Professional Documents
Culture Documents
Oleh: Marzuki: Kerukunan Umat
Oleh: Marzuki: Kerukunan Umat
Oleh : Marzuki
FIS Universitas Negeri Yogyakarta .
Diterima: 5 Apri1200 I / disetujui : 22 Mei 200 I
Abstract
The inter-religious hannony should be done among the pluralistic society like Indonesia.
Several ways can be made for building' inter-religious hannony. The raising consciousness to
appreciate religious freedom from adherents of a religion to others is a key for building' this
hannony. To make the consciousness grows can be made with several ways, among them is
religious study method both by normative-theological approach and critical-empirical
approach.
The religious education in university, especially in public university, is' one of medium
can be made to do religious study for building inter-religious harmony. The religious education
can be done by exclusive particularistic way for each adherent of a religion for martering his
religious principles in depth. For building inter-religious harmony, the religious education will
be more effectively if it be done by pluralistic way, by participating all of the students from
several adherents of a religion to attend the study of religions. They are given the
comprehensive understanding to religions, especially about the equality, until they have
consciousness to.appreciate another religion with available.
176
Marzuki, MKDU FIS UNY
Cakrawala Pendidikan Juni 200 1~ Th.XX~ No..3
(Abdullah, 1999: 7). Selanjutnya Amin Inter religious conflict can similarly happen
Abdullah (1999: 17) menambahkan: especially under the following
Pendekatan 'j'enis apapun juga, baik c'ircumstances:
yang bersifat historis-empiris-kritis maupun a. The founding of new places of worship
yang bersifat teologis-normatif, tidak dapat witho~t permit from local government.
bersifat exhaustive, yakni tidak berpretensi b. Religious proselytizing aimed at gaining
dapat menyelesaikan' dan memecahkan new converts from adherents of another
persoalan agama setuntas-tuntasnya. religion.
Pendekatan agama jenis apapun memiliki c. Religious flasphemy or defilement of
kelemahan'dan kekurangan masing-masing. another's religion (Taher, 1997: 16)
Di atas telah disebut-sebut bahwa semua Pemerintah juga membentuk suatu
pendekatan agama tidaklah sempurna dan. forum konsultasi yang disebut Wadah
jauh dari memuaskap., mengingat fenomena Musyawarah Antar Umat Beragama
agama bersifat kompleks dan intricate. (WMAUB). Tentang hal ini Tannizi Taber
Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri- menulis:
sendiri, terlepas dari yang lain, jika para The government established in 1980 the
peneliti agama-agama tidak ingin Inter-Religious Consultative Forum (Wadah
memperoleh predikat "reducti()nist". Musyawarah Antar Urnat Beragama,
Dalam beberapa waktu kerukunan WMAUB) expressly for building good
umat beragama di Indonesia dapat berjalan . working relations between the different
dengan baik dan bahkan bisa dibanggakan. religious and the government. The
Tidak sedikit pengamat dari negara lain WMAUB meets regularly to discuss
kagum akan hal ini. Kerukunan umat various social and religious issues. The
'beragama di Indonesia .telah berjalan wajar government also established similar forums
meskipun belum dilandasi dengan studi at provincial level and in most major cities.
agama yang bersifat akademik-kritis. The forums have proven an effective
Kesadaran yang tinggi dari para pemeluk enough mechanism for the maintenance of
agama untuk hidup bersama di· tengah- inter-religious harmony and social order
tengah masyarakat yang majemuk (Taher, 1997: 17).
merupakan modal utama terbinanya Berbagai persoalan antar umat
kerukunan hidup antar umat beragama di beragama yang terjadi di negara-negara
Indonesia. Pemerintah juga berperan lain, seperti di Bosnia, Israel (Palestina),
penting terutama dengan pencanangan Filipina, India, dan Albania, cepat
"Tiga Kerukunan Hidup Beragama" yang menyebar ke Indonesia melalui arus
dimulai oleh H. Alamsjah Ratu informasi yang mulai mengglobal. Hal ini
Perwiranegara (Menteri Agama RI periode mulai merubah image hubungan antar umat
1978-1983), yaitu: (1) Kerukunan Intern beragama di tanah air. Persoalan ini terus
Urnat Beragarna; (2) Kerukunan Antar- memicu konflik .¥ang tersembunyi antar
Umat Beragama; dan (3) Kerukunan Antar umat beragama seperti bara api dalam
Umat Beragama dan Pemerintah (Ahmad sekam. Pada akhirnya konflik antar umat
Sukardja, 1995: 165). beragama ini dapat muncul ke perm.ukaan,
Munculnya konflik antar urnat seperti terlihat pada konflik agama di
beragama di Indonesia kadang-kadang Ambon (Maluku) yang hingga sekarang
dipicu oleh berbagai hal. Mengenai masalah belum -mereda. Sebelumnya juga pernah
ini Tannizi Taher menulis: tet:jadi berbagai konflik keagamaan seperti
Tragedi Jalan Ketapang di Jakarta, Tragedi
Kupang, dan lain-lain, tetapi konflik-
konflik ini dapat segera diatasi. Kontlik yang pluralistik seeara religius, sejak
Ambon yang masih menghangat ini hingga semula, memang telah dibangun di atas
sekarang belum bisa teratasi dengan tuntas, landasan normatif dan historis sekaligus.
