhan, 7.82 dibandingkan dengan kecemasan
sedangkan koping yang maladaptif anak yang tidak diberi clay therapy
ditunjukan Berdasarkan litelatur lain dengan rata-rata kecemasan : 13.1.
penyebab kecemasan yang dialami oleh anak 2. Terdapat perbedaan skor kecemasan yang
saat dirawat biasanya berhubungan dengan signifikan antara anak yang diberikan
berbagai faktor diantaranya berkaitan dengan intervensi clay therapy dengan anak
petugas kesehatan dan prosedur yang kelompok kontrol yang tidak diberikan
dilakukan (Nursalam, Susilaningrum & clay therapy saat menjalani prosedur
Utami, 2013). Pendapat serupa mengetakan invasive di RSUD Al-Ihsan dengan (p
bahwa penyebab dari kecemasan tersebut value = 0,001 < α = 0,05).
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik 3. Variabel usia dan jenis kelamin tidak
faktor dari petugas (perawat, dokter, dan berpengaruh terhadap kecemasan anak
tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, usia prasekolah yang menjalani prosedur
maupun keluarga yang mendampingi selama invasif di RSUD Al-Ihsan.
perawatan. Selain itu anak usia prasekolah
REFERENSI
belum mampu menyelesaikan
kegiatan-kegiatan mental secara logis dan Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan
terapi bermain pada anak. Edisi revisi.
hanya dapat berfikir satu ide pada satu waktu
Jakarta: Salemba Medika
serta tidak dapat berfikir untuk semua bagian
Ball, JW., Bindler, RC & Cowen, KJ. (2015). Gigerenzer, G., Galesic, M., Garcia-Retamero,
Principles of Pediatric Nursing: Caring R. (2014). Stereotypes about men's and
for Children (6th Edition) . New Jersey: women's intuitions: A study of two nations.
Pearson Education. Journal of Cross-Cultural Psychology, 45,
62-81
Bisogni et al (2014) Perception of
venipuncture pain in children suffering Koller, D., Goldman, R.D. (2012). Distraction
from chronic diseases .BMC Research techniques for children undergoing
Notes, 7:735 procedures: A critical review of pediatric
research. Journal of Pediatric Nursing,
Breving, ismanto, onibala. (2015). Pengaruh 27:652–681
penerapan atraumatic careterhadap respon
kecemasan anak yang mengalami Hasan Amran (2012). Clay Therapy: An
hospitalisasidi rsu pancaran kasih gmim Alternative Approach to Emotional Reduce
manado danrsup prof. Dr. R. D. Kandou Therapy in Fostering Psychological
manado. Program studi ilmu keperawatan Well-Being among School Students. School
fakultas kedokteran universitas sam of Psychology and Human Development,
ratulang. Ejournal keperawatan (e-kp) Social Sciences & Humanities, University
volume 3 nomor 2 Kebangsaan Malaysia. DOI:
10.7763/IPEDR. 2012. V56. 22
Brykczynska , G.M & Simons, J. (2011).
Ethical and Philosophical Aspects of Hazinski, M.F. (2013). Nursing care of the
Nursing Children and Young People . critically ill child(3rd ed.). Missouri:
Wiley-Blackwell Elsevier.
Canbulat, N., Inal, S., Sonmezer, H.(2014). Hockenberry. M.J., & Wilson. D. (2015).
Efficacy of distraction methods on Wong's Nursing Care of Infants and
procedural pain and anxiety by applying Children, 10th Edition. Publisher : St.
distraction cards and kaleidoscope in Louis, Missouri
children. Asian Nursing Research;8:23–28
James. Susan, R., Nelson, Kristine, A.A., &
Caprilli S., Vagnoli L., Bastiani C., Messeri A. Jean, W (2013). Nursing Care of Children:
(2012). Pain and distress in children Principles &Practice, Fourth Edition.
undergoing blood sampling: Effectiveness St.Louis : Saunders Elsevier.
of distraction with soap bubbles: A
randomized controlled study. Italian Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., (2011).
Journal of Pediatric Nursing Science, 4(1), Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
15-18 Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis.
Tangerang : Bina Rupa Aksara pp.1-8
Dayani E, Budiarti L.Y, Lestari D.R. 2015.
Terapi bermain clay terhadap kecemasan Karlsson, K., Rydstro, I., Enskar, K &
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) Englund, ACD. (2014). Nurses’
yang menjalani hospitalisasi di RSUD perspectives on supporting children during
BanjarBaru. needle-related medical procedures. Int J
Qual Stud on Health Well-being. 9:23063
Francischinelli AGB, Almeida FA, Fernandes
DMSO (2012) Routine use of therapeutic Kyle, T & Carman, S . (2015) . Buku Ajar
play in the care of hospitalized children: Keperawatan Pediatrik vol. 2, edk 2,
nurses perceptions. Acta Paulista de Jakarta: EGC.
Enfermagem.;25:18
Koukourikos K, Tzeha Laila, Parthenopi
Fernandes SC, Arriaga P. (2010) The effects of Pantelidou, et al. (2015) .The Importance
clown intervention on worries and Of Play During Hospitalization Of
emotional responses in children undergoing Children. Mater Sociomed,; 27(6):
surgery. J Health Psychol.; 15:405 438–441.