Professional Documents
Culture Documents
Backpacker Yang Menginap Di Canggu, Badung: Karakteristik Dan Pola Perjalanan Wisatawan
Backpacker Yang Menginap Di Canggu, Badung: Karakteristik Dan Pola Perjalanan Wisatawan
Cening Suprani Gama1, I Putu Sudana2, Luh Gede Leli Kusuma Dewi3
Email1: ceninggama01@gmail.com
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Email2 : sudanaputu@yahoo.com
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Email3 : leli_ipw@unud.ac.id
Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Abstract: Canggu is one of the the most visited areas by backpacker tourists viewed by the amount of
hostel accommodations. This study aims to determine the characteristics and travel patterns of
backpacker tourists who stay in Canggu. The sample of this research is backpacker tourists staying at
Canggu, determining the sample using purposive and quota sampling on 132 respondents. Data
obtained in several ways, such as: observation, questionnaires, literature study, and documentation.
Quantitative descriptive and qualitative descriptive were used to analyse the data result. The results
showed that backpacker tourists take an intra-destination travel pattern, which is to travel in Bali, the
most visited tourist destination in Bali is Ubud with an average stay of 6 days, dominantly making an
intra-destination travel pattern; Ubud-Uluwatu- Canggu, and Kuta as the first tourist destination
visited in Bali. Inter-destination travel patterns, while travel between destinations in Indonesia, most
backpacker tourists visit Gili Island with an average stay of 5 days, dominantly doing inter-destination
travel patterns such as Gili Island-Bali, and Bali as a tourist destination first visited. Intra-regional
patterns, as trips made in Southeast Asian countries, Thailand was most visited by backpacker tourists
other than Indonesia, dominantly carried out intra-regional travel patterns like Thailand-Cambodia-
Vietnam-Indonesia, and Indonesia as first destination visited. Inter-regional patterns, backpacker
tourists also visit other countries other than Southeast Asia, and predominantly visit Australia with an
average stay of 91 days, and do inter-regional travel patterns that is Australia- ASEAN, and the
ASEAN region being the first destination visited.
Abstrak: Canggu menjadi salah satu kawasan yang banyak dikunjungi oleh wisatawan backpacker
ditandai dengan banyaknya akomodasi hostel. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan
pola perjalanan wisatawan backpacker yang menginap di Canggu. Sampel yang diteliti yaitu
wisatawan backpacker yang menginap di Canggu, dengan penentuan sampel menggunakan purposive
dan quota sampling pada 132 orang responden. Data diperoleh dengan beberapa cara, diantaranya:
observasi, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan
analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa wisatawan
backpacker melakukan pola perjalanan intra-destinasi, yaitu melakukan perjalanan di Bali, dominan
mengunjungi Ubud dengan rata-rata lama menginap 6 hari, sebagian besar melakukan pola perjalanan
intra-destinasi yakni Ubud-Uluwatu-Canggu, dengan Kuta sebagai daerah tujuan wisata pertama yang
dikunjungi di Bali. Pola perjalanan inter-destinasi, yaitu perjalanan antar destinasi yang ada di
Indonesia, sebagian besar wisatawan backpacker berkunjung ke Gili Island dengan rata-rata lama
menginap 5 hari, dominan melakukan pola perjalanan inter-destinasi yakni Gili Island-Bali, dengan
Bali sebagai destinasi wisata pertama yang dikunjungi. Pola intra-regional yaitu perjalanan yang
dilakukan di negara-negara Asia Tenggara, Thailand menjadi negara di Asia Tenggara yang paling
banyak dikunjungi oleh wisatawan backpacker selain Indonesia, dominan melakukan pola perjalanan
intra-regional yakni Thailand-Cambodia-Vietnam-Indonesia, dan Indonesia sebagai destinasi pertama
yang dikunjungi. Pola perjalanan wisatawan backpacker jika ditinjau dari pola inter-regional,
wisatawan backpacker juga mengunjungi kawasan Negara yang lain selain kawasan Negara Asia
Tenggara, dan dominan mengunjungi Australia dengan rata-rata lama menginap selama 91 hari, serta
melakukan pola perjalanan inter-regional yakni Australia-ASEAN.
