Professional Documents
Culture Documents
uk
brought to you by CORE
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the control of costs, service rates, operating income
against BEP and profitability. The population in this study was the population in this study
were Primary Clinical Units in PT Nusantara Sebelas Medika totaling 6 (six) units, using
saturated sampling techniques, this study used all populations to be the study sample. To test
the truth of this research hypothesis, Partial Least Square (PLS) Analysis was used. The
results in this study are the effect of cost control on BEP has a significant effect on the
direction of positive relationships. The effect of service rates on BEP shows that the proposed
hypothesis has a significant effect on the direction of negative relations. The effect of
operating income on BEP shows that the proposed hypothesis has a significant effect on the
direction of a positive relationship. The effect of cost control on profitability that the
proposed hypothesis has no significant effect and is not supported by the direction of positive
relations. The effect of service rates on profitability shows that the proposed hypothesis has
insignificant effect and is not supported by the direction of negative relations. The effect of
operating income on profitability that the proposed hypothesis has a significant effect on the
direction of a positive relationship. The effect of BEP on profitability shows that the
proposed hypothesis has a significant effect on the direction of the negative relationship.
bagi setiap peserta dan atau anggota Klinik Pratama memiliki fasilitas
keluarganya. BPJS Kesehatan dalam kesehatan yang menyelenggarakan
menjalankan fungsinya berwenang untuk pelayanan kesehatan tingkat pertama.
mengadakan kontrak kerja dengan fasilitas Meliputi layanan poli umum, poli gigi, poli
kesehatan. kebidanan (jika ada), laboratorium
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas sederhana (jika ada), dan layanan farmasi.
pelayanan kesehatan yang digunakan un- Adapun pendapatan yangdidapat terdiri
tuk menyelenggarakan pelayanan kese- dari kapitasi (kerjasama BPJS), swas-
hatan perorangan, baik promotif, preventif, ta/relasi, maupun tagihan ke PTPN XI
kuratif serta rehabilitatif yang dilakukan (induk dari PT Nusantara Sebelas Medika).
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan PT Nusantara Sebelas Medika sebagai
atau masyarakat. BPJS juga mempunyai mitra BPJS Kesehatan, juga mengemban
tugas untuk membayarkan manfaat dan misi untuk meningkatkan profitabilitas
atau biaya pelayanan kesehatan sesuai perusahaan. Sehubungan dengan itu dalam
dengan ketentuan program Jaminan Sosial. pengelolaan bisnisnya harus selalu
Pengembangan pelayanan kesehatan BPJS mempertimbangkan aspek–aspek efisiensi,
harus menerapkan sistem kendali mutu kualitas layanan, penentuan tariff layanan
pelayanan dan sistem pembayaran untuk yang wajar, dan perencanaan bisnis yang
efisiensi dan efektivitas jaminan kesehatan matang. Hal ini sangat diperlukan agar PT
(UU No 40 tahun2004). Nusantara Sebelas Medika memiliki daya
PT Nusantara Sebelas Medika saing yang kuat dibandingkan unit–unit
merupakan perusahaan swasta yang bisnis layanan kesehatan lainnya.
bergerak di bidang layanan kesehatan. PT Pengendalian biaya merupakan bagian
Nusantara Sebelas Medika sebagai anak dari management yang lebih berfokus
perusahaan dari PT Perkebunan Nusantara mengendalikan penggunaan dan pema-
XI yang sampai saat ini memiliki 4 unit kaian pada biaya. Pengendalian biaya
rumah sakit, 2 unit klinik utama, dan 6 unit melalui akuntansi pertanggungjawaban
klinik pratama. PT Nusantara Sebelas dapat dijalankan dengan cara menyeleng-
Medika dalam kegiatannya menjalin garakan perencanaan suatu sistem
kerjasama BPJS Kesehatan, induk pencatatan atas biaya-biaya yang dapat
perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI dikendalikan. Dari sistem pencatatan ini
dalam hal layanan kesehatan karyawan, akan dihasilkan laporan–laporan biaya
serta layanan umum. yang menunjukan bagaimana manajer
memenuhi tanggungjawabnya atas biaya–
960
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019
biaya yang terjadi dalam unit variabel efisiensi pengendalian biaya tidak
perusahaannya. Dalam pengelolaan peru-
sahaan, anggaran merupakan bagian yang
sangat penting. Anggaran dapat mem-
berikan aspek motivasi bagi manajemen
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Anggaran sering dipakai untuk menilai
kinerja dari pimpinan pusat pertanggung-
jawaban (Mulyadi, 1990).
