You are on page 1of 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Scientific Journals of Bogor Agricultural University
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 145

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PADA USAHA MIKRO KECIL


(UMK) TEMPE DI BOGOR JAWA BARAT

Tita Nursiah1, Nunung Kusnadi2, dan Burhanuddin2


1)Mahasiswa Pascasarjana
Magister Sains Agribisnis, Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
2)Staf Pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

e-mail : 1)nursiahtita@gmail.com
 

ABSTRACT
Micro and small enterprises (MSE) is a dominant business form in Indonesia with the percentage up to
90%. However, there is a tendency that the entrepreneur is identified to large scale of business. The purpose
of this study were (1) identify the characteristics of entrepreneurs in MSE industry (2) analyze the effect
of entrepreneurial characteristics and the business climate for entrepreneurial behavior (3) analyze the effect
of entrepreneurial behavior on its performance. Purposive sampling technique was applied to select 121
respondent. Structural Equation Modelling (SEM) was used to estimate entrepreneurial behavior. The
results of this study showed that entrepreneurial characteristics was found on the MSE, furthermore
stronger entrepreneurial characteristics was found on the large scale production. There is a positive and
significant relationship between entrepreneurial characteristics and the business climate for
entrepreneurial behavior. Entrepreneurial characteristics was influencing the most on the behavior of
entrepreneurs. In addition entrepreneurial behavior was also positive and significant influence on its
business performance. Thus, this study confirmed that entrepreneurial behavior was also found in small
businesses, not only in large enterprises.

Keywords: small micro enterprises (MSEs), structural equation models, tempe industry.

PENDAHULUAN Pelaku usaha di Indonesia sebagian besar


didominasi oleh UMKM. Jumlah UMKM di
Wirausaha diyakini sebagai roda
Indonesia mencapai 56 juta unit usaha.
penggerak pertumbuhan ekonomi, serta
Namun demikian, pemilik usaha ini tidak
wirausaha juga dianggap sebagai inovator
dihitung sebagai wirausaha sesuai dengan
dalam pengembangan ekonomi. Tingginya
penilaian Kemenkop. Mengacu pada definisi
persentase jumlah wirausaha di suatu negara
wirausaha adalah perorangan yang memiliki
maka perekonomian negara tersebut akan
kemampuan untuk menciptakan sesuatu,
tumbuh dengan baik (Casson et al, 2006).
dengan bekerja sendiri, mampu menghadapi
Jumlah wirausaha Indonesia pada tahun 2013
risiko dengan memanfaatkan peluang yang
mencapai 1,90 persen dari seluruh jumlah
ada (Casson, 2006). Pada kenyataannya
penduduk di Indonesia. Persentase tersebut
UMKM tersebut memiliki peranan yang
masih sangat kecil dibandingkan negara Asia
penting bagi negara yaitu penyerapan tenaga
lainnya, seperti Cina dan Jepang, yang
kerja dan penyumbang PDB. Peran dan
memiliki wirausaha lebih dari 10 persen dari
eksistensi UMKM dalam penyerapan tenaga
jumlah populasi penduduk. Di regional Asia
kerja dan kontribusinya terhadap Produk
Tenggara, Indonesia masih di bawah
Domestik Bruto (PDB) Nasional sudah tidak
Malaysia yang sudah mencapai angka (5%)
diragukan lagi. Jumlah wirausaha UMKM
atau Singapura (7%) (Kemenkop, 2012).
dapat dilihat pada Tabel 1.

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
146 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha UMKM dan Besar, PDB RI Tahun 2010-2012
2010 2011* PDB 2012* PDB
Indikator
Jml unit Jml unit (%) Jml unit (%)
Unit usaha 53,828,569 55,211,396 56,539,560
UMKM 53,823,732 55,206,444 50.04 56,534,592 54.77
Usaha besar 4,837 4,952 49.96 4,968 45.23
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2013 (diolah) . (*) = Data sementara

Gambar 1. Persentase Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2012

Berdasarkan (Gambar 1) jumlah total memiliki pendapatan dengan menggunakan


UMKM yang ada, 90 persennya didominasi metode bottom-up. Penggolongan usaha mikro
oleh usaha mikro dan kecil. Pemberdayaan menurut Fugate et al adalah pedagang kaki
Usaha Mikro Kecil (UMK) menjadi sangat lima, pengrajin kecil, pemilik toko kecil, dan
strategis, karena potensinya yang besar dalam pedagang kecil.
menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, Salah satu jenis Usaha Mikro Kecil
serta menjadi tumpuan sumber pendapatan (UMK) yang berkembang adalah usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan masya- pembuatan tempe. Di Indonesia tempe
rakat. Menurut penelitian Bosma (2011), tren dikenal sebagai makanan khas asli Indonesia.
munculnya wirausaha adalah karena tekanan Pelaku usaha ini pun tersebar di wilayah Jawa
ekonomi, sehingga seseorang terpaksa men- Barat salah satunya di Bogor. Pelaku usaha ini
ciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Selain sebagian besar didominasi oleh para
itu ada faktor lain yaitu pengangguran, pendatang yang berasal dari Pekalongan Jawa
frustasi pekerjaan sebelumnya, dan ke- Tengah. Usaha ini memiliki karakteristik yang
butuhan hidup layak (Mazzarol et al., 1999; unik, suplai bahan baku usaha pembuatan
Shane et al (2003); Segal, et al (2005). tempe 100% diperoleh dari kedelai impor.
Dikarenakan latar belakang tersebut tidak Dengan demikian, adanya perubahan harga
heran banyak usaha-usaha mikro dan kecil kedelai akan berpengaruh langsung terhadap
yang bermunculan, namun tidak dapat perkembangan usaha serta perilaku pengrajin
berkembang menjadi usaha besar. Fenomena dalam menyiasati keadaan tersebut. Usaha ini
tersebut banyak terjadi di Indonesia salah sebagian besar masih bersifat turun temurun,
satunya adalah UMK. Fugate et al (2005), tradisional, serta dengan skala usaha rumah
menyatakan bahwa usaha mikro merupakan tangga. Namun demikian, meskipun usaha ini
salah satu teknik kewirausahaan untuk terkendala dengan harga bahan baku serta
mempromosikan ekonomi swasembada yang modal, para pelaku usaha tetap bertahan
memungkinkan pelaku usaha mikro dapat mengusahakan hingga bertahun-tahun
menciptakan lapangan kerja sendiri dan

