You are on page 1of 12

Faktor yang Berhubungan dengan...

(Putri Kurniawati, Rifka Qatrunnida, Dadang Mulyono, Hoirun Nisa)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA


IMUNISASI (KIPI) VAKSINASI COVID-19 TAHUN 2021
Factors Associated With Adverse Events Following Immunization (AEFI) Vaccination
COVID-19
Putri Kurniawati1, Rifka Qatrunnida2, Dadang Mulyono3, Hoirun Nisa4
1,2,3,4
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email: Peneliti1

Diterima: tanggal artikel masuk; Direvisi: tanggal artikel selesai direvisi; Disetujui:
tanggal artikel disetujui

ABSTRACT

Vaccination against COVID-19 is an effort to increase community immunity to


prevent transmission of COVID-19. Seven types of vaccines are used in Indonesia. There
are people who experience side effects or Post Vaccination Adverse Events (AEFI) such
as fever, dizziness and others after being vaccinated. This study aims to determine the
factors associated with the COVID-19 vaccination AEFI. The research methodology uses
a cross-sectional study design with a sample of 160 respondents who have been
vaccinated against COVID-19, selected using a non-probability sampling technique,
namely convenience sampling. Data collection was done online using google form on 12
- 20 October 2021. The data were analyzed univariately to see a descriptive picture,
bivariate got p-value and multivariate to get OR. The results of multivariate analysis
showed that there was a significant relationship between diet (OR=2.37 CI 95% 1.13-
4.98) and vaccine dose (OR=0.35 CI 95% 0.13-0.95) with AEFI , while nutritional status
was not related to AEFI, namely undernutrition (OR 1.75 95% CI: 0.63 – 4.87) and
overnutrition (OR 0.48 95% CI: 0.20 – 1.10). The conclusion is that factors related to
AEFI, namely diet and vaccine dose and diet are the most dominant factors affecting
AEFI.

Keywords: Adverse Events Following Immunization;Vaccination;COVID-19

ABSTRAK

Vaksinasi COVID-19 sebagai upaya meningkatan kekebalan komunitas untuk


mencegah penularan COVID-19. Tujuh jenis vaksin yang digunakan di Indonesia.
Setelah divaksinasi, terdapat masyarakat yang mengalami efek samping atau Kejadian
Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI) seperti demam, pusing dan lainnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan KIPI vaksinasi
COVID-19. Metodologi penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan
jumlah sampel sebanyak 160 responden yang telah divaksinasi COVID-19, dipilih
menggunakan teknik non probability sampling yaitu convenience sampling.
Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan google form pada tanggal 12 -
20 Oktober 2021. Data dianalisis secara univariat melihat gambaran deskriptif, bivariat
mendapatkan pvalue dan multivariat untuk mendapatkan OR. Hasil analisis multivariat
menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pola makan (OR=2,37 CI 95%
1,13-4,98) dan dosis vaksin (OR=0,35 CI 95% 0,13-0,95) dengan KIPI, sedangkan status
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. X N0 Y, Bulan Tahun : HalamanM-N Vol. 14 No 2, Juni 2015 : 89 – 95

gizi tidak berhubungan terhadap KIPI yakni gizi kurang (OR 1,75 95% CI : 0,63 – 4,87)
dan gizi lebih (OR 0,48 95% CI : 0,20 – 1,10). Simpulan bahwa faktor yang berhubungan
dengan KIPI yaitu pola makan dan dosis vaksin serta pola makan menjadi faktor yang
paling dominan berpengaruh terhadap KIPI.

Kata kunci: Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi; Vaksinasi; COVID-19.

