You are on page 1of 11

Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633

Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

KARAKTERISTIK DAN POLA PERJALANAN WISATAWAN


BACKPACKER YANG MENGINAP DI CANGGU, BADUNG

Cening Suprani Gama1, I Putu Sudana2, Luh Gede Leli Kusuma Dewi3
Email1: ceninggama01@gmail.com
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Email2 : sudanaputu@yahoo.com
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Email3 : leli_ipw@unud.ac.id
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

Abstract: Canggu is one of the the most visited areas by backpacker tourists viewed by the amount of
hostel accommodations. This study aims to determine the characteristics and travel patterns of
backpacker tourists who stay in Canggu. The sample of this research is backpacker tourists staying at
Canggu, determining the sample using purposive and quota sampling on 132 respondents. Data
obtained in several ways, such as: observation, questionnaires, literature study, and documentation.
Quantitative descriptive and qualitative descriptive were used to analyse the data result. The results
showed that backpacker tourists take an intra-destination travel pattern, which is to travel in Bali, the
most visited tourist destination in Bali is Ubud with an average stay of 6 days, dominantly making an
intra-destination travel pattern; Ubud-Uluwatu- Canggu, and Kuta as the first tourist destination
visited in Bali. Inter-destination travel patterns, while travel between destinations in Indonesia, most
backpacker tourists visit Gili Island with an average stay of 5 days, dominantly doing inter-destination
travel patterns such as Gili Island-Bali, and Bali as a tourist destination first visited. Intra-regional
patterns, as trips made in Southeast Asian countries, Thailand was most visited by backpacker tourists
other than Indonesia, dominantly carried out intra-regional travel patterns like Thailand-Cambodia-
Vietnam-Indonesia, and Indonesia as first destination visited. Inter-regional patterns, backpacker
tourists also visit other countries other than Southeast Asia, and predominantly visit Australia with an
average stay of 91 days, and do inter-regional travel patterns that is Australia- ASEAN, and the
ASEAN region being the first destination visited.

Abstrak: Canggu menjadi salah satu kawasan yang banyak dikunjungi oleh wisatawan backpacker
ditandai dengan banyaknya akomodasi hostel. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan
pola perjalanan wisatawan backpacker yang menginap di Canggu. Sampel yang diteliti yaitu
wisatawan backpacker yang menginap di Canggu, dengan penentuan sampel menggunakan purposive
dan quota sampling pada 132 orang responden. Data diperoleh dengan beberapa cara, diantaranya:
observasi, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan
analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa wisatawan
backpacker melakukan pola perjalanan intra-destinasi, yaitu melakukan perjalanan di Bali, dominan
mengunjungi Ubud dengan rata-rata lama menginap 6 hari, sebagian besar melakukan pola perjalanan
intra-destinasi yakni Ubud-Uluwatu-Canggu, dengan Kuta sebagai daerah tujuan wisata pertama yang
dikunjungi di Bali. Pola perjalanan inter-destinasi, yaitu perjalanan antar destinasi yang ada di
Indonesia, sebagian besar wisatawan backpacker berkunjung ke Gili Island dengan rata-rata lama
menginap 5 hari, dominan melakukan pola perjalanan inter-destinasi yakni Gili Island-Bali, dengan
Bali sebagai destinasi wisata pertama yang dikunjungi. Pola intra-regional yaitu perjalanan yang
dilakukan di negara-negara Asia Tenggara, Thailand menjadi negara di Asia Tenggara yang paling
banyak dikunjungi oleh wisatawan backpacker selain Indonesia, dominan melakukan pola perjalanan
intra-regional yakni Thailand-Cambodia-Vietnam-Indonesia, dan Indonesia sebagai destinasi pertama
yang dikunjungi. Pola perjalanan wisatawan backpacker jika ditinjau dari pola inter-regional,
wisatawan backpacker juga mengunjungi kawasan Negara yang lain selain kawasan Negara Asia
Tenggara, dan dominan mengunjungi Australia dengan rata-rata lama menginap selama 91 hari, serta
melakukan pola perjalanan inter-regional yakni Australia-ASEAN.

Keywords: backpacker tourist, canggu, travel pattern.

