You are on page 1of 18

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.

1 Mei 2019: 38-55

HUBUNGAN KUALITAS FISIK RUMAH DENGAN


KEJADIAN TBC PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN
TAHUN 2018

Ni Komang Suari Melinda Dewi1, Anysiah Elly Yulianti2

Abstract : Indonesia is the second country with the highest population of


Tuberculosis in the world after India. Tuberculosis is caused by Microbacterium
tuberculosis wich transmitted through the airborne. One of the efforts for prevent
the TBC transmitted is keeping the healthy quality physical of home. This
research purposed to know the correlation between quality physical of home with
lung TBC case at Puskesmas I South Denpasar working area. The types of this
research is observasional retrospektif using case control design. Sampling
procedures using total population sampling technique. The case group sample
amount 34 patient with TBC in 2016 at Puskesmas I South Denpasar. The control
grup sample amount 34 people who never suffer lung TBC and has same
characteristics with the case group sample. Data collection using observation
paper and analys statistic test using chi square method, continued with counting
Coefficient Contigency (CC). Based on the chi square method result, showing the
relation between lighting (p=0,001 CC=0,361), ventilation (p=0,014 CC=0,286),
humadity (p=0,013 CC=0,290) dan temperature (p=0,000 CC=0,246) of home
with lung TBC. There are no relation between the number of occupants home
(p=0,086) and wall floor quality’s (p=0,088) with lung TBC case. Submitted
suggestion in this research are 1) for community, please keep your attention for
healthy and hygiene home, 2) for Puskesmas I South Denpasar, should be
increased the health promotion about health housing wich related with Lung TBC.

Key words: risk factors, Tuberculosis

Tuberkulosis (TBC) paru Indonesia pada tahun 2016


adalah penyakit infeksi yang ditemukan jumlah kasus tuberkulosis
disebabkan oleh kuman sebanyak 351.893 kasus, meningkat
Mycrobacterium tuberculosis yang bila dibandingkan semua kasus
menyerang paru-paru dan bronkus. tuberkulosis yang ditemukan pada
Pada tahun 2015 diperkirakan tahun 2015 yang sebesar 330.729
terdapat 10,4 juta kasus baru kasus (Profil Kementerian Kesehatan
tuberculosis di dunia dan menjadi 10 Republik Indonesia 2016)(1)
penyebab kematian tertinggi di Selama kurun waktu 3 tahun
dunia. Indonesia merupakan negara terakhir jumlah seluruh pasien TBC
dengan jumlah kasus TBC terbanyak yang ditemukan di Provinsi Bali
kedua di dunia setelah India. Di secara umum sudah mengalami

38
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

peningkatan walaupun tidak Penyakit infeksi kronik


signifikan. Pada tahun 2016 jumlah Tuberkulosis paru sudah sangat lama
seluruh kasus TBC yang ditemukan dikenal pada manusia, dulu penyakit
di Provinsi Bali adalah sebanyak ini tersebar luas diseluruh dunia
3.133 orang. Kota Denpasar tetapi sekarang sudah jarang
merupakan kota dengan penemuan ditemukan di Eropa dan Amerika
kasus TBC paru tertinggi di Bali Serikat karena perbaikan hygiene dan
(Profil Dinas Kesehatan Provinsi standar hidup. Salah satu upaya
Bali 2016)(2). Pada tahun 2016 dalam perbaikan hygiene adalah
ditemukan 512 pasien BTA positif di dengan membangun rumah sehat
Kota Denpasar dan Puskesmas di bagi kehidupan (Sibuea dkk,
kota Denpasar dengan kasus TBC 2009).(4) Rumah sehat adalah
paru tertinggi terdapat di wilayah bangunan sebagai sarana atau tempat
kerja Puskesmas I Denpasar Selatan, berlindung dan bernaung serta
sedangkan kasus TBC paru terendah tempat untuk beristirahat sehingga
ditemukan di wilayah kerja menumbuhkan kehidupan yang sehat
Puskesmas IV Denpasar Selatan dalam fisik, rohani maupun sosial
(Dinkes Kota Denpasar, 2017). Pada budaya. Agar rumah sebagai tempat
wilayah kerja Puskesmas I Denpasar tinggal dapat berfungsi dengan baik,
Selatan ditemukan 34 kasus TBC maka pembangunannya harus
paru pada tahun 2016. Kasus disesuaikan dengan persyaratan-
tertinggi sebanyak 16 orang terjadi di persyaratan untuk menciptakan
desa Sesetan yang terdiri dari 14 rumah yang sehat. Salah satu
banjar kemudian disusul oleh desa persyaratan rumah sehat adalah
Panjer yang terdiri dari 9 banjar dengen memenuhi persyaratan
dengan jumlah kejadian TBC yang physiologis atau kualitas fisik rumah.
ditemukan adalah sebanyak 10 Kualitas fisik rumah terdiri dari suhu,
orang, kasus terendah terjadi di desa kelembaban, pencahayaan, ventilasi,
Sidakarya yang terdiri dari 12 banjar kepadatan penghuni, kualitas dinding
dengan kasus yang ditemukan adalah dan lantai (Sanropie dkk, 2005). (5)
8 orang (Profil Puskesmas I Berdasarkan hasil wawancara
Denpasar Selatan 2017).(3) dengan petugas Kesehatan

