You are on page 1of 12

JURNAL ILMIAH PETERNAKAN TERPADU Vol.

7(2): 251 - 262, Juli 2019


Djatmiko Pinardi et al.
Terakreditasi Peringkat 3 Kemenristekdikti RI No. 21/E/KPT/2018
ISSN: 2614-0497

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI


PETERNAKAN PRUMPUNG BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN

Landscape Planning for The Implementation of Environmentally Friendly Prumpung Livestock


Technology Inovation Areas

Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

Agricultural Production Technology Center, Agency for the Assessment and Application of Technology
Laptiab Gd. 612 Puspiptek Serpong Tangerang Selatan
E-mail: djatmikopinardi@gmail.com

ABSTRACT

The needs of animal protein especially of meats, is increasing from year to year in line with the
rising numbers of people as well as an enhanced awareness of Indonesian people about fulfilling the
nutrition. One of the efforts can be done to get fresh meat for consumption at their own volition was by
raising the standard of the population and productivity of low class ruminants to set up their cattle on a
more sustainable path. The purpose of this activity was proposed the framework for the landscape of a
planning at the office of KAPITAN that serves as a means of the dissemination of technological innovations,
a place to conduct field studies and mean engineering technology and shall be promulgated by the
application of the concept of GFP. Material and methode to materialize this needs to be a manual the
cultivation of its beef cattle (Good Farming Practices). The concept of GFP is the application of the
efficiency of production with must pay attention to the environmental factors in the business of a farm.
Several factors that must be considered include cattle that are reared, feed given, the management of the
cost of maintenance, left the care of his facilities as well as the surrounding environment. The concept of
GFP is the application of the efficiency of production with must pay attention to the environmental factors
in the business of a farm. Several factors that must be taken care are its industrial activity among others
cattle that are reared, feed given, the management of the cost of maintenance, the facilities of maintenance
as well as the surrounding environment. Result and discussions, the application of the concept of GFP
requires good managerial and qualified human resources to maintain under strict supervision and in a
continuous way. The department for The Assessment and Application of Technology (BPPT) that plan to
build “the area of the application of technological innovations of animal husbandry (KAPITAN) Prumpung
Gunung Sindur Bogor districts” is trying to participate in the application of the concept of GFP.
Conclusion, Kapitan Prumpung is expected to beneficial in helping on the development of food security in
the delivery of animal protein origin of ruminants through innovation in the field of animal husbandry and
the increase in human resources of animal husbandry

Keywords: Husbandry Landscape, Good Farming Practices, Environmental Friendly

PENDAHULUAN produk peternakan secara khusus diperlukan


standarisasi yang ketat sehingga perlu diterapkan
Pengembangan ternak ruminansia sapi konsep Good Animal Husbandry Practices
dan kambing merupakan salah satu komoditas (GAHP). Penerapan GAHP bertujuan menjamin
strategis yang mendukung ketahanan pangan bahwa produk perternakan yang dihasilkan aman
dalam penyediaan kebutuhan pangan protein asal untuk dikonsumsi dengan kualitas yang tepat dan
ternak. Inovasi teknologi peternakan ruminansia sesuai bagi konsumen, selain itu juga
sapi dan kambing perlu dilakukan sehingga memastikan produk peternakan tersebut
diperoleh produktivitas ternak ruminansia yang dihasilkan dengan cara yang benar tanpa
optimal. menimbulkan kerugian/kerusakan lingkungan,
Menghadapi AEC (ASEAN Economic kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan
Community) 2015 bidang pangan terutama pekerja di sektor peternakan.

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 251


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

Konsep GAHP dapat dicapai melalui Jenis data yang diperlukan yaitu data
penerapan efisiensi produksi dengan tetap primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
memperhatikan faktor lingkungan dan semua melalui wawancara, survei lokasi dan observasi.
yang terlibat dalam usaha peternakan. Beberapa Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan,
faktor yang harus diperhatikan antara lain ternak literatur, publikasi dan dokumen lainnya dari
yang dipelihara, pakan yang diberikan, lembaga/instansi terkait. Beberapa informasi data
manajemen pemeliharaan, fasilitas pemeliharaan terdiri dari aspek biofisik, aspek teknik dan aspek
serta lingkungan sekitarnya. Traceability dari sosial ekonomi.
produk peternakan yang dihasilkan harus jelas,
baik itu ternaknya, pakan, proses Metode
produksi/pemeliharaan, pemotongan, Penelitian ini menggunakan metode
pengolahan hingga distribusi ke tangan deskriptif dengan survei lapang untuk
konsumen. Penerapan konsep GAHP mendapatkan data secara langsung. Proses desain
membutuhkan SDM yang berkualitas untuk penelitian ini mengikuti proses pendekatan
menjalankannya disertai dengan pengawasan metode framework perencanaan yang terdiri dari
yang ketat dan berkelanjutan. persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis hingga
Badan Pengkajian dan Penerapan konsep perencanaan taman, antara lain berupa
Teknologi (BPPT) yang mempunyai tugas dan konsep perencanaan lanskap yang sesuai dengan
fungsi di bidang pengkajian dan penerapan fungsi dalam tapak (zonasi, penataan, sirkulasi,
teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan fasilitas), aktifitas dan keinginan pengguna (Gold,
perundang-undangan yang berlaku, berupaya 1980).
berperan serta dalam pengembangan sektor
peternakan dengan penerapan konsep GAHP di HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia yaitu “Kawasan Penerapan Inovasi
Teknologi Peternakan (KAPITAN) Prumpung” Kondisi Awal Kawasan
dibawah unit teknis bidang peternakan Pusat Lokasi KAPITAN Prumpung terletak
Teknologi Produksi Pertanian, BPPT. pada koordinat 6o23’00” LU - 6o23’12” LS dan
Tujuan penelitian adalah menyusun 106o39’16” BB - 106o39’28” BT. Vegetasi yang
konsep perencanaan lanskap KAPITAN yang dominan adalah tanaman liar yang kerap menjadi
berfungsi sebagai sarana diseminasi inovasi gulma seperti prumpung (Phragmites karka),
teknologi, tempat kajian dan perekayasaan alang-alang (Imperata cylindrica), rumput
teknologi, lokasi percontohan, kebun koleksi japang (Paspalum conjugatum), Cynodon
hijauan makanan ternak (HMT), lokasi dactylon, teki dari keluarga Cyperaceae, gulma
pelatihan/magang/training, serta pelayanan berdaun lebar serta beberapa jenis gulma lainnya.
reproduksi dan kesehatan hewan pada kegiatan Sementara tanaman pertaniannya adalah
peternakan ruminansia berkonsep GAHP yang singkong, pisang, kelapa dan bambu.
berwawasan lingkungan. Kegiatan di KAPITAN Topografinya relatif landai namun sebagian besar
ini diharapkan bermanfaat dalam membantu luas lahannya merupakan bekas galian liar yang
pembangunan berkelanjutan (sustainable telah tergali setinggi 1-3 m, sehingga top soil
development) melalui inovasi di bidang permukaannya sudah hilang dan sudah menjadi
peternakan dalam rangka peningkatan penyediaan lahan marjinal, hanya sebagian kecil luas lahan
protein hewani asal ternak ruminansia. Menurut yang masih subur terletak di tepi kali Cihoe.
Mersyah (2005) bahwa kriteria acuan Akibat galian tersebut topografinya menjadi
pembangunan berkelanjutan pada prinsipnya tidak beraturan dan perlu ada revitalisasi dan
menyangkut dimensi ekologi, dimensi ekonomi, rehabilitasi lahan. Untuk itu perlu dilakukan
dimensi sosial-budaya, dimensi hukum- sesuatu upaya reklamasi lahan agar dapat
kelembagaan serta dimensi teknologi. meningkatkan kualitas lingkungan sehingga
lahannya dapat bermanfaatkan kembali.
MATERI DAN METODE
Analisis dan Sintesis
Penelitian dilaksanakan mulai Januari Sekitar KAPITAN Prumpung kondisi
hingga Desember 2016. Lokasi penelitian di topografi umumnya relatif datar tidak ada
Prumpung, Desa Gunung Sindur, Kecamatan perbukitan. Suhu udara berdasarkan data BMKG
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Stasiun Dramaga, pada tahun 2016 rata-rata
Barat. Status Tanah Milik BPPT dengan luas berkisar 22,7°C s/d 31,6°C, maksimum terjadi
lahan 9,7 ha. pada September yaitu 36,0°C, sedangkan suhu
Materi udara minimum terjadi pada September yaitu

