You are on page 1of 12

Karakteristik Papan Laminasi dari Batang Kelapa Sawit

(The Characteristics of the Laminated Board of Oil Palm Trunk)


Atmawi Darwis1*, Muhammad Y Massijaya2, Naresworo Nugroho2, Eka M Alamsyah1
1
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa 10
Bandung 40132
2
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB
Dramaga, Bogor 16680
*Penulis korespondensi: atmawi@sith.itb.ac.id

Abstract
The purpose of this study was to determine the physical and mechanical properties of glue
laminated (glulam) of oil palm trunks lumber (OPTL) composed of different number of layers
and trunk heights (2 m, 4 m, and 6 m). The number of layers was varied at 2, 3 and 4 layers with
the thickness of lamina of 3 cm, 2 cm, and 1.5 cm, respectively. The results showed that the
glulam of OPTL retained higher density and mechanical properties compared to those of its solid
form. The properties of OPTL glulam decreased from the bottom to the top division of the trunk.
The physical and mechanical properties of glulam increased with increasing layers. Modulus of
Elasticity (MOE) of OPTL 4 layered glulam increased by more than 50% compared to that of its
solid OPT. Isocyanate based adhesive used to produce the glulam resulted in a satisfied bonding
indicated by 100% and 0% wood damage in shear and delamination test, respectively. The
mechanical properties of OPTL glulam (MOE, MOR, and shear strength) failed to satisfy the
requirement of Japan Agricultural Standard for Glued Laminated: No 1152 (2007).
Keywords: glulam, laminae, oil palm trunk, physical-mechanical properties

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kayu laminasi dari batang kelapa sawit
berdasarkan jumlah lapisan dimana lamina yang digunakan dari berbagai ketinggian pada batang
(2m, 4m, dan 6m). Kayu laminasi batang kelapa sawit tersususn atas 2, 3, dan 4 lapisan dengan
ketebalan lamina berturut-turut 3 cm, 2 cm, dan 1,5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerapatan dan sifat mekanis kayu laminasi batang kelapa sawit lebih besar dibandingkan dengan
kayu utuhnya. Karakteristik kayu laminasi batang kelapa sawit menurun dari pangkal kebagian
ujung. Berdasarkan jumlah lapisannya, karakteristiknya meningkat dengan semakin banyaknya
jumlah lapisan lamina. Nilai MOE kayu laminasi dari batang kelapa sawit 4 lapis meningkat
lebih besar 50% dibandingkan kayu utuhnya. Performa perekat isosianat mampu menghasilkan
kekuatan rekat yang baik dimana nilai kerusakan dan rasio delaminasinya berturut-turut sebesar
100% dan 0%. Sifat mekanis kayu laminasi dari batang kelapa sawit belum seluruhnya
memenuhi standar Japan Agricultural Standard for Glued Laminated: 1152 (2007).
Kata kunci: batang kelapa sawit, kayu laminasi, lamina, sifat fisis mekanis

Pendahuluan kelapa sawit merupakan tanaman


primadona subsektor perkebunan. Hal ini
Di Indonesia terdapat banyak per-
terlihat dengan semakin bertambahnya
kebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis
luasan perkebunan kelapa sawit dari
Jacq.), baik milik pemerintah, swasta
tahun ke tahun. Tahun 2013 luas
maupun masyarakat. Pada saat ini,
perkebunan kelapa sawit di Indonesia