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 147

meskipun perkembangan usaha tersebut jumlah IKM terbesar ketiga se-Jawa Barat
tidak signifikan. dengan jumlah 22.337 unit. Pemilihan industri
Oleh karena itu, perilaku tersebut di atas tempe untuk diteliti dikarenakan ada
menjadi dasar yang melatarbelakangi dari karakteristik yang unik pada usaha ini.
penelitian perilaku kewirausahaan pada Keunikan usaha ini adalah tempe merupakan
UMK ini. Penelitian ini difokuskan pada makanan khas asli Indonesia yang banyak
perilaku kewirausahaan pada UMK diminati masyarakat dari kalangan bawah
dikarenakan adanya sifat dan ciri yang unik hingga atas. Selain itu industri ini sebagian
dari UMK yang tidak dimiliki oleh usaha besar berskala kecil, turun temurun, dengan
besar. Sulitnya bahan baku, kenaikan harga teknologi yang masih sederhana dan
bahan baku, tidak adanya tempat yang layak terkendala oleh bahan baku. Keterbatasan
untuk membuka usaha, serta keterbatasan bahan baku dalam negeri sehingga meng-
modal tidak menjadi penghalang usaha ini haruskan impor. Adanya kenaikan harga
tetap berjalan. Ciri lain UMK adalah lemah kedelai yang terus meningkat menjadi salah
dalam perencanaan, lemah dalam bekerja satu kendala yang besar dalam usaha ini,
sama dengan individu lain baik pemasok, tetapi industri ini masih mampu bertahan.
pemodal, maupun dengan pengusaha lain, Selain itu juga dikarenakan terdapat beberapa
serta pengusaha mikro belum dapat sentra industri pembuatan tempe yang
memposisikan diri sebagai pengusaha yang berkembang di Bogor menurut data dari
berkualitas dan subsisten (Riyanti, 2006). KOPTI Bogor tahun 2012 yaitu di Citereup,
Namun demikian, pelaku UMK mampu Cimanggu, Cilendek, Cibinong, dan Ciseeng.
bertahan menjalankan usaha hingga
bertahun-tahun meskipun tidak diikuti oleh JENIS DAN SUMBER DATA
perkembangan usaha yang signifikan.
Jenis data yang digunakan dalam
Namun demikian pelaku usaha ini belum
penelitian ini adalah data primer dan
semuanya dikategorikan sebagai wirausaha.
sekunder. Perolehan data primer dilakukan
Oleh karena itu pada penelitian ini juga ingin
dengan wawancara langsung dengan bantuan
menganalisis bagaimana karakteristik wira-
kuesioner. Sementara data sekunder
usaha pada UMK tempe. Tujuan dari
diperoleh dari berbagai instansi terkait,
penelitian ini adalah :
seperti Kementerian Koperasi dan UKM,
1. Mengidentifikasi karakteristik dan ciri
Badan Pusat Statistik, Pemprov Jabar, serta
wirausaha pada UMK
Kopti Bogor.
2. Menganalisis pengaruh faktor
karakteristik wirausaha (internal factor)
dan iklim bisnis (external factor) terhadap METODE PENENTUAN SAMPEL
perilaku kewirausahaan pada UMK, Pengambilan sampel dilakukan dengan
3. Menganalisis pengaruh perilaku teknik purposive sampling dengan sampel 121
kewirausahaan UMK terhadap kinerja orang pengrajin tempe. Penghitungan ini
usaha. didasarkan karena pada penelitian ini
menggunakan alat analisis SEM sehingga
ukuran sampel yang digunakan harus dalam
METODE jumlah yang besar. Jumlah sampel yang
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN diambil banyak dikarenakan agar hasil
Penelitian dilakukan pada bulan analisis yang diperoleh dapat mendekati dan
Desember 2014 sampai Februari 2015 di menggambarkan faktor-faktor yang
wilayah Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian mempengaruhi perilaku kewirausahaan pada
dipilih secara sengaja (purposive) dengan pengrajin tempe yang ada di Bogor.
pertimbangan bahwa di Bogor terdapat

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
148 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