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 252


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

19,2°C. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi berekologis, sehingga memunculkan model
oleh keadaan iklim, geografis dan pertemuan arus peternakan yang produktif, efisien, dan
udara. Berdasarkan data BMKG Stasiun Curug berkualitas dengan resiko yang lebih kecil
Serpong, bahwa tahun 2014 Kecamatan Gunung sekaligus ramah lingkungan. KAPITAN
Sindur sering diguyur hujan, dengan curah hujan merupakan lahan yang tepat untuk menerapkan
tertinggi terjadi pada Januari 2014 sebesar 929 sistem peternakan GAHP, selain digunakan
mm, dan terendah pada Oktober yaitu 22 mm. untuk kepentingan inovasi teknologi, KAPITAN
Berdasarkan analisis fisik yang telah dapat dijadikan percontohan peternakan bagi
dilakukan, dapat diperoleh hasil berupa kondisi para pemerhati untuk datang ke lokasi, sehingga
fisik KAPITAN memiliki potensi untuk sarana tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk
dikembangkan menjadi sebuah demfarm kegiatan agro-edu-wisata. Oleh karena itu,
peternakan, kebun koleksi pertanian, kolam konsepnya berupaya memadukan antara konsep
perikanan dan objek agro-edu-wisata sekaligus penataan demfarm peternakan, tanaman hijauan
dalam satu tapak sesuai dengan kondisi di dan pertamanan yang berpedoman pada kaidah-
Kecamatan Gunung Sindur . kaidah estetika (keindahan) dan fungsional
(kegunaan) suatu kawasan yang berkelanjutan
Konsep Dasar dan Desain dan ramah lingkungan.
Konsep dasar pengembangan KAPITAN Konsep desain pada perancangan
adalah peternakan ruminansia (sapi dan KAPITAN ini adalah geometris alami. Pola
kambing) berbasis GAHP yang berwawasan geometris memberikan keuntungan berupa
lingkungan. Sarana utama yang dirancang dalam mudahnya pengaturan drainase, pengelolaan
KAPITAN adalah sarana untuk diseminasi limbah, serta pemanfaatan sinar matahari.
inovasi teknologi peternakan. Penambahan Konsep ini merupakan kombinasi antara
fasilitas pertanian dan perikanan dalam bentukan geometris yang didukung oleh peran
perancangan ini adalah untuk mewujudkan penataan elemen-elemen halus tapak (Fahrudin
konsep integrasi yang berkelanjutan. Konsep dan Hadi, 2013).
dasar ini mencoba memadukan kekuatan
integrasi peternakan dengan pertanian