Penentuan anggaran biaya dan
pendapatan jasa pelayanan klinik pratama
PT Nusantara Sebelas Medika merupakan
suatu keputusan yang sangat penting untuk
pengendalian biaya yang nantinya akan
dapat mempengaruhi profitabilitas. Selama
ini penentuan tarif untuk klinik masih
menggunakan sistem tradisional. Dalam
sistem tradisional tidak mencerminkan
aktivitas yang spesifik, kendala utama
sistem tradisional adalah penentuan tarif
didasarkan pada volume output, mengingat
output rumah sakit/klinik yang tidak
berwujud, seperti kecepatan pelayanan
jasa, kualitas informasi, serta pemberian
kepuasan layanan terhadap pasien dengan
volume dan kompleksitas pelayanan,
penanganan, perawatan, serta fasilitas
yang berbeda beda serta sebagian besar
biaya yang terjadi adalah biaya
overhead,maka sistem penentuan tarif
tradisional akan menghasilkan tarif yang
tidak akurat.
Penelitian Rahmawati, Dian, Sadikin,
Taufik(2018) memberikan hasil bahwa
961
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019
berpengaruh terhadap profitabilitas. dalamperiode tertentu (Lupiyoadi dan
Namun, pengendalian biaya Hamdani, 2008; Tjiptono dkk, 2008).
merupakan produk ikutan Dalam jasa pelayanan kesehatan, istilah
manajemen yang efektif, apabila yang digunakan adalah tarifpelayanan
manajemen suatu perusahaan (Peraturan Menteri Kese-
diselenggarakan dengan efektif,
biasanya terjadi efisiensi tinggi
sebagai gejala nyata dari
pengendalian biaya (Sutrisno dan
Kusriyanto,2015).Tanggung jawab
atas pengendalian biaya terletak
pada pihak yang bertanggungjawab
atas penyusunan anggaran untuk
biaya yang diken- dalikannya.
Walaupun sebenarnya tang- gung
jawab penuh dari suatu organisasi
terletak pada manajer. Hal ini
sesuai dengan pendapat yangdi
kemukakan oleh Matz dkk bahwa
tanggung jawab atas pengendalian
biaya harus diserahkan kepa- da
personel yang juga
bertanggungjawab atas penyusunan
anggaran untuk biaya yang
dikendalikannya, sehingga dampak
pengendalian biaya dari faktor
eksternal yang menjadi kendala
tidak berdampak pada profitabilitas.
Pemakaian istilah harga dalam
bisnis jasa dapat ditemui dalam
berbagai istilah, antara lain:tuition
dalam jasa pendidikan, tarif dalam
jasa angkutan, fee untuk jasa
dokter, atau rent (uang sewa) untuk
penggunaan tempat atau alat
962
hatan RI No.028Tahun 2011 tentang mampu
Klinik).
Harga menurutTjiptono dkk (2008)
memiliki dimensi strategik dalambeberapa
hal antara lain: (1)harga merupakan
pernyataan nilai dari suatu produk, dimana
nilai adalah perbandingan antara persepsi
terhadap manfaat (perceived benefits)
dengan biaya – biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan produk. Nilai
pelanggan meliputi nilai produk, nilai
layanan, nilai personel, dan nilai
citra.Sementara biaya pelanggan meliputi
biaya moneter, biaya waktu, biaya
energi,dan biaya psikis, (2) harga
merupakan aspek yang tampak jelas bagi
pembeli dan dapat dijadikan semacam
indikator kualitas, (3) harga adalah
determinan utama permintaan, (4) harga
berkaitan langsung dengan pendapatan dan
laba, (5) harga dapat bersifat fleksibel
sehingga dapat disesuaikan dengan cepat,
(6) harga mempengaruhi citra dan strategi
posisioning.
Salah satu upaya memenangkan
persaingan dan memenuhi kepuasan pasien
Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas
Medika selalu melakukan evaluasi dalam
penentuan tarif layanan yang tepat. Sebab
tarif juga berperanan untuk menentukan
profit suatu layanan kesehatan. Selain dari
pada itu untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal maka biaya–biaya
operasional yang dikeluarkan harus
lebih efektif dan efisien agar telah dapat bekerja secara efisien. Untuk
perusahaan mendapatkan margin melihat kinerja klinik yang telah bekerja
keun-tungan (profit margin) secara efisien, klinik dapat mengukurnya
yangtinggi. dengan menentukan tingkat profita-
Menurut Pedoman Akuntansi bilitasnya. Profitabilitas dapat tercermin
Rumah Sakit (2003) yang dimaksud dari bagaimana efektifitas manajemen
pendapatan adalah arus masuk bruto klinik
dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal Rumah Sakit
selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan
aktiva bersih, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
Pendapatan operasional timbul dari
hasil kegiatan usaha dan
operasional perusahaan baik dari
hasil penjualan barang dagang
maupun penjualan jasa dan kegiatan
utama perusahaan lainnya.