223
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

PENDAHULUAN di Bali yaitu di kawasan Poppies Lane Kuta


Pada zaman modern seperti dewasa ini, dan kawasan Monkey Forest Ubud menurut
manusia melakukan perjalanan dengan tujuan Virgies Travel Guide dalam siaran Metro TV.
untuk berwisata atau memperoleh kesenangan, Selain kawasan Ubud dan Kuta yang
berbeda dengan zaman dahulu ketika orang merupakan kampung backpacker utama yang
melakukan perjalanan untuk memperoleh ada di Provinsi Bali, namun adapun kawasan
makanan dan tempat tinggal yang aman. baru yang banyak dikunjungi wisatawan
Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh backpacker di Bali yaitu kawasan Canggu.
seseorang atau kelompok orang dengan Canggu mulai berkembang menjadi daya tarik
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan wisata baru yang banyak dikunjungi oleh
rekreasi, pengembangan pribadi, atau wisatawan backpacker ditandai dengan
mempelajari daya tarik wisata yang banyaknya jumlah hostel yang ada, lebih dari
dikunjunginya dalam jangka waktu sementara 30 hostel dan dipasarkan melalui salah satu
(Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009). situs pemesanan hostel terbesar di dunia yaitu
Pariwisata kini menjadi suatu kebutuhan Hostelworld. Hal ini terjadi karena Canggu
semua orang di dunia,, berbagai macam merupakan kawasan wisata yang menawarkan
tipologi wisatawan di dunia pun ditemukan. keindahan pantai dan sekaligus suasana
Cohen (1972) mengklasifikasikan wisatawan pedesaan serta sawah yang masih terjaga.
menjadi 4 jenis, antara lain individual mass Menurut artikel a Broken Backpack, Canggu
organized mass tourist, drifter dan explorer. juga menjadi salah satu destinasi favorit bagi
Wisatawan explorer merupakan wisatawan wisatawan backpacker dan aktivitas wisata
yang melakukan perjalanan dengan mengatur yang biasa dilakukan adalah berselancar,
perjalanannya sendiri, dan tidak mau berpesta, meditasi dan yoga. Wisatawan
mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah backpacker merupakan wisatawan aktif yang
umum melainkan mencari hal yang tidak artinya ingin mengunjungi tempat-tempat
umum. (Cohen, 1972 dalam Suwena & wisata baru setiap harinya selama
Widyatmaja (2017)). perjalanannya.
Perkembangan teknologi informasi yang Menuh (2016) melakukan studi mengenai
semakin pesat menyebabkan perencanaan karakteristik dan dampak wisatawan
perjalanan wisata tidak harus mengandalkan backpacker yang berkunjung ke Kuta
jasa perjalanan wisata, melainkan kini menemukan karakteristik wisatawan
wisatawan dapat mengatur dan merencanakan backpacker yaitu sebagian besar wisatawan
perjalanan wisatanya sendiri melalui online backpacker berasal dari Benua Eropa dengan
travel agent (OTA) atau e-commerce yang persentase sebesar 59%. Berdasarkan usia,
merupakan wadah atau situs online memuat wisatawan backpacker didominasi wisatawan
tentang seluruh informasi mulai dari atraksi berusia muda. Wisatawan backpacker
wisata, pemesanan akomodasi, pemesanan memiliki lama berkunjung di Bali 8-15 hari.
transportasi dan lain-lain. Hal tersebut Menurut Welk (2004) terdapat lima pilar
menyebabkan adanya tren wisata backpacker, idiologi perjalanan wisata backpacker yaitu
yang merupakan tipe wisatawan explorer dan (1)perjalanan dengan budget rendah,
melakukan aktivitas pariwisata dengan dana (2)perjalanan untuk bertemu dengan orang
terbatas serta mengandalkan fasilitas-fasilitas yang berbeda, (3)ingin bebas dan open
berstandar lokal (Suwena & Widyatmaja, minded, (4)untuk mengatur perjalanan secara
2017). Tren wisata backpacker ini sangat bebas dan mandiri, (5)perjalanan dilakukan
berkembang di seluruh dunia, tak terkecuali sejauh mungkin. Andriyani dan Hadi (2018)
Indonesia yang memiliki beranekaragam dalam studinya mengidentifikasi pola
atraksi wisata alam & budaya yang tersebar di perjalanan wisatawan Timur Tengah yang
setiap pulaunya. Pulau Bali sebagai salah satu berkunjung ke Bandung menggunakan pola
pulau di Indonesia yang memiliki keindahan pergerakan menurut Lau & McKercher (2006)
panorama alam dan budaya, adat-istiadat yang yang terdiri dari 5 pola yaitu single point, base
unik dan beragam menjadi daya tarik site, stopover, chaining loop, destination
wisatawan backpacker untuk datang dan region loop, complex neighborhood. Hasil
berkunjung. Terdapat 2 kampung backpacker menunjukkan bahwa karakteristik wisatawan

224
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

FIT asal Timur Tengah yang dijadikan disediakan. Teknik penentuan sampel yang
informan adalah wisatawan near digunakan adalah purposive sampling yang
psychocentric dan mendekati mid-centric merupakan teknik penentuan sampel dengan
karena cenderung mengunjungi daya tarik pertimbangan tertentu yang dianggap paling
wisata yang umum dan sudah populer di tahu tentang apa yang diharapkan, dalam studi
Bandung seperti Kawah Putih, Air Terjun ini yaitu wisatawan backpacker yang
Cimahi, Tangkuban Perahu, Floating Market menginap di Canggu. Teknik penentuan
dan tempat wisata popular lainnya di Bandung. jumlah sampel digunakan teknik quota
Sedangkan pola pergerakan yang terbentuk sampling yang merupakan teknik pengambilan
adalah pola destination region loop. sampel dengan menetapkan jumlah subjek
Persamaan dengan studi ini adalah variabel (jatah) yang akan diteliti (Sutrisno Hadi,2007).
yang diteliti yaitu pola perjalanan , namun Sebanyak 33 hostel yang ada di Canggu
perbedaanya yakni studi yang dilakukan oleh dijadikan sampel studi, serta menjatahkan 4
penulis berjudul karakteristik dan pola responden di setiap hostelnya. Penulis
perjalanan wisatawan backpacker yang menjatahkan 4 responden atas dasar
menginap di Canggu. Bentuk-bentuk atau pertimbangan bahwa rata-rata hostel di
pola pergerakan wisatawan ini berdasarkan Canggu memiliki minimal kapasitas hunian
karakteristik ruang baik dalam tingkat atau kamar sebanyak 4 orang atau 4 beds. Jadi total
cakupan yang lebih luas terdiri dari pergerakan jumlah responden adalah 132 responden.
wisatawan antar destinasi di wilayah atau Teknik aanalisis data yang digunakan yaitu
daerah berbeda (inter-destination), ataupun analisis deskriptif kuantitatif untuk
dalam tingkat atau cakupan yang lebih sempit, menggambarkan karakteristik dan analisis
pergerakan tersebut terbentuk dari pergerakan deskriptif kualitatatif untuk menjelaskan pola
antar atraksi wisata di sebuah destinasi (intra- perjalanan wisatawan backpacker yang
destination), pergerakan antar negara di satu menginap di Canggu.
kawasan (intra-regional), serta pergerakan
wisatawan antar kawasan negara (inter- HASIL DAN PEMBAHASAN
regional) (Andriyani & Hadi, 2018). Melihat Karakteristik Wisatawan Backpacker yang
potensi Canggu sebagai daerah tujuan wisata Menginap di Sentra Pariwisata Canggu
baru yang dikunjungi oleh wisatawan Karakteristik wisatawan backpacker
backpacker selain dua kantong backpacker yang menginap di Canggu berdasarkan jenis
yang sudah ada di Bali yakni Kuta dan Ubud, kelamin, sebagian besar merupakan wisatawan
maka dari itu studi ini dilakukan untuk backpacker yang berjenis kelamin laki-laki
mengetahui karakteristik dan pola perjalanan dengan jumlah 71 orang (53%). Hasil ini
wisatawan backpacker yang menginap di menunjukkan hasil yang berbeda dengan
Canggu. penemuan oleh Menuh (2015) bahwa
wisatawan backpacker yang berkunjung ke
METODE PENELITIAN Kuta sebagian besar adalah wanita. Ditinjau
Desa Canggu yang terletak di dari status perkawinan, hampir seluruh
Kecamatan Kuta Utara menjadi lokasi studi. responden merupakan wisatawan yang belum
Data dikumpulkan melalui penyebaran menikah sebesar 94%. Hal ini sesuai dengan
kuesioner kepada responden wisatawan hasil dari Dayour et al (2013) juga
backpacker yang menginap di Canggu untuk menunjukkan bahwa wisatawan backpacker
mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Cape Coast-Elmina,
backpacker yang ditinjau dari moda Ghana didominasi oleh wisatawan yang belum
transportasi yang digunakan, rata-rata menikah yaitu sebesar 84%. Berdasarkan
pengeluaran per hari, jenis kelamin, status, tingkat pendidikan, menunjukkan sebagian
tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas yang besar wisatawan backpacker memiliki tingkat
dilakukan selama di Canggu dan di Bali serta pendidikan “S1” sejumlah 69 orang (52%).
pola perjalanan yang ditinjau dari pola intra- Hasil ini menunjukkan hasil yang sama
destinasi, inter-destinasi, inter-regional dan dengan studi yang dilakukan oleh Supattra
intra-regional. Bentuk kuesioner ini berupa (2017) bahwa 49,6% wisatawan backpacker
tipe pilihan dimana responden bisa memilih yang berkunjung ke Thailand merupakan
jawaban dari beberapa pilihan yang telah wisatawan dengan tingkat pendidikan “S1”