Karakteristik Kayu Laminasi dari Batang Kelapa Sawit 157


Atmawi Darwis, Muhammad Y Massijaya, Naresworo Nugroho, Eka M Alamsyah
telah mencapai 10,6 juta hektar (BPS masalah tersebut. Kayu laminasi
2014). Peningkatan luas perkebunan merupakan cara yang efektif dalam
kelapa sawit di Indonesia secara memanfaatkan kayu berkekuatan tinggi
signifikan dimulai pada awal tahun 1980- dengan dimensi terbatas menjadi elemen
an. struktural yang besar dalam berbagai
bentuk dan ukuran (CWC 2000).
Pohon kelapa sawit yang sudah tidak
produktif lagi akan ditebang dan Kayu laminasi merupakan produk yang
batangnya selama ini hanya dibiarkan dihasilkan dengan cara menyusun
saja di lahan perkebunan dan dapat sejumlah papan atau lamina di atas satu
menjadi sarang hama kelapa sawit. dengan lainnya dan merekatnya sehingga
Dalam satu hektar perkebunan sawit membentuk penampang yang diinginkan
terdapat 120 sampai 130 pohon. Setiap (Serrano 2003). Keuntungan penggunaan
pohon sawit memiliki volume batang 1,5 kayu laminasi adalah meningkatkan
m3, sehingga volume kayu yang sifat-sifat kekuatan dan kekakuan,
dihasilkan antara 180 sampai 195 m3 per memberikan pilihan bentuk geometri
ha (Bakar et al. 2008). yang lebih beragam, memungkinkan
untuk penyesuaian kualitas laminasi
Penelitian sifat dasar kayu kelapa sawit
dengan tingkat tegangan yang diinginkan
menunjukkan bahwa sifat fisis dan
dan meningkatkan akurasi dimensi dan
mekanis serta sifat keawetan kayu kelapa
stabilitas bentuk. Keuntungan utama dari
sawit tergolong rendah (Bakar et al.
pembuatan kayu laminasi adalah dapat
1998). Berat jenis dan sifat mekanisnya
menghasilkan kayu besar dari kayu
cenderung menurun dari tepi kearah
berdimensi kecil dengan kualitas rendah
pusat batang (Bakar et al. 1998, Rahayu
(Berglund & Rowell 2005).
2001, Erwinsyah 2008, Darwis 2013).
Perekat merupakan salah satu komponen
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
penting yang juga menentukan karak-
dapat diketahui bahwa bagian batang
teristik kayu laminasi yang dihasilkan.
kelapa sawit yang layak digunakan
Perekat isosianat merupakan salah satu
sebagai bahan baku kontruksi ringan
perekat yang baik dan cocok digunakan
adalah 1/3 bagian terluar dari batang
sebagai bahan perekat dalam kayu
kelapa sawit seperti yang rekomen-
dasikan oleh Bakar et al. (1999). laminasi, khususnya dari bahan batang
kelapa sawit. Pada penelitian kedua,
Rendemen kayu gergajian dengan pola
perekat ini mampu merekatkan bahan
penggergajian yang dimodifikasi yang
tersebut dengan baik. Penelitian ini
dinamakan polygon sawing hanya
merekomendasikan untuk menggunakan
sebesar 30% (Bakar et al. 2006).
perekat ini dengan berat labur 300 g cm-2
Berdasarkan penelitian tersebut, maka
dengan lama pengempaan selama 1 jam
kayu sawit yang dapat diproduksi
(Darwis et al. 2014).
berkisar antara 54 sampai 58 m3 per ha.
Keterbatasan dimensi sortimen yang Karakteristik kayu laminasi juga
dapat dihasilkan dari limbah batang dipengaruhi oleh sifat lamina-lamina
kelapa sawit, merupakan salah satu penyusunnya (Bodig & Jayne 1982).
faktor yang menghambat penggunaannya Kadar air dan kerapatan merupakan
sebagai bahan bangunan. Pembuatan indikator kualitas kayu yang paling
kayu laminasi merupakan salah satu mendasar dimana akan mempengaruhi
langkah cerdas yang dapat memecahkan sifat-sifat kayu (Kretschmann & Green

