You are on page 1of 36

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
brought to you by CORE

provided by Jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya


JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019

PENGARUH PENGENDALIAN BIAYA, TARIF LAYANAN, DAN PENDAPATAN


OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS DENGAN BREAK EVEN POINT
(BEP) SEBAGAI INTERVENING VARIABLE PADA KLINIK PRATAMA
PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA

Roosnindya Tjahjaningastoeti₁ , Sunu Priyawan₂ , M. Sihab Ridwan₃ ,


Alumni Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya1
Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya23
sunu@untag-sby.ac.id2, shihab@untag-sby.ac.id3

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the control of costs, service rates, operating income
against BEP and profitability. The population in this study was the population in this study
were Primary Clinical Units in PT Nusantara Sebelas Medika totaling 6 (six) units, using
saturated sampling techniques, this study used all populations to be the study sample. To test
the truth of this research hypothesis, Partial Least Square (PLS) Analysis was used. The
results in this study are the effect of cost control on BEP has a significant effect on the
direction of positive relationships. The effect of service rates on BEP shows that the proposed
hypothesis has a significant effect on the direction of negative relations. The effect of
operating income on BEP shows that the proposed hypothesis has a significant effect on the
direction of a positive relationship. The effect of cost control on profitability that the
proposed hypothesis has no significant effect and is not supported by the direction of positive
relations. The effect of service rates on profitability shows that the proposed hypothesis has
insignificant effect and is not supported by the direction of negative relations. The effect of
operating income on profitability that the proposed hypothesis has a significant effect on the
direction of a positive relationship. The effect of BEP on profitability shows that the
proposed hypothesis has a significant effect on the direction of the negative relationship.

Keywords: cost control, service rates, operating income, BEP, profitability

1. PENDAHULUAN Berkenaan dengan hal tersebut, secara


Indonesia mulai memberlakukan teknis-operasional pemerintah membentuk
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) badan hukum yang bertugas menyeleng-
sejak 1 Januari 2014 dan direncanakan garakan program jaminan sosial yang
mencapai Universa lHealth Coverage diberi nama Badan Penyelenggara Jaminan
(UHC )pada tahun 2019. Dalam Undang- Sosial (BPJS) Kesehatan. Dalam Undang-
Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Jaminan Sosial Nasional, dinyatakan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional dinyatakan bahwa BPJS merupakan badan
atau Jaminan Kesehatan Nasional adalah yang menyelenggarakan program jaminan
suatu tata cara penyelenggaraan program kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
jaminan sosial oleh beberapa badan terlaksananya pemberian jaminan, terpe-
penyelenggaraan jaminan sosial. nuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
19
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019

bagi setiap peserta dan atau anggota Klinik Pratama memiliki fasilitas
keluarganya. BPJS Kesehatan dalam kesehatan yang menyelenggarakan
menjalankan fungsinya berwenang untuk pelayanan kesehatan tingkat pertama.
mengadakan kontrak kerja dengan fasilitas Meliputi layanan poli umum, poli gigi, poli
kesehatan. kebidanan (jika ada), laboratorium
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas sederhana (jika ada), dan layanan farmasi.
pelayanan kesehatan yang digunakan un- Adapun pendapatan yangdidapat terdiri
tuk menyelenggarakan pelayanan kese- dari kapitasi (kerjasama BPJS), swas-
hatan perorangan, baik promotif, preventif, ta/relasi, maupun tagihan ke PTPN XI
kuratif serta rehabilitatif yang dilakukan (induk dari PT Nusantara Sebelas Medika).
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan PT Nusantara Sebelas Medika sebagai
atau masyarakat. BPJS juga mempunyai mitra BPJS Kesehatan, juga mengemban
tugas untuk membayarkan manfaat dan misi untuk meningkatkan profitabilitas
atau biaya pelayanan kesehatan sesuai perusahaan. Sehubungan dengan itu dalam
dengan ketentuan program Jaminan Sosial. pengelolaan bisnisnya harus selalu
Pengembangan pelayanan kesehatan BPJS mempertimbangkan aspek–aspek efisiensi,
harus menerapkan sistem kendali mutu kualitas layanan, penentuan tariff layanan
pelayanan dan sistem pembayaran untuk yang wajar, dan perencanaan bisnis yang
efisiensi dan efektivitas jaminan kesehatan matang. Hal ini sangat diperlukan agar PT
(UU No 40 tahun2004). Nusantara Sebelas Medika memiliki daya
PT Nusantara Sebelas Medika saing yang kuat dibandingkan unit–unit
merupakan perusahaan swasta yang bisnis layanan kesehatan lainnya.
bergerak di bidang layanan kesehatan. PT Pengendalian biaya merupakan bagian
Nusantara Sebelas Medika sebagai anak dari management yang lebih berfokus
perusahaan dari PT Perkebunan Nusantara mengendalikan penggunaan dan pema-
XI yang sampai saat ini memiliki 4 unit kaian pada biaya. Pengendalian biaya
rumah sakit, 2 unit klinik utama, dan 6 unit melalui akuntansi pertanggungjawaban
klinik pratama. PT Nusantara Sebelas dapat dijalankan dengan cara menyeleng-
Medika dalam kegiatannya menjalin garakan perencanaan suatu sistem
kerjasama BPJS Kesehatan, induk pencatatan atas biaya-biaya yang dapat
perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI dikendalikan. Dari sistem pencatatan ini
dalam hal layanan kesehatan karyawan, akan dihasilkan laporan–laporan biaya
serta layanan umum. yang menunjukan bagaimana manajer
memenuhi tanggungjawabnya atas biaya–
960
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019

biaya yang terjadi dalam unit variabel efisiensi pengendalian biaya tidak
perusahaannya. Dalam pengelolaan peru-
sahaan, anggaran merupakan bagian yang
sangat penting. Anggaran dapat mem-
berikan aspek motivasi bagi manajemen
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Anggaran sering dipakai untuk menilai
kinerja dari pimpinan pusat pertanggung-
jawaban (Mulyadi, 1990).
Penentuan anggaran biaya dan
pendapatan jasa pelayanan klinik pratama
PT Nusantara Sebelas Medika merupakan
suatu keputusan yang sangat penting untuk
pengendalian biaya yang nantinya akan
dapat mempengaruhi profitabilitas. Selama
ini penentuan tarif untuk klinik masih
menggunakan sistem tradisional. Dalam
sistem tradisional tidak mencerminkan
aktivitas yang spesifik, kendala utama
sistem tradisional adalah penentuan tarif
didasarkan pada volume output, mengingat
output rumah sakit/klinik yang tidak
berwujud, seperti kecepatan pelayanan
jasa, kualitas informasi, serta pemberian
kepuasan layanan terhadap pasien dengan
volume dan kompleksitas pelayanan,
penanganan, perawatan, serta fasilitas
yang berbeda beda serta sebagian besar
biaya yang terjadi adalah biaya
overhead,maka sistem penentuan tarif
tradisional akan menghasilkan tarif yang
tidak akurat.
Penelitian Rahmawati, Dian, Sadikin,
Taufik(2018) memberikan hasil bahwa

961
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019
berpengaruh terhadap profitabilitas. dalamperiode tertentu (Lupiyoadi dan
Namun, pengendalian biaya Hamdani, 2008; Tjiptono dkk, 2008).
merupakan produk ikutan Dalam jasa pelayanan kesehatan, istilah
manajemen yang efektif, apabila yang digunakan adalah tarifpelayanan
manajemen suatu perusahaan (Peraturan Menteri Kese-
diselenggarakan dengan efektif,
biasanya terjadi efisiensi tinggi
sebagai gejala nyata dari
pengendalian biaya (Sutrisno dan
Kusriyanto,2015).Tanggung jawab
atas pengendalian biaya terletak
pada pihak yang bertanggungjawab
atas penyusunan anggaran untuk
biaya yang diken- dalikannya.
Walaupun sebenarnya tang- gung
jawab penuh dari suatu organisasi
terletak pada manajer. Hal ini
sesuai dengan pendapat yangdi
kemukakan oleh Matz dkk bahwa
tanggung jawab atas pengendalian
biaya harus diserahkan kepa- da
personel yang juga
bertanggungjawab atas penyusunan
anggaran untuk biaya yang
dikendalikannya, sehingga dampak
pengendalian biaya dari faktor
eksternal yang menjadi kendala
tidak berdampak pada profitabilitas.
Pemakaian istilah harga dalam
bisnis jasa dapat ditemui dalam
berbagai istilah, antara lain:tuition
dalam jasa pendidikan, tarif dalam
jasa angkutan, fee untuk jasa
dokter, atau rent (uang sewa) untuk
penggunaan tempat atau alat
962
hatan RI No.028Tahun 2011 tentang mampu
Klinik).
Harga menurutTjiptono dkk (2008)
memiliki dimensi strategik dalambeberapa
hal antara lain: (1)harga merupakan
pernyataan nilai dari suatu produk, dimana
nilai adalah perbandingan antara persepsi
terhadap manfaat (perceived benefits)
dengan biaya – biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan produk. Nilai
pelanggan meliputi nilai produk, nilai
layanan, nilai personel, dan nilai
citra.Sementara biaya pelanggan meliputi
biaya moneter, biaya waktu, biaya
energi,dan biaya psikis, (2) harga
merupakan aspek yang tampak jelas bagi
pembeli dan dapat dijadikan semacam
indikator kualitas, (3) harga adalah
determinan utama permintaan, (4) harga
berkaitan langsung dengan pendapatan dan
laba, (5) harga dapat bersifat fleksibel
sehingga dapat disesuaikan dengan cepat,
(6) harga mempengaruhi citra dan strategi
posisioning.
Salah satu upaya memenangkan
persaingan dan memenuhi kepuasan pasien
Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas
Medika selalu melakukan evaluasi dalam
penentuan tarif layanan yang tepat. Sebab
tarif juga berperanan untuk menentukan
profit suatu layanan kesehatan. Selain dari
pada itu untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal maka biaya–biaya
operasional yang dikeluarkan harus
lebih efektif dan efisien agar telah dapat bekerja secara efisien. Untuk
perusahaan mendapatkan margin melihat kinerja klinik yang telah bekerja
keun-tungan (profit margin) secara efisien, klinik dapat mengukurnya
yangtinggi. dengan menentukan tingkat profita-
Menurut Pedoman Akuntansi bilitasnya. Profitabilitas dapat tercermin
Rumah Sakit (2003) yang dimaksud dari bagaimana efektifitas manajemen
pendapatan adalah arus masuk bruto klinik
dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal Rumah Sakit
selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan
aktiva bersih, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
Pendapatan operasional timbul dari
hasil kegiatan usaha dan
operasional perusahaan baik dari
hasil penjualan barang dagang
maupun penjualan jasa dan kegiatan
utama perusahaan lainnya.
Pendapatan operasio- nal adalah
pendapatan yang berasal dari
aktivitas utama. Pendapatan dari
sumber ini jumlahnya cukup
material dan terjadi berulang–ulang
(rutin). Adapun jenis pendapatan
untuk operasional untuk tiap
perusahaan berbeda sesuai dengan
usaha yang dilakukan perusahaan
tersebut.
Pendapatan Operasional ini
merupakan pendapatan utama pada
klinik yang dalam memperoleh
keuntungan (laba) perusa- haan.
Laba yang diperoleh belum meru-
pakan ukuran bahwa klinik tersebut
JEB 17
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 959 – 974 Volume 4, Nomor 2, September 2019