225
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

atau undergraduate degree. Wisatawan backpacker memiliki rata-rata lama menginap


backpacker yang menginap di Canggu yang lebih lama daripada wisatawan FIT, hal
didominasi oleh wisatawan yang bekerja ini dibuktikan dalam studi yang dilakukan Lau
sebagai karyawan (38%), pelajar (27%), dan & Mckercher (2006) bahwa wisatawan FIT
26% diantaranya tidak bekerja. Hasil tersebut yang berkunjung ke Hongkong memiliki rata-
berbeda dengan studi yang dilakukan oleh rata lama menginap selama 4,6 malam atau
Darmawan (2018) bahwa wisatawan kurang dari 1 minggu. Sebagian besar
backpacker yang berkunjung ke Ubud wisatawan backpacker di Canggu melakukan
didominasi oleh pelajar sebesar 38%. aktivitas sightseeing yaitu sebanyak 106 orang
Wisatawan backpacker sebagian besar berusia (80%), hasil tersebut sesuai dengan hasil studi
diantara 15-24 tahun yaitu sejumlah 77 orang Darmawan (2018) bahwa wisatawan
(58%). Bencsik, Csikos, dan Juhez (2016) backpacker yang menginap di Ubud sebagian
menyatakan generasi Z adalah orang-orang besar memiliki aktivititas sightseeing dengan
yang lahir dalam rentang tahun 1995-2010, jumlah 35 orang (27%). Aktivitas sightseeing
maka dari itu, disimpulkan sebagian besar ini merupakan aktivitas mengunjungi tempat-
wisatawan backpacker yang berusia 15-24 tempat wisata yang ada di Canggu seperti
tahun atau lahir pada tahun 1995-2004 Pantai Batu Bolong, Pantai Batu Mejan (Echo
merupakan wisatawan yang termasuk dalam Beach), Pantai Canggu, Pantai Berawa serta
kelompok generasi Z. Generasi Z disebut juga area persawahan yang masih asri di Canggu.
iGeneration atau generasi internet. Kemudian disusul oleh aktivtitas shopping
Karakteristik wisatawan backpacker ditinjau atau wisata belanja sejumlah 75 orang (57%).
dari negara asal, didapat hasil sebesar 72% Selain keindahan panorama pantainya, Canggu
atau 95 orang dari 132 wisatawan berasal dari juga terkenal dengan wisata kuliner dan
negara-negara di Benua Eropa yang terdiri dari belanjanya. Di Canggu banyak terdapat café
Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, dan negara- serta restaurant, toko pakaian dan butik yang
negara di Eropa lainnya. Hasil studi ini sesuai bergaya hypster atau unik dan berbeda dari
dengan studi yang dilakukan oleh Menuh zaman. Canggu terletak di kawasan pesisir,
(2016) juga menunjukkan wisatawan sehingga banyak terdapat pantai-pantai yang
backpacker yang menginap di Kuta indah dan memiliki keunikan tersendiri. Tidak
merupakan wisatawan yang berasal dari Benua hanya untuk menikmati keindahan panorama
Eropa. Ditinjau dari lama menginap, rata-rata matahari terbenam (sunset), 36% wisatawan
wisatawan backpacker menginap selama 9 hari backpacker atau sejumlah 47 orang melakukan
di Canggu, sedangkan Darmawan (2018) wisata selancar (surfing) di Canggu. Sehingga
menyebutkan rata-rata wisatawan backpacker di Canggu banyak terdapat sekolah berselancar
menginap di Ubud selama 7 hari. Hal ini untuk para wisatawan yang ingin belajar
menunjukkan bahwa rata-rata lama menginap selancar seperti Canggu Surfing School, In Da
di Canggu lebih lama dibandingkan rata-rata Surf Camp & School Canggu, Bali Local Surf
lama menginap di Ubud. Hal ini dikarenakan School. Kemudian aktivitas yang dilakukan
Canggu merupakan tempat yang strategis, selama di Bali adalah sport activities (92%),
berdasarkan hasil wawancara dengan taking pictures (79%), learning Balinese
responden yang bernama Cameron, berusia 23 cultural and historical things (62%). Hasil
tahun berasal dari negara Inggris mengatakan persentase melebihi angka 100% dikarenakan
bahwa Canggu merupakan daerah yang dekat responden memilih lebih dari satu jawaban
dengan banyak tempat-tempat wisata lainnya yang tertera pada pilihan aktivitas selama di
yang beragam mulai dari pantai, sawah, serta Canggu dan Bali secara keseluruhan. Ditinjau
didukung dengan ketersediaan fasilitas yang dari teman perjalanan, sebanyak 83 orang atau
nyaman, lengkap dan terjangkau mulai dari setara dengan 63% wisatawan backpacker
akomodasi, restoran, transportasi. Dan banyak bepergian sendiri (solo traveler) tanpa
aktivitas wisata yang dapat dilakukan di mengajak pendamping, wisatawan backpacker
Canggu seperti surfing atau berselancar di cenderung menggunakan moda transportasi
pantai-pantai yang ada di Canggu. Lama sepeda motor sebesar 75% atau 100 orang
menginap di Bali yaitu rata-rata selama 21 wisatawan memilih sepeda motor sebagai
hari, jika dibandingkan dengan wisatawan FIT moda transportasinya selama di Canggu. Hal
(Free Individual Traveler), wisatawan ini terjadi karena di Canggu terdapat banyak