PENDAHULUAN menerima vaksinasi COVID-19


Vaksinasi COVID-19 merupakan (Shimabukuro and Nair, 2021).
salah satu upaya yang dilakukan untuk
mencegah penularan COVID-19. Saat ini
program vaksinasi COVID-19 sedang Efek samping yang terjadi setelah
gencar dilakukan diberbagai negara vaksinasi pada umumnya di Indonesia
termasuk Indonesia. Terdapat 7 jenis disebut dengan kejadian ikutan pasca
vaksin yang telah ditetapkan dalam imunisasi (KIPI). Reaksi yang terjadi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik setelah vaksinasi COVID-19, antara lain
Indonesia Nomor reaksi lokal terdiri dari nyeri, kemerahan,
HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang bengkak pada tempat suntikan dan
penetapan jenis vaksin untuk pelaksanaan selulitis, sedangkan reaksi sistemik terdiri
vaksinasi COVID-19 yaitu AstraZeneca, dari demam, nyeri otot seluruh tubuh
Sinopharm, Moderna, Novavax Inc, (myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan
Pfizer Inc., BioNTech, dan Sinovac Life lemah, dan sakit kepala, serta reaksi lain
Sciences Co (Kementerian Kesehatan, berupa alergi misalnya urtikaria, edema,
2020a). Menurut laporan Food and Drug reaksi anafilaksis dan syncope (pingsan)
Administration (FDA) tahun 2021 vaksin (Koesnoe, 2021). Hal ini sesuai dengan
COVID-19 yakni Pfizer-BioNTech penelitian yang dilakukan oleh (Tissot et
(BNT162b2) dan Moderna memiliki al., 2020) yaitu sebanyak 34%
efektivitas sebesar 95% dan 94 % dalam melaporkan reaksi sistemik (kelelahan,
mencegah infeksi COVID-19 (Polack et sakit kepala, nyeri otot) dan 66% reaksi
al., 2020). Dalam pelaksanaannya lokal (nyeri di tempat suntikan dan
terdapat efek atau gejala yang timbul eritema) serta gejala pasca vaksinasi
setelah melakukan vaksinasi. Amerika COVID-19 baik sistemik maupun lokal
Serikat melaporkan, setelah pemberian sering berlangsung selama 1-2 hari sejak
1.893.360 dosis pertama vaksin Pfizer- penyuntikan.. Selain itu, berdasarkan
BioNTech sebanyak 4.393 (0,2%) penelitian (Menni et al., 2021) KIPI lebih
mengalami efek samping setelah sering terjadi pada individu yang usianya
2
Faktor yang Berhubungan dengan...(Putri Kurniawati, Rifka Qatrunnida, Dadang Mulyono, Hoirun Nisa)

lebih muda, berjenis kelamin perempuan, yang berusia >12 tahun, sudah
dan yang sebelumnya memiliki riwayat melaksanakan vaksinasi COVID-19, dan
COVID-19. bersedia menjadi responden.
Penelitian ini dilakukan karena Pengumpulan data dilakukan
masih terbatasnya informasi mengenai dengan pengisian kuesioner secara online
KIPI vaksinasi COVID-19. Tujuan melalui google form mulai dari tanggal
penelitian ini yaitu mengetahui faktor- 12 - 20 Oktober 2021. Link pengisian
faktor yang berhubungan dengan KIPI kuesioner dibagikan melalui media sosial
vaksinasi COVID-19. Dengan agar masyarakat mudah mengaksesnya.
diketahuinya pengaruh variabel tersebut Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik
diharapkan dapat diambil upaya Penelitian FIKES UIN Syarif
pencegahan ataupun penanganan yang Hidayatullah Jakarta dengan nomor surat
tepat. Un.01/F.10/kp.01.1/KE.SP/10.08.002/20
21. Responden mengisi informed consent
BAHAN DAN CARA terlebih dahulu sebelum mengisi
kuesioner dan menyatakan langsung
Desain studi yang digunakan
melalui jawaban kuesioner. Informasi
yaitu cross-sectional dengan pendekatan
yang dikumpulkan meliputi karakterisitk
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
responden, jenis vaksin yang digunakan,
metode non probability sampling dengan
durasi tidur, perilaku merokok, aktivitas
teknik pengambilan sampel yaitu
fisik, pola makan, kejadian pasca
convenience sampling. Besar sampel
imunisasi (KIPI), dan reaksi apa yang
dihitung menggunakan uji hipotesis dua
dirasakan. Variabel dependen dalam
populasi dengan nilai p1=0,105 dan
penelitian ini adalah kejadian ikutan
p2=0,227 pada α=0,05 dan β=80%
pasca imunisasi (KIPI) yang terbagi
diperoleh sampel minimal sebanyak 145
menjadi dua kategori yaitu mengalami
sampel lalu ditambah 10% menjadi 160,
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
dan total sampel yang mengisi kuesioner
dan tidak mengalami kejadian ikutan
sebanyak 163 namun setelah dilakukan
pasca imunisasi (KIPI). Variabel
cleaning terdapat 3 data di-drop
independen yang diteliti yaitu usia, status
dikarenakan adanya data responden yang
gizi, jenis vaksin, durasi tidur, aktivitas
missing sehingga jumlah sampel yang
fisik dan pola makan.
dianalisis sebanyak 160 sampel. Kriteria
Kategori variabel usia
inklusi penelitian ini adalah masyarakat
dikelompokkan berdasarkan mean dan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. X N0 Y, Bulan Tahun : HalamanM-N Vol. 14 No 2, Juni 2015 : 89 – 95