dalam mengelola keuangan dari hasil jasa titik maksimal dalam menyumbangkan
pelayanan klinik untuk dapat menghasil- kontribusi keuntungan yang berarti untuk
kan laba atau keuntungan. Apabila klinik perusahaan. Hal ini dikarenakan masih ada
dapat meningkatkan profitabilitasnya, beberapa klinik yang mengalami kerugian.
maka klinik tidak akan mendapat kesulitan Untuk itu, penulis ingin mengangkat
dalam membayar hutangnya. permasalahan ini, untuk mengetahui dan
Penelitian Seli Novitasari,Aini, Nur memberikan solusi tentang: (i) seberapa
(2017), Zulfahri, Budi (2017), Luh Sari jauh posisi impas (break-even) untuk
Suariani, Wayan Cipta, Ni Made Suci Klinik Pratama di masing-masing wilayah,
(2017)menyebutkan bahwa pendapatan dan (ii) bagaimana perencanaan target
operasional berpengaruh secara signifikan volume/kuantitas layanan, biaya
terhadap profitabilitas. operasional, dan besarnya tarif layanan
Menurut Mulyadi (1990:468) dan dan yang dapat menghasilkan keuntungan yang
R.A. Supriyono (1991:152) analisis titik berarti untuk perusahaan. Berdasarkan
impas (Break-Even Point Analysis/BEP uraian pada latar belakang, maka
Analysis) merupakan teknik yang tepat permasalahan dalam penelitian ini
untuk diterapkan dalam perencanaan laba dirumusan sebagai berikut:
perusahaan. Sebab, dengan analisis BEP 1. Apakah pengendalian biaya berpeng-
manajemen dapat merencanakan laba aruh signifikan terhadap BEP pada
perusahaan dengan cara mengintegrasikan Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas
data biaya, volume kegiatan, dan Medika?
harga/tarif layanan. Dengan memodifikasi 2. Apakah tarif layanan berpengaruh
hubungan antara biaya, volume, dan harga signifikan terhadap BEP pada Klinik
secara cermat dan hati-hati, manajemen Pratama PT Nusantara Sebelas Medika?
perusahaan akan mendapatkan sejumlah 3. Apakah pendapatan operasional ber-
alternatif informasi yang memberikan pengaruh signifikan terhadap BEP pada
berbagai kemungkinan yang berakibat Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas
pada laba yang akan datang. Medika?
Berdasarkan latar belakang secara 4. Apakah pengendalian biaya berpeng-
teoritis dan empiris serta riwayat laba rugi aruh signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan, kiranya penting (urgent) pada Klinik Pratama PT Nusantara Se-
dilakukan penelitian terhadap Klinik belas Medika?
Pratama PT Nusantara Sebelas Medika 5. Apakah pendapatan operasional ber-
yang hingga saat ini belum mampumeraih pengaruh signifikan terhadap profita-
963
bilitas pada Klinik Pratama PT Nusan- tifikasi dan menentukan kandungan nilai
tara Sebelas Medika? suatu aktivitas.
6. Apakah tarif layanan berpengaruh PengendalianBiaya
signifikan terhadap profitabilitas pada Menurut Siregar, dkk (2013), biaya adalah
Klinik Pratama PT Nusantara Sebelas kos barang atau jasa yang telah
Medika? memberikan manfaat yang digunakan
7. Apakah BEP berpengaruh signifikan untuk memperoleh pendapatan. Menurut
terhadap profitabilitas pada Klinik Dunia dan Abdullah (2012:7) “Akuntansi
Pratama PT Nusantara Sebelas Medika? biaya adalah bagian dari akuntansi
manajemen di mana merupakan salah satu
2. TINJAUAN PUSTAKA dari bidang khusus akuntansi yang
Akuntansi Manajemen menekankan pada penentuan dan pengen-
Rudianto (2013) menjelaskan bahwa dalian biaya”.
pengertian akuntansi manajemen adalah TarifLayanan
sistem akuntansi dimana informasi yang Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan
dihasilkannya ditujukan kepada pihak– yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah
pihak internal organisasi, seperti manajer uang berdasarkan pertimbangan bahwa
keuangan, manajer produksi, manajer dengan nilai uang tersebut sebuah
pemasaran, dan sebagainya guna perusahaan bersedia memberikan jasa
pengembalian keputusan internal kepada pelanggannya (Gani, 1995).
organisasi Pengertian Pendapatan
Activity Based Costing (ABC) Pendapatan merupakan jumlah uang yang
Menurut Siregar dkk. (2013) Activity diterima oleh perusahaan dari aktifitas
Based Costing (ABC) adalah suatu yang dijalankannya.Pendapatan juga
pendekatan perhitungan biaya yang mem- merupakan salah satu tolak ukur bagi
bebankan biaya sumber daya ke dalam manajemen dalam mengelola perusahaan.
objek biaya, seperti produk, jasa, atau Pendapatan Operasional adalah pendapat-
konsumen berdasarkan aktivitas yang an yang timbul dari penjualan barang
dilakukan untuk objek biaya. dagangan, produk atau jasa dalam perode
Analisis Aktivitas tertentu dalam rangka kegiatan utama atau
Menurut Siregar dkk. (2013) Analisis yang menjadi tujuan utama perusahaan
aktivitas (activity analysis) adalah suatu yang berhubungan langsung dengan usaha
analisis yang digunakan untuk mengiden- (operasi) pokok perusahaan yang bersang-
kutan. Pendapatan ini sifatnya normal
sesuai dengan tujuan dan usaha 3.METODE PENELITIAN
perusahaan dan terjadinya berulang–ulang
selama perusahaan melangsungkan
kegiatannya.
Break-Even Point
Break Even Point adalah titik pulang
pokok dimana total revenue=total cost.
Terjadinya titik pulang pokok tergantung
pada lama arus penerimaan sebuah proyek
dapat menutupi segala biaya operasi dan
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Selama perusahaan masih berada di bawah
titik BEP,selama itu juga perusahaan
masih menderita kerugian. Semakin lama
sebuah perusahaan mencapai titik pulang
pokok, semakin besar saldo rugi karena
keuntungan yang diterima masih menutupi
biaya yang dikeluarkan (Ibrahim, 2003).
Profitabilitas
Menurut Munawir (2014), definisi
profitabilitas adalah sebagai berikut:
“Rentabilitas atau profitability adalah
menunjukkan kemampuan perusahaan un-
tuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.

Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Unit
Klinik Pratama di PT Nusantara Sebelas
Medika berjumlah 6 (enam) unit, dengan
menggunakan teknik sampling jenuh maka
penelitian ini menggunakan semua
populasi menjadi sampel penelitian.
Untuk menguji kebenaran hipotesis memenuhi Convergent Validity.
penelitian ini digunakan Analisis Nilai square rootAverage Variance
Model Partial Least Square (PLS). Extracted (AVE) setiap konstruk dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Measurement (Outer)
Model Convergent validity dalam
PLS dengan indikator reflektif
dinilai berdasarkan outer loading.
Rule of thumb yang digunakan
untuk validitas konvergen adalah
outer loading> 0,50 dan
average variance extracted
(AVE) > 0,50 (Chin, 1995 dalam
Jogiyanto dan Abdillah,
2014: 60). Indikator dikatakan
valid juga bisa dinilai dari nilai T-
statistics, dengan ketentuan apabila
nilai T-statistics lebih bear dari 1,96
maka indikator tersebut dikatakan
valid. Tabel Outer Loading

Output pada table outer


loading menunjukkan bahwa
loading factor memberikan nilai di
atas nilai yang disarankan yaitu
sebesar 0,5 (Imam
Ghozali,2014:40). Berarti indikator
yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah valid atau telah
korelasi antarkonstruk lainnya dalam dalam Jogiyanto
model. Nilai AVE harus lebih besar dari
0,50 ataumemiliki nilai p-value lebih kecil
dari taraf signifikansi 5% (Ghozali, 2011).
Hasilpengukuran discriminant validity
dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 5.3 berikut :
TabelAverage Variance Extracted(AVE)

Tabel Average Variance Extracted(AVE)di


atas memberikan nilai Average Variance
Extracted(AVE) di atas 0,5(Imam
Ghozali,2014:40) untuk semua variabel
yang terdapat pada model penelitian.
Uji reliabilitas dalam PLS dapat
menggunakan dua metode, yaitu
cronbach’s alpha dan composite
reliability. Cronbach’s alpha mengukur
batas bawah nilai reliabilitas sedangkan
composite reliability mengukur nilai
sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk
(Chin dan Gopal, 1995 dalam Salisbury, et
al., 2002). Composite reliability dinilai
lebih baik dalam mengestimasi konsistensi
internal suatu konstruk (Werts et al., 1974
dalam Salisbury et al., 2002). Rule of
thumb nilai composite reliability harus
lebih besar dari 0,70, meskipun nilai 0,60
masih dapat diterima (Hair et al., 2010
dan Abdillah, 2014:62). Berikut
adalah hasil perhitungan composite
reliability evaluasi outer model
tahap I pada variabel struktur asset,
struktur modal, ukuran perusahaan,
earning growth, risiko strategi, dan
nilai perusahaan.
Tabel Composite reliability