226
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

tempat penyewaan sepeda motor dengan harga yang menunjukkan bahwa untuk akomodasi
mulai dari Rp.50.000-70.000 per hari, hostel per harinya wisatawan backpacker Kuta
sehingga wisatawan backpacker dapat mengeluarkan uang sejumlah Rp.142.737.
bepergian dengan mudah dan cepat. Sebesar Untuk transportasi, wisatawan backpacker
92% wisatawan backpacker memesan kamar menghabiskan sejumlah Rp. 66.000 per hari
hostel melalui online booking atau pemesanan dikarenakan wisatawan backpacker yang
akomodasi hostel via internet seperti pada menginap di Canggu sebagian besar
situs Hostelworld.com, Booking.com, Agoda menggunakan moda transportasi sepeda motor,
dan lain-lain. Berdasarkan pengorganisasian harga sewa sepeda motor berkisar antara
perjalanannya menunjukkan bahwa hampir Rp.50.000-Rp.70.000/ hari, tergantung dari
seluruh wisatawan backpacker yang menginap jenis sepeda motor yang disewa. Sebagian
di Canggu mengorganisasikan perjalanannya besar (65%) diantaranya merupakan
sendiri dengan frekuensi 128 orang (97%), wisatawan backpacker yang pertama kali (first
hasil ini sesuai dengan salah satu pilar dari timer) berkunjung ke Canggu. Hasil ini
lima pilar ideologi perjalanan wisata mengungkapkan bahwa wisatawan backpacker
backpacker menurut Welk (2004) yaitu “untuk termasuk dalam klasifikasi wisatawan explorer
mengatur perjalanan secara bebas dan menurut teori yang dikemukakan oleh Smith
mandiri”. Sebesar 40% wisatawan yang (1977) mengenai klasifikasi wisatawan yakni
melakukan perjalanannya pada waktu cuti wisatawan explorer adalah wisatawan yang
kerja yang diberikan oleh perusahaan. mencari perjalanan baru, serta teori yang
Wisatawan backpacker selama menginap di diungkapkan oleh Plog (1972) bahwa
Canggu sebagian besar (77%) memilih wisatawan backpacker termasuk dalam
restoran lokal yang ada di Canggu dan sebesar klasifikasi wisatawan allocentric yaitu
65% wisatawan juga memilih warung lokal. wisatawan yang ingin mengunjungi tempat-
Hasil tersebut sesuai dengan studi yang tempat yang belum diketahui, dan bersifat
dilakukan oleh Rodriguez (2011) yang petualangan (adventure). Ditinjau dari
menyebutkan salah satu karaktersitik kunjungan ke Bali, 60% diantaranya
backpacker secara umum yaitu keinginan merupakan wisatawan backpacker first timer.
untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang- Hasil tersebut sesuai dengan hasil studi oleh
orang lokal. Dengan bertemu orang-orang Rodriguez (2011) yang menyatakan bahwa
lokal dan mengenal budaya baru, backpacker karakteristik wisatawan backpacker adalah
dapat memperoleh kenangan dan pengalaman wisatawan aktif, dengan mencari sesuatu yang
yang baru merupakan salah satu motif utama baru setiap hari selama perjalanannya.
backpacker melakukan perjalanan. Berbeda halnya dengan studi yang dilakukan
Berdasarkan rata-rata pengeluaran per hari oleh Lau & McKercher (2006) pada
selama menginap di Canggu, wisatawan wisatawan FIT (Free Individual Traveler)
backpacker rata-rata mengeluarkan uang yang berkunjung ke Hongkong menyatakan
sejumlah Rp. 262.000 untuk makanan dan bahwa sebagian besar (53%) merupakan
minuman, pengeluaran tersebut berbeda wisatawan repeater. Kedua hasil tersebut
dengan hasil studi Menuh (2016) yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan
menunjukkan bahwa wisatawan backpacker di karakteristik diantara wisatawan backpacker
Kuta menghabiskan sejumlah Rp. 192.849 per dan wisatawan FIT. Dalam mengakses
hari untuk makanan dan minuman. Berselisih informasi pariwisata, 75% wisatawan
Rp.69.151, wisatawan backpacker di Canggu backpacker memilih untuk bertanya kepada
mengeluarkan uang lebih banyak daripada masyarakat lokal, tepatnya masyarakat lokal
wisatawan backpacker yang menginap di Canggu yang menjadi pegawai hostel tempat
Kuta. Hal ini dikarenakan wisatawan wisatawan tersebut menginap. Wisatawan
backpacker selama menginap di Canggu backpacker yang menginap di sentra
sebagian besar (77%) memilih restoran lokal pariwisata Canggu mendapatkan informasi
yang ada di Canggu dan sebesar 65% tentang Canggu melalui internet sebesar 82%.
wisatawan juga memilih warung lokal. Untuk Hasil tersebut memperkuat fakta bahwa
akomodasi wisatawan backpacker karakteristik wisatawan backpacker yang
mengeluarkan sejumlah Rp.140.000, hasil ini merupakan generasi Z sebagaimana diketahui
hampir menyerupai hasil studi Menuh (2016) bahwa karakteristik wisatawan backpacker