mengingat kompleksitas permasalahan yang Jika ada hambatan atau anomali-anomali di
menyertainya. Berbagai upaya sudah sana sini, penyebab utamanya bukan karena
ditempuh untuk meredakan kontlik inti ajaran Islam itu sendiri yang bersifat
tersebut, seperti mempertemukan para intoleran dan eksklusif, tetapi lebih banyak
pemimpin agama-agama yang bertikai ditentukan dan dikondisikan oleh situasi
untuk berdialog meneari solusi pemeeahan' historis-ekonomis-politis yang melingkari
terbaik, tumn tangannya pemerintah komunitas umat Islam di berbagai tempat.
melalui pasukan TNI, dan lain sebagainya, Kompetisi untuk menguasai sumber-sumber
namun hasilnya belum memuaskan. ekonomi, kekuasaan politik, begemoni
Menciptakan kondisi ideal untuk kekuasaan, jauh lebih mewamai
tercapainya titik terhu antar umat beragama ketidakmesraan hubungan antar pemeluk
merupakan kepentingan semua pihak dan agama dan bukan disebabkan oleh
tanggung jawab bersama. Beban itu kandungan ajaran etika agama itu sendiri.
sepenuhnya tidak dapat dipikul oleh umat Di Indonesia yang mayoritas
Islam, umat Nasrani, maupun umat-umat penduduknya beragama Islam, sangat .
lain secara sepihak, tetapi hams melibatkan beralasan jika "pendekatan Islami~~ menjadi
semua pihak yang berkepentingan, alternatif pemecahan konflik keagamaan.
termasuk pemerintah atau negara. ~alam Islam mengajarkan babwa agama Tuhan
konteks Islam, hal seperti ini juga pemah adalah universal, karena Tuhan . telah
terjadi pada sejarah kehidupan Nabi mengutus Rasul-Nya kepada setiap· umat
Muhammad Saw. ketika beliau menjadi manusia (Q.S. AI-Nahl (16): 36). Islamjuga
pemimpin "negara" Madinah. Untuk mengajarkan pandangan tentang kenabian
membina kerukunan antar umat beragama (nubuwwah) dan umat yang percaya kepada
di Madinah, Nabi bersama-sama umat Tuhan (Q.S. AI-Anbiya' (21): 92).
Islam dan para pemeluk agama lain Selanjutnya ditegaskan bahwa agama yang
mengadakan petjanjian hidup bersama dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. adalah
untuk menunjang tata hidup kenegaraan kelanjutan langsung agama-agama yang
yang kemudian terdokumentasikan dalam dibawa nabi-nabi sebelumnya (Q.S. Al-
sebuah piagam yang disebut "Piagam Syura (42): 13). Oleh karena itu, umat
Madinah"'. ~obert N. Bellah menyebut Islam diperintahkan untuk menjaga
piagam ini sebagai deklarasi modem yang hubungan yang baik dengan orang-orang
muneul sebelum peradaban manusia yang beragama lain, khususnya para penganut
benar-benar modem timbul (Bellah, 1976: kitab suci (Ahli Kitab) (Q.S. AI-Ankabut
150). Babkan' menurut penyelidikan (29): 46). Dalam al-Quran surat Ali lmran
terbaru, Piagam Madinah ini merupakan (3): 64 juga terdapat pandangan inkJ~sif
piagam politik (konstitusi) pertama di dunia yang memerintahkan kaum Muslim untuk
. 'yangmemenuhi persyaratan kenegaraan, mengajak kaum Ahli Kitab (Yahudi dan
bukan konstitusi di Amerika Serikat yang Nasrani) menuju pokok-pokok kesamaan,
barn muneul tahun 1787, atau di Inggris yaitu ke arah Ketuhanan Yang Maha Esa.