Gambar 1. Konsep Pengembangan Kawasan Kapitan

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 253


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

Upaya untuk mengembangkan KAPITAN kolam ikan riset budidaya dan kolam rekreasi;
perlu diketahui profilnya antara lain meliputi: dan (5) Zona Sumber Air, berfungsi sebagai
Pembibitan dan penggemukan sapi dan kambing, penyediaan sumber air, baik untuk kebutuhan air
pengolahan pupuk cair, pupuk padat dan biogas, bagi ternak, tanaman dan para pekerja atau
pengolahan pakan ternak, pusat pelatihan pengunjung.
reproduksi, pakan ternak dan kesehatan hewan, Adapun beberapa pertimbangan
serta sarana kajian dan penelitian peternakan dirancangnya zonasi tersebut, adalah: (1)
ruminansia. Kegiatan unit pembibitan dan Diasumsikan bahwa lahan sudah dilakukan cut
penggemukan yaitu sapi dan kambing masing and fill sehingga lahan dianggap datar/landai, (2)
masing dengan kapasitas 50 ekor. Fasilitas Diasumsikan bahwa lahan sudah direhabilitasi
pendukung kegiatan ini adalah kandang betina, dan direvitalisasi sehingga lahan dianggap sudah
kandang anak dan kadang pembesaran. Kegiatan siap tanam dan siap bangun, (3) Kegiatan utama
pembibitan akan mengaplikasikan teknologi peternakan fokus ditengah-tengah lahan,
reproduksi, teknologi kesehatan hewan dan terutama kandang dan sapras khusus, agar
manajemen pemeliharaan. Kegiatan pengolahan kegiatan peternakan tidak mengganggu warga di
limbah akan mengusahakan pemanfaatan limbah sekitar KAPITAN, (4) Dari segi keamanan untuk
menjadi barang yang bernilai ekonomis. Potensi menghindari/mencegah pencurian hewan ternak
dari limbah peternakan sangat besar bila dilihat dan peralatan yang ada, (5) Kawasan dibatasi
dari jumlah ternak. Kegiatan pengolahan pakan selain oleh pagar beton di sekeliling, sehingga
ternak adalah untuk pemenuhan kebutuhan pakan terhindar dari orang-orang liar yang keluar-
ternak di KAPITAN sekaligus mengaplikasi masuk ke kawasan KAPITAN.
teknologi pengolahan pakan ruminansia Aksesibilitas merupakan ukuran
menggunakan bahan baku lokal dan pakan kenyamanan atau kemudahan suatu tata guna
tambahan (feed aditif). Sementara kegiatan lahan berinteraksi satu sama lain dan mudahnya
pelayanan reproduksi dan kesehatan hewan akan lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan
membantu di Kawasan KAPITAN dan wilayah transporttasi (Black, 1981). Sirkulasi adalah
sekitar dalam mengatasi masalah reproduksi dan prasarana penghubung vital yang
kesehatan agar dapat meningkatkan produktivitas menghubungkan berbagai kegiatan dan
ternaknya. KAPITAN sebagai tempat pelatihan penggunaan dalam sebuah tapak di atas lahan.
di bidang reproduksi, pakan dan kesehatan hewan Sistem sirkulasi menggambarkan seluruh pola-
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pola pergerakan kendaraan, barang, dan pejalan
dan penguasaan teknologi peternakan bagi kaki di dalam dan keluar-masuk tapak. Selain itu,
mayarakat/peternak. Sekaligus sebagai pusat sistem sirkulasi dalam tapak juga
kajian inovasi teknologi peternakan ruminansia menghubungkan tapak tersebut dengan jaringan
yang baru dan kekinian. sistem sirkulasi di luar tapak. Konsep sirkulasi di
Zona adalah kawasan atau area yang dalam KAPITAN terdiri dari: (1) Jalan Utama,
memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang yang dicirikan oleh sirkulasi kendaraan logistik
spesifik. Zoning atau zonasi adalah pemecahan dan parker; (2) Jalan lingkungan, yang dicirikan
/penentuan suatu areal tertentu menjadi beberapa oleh jalan untuk sirkulasi traktor, hewan ternak,
bagian, sesuai fungsi dan tujuan pengelolaan dan pekerja dan pengunjung, yang relatif lebih cepat
atau sesuai dengan peruntukannya, serta kondisi dari pejalan kaki; (3) Jalan kebun, dicirikan oleh
dan potensi kawasannya agar dapat diciptakan sirkulasi jalan untuk pekerja/pekebun dengan
pengelolaan yang tepat, efektif dan efisien. jalan kaki; dan (4) Jalan inspeksi, dicirikan oleh
Pengembangan kawasan KAPITAN sirkulasi jalan yang khusus diperuntukan bagi
berdasarkan konsep GAHP menurut Eckbo security (keamanan) dan sepeda atau sepeda
(1995) adalah konsep ruang yang dibagi ke dalam motor.
beberapa zona dan masing-masing zona memiliki
sub-zona yang fungsi ruangnya lebih spesifik. Perancangan Lanskap
Zona yang dibuat dalam perancangan ini adalah: Perancangan tapak (landscape site
(1) Zona umum, berfungsi sebagai area penerima planning) yang dalamnya tercakup desain
bagi para pengunjung atau sebagai forum edukasi landskap merupakan usaha penanganan tapak
dan interpretasi; (2) Zona Peternakan, berfungsi (site) secara optimal melalui proses keterpaduan
sebagai kegiatan peternakan ruminansia yaitu penganalisaan dari suatu tapak dan kebutuhan
sapi dan kambing/domba; (3) Zona Pertanian, program penggunaan tapak, menjadi suatu
berfungsi sebagai kebun koleksi (plasma nutfah) sintesa yang kreatif. Sedangkan perencanaan
pohon pakan ternak, serta kebun koleksi buah- tapak adalah pengolahan fisik tapak untuk
buahan; (4) Zona Perikanan, berfungsi sebagai meletakkan seluruh kebutuhan rancangan di

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 254


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

dalam tapak. Perencanaan tapak dilakukan Sarana dan prasarana yang harus di
dengan memperhatikan kondisi tapak dan perhatikan dalam sebuah kebun percobaan
kemungkinan dampak yang muncul akibat menurut (Fahrudin dan Hadi, 2013) adalah: (1)
perubahan fisik di atasnya. Tujuan dari Bangunan, seperti kantor kebun, bangunan
perencanaan tapak adalah agar keseluruhan penelitian pengkajian (litkaji) dan gudang; (2)
program ruang dan kebutuhannya dapat Lahan kebun percobaan, antara lain blok-blok
diwujudkan secara terpadu dengan lahan untuk kajian, koleksi, produksi, show
memperhatikan kondisi lingkungan alam, window dan fungsi-fungsi lain; dan (3) Fasilitas
lingkungan fisik buatan, dan lingkungan sosial pendukung lain, seperti: stasiun meteorologi,
disekitarnya. Menciptakan ruang atau tapak jalan kebun, pagar kebun, fasilitas pengeringan,
sebagai wadah kegiatan manusia agar tercapai bengkel, pos keamanan, saluran irigasi, sarana
ruang yang nyaman, aman, sehat dan estetis angkutan, peralatan, dan alat komunikasi.
(Hakim, 2012).