39
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

Lingkungan Puskesmas I control). Populasi dalam penelitian


Denpasar Selatan, diketahui bahwa ini adalah masyarakat di Wilayah
pemeriksaan kualitas fisik rumah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.
pada rumah penderita TBC paru di Sampel pada penelitian ini dibagi
Wilayah Kerja Puskesmas I menjadi dua kelompok yaitu
Denpasar Selatan belum pernah kelompok kasus dan kelompok
dilakukan. Berdasarkan hasil kontrol. Kelompok kasus dalam
penelitian Hamidah dkk (2015)(6) penelitian ini adalah seluruh
didapatkan bahwa ada hubungan penderita TBC paru dengan BTA
yang signifikan antara kepadatan positif yang melakukan pengobatan
hunian rumah (p-value = 0,001), dan tercatat di data Puskesmas I
kelembaban (p-value = 0,000), luas Denpasar Selatan Tahun 2016
ventilasi rumah (p-value = 0,002), berjumlah 34 orang. Kelompok
dan pencahayaan (p-value = 0,000) kontrol dalam penelitian ini adalah
dengan kejadian penyakit masyarakat yang beresiko terserang
tuberkulosis paru di Wilayah Kerja TBC paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Siko Puskesmas I Denpasar Selatan dan
Kecamatan Ternate Utara Kota memiliki karakteristik jenis kelamin,
Ternate Provinsi Maluku Utara. Dari umur, pendidikan dan pekerjaan
hasil penelitian Anggraeni dkk yang sama atau hampir sama dengan
(2015)(7) penelitian menunjukkan kelompok kasus dan berjumlah 34
ada hubungan kualitas fisik rumah orang.
dengan kejadian TBC paru di Teknik sampling pada
Wilayah Kerja Puskesmas penelitian ini adalah menggunakan
Gondanglegi Kecamatan teknik total population sampling.
Gondanglegi Kabupaten Malang. Cara pengumpulan data dikumpulkan
melalui kunjungan rumah dengan
Metode melakukan wawancara, observasi
Jenis penelitian yang terhadap rumah responden dengan
dipergunakan oleh peneliti adalah menggunakan lembar observasi dan
observasional retrospektif dengan pengukuran dengan menggunakan
rancangan kasus-kontrol (case alat sesuai dengan parameter yang

40
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

diukur. Analisa data dalam menggunakan metode analisis Chi


penelitiam ini yaitu analisa univariat Square (X2). Selanjutnya untuk
dan bivariat. Analisis univariat dalam mengetahui besarnya hubungan antar
penelitian ini adalah pengukuran variabel tersebut dilakukan
kualitas fisik rumah yang mengacu perhitungan Coefficient Contingency
pada Keputusan Menteri Kesehatan (CC), sedangkan untuk melihat
Republik Indonesia No. besarnya resiko pada variabel yang
829/Menkes/SK/VII/1999(8) tentang telah diteliti digunakan analisis Odds
persyaratan kesehatan perumahan. Ratio (OR) dengan Confidence
Pada analisis bivariat ini Interval (CI) 95%.

Hasil Penelitian
1. Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian TBC Paru
Tabel 1
Analisis Hubungan Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian TBC Paru
di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Kejadian TBC Paru P
Total
Pencahayaan Kasus Kontrol
Value
n % n % n %
Memenuhi Syarat 13 33,3 26 66,7 39 100
Tidak Memenuhi Syarat 21 72,4 8 27,6 29 100 0,001
Total 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai propabilitas (p) = 0,001 < α = 0,05
jadi Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara pencahayaan
alami rumah dengan kejadian TBC Paru. Berdasarkan perhitungan Coeffisient
Contingency (CC) didapatkan hasil 0,361 yang artinya terdapat hubungan yang
rendah antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian TBC Paru sedangkan
berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) didapatkan hasil 0,190.