223
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
224
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
FIT asal Timur Tengah yang dijadikan disediakan. Teknik penentuan sampel yang
informan adalah wisatawan near digunakan adalah purposive sampling yang
psychocentric dan mendekati mid-centric merupakan teknik penentuan sampel dengan
karena cenderung mengunjungi daya tarik pertimbangan tertentu yang dianggap paling
wisata yang umum dan sudah populer di tahu tentang apa yang diharapkan, dalam studi
Bandung seperti Kawah Putih, Air Terjun ini yaitu wisatawan backpacker yang
Cimahi, Tangkuban Perahu, Floating Market menginap di Canggu. Teknik penentuan
dan tempat wisata popular lainnya di Bandung. jumlah sampel digunakan teknik quota
Sedangkan pola pergerakan yang terbentuk sampling yang merupakan teknik pengambilan
adalah pola destination region loop. sampel dengan menetapkan jumlah subjek
Persamaan dengan studi ini adalah variabel (jatah) yang akan diteliti (Sutrisno Hadi,2007).
yang diteliti yaitu pola perjalanan , namun Sebanyak 33 hostel yang ada di Canggu
perbedaanya yakni studi yang dilakukan oleh dijadikan sampel studi, serta menjatahkan 4
penulis berjudul karakteristik dan pola responden di setiap hostelnya. Penulis
perjalanan wisatawan backpacker yang menjatahkan 4 responden atas dasar
menginap di Canggu. Bentuk-bentuk atau pertimbangan bahwa rata-rata hostel di
pola pergerakan wisatawan ini berdasarkan Canggu memiliki minimal kapasitas hunian
karakteristik ruang baik dalam tingkat atau kamar sebanyak 4 orang atau 4 beds. Jadi total
cakupan yang lebih luas terdiri dari pergerakan jumlah responden adalah 132 responden.
wisatawan antar destinasi di wilayah atau Teknik aanalisis data yang digunakan yaitu
daerah berbeda (inter-destination), ataupun analisis deskriptif kuantitatif untuk
dalam tingkat atau cakupan yang lebih sempit, menggambarkan karakteristik dan analisis
pergerakan tersebut terbentuk dari pergerakan deskriptif kualitatatif untuk menjelaskan pola
antar atraksi wisata di sebuah destinasi (intra- perjalanan wisatawan backpacker yang
destination), pergerakan antar negara di satu menginap di Canggu.
kawasan (intra-regional), serta pergerakan
wisatawan antar kawasan negara (inter- HASIL DAN PEMBAHASAN
regional) (Andriyani & Hadi, 2018). Melihat Karakteristik Wisatawan Backpacker yang
potensi Canggu sebagai daerah tujuan wisata Menginap di Sentra Pariwisata Canggu
baru yang dikunjungi oleh wisatawan Karakteristik wisatawan backpacker
backpacker selain dua kantong backpacker yang menginap di Canggu berdasarkan jenis
yang sudah ada di Bali yakni Kuta dan Ubud, kelamin, sebagian besar merupakan wisatawan
maka dari itu studi ini dilakukan untuk backpacker yang berjenis kelamin laki-laki
mengetahui karakteristik dan pola perjalanan dengan jumlah 71 orang (53%). Hasil ini
wisatawan backpacker yang menginap di menunjukkan hasil yang berbeda dengan
Canggu. penemuan oleh Menuh (2015) bahwa
wisatawan backpacker yang berkunjung ke
METODE PENELITIAN Kuta sebagian besar adalah wanita. Ditinjau
Desa Canggu yang terletak di dari status perkawinan, hampir seluruh
Kecamatan Kuta Utara menjadi lokasi studi. responden merupakan wisatawan yang belum
Data dikumpulkan melalui penyebaran menikah sebesar 94%. Hal ini sesuai dengan
kuesioner kepada responden wisatawan hasil dari Dayour et al (2013) juga
backpacker yang menginap di Canggu untuk menunjukkan bahwa wisatawan backpacker
mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Cape Coast-Elmina,
backpacker yang ditinjau dari moda Ghana didominasi oleh wisatawan yang belum
transportasi yang digunakan, rata-rata menikah yaitu sebesar 84%. Berdasarkan
pengeluaran per hari, jenis kelamin, status, tingkat pendidikan, menunjukkan sebagian
tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas yang besar wisatawan backpacker memiliki tingkat
dilakukan selama di Canggu dan di Bali serta pendidikan “S1” sejumlah 69 orang (52%).