158 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 12 No.2 Juli 2014


1996). Pada umumnya, kerapatan kayu hubungan antara pembebanan dan nilai
memiliki keterkaitan yang erat dengan defleksinya.
sifat mekanis kayu (Sonderegger et al.
Pembuatan kayu laminasi
2008). Sebagai bahan kontruksi, sifat
mekanis yang sangat penting adalah Kayu laminasi kelapa sawit yang dibuat
MOR dan MOE. Tujuan penelitian ini bervariasi jumlah lapisannya tergantung
adalah mengetahui karakteristik kayu tebal lamina penyusunnya (3 cm, 2 cm,
laminasi dari batang kelapa sawit bagian dan 1,5 cm). Lamina-lamina selanjutnya
luar berdasarkan ketebalan lamina yang direkatkan satu sama lain dengan
diambil dari tepi batang. perekat isosianat dengan berat labur 300
g m-2. Kayu laminasi kelapa sawit yang
Bahan dan Metode dibuat berukuran (6 x 6 x 150) cm3
sehingga jumlah lapisan bervariasi
Bahan
menjadi 2 lapis, 3 lapis dan 4 lapis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian Sebagai pembandingnya dibuat kontrol
ini adalah kayu dari batang kelapa sawit berupa kayu kelapa sawit utuh dengan
berumur 20 tahun yang diambil dari ukuran kayu laminasi yang dibuat
perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan (Gambar 1). Setelah direkatkan, kayu
Nusantara VII Propinsi Lampung. Bahan laminasi kelapa sawit tersebut ditekan
perekat yang digunakan adalah isosianat dengan kempa dingin sebesar 10 kg cm-2
yang diproduksi oleh PT Koyobond dengan waktu kempa 1 jam sesuai
Indonesia. penelitian Darwis et al. (2014). Kayu
Pembuatan lamina laminasi batang kelapa sawit kemudian
dikondisikan selama 1 minggu.
Batang kelapa sawit ditebang menjadi
kayu gelondongan (log) dengan chain Karakteristik kayu laminasi kelapa sawit
saw menjadi 3 bagian berdasarkan yang dihasilkan ditentukan dengan
ketinggian (2 m, 4 m, 6 m) dan dibelah melakukan pengujian sifat fisis dan sifat
menjadi papan/sortimen pada 1/3 bagian mekanis. Pengujian sifat fisis
batang terluar. Papan-papan yang diantaranya: kadar air dan kerapatan
dihasilkan kemudian dikeringkan dalam sedangkan pengujian sifat mekanisnya
kiln drying sampai mencapai kadar air adalah kekuatan geser, keteguhan patah
kering udara (12-14%). Sortimen- (Modulus of Rupture) dan kekakuan
sortimen tersebut kemudian dipotong lentur (Modulus of Elastisity). Alat yang
dan dibelah dengan circular saw hingga dipergunakan dalam uji mekanis adalah
diperoleh papan lamina dengan ukuran Universal Testing Machine (UTM)
ketebalan masing-masing 6 cm, 3 cm, 2 Instron Type 3369. Selanjutnya contoh
cm, dan 1,5 cm dengan lebar 60 cm dan uji diuji dengan konfigurasi center point
panjang 150 cm. Tebal lamina diukur loading yang mengacu pada Japan
mulai dari bagian terluar batang (Gambar Agricultural Standard for Glued
1). Papan lamina kayu sawit diuji MOE Laminated: Timber Notification No.
dengan metode non destruktif. Metode 1152 (JPIC 2007).
yang digunakan adalah dengan mencari

Karakteristik Kayu Laminasi dari Batang Kelapa Sawit 159


Atmawi Darwis, Muhammad Y Massijaya, Naresworo Nugroho, Eka M Alamsyah
Kayu Laminasi Lamina
Gambar 1 Bahan lamina yang digunakan dan konfigurasi struktur lapisan kayu laminasi
batang kelapa sawit.

Analisis data Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini menggunakan dua faktor: Karakteristik lamina kayu kelapa
faktor A adalah posisi ketinggian pada sawit
batang yang terdiri dari 3 taraf, yaitu 2 Sifat fisis (kerapatan) dan sifat mekanis
m, 4 mdan 6 m. Faktor B adalah jumlah (MOE) kayu lamina kelapa sawit
lapisan kayu laminasi yang terdiri dari 4 memiliki nilai yang bervariasi (Tabel 1).
taraf, yaitu 1 lapis (kayu utuh), 2 lapis, 3
lapis dan 4 lapis. Pengaruh faktor-faktor Kerapatan dan MOE kayu sawit
tersebut terhadap respon pengamatan bervariasi pada berbagai posisi
dianalisis dengan menggunakan model ketinggian dan ketebalan lamina yang
rancangan percobaan faktorial acak diambil dari bagian tepi batang. Pada
lengkap 3 x 4 dengan 3 ulangan. Model setiap posisi ketinggian batang, semakin
linier rancangan percobaan tersebut tipis ketebalan lamina, kerapatan dan
adalah: MOE-nya semakin besar. Semakin
tipisnya ketebalan lamina yang diambil
𝑌𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗 + 𝛼𝛽𝑖𝑗 + 𝜀𝑖𝑗𝑘 dari bagian terluar batang kelapa sawit
dimana i (1,2,3): taraf posisi ketinggian menyebabkan distribusi ikatan pembuluh
batang, j (1,2,3,4): taraf jumlah lapisan, k semakin besar persatuan luasnya. Hal
(1,2,3): ulangan. Apabila hasil uji F tersebut menyebabkan nilai kerapatan
menunjukkan ada pengaruh nyata secara dan MOE semakin besar. Namun hal ini
statistik (pada α = 5%) pada kedua tidak berlaku pada posisi ketinggian yang
perlakuan maupun kombinasinya, berbeda.
selanjutnya akan dilakukan uji lanjut
dengan menggunakan uji selang
berganda Duncan (Duncan multiple
range test/DMRT).