METODE PENGOLAHAN DAN pengukuran. Selain itu SEM juga mampu


ANALISIS DATA menunjukkan konsep-konsep yang tidak
Data diolah secara kualitatif maupun teramati (unobserved concepts) serta hubungan
kuantitatif. Data kualitatif diolah secara yang ada di dalamnya
deskriptif dengan bantuan Microsoft excel Terdapat beberapa tahapan dalam
2007. Data yang diolah adalah karakteristik penggunaan SEM menurut Bollen dan Long
dan ciri wirausaha UMK. Sementara data 1993 (Wijanto, 2008), yaitu : (1) Spesifikasi
kuantitatif diolah dengan menggunakan model (model specification), (2) Identifikasi
analisis Structural Equation Models (SEM) (Identification), (3) Estimasi (Estimation), (4) Uji
dengan bantuan software Lisrel 8.3. kecocokan (Testing Fit), (5) Respesifikasi
Alasan penggunaan model SEM pada (Respecification). Berikut adalah model yang
penelitian ini, karena SEM mampu digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
memberikan informasi tentang hubungan pada Gambar 2. Sementara variabel yang
kausal simultan antar variabel serta informasi digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
mengenai muatan faktor dan kesalahan pada Tabel 2

Tabel 2. Variabel Penelitian Perilaku Kewirausahaan pada UMK Tempe


Variabel Manifest Keterangan Sumber
Karakteristik Wirausaha Internal factor
(X1.1)Pengalaman Lamanya menjalankan usaha Riyanti (2003); Sapar (2006);
Dirlanudin (2010); Kellermans
(2008)
(X1.2) Pengambilan Risiko Keberanian dalam menghadapi risiko yang ada Puspitasari (2013)
(X1.3) Inovatif Frekuensi melakukan perubahan dalam Dirlanudin (2010); Puspitasari
menjalankan usaha (2013)
(X1.4) Tekun Kegigihan serta kesabaran dalam menjalankan Dirlanudin (2010); Puspitasari
usaha (menghadapi kendala) (2013)
(X1.5) Kepemimpinan Kepemimpinan selama mejalankan usaha Meredith (1996)
(pengambilan keputusan)
(X1.6) Motivasi Motivasi yang mendasari seseorang menjadi Puspitasari (2013); Riyanti
wirausaha (2003)
Iklim Bisnis External factor
(X2.1) Ketersediaan input Ketersediaan bahan input (kedelai), kemudahan
alam mendapatkan bahan input (kedelai)
(X2.2) Kekompakan antar Sikap saling membantu, kerjasama antar
pengrajin tempe pengrajin tempe Sapar (2006); Dirlanudin (2010);
(X2.3) Kebijakan Pemerintah Bantuan pengembangan usaha (modal, sarana Puspitasari (2013); Riyanti (2003)
produksi)
(X2.4) Koperasi Keterlibatan pengrajin pada koperasi,
Pelayanan koperasi yang diterima
Perilaku Kewirausahaan
(Y1.1) Afektif Sikap yang ditunjukkan dalam menjalankan
usaha (disiplin, gigih dan tekun dalam
menjalankan usaha, memiliki komitmen dalam
berbisnis) Dirlanudin (2010); Puspitasari
(Y1.2) Kognitif Kemampuan dalam mengelola usaha (2013); Delmar (2006); Riyanti
(Y1.3) Motorik Keterampilan yang dimiliki individu (wirausaha) (2003)
dalam menjalankan usaha (kemampuan
mengambil peluang, menghadapi risiko,
kreativitas dan inovatif)
Kinerja Usaha
(Y2.1) Keuntungan (Profit) Peningkatan keuntungan yang diperoleh dari
waktu ke waktu Riyanti (2003); Praag (2005);
(Y2.2) Kemampuan bersaing Kemampuan bersaing usaha (Produktivitas) Sapar (2006); Dirlanudin (2010);
(Y2.3) Pemasaran Pemasaran produk baik dari jumlah pelanggan Puspitasari (2013); Bayu
serta wilayah pemasaran yang dilakukan Sumantri (2013); Delmar (2006)
(Y2.4) Daya Tahan Usaha Kemampuan usaha dalam menjaga eksistensinya

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 149

Expr 

Risk 

Inov 
Afek Kog Mot
Ktkn  KW 
Lea 
Prof 
Motiv  PK KU Kember 

Pmsrn 
Inpt 
IB Sustain
Kompk

Kbjk 

Kop 

Gambar 1. Model Perilaku Kewirausahaan pada UMK Tempe di Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil analisis, diperoleh


hasil bahwa responden dengan karakteristik
KARAKTERISTIK WIRAUSAHA USAHA wirausaha yang tinggi paling banyak (71%)
MIKRO KECIL PADA PENGRAJIN
tersebar pada skala usaha besar. Sementara
TEMPE
pada skala usaha kecil sebaran responden
Analisis karakteristik wirausaha di-
paling banyak dengan karakteristik
peroleh dari penghitungan hasil wawancara
wirausaha yang rendah (49%). Dengan
dengan bantuan penilaian likert. Analisis ini
demikian, hal ini menunjukkan bahwa
didasarkan pada enam variabel (pengalaman,
seorang wirausaha yang sukses memiliki
inovasi, pengambilan risiko, ketekunan,
karakteristik wirausaha yang kuat untuk
kepemimpinan, dan motivasi) dikarenakan
menunjang keberhasilan usaha. Seseorang
seorang wirausaha memiliki karakteristik
yang dikategorikan sebagai wirausaha harus
atau ciri inovatif, berjiwa pemimpin, berani
memiliki karakteristik yang menunjukkan ciri
mengambil risiko, memiliki motivasi, serta
seorang wirausaha. Beberapa karakter yang
tekun, dan berpengalaman (Meredith 1996,
dapat mewakili adalah inovatif, berani
Alma 2010, Casson 2006, Puspita 2013). Nilai-
mengambil risiko, kepemimpinan, motivasi,
nilai dari keenam variabel tersebut yang
serta ketekunan dan pengalaman.
dijadikan sebagai ukuran pengelompokkan
Berdasarkan sebaran tersebut, dapat
responden memiliki karakter wirausaha
menjelaskan bagaimana karakter wirausaha
tinggi, rendah, dan sedang. Untuk melihat
pada pengrajin tempe. Dengan jumlah
karakteristik wirausaha pada usaha tempe,
responden yang diambil sebanyak 121 orang,
dilakukan pengelompokan menjadi tiga skala
jumlah responden pada skala usaha kecil
usaha yang didasarkan pada jumlah pro-
sebanyak 63 orang (52%), skala sedang
duksi. Jumlah produksi kurang dari 50 kg
sebanyak 51 orang (42%), dan skala besar
dikategorikan sebagai skala kecil, 51-100 kg
sebanyak 7 orang (6%). Berdasarkan jumlah
sebagai skala sedang, dan lebih dari 100 kg
tersebut sebagian besar pengrajin tempe di
sebagai skala besar. Berikut adalah sebaran
Bogor memiliki karakteristik wirausaha yang
responden berdasarkan karakteristik wira-
masih rendah.
usaha dapat dilihat pada Gambar 2.