227
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

ditinjau dari usia yakni berusia diantara 15-24 mengungkapkan faktor yang mempengaruhi
tahun, bahwa generasi Z memiliki wisatawan backpacker menginap pada hostel
karakteristik yaitu segala aktivitas yang di Ubud didominasi oleh faktor belajar
dilakukan dominan berhubungan dengan kebudayaan baru, yang terdiri atas empat
internet. Wisatawan memilih lebih dari satu variabel yaitu: (1) belajar kebudayaan baru, (2)
pilihan jawaban sehingga total persentase menikmati wisata budaya, (3) karena terdapat
keseluruhan melebihi 100%. bangunan bersejarah, dan (4) menikmati
wisata alam. Hasil menyatakan bahwa
Pola Perjalanan Wisatawan Backpacker wisatawan backpacker dominan melakukan
yang Menginap di Sentra Pariwisata pola perjalanan intra-destinasi yakni Ubud-
Canggu Uluwatu-Canggu, dan Kuta sebagai daerah
Wisatawan backpacker yang menginap di tujuan wisata yang pertama dikunjungi di Bali.
sentra pariwisata Canggu melakukan beberapa Ditinjau dari pergerakannya, wisatawan
pola perjalanan diantaranya dari pola backpacker yang merupakan first timer
perjalanan intra-destinasi yaitu perjalanan berbeda pergerakannya dengan wisatawan
wisatawan selama di Bali, kemudian pola repeater selama melakukan perjalanan wisata
perjalanan inter-destinasi yaitu perjalanan di Bali, hasil menunjukkan wisatawan
wisatawan antar destinasi yang ada di backpacker yang pertama kali mengunjungi
Indonesia, serta pola perjalanan intra-regional Bali (first timer) lebih banyak mengunjungi
yang merupakan perjalanan wisatawan dalam destinasi wisata yang ada di Bali yakni
satu kawasan regional yaitu di negara-negara sebanyak 4 destinasi, sedangkan wisatawan
Asia Tenggara (ASEAN) dan pola perjalanan backpacker yang sudah pernah mengunjungi
inter-regional yaitu perjalanan wisatawan antar Bali sebelumnya (repeater) cenderung
kawasan regional seperti kawasan Asia Timur, mengunjungi destinasi lebih sedikit yaitu
Asia Barat, Eropa , Australia, Amerika dan sejumlah 3 destinasi di Bali. Namun jika
lain-lain. dilihat dari rata-rata lama menginap di setiap
Ditinjau dari pola perjalanan intra- destinasi, wisatawan backpacker repeater
destinasi, selain Canggu, daya tarik wisata cenderung menginap lebih lama dibandingkan
yang paling banyak dikunjungi wisatawan dengan wisatawan first timer selama berwisata
backpacker selama berkunjung ke Bali adalah di Bali. Hasil ini membuktikan bahwa
Ubud sejumlah 102 orang, kemudian disusul wisatawan backpacker melakukan perjalanan
oleh Seminyak sejumlah 69 orang, Nusa wisata yang dipengaruhi oleh familiarisasi
Penida sejumlah 64 orang, Kuta sejumlah 61 destinasi menurut Tideswell dan Faulkner,
orang, dan Uluwatu sejumlah 35 orang. Hasil 1999. Familiarisasi destinasi merupakan
ini membuktikan bahwa Ubud dan Kuta gabungan dari pengalaman perjalanan
memang menjadi kampung backpacker sebelumnya dengan tingkat informasi yang
berdasarkan acara yang ditayangkan Metro TV diperoleh tentang suatu destinasi, dan pola
berjudul Virgies Travel Guide, bahwa ada lima pegerakan wisatawan dipengaruhi oleh
tempat yang dikategorikan sebagai kampung pengalaman pada kunjungan sebelumnya,
backpacker yaitu Poppies Lane Kuta, kawasan terbukti bahwa wisatawan backpacker yang
Monkey Forest Ubud, Sosrowijayan Jogja, sudah pernah mengunjungi Bali sebelumnya,
Jalan Jaksa Jakarta, dan Prawirotaman Jogja. cenderung mengunjungi daerah tujuan wisata
Berdasarkan rata-rata lama menginap di daya di Bali yang lebih sedikit daripada wisatawan
tarik wisata yang ada di Bali, didapat hasil first timer. Wisatawan backpacker yang
bahwa wisatawan backpacker selain di pertama kali mengunjungi Bali lebih banyak
Canggu, menginap paling lama di Ubud yaitu mengunjungi daerah tujuan wisata yang ada di
selama 6 hari. Hasil tersebut sesuai dengan Bali namun dengan waktu yang relatif lebih
hasil studi Darmawan (2018) yang singkat di setiap tempat wisata yang
menunjukkan bahwa sebagian besar dikunjunginya. Hasil tersebut sesuai dengan
wisatawan backpacker yang menginap di hasil studi yang dilakukan oleh Gitelson dan
Ubud selama 3-7 hari. Hal tersebut terjadi Crompton, 1984; Oppermann, 1997; Lehto et
karena wisatawan backpacker ingin belajar al., 2004; Wang, 2004 yang menunjukkan
kebudayaan baru di Ubud sesuai dengan studi bahwa wisatawan yang pertama kali
yang dilakukan oleh Darmawan (2018) yang berkunjung ke suatu destinasi cenderung