160 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 12 No.2 Juli 2014


Tabel 1 Karakteristik lamina batang kelapa sawit
Ketebalan lamina (cm)
Karakteristik
Kontrol (6,0) A (3,0) B (2,0) C (1,5)
2 meter
Kadar Air (%) 12,47 ± 0,21* 12,38 ± 0,16 12,29 ± 0,43 12,35 ± 0,19
Kerapatan
0,32 ± 0,001 0,34 ± 0,004 0,36 ± 0,003 0,38 ± 0,005
(g cm-3)
30,4 x 103 ±
MOE (kg cm-2) 20,0 x 103 ± 103,73 25,3 x 103 ± 67,57 28,3 x 103 ± 69,47
106,05
4 meter
Kadar Air (%) 12,35 ± 0,09 12,38 ± 0,29 12,34 ± 0,27 12,38 ± 0,20
Kerapatan
0,30 ± 0,007 0,30 ± 0,004 0,32 ± 0,014 0,34 ± 0,007
(g cm-3)
3 3
21,2 x 10 ± 23,9 x 10 ±
MOE (kg cm-2) 16,6 x 103 ± 130,84 25,6 103 ± 260,56
321,62 140,51
6 meter
Kadar Air (%) 12,39 ± 0,09 12,44 ± 0,27 12,38 ± 0,21 12,34 ± 0,21
Kerapatan
0,23 ± 0,006 0,27 ± 0,009 0,29 ± 0,005 0,30 ± 0,004
(g cm-3)
13,4 x 103 ±
MOE (kg cm-2) 10,6 x 103 ± 45,86 15,1 x 103 ± 98,05 16,2 x 103 ± 98,68
541,72
*) nilai simpangan baku

Pada bagian pangkal nilai kerapatan Karakteristik kayu laminasi batang


maupun MOE-nya lebih besar kelapa sawit
dibandingkan pada bagian atas. Semakin
Kadar air dan kerapatan
tinggi posisi pengambilan bahan lamina,
akan semakin menurun nilainya. Dilihat Kadar air kayu laminasi batang kelapa
dari segi umur batang yang sama, bagian sawit berkisar antara 12,10% sampai
pangkal lebih tua dari bagian atasnya 12,87%. Hal ini menunjukkan bahwa
sehingga mempengaruhi karakteristik kayu laminasi batang kelapa sawit telah
sel-sel penyusunnya (Lim & Khoo memenuhi standar Japan Agricultural
1986). Sel-sel penyusun ikatan pembuluh Standard for Glued Laminated : Timber
pada bagian ujung masih berumur muda Notification No. 1152 (JPIC 2007) yang
dibandingkan bagian dibawahnya dan mensyaratkan tidak lebih dari 15%. Nilai
dalam pertumbuhannya masih dipe- kadar air kayu laminasi batang kelapa
ngaruhi oleh meristem pucuk. Sel-sel sawit ditunjukkan dalam Gambar 2.
muda tentu memiliki sifat-sifat yang Kayu laminasi batang kelapa sawit
berbeda dibandingkan sel-sel dewasa. memiliki nilai kerapatan yang lebih besar
Hasil penelitian Rahayu (2001), berat dibandingkan dengan kayu utuhnya
jenis ikatan pembuluh kelapa sawit umur (Gambar 3). Kayu laminasi batang
27 tahun menurun dari pangkal ke ujung kelapa sawit yang tersusun dari lamina
batang. Hal ini didukung dengan dengan ketebalan 1,5 cm memiliki
penelitian Shirley (2002) melalui kajian kerapatan yang paling besar dibanding-
anatomi dinding sel serat dimana jumlah kan kayu laminasi dari lamina-lamina
lapisan dinding selnya menurun dari yang ketebalannya lebih besar pada
pangkal ke ujung batang kelapa sawit. posisi ketinggian yang sama.

Karakteristik Kayu Laminasi dari Batang Kelapa Sawit 161


Atmawi Darwis, Muhammad Y Massijaya, Naresworo Nugroho, Eka M Alamsyah
Semakin besar kerapatan lamina dengan ketebalan 1,5 cm memiliki
penyusunnya, semakin besar pula kerapatan yang paling besar dibanding-
kerapatan kayu laminasinya. Kerapatan kan kayu laminasi dari lamina-lamina
kayu laminasi batang kelapa sawit yang ketebalannya lebih besar pada
menurun dengan semakin tingginya posisi ketinggian yang sama. Semakin
posisi pengambilan bahannya pada besar kerapatan lamina penyusunnya,
batang kelapa sawit. semakin besar pula kerapatan kayu
laminasinya. Kerapatan kayu laminasi
Kayu laminasi batang kelapa sawit
batang kelapa sawit menurun dengan
memiliki nilai kerapatan yang lebih besar
semakin tingginya posisi pengambilan
dibandingkan dengan kayu utuhnya
bahannya pada batang kelapa sawit.
(Gambar 3). Kayu laminasi batang
kelapa sawit yang tersusun dari lamina

Gambar 2 Kadar air kayu utuh dan kayu laminasi batang kelapa sawit.