41
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

2. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian TBC Paru


Tabel 2
Analisis Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian TBC Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Kejadian TBC Paru P
Total
Ventilasi Kasus Kontrol
Value
n % n % n %
Memenuhi Syarat 15 37,5 25 62,5 40 100
Tidak Memenuhi Syarat 19 67,9 9 32,1 28 100 0,014
Total 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai propabilitas (p) = 0,014 < α = 0,05
jadi Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara ventilasi rumah
dengan kejadian TBC Paru. Berdasarkan perhitungan Coeffisient Contingency
(CC) didapatkan hasil hubungan yang rendah antara ventilasi rumah dan kejadian
TBC Paru dengan nilai CC = 0,286, sedangkan berdasarkan perhitungan Odds
Ratio (OR) didapatkan hasil 0,284
3. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Kejadian TBC Paru
Tabel 3
Analisis Hubungan Kelembaban Rumah dengan Kejadian TBC Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Kejadian TBC Paru P
Total
Kelembaban Kasus Kontrol
Value
n % n % n %
Memenuhi Syarat 16 38,1 26 61,9 42 100
Tidak Memenuhi Syarat 18 69,2 8 30,8 26 100 0,013
Total 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai propabilitas (p) = 0,013 < α = 0,05
jadi Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara kelembaban
rumah dengan kejadian TBC Paru. Besar hubungan antara variabel terikat dan
variabel bebas dapat diketahui dengan melakukan perhitungan Coeffisient

42
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

Contingency (CC) dan didapatkan hasil hubungan yang rendah antara kelembaban
rumah dan kejadian TBC Paru dengan nilai Coeffisient Contigency (CC) = 0,290 ,
sedangkan berdasarkan perhitungan Odds Ratio didapatkan hasil 0,274
4. Hubungan Suhu Rumah dengan Kejadian TBC Paru
Tabel 4
Analisis Hubungan Suhu Rumah dengan Kejadian TBC Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Kejadian TBC Paru P
Total
Suhu Kasus Kontrol
Value
n % n % n %
Memenuhi Syarat 10 27,8 26 72,2 36 100
Tidak Memenuhi Syarat 24 75,0 8 25,0 32 100 0,000
Total 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai propabilitas (p) = 0,000 < α = 0,05
jadi Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara suhu rumah
dengan kejadian TBC Paru. Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai
propabilitas (p) = 0,000 < α = 0,05 jadi Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
ada hubungan antara suhu rumah dengan kejadian TBC Paru. Besar hubungan
antara variabel terikat dan variabel bebas dapat diketahui dengan melakukan
perhitungan Coeffisient Contingency (CC) dan didapatkan hasil hubungan yang
sedang antara suhu rumah dan kejadian TBC Paru dengan nilai CC adalah 0,426
sedangkan berdasarkan perhitungan Odds Ratio didapatkan hasil 0,128.

43
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

5. Hubungan Kepadatan Penghuni Rumah dengan Kejadian TBC Paru


Tabel 5
Analisis Hubungan Kepadatan Penghuni Rumah dengan Kejadian Penyakit
TBC Paru di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Kejadian TBC Paru P
Total
Kepadatan Penghuni Kasus Kontrol
Value
n % n % n %
Memenuhi Syarat 11 37,9 18 62,1 29 100
Tidak Memenuhi Syarat 23 59,0 16 41,0 39 100 0,086
Total 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai propabilitas (p) = 0,086 > α = 0,05
jadi Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara kepadatan
penghuni rumah dengan kejadian TBC Paru.
6. Hubungan Kualitas Dinding dan Lantai Rumah dengan Kejadian TBC Paru
Tabel 6
Analisis Hubungan Kualitas Dinding dan Lantai Rumah dengan Kejadian
Penyakit TBC Paru di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan

Kejadian TBC Paru P


Kualitas Dinding dan Total
Kasus Kontrol
Lantai Value
n % n % n %
Memenuhi Syarat 12 38,7 19 61,3 31 100
Tidak Memenuhi Syarat 22 59,5 15 40,5 37 100 0,088
Total 34 50 34 50 68 100

Berdasarkan uji Chi square diketahui nilai propabilitas (p) = 0,088 > α = 0,05
jadi Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara kualitas
dinding dan lantai rumah dengan kejadian TBC Paru.