228
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

memiliki kegiatan yang lebih bervariasi dari sejumlah 43 orang dan Kamboja sejumlah 39
pada wisatawan repeater. Hal tersebut terjadi orang. Hasil ini sesuai dengan studi yang
karena wisatawan repeater ingin lebih dilakukan oleh Hampton & Hamzah (2016)
berelaksasi hanya pada beberapa daerah tujuan yang menyebutkan bahwa pada tahun 1990 an,
wisata yang dikunjungi di Bali dan perjalanan backpacker di Asia Tenggara di
menghabiskan waktu lebih lama di setiap mulai dari Bangkok, Thailand kemudian
daerah yang dikunjungi tersebut, diperkuat menuju Penang, Malaysia menggunakan
oleh pendapat wisatawan backpacker bernama transportasi umum seperti bus atau minibus,
Matthias asal Belanda yang berusia 22 tahun lalu dari Penang, Malaysia menuju Sumatera,
yang merupakan wisatawan repeater atau Indonesia menggunakan kapal feri melewati
sudah pernah berkunjung ke Bali sebelumnya, Selat Malaka, kemudian melewati jalan yang
menyatakan bahwa dia hanya ingin berelaksasi ada di Sumatera, umumnya melewati Danau
dan melepas penat serta menyegarkan pikiran Toba dan Bukittinggi. Perjalanan tersebut
kembali dengan berwisata di Bali pada dilakukan baik itu sebelum menuju Singapura
kunjungan kedua kalinya ini. atau perjalanan menuju Jawa melewati
Selain melakukan perjalanan intra- Yogyakarta kemudian ke Bali dan Indonesia
destinasi, wisatawan backpacker juga Bagian Timur seperti Gili, Lombok, Komodo
melakukan perjalanan inter-destinasi yaitu dan Flores. Rute tersebut juga merupakan
mengunjungi destinasi-destinasi yang ada panduan dari buku yang berjudul Lonely
Indonesia. Selain Bali, Gili Island menjadi Planet Guide Book. Ditinjau dari rata-rata
destinasi wisata yang paling banyak lama menginap, di dalam pola perjalanan
dikunjungi oleh wisatawan backpacker intra-regional, wisatawan backpacker
sejumlah 88 orang, kemudian disusul oleh menginap paling lama di Thailand yaitu
Lombok dengan 45 orang, Pulau Jawa dengan dengan rata-rata selama 31, hari. Hasil ini
24 orang serta Pulau Komodo dengan jumlah sesuai dengan hasil studi Hampton dan
21 orang. Hasil juga menunjukkan bahwa rata- Hamzah (2016) yang juga menunjukkan
rata lama menginap yang paling lama adalah bahwa wisatawan backpacker menghabiskan
Gili dan Lombok yaitu dengan rata-rata waktu selama lebih dari 30 hari di Thailand.
menginap selama 5 hari. Hal ini terjadi karena Selanjutnya, Indonesia menjadi Negara ke-dua
di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air yang menjadi tempat wisatawan backpacker
serta Lombok terdapat banyak aktivitas yang menghabiskan waktunya dengan rata-rata
dapat dilakukan oleh wisatawan backpacker menginap selama 28 hari. Hal tersebut terjadi
seperti sport activities diantaranya adalah dikarenakan Indonesia dan Thailand
snorkeling, diving, menikmati keindahan memberlakukan visa exemption atau bebas
pantai dan mempelajari budaya-budaya yang visa kunjungan kepada negara-negara tertentu.
unik dan menarik di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Sedangkan di Pulau Jawa wisatawan Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
backpacker memiliki rata-rata menginap Bebas Visa Kunjungan, Indonesia memberikan
selama 6 hari. Hal ini dikarenakan Pulau Jawa bebas visa kepada 169 Negara, sedangkan
memiliki 3 kampung backpacker yang lebih Thailand memberlakukan bebas visa
tepatnya berada di Sosrowijayan (Yogyakarta), kunjungan kepada 48 Negara
Jalan Jaksa (Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), (www.thaiembassy.com). Beberapa diantara
Prawirotaman (Yogyakarta) menurut Virgies negara-negara di dunia yang menjadi sasaran
Travel Guide, Metro TV. Wisatawan bebas visa kunjungan oleh kedua negara
backpacker cenderung melakukan pola tersebut merupakan negara-negara di Benua
perjalanan inter-destinasi yakni Gili Island- Eropa seperti Inggris, Jerman, Belanda, Belgia
Bali, dan Bali sebagai destinasi pertama yang yang merupakan negara asal dari sebagian
dikunjungi di Indonesia. besar (75%) wisatawan backpacker dalam
Ditinjau dari pola perjalanan intra- penelitian ini. Sesuai dengan Peraturan
regional, selain Indonesia, Negara yang paling Presiden RI No.21 Tahun 2016 pasal 4 yang
banyak dikunjungi wisatawan backpacker menyatakan bahwa bebas visa kunjungan
adalah Thailand yaitu sejumlah 60 orang, tersebut berlaku selama 30 hari dan tidak dapat
disusul oleh Vietnam sejumlah 54 orang, diperpanjang atau diubah ke bentuk visa
Singapura sejulah 52 orang, Malaysia lainnya, sedangkan kebijakan bebas visa