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
150 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

Karakteristik Wirausaha

80

Jumlah responden
60

40 rendah
sedang
20
tinggi

0
skala kecil skala skala besar
menengah

Jumlah produksi

Gambar 2. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Wirausaha (%)

Karakteristik wirausaha ini akan mem- Wirausaha ini lebih berani dalam
pengaruhi perilaku wirausaha dalam men- mengambil risiko serta memiliki strategi yang
jalankan usahanya. Sebagian besar dari dijalankan agar usahanya berkembang.
responden adalah pengrajin dengan skala Pengambilan risiko yang diambil seperti
usaha kecil dan hanya sedikit yang mampu memproduksi tempe yang lebih banyak
menjalankan usaha pada skala besar. Hal ini meskipun harga kedelai meningkat, wira-
juga tidak hanya dipengaruhi oleh karakter usaha ini tidak takut tempe yang
kuat wirausaha yang dimiliki individu, tetapi diproduksinya tidak laku. Selain itu
juga dipengaruhi oleh lingkungan yang akan wirausaha ini aktif mencari pasar baru untuk
membentuk perilaku wirausaha yang meluaskan wilayah pemasaran. Keberanian
dilakukan selama menjalankan usahanya. seseorang dalam mengambil risiko didukung
Menurut Nedler (Dirlanudin 2010), oleh pengetahuan, pengalaman, kekuatan
menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi modal, serta kemampuan dalam menanggapi
dari interaksi antara individu dengan perubahan atau mengambil peluang, serta
lingkungannya. Hal ini dapat disimpulkan kreatif dan inovatif. Holt dan Drucker
bahwa seorang individu dengan lingkungan (Riyanti, 2003) menyatakan pentingnya
akan membentuk perilaku secara langsung, sebuah inovasi dan menegaskan bahwa
baik perilaku dalam berwirausaha atau bisnis. keberhasilan seorang wirausaha adalah harus
Begitu juga dengan perilaku kewirausahaan memiliki karakter kreatif dan inovatif.
pada pengrajin tempe, yang juga dipengaruhi Kreativitas adalah menghasilkan ide atau
dari keinginan individu sendiri dan didukung gagasan baru tanpa harus merealisasikan
oleh lingkungan. Perilaku pengrajin tempe gagasan tersebut atau merupakan prasyarat
yang memiliki karakteristik wirausaha kuat inovasi, sedangkan inovasi adalah aplikasi
lebih memiliki motivasi kuat dalam dari gagasan-gagasan kreatif. Suatu gagasan
menjalankan usaha, tidak hanya ingin baru memiliki nilai bila gagasan tersebut
usahanya berjalan lancar apa adanya tapi dapat diterapkan pada suatu produk.
menginginkan usahanya berkembang dan Sementara untuk pengrajin tempe yang
dapat berproduksi dengan skala yang lebih memiliki karakteristik wirausaha rendah,
besar. tidak berani dalam mengambil risiko.