pola perjalanan yang ditinjau dari pola intra- Hasil ini menunjukkan hasil yang sama
destinasi, inter-destinasi, inter-regional dan dengan studi yang dilakukan oleh Supattra
intra-regional. Bentuk kuesioner ini berupa (2017) bahwa 49,6% wisatawan backpacker
tipe pilihan dimana responden bisa memilih yang berkunjung ke Thailand merupakan
jawaban dari beberapa pilihan yang telah wisatawan dengan tingkat pendidikan “S1”
225
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
226
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
tempat penyewaan sepeda motor dengan harga yang menunjukkan bahwa untuk akomodasi
mulai dari Rp.50.000-70.000 per hari, hostel per harinya wisatawan backpacker Kuta
sehingga wisatawan backpacker dapat mengeluarkan uang sejumlah Rp.142.737.
bepergian dengan mudah dan cepat. Sebesar Untuk transportasi, wisatawan backpacker
92% wisatawan backpacker memesan kamar menghabiskan sejumlah Rp. 66.000 per hari
hostel melalui online booking atau pemesanan dikarenakan wisatawan backpacker yang
akomodasi hostel via internet seperti pada menginap di Canggu sebagian besar
situs Hostelworld.com, Booking.com, Agoda menggunakan moda transportasi sepeda motor,
dan lain-lain. Berdasarkan pengorganisasian harga sewa sepeda motor berkisar antara
perjalanannya menunjukkan bahwa hampir Rp.50.000-Rp.70.000/ hari, tergantung dari
seluruh wisatawan backpacker yang menginap jenis sepeda motor yang disewa. Sebagian
di Canggu mengorganisasikan perjalanannya besar (65%) diantaranya merupakan
sendiri dengan frekuensi 128 orang (97%), wisatawan backpacker yang pertama kali (first
hasil ini sesuai dengan salah satu pilar dari timer) berkunjung ke Canggu. Hasil ini
lima pilar ideologi perjalanan wisata mengungkapkan bahwa wisatawan backpacker
backpacker menurut Welk (2004) yaitu “untuk termasuk dalam klasifikasi wisatawan explorer
mengatur perjalanan secara bebas dan menurut teori yang dikemukakan oleh Smith
mandiri”. Sebesar 40% wisatawan yang (1977) mengenai klasifikasi wisatawan yakni
melakukan perjalanannya pada waktu cuti wisatawan explorer adalah wisatawan yang
kerja yang diberikan oleh perusahaan. mencari perjalanan baru, serta teori yang
Wisatawan backpacker selama menginap di diungkapkan oleh Plog (1972) bahwa
Canggu sebagian besar (77%) memilih wisatawan backpacker termasuk dalam
restoran lokal yang ada di Canggu dan sebesar klasifikasi wisatawan allocentric yaitu
65% wisatawan juga memilih warung lokal. wisatawan yang ingin mengunjungi tempat-
Hasil tersebut sesuai dengan studi yang tempat yang belum diketahui, dan bersifat
dilakukan oleh Rodriguez (2011) yang petualangan (adventure). Ditinjau dari
menyebutkan salah satu karaktersitik kunjungan ke Bali, 60% diantaranya
backpacker secara umum yaitu keinginan merupakan wisatawan backpacker first timer.
untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang- Hasil tersebut sesuai dengan hasil studi oleh
orang lokal. Dengan bertemu orang-orang Rodriguez (2011) yang menyatakan bahwa
lokal dan mengenal budaya baru, backpacker karakteristik wisatawan backpacker adalah
dapat memperoleh kenangan dan pengalaman wisatawan aktif, dengan mencari sesuatu yang
yang baru merupakan salah satu motif utama baru setiap hari selama perjalanannya.
backpacker melakukan perjalanan. Berbeda halnya dengan studi yang dilakukan
Berdasarkan rata-rata pengeluaran per hari oleh Lau & McKercher (2006) pada
selama menginap di Canggu, wisatawan wisatawan FIT (Free Individual Traveler)
backpacker rata-rata mengeluarkan uang yang berkunjung ke Hongkong menyatakan
sejumlah Rp. 262.000 untuk makanan dan bahwa sebagian besar (53%) merupakan
minuman, pengeluaran tersebut berbeda wisatawan repeater. Kedua hasil tersebut
dengan hasil studi Menuh (2016) yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan
menunjukkan bahwa wisatawan backpacker di karakteristik diantara wisatawan backpacker
Kuta menghabiskan sejumlah Rp. 192.849 per dan wisatawan FIT. Dalam mengakses
hari untuk makanan dan minuman. Berselisih informasi pariwisata, 75% wisatawan
Rp.69.151, wisatawan backpacker di Canggu backpacker memilih untuk bertanya kepada
mengeluarkan uang lebih banyak daripada masyarakat lokal, tepatnya masyarakat lokal
wisatawan backpacker yang menginap di Canggu yang menjadi pegawai hostel tempat
Kuta. Hal ini dikarenakan wisatawan wisatawan tersebut menginap. Wisatawan
backpacker selama menginap di Canggu backpacker yang menginap di sentra
sebagian besar (77%) memilih restoran lokal pariwisata Canggu mendapatkan informasi
yang ada di Canggu dan sebesar 65% tentang Canggu melalui internet sebesar 82%.