standar deviasi. Variabel status gizi kali/minggu, skor 25= 1x sehari,dan skor
didapatkan dari hasil pengukuran IMT 50= >1 kali sehari. Setelah itu, ditotal dan
berdasarkan usia, untuk usia >18 tahun dilihat nilai mean, dibagi menjadi 2
yaitu berat badan (kg) dibagi dengan kategori yaitu kurang baik <mean dan
tinggi badan (m2) dengan yakni baik ≥mean (Kementerian Kesehatan RI,
IMT≤18,4 (gizi kurang), 18,5 – 25,0 2014).
(normal), 25,1->27,0 (gizi lebih) Penelitian ini menggunakan
(Kementerian Kesehatan, 2019), software IBM SPSS Statistic Version
sedangkan usia ≤18 tahun pengukurannya 25 dalam menganalisis data univariat,
adalah IMT/umur dengan pengkategorian bivariat dan multivariat. Untuk melihat
menjadi <-3SD - <-2SD (gizi kurang), distribusi frekuensi dari variabel yang
-2SD – 1 SD (normal), >1SD – >2SD diteliti dilakukan analisis univariat.
(gizi lebih) (Kementerian Kesehatan, Serta, analisis bivariat dilakukan
2020b). Variabel jenis vaksin menggunakan uji chi-square agar
dikategorikan menjadi Sinopharm, terlihat hubungan antar variabel dan
Sinovac, Astrazeneca, Moderna dan analisis multivariate untuk melihat
Pfizer (Simorangkir, 2021). Selanjutnya faktor yang paling dominan
variabel durasi tidur terbagi tiga kategori mempengaruhi KIPI.
yaitu < 7 jam, 7-8 jam dan >9 jam HASIL
(Peltzer and Pengpid, 2017). Hasil penelitian menunjukkan
Variabel aktivitas fisik bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
menggunakan kuesioner yang diadaptasi (KIPI) vaksinasi COVID-19 pada
dari International Physical Activity responden sebanyak 69% (Gambar 1).
Questionnaire (IPAQ) dikategorikan
menggunakan Metabolic Equivalent
(MET) dengan tiga kategori yaitu
kategori ringan (<600 MET menit
perminggu), kategori sedang (600-1499
MET menit perminggu), kategori berat
(≥1500 MET menit perminggu) (Forde,
2005). Variabel pola makan kategori
Gambar 1. Kejadian Ikutan Pasca
pertanyaan diberikan skor 0=tidak pernah
Imunisasi (KIPI) Vaksinasi COVID-19
, skor 10= 1-2 kali/minggu, skor 15=3-5