Pendapatan operasio- nal adalah
pendapatan yang berasal dari
aktivitas utama. Pendapatan dari
sumber ini jumlahnya cukup
material dan terjadi berulang–ulang
(rutin). Adapun jenis pendapatan
untuk operasional untuk tiap
perusahaan berbeda sesuai dengan
usaha yang dilakukan perusahaan
tersebut.
Pendapatan Operasional ini
merupakan pendapatan utama pada
klinik yang dalam memperoleh
keuntungan (laba) perusa- haan.
Laba yang diperoleh belum meru-
pakan ukuran bahwa klinik tersebut
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019
dalam mengelola keuangan dari hasil jasa titik maksimal dalam menyumbangkan
pelayanan klinik untuk dapat menghasil- kontribusi keuntungan yang berarti untuk
kan laba atau keuntungan. Apabila klinik perusahaan. Hal ini dikarenakan masih ada
dapat meningkatkan profitabilitasnya, beberapa klinik yang mengalami kerugian.
maka klinik tidak akan mendapat kesulitan Untuk itu, penulis ingin mengangkat
dalam membayar hutangnya. permasalahan ini, untuk mengetahui dan
Penelitian Seli Novitasari,Aini, Nur memberikan solusi tentang: (i) seberapa
(2017), Zulfahri, Budi (2017), Luh Sari jauh posisi impas (break-even) untuk
Suariani, Wayan Cipta, Ni Made Suci Klinik Pratama di masing-masing wilayah,
(2017)menyebutkan bahwa pendapatan dan (ii) bagaimana perencanaan target
operasional berpengaruh secara signifikan volume/kuantitas layanan, biaya
terhadap profitabilitas. operasional, dan besarnya tarif layanan
Menurut Mulyadi (1990:468) dan dan yang dapat menghasilkan keuntungan yang
R.A. Supriyono (1991:152) analisis titik berarti untuk perusahaan. Berdasarkan
impas (Break-Even Point Analysis/BEP uraian pada latar belakang, maka
Analysis) merupakan teknik yang tepat permasalahan dalam penelitian ini
untuk diterapkan dalam perencanaan laba dirumusan sebagai berikut:
perusahaan. Sebab, dengan analisis BEP 1. Apakah pengendalian biaya berpeng-
manajemen dapat merencanakan laba aruh signifikan terhadap BEP pada
perusahaan dengan cara mengintegrasikan Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas
data biaya, volume kegiatan, dan Medika?
harga/tarif layanan. Dengan memodifikasi 2. Apakah tarif layanan berpengaruh
hubungan antara biaya, volume, dan harga signifikan terhadap BEP pada Klinik
secara cermat dan hati-hati, manajemen Pratama PT Nusantara Sebelas Medika?
perusahaan akan mendapatkan sejumlah 3. Apakah pendapatan operasional ber-
alternatif informasi yang memberikan pengaruh signifikan terhadap BEP pada
berbagai kemungkinan yang berakibat Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas
pada laba yang akan datang. Medika?
Berdasarkan latar belakang secara 4. Apakah pengendalian biaya berpeng-
teoritis dan empiris serta riwayat laba rugi aruh signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan, kiranya penting (urgent) pada Klinik Pratama PT Nusantara Se-
dilakukan penelitian terhadap Klinik belas Medika?
Pratama PT Nusantara Sebelas Medika 5. Apakah pendapatan operasional ber-
yang hingga saat ini belum mampumeraih pengaruh signifikan terhadap profita-
963
bilitas pada Klinik Pratama PT Nusan- tifikasi dan menentukan kandungan nilai
tara Sebelas Medika? suatu aktivitas.
6. Apakah tarif layanan berpengaruh PengendalianBiaya
signifikan terhadap profitabilitas pada Menurut Siregar, dkk (2013), biaya adalah
Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas kos barang atau jasa yang telah
Medika? memberikan manfaat yang digunakan
7. Apakah BEP berpengaruh signifikan untuk memperoleh pendapatan. Menurut
terhadap profitabilitas pada Klinik Dunia dan Abdullah (2012:7) “Akuntansi
Pratama PT Nusantara Sebelas Medika? biaya adalah bagian dari akuntansi
manajemen di mana merupakan salah satu
2. TINJAUAN PUSTAKA dari bidang khusus akuntansi yang
Akuntansi Manajemen menekankan pada penentuan dan pengen-
Rudianto (2013) menjelaskan bahwa dalian biaya”.