44
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

PEMBAHASAN benda sekitar dan membaca


1. Hubungan Pencahayaan berdasarkan persyaratan minimal 60
Alami Rumah dengan Lux. Pencahayaan alam diperoleh
Kejadian TBC Paru dengan masuknya sinar matahari ke
Berdasarkan penelitian diperoleh dalam ruangan melalui jendela,
hasil pengukuran penerangan alami celah-celah dan bagian-bagian
rumah dengan kategori memenuhi bangunan yang terbuka. Sinar ini
persyaratan sebanyak 57,3 % dan sebaiknya tidak terhalang oleh
dengan kategori tidak memenuhi bangunan, pohon-pohon maupun
syarat sebanyak 42,7 %. tembok pagar yang tinggi (Sanropie
Pencahayaan yang tidak memenuhi dkk, 2005).
persyaratan pada beberapa rumah di Berdasarkan uji Chi square
Wilayah Kerja Puskesmas I diketahui Ho ditolak dan Ha diterima
Denpasar Selatan disebabkan oleh yang berarti ada hubungan antara
sinar matahari yang tidak masuk pencahayaan alami rumah dengan
secara optimal karena sinar matahari kejadian TBC Paru, hal ini sejalan
terhalang oleh bangunan yang berada dengan penelitian Rosiana (2013)
di sekeliling rumah, mengingat dengan p value = 0,023, Deny (2014)
kondisi setiap bangunan rumah di dengan p value = 0,032, Azzahra
Wilayah Kerja Puskesmas I (2017)(9) dengan p value = 0,010,
Denpasar Selatan berjarak cukup dan Syafri (2015)(10) dengan p value
dekat. Selain itu kurangnya akses = 0,003 yang menyatakan bahwa
atau jalan yang memungkinkan untuk adanya hubungan antara
masuknya cahaya matahari ke dalam pencahayaan alami dengan kejadian
rumah serta tata letak ruang kamar TBC Paru. Karena basil TBC tidak
tidur yang mempengaruhi tingkat tahan cahaya matahari, kemungkinan
pencahayaan rumah di Wilayah pemularan di bawah terik matahari
Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. sangat kecil. Oleh karena itu
Menurut Kepmenkes 829 Tahun pencahayaan alami rumah yang
1999 pencahayaan dalam ruang memenuhi syarat dapat mengurangi
rumah diusahakan agar sesuai penyebab penyebaran penyakit TBC
dengan kebutuhan untuk melihat Paru. Pemenuhan kebutuhan-

45
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

kebutuhan cahaya untuk penerangan 829 Tahun 1999 tentang persyaratan


alami sangat ditentukan oleh letak kesehatan perumahan, rumah harus
dan lebar jendela (Danusantoso, dilengkapi dengan ventilasi dengan
2013).(11) luas minimal 10% dari luas lantai.
Bagi rumah yang pencahayaan Ventilasi yang tidak memenuhi
alaminya masih kurang atau tidak persyaratan pada beberapa rumah di
memenuhi syarat sebaiknya Wilayah Kerja Puskesmas I
dilakukan dengan mengganti Denpasar Selatan disebabkan karena
sebagian genteng rumah dengan luas ventilasi yang kurang dari 10%
genteng kaca atau asbes plastik dan luas lantai, beberapa rumah di
melobangi plafon pada ruangan tepat Wilayah Kerja Puskesmas I
dibawah genteng kaca atau asbes Denpasar Selatan memiliki ventilasi
plastik tersebut agar sinar dari atas yang kurang baik yaitu seperti
dapat masuk dan menyinari ruangan ventilasi dengan luas lubang hiasan
secara langsung. Untuk jangka yang kecil sehingga menyebabkan
panjang dapat juga dilakukan dengan suplai udara segar yang masuk ke
penambahan lubang penghawaan dalam rumah tidak tercukupi dan
seperti jendela yang dapat berfungsi pengeluaran udara kotor ke luar
ganda yaitu sebagai tempat rumah juga tidak maksimal.
masuknya cahaya matahari dan Berdasarkan uji Chi square
keluar masuknya udara (Sujana, diketahui nilai propabilitas (p) =
2013). 0,014 < α = 0,05 jadi Ho ditolak dan
2. Hubungan Ventilasi Rumah Ha diterima yang berarti ada
dengan Kejadian TBC Paru hubungan antara ventilasi rumah
Berdasarkan penelitian yang dengan kejadian TBC Paru, hal ini
dilakukan diperoleh hasil sejalan dengan penelitian Sinaga dkk
pengukuran ventilasi rumah dengan (2016) dengan p value = 0,000, Deny
kategori memenuhi persyaratan (2014) dengan p value = 0,020,
sebanyak 58,8 % dan dengan Azzahra (2017) dengan p value =
kategori tidak memenuhi syarat 0,0001 dan Putra (2011) dengan p
sebanyak 41,2 %. Menurut value 0,016 yang menyatakan bahwa
Kepmenkes Republik Indonesia No. adanya hubungan antara ventilasi