229
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

kunjungan di Thailand menyebutkan bahwa pertanian, pekerjaan konstruksi serta pekerjaan


visa tersebut berlaku 30 hari jika masuk di industri pariwisata. Wisatawan yang dapat
melalui jalur bandara internasional dan berlaku berpartisipasi adalah wisatawan dari negara-
15 hari jika masuk melalui jalur darat serta negara partner Australia yang berusia antara
visa tidak dapat diperpanjang 18-30 tahun. Hal ini juga diperkuat oleh
(www.thaiembassy.com). Dengan adanya wisatawan backpacker yang dijadikan sebagai
bebas visa kunjungan berlaku 15 hari jika responden merupakan wisatawan yang
masuk melalui jalur darat menyebabkan sebagian besar berusia 15-24 tahun.
wisatawan backpacker dapat memperpanjang Wisatawan backpacker cenderung melakukan
bebas visa kunjungannya ke Thailand dengan pola perjalanan inter-regional dengan pola
cara keluar dari Thailand dan mengunjungi Australia-ASEAN, dengan kawasan ASEAN
negara-negara tetangga terdekat kemudian sebagai destinasi pertama yang dikunjungi.
kembali ke Thailand melalui jalur darat
sehingga mereka dapat tinggal lebih lama atau SIMPULAN DAN SARAN
lebih dari 30 hari di Thailand tanpa dipungut Simpulan
biaya tambahan. Hal tersebut juga Karakteristik wisatawan backpacker yang
membuktikan bahwa wisatawan backpacker menginap di Canggu, jika ditinjau dari tourist
mengunjungi negara-negara tetangga yang descriptor, sebagian besar berjenis kelamin
jaraknya berdekatan dengan Thailand seperti pria, belum menikah, dan memiliki tingkat
Vietnam, Kamboja dan Malaysia. Wisatawan pendidikan Sarjana (S1), dominan bekerja
backpacker menghabiskan waktu lebih lama di sebagai karyawan, berusia diantara 15-24
Vietnam dengan rata-rata menginap selama 22 tahun, sebagian besar berasal dari negara-
hari, dan hasil ini sedikit berbeda dengan hasil negara di Benua Eropa, kemudian rata-rata
studi dari Hampton & Hamzah (2016) yang lama menginap di Canggu 9 hari, menginap di
menunjukkan bahwa di di Vietnam wisatawan Bali rata-rata 21 hari, dan paling banyak
backpacker menghabiskan waktu rata-rata melakukan aktivitas sightseeing, shopping dan
selama 37 hari. Dalam hasil studi ini, surfing selama di Canggu, aktivitas yang
wisatawan backpacker juga mengunjungi paling banyak dilakukan di Bali yaitu sport
Kamboja dan Malaysia dan rata-rata menginap activities, taking pictures, dan learning
selama 13 hari. Hal tersebut memiliki Balinese cultural & historical things,
persamaan hasil dengan Hampton dan didominasi oleh wisatawan yang melakukan
Hamzah (2016) yang menunjukkan bahwa di perjalanan sendiri. Ditinjau dari trip
Kamboja wisatawan backpacker rata-rata descriptor, moda transportasi yang digunakan
menginap selama 13 hari, namun di Malaysia selama di Canggu yaitu didominasi oleh
wisatawan backpacker menginap rata-rata sepeda motor, sebagian besar melakukan
selama 28 hari. Sebagian besar melakukan pemesanan akomodasi melalui online booking
pola perjalanan intra-regional yaitu Thailand- dan mayoritas wisatawan backpacker
Cambodia-Vietnam-Indonesia, dan Indonesia mengorganisasikan perjalanannya sendiri,
sebagai destinasi pertama yang dikunjungi dominan berwisata pada waktu cuti bekerja
selama berkunjung ke Negara ASEAN. atau annual leave, pengeluaran selama di
Sedangkan jika ditinjau dari pola Canggu yakni; untuk makanan dan minuman
perjalanan inter-regional, wisatawan sebesar Rp.262.000 per hari, untuk akomodasi
backpacker paling banyak mengunjungi sebesar Rp.140.000 per malam, dan
Australia yaitu sejumlah 43 orang dengan rata- transportasi sebesar Rp.66.000 per hari,
rata menginap selama 91 hari atau lebih dari 3 didominasi oleh wisatawan first timer atau
bulan. Hasil ini sesuai dengan hasil studi yang pertama kali datang ke Canggu, begitu juga
dilakukan oleh Nagai et al (2018) yang dengan kunjungan ke Bali, kemudian
menunjukkan bahwa wisatawan backpacker wisatawan backpacker cenderung memilih
dari berbagai negara mengikuti program local restaurant dan local warung sebagai
Australian WHM atau Working Holidays tempat makan, sebagian besar memilih ask
Maker yang berarti bahwa wisatawan dapat local people sebagai sumber informasi wisata
berlibur sambil bekerja di Australia, pekerjaan selama di Bali, dan dominan mendapatkan
yang dimaksud seperti: memetik buah, informasi mengenai Canggu dari internet dan
memproses buah, industri agrikultur atau teman.