4
Faktor yang Berhubungan dengan...(Putri Kurniawati, Rifka Qatrunnida, Dadang Mulyono, Hoirun Nisa)

Berdasarkan jenis reaksi setelah Penyakit komorbid 95 24,1

melakukan vaksinasi COVID-19, Iya 5 3,1

Tidak 155 96,9


responden mengalami reaksi sistemik
(65%), mengalami reaksi lokal (15%), Perilaku merokok

Iya 1 0,6
mengalami reaksi lainnya (4%), dan tidak
Tidak 159 99,4
mengalami reaksi (16%) (Gambar 2)
Status gizi
Gizi kurang 33 20,6
Normal 92 57,5
Gizi lebih 35 21,9
Durasi tidur (Jam)

<7 99 61,9

7–8 56 35,0

>8 5 3,1

Gambar 2. Kejadian Ikutan Pasca Aktivitas Fisik

Imunisasi (KIPI) Vaksinasi COVID-19 Ringan 47 29,4

Sedang 65 40,6
Tabel 1. Karakteristik Responden,
Berat 48 30,0
n=160
Pola Makan
Variabel n % Baik 52 32,5
KIPI Kurang Baik 108 67,5
Mengalami 111 69,0
Dosis Vaksin
Tidak 49 31,0 36 22,5
Dosis 1
mengalami
Dosis 2 124 77,5
Usia (tahun) 21,03 ± 4,569 160 100
Jenis kelamin mean ± SD

Laki-laki 28 17,5 Pada Tabel 1 menunjukkan


Perempuan 132 82,5
karakteristik dari responden. Sebagian
Domisili besar responden berusia 12-25 tahun
Kabupaten 63 39,4
(94,4%), laki-laki (17,5%) dan
Kota 97 60,6
perempuan (82,5%). Untuk domisili
Jenis Vaksin
terbagi dua yakni kabupaten (39,4%) dan
Sinopharm 1 0,6
kota (60,6%). Jenis vaksin yang
Sinovac 127 79,9
22 13,8
digunakan sebagian besar responden
Astrazeneca
Moderna 6 3,8 yakni Sinovac (79,9%), memiliki

Pfizer 4 2,5 penyakit komorbid (3,1%) dan hampir


Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. X N0 Y, Bulan Tahun : HalamanM-N Vol. 14 No 2, Juni 2015 : 89 – 95

semua responden tidak merokok (99,4%).