Gambar 3 Kerapatan kayu utuh dan kayu laminasi batang kelapa sawit.

162 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 12 No.2 Juli 2014


Sifat mekanis kayu laminasi batang kayu laminasi. Hubungan ini ditunjukkan
kelapa sawit dengan persamaan regresi linier yMOE =
177864xkerapatan – 32225 (R2 = 82%) dan
Sifat kelenturan kayu laminasi batang
yMOE = 1,0466xMOE lamina + 1748,5 (R2 =
kelapa sawit (MOE) ditentukan oleh
95%). Kayu laminasi batang kelapa
kerapatan maupun MOE lamina
sawit memiliki MOE dan MOR lebih
penyusunnya sebagaimana halnya pada
tinggi dari kayu utuhnya (Gambar 4 dan
kayu laminasi pada umumnya maupun
Gambar 5). Karakteristik LVL dari
pada kayu utuh. Izekor et al. (2010)
batang kelapa sawit juga juga
melaporkan bahwa nilai MOE dan MOR
dipengaruhi sifat-sifat finir penyusunnya.
kayu jati pada kelas umur yang berbeda
Berdasarkan penelitian Wahab et al.
meningkat dengan meningkatnya
(2008), karakteristik LVL dari bagian
kerapatan kayu. Hasil penelitian
tepi dan pangkal batang memiliki
menunjukkan adanya hubungan linieritas
kerapatan dan sifat mekanis yang paling
antara kerapatan dan MOE serta antara
tinggi.
MOE lamina penyusun dengan MOE

Gambar 4 Keteguhan lentur kayu utuh dan kayu laminasi batang kelapa sawit.

Gambar 5 Keteguhan patah kayu utuh dan kayu laminasi batang kelapa sawit.

Karakteristik Kayu Laminasi dari Batang Kelapa Sawit 163


Atmawi Darwis, Muhammad Y Massijaya, Naresworo Nugroho, Eka M Alamsyah
Pada berbagai posisi ketinggian, kayu MOE dan MOR minimum 75 x 103 kg
laminasi 4 lapis memiliki nilai MOE dan cm-2 dan 300 kg cm-2.
MOR terbesar. Peningkatan nilai MOE Sistem pelapisan juga mempengaruhi
kayu laminasi sawit 4 lapis dibandingkan nilai kekuatan kayu. Penyusunan lamina
kayu utuhnya cukup signifikan yaitu kayu sawit menempatkan bagian yang
62,38% (2 m), 66,56% (4 m), dan kuat di bagian terluar seperti pada
62,72% (6 m). Jumlah lapisan kayu Gambar 4.1. Penelitian kayu laminasi
laminasi berbanding lurus dengan jumlah bambu yang memiliki karakteristik
perekat yang dibutuhkan, dimana struktur anatomi yang sama dengan kayu
semakin banyak jumlah lapisan kayu kelapa sawit yang dilakukan oleh
laminasi maka jumlah perekat yang Nugroho et al. (2001) menunjukkan
dibutuhkan juga semakin banyak. Hal ini bahwa pola penyusunan lapisan lamina
disebabkan luas permukaan bidang akan mempengaruhi sifat mekanisnya.
rekatnya juga semakin besar. Jumlah Bahtiar et al. (2014) membuktikan
perekat yang semakin banyak akan bahwa konfigurasi luar-luar yang
meningkatkan sifat kekakuan kayu digunakan untuk membuat bambu
laminasi karena perekat ini berperan laminasi dua lapis akan memiliki MOE
penting dalam memperkuat kayu yang lebih tinggi daripada konfigurasi
laminasi yang dihasilkan (Persson & dalam-dalam dan luar-dalam.
Wogelberg 2011).
Keteguhan geser rekat kayu laminasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa juga menunjukkan fenomena yang sama
jumlah lamina pada suatu balok dengan seperti halnya pada keteguhan lentur,
dimensi yang sama, akan mempengaruhi kecuali pada kayu laminasi yang tersusun
kekakuan balok. Penambahan jumlah dua lapis. Nilai keteguhan geser rekat
lamina akan menambah luas bidang rekat kayu laminasi 2 lapis lebih kecil
antar lapisan lamina tersebut sehingga dibandingkan kayu utuhnya, hal ini
dapat meningkatkan kekakuan balok dipengaruhi keberadaan leaf trace pada
(Yoresta 2014). Kayu lamina penyusun kayu utuhnya. Nilai keteguhan geser
kayu laminasi yang lebih tipis cenderung rekat kayu laminasi batang kelapa sawit
meningkatkan sifat kekakuannya belum memenuhi standar Japan
(Sulistyawati et al. 2008). Selain itu, Agricultural Standard for Glued
karakteristik kayu laminasi juga Laminated : Timber Notification No.
dipengaruhi oleh karakteristik lamina 1152 (JPIC 2007) yang mensyaratkan
penyusunnya (Yang et al. 2007). keteguhan geser rekat minimum 54 kg
Terdapat hubungan matematis yang cm-2 (Gambar 6). Rendahnya keteguhan
eksak antara sifat mekanis lentur (MOE geser rekat juga disebabkan oleh
dan MOR) kayu laminasi dengan sifat rendahnya kerapatan kayu laminasi
mekanis lentur lamina penyusunnya. batang kelapa sawit dan ditunjukkan
Hubungan matematis itu telah disajikan dengan persamaan regresi linier y =
oleh Bahtiar et al. (2010, 2011). Namun 123,56x–23,184 (R² = 77%).
demikian, berdasarkan standar Japan
Agricultural Standard for Glued Hubungan yang erat antara kerapatan dan
Laminated: Timber Notification No. nilai keteguhan geser rekat juga terjadi
1152 (JPIC 2007), nilai MOE dan MOR pada produk laminasi dari kayu tropis
kayu laminasi batang kelapa sawit belum (Alamsyah et al. 2007). Hal ini juga
memenuhi standar yang mensyaratkan ditunjukkan dengan persentase kerusakan