Gambar 2. Peta Sub Zonasi

Tapak KAPITAN seluas 9,7 Ha yang penggemukan, breeding, dan karantina; b)


dirancang sebagai demfarm percontohan dan Subzona Kandang Kambing untuk
litkaji peternakan kapasitas pemeliharaan 50 Sapi penggemukan, breeding, dan karantina; c)
dan 50 kambing terdiri dari lima Zona dan 14 Subzona Penggembalaan Sapi, yaitu: area
Subzona dengan fasilitas saprasnya pada Gambar penggembalaan, hijauan rumput, pagar
2 sebagai berikut: ternak, pohon peneduh dan menara pandang;
1. Zona Umum, seluas 0,02 Ha (0,21 %) d) Subzona Penggembalaan Kambing: area
terdiri dari Subzona Pintu Gerbang dan penggembalaan, hijauan rumput, pagar
Subzona Penerima, yaitu: gedung kantor ternak, pohon peneduh dan menara pandang;
dan penerima (visitor centre) mushola, e) Subzona Hijauan Pakan Ternak (HPT),
toilet serta area parkir. yaitu: area kebun dari beberapa jenis
2. Zona Peternakan, seluas 6,16 Ha (63,53%) tanaman hijauan pakan ternak (semusim); f)
terdiri dari: a) Subzona Kandang Sapi untuk Subzona Sapras Khusus, terdiri daria;

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 255


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

bangunan handling ternak, gudang pakan reservoar air, tangki air, rumah pompa, air
dan ruang peneliti, ruang anak kandang, irigasi.
ruang pupuk cair dan padat, instalasi biogas,
serta gazebo. Rancangan tapak didominasi oleh
3. Zona Pertanian, seluas 2 Ha (20,62%) penggunaan elemen lunak yang terkait dengan
terdiri dari subzona Kebun Buah-buahan kegiatan peternakan. Elemen lunak di tapak
dan subzona Area Kebun Pohon untuk didominasi oleh rumput penggembalaan,
pakan ternak (Tahunan) dan gazebo. tanaman HMT, pohon koleksi pakan ternak dan
4. Zona Perikanan, seluas 0,5 Ha (5,16%) buah-buahan dengan mayoritas komoditas
terdiri dari subzona Kolam Riset Budidaya tanaman produksi, serta kolam ikan yang
beberapa jenis ikan air tawar budidaya dan kesemua elemen lunak tersebut sebagai penciri
subzona Kolam Pancing beberapa jenis khas kawasan. Vegetasi pada taman-taman
ikan air tawar dan gazebo. tematiknya pun yang dipilih diharapkan bisa
5. Zona Sumber Air, seluas 1,02 Ha (10,48%) memecah kekakuan pola geometris tapak.
terdiri dari subzona Air Sungai untuk Elemen keras di tapak hanya diterapkan pada
reservoar air, tangki air, rumah pompa, air elemen-elemen tertentu seperti bangunan, jalur
irigasi, area pengendalian limbah dan sirkulasi, plaza, signage dan site furniture. Site
subzona Air Tanah (sumur bor) untuk plan KAPITAN bisa dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Siteplan KAPITAN Prumpung

Konsep penataan vegetasi di dalam kacangan (Leguminosae). Keduanya memiliki


KAPITAN lebih banyak didominasi tanaman hubungan yang sangat erat sebagai penyedia
atau hijauan makanan ternak, sisanya adalah hijauan pakan untuk ruminansia (Hasan, 2012)
pohon buah-buahan di kebun koleksi dan Hijauan pakan ternak yang umum
tanaman hias sebagai pengisi taman tematiknya. diberikan untuk ternak ruminansia adalah
Hijauan pakan adalah semua jenis tanaman hijau rumput-rumputan yang berasal dari limbah
yang dapat dikonsumsi oleh ternak ruminansia, pertanian (padi, jagung, dll) dan padang
tidak meracuni tubuh ternak dan zat gizinya dapat penggembalaan serta tegalan. Ransum ternak
memenuhi kebutuhan hidup ternak (Hasan, ruminansia yang lebih banyak digunakan adalah
2012). Hijauan pakan ini diproduksi untuk rumput. Hal ini dikarenakan selain harganya
mendukung penyediaan pakan yang baik untuk lebih murah juga untuk memperolehnya relatif
ternak ruminansia dalam jumlah maupun lebih mudah. Produktivitas rumput relatif lebih
kualitas. Hijauan pakan terbagi ke dalam 2 tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi
kelompok besar, yaitu: (a) Kelompok rumput (pemotongan dan renggutan). Menurut Hasan
(Graminae), dan (b) Legum atau kacang- (2012) pengertian rumput ditinjau dari metode