Berdasarkan Tabel Composite


reliability di atas terlihat
semuavariabel yang memiliki nilai
composite reliability lebih besar
dari 0,70, sehingga disimpulkan
semua variabel tersebut reliabel/
handal.
Evaluasi Model Struktural (Inner
Model)
Model structural (inner model)
dalam PLS dievaluasi dengan
menggunakan R2 untuk konstruk
dependen, dan nilai koefisien path
atau t-value (t-statistics) untuk uji
signifikansi antar konstruk.
Semakin tinggi nilai R2 berarti
semakin baik prediksi dari model
yang diajukan. Skor koefisien path
atau inner model yang ditunjukkan
nilai t- statistics harus di atas 1,96
untuk pengujian hipotesis pada
alpha (tingkat kesalahan penelitian)
sebesar 5% (Jogiyanto dan
Abdillah, 2014: 63).
TabelR-Square
No. Variabel R Square
1 BEP 0.961233 hal tersebut dilakukan dengan melihat
2 Profitabilitas 0.304902 Algorithm Boostrapping Report, berikut
Sumber : Data Sekunder diolahan PLS hasilnya :
2.0,2019
R Square (R2) sering disebut dengan parameter dan nilai signifikansi t-statistik. Pada
koefisien determinasi, adalah mengukur PLS2.0
kebaikan suai (goodness of fit) dari
persamaan regresi; yaitu memberikan
proporsi atau persentase variasi total dalam
variabel terikat yang dijelaskan oleh
variabel bebas. Nilai R2 terletak antara 0 –
1, dan kecocokan model dikatakan lebih
baik kalau R2 semakin mendekati 1. Tabel
R2 di atas memberikan :
a. Nilai 0.304902untuk variabel
Kinerja Profitabilitas (Y) yang
berarti bahwa Pengendalian Biaya,
Pendapatan Operasional, Tarif
Layanandan BEPmampu dijelaskan
Kinerja Profitabilitas (Y) sebesar
30.4% dan sisanya 69.6% tidak
dijelaskan dalam penelitian ini
disisi lainnya.
b. Nilai 0.961233untuk variabel
BEPyang berarti bahwa berarti
bahwa Pengendalian Biaya,
Pendapatan Operasional, Tarif
Layananmampu dijelaskan
BEPsebesar 96.1% dan sisanya 3.9
% tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
Untuk membuktikan hipotesis yaitu
dengan melihat signifikasi pengaruh antar
variable dengan melihat koefisien
Path Coefficient menunjukkan
signifikasi hubungan antar variabel
dalam penelitian. Dengan demikian
memberikan hasil sebagai berikut :
H1: Pengendalian biaya
berpengaruh signifikan terhadap
Break Even Point (BEP)
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel Algorithm Boostrapping,
pengaruh pengendalian
biayaterhadap BEPyang
menunjukkan hasil nilai koefisien
(standardized coefficient) positif
sebesar 0.949841dan t-Statistik
sebesar 98.432592. Oleh sebab,
sig-value (0.949841) dan t-
Statistik>t-tabel (1.96) maka
hipotesis 1diterima, hal ini dapat
dimaknai bahwa hipotesis yang
diajukan berpengaruh signifikan
dengan arah hubunganpositif.
Pengendalian biaya harus
didahului dengan penentuan biaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk
memproduksi satu satuan produk.
Apabila biaya ini telah ditetapkan,
akuntansi biaya selanjutnya
akan bertugas untuk memantau apakah t- Statistik sebesar 3.941846. Oleh sebab, sig-
pengeluaran biaya yang sesungguhnya
sesuai dengan yang seharusnya, dan
menganalisa sebab terjadinya selisih
apabila terdapat perbedaan diantara
keduanya sehingga suatu usaha yang
dikatakan impas dari pengendalian biaya
bisa terjadi jika jumlah pendapatan
(revenue) sama dengan jumlah biaya, atau
apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakanuntuk menutup biaya tetap saja
Penelitian ini menetapakan pengendalian
biaya melalui biaya tetap dan biaya
variable dalam keduanya memiliki dampak
dalam penentuan Break Even Point (BEP),
karena semakin banyak unit yang
dikerjakan oleh klinik atau semakin
banyak aktivitas yang kita lakukan maka
biaya tetap per unit atau per aktivitas akan
semakin kecil jumlahnya sehingga
pengendalian biaya melaui Break Even
Point (BEP) mampu terealisasi
artinya semakin baik tingkat pengendalian
biaya yang dilakukan maka akan memacu
tingkat BEP semakin tinggi menuju
keuntungan.
H2: Tarif layanan berpengaruh
signifikan terhadap Break Even Point
(BEP)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel
Algorithm Boostrapping, pengaruh tarif
layananterhadap BEP yang menunjukan
hasil nilai koefisien (standardized
coefficient) negatif sebesar -0.029256dan
value (-0.029256) dan t-Statistik>t- Pendapatan operasional sangat memiliki
tabel (1.96) maka hipotesis2 pengaruh pada tingkat Break Even Point
diterima, hal ini dapat dimaknai (BEP) artinya apabila pendapata
bahwa hipotesis yang diajukan operasional yang dimiliki rumah sakit
berpengaruh signifikan dengan arah dalam kondisi menjadi piutang maka
hubungan negatif. tingkat Break Even Point (BEP) akan
Rendahnya tarif layanan yang tertahan dalam kondisi tidak baik, fakta
dilakukan oleh perusahaan akan
meningkatkan nilai BEP dalam
kondisi yang tidak baik artinya
harga jual yang rendah akan
memiliki dampakpada
perubahan biaya pada
perusahan untuk ditutupi dengan
biaya lainnya agar tidak terjadi
kerugian yang sangat besar atau
mampu dimaksimalkan. H3: Pendapatan
operasional
berpengaruh signifikan terhadap
Break Even Point (BEP)
Berdasarkan hasil pengujian pada
tabel Algorithm Boostrapping,
pengaruh penda- patan operasional
terhadap BEP yang menunjukan
hasil nilai koefisien (standardized
coefficient) positif sebesar
0.054701dan t-Statistik sebesar
4.088208. Oleh sebab, sig-value
(0.054701) dan t- Statistik>t-tabel
(1.96) maka hipotesis 3 diterima,
hal ini dapat dimaknai bahwa
hipotesis yang diajukan
berpengaruh signifikan dengan arah
hubungan positif.
dilapangan menujukkan proses pemba- mengganggu pelayanan secara umum dan
yaran BPJS adalah selama 3 bulan hal ini khusus.
yang akan berimbas pada Break Even H5: Tarif layanan berpengaruh
Point (BEP) dalam kondisi tertahan pada signifikan terhadap profitabilitas
titik rendah. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel
H4: Pengendalian biaya berpengaruh Algorithm Boostrapping, pengaruh tarif
signifikan terhadap profitabilitas layanan terhadap profitabilitas yang me-
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel nunjukan hasil nilai koefisien
Algorithm Boostrapping, pengaruh peng- (standardized coefficient) negatif sebesar
endalian biayaterhadap profitabilitas yang -0.016467dan t- Statistik sebesar 0.306419.
menunjukan hasil nilai koefisien Oleh sebab, sig- value (-0.029256) dan t-
(standardized coefficient) positif sebesar Statistik<t-tabel (1.96) maka hipotesis 5
0.154700dan t-Statistik sebesar 1.399950. diterima, hal ini dapat dimaknai bahwa
Oleh sebab, sig-value (0.154700) dan t- hipotesis yang diajukan
Statistik<t-tabel (1.96) maka hipotesis 4 berpengaruh tidak signifikan dan dengan
tidak diterima, hal ini dapat dimaknai arah hubungan negatif.
bahwa hipotesis yang diajukan Tarif layanan ini dalam hal ini adalah
berpengaruh tidak signifikan dan didukung terdiri dari beberapa layanan yang sudah
dengan arah hubungan positif. ditetapkan sehingga besar kecilnya tarif
Pengendalian biaya adalah proses sangat ditentukan dari kasus yang dimiliki
pengendalian biaya secara general yang pasien sehingga hal inilah yang menjadi
didalamnya juga terdapat kewajiban pengaruh pada profitabilitas tidak
sehingga dampak pada tingkat profit- signifikan, artinya penelitian ini hanya
abilitas tidak akan terjadi. Pengendalian ini difokuskan pada tarif konsultasi dokter
dilakukan bukan semata mata untuk umum dan gigi sehingga dapat dikatakan
mendapatkan profit namun untuk menjaga tarif layanan ini relatif sangat kecil. Disisi
keberlangsungan hidup kliknik agar tidak lainnya dalam tarif layanan masih terdapat
dalam konsidisi tidak baik. Kondisi ini kewajiban yang harus dibayarkan,
sangatlah berbeda dengan perusahaan sehingga hubungan ini benar adanya tidak
manufaktur, perusahan jasa medis memi- signifikan. H6: Pendapatan operasional
liki tingkat resiko yang sangat besar dalam ber- pengaruh signifikan terhadap
pengedalian biaya agar keberlangsungan profit- abilitas
hidup perusahaan tetap terjaga dan tidak Berdasarkan hasil penggujian pada tabel
Algorithm Boostrapping, pengaruh penda-
patan operasional terhadap
profitabilitas
yang menunjukan hasil nilai koefisien diajukan berpengaruh signifikan dengan
(standardized coefficient) positif sebesar arah hubungan negatif.
0.441790dan t-Statistik sebesar 6.386905. Break Even Point (BEP) merupakan suatu
Oleh sebab, sig-value (0.441790) dan t- analisis yang bertujuan untuk menemukan
Statistik>t-tabel (1.96) maka hipotesis6 titik dalam kurva biaya pendapatan yang
diterima, hal ini dapat dimakanai bahwa menunjukkan biaya sama dengan
hipotesis yang diajukan berpengaruh pendapatan hal ini menujukkan apabila
signifikan dengan arah hubungan positif. tingkat Break Even Point (BEP) memiliki
Pendapatan merupakan arus masuk bruto perbandingan yang tinggi pada biaya tetap
dari manfaat ekonomi yang timbul dari dan biaya varibel maka hal ini akan
aktivitas normal Rumah Sakit selama suatu menyebabkan rendahnya tingkat profita-
periode bila arus masuk itu mengakibatkan bilitas, namun dalam data yang menjadi
kenaikan aktiva bersih, yang tidak berasal dasar dalam penelitian ini tingkat Break
dari kontribusi penanam modal”. Dalam Even Point (BEP) pada setiap klik dalam
hal ini dapat dimaknai bahwa pengelolaan posisi baik lebih tinggi dari pada biaya
pendapatan operasional yang dihasilkan sehingga profitabilitas mampu didapatkan
melalui pendapatan BPJS ataupun non 5. PENUTUP
BPJS sesuai dengan perencanaan maka Kesimpulan
akan sangat berdampak pada profitabilitas Berdasarkan hasil dan pembahasan
karena profitabilitas tidak akan mampu dalam penelitian, maka simpulan dalam
didapatkan apanbila terjadi loss pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
pendapatan operasional. 1. Pengendalian biaya berpengaruh
H7: Break Even Point (BEP) signifikan terhadap Break Even Point
berpengaruh signifikan terhadap (BEP) dengan arah hubungan positif.
profitabilitas 2. Tarif layanan berpengaruh signifikan
Berdasarkan hasil penggujian pada tabel terhadap Break Even Point (BEP)
Algorithm Boostrapping, pengaruh BEP dengan arah hubungan negatif.
terhadap profitabilitas yang menunjukan 3. Pendapatan operasional berpengaruh
hasil nilai koefisien (standardized signifikan Break Even Point (BEP)
coefficient) negatif sebesar -0.923779dan dengan arah hubungan positif.
t- Statistik sebesar 8.641444. Oleh sebab, 4. Pengendalian biaya berpengaruh tidak
sig- value (-0.923779) dan t-Statistik>t- signifikan terhadap profitabilitas dan
tabel (1.96) maka hipotesis 6 diterima, hal didukung dengan arah hubungan positif.
ini dapat dimaknai bahwa hipotesis yang
5. Pengaruh tarif layanan berpengaruh Laba pada Industri Gamelan Mar-
tidak signifikan terhadap profitabilitas golaras Kauman Magetan Periode
2014-2016. Madiun: Universitas
dan didukung dengan arah hubungan PGRI Madiun. Vol. 5 No. 1. 2017.
negatif. Djulaiha Fabanyo, David Paul Elia
6. Pendapatan operasional berpengaruh Saerang, Harijanto Sabijono. 2014.
Analisis Break Even Point Sebagai
signifikan terhadap profitabilitas dengan Alat Perencanaan Laba Pada PDAM
arah hubungan positif. Kabupaten Halmahera Tengah.
Jurnal EMBA, Vol.2 No.2.
7. Break Even Point (BEP) berpengaruh
Fandy, Tjiptono. 2004. Manajemen Jasa,
signifikan terhadap profitabilitas dengan
Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi
arah hubungan negatif. Offset.
Saran Freddy Rangkuti. 2005. Analisis SWOT:
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
1. Bagi Instansi
Jakarta: PT. Gramedia
Karakteristik keuangan klinik memiliki
Hansen dan Mowen. 2006. Akuntansi
perbedaaan dalam pengelolaan pada Manajemen. Buku Kesatu.Jakarta:
keuangan umum sehingga menjadi Salemba Empat.