wisatawan juga memilih warung lokal. Untuk Hasil tersebut memperkuat fakta bahwa
akomodasi wisatawan backpacker karakteristik wisatawan backpacker yang
mengeluarkan sejumlah Rp.140.000, hasil ini merupakan generasi Z sebagaimana diketahui
hampir menyerupai hasil studi Menuh (2016) bahwa karakteristik wisatawan backpacker
227
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
ditinjau dari usia yakni berusia diantara 15-24 mengungkapkan faktor yang mempengaruhi
tahun, bahwa generasi Z memiliki wisatawan backpacker menginap pada hostel
karakteristik yaitu segala aktivitas yang di Ubud didominasi oleh faktor belajar
dilakukan dominan berhubungan dengan kebudayaan baru, yang terdiri atas empat
internet. Wisatawan memilih lebih dari satu variabel yaitu: (1) belajar kebudayaan baru, (2)
pilihan jawaban sehingga total persentase menikmati wisata budaya, (3) karena terdapat
keseluruhan melebihi 100%. bangunan bersejarah, dan (4) menikmati
wisata alam. Hasil menyatakan bahwa
Pola Perjalanan Wisatawan Backpacker wisatawan backpacker dominan melakukan
yang Menginap di Sentra Pariwisata pola perjalanan intra-destinasi yakni Ubud-
Canggu Uluwatu-Canggu, dan Kuta sebagai daerah
Wisatawan backpacker yang menginap di tujuan wisata yang pertama dikunjungi di Bali.
sentra pariwisata Canggu melakukan beberapa Ditinjau dari pergerakannya, wisatawan
pola perjalanan diantaranya dari pola backpacker yang merupakan first timer
perjalanan intra-destinasi yaitu perjalanan berbeda pergerakannya dengan wisatawan
wisatawan selama di Bali, kemudian pola repeater selama melakukan perjalanan wisata
perjalanan inter-destinasi yaitu perjalanan di Bali, hasil menunjukkan wisatawan
wisatawan antar destinasi yang ada di backpacker yang pertama kali mengunjungi
Indonesia, serta pola perjalanan intra-regional Bali (first timer) lebih banyak mengunjungi
yang merupakan perjalanan wisatawan dalam destinasi wisata yang ada di Bali yakni
satu kawasan regional yaitu di negara-negara sebanyak 4 destinasi, sedangkan wisatawan
Asia Tenggara (ASEAN) dan pola perjalanan backpacker yang sudah pernah mengunjungi
inter-regional yaitu perjalanan wisatawan antar Bali sebelumnya (repeater) cenderung
kawasan regional seperti kawasan Asia Timur, mengunjungi destinasi lebih sedikit yaitu
Asia Barat, Eropa , Australia, Amerika dan sejumlah 3 destinasi di Bali. Namun jika
lain-lain. dilihat dari rata-rata lama menginap di setiap
Ditinjau dari pola perjalanan intra- destinasi, wisatawan backpacker repeater
destinasi, selain Canggu, daya tarik wisata cenderung menginap lebih lama dibandingkan
yang paling banyak dikunjungi wisatawan dengan wisatawan first timer selama berwisata
backpacker selama berkunjung ke Bali adalah di Bali. Hasil ini membuktikan bahwa
Ubud sejumlah 102 orang, kemudian disusul wisatawan backpacker melakukan perjalanan
oleh Seminyak sejumlah 69 orang, Nusa wisata yang dipengaruhi oleh familiarisasi
Penida sejumlah 64 orang, Kuta sejumlah 61 destinasi menurut Tideswell dan Faulkner,
orang, dan Uluwatu sejumlah 35 orang. Hasil 1999. Familiarisasi destinasi merupakan
ini membuktikan bahwa Ubud dan Kuta gabungan dari pengalaman perjalanan
memang menjadi kampung backpacker sebelumnya dengan tingkat informasi yang
berdasarkan acara yang ditayangkan Metro TV diperoleh tentang suatu destinasi, dan pola
berjudul Virgies Travel Guide, bahwa ada lima pegerakan wisatawan dipengaruhi oleh
tempat yang dikategorikan sebagai kampung pengalaman pada kunjungan sebelumnya,
backpacker yaitu Poppies Lane Kuta, kawasan terbukti bahwa wisatawan backpacker yang