yang mulai muneul tahun 1215, ataujuga di Seeara teologis usaha mendapatkan titik
Perancis yang muneul tahun 1795 (Ahmad, temu ini sangat penting. Adanya ayat-ayat
1973:6) al-Quran yang positif dan simpatik kepada
Dalam perspektif Islam dasar-dasar kaum Ahli Kitab, menurut Nureholish
untuk hidup bersama dalam masyarakat Madjid (1998: xxviii), sebenamya
iman, atas nama agama, atas nama Ge~eja, fanatisme keagamaan. Pesantren-pesantren
atas nama Allah ... dan yang tidak kalah tradisional dalam komunitas Muslim dan
tulus: demi keselamatan jiwa sesama . sekolah-sekolah missionari dalam
manusia" (Rosariyanto, 200 I: 115). komunitas Kristen merupakan lembaga-
Masing-masing urnat beragama lembag~ pendidikan yang banyak
merasa memiliki agamanya, dan pemilikan melahirkan personalitas keberagamaan
ini bersifat primordial. Bahkan agama yang militan dan fundamentalis.
terlembagakan dan diidentifikasi' sesuai Persoalannya sekarang, bagaimana
dengan jatidiri masyarakat yang mengatasi permasalahan agama yang sangat
bersangkutan, seperti terjadi dalam kasus rumit ini. Berbagai upaya ditawarkan dan
agama Yahudi, agama Nasrani (Kristen), dilaksanakan seperti yang sudah disinggung
dan - dengan pola yang agak berbeda -. di atas, yakni dengan pendekatan ·studi
agama Islam (Komaruddin Hidayat dan agama, seperti yang ditawarkan M. Amin
Nafis, 1995).' Pelembagaan ini Abdullah, dengan penerapan pola Tiga
mencerminkan eksklusivitas atau mungkin Kerukunan Umat Beragama seperti yang
primordialisme umat beragama, yang secara ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia, dan
sosiologis telah memilah keutuhan juga dengan melakukan dialog yang
masyarakat manusia yang notabene melibatkan para pemimpin agama-agama
bersaudara. Masing-masing umat beragama yang "bertikai..... Tawaran pemecahan ini
mengklaim diri paling benar (claim (if tampaknya sangat bagus, namun bersifat
truth) dan paling selamat (claim (~r intelektual sehingga jangkauannya kurang
salvation), sehingga merupakan kewajiban massif. Untuk itu tawaran lain yang peflu
suci untuk mengajak (berdakwah atau diperhatikan adalah pendekatan sosiologis-
melakukan aktivitas missionaris), bahkan intelektual melalui pelaksanaan Pendidikan
memaksa umat beragama lainnya untuk Agama di sekolah. Pendekatan ini
mengikuti kebenaran dan melalui jalur-jalur dimaksudkan untuk mengisi dan memenuhi
keselamatan yang ditempuhnya. Padahal kebutuhan-kebutuhan beragama secara
tidak ada ajaran dalam kitab suci yang pluralistik di dalam kerangka kehidupan
membenarkan pemaksaan agama. bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara.
Kenyataannya, klaim-klailn kebenar- Selama ini penyelenggara Pendidikan
an dan keselamatan seperti di atas tidaklah Agama di sekolah, termasuk di Perguruan
membuat masing-masing umat beragama Tinggi, dilakukan secara partikularistik dan
menyatukan Iangkah dan menekankan eksklusif, yakni melakukan pembelajaran
aspek-aspek kesamaan atau kesepadanan, agama tertentu terhadap peserta didik
akan tetapi justeru saling menyisihkan. pemeluk agama tertentu dan tidak
Konsep atau substansi kebenaran, walaupun melibatkan peserta didik dari pemeluk lain
secara ontologis bersifat tunggal, tetapi agama. Dalam Keputusan Dirjen Dikti
menurut kebanyakan penganut agama Depdiknas RI No. 263 Tahun 2000 PasaI 2
berbeda-beda, sehingga orientasi ditegaskan bahwa mata kuliah Pendidikan
perj uangan umat beragama berbeda-beda Agama adalah mata kuliah wajib untuk
pula. Inilah yang memicu terjadinya diambil oleh setiap mahasiswa pada
Io'perang" antar umat .beragama. Dalarn Perguruan Tinggi sesuai dengan agama
konteks ini,' pelaksanaan pendidikan agama yang dianutnya. Sebenamya
pada masing-masing komunitas beragama penyelenggaraan Pendidikan Agama seperti
bersifat eksklusif, bahkan seringkali justeru ini tidaklah keliru, tetapi cara seperti ini
memperkuat militansi dan fundamentalisme kurang memberikan sumbangan bagi
keberagamaan, tidak hanya sekedar
antar agama, yang pada gilirannya akan batin lebih mendalam maupun mengolah .