bagian terpenting dalam kinerjadan Hansen. 2009. Akuntansi Manajemen,


Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
perlu adanya pemahaman lebih lanjut
Horngren, Charles T, dkk. 2016. Pengantar
tentang kepedulian terhadap faktor Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Edisi
internal dan ekternal sehingga mampu 16. Penerbit Erlangga.
menjadi dampak yang terjadi Islahuzzaman. 2012. Istilah-Istilah Akun-
tansi dan Auditing. Jakarta: Bumi
dilapangan dapat segera ditangani. Aksara.
2. Bagi Universitas
J. Fred Weston & Thomas E. Copeland.
Penelitian ini mampu menjadi menjadi 1994. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Erlangga.
referensi tambahan bagi penelitian
Kalam Mollah. 2016. Analisa Break Evan
yang sejenis dimasa yang akan datang.
Point Dan Net Present Value
Berdasarkan Input Tarif Yang
Berlaku Di Klinik Kesehatan Al-
6. DAFTAR PUSTAKA
Jadid Surabaya. Jurnal IPTEK, Vol.
20 No. 2.
A Hitt, Michael et all. 2001. Manajemen
Strategis; Daya Saing dan Kasmir. 2010.Dasar-Dasar Perbankan.
Globalisasi Konsep. Jakarta: Salem- Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
ba Empat.
Kotler dan Armstron. 2001. Prinsip-Prinsip
Arifin, Ali. 2004. Membaca Saham. Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Luh Sari Suariani, Wayan Cipta, Ni Made
Dewi, Dian Ratna Rusmala. Et al. 2017. Suci. 2017. Pengaruh Biaya
Analisis Hubungan Margin Kontri- Operasional Pendapatan Operasional
busi sebagai Alat Bantu Perencanaan
Dan Current Ratio Serta Total Asset No.2/ Agustus 2018 Publisher:
Turnover Terhadap Profitabilitas Management Study Program,
Pada Koperasi Pegawai Negeri Di Faculty of Economics and Business,
Kabupaten Buleleng Jurnal Jurusan Langlangbuana University Bandung.
Manajemen Vol 8, No 2 (2017):
Publisher: Jurnal Jurusan Mana- Rita Eni Purwanti dan Indah Nugraheni.
jemen. 2001. Siklus Akuntansi. Penerbit
Kanisius.
Malombeke, Merry Beatrix. 2013. Analisa
Break-Even-Point Sebagai Dasar Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan
Perencanaan Laba Holland Bakery Perusahaan. Edisi Keempat.
Manado. Jurnal Administrasi Bisnis, Yogyakarta: BPFE.
1 (03), 806-817.
Riyanto, Bambang. 2011. “Dasar – Dasar
Matzh. 1997. Akuntansi Biaya. Jilid Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi
Kedua. Keempat,. Cetakan Ketujuh.
Jakarta : PT Erlangga. Yogyakarta : YBPFE UGM.
Mulyadi. 2010. Manajemen Keuangan. Reisty Mangundap, Harijanto Sabijono,
Jilid 1. Malang: Banyumedia Victoria Tirajoh. 2014. Break Even
Publishing. Point Sebagai Alat Perencanaan
Laba Jangka Pendek Pada Shmily
Muslic. 1997. Ekonomi Manajerial : Alat Cupcakes. Jurnal EMBA, Vol.2
Analisa dan Strategi Bisnis. Edisi No.4.
I.Yogyakarta: Penerbit Ekonisia,
Fakultas Ekonomi UII. Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen
Informasi untuk Pengambilan Kepu-
Prawirosentono, S. 2011. Manajemen tusan Strategis. Erlangga: Jakarta.
Sumber Daya Manusia. Kebijakan
Kinerja Karyawan. Yogyakarta : Seli Novitasari, Aini, Nur. 2017. Pengaruh
BPFE Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Bagi Hasil, Non Performing
Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Financing, Financing To Deposit
Tentang Standar Tarif Pelayanan Ratio, Capital Adequacy Ratio,
Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Beban Operasional Pendapatan
Tingkat Pertama Dan Fasilitas Operasional Terhadap Profitabilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Bank Umum Syariah Periode 2012 -
Penyelenggaraan Program Jaminan 2016. Students Journal of
Kesehatan. Accounting and Banking Vol 6, No 2
(2017): Vol.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik 6 No. 2 Edisi
Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Oktober2017Publisher: Students
Tentang Standar Tarif Pelayanan Journal of Accounting and Banking
Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan. Siregar, Baldric, Suripto, Bambang, dkk,
2013. “Akuntansi Biaya”. Edisi
Rahmawati, Dian, Sadikim, Taufik. 2018. kedua, Bab 2,7,9-11. Jakarta:
Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Salemba Empat.
Dan Efisiensi Pengendalian Biaya
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sorongan, Srivo Nindy, Grace B Nangoi.
Telekomunikasi Di Bursa Efek 2014. Analisis Titik Impas Sebagai
Indonesia Periode Tahun 2011-2015 Dasar Perencanaan Laba Jangka
Almana : Jurnal Manajemen dan Pendek Produk Kacang Olahan Pada
Bisnis Vol 2 No 2 (2018): Vol. 2 Industri Kecil Menengah di
Kawangkoan.Jurnal EMBA 1647
Vol. 02 No. 2 Juni 2014.
Sulastomo. 2005. Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) Penyelenggara
Jaminan Kesehatan. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia (IDI).
Supriyono. 1987. Akuntansi Biaya:
Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok Produk. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE Universitas
Gajah Mada.
Supriyono, R.A dan Mulyadi. 2001.
Akuntansi Manajemen 2 Struktur
Pengendalian Manajemen. Yog-
yakarta: BPFE- YOGYAKARTA.
Swastha, Basu. 2007. Manajemen
Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Liberty Offset.
Syamsuddin. (2009). Manajemen Keu-
angan Perusahaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang No. 24 tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jamin-
an Sosial.
Wiagustini, Ni luh Putu. 2010. Dasar-
Dasar Manajemen Keuangan.
Denpasar: Udayana University Press.
Zulian, Yamin. 2013. Manajemen Produksi
Dan Operasi. Edisi Per-tama.
Yogyakarta.
Zulfahri, Budi. 2017.Pengaruh Antara
Rasio Kecukupan Modal (CAR),
Loan To Deposit Ratio (LDR), dan
Rasio Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap
Kinerja Profitabilitas Industri
PerbankanJurnal Manajemen dan
Keuangan Vol 6 No 2 (2017):
JURNAL MANAJEMEN dan
KEUANGAN. Publisher: Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Samudra.
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN


MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI KLINIK
KABUPATEN JEMBER
Said Mardijanto, Emi Ellya Astutik, dan M. Elyas Arif Budiman

STIKES dr.Soebandi, Jember


Email korespondensi: elyasarif92@gmail.com

ABSTRACT

Satisfaction with the accepted model between expectations (the standard of performance that should
be) with the actual performance received by the customer, the value satisfaction felt by patients after
getting health services. The quality of nursing services is the most important thing in health service
agencies, to achieve the expectations and needs of customers (patients). Good quality nursing service
will increase customer (patient) satisfaction. This study aims to see the relationship between patient
satisfaction and quality of nursing services in clinics in Jember Regency. This type of research used in
this study with a cross sectional approach. The research sample used quota sampling of 33
respondents. Chi-Square statistical test with a significance level of p <0.05. The results showed that
patient satisfaction with satisfied criteria and the quality of nursing services with good criteria. Chi-
Square test resulted in a value of p = 0.020 and a contingency coefficient of 0.374. These results
indicate that there is a weak relationship between Inpatient Satisfaction and Quality of Nursing
Services in Clinics in Jember Regency. It is expected from this research that the clinic will improve
the quality of nursing services to provide patient satisfaction.

Keywords: patient satisfaction, quality of nursing services

ABSTRAK

Kepuasan merupakan model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan
kinerja aktual yang diterima pelanggan, kepuasan nilai subjektif yang dirasakan pasien setelah
mendapatkan pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan keperawatan merupakan hal terpenting dalam
instansi jasa pelayanan kesehatan, untuk mencapai harapan dan kebutuhan pelanggan (pasien). Mutu
pelayanan keperawatan yang baik akan meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan pasien dengan mutu pelayanan keperawatan di klinik
di Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini menggunakan quota sampling sebanyak 33
responden. Uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kepuasan pasien dengan kriteria puas dan mutu pelayanan keperawatan dengan kriteria baik.
Uji Chi-Square dihasilkan nilai p = 0,020 dan koefisien kontingensi 0,374. Hasil ini menunjukan
terdapat hubungan yang lemah Kepuasan Pasien Rawat Inap dengan Mutu Pelayanan Keperawatan di
klinik di kabupaten Jember. Diharapkan dari penelitian ini agar pihak klinik meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan untuk memberikan kepuasan pasien.