46
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

rumah dengan kejadian TBC Paru. dinding dan tidak terhalang oleh
Kurangnya ventilasi akan bangunan lainnya agar terjadinya
menyebabkan kelembaban udara di sirkulasi udara secara maksimal
dalam ruangan meningkat akibat (Sujana dkk, 2013).(13)
terperangkapnya uap air yang berasal 3. Hubungan Kelembaban
dari penguapan cairan dari kulit atau Rumah dengan Kejadian TBC
melalui penyerapan uap air yang Paru
berasal dari luar rumah. Ventilasi Berdasarkan penelitian yang
juga dapat mempermudah masuknya dilakukan diperoleh hasil
sinar matahari ke dalam rumah, pengukuran kelembaban rumah
paparan sinar matahari yang dengan kategori memenuhi
merupakan sinar ultraviolet dapat persyaratan sebanyak 61,7 % dan
membunuh bakteri-bakteri patogen dengan kategori tidak memenuhi
termasuk Mycobacterium syarat sebanyak 38,3 %. Kelembaban
tuberculosis karena sifat bakteri yang tidak memenuhi persyaratan
tersebut yang tidak mampu bertahan pada beberapa rumah di Wilayah
hidup jika terpapar sinar ultraviolet Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
secara langsung (Sinaga dkk, disebabkan oleh ukuran ventilasi
2016).(12) Upaya yang dapat yang tidak memadai untuk terjadinya
dilakukan untuk mengatasi ventilasi pertukaran udara secara optimal dan
yang kurang atau tidak memenuhi jendela rumah yang sering dibiarkan
syarat yaitu dengan membuka tertutup sehingga menghambat
jendela yang ada secara rutin setiap pertukaran udara di dalam ruangan
hari, membersihkan lubang ventilasi tersebut. Selain itu sinar matahari
secara berkala dan membiarkan pintu yang tidak masuk secara optimal
setiap ruangan tetap terbuka pada karena sinar matahari terhalang oleh
siang hari saat penghuninya berada bangunan yang berada di sekeliling
di rumah. Bila memungkinkan untuk rumah, mengingat kondisi setiap
jangka panjang dapat dilakukan bangunan rumah di Wilayah Kerja
dengan menambahkan lubang Puskesmas I Denpasar Selatan
penghawaan seperti jendela dengan berjarak cukup dekat. Pada
penempatan di tengah-tengah Kepmenkes RI No No. 829 Tahun

47
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

1999 tentang persyaratan kesehatan pintu rumah tetap terbuka pada siang
perumahan, persyaratan kelembaban hari selama penghuninya ada di
rumah adalah berkisar 40% – 60%. rumah agar terjadi sirkulasi udara
Kelembaban yang terlalu tinggi secara maksimal serta (Sujana dkk,
maupun rendah dapat menyebabkan 2013).
suburnya pertumbuhan 4. Hubungan Suhu Rumah
mikroorganisme. dengan Kejadian TBC Paru
Berdasarkan uji Chi square Berdasarkan penelitian yang
diketahui nilai propabilitas (p) = dilakukan diperoleh hasil
0,013 < α = 0,05 Ho ditolak dan Ha pengukuran suhu rumah dengan
diterima yang berarti ada hubungan kategori memenuhi persyaratan
antara kelembaban rumah dengan sebanyak 52,9 % dan dengan
kejadian TBC Paru di Wilayah Kerja kategori tidak memenuhi syarat
Puskesmas I Denpasar Selatan, hal sebanyak 47,1 %. Suhu yang tidak
ini sejalan dengan penelitian Rosiana memenuhi persyaratan pada
(2013) dengan p value = 0,032, beberapa rumah di Wilayah Kerja
Azzahra (2017) dengan p value = Puskesmas I Denpasar Selatan
0,004 dan Batti (2013) dengan p disebabkan oleh ukuran ventilasi
value = 0,009 yang menyatakan yang tidak memadai untuk terjadinya
bahwa adanya hubungan antara pertukaran udara secara optimal dan
kelembaban dengan kejadian TBC jendela rumah yang sering dibiarkan
Paru. Kelembaban yang tinggi dapat tertutup sehingga menghambat
meningkatkan berkembangnya pertukaran udara di dalam ruangan
bakteri penyebab penyakit. Salah tersebut. Berdasarkan Kepmenkes
satunya adalah bakteri No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, suhu
Mycobakterium tuberkulosis. Upaya ruangan dalam rumah yang ideal
yang dapat dilakukan untuk yaitu berkisar antara 18-300C Suhu
mengatasi rumah dengan ruangan dalam suatu ruangan dipengaruhi
yang kelembabannya tidak oleh suhu udara luar, pergerakan
memenuhi syarat yaitu dengan udara, dan kelembaban suhu
memasang humidifier serta membuka ruangan. Suhu juga berpengaruh
jendela setiap hari dan membiarkan terhadap transmisi atau penularan