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 256


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

pemanfaatannya terbagi dua, yaitu: (a) Rumput sumber hijauan pakan yang berkesinambungan.
Gembala (grazing) yang dikonsumsi oleh ternak Rumput gajah mini tetap disukai ternak, baik
langsung di lapangan (padang penggembalaan) dalam keadaan segar maupun kering berupa hay
dan (b) Rumput Potong yang dikonsumsi oleh (Morais et al., 2007). Dilihat dari aspek produksi
ternak ruminansia melalui perantara peternaknya dan kandungan protein, rumput gajah mini lebih
(Cut and carry). unggul dibandingkan dengan rumput Brachiaria
Beberapa alternatif hijauan pakan yang decumbens, Brachiaria ruziziensis dan Paspalum
akan ditanam adalah: (a) Kelompok rumput notatum, sedangkan dari sisi palatabilitas dan
(Graminae), yaitu rumput Gajah (Pennisetum kecernaan, rumput gajah mini sebanding dengan
purpureum), rumput Raja (Pennisetum rumput B. ruziziensis dan tetap lebih unggul
purpupoides), rumput Setaria (Setaria dibandingkan dengan rumput B. decumbens dan
sphacelata), dan rumput Benggala (Panicum P. Notatum.
maximum); (b) Kelompok Legum Usaha peternakan di Kawasan KAPITAN
(Leguminosae), yaitu Sentro (Centrosema dirancang dengan pengelolaan yang profesional
pubescens), Kalopo (Calopogonium untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk
mucunoides), Gamal (Gliricidia sepium), mewujudkan hal tersebut diperlukan pedoman
Kaliandra (Calliandra calothrysus), Turi budidaya ternak rumansia yang baik berdasarkan
(Sesbania grandiflor), Lamtoro Gung (Leucaena Good Farming Practices (GFP) menurut
leucocephala), Orok-orok (Crotalaria juncea), Department of Agriculture, Food and Rural
Kelor (Moringa oleifera), Indigofera Sp, Jerami Development Irlandia (2001) diintegrasikan
Kacang Hijau (Vigna radiata); dan (c) Kelompok dengan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
lainnya yaitu Daun Nangka (Artocarpus Budidaya Ternak Ruminansia Potong Ditjennak
heterophyllus), serta Daun Ubi Kayu (Manihot (2016) yang dimodifikasi adalah sebagai berikut
utilisima). :
Pohon buah-buahan yang akan di tanam di
kebun KAPITAN bisa terdiri kelompok tanaman 1. Pembibitan dan Reproduksi Ternak
punya nilai ekonomi seperti belimbing, duku, Secara umum, manajemen usaha
durian, jambu, nangka, rambutan, dan sirsak, atau peternakan seyogyanya mengacu Good Breeding
kelompok pohon langka (hampir punah) yaitu Practices (GBP) dan GFP. Seleksi bibit
kecapi, jamblang, cempedak, dll. merupakan bagian penting dari usaha peternakan.
Prinsip seleksi bibit dilakukan berdasarkan
KAPITAN Berkonsep GFP penilaian visual (judging), silsilah, penampilan
Perencanaan tapak pada kawasan atau performa dan pengujian produksi. Sifat
KAPITAN dirancang sebagai demfarm dan genetis yang perlu diperhatikan berhubungan erat
litkaji peternakan bahwa fasilitas sapras untuk dengan kemampuan adaptasi terhadap
kawasan peternakan seluas 6,16 Ha harus lingkungan dan kemampuan produksi. Bentuk
dirancang untuk memfasilitasi kenyamanan, atau ciri luar berkorelasi positif terhadap faktor
kesehatan dan produktifitas ternak. Ventilasi genetis seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil
yang baik, tersedianya pakan dan air dengan akhir (karkas). Sebagai contoh rumpun sapi yang
kualitas yang baik, penerangan dan kenyamanan adaptif adalah rumpun sapi yang sudah lama
ternak harus diperhatikan untuk meningkatkan berkembang di wilayah tersebut. Setiap rumpun
performa ternak (Ensminger dan Tyler, 2006). sapi mempunyai sifat genetik yang berbeda
Sebagai sebuah kawasan peternakan, dalam penyesuaian dengan lingkungan setempat
ketersediaan pakan dalam memegang peranan karena ada interaksi genotipe-lingkungan.
yang sangat penting. Ketersediaan pakan yang Manajemen reproduksi ternak harus
cukup kuantitas dan kualitasnya merupakan salah memiliki pengetahuan mengenai tanda-tanda
satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha berahi yang memadai. Umumnya peternak lebih
pengembangan peternakan (Umiyasih et al., senang memanfaatkan teknologi IB untuk
2003). Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas perkawinan ternaknya. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi. dengan IB peternak mendapatkan jaminan semen
Kandungan nutrisi yang mencukupi dapat dari pejantan berkualitas unggul dan memiliki
meningkatkan pertumbuhan bagi ternak, keleluasaan untuk memilih bangsa ternak yang
sehingga pertumbuhan ternak tersebut akan diinginkan (Toelihere, 1993). Pada ternak sapi
normal (Anggraeni et al., 2008). Untuk sebaiknya dikawinkan pada umur dimana pada
memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternak umur 24-30 bulan sapi sudah beranak pertama
dilakukan penanaman rumput gajah mini (Sudono et al., 2005) Umur beranak pertama
(Pennisetum purpureum cv. Mott) sebagai kurang dari 2 tahun dapat menurunkan

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 257


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

produktivitas, baik untuk beranak lagi. Ball and tinggi, atau lebih tinggi dari pakan sumber serat
Peters (2007) menyatakan bahwa untuk untuk meningkatkan keserasian gizi dari
menghindari kemungkinan gangguan reproduksi keseluruhan makanan. Menurut GFP pemberian
dan mendapatkan angka konsepsi yang tinggi pakan hijuan segar minimal 10% dan konsentrat
sebaiknya sapi dikawinkan minimal 60 hari 0,4% dari bobot badan. Frekuensi pemberian
setelah melahirkan. Menurut Abatany (2012) pakan diatur dua kali sehari.
secara histologi, involusi benar-benar terjadi
secara sempurna antara 50-60 hari setelah 3. Kesehatan Ternak
beranak. Menurut Izquierdo et al. (2008) selang Kesehatan ternak merupakan aspek yang
beranak adalah jangka waktu (Calving Interval) sangat penting dalam keberhasilan berternak
dari saat induk beranak hingga saat beranak karena ternak mampu berproduksi dengan
berikutnya yaitu selama 12-13 bulan. Sedangkan optimal jika dalam kondisi sehat (Mekonnen et
nilai normal Service per conception (S/C) al., 2006). Kesehatan ternak berkaitan system
menurut Nuryadi dan Wahjuningsih (2011) pengelolaan ternak mulai dari keamanan asal
menunjukkan kisaran antara 1,6-2,0. ternak, pakan, air dan lingkungan yang terjadi
pada setiap mata rantai kegiatan (Bahri, 2008).
2. Pakan dan Air Minum Biosecurity merupakan salah satu tindakan
Manajemen Pakan dan Air Minum harus penting dan strategis guna mencegah masuk atau
mempertimbangkan ketersediaan pakan yang keluarnya suatu penyakit dalam kawasan
cukup kuantitas maupun kualitasnya dan peternakan. Elemen dasar biosecurity antara lain
berkesinambungan merupakan salah satu faktor isolasi, pembersihan, desinfeksi, dan pengaturan
yang menentukan keberhasilan usaha lalu lintas di kawasan. Aspek kesehatan hewan,
pengembangan peternakan (Umiyasih et al., antara lain: pengetahuan mengenai penyakit agar
2003). Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas ternak menjadi resisten, pencegahan penyakit ke
kebutuhan untuk hidup dan pertumbuhan ternak. dalam peternakan dan pengobatan penyakit
Kandungan nutrisi yang mencukupi dapat dengan penggunaan obat-obatan serta bahan
meningkatkan pertumbuhan bagi ternak, kimia secara aman.
sehingga pertumbuhan ternak tersebut akan
normal (Anggraeni et al., 2008). Dengan 4. Aspek Sarana dan Peralatan
demikian pakan yang diberikan harus memenuhi Sarana GFP diperlukan untuk usaha
kebutuhan ternak akan nutrien, palatabel, peternakan, seperti kandang ternak, kandang
ekonomis, dan baik untuk kesehatan ternak. isolasi, gudang pakan dan peralatan, mess
Air merupakan nutrien yang sangat pekerja, dan unit pengolahan limbah. Ensminger
penting bagi ternak. Air yang diperlukan oleh dan Tylor (2006) menyatakan bahwa bangunan
ternak berasal dari air minum dan air yang peternakan harus dirancang untuk memfasilitasi
terkandung dalam bahan pakan atau dari proses kenyamanan, kesehatan dan produktivitas ternak.
metabolisme di dalam tubuh. Kebutuhan air Ventilasi yang baik, tersedianya pakan dan air
minum untuk ternak harus harus memenuhi baku dengan kualitas yang baik, penerangan dan
mutu air yang sehat dan tersedia dalam jumlah kenyamanan ternak harus diperhatikan untuk
yang mencukupi. Air minum pada ternak sapi meningkatkan performa ternak. Rancangan
diberikan secara ad libitum. Kebutuhan air masing-masing bangunan harus memperhatikan
tergantung pada kondisi iklim, bangsa sapi, umur lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan
dan jenis pakan yang diberikan. Sedangkan pakan limbah yang dihasilkan tidak mencemari
yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. lingkungan.
Hijauan ternak diharapkan berasal dari tanaman Lanskap harus ditata sedemikian rupa agar
hijauan yang dibudidayakan di dalam kawasan memudahkan melaksanakan kegiatan sehari-hari,
peternakan yang sudah dirancang. memudahkan pengaturan drainase dan
Disamping itu, pakan hijauan juga dapat penampungan limbah sehingga tidak terjadi
dipasok oleh petani setempat dengan pola polusi dan pencemaran penyakit. Lokasi kandang
kemitraan dengan memanfaatkan limbah sebaiknya lebih tinggi dari kondisi sekelilingnya
tanaman yang ada disekitar kawasan seperti dan terhindar dari kemungkinan banjir, cukup
jagung, padi dan lain lain. Sedang pakan jauh dari pemukiman agar bau dan limbah
konsentrat adalah pakan ternak yang mempunyai peternakannya tidak mengganggu warga
kandungan gizi yang tinggi dengan kadar serat setempat. Letak kandang isolasi ternak yang sakit
kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. harus tersendiri, seperti halnya sarana
Menurut Firman (2010) Kosentrat adalah suatu penampungan limbah sehingga tidak terjadi
bahan makanan berenergi dan protein yang polusi dan pencemaran penyakit dimana limbah