Kata kunci: kepuasan pasien, mutu pelayanan keperawatan

73
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020

PENDAHULUAN dan rumah sakit adalah pelayanan


keperawatan. Keperawatan sebagai perangkat
Kepuasan adalah model kesenjangan penting dalam pelayanan kesehatan
antara harapan (standar kinerja yang mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
seharusnya) dengan kinerja aktual yang semua tindakan keperawatan dengan
diterima pelanggan. Woodruff and Gardial memberikan pelayanan sesuai standar asuhan
dalam Supriyanto (2007). Kepuasan keperawatan secara profesional. Perawat
merupakan perasaan senang yang dirasakan adalah seseorang yang memberikan asuhan
oleh seseorang atas pelayanan atau produk keperawatan pada pasien selama pasien
yang diharapkan. Kepuasan menentukan tersebut dirawat. Perawat, sebagai pemberi
keberhasilan pelayanan kesehatan. layanan asuhan keperawatan mulai pada
Parasuraman (2001) dalam Nursalam tingkat rumah tangga, puskesmas, klinik
(2016) mengatakan konsep kualitas layanan maupun tingkat rumah sakit, mempunyai peran
yang berkaitan dengan kepuasan ditentukan yang sangat vital. Peran perawat sangat
oleh lima unsur yang bisa dikenal dengan penting karena selalu berinteraksi,
istilah kualitas layanan “RATER” berhubungan selam 24 jam dengan pasien dan
(responsiveness, assurance, tangible, empathy mengetahui kondisi pasien selama dirawat.
dan reliability). Konsep kualitas RATER Mutu pelayanan berpengaruh terhadap
intinya adalah membentuk sikap dan perilaku kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan,
dari pengembangan pelayanan untuk karena pelayanan keperawatan menjadi
memberikan pelayanan yang kuat dan penentu berkualitas tidaknya pelayanan
mendasar, agar mendapat penilaian sesuai kesehatan.
dengan kualitas layanan yang diterima. Hasil studi pendahuluan pada pasien
Nursalam (2016) menyebutkan ada 12 faktor rawat inap di Klinik X di Kabupaten Jember
yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu tanggal 28 Februari 2017 melalui wawancara
kualitas produk atau jasa, harga, emosional, 5 pasien rawat inap mengeluhkan belum puas
kinerja, estetika, karakteristik produk, terhadap pelayanan yang ada di klinik
pelayanan, lokasi, fasilitasi, komunikasi, tersebut. Sebanyak 40% dari 100% pasien
suasana dan desain visual. Faktor yang mengeluh bahwa perawat kurang tanggap
mempengaruhi kepuasan pasien menurut atas keluhan pasien, 20% dari 100% pasien
Suriyanto dan Ratna (2007) adalah product mengeluh kurangnya komunikasi perawat
quality, service quality, emotional factor, pada pasien, 20% dari 100% pasien mengeluh
price dan cost of aquaring. pelayanan perawat yang kurang teliti dalam
Mutu pelayanan adalah derajat melaksanakan tindakan keperawatan, dan
memberikan pelayanan secara efisien dan sebanyak 40% dari 100% pasien mengeluh
efektif sesuai dengan standar profesi, standar perawat tidak memperkenalkan diri pada
pelayanan yang dilaksanakan secara pasien. Data jumlah pasien yang dirawat inap
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien pada klinik di Kabupaten Jember setiap bulan
(Nursalam, 2016). Pelayanan adalah pelayanan mengalami naik turun jumlah pasien yang
kesehatan yang terdapat di klinik. Pelayanan dirawat inap dengan jumah pasien pada bulan
kesehatan bertujuan untuk mengatasi masalah Oktober 100 pasien, November 102 pasien,
kesehatan seseorang. Pasien dapat memberikan Desember 94 pasien, Januari 128 pasien,
penilaian pelayanan kesehatan yang ada. Februari 80 pasien dan bulan April jumlah
Pelayanan yang sesuai harapan pasien akan pasien sebanyak 84 pasien. Data jumlah
menimbulkan kepuasan pasien, tetapi yang pasien rawat inap juga dapat menggambarkan
terjadi sebaliknya pasien akan kehilangan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
kepercayaan untuk mendapatkan jasa diterima.
pelayanan kesehatan, sehingga mengurangi Klinik X di Kabupaten Jember
jumlah kunjungan pasien dan akan mengalami mengalami penurunan dan peningkatan jumlah
penurunan jumlah keuntungan yang di pasien merupakan salah satu indikasi dari
dapatkan di klinik. Pelayanan kesehatan ketidakpuasan pasien pada pelayanan klinik
merupakan bentuk jasa yang sediakan oleh walaupun tidak signifikan dalam membuktikan
puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Salah satu kepuasan atau ketidakpuasan pasien. Klinik X
bentuk layanan kesehatan di puskesmas, di Kabupaten Jember memiliki kebijakan
klinik,

74
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

mutu dalam memberikan pelayanan prima meningkat termasuk kemampuan untuk


yang berfokus pada kepuasan pelanggan, meningkatkan kepuasan pelanggannya.
keluarga dan karyawan. Kebijakan tersebut
dilaksanakan dengan cara meningkatkan Kepuasan Pelanggan (Pasien)
kompetensi karyawan, memberikan pelayanan Pasien adalah makhluk Bio-Psiko-
yang ramah, cepat, tepat dan akurat, Sosial-Ekonomi-Budaya, artinya dia
memberikan kemudahan informasi pelayanan memerlukan terpenuhinya kebutuhan,
kepada pelanggan, menerapkan sistem keinginan, dan harapan dari aspek biologis
manajemen mutu secara efektif dan (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan),
konsisten. aspek sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan
Perawat dalam pelayanan kesehatan di dan afiliasi sosial), dan aspek budaya. Siapa
bidang jasa yang ada klinik terhadap kepuasan pun yang mengetahui secara khusus
atau ketidakpuasan pasien atas mutu pelayanan kebutuhan, keinginan ataupun harapan
keperawatan. Untuk mengukur kepuasan pelanggan atau pasien, maka dialah yang
pelayanan kesehatan penulis membuat mempunyai keuntungan berhubungan dengan
kuesioner yang dibagikan langsung kepada pelanggan.
pasien yang ada di klinik. Ruang lingkup Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa
penelitian ini hanya di klinik, akan tetapi yang menjadi kebutuhan, keinginan harapan
sangat mempunyai potensi yang positif pelanggan dapat dipenuhi, maka pelanggan
meliputi potensi dari tenaga medis yang akan puas. Kepuasan pelanggan adalah
profesional, manajemen yang baik, dan perasaan senang atau puas bahwa produk atau
kualitas pelayanan yang bermutu sehingga jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi
para pasien yang melakukan kunjungan ke harapan pelanggan. Kepuasan pasien adalah
klinik mendapatkan kepuasan dalam pelayanan karena kepuasan pasien merupakan salah
kesehatan dan meningkatkan angka kunjungan indikator kualitas pelayanan yang kita berikan
pasien. dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk
mendapatkan pasien lebih banyak lagi dan
TINJAUAN LITERATUR untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).
Pasien yang loyal akan menggunakan kembali
KEPUASAN pelayanan kesehatan yang sama bila mereka
Definisi kepuasan membutuhkan lagi. Bahkan diketahui bahwa
Kepuasan adalah model kesenjangan pasien loyal akan mengajak orang lain untuk
antara harapan (standar kinerja yang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
seharusnya) dengan kinerja aktual yang yang sama.
diterima pelanggan Woodruff and Gardial Pasien yang loyal adalah sarana promosi
dalam Nursalam (2016). Menurut Sabarguna yang murah memiliki pasien loyal akan
(2008), kepuasan pasien merupakan nilai meningkatkan daya jual institusi pelayanan
subjektif terhadap kualitas pelayanan yang kesehatan demikian, juga kemampuannya
diberikan. Menurut Nursalam (2015), untuk berlaba (profitabilitas meningkat).
kepuasan pasien berhubungan dengan mutu Dengan demikian subsidi saling untuk
pelayanan rumah sakit. Dengan mengetahui meningkatkan kualitas pelayanan maupun
tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah imbalan yang diberikan pada seluruh SDM di
sakit dapat melakukan peningkatan mutu institusi pelayanan kesehatan tersebut juga
pelayanan. Pasien yang loyal adalah “sarana akan dapat lebih meningkatkan, kesejahteraan
promosi” yang murah. Memiliki pasien loyal meningkat, gairah kerja tenaga kesehatan
akan meningkatkan daya jual institusi semakin meningkat termasuk kemauan untuk
pelayanan kesehatan demikian juga meningkatkan kepuasan pelanggan. Kinerja
kemampuannya untuk berlaba dengan akan semakin meningkat dimana pelayanan
demikian subsidi silang untuk meningkatkan kepada pasien menjadi semakin baik,
kualitas pelayanan maupun imbalan yang akibatnya pasien akan menjadi semakin puas
diberikan pada seluruh SDM institusi dan bila pasien tersebut membutuhkan
pelayanan kesehatan tersebut juga akan dapat pelayanan kesehatan lagi dia kan
lebih meningkat kesejahteraannya. Gairah menggunakan kembali pelayanan yang sama.
tenaga kerja kesehatan semakin