Monkey Forest Ubud, Sosrowijayan Jogja, sudah pernah mengunjungi Bali sebelumnya,
Jalan Jaksa Jakarta, dan Prawirotaman Jogja. cenderung mengunjungi daerah tujuan wisata
Berdasarkan rata-rata lama menginap di daya di Bali yang lebih sedikit daripada wisatawan
tarik wisata yang ada di Bali, didapat hasil first timer. Wisatawan backpacker yang
bahwa wisatawan backpacker selain di pertama kali mengunjungi Bali lebih banyak
Canggu, menginap paling lama di Ubud yaitu mengunjungi daerah tujuan wisata yang ada di
selama 6 hari. Hasil tersebut sesuai dengan Bali namun dengan waktu yang relatif lebih
hasil studi Darmawan (2018) yang singkat di setiap tempat wisata yang
menunjukkan bahwa sebagian besar dikunjunginya. Hasil tersebut sesuai dengan
wisatawan backpacker yang menginap di hasil studi yang dilakukan oleh Gitelson dan
Ubud selama 3-7 hari. Hal tersebut terjadi Crompton, 1984; Oppermann, 1997; Lehto et
karena wisatawan backpacker ingin belajar al., 2004; Wang, 2004 yang menunjukkan
kebudayaan baru di Ubud sesuai dengan studi bahwa wisatawan yang pertama kali
yang dilakukan oleh Darmawan (2018) yang berkunjung ke suatu destinasi cenderung
228
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
memiliki kegiatan yang lebih bervariasi dari sejumlah 43 orang dan Kamboja sejumlah 39
pada wisatawan repeater. Hal tersebut terjadi orang. Hasil ini sesuai dengan studi yang
karena wisatawan repeater ingin lebih dilakukan oleh Hampton & Hamzah (2016)
berelaksasi hanya pada beberapa daerah tujuan yang menyebutkan bahwa pada tahun 1990 an,
wisata yang dikunjungi di Bali dan perjalanan backpacker di Asia Tenggara di
menghabiskan waktu lebih lama di setiap mulai dari Bangkok, Thailand kemudian
daerah yang dikunjungi tersebut, diperkuat menuju Penang, Malaysia menggunakan
oleh pendapat wisatawan backpacker bernama transportasi umum seperti bus atau minibus,
Matthias asal Belanda yang berusia 22 tahun lalu dari Penang, Malaysia menuju Sumatera,
yang merupakan wisatawan repeater atau Indonesia menggunakan kapal feri melewati
sudah pernah berkunjung ke Bali sebelumnya, Selat Malaka, kemudian melewati jalan yang
menyatakan bahwa dia hanya ingin berelaksasi ada di Sumatera, umumnya melewati Danau
dan melepas penat serta menyegarkan pikiran Toba dan Bukittinggi. Perjalanan tersebut
kembali dengan berwisata di Bali pada dilakukan baik itu sebelum menuju Singapura
kunjungan kedua kalinya ini. atau perjalanan menuju Jawa melewati
Selain melakukan perjalanan intra- Yogyakarta kemudian ke Bali dan Indonesia
destinasi, wisatawan backpacker juga Bagian Timur seperti Gili, Lombok, Komodo
melakukan perjalanan inter-destinasi yaitu dan Flores. Rute tersebut juga merupakan
mengunjungi destinasi-destinasi yang ada panduan dari buku yang berjudul Lonely
Indonesia. Selain Bali, Gili Island menjadi Planet Guide Book. Ditinjau dari rata-rata
destinasi wisata yang paling banyak lama menginap, di dalam pola perjalanan
dikunjungi oleh wisatawan backpacker intra-regional, wisatawan backpacker
sejumlah 88 orang, kemudian disusul oleh menginap paling lama di Thailand yaitu
Lombok dengan 45 orang, Pulau Jawa dengan dengan rata-rata selama 31, hari. Hasil ini
24 orang serta Pulau Komodo dengan jumlah sesuai dengan hasil studi Hampton dan
21 orang. Hasil juga menunjukkan bahwa rata- Hamzah (2016) yang juga menunjukkan
rata lama menginap yang paling lama adalah bahwa wisatawan backpacker menghabiskan
Gili dan Lombok yaitu dengan rata-rata waktu selama lebih dari 30 hari di Thailand.