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 258


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

ternak langsung mengalirkan limbahnya baik pengamatan dini perilaku tidak normal, dan
padat maupun cair ke saluran utama yang menuju diagnosis yang cepat
tempat penampungan. dalam usaha mengatasi cedera dan sakit.
Kandang yang akan dibangun harus kuat, (4). Bebas dari rasa takut dan stres, cekaman dan
memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, ketakutan yang menimbulkan penderitaan
mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara psikologis. (5). Bebas untuk mengekspresikan
yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan tingkah laku alamiah dan perilaku normal
minum serta bak desinfektan. Sebaiknya sebagai wujud kenyamanan hidup.
bangunan kandang dibuat sedemikian rupa agar Pengelolaan secara administrasi seperti
selalu mendapat cahaya pagi yang penuh sistem pencatatan (recording) pada setiap
ultraviolet. Sebagian besar peternak langsung kegiatan juga salah satu bagian yang penting.
mengalirkan limbahnya baik padat maupun cair Pencatatan kegiatan bertujuan agar usaha yang
ke saluran utama yang menuju tempat dijalankan dapat terkontrol, terevaluasi dan
penampungan limbah umum. Disamping itu, diketahui perkembangannya. Pencatatan yang
setiap kawasan perternakan sebaiknya tertib dan teratur dapat membantu dalam menilai
menyediakan sarana listrik yang cukup setiap berhasil tidaknya usaha peternakan ini. Semakin
saat sesuai kebutuhan dan peruntukannya seperti baik pencatatan usaha yang dilakukan para
peralatan kandang, sanitasi kebersihan, peralatan peternak, akan semakin mudah pula dalam
pelayanan perawatan, peratatan budidaya hijauan mengidentifikasi permasalahan pada peternakan-
ternak, pencacah rumput (chopper) untuk nya sehingga dapat menemukan solusi yang
pemotongan hijauan, dll. Bangunan dan fasilitas sesuai (Muriithi et al., 2014) Keberhasilan dalam
peternakan harus dikontrol agar tidak usaha peternakan erat kaitannya dengan baik
membahayakan ternak karena di dalamnya dapat buruknya tatalaksana peternakan yang dijalankan
merupakan sumber yang penyebab kontaminasi oleh peternak (Makin, 2011).
bagi ternak seperti mikroba patogen, bahan kimia
dan fisik yang dapat membahayakan tenak secara KAPITAN Berbasis Ramah Lingkungan
langsung dan tidak langsung GFP ini adalah standarisasi untuk
menjalankan usaha peternakan secara optimal
5. Pemeliharaan Ternak yang dirancang dengan konsep pelestarian
Sistem pemeliharaan ternak sapi yang baik termasuk upaya penanggulangan dan pencegahan
akan memberikan hasil produksi yang optimal, pencemaran lingkungan di kawasan KAPITAN.
seperti dijelaskan Matondang dan Rusdiana Beberapa upaya yang dilakukan, antara lain: (1)
(2013) bahwa produktivitas sapi lokal yang Mencegah terjadinya erosi, berupa penghijauan
masih rendah disebabkan oleh manajemen dengan tanaman keras dan penanaman HMT di
pemeliharaan yang belum efisien. Ada beberapa sekitar areal peternakan; (2) Mencegah terjadinya
sistem pemeliharaan pada ternak sapi yang polusi dan gangguan lain yang berasal dari
sering digunakan terdiri atas tiga bagian, yaitu: kawasan yang mengganggu lingkungan berupa
ekstensif, intensif dan semi intensif. Sistem bau busuk, serangga, tikus, pencemaran air
pemeliharaan ternak di KAPITAN ini dirancang sungai/air sumur dengan cara pengelolaan limbah
dengan sistem intensif. Aspek manajemen dan pembasmian menggunakan insektisida; (3)
pengelolaan dan pemeliharaan ternak termasuk Membuat unit pengolahan limbah yang sesuai
dalam kategori cukup penting, di mana kondisi dengan kapasitas produksi limbah yang
ternak yang dipelihara dalam lingkungan yang dihasilkan; dan (4) Membuat saluran
sesuai dengan kebutuhan fisik dan fisiologis. pembuangan kotoran, unit penampungan limbah
Penerapan kesejahteraan ternak pada serta penguburan bangkai ternak.
pemeliharaan ternak harus memperhatikan KAPITAN sebagai suatu kawasan
pekerja, pelayanan reproduksi, manajemen pakan peternakan akan mempunyai ciri utama dari
dan air, kandang dan peralatan, dan manjemen suatu konsep dari pengintegrasian tanaman
kesehatan ternak. dengan ternak, dimana terdapatnya keterkaitan
Aspek ini dinilai baik bila prinsip dasar yang saling menguntungkan antara tanaman
kesejahteraan ternak (animal welfare) terpenuhi, dengan ternak. Sistem usaha tani terpadu
diantaranya adalah: (1) Bebas dari rasa lapar dan (integrated farming system) didasarkan pada
haus, cukup tersedia pakan dan air yang mampu konsep daur ulang biologis (biological recycling)
memenuhi kebutuhan ternak; (2) Bebas dari rasa antara usaha pertanaman, perikanan dan
tidak nyaman, temperatur dan kelembaban peternakan. Keterkaitan tersebut terlihat dari
sesuai, dan terlindung; (3) Bebas dari rasa sakit, pembagian lahan (penataan vegetasi) yang akan
luka, dan penyakit; pencegahan penyakit, dirancang menggambarkan saling terpadu