rnendorong terciptanya saling pemahaman keterlibatan sosial menuju kehidupan
dan toleransi antar umat beragama. Pola bersama yang lebih adil dan manusiawi. Oi
yang senada juga diterapkan di Perguruan sinilah akan terjadi dialog dan kerukunan
Tinggi Protestan (Perguruan Tinggi antar umat beragama yang sesungguhnya.
Teologi). Arah studi agama di Perguruan Studi agama-agama selayaknya membantu
Tinggi Teologi di Indonesia adalah: umat beragama untuk memasuki kenyataan
1. Memberi pengetahuan kepada yang ultimate sebagai yang superabundant
mahasiswa akan kemajemukan agama- . dan tidak tertangkap aerta terkuasai
agama, khususny~ yang ada dalam sepenuhnya oleh kenyataan historis
masyarakat kit~. (Banawiratma, 1998: 10).
2. Membekali mahasiswa sebagai calon, Alokasi waktu yang minim bagi
pelayan gereja untuk dapat mengenal, Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi
hidup, dan bekerja sarna dengan Umum seperti di atas sangat menyulitkan
penganut agama lain, serta menangani penerapan metode studi agama secara
masalah bersama seperti ketidakadilan pluralistik. Yang dapat dilakukan dengan
dan kemiskinan. alokasi yang terbatas tersebut barangkali
3. Mengenali perbedaan-perbedaan dengan hanyalah memberikan topik kajian khusus
agama-agama lain, supaya dapat saling mengenai toleransi urn at beragama
menghargai dan menetima dalam sehingga setiap pemeluk agama memiliki
perbedaan-perbedaan itu. kesadaran akan kebenaran agama yang
4. Menunjang dalam upaya berteoJogi, dianut dan kesadaran untuk menghormati
khususnya dalam konteks masyarakat pemeluk agama lain.
Indonesia yang ~ajemuk dari segi Kendala lain yang mungkin timbul
agama (van Doorn-Harder, 1997: 69) adalah terkait dengan sumber daya
Di samping itu, lembaga-lembaga manusianya, dalam hal ini adalah para
pendidikan teologi di Indonesia· perlu dosen Pe~didikan Agama. Masih sedikit
mengembangkan studi agama-agama secara para dosen yang memiliki pemahaman yang
interdisipliner dengan memberi perhatian menyeluruh mengenai berbagai agama.
pada: (I) pola-pola perjumpaan antar umat Secara umum, para dosen Pendidikan
beragama, khususnya Kristen dan nort~ Agama, khususnya di Perguruan Tinggi
Kristen; (2) Pandangan dan komitmen Umum, masih ditekankan untuk mendalami
agama-agama terhadap berbagai masalah pengetahuan keagamaannya sesuai dengan
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain'. agama yang dianutnya. Masih belum ada
sebagainya; dan (3) Agama dan politik kebijakan yang mengarah untuk
dengan perhatianpada tempat dan perao peningkatan pengetahuan keagamaan dosen
agama dalam percaturan politik dalam yang lebih menyeluruh dengan mengkaji
sejarah Indonesia (Ngelow, 1998: 8). Pola agama-agama lain. Untuk menghadirkan
dan perhatian seperti inilah yang secara para dosen Pendidikan Agamadari berbagai
langsung membekali gereja dan urnat agama dalam satu kelas pun bukan
Kristen dalam pelayanan di tengah-tengah merupakan suatu yang mudah, baik secara
masyarakat. Di Perguruan Tinggi Katolik teknis maupun nonteknis.
pun juga diterapkan pola yang hampir Dari kenyataan di atas maka
sarna. Studi agama-agama di Perguruan pembelajara~ Pendidikan Agama di
Tinggi Katolikdiharapkan dapat ikut Perguruan Tinggi Umum yang mengarah
membuka horison lebih luas bagi urnat kepada terbinanya kerukunan umat
beragama manapun untuk mengolah hidup beragama masih memerlukan kajian-kajian