menginap selama 5 hari. Hal ini terjadi karena Selanjutnya, Indonesia menjadi Negara ke-dua
di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air yang menjadi tempat wisatawan backpacker
serta Lombok terdapat banyak aktivitas yang menghabiskan waktunya dengan rata-rata
dapat dilakukan oleh wisatawan backpacker menginap selama 28 hari. Hal tersebut terjadi
seperti sport activities diantaranya adalah dikarenakan Indonesia dan Thailand
snorkeling, diving, menikmati keindahan memberlakukan visa exemption atau bebas
pantai dan mempelajari budaya-budaya yang visa kunjungan kepada negara-negara tertentu.
unik dan menarik di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Sedangkan di Pulau Jawa wisatawan Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
backpacker memiliki rata-rata menginap Bebas Visa Kunjungan, Indonesia memberikan
selama 6 hari. Hal ini dikarenakan Pulau Jawa bebas visa kepada 169 Negara, sedangkan
memiliki 3 kampung backpacker yang lebih Thailand memberlakukan bebas visa
tepatnya berada di Sosrowijayan (Yogyakarta), kunjungan kepada 48 Negara
Jalan Jaksa (Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta), (www.thaiembassy.com). Beberapa diantara
Prawirotaman (Yogyakarta) menurut Virgies negara-negara di dunia yang menjadi sasaran
Travel Guide, Metro TV. Wisatawan bebas visa kunjungan oleh kedua negara
backpacker cenderung melakukan pola tersebut merupakan negara-negara di Benua
perjalanan inter-destinasi yakni Gili Island- Eropa seperti Inggris, Jerman, Belanda, Belgia
Bali, dan Bali sebagai destinasi pertama yang yang merupakan negara asal dari sebagian
dikunjungi di Indonesia. besar (75%) wisatawan backpacker dalam
Ditinjau dari pola perjalanan intra- penelitian ini. Sesuai dengan Peraturan
regional, selain Indonesia, Negara yang paling Presiden RI No.21 Tahun 2016 pasal 4 yang
banyak dikunjungi wisatawan backpacker menyatakan bahwa bebas visa kunjungan
adalah Thailand yaitu sejumlah 60 orang, tersebut berlaku selama 30 hari dan tidak dapat
disusul oleh Vietnam sejumlah 54 orang, diperpanjang atau diubah ke bentuk visa
Singapura sejulah 52 orang, Malaysia lainnya, sedangkan kebijakan bebas visa
229
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
230
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
Saran
Pola perjalanan wisatawan backpacker
selama di Bali (intra-destinasi), dominan
hanya berkunjung ke daerah Bali Selatan, dan
tidak ditemukan wisatawan backpacker yang
mengunjungi Candidasa dan Pemuteran dalam
studi ini, maka dari itu pemerintah disarankan
untuk lebih mempromosikan daerah–daerah
yang berpotensi untuk dikunjungi wisatawan
backpacker sehingga terwujud pemerataan
pengembangan pariwisata guna meningkatkan
231
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
Kepustakaan
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
232
Jurnal IPTA p-ISSN : 2338-8633
Vol. 7 No. 2, 2019 e-ISSN : 2548-7930
Nirwandar, Sapta. 2017. Tren Pariwisata 2018 Seaton, A.V. dan M.M. Bennett. 1996. The
diakses dan diunduh melalui Marketing of Tourism Product: Concepts,
https://nasional.sindonews.com/read/1266 Issues, and Cases. London: International
733/18/tren-pariwisata-2018-1513589619 Thomson Business Press.
pada tanggal 1 Maret 2019 pukul 15.00
Wita. Suwena, I Ketut dan I Gst Ngr Widyatmaja.
2017. Pengetahuan Dasar Ilmu
Oppermann, M. 1997. First-Time and Repeat Pariwisata. Denpasar : Pustaka Larasan.
Visitors to New Zealand. Tourism
Management, 18, 3, 177–181. Visa Extemption Rule Diakses dan diunduh
melalui www.thaiembassy.com Pada
Pearce, P. (1990). The Backpacker tanggal 30 Agst 2019 pukul 22.00 Wita
Phenomenon : Preliminary Answer to
Basic Questions. Townsville : Vukica et al. 2013. The Presence of
Departement of Tourism, James Cook Backpacking Tourism in Europe. Serbia:
University. University of Novi Sad.
233