pengertian akuntansi manajemen adalah TarifLayanan
sistem akuntansi dimana informasi yang Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan
dihasilkannya ditujukan kepada pihak– yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah
pihak internal organisasi, seperti manajer uang berdasarkan pertimbangan bahwa
keuangan, manajer produksi, manajer dengan nilai uang tersebut sebuah
pemasaran, dan sebagainya guna perusahaan bersedia memberikan jasa
pengembalian keputusan internal kepada pelanggannya (Gani, 1995).
organisasi Pengertian Pendapatan
Activity Based Costing (ABC) Pendapatan merupakan jumlah uang yang
Menurut Siregar dkk. (2013) Activity diterima oleh perusahaan dari aktifitas
Based Costing (ABC) adalah suatu yang dijalankannya.Pendapatan juga
pendekatan perhitungan biaya yang mem- merupakan salah satu tolak ukur bagi
bebankan biaya sumber daya ke dalam manajemen dalam mengelola perusahaan.
objek biaya, seperti produk, jasa, atau Pendapatan Operasional adalah pendapat-
konsumen berdasarkan aktivitas yang an yang timbul dari penjualan barang
dilakukan untuk objek biaya. dagangan, produk atau jasa dalam perode
Analisis Aktivitas tertentu dalam rangka kegiatan utama atau
Menurut Siregar dkk. (2013) Analisis yang menjadi tujuan utama perusahaan
aktivitas (activity analysis) adalah suatu yang berhubungan langsung dengan usaha
analisis yang digunakan untuk mengiden- (operasi) pokok perusahaan yang bersang-
kutan. Pendapatan ini sifatnya normal
sesuai dengan tujuan dan usaha 3.METODE PENELITIAN
perusahaan dan terjadinya berulang–ulang
selama perusahaan melangsungkan
kegiatannya.
Break-Even Point
Break Even Point adalah titik pulang
pokok dimana total revenue=total cost.
Terjadinya titik pulang pokok tergantung
pada lama arus penerimaan sebuah proyek
dapat menutupi segala biaya operasi dan
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Selama perusahaan masih berada di bawah
titik BEP,selama itu juga perusahaan
masih menderita kerugian. Semakin lama
sebuah perusahaan mencapai titik pulang
pokok, semakin besar saldo rugi karena
keuntungan yang diterima masih menutupi
biaya yang dikeluarkan (Ibrahim, 2003).
Profitabilitas
Menurut Munawir (2014), definisi
profitabilitas adalah sebagai berikut:
“Rentabilitas atau profitability adalah
menunjukkan kemampuan perusahaan un-
tuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Unit
Klinik Pratama di PT Nusantara Sebelas
Medika berjumlah 6 (enam) unit, dengan
menggunakan teknik sampling jenuh maka
penelitian ini menggunakan semua
populasi menjadi sampel penelitian.
Untuk menguji kebenaran hipotesis memenuhi Convergent Validity.
penelitian ini digunakan Analisis Nilai square rootAverage Variance
Model Partial Least Square (PLS). Extracted (AVE) setiap konstruk dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Measurement (Outer)
Model Convergent validity dalam
PLS dengan indikator reflektif
dinilai berdasarkan outer loading.
Rule of thumb yang digunakan
untuk validitas konvergen adalah
outer loading> 0,50 dan
average variance extracted
(AVE) > 0,50 (Chin, 1995 dalam
Jogiyanto dan Abdillah,
2014: 60). Indikator dikatakan
valid juga bisa dinilai dari nilai T-
statistics, dengan ketentuan apabila
nilai T-statistics lebih bear dari 1,96
maka indikator tersebut dikatakan
valid. Tabel Outer Loading
ABSTRACT
Satisfaction with the accepted model between expectations (the standard of performance that should
be) with the actual performance received by the customer, the value satisfaction felt by patients after
getting health services. The quality of nursing services is the most important thing in health service
agencies, to achieve the expectations and needs of customers (patients). Good quality nursing service
will increase customer (patient) satisfaction. This study aims to see the relationship between patient
satisfaction and quality of nursing services in clinics in Jember Regency. This type of research used in
this study with a cross sectional approach. The research sample used quota sampling of 33
respondents. Chi-Square statistical test with a significance level of p <0.05. The results showed that
patient satisfaction with satisfied criteria and the quality of nursing services with good criteria. Chi-
Square test resulted in a value of p = 0.020 and a contingency coefficient of 0.374. These results
indicate that there is a weak relationship between Inpatient Satisfaction and Quality of Nursing
Services in Clinics in Jember Regency. It is expected from this research that the clinic will improve
the quality of nursing services to provide patient satisfaction.