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 259


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

dengan pemanfaatan limbah dari masing-masing perawatan tanaman HMT, pemanenan buah,
komponen (Pasandaran et al., 2006). Konsep penanganan pasca panen dan melihat proses
integrasi antara tanaman dan ternak ini memberi pengolahan produk menjadi berbagai jenis dan
fungsi yaitu pembagian lahan pertanian lainnya yang disesuaikan dengan kondisi tapak
dirancang untuk memenuhi kebutuhan HMT, dan musim tertentu.
dimana produk atau limbahnya dari satu Konsep agro-edu-wisata akan memudahkan
komponen berfungsi sebagai sumber daya untuk wisatawan dalam menginterpretasi berbagai
komponen lain yaitu hijauan tanaman untuk obyek dan daya tarik wisata yang disesuaikan
pakan ternak. Limbah ternak yang berupa dengan tujuan wisata. Penyusunan rencana jalur
kotoran atau feses umumnya digunakan sebagai wisata disesuaikan dengan konsep sirkulasi serta
pupuk kompos (Syamsuddin et al., 2012) dan terintegrasi secara utuh dengan paket wisata
hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai biogas yang ditawarkan. Pengunjung yang akan datang
untuk kebutuhan energi di rumah tangga ke KAPITAN diharapkan bisa mendapatkan
peternak. informasi tentang dunia peternakan, pertanian
Proses pembuatan biogas menurut Widodo dan perikanan melalui kegiatan wisata terpadu.
dan Asari (2011) dimulai dengan menginput
limbah ternak berupa kotoran, sisa pakan, air SIMPULAN DAN SARAN
limbah (urin dan bekas mandi, bekas flushing) ke
dalam reaktor. Limbah lumpur dari instalasi Simpulan
biogas yang disebut bioslurry yang berupa cairan KAPITAN sebagai suatu kawasan
ataupun padatan dapat digunakan sebagai pupuk peternakan yang akan menerapkan GFP secara
organik (Rajendran et al., 2012). Padatan tersebut konsisten dalam rangka upaya peningkatan
sudah mengalami dekomposisi selama proses produksi ternak rumansia melalui peningkatan
fermentasi di dalam digester atau reaktor, populasi dan produktivitas ternak secara
sehingga keberadaan mikroorganisme yang nasional. Desain lanskap KAPITAN diwujudkan
bersifat pathogen hanya dalam jumlah yang dalam bentuk site plan yang didominasi pola
sangat kecil akan sangat baik untuk media tanam geometris yang terbentuk dari elemen tapak
(Widodo dan Asari, 2011). Pendekatan zero seperti tanaman HPT dan tanaman pengisi taman
waste, limbah ini dapat dimanfaatkan dan diolah tematiknya. Zonasi yang dibuat, yaitu: Zona
sebagai pupuk sehingga mempunyai nilai umum (4%), Zona rekreasi (9%), Zona produksi
ekonomis sehingga memberikan kontribusi (81%), dan Zona pribadi (6%). Kendala tapak
cukup berarti secara pertanian ramah lingkungan terletak pada faktor-faktor fisik yang masih
dan berkelanjutan. mungkin bisa diminimalisasi.
KAPITAN merupakan suatu kawasan
KAPITAN Sebagai Agro-edu-wisata peternakan yang mempunyai ciri utama dari
Penambahan fungsi KAPITAN sebagai suatu konsep berbasis ramah lingkungan dengan
sarana agro-edu-wisata mengharuskan adanya model integrasi tanaman dengan ternak, dimana
tambahan fasilitas untuk berwisata di tapak. terdapatnya keterkaitan antara hijauan tanaman
Fasilitas wisata yang disebutkan antara lain: untuk pakan, limbah ternak yang berupa cairan
gerbang masuk, fasilitas informasi, area parkir, bioslurry sebagai biogas (energy) sedang padatan
toilet, area piknik, taman bermain anak, rekreasi dapat digunakan sebagai pupuk organik.
pancing, wildlife viewing dan interpretasi. Pendekatan zero waste limbah ini dapat
Penerapan fasilitas wisata tersebut untuk dimanfaatkan dan diolah sehingga mempunyai
KAPITAN tidak semua harus diterapkan namun nilai ekonomis.
disesuaikan dengan visi dan misi pengelola,
ketersediaan dana dan kebutuhan pengunjung Saran
atau permintaan pasar. Setiap pengembangan ternak sebaiknya
Kegiatan yang ditawarkan antara lain tetap mendapatkan dukungan dari pemerintah,
berjalan di blok kandang sapi dan swasta dan akademisi mulai dari penyediaan
kambing/domba, tanaman HMT, pohon koleksi bibit, ketersediaan pakan, dukungan keswan,
dan kolam ikan sambil mendapatkan informasi pemasaran dan kelembagaan lain termasuk
mengenai peternakan, HMT, buah-buahan dan permodalan untuk bisa mengoptimalkan
perikanan tersebut, melakukan perah susu produktivitas dan efisiensi usaha ternak yang
kambing/domba, memberi pakan langsung berkelanjutan. KAPITAN sebagai suatu model
kepada hewan ternak, perbanyakan tanaman kawasan peternakan diharapkan sebagai pusat
HMT, pengenalan kandang, green house, melihat education dan recreation yang berbasis iptek di
proses biogas, pembuatan kompos, melakukan