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 151

Terbukti dengan adanya pengrajin yang Analisis pengukuran model merupakan


memproduksi tempe dengan jumlah yang tahap untuk memastikan bahwa konstruk
sama dari awal membuka usaha hingga yang digunakan pada penelitian ini
sekarang dengan jumlah yang sangat kecil memenuhi kriteria valid dan reliabel. Model
yaitu kurang dari 50 kg. Para pengrajin ini pengukuran pada SEM adalah untuk
pun puas dengan penghasilan yang diperoleh mengukur hubungan keerataan antara
sehingga tidak ada motivasi untuk mening- variabel laten dengan variabel indikator
katkan volume usahanya, sehingga hanya (manifest). Nilai hubungan keeratan antar
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan variabel tersebut dapat dilihat dari nilai
keluarga saja. Hal ini juga didukung oleh loading factor-nya (λ). Semakin besar nilai
Wirasasmita (2001) dan Puspitasari (2013) loading factor antar variabel manifest dengan
yang menyatakan bahwa usaha mikro kecil variabel laten, maka menunjukkan hubungan
tradisional tidak memiliki orientasi per- yang semakin dekat atau erat antar variabel
tumbuhan dan keinovatifan. Menurut Riyanti tersebut.
(2003), ada beberapa faktor yang dapat Nilai t-value di bawah 1,96 berarti loading
menghambat keberhasilan usaha antara lain factor tersebut tidak signifikan. Sementara
(1) kurangnya kemampuan manajerial, (2) nilai loading factor di bawah 0.3 dapat
kurangnya pengalaman, (3) kekurangan dihapuskan karena nilai batas dari loading
modal, dan (4) ketidakmampuan menanggapi factor standar adalah <0,50 (Igbaria et al dalam
perubahan dan beradaptasi terhadap Wijanto 2008) atau <0,70 (Rigdon dan
perubahan. Berdasarkan hasil penelitian, Ferguson dalam Wijanto 2008). Namun ada
kurangnya kemampuan manajerial pengrajin batas loading factor yang dapat ditoleransi
tempe terlihat dari tidak adanya catatan yaitu <0,50 tetapi masih ≥0,30 dapat
pembukuan serta tidak adanya pemisahan dipertahankan ((Igbaria et al dalam Wijanto
keuangan keluarga dengan perusahaan. 2008). Model yang kurang baik perlu
dilakukan respesifikasi untuk menghasilkan
ANALISIS PERILAKU model terbaik dengan kriteria memenuhi
KEWIRAUSAHAAN USAHA MIKRO goodness of fit. Berikut adalah model struktural
KECIL PADA PENGRAJIN TEMPE perilaku kewirausahaan pada pengrajin
DENGAN PENDEKATAN STRUCTURAL tempe setelah respesifikasi dapat dilihat pada
EQUATION MODELS (SEM)
Gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Standardized Coeficient Model Structural Perilaku Kewirausahaan UMK Tempe

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
152 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

Gambar 4. T-value Model Structural Perilaku Kewirausahaan UMK Tempe

Setelah mendapatkan model terbaik hasil Jelas bahwa karakteristik wirausaha


respesifikasi, maka dilakukan uji kecocokan mempengaruhi secara langsung perilaku
keseluruhan model. Uji kecocokan model kewirausahaan. Pengaruh dari karakteristik
struktural secara keseluruhan dapat dilihat wirausaha yang dijelaskan oleh variabel laten
dari ukuran goodness of fit (GOF). Berikut karakteristik wirausaha (KW) terhadap
adalah hasil uji kecocokan keseluruhan model perilaku kewirausahaan (PK) pada pengrajin
setelah respesifikasi dengan dibandingkan uji tempe sangat dominan, yaitu sebesar (γ =
kecocokan keseluruhan model sebelum 0,91) (Gambar 3). Berdasarkan nilai dari
respesifikasi (model awal) dapat dilihat pada faktor loading tersebut terlihat bahwa
Tabel 3. karakteristik wirausaha mempengaruhi
perilaku sangat kuat karena nilai faktor
PENGARUH KARAKTERISTIK loadingnya yang besar. Variabel yang paling
WIRAUSAHA TERHADAP PERILAKU besar mencerminkan karakter wirausaha
KEWIRAUSAHAAN USAHA MIKRO pada pengrajin tempe adalah inovatif (λ=
KECIL PADA PENGRAJIN TEMPE 0,94).
Berdasarkan model yang telah direspe-
sifikasi (good fit) pada penjelasan sebelumnya.

Tabel 3. Hasil Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit Test)


Model Awal Setelah Respesifikasi
Goodness of Fit
Cutt off value Hasil Keterangan Hasil Keterangan
Significance Probability(P-value) ≤ 0.05 0.000 Good Fit 0.0033 Good Fit
Chi square Sekecil mungkin 326.41 - 81.42 -
Root Mean Square (RMR) ≤ 0.05 atau ≤ 0.1 0.12 Poor Fit 0.089 Good Fit
RMSEA(Root Mean square Error ≤ 0.08 0.13 Poor Fit 0.075 Good Fit
of Approximation)
AGFI(Adjusted Goodness of Fit ≥ 0.90 0.82 Marginal Fit 0.92 Good Fit
Index)
GFI(Goodness of Fit) ≥ 0.90 0.87 Marginal Fit 0.95 Good Fit
CFI (Comparative Fit Index) ≥ 0.90 1.00 Good Fit 0.96 Good Fit
Normed Fit Index (NFI) ≥ 0.90 1.00 Good Fit 0.89 Marginal Fit