230
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

Wisatawan backpacker melakukan pola perekonomian masyarakat Bali secara merata.


perjalanan intra-destinasi, yaitu melakukan Menurut pendapat wisatawan backpacker yang
perjalanan di Bali, didapat hasil bahwa, daerah menginap di Canggu bahwa pentingnya
tujuan wisata di Bali yang paling banyak keamanan untuk pengendara sepeda motor dan
dikunjungi adalah Ubud dengan rata-rata lama para pejalan kaki, sehingga disarankan untuk
menginap 6 hari. Pola perjalanan wisatawan pemerintah beserta masyarakat Canggu
backpacker first timer ke Bali lebih banyak khususnya agar memberikan pengawasan yang
mengunjungi daerah tujuan wisata yang ada di ketat kepada wisatawan yang ingin berkendara
Bali namun dengan waktu yang relative menggunakan sepeda motor serta pembenahan
singkat, sedangkan wisatawan backpacker trotoar atau jalur pejalan kaki sehingga
repeater ke Bali cenderung lebih sedikit terhindar dari kecelakaan lalu lintas.
mengunjungi daerah tujuan wisata namun
lebih lama menghabiskan waktu di setiap
daerahnya, dan melakukan pola perjalanan
intra-destinasi dengan pola Ubud-Uluwatu-
Canggu, serta Kuta sebagai dearah tujuan
pertama yang dikunjungi. Pola perjalanan
inter-destinasi, yaitu perjalanan antar destinasi
yang ada di Indonesia, sebagian besar
wisatawan backpacker berkunjung ke Gili
dengan rata-rata lama menginap 5 hari,
dominan melakukan pola perjalanan yakni Gili
Island-Bali, dan Bali sebagai destinasi pertama
yang dikunjungi. Pola intra-regional yaitu
perjalanan yang dilakukan di negara-negara
Asia Tenggara, Thailand menjadi negara di
Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi
oleh wisatawan backpacker selain Indonesia,
dengan rata-rata menginap selama 31 hari, dan
sebagian besar melakukan pola perjalanan
yakni Thailand-Cambodia-Vietnam-Indonesia,
dan Indonesia sebagai destinasi pertama yang
dikunjungi di ASEAN. Pola perjalanan
wisatawan backpacker jika ditinjau dari pola
inter-regional, wisatawan backpacker juga
mengunjungi kawasan Negara yang lain selain
kawasan Negara Asia Tenggara, dan dominan
mengunjungi Australia dengan rata-rata lama
menginap selama 91 hari, dominan melakukan
perjalanan dengan pola Australia-ASEAN, dan
ASEAN sebagai destinasi pertama yang
dikunjungi.

Saran
Pola perjalanan wisatawan backpacker
selama di Bali (intra-destinasi), dominan
hanya berkunjung ke daerah Bali Selatan, dan
tidak ditemukan wisatawan backpacker yang
mengunjungi Candidasa dan Pemuteran dalam
studi ini, maka dari itu pemerintah disarankan
untuk lebih mempromosikan daerah–daerah
yang berpotensi untuk dikunjungi wisatawan
backpacker sehingga terwujud pemerataan
pengembangan pariwisata guna meningkatkan

231
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

Kepustakaan
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.

______. 2016.Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Bebas Visa Kunjungan.

Andriani, N.N., Hadi, A.P. 2018. Pola


Perjalanan Wisatawan Timur Tengah
Berdasarkan Profil Wisatawan Dan
Motivasi Pola Pergerakan Di Bandung.
Proceeding: National Conference Of
Creative Industry Universitas Bunda
Mulia, Jakarta, 5-6 September 2018. pp
1-77. Indonesia.

Darmawan, I.P.E. 2018. “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Keputusan Wisatawan
Backpacker Menginap pada Hostel di
Ubud”. Unpublish Bachelor Thesis.
Program Sarjana di Fakultas Pariwisata:
Industri Perjalanan Wisata Universitas
Udayana.

Hampton, M.P., Hamzah, A. 2016. Change,


Choice and Commercialization:
Backpacker Routes in Southeast Asia.
Journal of Urban and Regional Policy.
Vol 47/4. pp 556-571. Willey Online
Library.

Lau, G., Mckercher, B. 2006. Understanding


Tourist Movement Patterns In a
Destination: A GIS Approach. Tourism
and Hospitality Research. Vol 7/1. pp 39-
49. SAGE Publishing.

Lew, A., Mckercher, B. 2006. Modelling


Tourist Movement: A Local Destination
Analysis. Annals of Tourism Research.
Vol 33/2. pp 403-423. Research Gate.

Lue, C. C., Crompton, J. L. and Fesenmaier,


D. R. 1993. Conceptualization of
Multidestination Pleasure Trips. Annals of
Tourism Research. Vol 20. pp 289–301.
Pergamon Press.

232
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930

Menuh. 2016. Karakteristik Wisatawan


Backpacker dan Dampaknya terhadap Saldanha, A. 2002. Music Tourism And
Pariwisata Kuta, Bali. Jurnal Master Factions Of Bodies In Goa. United
Pariwisata. Vol 2/2. pp 177-188. Kingdom : Open University.

Nirwandar, Sapta. 2017. Tren Pariwisata 2018 Seaton, A.V. dan M.M. Bennett. 1996. The
diakses dan diunduh melalui Marketing of Tourism Product: Concepts,
https://nasional.sindonews.com/read/1266 Issues, and Cases. London: International
733/18/tren-pariwisata-2018-1513589619 Thomson Business Press.
pada tanggal 1 Maret 2019 pukul 15.00
Wita. Suwena, I Ketut dan I Gst Ngr Widyatmaja.
2017. Pengetahuan Dasar Ilmu
Oppermann, M. 1997. First-Time and Repeat Pariwisata. Denpasar : Pustaka Larasan.
Visitors to New Zealand. Tourism
Management, 18, 3, 177–181. Visa Extemption Rule Diakses dan diunduh
melalui www.thaiembassy.com Pada
Pearce, P. (1990). The Backpacker tanggal 30 Agst 2019 pukul 22.00 Wita
Phenomenon : Preliminary Answer to
Basic Questions. Townsville : Vukica et al. 2013. The Presence of
Departement of Tourism, James Cook Backpacking Tourism in Europe. Serbia:
University. University of Novi Sad.

Rodriguez, R. 2011. Backpacking Tourism in Yoeti. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata.


Tampere. Tampere: Tampere University Bandung : Angkasa.
of Applied Sciences.

233

You might also like