164 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 12 No.2 Juli 2014


kayu pada bidang geser sebesar 100% direndam dalam air dingin maupun air
untuk semua perlakuan. Kerusakan panas (Gambar 7). Hal ini menunjukkan
tersebut terjadi pada jaringan parenkim bahan perekat isosianat mampu bekerja
kayu penyusunnya dan sebagian kecil dengan baik dalam mengikat lamina-
juga terjadi pada ikatan pembuluhnya lamina dari batang kelapa sawit.
(Darwis et al. 2014)). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
tahap kedua. Rasio delaminasi kayu
Rasio delaminasi laminasi batang kelapa sawit telah
Kayu laminasi batang kelapa sawit tidak memenuhi standar JAS (JPIC 2007) yang
mengalami delaminasi baik yang mensyaratkan tidak melebihi 5%.

Gambar 6 Keteguhan kayu utuh dan keteguhan geser rekat kayu laminasi batang kelapa
sawit.

Gambar 7 Delaminasi kayu laminasi batang kelapa sawit a) sebelum direndam, b)


setelah direndam air, dan c) setelah di oven. Angka 2, 3 dan 4 menunjukkan jumlah
lamina penyusun kayu laminasi. Tanda panah menunjukkan garis rekat.

Karakteristik Kayu Laminasi dari Batang Kelapa Sawit 165


Atmawi Darwis, Muhammad Y Massijaya, Naresworo Nugroho, Eka M Alamsyah
Tabel 2 Analisis sidik ragam karakteristik kayu laminasi batang kelapa sawit
Karakteristik Kayu Perlakuan
laminasi Batang Kelapa Posisi Ketinggian Jumlah Lapisan Kombinasi Perlakuan
sawit F hit. Sig. F hit. Sig. F hit. Sig.
Kadar Air 0,132 0,877tn 0,139 0,936tn 0,213 0,969tn
Kerapatan 947,127 0,000** 423,63 0,000** 13,22 0,000**
MOR 947,127 0,000** 3014,757 0,000** 32,203 0,000**
MOE 29449,459 0,000** 10282,074 0,000** 310,145 0,000**
Keteguhan geser rekat 177,234 0,000** 125,477 0,000** 4,930 0,002**
Keterangan: tn tidak nyata, * nyata pada taraf 5% dan ** sangat nyata pada taraf 1%