75
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020

Pelanggan loyal tidak sensitif terhadap kebersihan, keramahan, dan kelengkapan


tarif. Dalam jangka panjang pelanggan loyal peralatan rumah sakit.
akhirnya akan memberikan profitabilitas
rumah sakit. Oleh karena itu kepuasan e. Estetika
merupakan aset berharga. Namun, dalam Estetika merupakan daya tarik rumah
upaya memuaskan pelanggan, juga harus tetap sakit yang dapat ditangkap oleh
memperhatikan ukuran aspek yang lain, pancaindra. Contohnya adalah keramahan
sehingga tidak terjadi over investment (biaya perawatan dan kelengkapan peralatan
upaya memuaskan pelanggan lebih besar dari rumah sakit.
pendapatan). Figur yang menunjukkan
hubungan antara kepuasan pelanggan internal f. Karakteristik produk
dan eksternal (Nursalam, 2016). Produk ini merupakan kepemilikan yang
bersifat fisik antara lain gedung dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dekorasi. Karakteristik produk meliputi
Kepuasan penampilan bangunan, kebersihan dan
Menurut Nursalam (2016), ada beberapa tipe kelas kamar yang disediakan berserta
faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien kelengkapannya.
sebagai berikut:
a. Kualitas produk atau jasa g. Pelayanan
Pasien akan merasa puas bila hasil Pelayanan keramahan petugas rumah
evaluasi mereka menunujukan bahwa sakit, kecepatan dalam pelayanan.
produk atau jasa yang digunakan Institusi pelayanan kesehatan dianggap
berkualitas. baik apabila dalam memberikan
pelayanan lebih memperhatikan
b. Harga kebutuhan pasien. Kepuasan muncul dari
Harga yang termasuk di dalamnya adalah kesan pertama masuk pasien terhadap
harga produk atau jasa. Harga merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan.
aspek penting, namun yang terpenting Misalnya: pelayanan yang cepat, tanggap,
dalam penentuan kualitas guna mencapai dan keramahan dalam memberikan
kepuasan pasien, meskipun demikian pelayanan keperawatan.
elemen ini mempengaruhi pasien dari segi
biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin h. Lokasi
mahal harga perawatan maka pasien Lokasi meliputi letak kamar dan
mempunyai harapan yang lebih besar. lingkungannya dan merupakan salah satu
aspek yang menentukan pertimbangan
c. Emosional dalam memilih institusi pelayanan
Pasien yang merasa bangga dan yakin kesehatan. Umumnya, semakin dekat
bahwa orang lain kagum terhadap lokasi dengan pusat perkotaan atau yang
konsumen bila dalam hal ini pasien mudah dijangkau, mudahnya transportasi
memilih institusi pelayanan kesehatan dan lingkungan yang baik akan semakin
yang sudah mempunyai pandangan menjadi pilihan bagi pasien.
cenderung memiliki tingkat kepuasan
yang lebih tinggi. i. Fasilitas
Kelengkapan fasilitas turut menentukan
d. Kinerja penilaian kepuasan pasien, misalnya:
Wujud dari kinerja ini misalnya: fasilitas kesehatan baik sarana dan
kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu
bagaimana perawat dalam memberikan yang nyaman dan ruang kamar rawat
jasa pengobatan terutama keperawatan inap. Walaupun hak ini tidak vital
pada waktu penyembuhan yang relatif menentukan penilaian kepuasan pasien,
cepat, kemudahan dalam memenuhi namun institusi pelayanan kesehatan perlu
kebutuhan pasien dan kenyamanan yang memberikan perhatian pada fasilitas
diberikan yaitu dengan memperhatikan dalam penyusunan strategi untuk menarik
konsumen.
j. Komunikasi

76
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

Komunikasi yaitu tata cara informasi (skor=jumlah n pengukuran dikatakan


yang diberikan pihak penyedia jasa dan skala).
keluhan-keluhan dari pasien. Keluhan-
keluhan dari pasien dengan cepat diterima c. Emotional Factor
oleh penyedia jasa dalam memberikan Keyakinan dan rasa bangga terhadap
bantuan terhadap keluhan pasien. produk, jasa yang digunakan dibandingkan
pesaing. Emotional factor diukur dari
k. Suasana perceived best score artinya persepsi
Suasana meliputi keamanan dan kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya
keakraban. Suasana yang tenang, nyaman,
sejuk dan indah akan sangat d. Price
mempengaruhi kepuasan pasien dalam Harga dari produk jasa yang di ukur dari
proses penyembuhannya. Selain itu, tidak value (nilai) manfaat dibandingkan dengan
hanya bagi pasien saja yang menikmati biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga
itu akan tetapi orang lain yang berkunjung adalah harga pelayanan medis (medical
akan sangat senang dan memberikan care) yang harus dibayar konsumen.
pendapat yang positif sehingga akan
terkesan bagi pengunjung institusi e. Cost of Acquiring
pelayanan kesehatan tersebut. Biaya yang di keluarkan untuk
mendapatkan produk atau jasa.
l. Desain visual
Desain visual meliputi dekorasi ruangan, Mutu Pelayanan Keperawatan
bangunan, dan desain jalan yang tidak Definisi Mutu Pelayanan
rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut Peningkatan mutu pelayanan adalah
menentukan suatu kenyamanan. derajat memberikan pelayanan secara efisien
dan efektif sesuai dengan standar profesi,
Indeks Kepuasan standar pelayanan yang dilaksanakan secara
Ada beberapa faktor yang berpengaruh menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
pada kepuasan konsumen yang secara garis memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
besar dikategorikan dalam 5 kategori yaitu penelitian dalam pengembangan pelayanan
Product Quality, Service Quality, Price kesehatan/keperawatan sehingga tercapai
Emotional Factor, dan Cost of Acquiring derajat kesehatan yang optimal. Menurut
(Supriyanto dan Ratna, 2007). Muninjaya (2014), kualitas pelayanan
a. Product Quality kesehatan sangat ditentukan oleh kebutuhan
Kualitas produk adalah tentang bagaimana atau ekspektasi pengguna yang sudah
konsumen akan merasa puas atas produk terpenuhi dan diterima tepat waktu.
barang dan jasa yang digunakan. Beberapa Peningkatan kualitas pelayanan adalah
dimensi yang membentuk kualitas produk salah satu isu yang sangat krusial dalam
barang adalah performance, reliability, manajemen, baik dalam sektor pemerintah
conformance, durability, feature, dan lain- maupun sektor swasta. Hal ini terjadi karena di
lain. satu sisi tuntutan masyarakat terhadap
perbaikan kualitas pelayanan dari tahun ke
b. Service Quality tahun menjadi semakin besar, sedangkan disisi
Kualitas layanan adalah tentang bagaimana lain, praktik penyelenggaraan pelayanan tidak
konsumen akan puas dengan jasa yang telah mengalami perbaikan yang berani (Elisabeth
dikonsumsinya. Dimensi service quality dan Endang, 2015).
yang lebih dikenal dengan servqual
meliputi Pengukuran Mutu Pelayanan
5 dimensi yaitu tangible, reliability, Menurut Donabedian, mutu pelayanan
assurance, empathy, responsiveness. Skala dapat diukur dengan menggunakan tiga
nilai ditanyakan dengan skala 1-4. Skala 1 variabel, yaitu: input adalah segala sumber
adalah tidak puas dan skala 4 adalah puas. daya yang diperlukan untuk melaksanakan
Nilai rerata skala adalah nilai skor kegiatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas,
teknologi,

77
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020

organisasi dan informasi. Proses adalah apa pun perilaku individu tersebut. Perawat
interaksi profesional antara pemberi pelayanan menunjukkan sikap tegas dan jelas, tetapi
dengan konsumen (pasien dan masyarakat). tanpa amarah atau menghakimi, sehingga
Setiap tindakan medis/keperawatan harus perawat membuat pasien merasa utuh. Perawat
selalu mempertimbangkan nilai yang dianut tidak kecewa atau tidak merespon negatif
pada diri pasien. Setiap tindakan korektif terhadap amarah yang melupakan, atau
dibuat meminimalkan risiko terulangnya perilaku buruk pasien menunjukkan
keluhan atau ketidakpuasan pada pasien. penerimaan terhadap pasien.
Program keselamatan pasien bertujuan untuk c. Aspek Komunikasi
meningkatkan keselamatan pasien dan Aspek komunikasi merupakan sikap perawat
meningkatkan mutu pelayanan. Interaksi yang harus mampu melakukan komunikasi
profesional selalu memperhatikan asas etika sebaik mungkin dengan pasien, dan keluarga
terhadap pasien. Output/outcome adalah hasil pasien. Interaksi antara perawat dengan pasien
pelayanan kesehatan atau pelayanan atau interaksi antara perawat dengan keluarga
keperawatan, yaitu berupa perubahan yang pasien akan terjalin melalui komunikasi yang
terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari baik. Perawat menggunakan komunikasi dari
konsumen. Tanpa mengukur kinerja rumah awal penerimaan pasien untuk menyatu
sakit/keperawatan tidak dapat diketahui dengan pasien dan keluarga pasien.
apakah input dan proses yang baik telah Komunikasi digunakan untuk menentukan apa
menghasilkan luaran yang baik. yang pasien inginkan berkaitan dengan cara
melakukan tindakan keperawatan. Perawat
Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan juga melakukan komunikasi dengan pasien
Beberapa aspek yang dapat menjadi pada akhir pelayanan keperawatan untuk
indikator penerapan sebuah layanan menilai kemajuan dan hasil akhir pelayanan
keperawatan pada pasien menurut Marini keperawatan yang telah diberikan.
(2010) adalah:
a. Aspek Perhatian d. Aspek Kerjasama
Aspek perhatian merupakan sikap Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus
seorang perawat dalam memberikan pelayanan mampu melakukan kerjasama yang baik
keperawatan harus sabar, bersedia memberikan dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat
pertolongan kepada pasien, perawat harus peka harus mampu mengupayakan agar pasien
terhadap setiap perubahan pasien dan keluhan mampu bersikap kooperatif. Perawat bekerja
pasien, memahami dan mengerti terhadap sama secara kolaborasi dengan pasien dan
kecemasan dan ketakutan pasien. Perawat keluarga dalam menganalisis situasi yang
memperlakukan pasien dengan baik dan tulus kemudian bersama-sama mengenali,
dalam pemenuhan kebutuhannya. Perhatian memperjelas, dan menentukan masalah yang
yang tulus seorang perawat pada pasien harus ada. Setelah masalah telah diketahui,
selalu dipertahankan, seperti bersikap jujur dan keputusan bersama diambil untuk menentukan
terbuka serta menunjukkan perilaku yang jenis bantuan apa yang dibutuhkan oleh pasien.
sesuai. Perawat juga bekerja sama secara kolaborasi
dengan ahli kesehatan lain sesuai kebutuhan
b. Aspek Penerimaan pasien.
Aspek penerimaan merupakan sikap perawat
yang selalu ramah dan ceria saat bersama e. Aspek Tanggung Jawab
pasien, selalu tersenyum dan menyapa semua Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur,
pasien. Perawat harus menunjukkan rasa tekun dalam tugas, mampu mencurahkan
penerimaan yang baik terhadap pasien dan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
keluarga pasien, menerima pasien tanpa konsisten, serta tepat dalam memberikan
membedakan agama, status sosial, ekonomi pelayanan keperawatan. Perawat mempunyai
dan budaya, golongan dan pangkat, serta suku tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
sehingga perawat menerima pasien sebagai keperawatan pada pasien selama 24 jam sehari,
pribadi yang utuh. Penerimaan ialah sikap dari penerimaan sampai pemulangan pasien.
yang tidak menghakimi individu, Perawat harus tahu bagaimana menjaga
bagaimanapun dan

78
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

keselamatan pasien, jalin, dan pertahankan digunakan adalah uji Chi-Square, Uji Chi-
hubungan saling percaya yang baik dengan Square adalah salah satu uji statistik
pasien, pertahankan agar pasien dan keluarga nonparametrik (distribusi dimana besaran-
tetap mengetahui tentang diagnosis dan besaran populasi tidak diketahui) yang
rencana tindakan, pencatatan semua tindakan digunakan dalam penelitian yang
harus dilakukan dengan akurat untuk menggunakan dua variabel nilai. Apabila α <
melindungi kesejahteraan pasien. 0,05, maka (H0) diterima yang bermakna ada
hubungan kepuasan pasien rawat inap dengan
mutu pelayanan keperawatan di klinik rawat
METODA inap di Kabupaten Jember.