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 153

Karakteristik inovatif yang dilakukan bagaimana antar pengrajin tempe dalam


oleh pengraijin tempe yaitu dengan menjalankan usaha, saling membantu selama
melakukan inovasi pada produk, melakukan proses produksi dengan cara berbagi
perubahan ukuran, membuat jenis tempe peralatan produksi dengan bergantian.
yang berkualitas super, atau membuat tempe Kekompakan menunjukkan adanya keber-
dengan kemasan yang berbeda-beda. Selain samaan antar pelaku usaha dalam
inovasi pada produk, inovasi dilakukan juga memajukan usaha. Kekompakan antara
pada peralatan yang digunakan, serta inovasi pengrajin tempe di Bogor terbentuk karena
pada cara pemasaran. Tingginya karakteristik adanya kesamaan asal daerah yaitu
inovatif seorang wirausaha dapat menjadi Pekalongan. Dengan adanya kesamaan asal
cerminan bahwa inovasi diperlukan pada usul maka secara tidak langsung budaya yang
usaha pembuatan tempe pada penelitian ini. terbentuk pun sama. Kesamaan budaya inilah
Mungkin secara langsung proses inovasi tidak yang mempengaruhi kekompakan para
terlihat secara nyata, namun inovasi ini tetap pengrajin tempe untuk dapat saling bekerja
ada pada usaha pembuatan tempe. Pengrajin sama dalam menjalankan usaha.
tempe yang berhasil dalam menjalankan Sementara indikator iklim bisnis lain
usaha ini merupakan pengrajin yang memiliki yang memberikan kontribusi adalah ke-
karakteristik inovatif yang menjadi karakter bijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah ini
seorang wirausaha. Dikarenakan dengan berkaitan dengan kebijakan penetapan harga
adanya karakteristik inovatif seseorang dapat input. Pengrajin tempe mengharapkan
menciptakan sesuatu yang berbeda, dan hal pemerintah dapat membuat harga kedelai
inilah kunci keberhasilan seorang wirausaha stabil. Faktor loading dari kebijakan
(Munandar 2009; Dwijanto 2006; pemerintah yang memberikan kontribusi
Burhanuddin 2014; Bosma 2011) kepada iklim bisnis sebesar (λ=0,67). Namun
secara keseluruhan, variabel laten iklim bisnis
PENGARUH IKLIM BISNIS TERHADAP memberikan pengaruh yang positif dan
PERILAKU KEWIRAUSAHAAN USAHA signifikan meskipun nilai loadingnya kecil.
MIKRO KECIL PADA PENGRAJIN Hal ini dimungkinkan bahwa pengaruh iklim
TEMPE bisnis terhadap perilaku kewirausahaan tidak
Pengaruh iklim bisnis yang dijelaskan terlalu besar. Hal ini ditunjukkan dengan
oleh variabel laten iklim bisnis (IB) terhadap adanya keinginan dan motivasi yang kuat
perilaku kewirausahaan berdasarkan dari pengrajin tempe untuk tetap men-
Structural Equation Models yaitu sebesar (γ= jalankan usaha tanpa menyerah meskipun
0,17), dan signifikan dengan nilai t-hitung harga input meningkat.
sebesar 3,49. Faktor iklim bisnis yang Perilaku kewirausahaan dapat tumbuh
mempengaruhi perilaku kewirausahaan dan berkembang meskipun membutuhkan
dapat direfleksikan atau dicirikan oleh waktu dan perlunya dukungan lingkungan
variabel kekompakan antar pengrajin tempe yang kondusif, seperti bantuan dari
(λ=0,92), kebijakan pemerintah (λ=0,67). pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan
Kekompakan pengrajin tempe memberikan dan tepat sasaran (Puspita, 2013). Bantuan
sumbangan yang tinggi terhadap iklim bisnis. dari lingkungan eksternal (iklim bisnis) dapat
Hal ini juga terbukti dengan adanya hasil berupa dukungan dari pemerintah yang
wawancara, bahwa pengrajin tempe memang berupa jaminan ketersediaan input,
memiliki kekompakan yang baik. Sebagai dukungan modal, serta informasi pasar
contoh pada saat terjadinya kenaikan harga (lokasi pemasaran yang layak). Berdasarkan
kedelai yang tinggi, para pengrajin tempe data dari penelitian, yang dibutuhkan oleh
kompak melakukan demo kepada pemerintah pengrajin tempe adalah kestabilan harga
untuk menurunkan harga kedelai. Tidak input. Sementara untuk ketersediaan input
hanya itu kekompakan juga dapat dilihat tidak menjadi masalah karena kedelai berasal

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
154 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