Tabel 3 Karakteristik kayu laminasi batang kelapa sawit


Karakteristik Kayu Utuh dan Kayu Laminasi Batang Kelapa Sawit
Ketinggian Jumlah Kerusakan Rasio
Kerapatan MOR MOE Keteguhan geser rekat
(m) Lapisan KA (%)* Kayu Delaminasi
(g cm-3)* (kg cm-2)* (kg cm-2)* (kg cm-2)* (%)
(%)
1 12,47 0,32de 151,3e 20,0 x 103d 18,55fg 100 0
2 12,38 0,34f 191,5i 30,8 x 103h 15,98de 100 0
2
3 12,30 0,36g 205,2j 31,2 x 103i 21,03h 100 0
3
4 12,33 0,38h 212,4k 32,6 x 10 j 26,45i 100 0
1 12,35 0,30c 130,2b 16,6 x 103b 14,11bc 100 0
2 12,46 0,31d 159,4f 26,1 x 103e 12,71ab 100 0
4 3
3 12,41 0,32e 172,6g 26,5 x 10 f 15,72d 100 0
4 12,47 0,35f 177,6h 27,6 x 103g 19,13g 100 0
1 12,39 0,23a 97,1a 10,6 x 103a 12,94ab 100 0
3
2 12,46 0,28b 130,9b 13,4 x 10 b 11,70a 100 0
6
3 12,39 0,30c 138,5c 15,1 x 103b 15,05cd 100 0
3
4 12,35 0,31d 141,6d 17,3 x 10 c 17,32ef 100 0
*)Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
uji 5%(uji selang berganda Duncan).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada batang. Kayu laminasi yang
semua faktor perlakuan (posisi pada tersusun 4 lapis dengan ketebalan lamina
ketinggian batang dan jumlah lapisan 1,5 cm memiliki nilai kerapatan dan sifat
kayu laminasi) serta kombinasinya mekanis tertinggi dibandingkan yang
menunjukkan pengaruh yang sangat lainnya. Berdasarkan karakteristik kayu
nyata pada nilai kerapatan, MOE, MOR laminasi dari batang kelapa sawit, nilai
dan keteguhan geser rekat (Tabel 2). kadar air dan rasio delaminasi kayu
Hasil uji lanjut dengan uji selang laminasi batang kelapa sawit umur 20
berganda Duncan dapat dilihat pada tahun yang telah memenuhi standar JAS
Tabel 3. 1152 (JPIC 2007).

Kesimpulan Daftar Pustaka


Kayu laminasi dari batang sawit [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014.
memiliki kerapatan dan sifat mekanis Statistik Indonesia: Statistical
yang lebih baik dibandingkan kayu Yearbook of Indonesia 2014. Jakarta:
utuhnya pada berbagai posisi ketinggian

166 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 12 No.2 Juli 2014


Badan Pusat Statistik Republik Bakar ES, Sahry MH, H’ng PS. 2008.
Indonesia. Anatomical Characteristic and
Utilization of Oil Palm Wood. Di
Bahtiar ET, Nugroho N, Massijaya MY,
dalam: Nobuchi T, Sahry MH. editor.
Roliandi H, Nurbaiti RA, Satriawan
The Formation of Wood in Tropical
A. 2010. A new method to estimate
Forest Tree: A Challenge from the
modulus of elasticity and modulus of
Perspective of Functional Wood
rupture of glulam I-Joist. AIP
Anatomy. Serdang: Penerbit Universiti
Conference Proceedings 1325. 2010,
Malaysia.
Oktober, 12-13; Bandung. USA, AIP
Publishing hlm 319-322. doi: Berglund L, Rowell RM. 2005. Wood
10.1063/1.3537940. Composites, Handbook of Wood
Chemistry and Wood Composites.
Bahtiar ET, Nugroho N, Massijaya MY,
Boca Raton, Fla: CRC Press, hlm.
Roliandi H, Nurbaiti RA, Satriawan
279-301.
A. 2011. Method of estimate
mechanical properties of glulam on Bodig J, Jayne BA. 1982. Mechanics of
flexure testing based on its laminae Wood and Wood Composites. New
characteristics and position. York: Van Nostrand Reinhold.
Indonesian J. Physics. 22 (2):57-67. [CWC] Canadian Wood Council. 2000.
Bahtiar ET, Nugroho N, Karlinasari L, Wood Reference Handbook: A Guide
Surjokusumo S, Darwis A. 2014. to The Architectural Use Of Wood In
Rasio ikatan pembuluh sebagai Building Contruction. Ed ke-4.
substitusi rasio modulus elastisitas Ottawa: Canadian Wood Council.
pada analisa layer system pada bilah Darwis A, Nurrochmat DR, Massijaya
bambu dan bambu laminasi. J Tek. MY, Nugroho N, Alamsyah EM,
Sipil 21(2):147-162. Bahtiar ET, Safe’I R. 2013. Vascular
Bakar ES, Rachman O, Hermawan D, bundle distribution effect on density
Karlinasari L, Rosdiana N. 1998. and mechanical properties of oil palm
Pemanfaatan batang kelapa sawit trunk. Asian J. Plant Sci. 12(5):208-
(Elaeis guineesis Jacq.) sebagai bahan 213.
bangunan dan furniture (I): Sifat fisis, Darwis A, Massijaya MY, Nugroho N,
kimia dan keawetan alami kayu Alamsyah EM, Nurrochmat DR.
kelapa sawit. J. Teknik. Has. Hutan 2014. Bond ability of oil palm xylem
11(1):1-12. with isocianate adhesive. J. Ilmu
Bakar ES, Rachmat O, Darmawan W, Teknol. Kayu Tropis.12(1):39-47.
Hidayat I. 1999. Pemanfaatan batang Erwinsyah. 2008. Improvement of oil
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) palm wood properties using bioresin
sebagai bahan bangunan dan furnitur [disertasi]. Dresden: Institut für
(II): Sifat mekanis kayu kelapa sawit. Forstnutzung und Forsttechnik
JTHH 12 (1):10-20. Fakultät für Forst-, Geo- und
Bakar ES, Febrianto F, Wahyudi I, Hydrowissenschaften Technische
Ashaari Z. 2006. Polygon sawing: an Universität Dresden
optimum sawing pattern for oil palm Izekor DN, Fuwape JA, Oluyege AO.
stems. J Biol Sci. 6(4):744-749. 2010. Effect of density on variations
in the mechanical properties of