ABSTRAK
Kepuasan merupakan model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan
kinerja aktual yang diterima pelanggan, kepuasan nilai subjektif yang dirasakan pasien setelah
mendapatkan pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan keperawatan merupakan hal terpenting dalam
instansi jasa pelayanan kesehatan, untuk mencapai harapan dan kebutuhan pelanggan (pasien). Mutu
pelayanan keperawatan yang baik akan meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan pasien dengan mutu pelayanan keperawatan di klinik
di Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini menggunakan quota sampling sebanyak 33
responden. Uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kepuasan pasien dengan kriteria puas dan mutu pelayanan keperawatan dengan kriteria baik.
Uji Chi-Square dihasilkan nilai p = 0,020 dan koefisien kontingensi 0,374. Hasil ini menunjukan
terdapat hubungan yang lemah Kepuasan Pasien Rawat Inap dengan Mutu Pelayanan Keperawatan di
klinik di kabupaten Jember. Diharapkan dari penelitian ini agar pihak klinik meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan untuk memberikan kepuasan pasien.
73
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020
74
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)
75
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020
76
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)
77
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020
organisasi dan informasi. Proses adalah apa pun perilaku individu tersebut. Perawat
interaksi profesional antara pemberi pelayanan menunjukkan sikap tegas dan jelas, tetapi
dengan konsumen (pasien dan masyarakat). tanpa amarah atau menghakimi, sehingga
Setiap tindakan medis/keperawatan harus perawat membuat pasien merasa utuh. Perawat
selalu mempertimbangkan nilai yang dianut tidak kecewa atau tidak merespon negatif
pada diri pasien. Setiap tindakan korektif terhadap amarah yang melupakan, atau
dibuat meminimalkan risiko terulangnya perilaku buruk pasien menunjukkan
keluhan atau ketidakpuasan pada pasien. penerimaan terhadap pasien.
Program keselamatan pasien bertujuan untuk c. Aspek Komunikasi
meningkatkan keselamatan pasien dan Aspek komunikasi merupakan sikap perawat
meningkatkan mutu pelayanan. Interaksi yang harus mampu melakukan komunikasi
profesional selalu memperhatikan asas etika sebaik mungkin dengan pasien, dan keluarga
terhadap pasien. Output/outcome adalah hasil pasien. Interaksi antara perawat dengan pasien
pelayanan kesehatan atau pelayanan atau interaksi antara perawat dengan keluarga
keperawatan, yaitu berupa perubahan yang pasien akan terjalin melalui komunikasi yang
terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari baik. Perawat menggunakan komunikasi dari
konsumen. Tanpa mengukur kinerja rumah awal penerimaan pasien untuk menyatu
sakit/keperawatan tidak dapat diketahui dengan pasien dan keluarga pasien.
apakah input dan proses yang baik telah Komunikasi digunakan untuk menentukan apa
menghasilkan luaran yang baik. yang pasien inginkan berkaitan dengan cara
melakukan tindakan keperawatan. Perawat
Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan juga melakukan komunikasi dengan pasien
Beberapa aspek yang dapat menjadi pada akhir pelayanan keperawatan untuk
indikator penerapan sebuah layanan menilai kemajuan dan hasil akhir pelayanan
keperawatan pada pasien menurut Marini keperawatan yang telah diberikan.
(2010) adalah:
a. Aspek Perhatian d. Aspek Kerjasama
Aspek perhatian merupakan sikap Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus
seorang perawat dalam memberikan pelayanan mampu melakukan kerjasama yang baik
keperawatan harus sabar, bersedia memberikan dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat
pertolongan kepada pasien, perawat harus peka harus mampu mengupayakan agar pasien
terhadap setiap perubahan pasien dan keluhan mampu bersikap kooperatif. Perawat bekerja
pasien, memahami dan mengerti terhadap sama secara kolaborasi dengan pasien dan
kecemasan dan ketakutan pasien. Perawat keluarga dalam menganalisis situasi yang
memperlakukan pasien dengan baik dan tulus kemudian bersama-sama mengenali,
dalam pemenuhan kebutuhannya. Perhatian memperjelas, dan menentukan masalah yang
yang tulus seorang perawat pada pasien harus ada. Setelah masalah telah diketahui,
selalu dipertahankan, seperti bersikap jujur dan keputusan bersama diambil untuk menentukan
terbuka serta menunjukkan perilaku yang jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh pasien.
sesuai. Perawat juga bekerja sama secara kolaborasi
dengan ahli kesehatan lain sesuai kebutuhan
b. Aspek Penerimaan pasien.