48
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

penyakit yaitu bakteri lantai rumah. Adanya sirkulasi udara


Mycobacterium tuberculosis akan yang baik diharapkan dapat menjaga
berkembang biak optimum apabila suhu rumah dan meminimalisasi
suhu tersedia dalam jumlah yang penularan tuberkulosis paru BTA
optimum untuk kehidupannya. positif dalam rumah (Azzahra, 2017).
Berdasarkan uji Chi square 5. Hubungan Kepadatan
diketahui nilai propabilitas (p) = Penghuni Rumah dengan
0,000 < α = 0,05 Ho ditolak dan Ha Kejadian TBC Paru
diterima yang berarti ada hubungan Berdasarkan penelitian yang
antara suhu rumah dengan kejadian dilakukan diperoleh kepadatan
TBC Paru di Wilayah Kerja penghuni rumah dengan kategori
Puskesmas I Denpasar Selatan, hal memenuhi persyaratan sebanyak
ini sejalan dengan penelitian Pratama 42,65 % dan dengan kategori tidak
dkk (2013)(14) dengan p value = memenuhi syarat sebanyak 57,35 %.
0,004 yang menyatakan bahwa Menurut Kepmenkes No 829 Tahun
adanya hubungan antara kelembaban 1999 luas ruang tidur minimal 8m2
dengan kejadian TBC Paru. Keadaan dan tidak dianjurkan digunakan lebih
suhu sangat berperan sekali pada dari dua orang tidur dalam satu ruang
pertumbuhan basil Mycobacterium tidur, kecuali anak dibawah umur 5
tuberculosis, dimana laju tahun.
pertumbuhan basil tersebut Berdasarkan uji Chi square
ditentukan berdasarkan suhu udara diketahui nilai propabilitas (p) =
yang berada disekitarnya. Kondisi ini 0,086 > α = 0,05 Ho diterima dan Ha
sangat terkait dengan sirkulasi udara ditolak yang berarti tidak ada
di dalam rumah yang berhubungan hubungan antara kepadatan penghuni
langsung dengan udara luar rumah rumah dengan kejadian TBC Paru di
dan kurang memenuhi syarat Wilayah Kerja Puskesmas I
kesehatan akibat dari luas ventilasi Denpasar Selatan, hal ini sejalan
yang kurang dari 10% luas lantai. dengan penelitian Syafri (2015)
Salah satu usaha untuk menjaga suhu dengan hasil penelitian konstan dan
rumah adalah memasang ventilasi Pesik (2015)(15) dengan p value =
yang cukup yaitu 10% dari luas 0,275. Hasil penelitian ini berbeda

49
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

dengan hasil penelitian Batti syarat sebanyak 54,41 %. Menurut


(2013)(16) dengan p value = 0,000 Kepmenkes No 829 Tahun 1999
yang menyatakan bahwa kepadatan dinding dan lantai rumah harus
hunian mempunyai hubungan kedap air dan mudah dibersihkan.
bermakna dengan kejadian TBC Paru Dinding atau lantai yang diplester
di Wilayah Kerja Puskesmas Wara mengurangi masuknya udara sampai
Utara Kota. Perbedaan antara 25%, cat mengurangi masuknya
penelitian ini dengan penelitian yang udara sampai 30%, permadani
dilakukan Batti yaitu metode yang mengurangi masuknya udara sampai
digunakan. Pada penelitian yang 30% dan cat minyak mengurangi
dilakukan oleh Batti (2013) masuknya udara sampai 100%,
menggunakan metode cross sectional sehingga kualitas dinding dan lantai
study dengan jumlah sampel dari suatu rumah dapat
sebanyak 100 orang, sedangkan pada mempengaruhi kelembaban rumah
penelitian ini sampel yang digunakan tersebut (Sanropie dkk, 2005).
lebih sedikit yaitu 68 orang dengan Berdasarkan uji Chi square
metode yang digunakan case control diketahui nilai propabilitas (p) =
yang membandingkan antara 0,088 > α = 0,05 Ho diterima dan Ha
kelompok kasus TBC Paru sebanyak ditolak yang berarti tidak ada
34 responden dengan orang tidak hubungan antara kualitas dinding dan
menderita TBC Paru sebanyak 34 lantai rumah dengan kejadian TBC
responden. Paru di Wilayah Kerja Puskesmas I
6. Hubungan Kualitas Dinding Denpasar Selatan, hal ini sejalan
dan Lantai Rumah dengan dengan penelitian Syafri (2015)
Kejadian TBC Paru dengan p value = 0,230, Anggraeni
Berdasarkan penelitian yang (2014)(17) dengan p value = 0,626
dilakukan di Wilayah Kerja dan Putra (2011)(18) dengan p value
Puskesmas I Denpasar Selatan = 1,000 yang menyatakan bahwa
diperoleh kualitas dinding dan lantai tidak ada hubungan antara kualitas
rumah dengan kategori memenuhi dinding dan lantai dengan kejadian
persyaratan sebanyak 45,59 % dan TBC Paru. Hasil penelitian ini
dengan kategori tidak memenuhi berbeda dengan hasil penelitian