Karakteristik Kayu Laminasi dari Batang Kelapa Sawit 167


Atmawi Darwis, Muhammad Y Massijaya, Naresworo Nugroho, Eka M Alamsyah
plantation grown Tectona grandis Engineering. Madison: USDA Forest
wood. Arch. Appl. Sci. Res. 2 (6):113- Service, Forest Products Laboratory.
120. Shirley MB. 2002. Cellular structure of
[JPIC] Japan Plywood Inspection stems and fronds of 14 and 25 year-
Corporation. 2007. Japanese old Elaeis guineensis Jacq [Tesis].
Agricultural Standard for Glued Serdang : Universiti Putra Malaysia.
Laminated Timber Notification No. Sonderegger W, Mandallaz D, Niemz P.
1152. Tokyo: JPIC. 2008. An investigation of the
Kretschmann DE, Green DW. 1996. influence of selected factors on the
Modeling moisture content- properties of spruce wood. Wood Sci.
mechanical property relationships for Technol. 42:281-298.
clear southern pine. Wood Fiber Sci. Sulistyawati I, Nugroho N, Suryokusumo
28(3):320-337. S, Hadi YS. 2008. Kekakuan dan
Lim SC, Khoo K. 1986. Characteristic of kekuatan lentur maksimum balok
oil palm trunk and its potential glulam dan utuh kayu akasia. J. Tek.
utilization. The Malaysian Forester. Sipil. 15 (3):113-121.
49(1):3-22. Wahab R, Samsi HW, Mohamad A,
Nugroho N, Ando N. 2001. Development Sulaiman O, Salim R. 2008.
of structural composite products made Properties of laminated veneer
from bamboo II: fundamental lumbers of oil palm trunks. J. Plant
properties of laminated bamboo Sci. 3(4):255-259.
lumber. J. Wood Sci. 47 (3):237-242. Yang TH, Wang SY, Lin CJ, Tsai MJ,
Persson M, Wogelberg S. 2011. Lin FC. 2007. Effect of laminate
Analytical models of pre-stressed and configuration on the modulus of
reinforced glulam beams: A elasticity of glulam evaluated using a
competitive analysis of strengthened strain gauge method. J. Wood Sci.
glulam beams [Tesis]. Göteborg: 53(1): 31-39.doi: 10.1007/s10086-
Chalmers University of Technology 006-0818-z
Rahayu IS. 2001. Sifat dasar vascular Yoresta FS. 2014. Studi eksperimental
bundle dan parenchyma batang kelapa perilaku lentur balok glulam kayu
sawit (Elaensis guineensis) dalam pinus (Pinus merkusii). J. Ilmu
kaitannya dengan sifat fisis, mekanis Teknol. Kayu Tropis. 12(1):33-38.
serta keawetan [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Riwayat naskah (article history)
Serrano E. 2003. Mechanical
Performance and Modeling of Naskah masuk (received): 3 Maret 2014
Glulam. Di dalam: Thelandesson S, Diterima (accepted): 7 Mei 2014
Larsen HJ, editor. Timber

168 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol. 12 No.2 Juli 2014

You might also like