Penelitian ini menggunakan jenis HASIL PENELITIAN


penelitian korelasional dengan pendekatan
cross-sectional. Pada penelitian ini, populasi Kepuasan Pasien
yang akan diambil adalah semua pasien rawat Kepuasan adalah model kesenjangan
inap pada bulan April dengan estimasi pada antara harapan (standar kinerja yang
bulan 84 pasien diruang rawat inap kelas II di seharusnya) dengan kinerja aktual yang
Klinik di Kabupaten Jember. Teknik diterima pelanggan (Woodruff and Gardial
pengambilan sampel yang digunakan oleh dalam Nursalam (2016)). Kepuasan
peneliti yaitu menggunakan teknik Quota merupakan perasaan yang dirasakan oleh
Sampling. Alat ukur yang digunakan dalam pasien yang telah mendapatkan pelayanan
penelitian ini adalah kuesioner kepuasan dan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan
kuesioner mutu pelayanan. Pada jenis terdiri dari dokter, perawat, bidan dan
pengukuran ini, peneliti mengumpulkan data apoteker. Perawat pemberi pelayanan asuhan
secara formal kepada subjek untuk menjawab keperawatan selama pasien dirawat inap.
pertanyaan secara tertulis. Uji statistik yang Frekuensi kepuasan pasien dapat dilihat pada
Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Bulan April-Mei 2017


Kepuasan pasien Skoring Persentase (%)
Tidak puas 604 36.6%
Puas 1353 54.6%
Sangat puas 288 8.72%
Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 1, pasien yang tidak dengan standar profesi yang telah ditetapkan,
puas terhadap pelayanan keperawatan dengan standar pelayanan dilaksanakan secara
memiliki skoring 604 (36.6%), yang puas menyeluruh sehingga menimbulkan pelayanan
terhadap pelayanan dengan skoring 1353 yang optimal bagi pasien. Pasien yang
(54.6%), dan yang sangat puas dengan skoring menerima pelayanan keperawatan tidak akan
288 (8.72%). kecewa jika pelayanan keperawatan
dilaksanakan sesuai standar yang ada.
Mutu Pelayanan Keperawatan Frekuensi kepuasan pasien dapat dilihat pada
Mutu pelayanan adalah pelayanan Tabel 2 sebagai berikut:
kesehatan yang efisien dan efektif sesuai

Tabel 2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Mutu Pelayanan Keperawatan Bulan April-Mei 2017
Mutu Pelayanan Skoring Persentase (%)
Tidak baik 290 21.96%
Baik 1047 52.87%
Sangat baik 264 10.1%
Sumber: Data diolah

79
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan dengan skoring 1047


pasien yang mengatakan tidak baik atas (52.87%), dan pasien yang mengatakan sangat
pelayanan keperawatan dengan skoring 290 baik atas pelayanan keperawatan dengan
(21.96%), pasien yang mengatakan baik skoring 264 (10.1%).

Hubungan Kepuasan Pasien dengan Mutu Pelayanan Keperawatan

Tabel 3. Tabulasi Silang Hubungan Kepuasan Pasien dengan Mutu Pelayanan Bulan April-Mei 2017
Kepuasan
Mutu Tidak Puas Persentase Puas Persentase Total
Tidak baik 0 0 9 27,3% 9 27,3%
Baik 10 30,3% 14 42,4% 24 72,7%
Total 10 30,3% 23 69,7% 33 100,0%
Sumber: Data diolah

Tabel 3 menunjukkan bahwa kepuasan dan 42,4% dengan mutu yang baik, dan
pasien sebanyak 9 pasien 27,3% tetapi mutu responden tidak puas 10 pasien 30,3% tetapi
tidak baik, responden puas sebanyak 14 pasien mutu baik.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hubungan Kepuasan Pasien dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Bulan
April-Mei 2017
Chi Square Tests Hasil
p-value 0.020
Koefisien Kontigensi 0.374
N 33

Tabel 4 menunjukkan uji hasil statistik Inap Klinik Nurus Syifa, Kecamatan
ada hubungan antara kepuasan pasien dengan Bangalsari, Kabupaten Jember Bulan (p-
mutu pelayanan keperawatan di Ruang Rawat value=0.020, α=0,05, cc=0.374).

PEMBAHASAN dikarenakan tuntutan atau harapan responden


yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan
Mengidentifikasi Kepuasan Pasien pasien tidak puas sesuai dengan pendapat
Tabel 1 menunjukkan bahwa ada Woodruff and Gardial dalam Nursalam (2016).
responden yang menilai kepuasan pasien Kepuasan merupakan model kesenjangan
dalam kategori pasien yang tidak puas antara harapan (standar kinerja yang
terhadap pelayanan keperawatan dengan seharusnya) dengan kinerja aktual yang
skoring 604 (36.6%), yang puas terhadap diterima pelanggan.
pelayanan dengan skoring 1353 (54.6%), dan Hasil penelitian di dapatkan responden
yang sangat puas dengan skoring 288 (8.72%). yang mengatakan puas terhadap pelayanan
Menurut peneliti, indikator yang menyebabkan keperawatan yang telah diterimanya dapat
pasien tidak puas terhadap pelayanan dilihat dari aspek keandalan, jaminan, dan
keperawatan yaitu aspek kenyataan dan empati. Menurut peneliti, perawat andal dalam
tanggung jawab, pada aspek kenyataan mengenali masalah atau keluhan yang
perawat masih kurang memberikan infomasi, dirasakan pasien, perawat terampil dalam
perawat masih kurang memperhatikan ruangan melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
rawat inap pasien, dan pada aspek tanggung dan perawat mudah ditemui bila pasien
jawab perawat tidak membantu dalam membutuhkan, sehingga menyebabkan pasien
memperoleh obat, perawat tidak menyediakan puas terhadap pelayanan keperawatan yang
waktu khusus untuk membantu contohnya, ada di Klinik X. Menurut Kottler dalam
berjalan dan ganti posisi. Penyebab lainnya Asmuji (2014), tingkat kepuasan adalah
adalah bahwa terdapatnya responden yang perasaan senang atau kecewa seseorang yang
tidak puas terhadap pelayanan keperawatan muncul setelah membandingkan antara
yang sudah baik dapat persepsi atau

80
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

kesannya terhadap kinerja/hasil suatu produk kerjasama, dan aspek tanggung jawab. Perawat
dan harapan-harapannya. Kepuasan seseorang di Klinik X sabar dalam melakukan tindakan,
pembeli (konsumen) setelah melakukan perawat tanggap atas keluhan pasien, tepat
pembelian tergantung pada kesesuaian antara melakukan tindakan asuhan keperawatan dan
prestasi dari produk yang dibeli dengan perawat mudah dihubungi saat dibutuhkan
harapan dari pembeli tersebut. Pelanggan akan oleh pasien. Pasien yang mengatakan tidak
merasa puas jika pelayanan yang diterima baik atas pelayanan keperawatan dapat dilihat
minimal sama atau lebih dari yang diharapkan. dari aspek penerimaan dan komunikasi. Mutu
Dalam hal ini, pembeli adalah pasien di Klinik pelayanan keperawatan yang baik akan
X dan produk berupa jasa pelayanan menimbulkan kepuasan yang baik pula. Sesuai
keperawatan. dengan pendapat Muninjaya (2014), kualitas
Menurut Parasuraman (2001) dalam pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh
Nursalam (2016), dimensi kepuasan pasien kebutuhan atau ekspektasi pengguna yang
dapat dilihat dari 5 aspek yaitu, reliability sudah terpenuhi dan diterima tepat waktu.
(kehandalan), assurance (jaminan), tangibles Menurut Nursalam (2016), mutu pelayanan
(kenyataan), empathy (empati) dan yang baik jika pelayanan keperawatan
responsiveness (tanggung jawab), jika 5 dilakukan dengan cara efisien dan efektif
dimensi tersebut dapat terpenuhi maka sesuai dengan standar profesi, standar
kepuasan pasien akan meningkat. Pertama, pelayanan yang dilaksanakan secara
reability (kehandalan) pasien di Klinik X menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
dalam ketegori puas poin yang menyebabkan memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
pasien puas yaitu perawat mampu mengenali penelitian dalam pengembangan pelayanan
masalah pasien, perawat tepat waktu sampai di kesehatan/keperawatan sehingga tercapai
ruangan bila pasien membutuhkan, dan derajat kesehatan yang optimal mengatakan.
perawat tentang yang dilarang dan tidak Hal ini sejalan dengan penelitian Sunarsih
dilarang selama pasien dirawat. Kuesioner (2014) yang mengatakan bahwa ada hubungan
kedua assurance (jaminan) pasien di Klinik X positif antara kualitas pelayanan dengan
kategori puas dikarenakan perawat perhatian kepuasan pasien.
terhadap keluhan pasien, perawat selalu Persepsi mutu pelayanan keperawatan
memberikan salam dan senyum, perawat ialah pelayanan yang diberikan oleh perawat
terampil dalam melaksanakan tindakan terhadap pasien. Pelayanan keperawatan
keperawatan dan perawat jujur tentang kondisi dilakukan secara profesional dan holistik
pasien. empathy (empati) responden di Klinik kepada pasien yang membutuhkan perawatan
X dalam kategori puas yang menyebabkan yang intensif, jika pelayanan secara
pasien puas yaitu perawat mudah ditemui bila profesional dan holistik, maka mutu pelayanan
dibutuhkan, perawat memberikan dukungan akan baik. Mutu pelayanan di Klinik X dalam
moril, perawat sering memeriksa keadaan kategori baik. Faktor-faktor yang
pasien dan perawat memberikan informasi mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan
tentang tindakan keprawatan. reliability yaitu, aspek penerimaan, aspek perhatian,
(kehandalan), assurance (jaminan) dan aspek komunikasi, aspek kerja sama dan aspek
empathy (empati) 3 aspek yang menunjukan tanggung jawab yang akan diberikan oleh
pasien puas terhadap pelayanan. perawat (Marini, 2010). Aspek perhatian
pasien di Klinik X dalam kategori baik mutu
Mutu Pelayanan Keperawatan pelayanan keperawatan, perawat yang ada
Tabel 2 menunjukan responden yang sabar dalam melakukan tindakan asuhan
berpendapat tidak baik atas pelayanan keperawatan, perawat tanggap atas keluhan
keperawatan dengan skoring 290 (21.96%), pasien, dan perawat memperlakukan pasien
pasien yang mengatakan baik pelayanan dengan baik. Pertanyaan kedua tentang aspek
keperawatan dengan skoring 1047 (52.87%) penerimaan pasien yang mengatakan tidak
dan pasien yang mengatakan sangat baik atas baik terhadap mutu pelayanan keperawatan
pelayanan keperawatan dengan skoring 264 dikarenakan prosedur penerimaan pasien yang
(10. 1%). Hasil penelitian ini menyimpulkan membingungkan dan perawat kurang, hal
bahwa mutu pelayanan keperawatan yang ada tersebut yang memungkinkan pasien
di Klinik X dalam kategori baik, bisa mengatakan tidak baik mutu yang ada di
dikatakan baik dapat dilihat dari aspek Klinik
perhatian, aspek
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