Aspek penerimaan merupakan sikap perawat
yang selalu ramah dan ceria saat bersama e. Aspek Tanggung Jawab
pasien, selalu tersenyum dan menyapa semua Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur,
pasien. Perawat harus menunjukkan rasa tekun dalam tugas, mampu mencurahkan
penerimaan yang baik terhadap pasien dan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
keluarga pasien, menerima pasien tanpa konsisten, serta tepat dalam memberikan
membedakan agama, status sosial, ekonomi pelayanan keperawatan. Perawat mempunyai
dan budaya, golongan dan pangkat, serta suku tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
sehingga perawat menerima pasien sebagai keperawatan pada pasien selama 24 jam sehari,
pribadi yang utuh. Penerimaan ialah sikap dari penerimaan sampai pemulangan pasien.
yang tidak menghakimi individu, Perawat harus tahu bagaimana menjaga
bagaimanapun dan
78
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)
keselamatan pasien, jalin, dan pertahankan digunakan adalah uji Chi-Square, Uji Chi-
hubungan saling percaya yang baik dengan Square adalah salah satu uji statistik
pasien, pertahankan agar pasien dan keluarga nonparametrik (distribusi dimana besaran-
tetap mengetahui tentang diagnosis dan besaran populasi tidak diketahui) yang
rencana tindakan, pencatatan semua tindakan digunakan dalam penelitian yang
harus dilakukan dengan akurat untuk menggunakan dua variabel nilai. Apabila α <
melindungi kesejahteraan pasien. 0,05, maka (H0) diterima yang bermakna ada
hubungan kepuasan pasien rawat inap dengan
mutu pelayanan keperawatan di klinik rawat
METODA inap di Kabupaten Jember.
Berdasarkan Tabel 1, pasien yang tidak dengan standar profesi yang telah ditetapkan,
puas terhadap pelayanan keperawatan dengan standar pelayanan dilaksanakan secara
memiliki skoring 604 (36.6%), yang puas menyeluruh sehingga menimbulkan pelayanan
terhadap pelayanan dengan skoring 1353 yang optimal bagi pasien. Pasien yang
(54.6%), dan yang sangat puas dengan skoring menerima pelayanan keperawatan tidak akan
288 (8.72%). kecewa jika pelayanan keperawatan
dilaksanakan sesuai standar yang ada.
Mutu Pelayanan Keperawatan Frekuensi kepuasan pasien dapat dilihat pada
Mutu pelayanan adalah pelayanan Tabel 2 sebagai berikut:
kesehatan yang efisien dan efektif sesuai
Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Mutu Pelayanan Keperawatan Bulan April-Mei 2017
Mutu Pelayanan Skoring Persentase (%)
Tidak baik 290 21.96%
Baik 1047 52.87%
Sangat baik 264 10.1%
Sumber: Data diolah
79
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020
Tabel 3. Tabulasi Silang Hubungan Kepuasan Pasien dengan Mutu Pelayanan Bulan April-Mei 2017
Kepuasan
Mutu Tidak Puas Persentase Puas Persentase Total
Tidak baik 0 0 9 27,3% 9 27,3%
Baik 10 30,3% 14 42,4% 24 72,7%
Total 10 30,3% 23 69,7% 33 100,0%
Sumber: Data diolah
Tabel 3 menunjukkan bahwa kepuasan dan 42,4% dengan mutu yang baik, dan
pasien sebanyak 9 pasien 27,3% tetapi mutu responden tidak puas 10 pasien 30,3% tetapi
tidak baik, responden puas sebanyak 14 pasien mutu baik.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hubungan Kepuasan Pasien dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Bulan
April-Mei 2017
Chi Square Tests Hasil
p-value 0.020
Koefisien Kontigensi 0.374
N 33
Tabel 4 menunjukkan uji hasil statistik Inap Klinik Nurus Syifa, Kecamatan
ada hubungan antara kepuasan pasien dengan Bangalsari, Kabupaten Jember Bulan (p-
mutu pelayanan keperawatan di Ruang Rawat value=0.020, α=0,05, cc=0.374).
80
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)
kesannya terhadap kinerja/hasil suatu produk kerjasama, dan aspek tanggung jawab. Perawat
dan harapan-harapannya. Kepuasan seseorang di Klinik X sabar dalam melakukan tindakan,
pembeli (konsumen) setelah melakukan perawat tanggap atas keluhan pasien, tepat
pembelian tergantung pada kesesuaian antara melakukan tindakan asuhan keperawatan dan
prestasi dari produk yang dibeli dengan perawat mudah dihubungi saat dibutuhkan
harapan dari pembeli tersebut. Pelanggan akan oleh pasien. Pasien yang mengatakan tidak
merasa puas jika pelayanan yang diterima baik atas pelayanan keperawatan dapat dilihat
minimal sama atau lebih dari yang diharapkan. dari aspek penerimaan dan komunikasi. Mutu
Dalam hal ini, pembeli adalah pasien di Klinik pelayanan keperawatan yang baik akan
X dan produk berupa jasa pelayanan menimbulkan kepuasan yang baik pula. Sesuai
keperawatan. dengan pendapat Muninjaya (2014), kualitas
Menurut Parasuraman (2001) dalam pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh
Nursalam (2016), dimensi kepuasan pasien kebutuhan atau ekspektasi pengguna yang
dapat dilihat dari 5 aspek yaitu, reliability sudah terpenuhi dan diterima tepat waktu.