impor dan selalu ada, namun yang menjadi mencirikan perilaku wirausaha dilihat dari
masalah adalah harga yang diterima oleh inovasi dan kreativitas yang dilakukan oleh
pengrajin yang tinggi. pengrajin tempe. Perilaku kewirausahaan
Kesuksesan suatu usaha tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang ada pada
ditentukan oleh satu faktor saja, tetapi terkait individu itu sendiri yang menjadikan sebagai
oleh beberapa faktor baik dari internal dan dorongan atau motivasi yang kemudian
ekternal. Rente (2010) menyatakan bahwa dicirikan oleh sikap dalam bertindak,
faktor penentu keberhasilan UKM terdiri dari pengetahuan dalam menjalankan usaha, serta
faktor internal dan eksternal. Faktor internal keterampilan dalam menciptakan produk.
adalah faktor dari dalam usaha seperti Beberapa sifat yang terkait dengan perilaku
sumber daya manusia, keuangan, serta proses wirausaha menurut Plotkin (Riyanti, 2003)
produksi. Sementara faktor penentu sukses yaitu adanya sifat kreatif, keingintahuan,
eksternal dapat berupa kebijakan pemerintah, keyakinan berhasil, serta kesabaran. Menurut
situasi pasar, serta informasi pasar. Puspita (2013), perilaku kewirausahaan dapat
ditumbuhkan dengan peningkatan motivasi
PENGARUH PERILAKU dalam mencapai kesuksesan dalam men-
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP jalankan usaha. Dengan adanya motivasi
KINERJA USAHA MIKRO KECIL PADA yang kuat untuk sukses akan memunculkan
PENGRAJIN TEMPE ketekunan dan keberanian mengambil risiko
Hasil analisis SEM pada hasil penelitian dalam menjalankan usaha, sehingga me-
ini menunjukkan adanya hubungan perilaku ningkatkan keinginan untuk mendapatkan
kewirausahaan mempengaruhi kinerja usaha. penghasilan yang lebih besar. Adanya
Hubungan antara perilaku kewirausahaan perilaku kewirausahaan yang muncul pada
dengan kinerja usaha sebesar (β=0,86) diri seorang wirausaha akan berpengaruh
signifikan dengan nilai t-hitung sebesar 3.93. terhadap kinerja usaha yang dijalankan.
Perilaku kewirausahaan merupakan variabel Berdasarkan hasil analisis Structural
laten yang tidak dapat dilihat secara langsung Equation Models (SEM) dalam penelitian ini
pengaruhnya, tetapi melalui indikator- dapat dilihat faktor-faktor yang berpengaruh
indikator yang mencirikan atau merefleksi- terhadap perilaku kewirausahaan serta
kan. Perilaku kewirausahaan direfleksikan kinerja usaha (Gambar 2). Oleh karena itu
oleh tiga variabel indikator yaitu afektif (sikap) peningkatan perilaku kewirausahaan akan
(λ=0,46), kognitif (pengetahuan) (λ=0,48), serta meningkatkan kinerja usaha pengrajin tempe.
motorik (keterampilan) (λ=0,47). Kontribusi Hal ini dikuatkan oleh penelitian Dirlanudin
paling besar adalah kognitif (pengetahuan) (2010), serta Puspitasari (2013) yang
yang dapat mencerminkan perilaku menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan
kewirausahaan pada pengrajin tempe. berpengaruh langsung terhadap keberhasilan
Afektif (sikap) lebih kepada sikap yang usaha yaitu peningkatan keuntungan,
dilakukan pengrajin tempe dalam peningkatan jumlah dan loyalitas pelanggan,
menjalankan usaha, kedisiplinan (tepat peningkatan volume penjualan, peningkatan
waktu), kejujuran dalam penggunaan modal kualitas dan kuantitas produk, terjadinya
usaha, serta penggunaan bahan-bahan pada diversifikasi produk, perluasan pemasaran,
produk. Menurut Setiana (2005), afektif serta kemampuan bersaing. Berdasarkan
sebagai sikap seseorang terhadap gejala sosial penelitian ini, kinerja usaha dijelaskan oleh
yang dapat menyangkut banyak aspek yang peningkatan keuntungan (λ=0,68), ke-
berpengaruh terhadap perilaku suatu mampuan bersaing (λ=0,81), serta pemasaran
komunitas masyarakat. Tidak hanya sikap (perluasan wilayah pemasaran dan loyalitas
dan pengetahuan yang mencirikan perilaku pelanggan) dengan faktor loading (λ ) 0,79.
wirausaha, seorang wirausaha harus memiliki Kemampuan bersaing menyumbangkan
keterampilan. Keterampilan (motorik) yang faktor loading terbesar pada kinerja usaha.

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 155

Persaingan antar pengrajin tempe sangat terhadap perilaku kewirausahaan. Hal ini
tinggi, karena jumlah pengrajin tempe yang menunjukkan bahwa peningkatan ino-
banyak dengan wilayah pemasaran yang vasi, keberanian mengambil risiko,
tidak terlalu banyak. Kemampuan bersaing kepemimpinan, motivasi berwirausaha,
antar pengrajin tempe ditunjukkan dengan kekompakan, serta kebijakan pemerintah
cara membuat tempe dengan kemasan yang dapat meningkatkan perilaku kewira-
beragam sesuai keinginan konsumen, usahaan.
menggunakan bahan baku yang aman untuk 3. Perilaku kewirausahaan berpengaruh
kesehatan, serta memberi merek pada produk positif dan signifikan terhadap kinerja
yang dijual. Secara keseluruhan, perilaku usaha. Hasil ini menunjukkan bahwa,
kewirausahaan pada pengrajin tempe peningkatan perilaku kewirausahaan
dipengaruhi paling besar oleh variabel akan meningkatkan kinerja usaha peng-
karakteristik individu pengrajin, hal ini rajin tempe
dilihat dari bagaimana para pengrajin tempe
menjalankan usaha dengan didasari
SARAN
karakteristik yang kuat seperti kemauan
dalam berinovasi, kemauan mengambil Berdasarkan hasil penelitian ini
risiko, motivasi untuk sukses, serta diperoleh saran bagi pengrajin tempe
kemampuan memimpin usaha. maupun pemerintah dan pihak lain yang
Karakteristik tersebut yang membentuk mendukung usaha ini agar dapat berkembang
perilaku wirausaha pengrajin tempe. Namun di masa yang akan datang yaitu:
dalam membentuk perilaku tidak hanya 1. Untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dipengaruhi oleh satu faktor saja, ternyata pembuatan tempe diperlukan keberanian
faktor lingkungan yang pada penelitian ini dalam inovasi baik produk, teknologi,
adalah iklim bisnis memiliki pengaruh dalam maupun pemasaran. Pengrajin tempe
membentuk perilaku wirausaha. Variabel harus mampu mencari informasi dan
yang dominan merefleksikan iklim bisnis peluang pasar untuk meluaskan pe-
pada usaha pembuatan tempe adalah masaran tempenya agar tidak hanya
kekompakan yang terjalin antara pengrajin terfokus pada satu pasar, sehingga
tempe serta kebijakan yang dibuat oleh usahanya akan berkembang.
pemerintah yang berkaitan dengan regulasi 2. Perlu adanya dukungan pemerintah
usaha dalam penentuan input. Hal ini dalam penentuan harga kedelai impor
dikarenakan pada industri tempe input yang yang digunakan sebagai bahan baku
digunakan adalah kedelai impor sehingga pembuatan tempe. Dengan adanya
peran pemerintah sangat diperlukan untuk kestabilan harga kedelai dapat memicu
menunjang keberhasilan usaha industri ini. motivasi pengrajin tempe untuk
meningkatkan produksi.
3. Selain itu, perlu adanya pengaktifan
SIMPULAN DAN SARAN kembali anggota koperasi tahu tempe
SIMPULAN Indonesia. Hal untuk mempermudah
para pengrajin tempe dalam memperoleh
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
input, memperoleh pelatihan dan
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
penyuluhan mengenai pengembangan
1. Adanya karakteristik wirusaha pada
usaha dan pembuatan tempe dengan
pelaku usaha mikro kecil, dan semakin
standar keamanan pangan yang baik. Hal
besar skala produksi maka karakteristik
ini sangat diperlukan untuk mening-
wirausahanya semakin kuat.
katkan kreativitas dan inovasi guna
2. Karakteristik wirausaha dan iklim bisnis
peningkatan kualitas produk yang
berpengaruh positif dan siginifikan
diproduksi.