81
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020

X. Pertanyaan kuesioner aspek komunikasi dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk
pasien mengatakan tidak baik mutu pelayanan mendapatkan pasien lebih banyak lagi. Pasien
poin yang menyebabkan tidak baik mutu yang tidak puas akan mengeluhkan dan tidak
pelayanan keperawatan yaitu petugas akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan
administrasinya tidak memberikan informasi yang sama. Menurut Asmuji (2014), secara
yang jelas kepada pasien dan petugas umum, pengertian kepuasan konsumen atau
administrasi yang kurang memberikan ketidakpuasan konsumen merupakan
informasi yang jelas, kemungkinan aspek perbedaan antara harapan dan kinerja yang
komunikasi yang menyebabkan 9 responden di dirasakan. Kepuasan konsumen berarti kinerja
Klinik X mengatakan tidak baik dari segi mutu suatu barang/jasa sekurang-kurangnya sama
pelayanan keperawatan. Aspek kerjasama dengan yang diharapkan.
pasien mengatakan mutu pelayanan Menurut peneliti, semakin tinggi tingkat
keperawatan di Klinik X dalam kategori baik, kepuasan pasien maka semakin tinggi pula
karena perawat yang ada dapat bekerja sama mutu pelayanan keperawatan yang ada Klinik
dengan baik kepada pasien, perawat tepat X. Hal sesuai dengan pendapat Sabarguna
dalam melakukan tindakan dan perawat (2008) bahwa kepuasan pasien merupakan
suportif dalam memberikan pelayanan asuhan nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan
keperawatan. Aspek tanggung jawab pada yang diberikan. Menurut Nursalam (2015),
pasien di Klinik X mengatakan baik mutu kepuasan pasien berhubungan dengan mutu
pelayanan keperawatan yang ada, karena pelayanan rumah sakit. Dengan mengetahui
perawat dan pasien saling percaya, perawat tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah
konsisten dalam memberikan pelayanan, sakit dapat melakukan peningkatan mutu
perawat memiliki tanggung jawab dalam pelayanan.
memberikan pelayanan, dan perawat mampu Berdasarkan hasil penelitian di Klinik
menjaga keselamatan pasien. Kesimpulan dari X, responden mempersepsikan dalam kategori
mutu pelayanan keperawatan di Klinik X yang puas yaitu perawat cepat dan tanggap ketika
menyebabkan pelayanan keperawatan dalam pasien membutuhkan, pelayanan yang diterima
kategori dapat dilihat dari aspek perhatian, sudah baik, perawat mampu mengenali
aspek kerjasama dan tanggung jawab. Mutu masalah pasien, perawat terampil dalam
pelayanan keperawatan tidak baik dapat dilihat melaksanakan asuhan keperawatan kepada
dari aspek penerimaan dan aspek komunikasi. pasien prosedur pelayanan yang tidak
dipersulit, perawat memberikan informasi
Hubungan Kepuasan Pasien dengan mutu yang jelas, perawat memberikan pelayanan
Pelayanan Keperawatan yang baik menunjukkan bahwa ada hubungan
Hasil uji statistik antara kepuasan pasien kepuasan pasien dengan mutu pelayanan
dengan mutu pelayanan keperawatan keperawatan di Klinik X. Semakin tinggi mutu
menunjukkan terdapat hubungan dengan nilai pelayanan keperawatan yang diberikan,
p- value=0.02 lebih kecil dari nilai α=0.05 yang semakin tinggi juga kepuasan pasien.
telah ditetapkan oleh peneliti. Pelayanan Sebaliknya, semakin rendah mutu pelayanan
semakin puas pasien maka semakin baik mutu keperawatan, maka kepuasan pasien akan
pelayanan keperawatan Hasil Uji Chi-Square, buruk. Keeratan hubungan dalam kategori
menyebutkan bahwa ada hubungan antara lemah. Oleh karena itu, klinik harus
kepuasan pasien dengan mutu pelayanan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
keperawatan di Ruang Rawat Inap Klinik X. agar kepuasan pasien meningkat.
Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa
yang menjadi kebutuhan, keinginan harapan
KESIMPULAN
pelanggan dapat dipenuhi, maka pelanggan
akan puas. Kepuasan pelanggan adalah a. Mutu pelayanan keperawatan kategori puas
perasaan senang atau puas bahwa produk atau dengan skoring 1353 (54.6%) di Klinik X.
jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi b. Pelayanan keperawatan di Klinik X dalam
harapan pelanggan. Kepuasan pasien adalah kategori baik dengan skoring 1047
karena kepuasan pasien merupakan salah (52.87%)
indikator kualitas pelayanan yang kita berikan c. Ada hubungan yang lemah ke arah positif
kepuasan pasien dengan mutu pelayanan
keperawatan sebesar 0,374 di Klinik X.

82
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP.................................................(Mardijanto, Astutik, & Budiman)

SARAN Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.


Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
1. Bagi Klinik Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba
Penelitian ini dapat meningkatkan daya Medika.
tanggap, komunikasi, teliti dalam Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan.
melakukan tindakan asuhan keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
dan manajemen keperawatan yang sudah Profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba
ada, sehingga pasien yang berkunjung Medika.
merasa puas terhadap pelayanan Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu
keperawatan Keperawatan. Edisi 5. Jakarta:
2. Bagi akademisi Salemba Medika
Penelitian ini dapat memperkaya Notoatmodjo. 2007. Promosi kesehatan dan
perputakaan dan dapat menjadi referensi Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
dalam menyelesaikan skripsi Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
3. Bagi peneliti selanjutnya Kesehatan. Ed. Rev- Jakarta:Rineka
Penelitian dapat menjadi acuan bagi Cipta.
peneliti selanjutnya terutama terkait dengan Novi, Hervandi 2014. Hubungan Pelayanan
hubungan tingkat pendidikan yang tinggi Pasien Rawat Inap Berstatus BPJS
terhadap kepuasan pasien. dengan Tingkat Kepuasan Paien di
Puskesmas Sumbersari Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Jember. Skripsi. Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Asmuji, (2014). Manajemen Keperawatan: Universitas Muhammadiyah Jember.
Konsep dan Aplikasi- Jogjakarta: Ar- Parasuraman A, Zeithaml V, Berry L,. “A
Ruzz Media. Conceptual Model of Service Quality
Boy Subiro, S. 2011. Sanitasi Lingkungan and its Impact for Future Research.”
dan Bangunan Kepuasan Pasien Journal of Marketing (musim gugur),
Rumah Sakit. Jakarta: Salemba hlm 41-50.
Medika. Petrus, (2016). Hubungan kualitas pelayanan
Desimawati, Wahyuni. 2013. Hubungan kesehatan dengan tingkat kepuasan
Layanan Keperawatan Dengan pasien BPJS Progam Studi S1
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat keperawataan STIKES Kusuma Husada
Inap Di Puskesmas Sumbersari Surkarta
Dian, 2013. Hubungan layanan Purwoastuti dan Walyani. 2015. Mutu
keperawatan dengan tingkat Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.
kepuasan pasien rawat inap di Yogyakarta: Pustaka Baru Press
puskesmas Sumbersari Kabupaten Rangkut, E 2003. Konsep Pengukuran
Jember. Program Studi Ilmu Kepuasan. Jakarta: Penerbit PT.
Keperawatan Universitas Jember Gramedia Pustaka Utama.
Gibson, dan Ivancevich. 2003. Organisasi, Sabarguna, B.S (a), (2008). Quality Assurance
Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Pelayanan RS. Jakarta: Sagung Seto.
Bina Aksara. Sugiyono, (2016). Metodologi Penelitian
Hikmah, F. (2014). Kepuasan Pasien Kuantitaif dan Kualitatif dan R & D
Jamsoskes terhadap Pelayanan Bandung: Alfabeta.
Kesehatan di Instalansi Rawat Inap Sunarsih. 2014. Kualitas Pelayanan
Rumah Sakit Jember Klinik dengan Kesehatan Dengan Tingkat Kepuasan
Metode Servqual dan Ipa. 14 (1), 1-9. Pasien Di Klinik Terpadu Poltekkes
Imbalo, S & Pohan. 2007. Jaminan Mutu Kemenkes Tanjungkarang, 5(2), 121-
Layanan Kesehatan. Jakarta: ECG 126.
Iskandar. 2013. Keperawatan Profesional. Supriyanto, dan Ratna. 2007. Manajemen
Jakarta: In Media Mutu, Health Advocacy. Surabaya
Muninjaya, (2014). Manajemen mutu Supriyanto S., dan M. Ernawati. 2010.
pelayanan kesehatan edisi 2. Jakarta Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
Buku Kedokteran ECG

83
JRMB, Volume 15, No. 2, Desember 2020

Yogyakarta: ANDI.
Tjiptono, F.2004. Kepuasan dalam Pelayanan.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Woodruff dan Gardial.2002. Practical-People
Oriented Prespective. Kanada:
Mc.Graw Hill, hlm 36-45.
Wijoyo dan Djoko. 2008. Manajemen
Kesehatan Ibu dan Anak.
Surabaya: Duta

84

You might also like