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 260


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

bidang peternakan untuk semua lingkungan C. Jimenez, M. S. C. Jimenez, S. D. P.


masyarakat. Betancurt, and J. E. G. Liera. 2008. Effect
of the offsprings sex on open days in dairy
DAFTAR PUSTAKA cattle. J. Anim. Vet. Adv. 7:1329-1331.
Makin, M. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi
Anggraeni, A., N. Kurniawan, dan C. Sumantri. Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta.
2008. Pertumbuhan pedet betina dan dara Mekonnen, M. H., Asmamaw, K., Courreau, J.
Sapi Friesian Holstein di wilayah kerja F., 2006. Husbandry practices and health
bagian barat KPSBU Lembang. Prosiding in smallholder dairy farms near Addis
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Ababa, Ethiopia. Prev Vet Med. 74(2):99-
dan Veteriner. Pusat Penelitian dan 107.
Pengembangan Peternakan. Bogor. Mersyah, R. 2005. Desain Sistem Budidaya
Atabany, A. 2012. Efisiensi Reproduksi dan Sapi Potong Berkelanjutan untuk
Produksi Susu Sapi Friesian Holstein Mendukung Pelaksanaan Otonomi
(FH) Pada Generasi Induk Dan Generasi Daerah di Kabupaten Bengkulu
Keturunannya. Skripsi. Sekolah Pasca Selatan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana,
Sarjana, Fakultas Peternakan, Institut Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pertanian Bogor. Bogor. Morais, J. A. D. S., Sanchez, L. M. B., Kozloski,
Bahri, S. 2008. Beberapa aspek keamanan G. V., De Lima, L. D., Trevisan, L. M.,
pangan asal ternak di Indonesia. Reffatti, M. V., Cadorin Jr, R. L. 2007.
Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(3): Dwarf elephant grass hay (Pennisetum
225-242. purpureum Schum cv. Mott) digestion by
https://dokumen.tips/documents/aspek- sheep at different levels of intake. Ciência
keamanan-pangan.html Diakses pada 24 Rural 37:482-487.
September 2018. Matondang, R. H., Rusdiana, S. 2013. Langkah-
Ball, P. J., and Peters, A. R. 2007. Reproduction langkah strategis dalam mencapai
in Cattle. Third Edition. Blackwell swasembada daging sapi atau kerbau
Publishing. Oxford, United Kingdom. 2014. J. Litbang Pertanian 32:131-139.
Black, J. A. 1981. Urban Transport Planning : Muriithi, K. M., Huka, S. G., Njati, C. I. 2014.
Theory and Practise. Cromm Helm . Factors influencing growth of dairy
London. farming business in amentia south district
Eckbo, G. 1995. The Art of Home Landscaping. of mere county, Kenya. IOSR Journal of
Mc. Graw Hill Book Company. New Business and Management 16(4): 21-31.
York. Nuryadi dan Wahjuningsih, S. 2011. Penampilan
Ensminger, M. E. and H. D. Tyler. 2006. Dairy Reproduksi Sapi Peranakan Ongole dan
Cattle Science. 4th Edition. Pearson Peranakan Limousin di Kabupaten
Education Inc., New Jersey. Malang. J. Ternak Tropikal 12 (1): 76-81.
Fahrudin, F. M., dan A. A. Hadi, 2013. Pasandaran, E, A., Djajanegara, K., Kariyasa dan
Perancangan Lanskap Kebun Percobaan F. Kasryno. 2006. Kerangka Konseptual
Sindangbarang Sebagai Sarana Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia.
Agrowidyawisata. Jurnal Lanskap Dalam: Integrasi Tanaman-Ternak di
Indonesia 5 (1): 6. Indonesia. Badan Penelitian dan
Firman, A. 2010. Agribisnis sapi perah: Bisnis Pengembangan Pertanian. Pp. 11-31.
sapi perah dari hulu sampai hilir. Widya Rajendran, K., S. Aslanzadeh, and M. J.
Padjadjaran. Bandung. Taherzadeh. 2012. Household
Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and 2942.−biogas digesters-A review.
Design. McGraw-Hill Book Co. New Energies 5: 2911.
York. Pp. 197 Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan.
Hakim, Rustam, 2012. Komponen Perancangan 2005. Beternak Sapi Perah Secara
Arsitektur Lansekap. Prinsip-Unsur dan Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Aplikasi Desain. Edisi kedua. Bumi Syamsuddin, A. R. Mappangaja, dan A. Natsir.
Aksara. Jakarta. Pp. 383. 2012. Analisis manfaat program biogas
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Pres asal ternak bersama masyarakat
Bogor dan Hasanuddin University (BATAMAS) Kota Palopo (Studi Kasus
Press.120p. Kelompok Tani Kampulang Kecamatan
Izquierdo, C. A., V. M. X. Campos, C. G. R. Wara Selatan Kota Palopo). Pp. 18.
Lang, J. A. S. Oaxaca, S. C. Suares, C. A.

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 261


Djatmiko Pinardi, Anton Gunarto, Santoso

Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada


Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung
Umiyasih, U., Aryogi, Y. N. Anggraeny, M.
Zulbardi, dan Kuswandi. 2003. Analisis
respon perlakuan pakan terhadap
keragaan produksi sapi potong dara.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor.
Widodo, T. W. dan A. Asari. 2011. Inovasi
Mekanisasi Mendukung Penyediaan
Energi Rumah Tangga Petani. Edisi 1-7
Juni no. 3408 Tahun XLI. Agronovasi.
Sinartani.

©JIPT 7(2): 251 - 262, Juli 2019 262

You might also like