50
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

Rosiana (2012)(19) yang dilakukan Chi square yaitu (p) = 0,014 < α
di Wilayah Kerja Puskesmas = 0,05
Kedungmundu Kota Semarang 3. Ada hubungan kelembaban
menyatakan ada hubungan yang rumah dengan kejadian TBC
signifikan antara jenis lantai dengan Paru di Wilayah Kerja
kejadian tuberkulosis paru (p = Puskesmas I Denpasar Selatan
0,025), dan diperkirakan risiko jenis dengan hasil uji Chi square yaitu
lantai yang tidak baik terkena (p) = 0,013 < α = 0,05
tuberkulosis paru 22,15 kali 4. Ada hubungan suhu rumah
dibandingkan rumah yang memiliki dengan kejadian TBC Paru di
jenis lantai yang baik. Untuk Wilayah Kerja Puskesmas I
perbedaan jenis lantai pada hasil Denpasar Selatan dengan hasil uji
penelitian yang didapat dengan Chi square yaitu (p) = 0,000 < α
penelitian Rosiana yaitu masih = 0,05
banyak rumah yang berlantaikan 5. Tidak ada hubungan kepadatan
tanah sedangkan pada penelitian ini penghuni rumah dengan kejadian
minimal rumah responden sudah di TBC Paru di Wilayah Kerja
plester dan kondisi daerah didua Puskesmas I Denpasar Selatan
tempat penelitian ini berbeda. dengan hasil uji Chi square yaitu
(p) = 0,086 > α = 0,05
Simpulan 6. Tidak ada hubungan kualitas
1. Ada hubungan pencahayaan dinding dan lantai rumah dengan
alami rumah dengan kejadian kejadian TBC Paru di Wilayah
TBC Paru di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas I Denpasar
Puskesmas I Denpasar Selatan Selatan dengan hasil uji Chi
dengan hasil uji Chi Square yaitu square yaitu (p) = 0,088 > α =
(p) = 0,001 < α = 0,05 0,05
2. Ada hubungan ventilasi rumah
dengan kejadian TBC Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas I
Denpasar Selatan dengan hasil uji

51
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

Saran pintu setiap ruangan tetap


1. Bagi masyarakat khususnya terbuka pada siang hari saat
penderita TBC Paru dan penghuninya berada di rumah.
keluarganya diharapkan agar 2. Disarankan kepada pihak
menerapkan pola hidup bersih Puskesmas I Denpasar Selatan
dan sehat dalam kehidupan sebaiknya lebih meningkatkan
sehari-hari untuk mencegah promosi kesehatan di bidang
penularan penyakit TBC Paru perumahan sehat khususnya
dan agar dapat menjaga kondisi kualitas fisik rumah yang
rumah tetap selalu dalam berkaitan dengan penyakit TBC
keadaan bersih dan sehat, Paru dan tidak hanya
misalnya adalah : menekankan pada pengobatan
a. Bagi rumah yang pencahayaan terhadap penderita, tetapi juga
alaminya masih kurang atau pada masyarakat lainnya tentang
sebaiknya dilakukan dengan tindakan untuk mencegah
mengganti sebagian genteng penularan TBC Paru.
rumah dengan genteng kaca atau 3. Bagi peneliti lain dapat
asbes plastik selain itu dapat menjadikan penelitian ini
ditambahkan pencahayaan sebagai bahan acuan untuk
buatan seperti pemasangan melakukan penelitian
lampu dan untuk jangka panjang selanjutnya.
dapat juga dilakukan dengan
penambahan lubang penghawaan Daftar Pustaka
seperti jendela. 1. Kepmenkes RI. Profil
b. Upaya yang dapat dilakukan Kementerian Kesehatan
untuk mengatasi ventilasi, suhu Republik Indonesia Tahun
dan kelembaban yang tidak 2016. 2016;
memenuhi syarat yaitu dengan 2. Dinkes Provinsi Bali. Profil
membuka jendela yang ada Dinas Kesehatan Provinsi Bali
secara rutin setiap hari, Tahun 2016. 2016;
membersihkan lubang ventilasi
secara berkala dan membiarkan