(kehandalan), assurance (jaminan), tangibles Menurut Nursalam (2016), mutu pelayanan
(kenyataan), empathy (empati) dan yang baik jika pelayanan keperawatan
responsiveness (tanggung jawab), jika 5 dilakukan dengan cara efisien dan efektif
dimensi tersebut dapat terpenuhi maka sesuai dengan standar profesi, standar
kepuasan pasien akan meningkat. Pertama, pelayanan yang dilaksanakan secara
reability (kehandalan) pasien di Klinik X menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
dalam ketegori puas poin yang menyebabkan memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
pasien puas yaitu perawat mampu mengenali penelitian dalam pengembangan pelayanan
masalah pasien, perawat tepat waktu sampai di kesehatan/keperawatan sehingga tercapai
ruangan bila pasien membutuhkan, dan derajat kesehatan yang optimal mengatakan.
perawat tentang yang dilarang dan tidak Hal ini sejalan dengan penelitian Sunarsih
dilarang selama pasien dirawat. Kuesioner (2014) yang mengatakan bahwa ada hubungan
kedua assurance (jaminan) pasien di Klinik X positif antara kualitas pelayanan dengan
kategori puas dikarenakan perawat perhatian kepuasan pasien.
terhadap keluhan pasien, perawat selalu Persepsi mutu pelayanan keperawatan
memberikan salam dan senyum, perawat ialah pelayanan yang diberikan oleh perawat
terampil dalam melaksanakan tindakan terhadap pasien. Pelayanan keperawatan
keperawatan dan perawat jujur tentang kondisi dilakukan secara profesional dan holistik
pasien. empathy (empati) responden di Klinik kepada pasien yang membutuhkan perawatan
X dalam kategori puas yang menyebabkan yang intensif, jika pelayanan secara
pasien puas yaitu perawat mudah ditemui bila profesional dan holistik, maka mutu pelayanan
dibutuhkan, perawat memberikan dukungan akan baik. Mutu pelayanan di Klinik X dalam
moril, perawat sering memeriksa keadaan kategori baik. Faktor-faktor yang
pasien dan perawat memberikan informasi mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan
tentang tindakan keprawatan. reliability yaitu, aspek penerimaan, aspek perhatian,
(kehandalan), assurance (jaminan) dan aspek komunikasi, aspek kerja sama dan aspek
empathy (empati) 3 aspek yang menunjukan tanggung jawab yang akan diberikan oleh
pasien puas terhadap pelayanan. perawat (Marini, 2010). Aspek perhatian
pasien di Klinik X dalam kategori baik mutu
Mutu Pelayanan Keperawatan pelayanan keperawatan, perawat yang ada
Tabel 2 menunjukan responden yang sabar dalam melakukan tindakan asuhan
berpendapat tidak baik atas pelayanan keperawatan, perawat tanggap atas keluhan
keperawatan dengan skoring 290 (21.96%), pasien, dan perawat memperlakukan pasien
pasien yang mengatakan baik pelayanan dengan baik. Pertanyaan kedua tentang aspek
keperawatan dengan skoring 1047 (52.87%) penerimaan pasien yang mengatakan tidak
dan pasien yang mengatakan sangat baik atas baik terhadap mutu pelayanan keperawatan
pelayanan keperawatan dengan skoring 264 dikarenakan prosedur penerimaan pasien yang
(10. 1%). Hasil penelitian ini menyimpulkan membingungkan dan perawat kurang, hal
bahwa mutu pelayanan keperawatan yang ada tersebut yang memungkinkan pasien
di Klinik X dalam kategori baik, bisa mengatakan tidak baik mutu yang ada di
dikatakan baik dapat dilihat dari aspek Klinik
perhatian, aspek
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)
81
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020
X. Pertanyaan kuesioner aspek komunikasi dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk
pasien mengatakan tidak baik mutu pelayanan mendapatkan pasien lebih banyak lagi. Pasien
poin yang menyebabkan tidak baik mutu yang tidak puas akan mengeluhkan dan tidak
pelayanan keperawatan yaitu petugas akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan
administrasinya tidak memberikan informasi yang sama. Menurut Asmuji (2014), secara
yang jelas kepada pasien dan petugas umum, pengertian kepuasan konsumen atau
administrasi yang kurang memberikan ketidakpuasan konsumen merupakan
informasi yang jelas, kemungkinan aspek perbedaan antara harapan dan kinerja yang
komunikasi yang menyebabkan 9 responden di dirasakan. Kepuasan konsumen berarti kinerja
Klinik X mengatakan tidak baik dari segi mutu suatu barang/jasa sekurang-kurangnya sama
pelayanan keperawatan. Aspek kerjasama dengan yang diharapkan.