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
156 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

4. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada Kellermanns FW, Floyd SW. 2008.An
ruang lingkupnya, perilaku kewira- Exploratory Study of Family Member
usahaan yang diteliti hanya pada sektor Characteristics and Involvement:
Effects on Entrepreneurial Behavior in
usaha mikro kecil pada pengrajin tempe
the Family Firm. In: Eds S.Family
di Bogor, Jawa Barat dan tidak dapat Business Review 2008.
digeneralisasikan untuk usaha mikro kecil
lainnya. Oleh karena itu, masih di- Kementrian Koperasi dan UKM .2012. Jumlah
Unit Usaha UMKM.
perlukan penelitian lain mengenai
www.depkop.go.id [diunduh: 8
perilaku kewirausahaan pada sektor
Agustus 2014]
usaha lainnya.
Mazzarol T,Volery T, Doss N, danThein V.
1999. Factors influencing small business
DAFTAR PUSTAKA start-ups. International Journal of
Entrepreneurial Behaviour and
Alma B. 2010. Kewirausahaan Edisi Revisi. Research 5 (2): 48-63.
Bandung: Alfabeta
Meredith GG, RE Nelson, dan PA Nick. 1996.
Bosma N, Wennekers S, Amorós JE. 2011. Kewirausahaan Teori dan Praktek.
Extended Report: Entrepreneurs and Dialih bahasakan oleh Andre
Entrepreneurial Employees Across the Asparsayogi. Jakarta: Pustaka Binaman
Globe. London (GB): Global Pressindo
Entrepreneurship Research
Association. Munandar, Utami, 1999. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT
Burhanuddin. 2014. Pengaruh Aktivitas
Kewirausahaan Peternakan Ayam Penerbit Rineka Cipta.
Broiler Terhadap Pertumbuhan Praag CM. 2005. Successful Entrepreneurship.
Ekonomi.Disertasi Doktor .Sekolah United Kingdom : Edward Elgar
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Publishing Limited.
Bogor.
Puspitasari. 2013. Pengaruh Perilaku
Casson M, Yeung B, Basu A, Wadeson N. Kewirausahaan Petani Anggrek
2006. The Oxford Handbook of Terhadap Kinerja Usaha : Kasus di
Entrepreneurship. New York : Oxford Kecamatan Gunung Sindur dan
University Press Inc. Parung, Kabupaten Bogor, dan
Delmar, F.1996. Entrepreneurial Behavior and Kecamatan Serpong, Kota Tangerang
Business Performance [Dissertation]. Selatan [Tesis]. Bogor: Institut
Stockholm : Ekonomiska Forknings Pertanian Bogor.
Institute. Rente, Yohanes. 2010. Pengaruh Budaya Etnis
Dirlanudin. 2010. Perilaku Wirausaha dan dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap
Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri Kinerja Usaha Mikro Kecil Agribisnis.
Agro: Kasus di Kabupaten Serang Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Provinsi Banten [Disertasi]. Bogor : Vol. 12, No.2. September 2010: 133-141.
Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Dwijanto. 2006. Definisi Kreativitas Menurut Riyanti BP .2003. Kewirausahaan Dari Sudut
Para Ahli. Pandang Psikologi Kepribadian.
http://definisiahli.blogspot.com Jakarta : PT.Grasindo.
[diunduh: 8 Mei 2015] Sapar. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Fugate D,Kirk C, Heriot, and Raja B. 2005. Dengan Perilaku Kewirausahaan
Microenterprises in the Kingdom of Pedagang Kaki Lima [Tesis]. Bogor:
Nepal:On the Path to Economic Institut Pertanian Bogor.
Development. Journal of Business.

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158 157

Seagal G, Borgia and Jerry S. 2005. The


Motivation To Become An
Entrepreneur International Journal of
Entrepreneurial Behaviour & Research
Vol. 11 No. 1

Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan


Pemberdayaan Masyarakat. Bogor :
Ghalia Indonesia.

Shane S, Edwin AL, Christoper JC. 2003.


Entrepreneurial Motivation, Human
Resource Management Review 13, 257-
279.

Sumantri B. 2013. Pengaruh Jiwa


Kewirausahaan Terhadap Kinerja
Usaha Wirausaha Wanita pada Industri
Pangan Rumahan Di Bogor [Tesis].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wijanto SH. 2008. Structural Equation


Modelling dengan LISREL 8.8.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil… Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin
158 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 145-158

Tita Nursiah, Nunung Kusnadi, dan Burhanuddin Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil…

You might also like