52
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

3. I PD. Profil Puskesmas I 2015;3.


Denpasar Selatan Tahun 2016. 8. Kepmenkes RI. Keputusan
2016; Menteri Kesehatan Republik
4. Sibuea WH dkk. Ilmu Indonesia Nomor
Penyakit Dalam. Jakarta : 829/MENKES/SK/VII/1999
Rineka Cipta. 2009; tentang Persyaratan Kesehatan
5. Sanropie D dkk. Pengawasan Perumahan. 1999;
Penyehatan Lingkungan 9. Azzahra Z. Faktor-Faktor
Pemukiman. Jakarta : Yang Mempengaruhi Kejadian
Departemen Kesehatan RI Penyakit Tuberkulosis Paru di
Pusat Pendidikan Tenaga Wilayah Kerja Puskesmas
Kesehatan. 2005; Mulyorejo Kecamatan
6. Hamidah dkk. Hubungan Sunggal Kabupaten Deli
Kualitas Lingkungan Fisik Serdang Tahun 2017. Skripsi.
Rumah Dengan Kejadian Fakultas Kesehatan
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Masyarakat Universitas
Kerja Puskesmas Perawatan Sumatera Utara Medan. 2017;
Siko Kecamatan Ternate Utara 10. Syafri AK. Hubungan Kondisi
Kota Ternate Provinsi Maluku Fisik Rumah Dengan Kejadian
Utara. 2015; Tuberkulosis Paru Di Wilayah
7. Anggraeni SK dkk. Hubungan Kerja Puskesmas Ngemplak
Kualitas Lingkungan Fisik Boyolali. Jurnal Skripsi.
Rumah Dan Perilaku Program Studi Kesehatan
Kesehatan Dengan Kejadian Masyarakat Fakultas Ilmu
Tb Paru di Wilayah Kerja Kesehatan Universitas
Puskesmas Gondanglegi Muhammadiyah Surakarta.
Kecamatan Gondanglegi 2015;
Kabupaten Malang. Jurnal 11. Danusantoso H. Buku Saku
Kesehatan Masyarakat. Ilmu Penyalit Paru. Edisi 2.
Volume 3 Nomor 1 Januari Jakarta : ECG. 2013.
2015 (ISSN : 2356 – 3346).
Univers. Kesehat Masy.

53
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

12. Sinaga F dkk. Hubungan Rawat Jalan di Puskesmas


Kondisi Ventilasi Rumah Tumpaan Kabupaten
dengan Kejadian TB Paru di Minahasa Selatan. Skripsi.
Wilayah Puskesmas Kelayan Fakultas Kesehatan
Timur. Skripsi. Jurnal Berkala Masyarakat Universitas Sam
Kedokteran, Vol.12, No.2, Sep Ratulangi. 2015;
2016:279-288. Fakultas 16. Batti HTS. Analisis Hubungan
Kedokteran, Universitas Antara Kondisi Ventilasi,
Lambung Mangkurat Kepadatan Hunian,
Banjarmasin. Berk Kedokt. Kelembaban Udara, Suhu,
2016;12. Dan Pencahayaan Alami
13. Sujana IK dkk. Pengaruh Rumah Dengan Kejadian
Sanitasi Rumah Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kejadian Penyakit TB Paru di Kerja Puskesmas Wara Utara
Wilayah Kerja UPT Kota Palopo. Skripsi. Fakultas
Puskesmas Mengwi I Tahun Kesehatan Masyarakat
2013. Jurnal Kesehatan Universitas Sam R. 2013;
Lingkungan. Vol 4 No 1 Mei 17. Angraeni RP. Hubungan
2014 : 93-98. Politenik Antara Kondisi Fisik Rumah
Kesehatan Denpasar. Kesehat Dengan Kejadian
Lingkung. 2014;4. Tuberkulosis Paru Bta Positif
14. Pratama B. Karakteristik Di Puskesmas 23 Ilir
Lingkungan Fisik Rumah Palembang Tahun 2014. Tesis.
Dengan Kejadian Tb Paru. Dosen Program Studi Ilmu
Skripsi. Fakultas Kedokteran Keperawatan Sekolah Tinggi
Universitas Lambung Ilmu Kesehatan Bina Husada
Mangkurat. 2013; Palembang. 2014;
15. Pesik DN. Hubungan Antara
Kepadatan Hunian Dan
Ventilasi Rumah dengan
Kejadian Penyakit
Tuberkulosis Paru Pada Pasien

54
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 38-55

18. Putra NR. . Hubungan


Perilaku dan Kondisi Sanitasi
Rumah dengan Kejadian TB
Paru di Kota Solok Tahun
2011. Skripsi. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang.
2011;
19. Rosiana AM. Hubungan
Antara Kondisi Fisik Rumah
Dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota
Semarang. Skripsi. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang,
Indonesia. 2012;

55

You might also like