pasien mengatakan mutu pelayanan Menurut peneliti, semakin tinggi tingkat
keperawatan di Klinik X dalam kategori baik, kepuasan pasien maka semakin tinggi pula
karena perawat yang ada dapat bekerja sama mutu pelayanan keperawatan yang ada Klinik
dengan baik kepada pasien, perawat tepat X. Hal sesuai dengan pendapat Sabarguna
dalam melakukan tindakan dan perawat (2008) bahwa kepuasan pasien merupakan
suportif dalam memberikan pelayanan asuhan nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan
keperawatan. Aspek tanggung jawab pada yang diberikan. Menurut Nursalam (2015),
pasien di Klinik X mengatakan baik mutu kepuasan pasien berhubungan dengan mutu
pelayanan keperawatan yang ada, karena pelayanan rumah sakit. Dengan mengetahui
perawat dan pasien saling percaya, perawat tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah
konsisten dalam memberikan pelayanan, sakit dapat melakukan peningkatan mutu
perawat memiliki tanggung jawab dalam pelayanan.
memberikan pelayanan, dan perawat mampu Berdasarkan hasil penelitian di Klinik
menjaga keselamatan pasien. Kesimpulan dari X, responden mempersepsikan dalam kategori
mutu pelayanan keperawatan di Klinik X yang puas yaitu perawat cepat dan tanggap ketika
menyebabkan pelayanan keperawatan dalam pasien membutuhkan, pelayanan yang diterima
kategori dapat dilihat dari aspek perhatian, sudah baik, perawat mampu mengenali
aspek kerjasama dan tanggung jawab. Mutu masalah pasien, perawat terampil dalam
pelayanan keperawatan tidak baik dapat dilihat melaksanakan asuhan keperawatan kepada
dari aspek penerimaan dan aspek komunikasi. pasien prosedur pelayanan yang tidak
dipersulit, perawat memberikan informasi
Hubungan Kepuasan Pasien dengan mutu yang jelas, perawat memberikan pelayanan
Pelayanan Keperawatan yang baik menunjukkan bahwa ada hubungan
Hasil uji statistik antara kepuasan pasien kepuasan pasien dengan mutu pelayanan
dengan mutu pelayanan keperawatan keperawatan di Klinik X. Semakin tinggi mutu
menunjukkan terdapat hubungan dengan nilai pelayanan keperawatan yang diberikan,
p- value=0.02 lebih kecil dari nilai α=0.05 yang semakin tinggi juga kepuasan pasien.
telah ditetapkan oleh peneliti. Pelayanan Sebaliknya, semakin rendah mutu pelayanan
semakin puas pasien maka semakin baik mutu keperawatan, maka kepuasan pasien akan
pelayanan keperawatan Hasil Uji Chi-Square, buruk. Keeratan hubungan dalam kategori
menyebutkan bahwa ada hubungan antara lemah. Oleh karena itu, klinik harus
kepuasan pasien dengan mutu pelayanan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
keperawatan di Ruang Rawat Inap Klinik X. agar kepuasan pasien meningkat.
Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa
yang menjadi kebutuhan, keinginan harapan
KESIMPULAN
pelanggan dapat dipenuhi, maka pelanggan
akan puas. Kepuasan pelanggan adalah a. Mutu pelayanan keperawatan kategori puas
perasaan senang atau puas bahwa produk atau dengan skoring 1353 (54.6%) di Klinik X.
jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi b. Pelayanan keperawatan di Klinik X dalam
harapan pelanggan. Kepuasan pasien adalah kategori baik dengan skoring 1047
karena kepuasan pasien merupakan salah (52.87%)
indikator kualitas pelayanan yang kita berikan c. Ada hubungan yang lemah ke arah positif
kepuasan pasien dengan mutu pelayanan
keperawatan sebesar 0,374 di Klinik X.
82
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)
83
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020
Yogyakarta: ANDI.
Tjiptono, F.2004. Kepuasan dalam Pelayanan.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Woodruff dan Gardial.2002. Practical-People
Oriented Prespective. Kanada:
Mc.Graw Hill, hlm 36-45.
Wijoyo dan Djoko. 2008. Manajemen
Kesehatan Ibu dan Anak.
Surabaya: Duta
84