Kategori status gizi responden terbagi 3 Dosis Vaksin
yaitu gizi kurang (20,6%), normal Dosis 1 6(12,2) 30(27,0) 0,042*
(57,5%), dan gizi lebih (21,9%). Durasi Dosis 2 43(87,8) 81(73.0)
tidur responden <7 jam (61,9%), 7-8 jam Keterangan: *p <0,25 berlanjut ke analisis
(35,0%), dan >8jam (3,1%). Responden multivariat
yang melakukan aktivitas fisik ringan Berdasarkan hasil analisis bivariat
(29,9%), sedang (40,6%) dan berat yang disajikan pada Tabel 2 diperoleh
(30,0%). Responden yang memiliki pola bahwa responden dengan status gizi
makan kurang baik (67,5%) dan sebagian kurang mengalami  KIPI vaksinasi
responden merasakan gejala kipi setelah COVID-19 (24,3%) dan responden
melakukan dosis 2 (77,5%).   dengan status gizi lebih mengalami  KIPI
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Kejadian vaksinasi COVID-19 (17,1%).
Pasca Imunisasi (KIPI) Vaksinasi Selanjutnya responden pola makan
COVID-19 kurang baik mengalami  KIPI vaksinasi
KIPI COVID-19 (73%). Responden telah
Variabel Tidak mengalami Mengalami
value divaksinasi dosis 2 mengalami KIPI
n (%) n (%)
Usia
(tahun)
21,47±7,33 20,83±2,56 vaksinasi COVID-19 (73%). Sehingga,
Statu 554 status gizi, pola makan dan dosis timbul
s Gizi
gejala berhubungan dengan KIPI
Gizi Kurang 6(12,2) 27(24,3) 0,216*
Normal 27(55,1) 65(58,6) Reference
vaksinasi COVID-19 (pvalue <0,05).
Gizi Lebih 16(32,7) 19(17,1) 0,084*
Aktivi Sedangkan variabel usia, aktivitas fisik,
tas Fisik
dan durasi tidur tidak berhubungan
Ringan 17(34,7) 30(27,0) Reference
dengan  KIPI vaksinasi COVID-19
Sedang 16(32,7) 49(44,1) 0,188
(pvalue>=0,05).
Berat 16(32,7) 32(28,8) 0,772
Tabel 3. Analisis Multivariat Usia,
Pola
Makan IMT, Pola Makan, dan Dosis Vaksin
Baik 22(44,9) 30(27,0) terhadap Kejadian Ikutan Pasca
0,041*
Kurang Baik 27(55,1) 81(73,0) Imunisasi (KIPI) Vaksinasi COVID-19
Durasi Tidur Variabel OR 95% CI P-value
(Jam) Status gizi
<7 Gizi Kurang
0,915
31(63,3) 68(61,3) 0,63 – 4,87 0,282
1,75
7–8 18(36,7) 28(34,2) Reference
Normal 1,00 Reference
>8 0(00,0) 5(4,5) Gizi Lebih
0,999 0,48 0,20 – 1,10 0,086

6
Faktor yang Berhubungan dengan...(Putri Kurniawati, Rifka Qatrunnida, Dadang Mulyono, Hoirun Nisa)

Pola makan Hasil penelitian ini menunjukkan


Baik 1,00 Reference
Kurang Baik 2,37 1,13 – 4,98 0,022 bahwa responden yang mengalami
Dosis Vaksin
Dosis 1 1,00 Reference Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Dosis 2 0,35 0,13 – 0,95 0,041
vaksinasi COVID-19 lebih tinggi yaitu
sebesar 69% dibandingkan dengan
Hasil analisis multivariat pada
penelitian yang dilakukan oleh (Lidiana
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
et al., 2020) yaitu sebesar 10,5%. Hasil
hubungan signifikan antara pola makan
penelitian ini menunjukkan terdapat
dan dosis vaksin dengan kejadian ikutan
hubungan signifikan dengan Kejadian
pasca imunisasi (KIPI) vaksinasi
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah
COVID-19. Responden yang memiliki
pola makan dan dosis vaksin. Sedangkan
pola makan kurang baik memiliki
faktor yang tidak berhubungan signifikan
peluang 2,37 kali lebih besar (95% CI:
dengan KIPI adalah status gizi. Faktor
1,13 – 4,98) untuk mengalami  KIPI
yang paling dominan dengan KIPI adalah
vaksinasi COVID-19 dibandingkan
pola makan.
dengan responden yang memiliki pola
Penelitian ini memperoleh hasil
makan baik. Selain itu, responden yang
bahwa responden yang memiliki pola
telah divaksinasi dosis 2 merupakan
makan yang kurang baik cenderung
faktor protektif atau pencegah 0,35 kali
mengalami KIPI, yaitu sebanyak 75%.
(95% CI: 0,13 – 0,95) terhadap KIPI
Responden yang memiliki pola makan
vaksinasi COVID-19 dibandingkan
kurang baik berpeluang 2,37 kali lebih
dengan responden yang baru melakukan
besar untuk mengalami KIPI
vaksinasi dosis 1. Sedangkan status gizi
dibandingkan dengan responden yang
tidak berhubungan dengan KIPI vaksinasi
memiliki pola makan baik. Pada
COVID-19, namun responden yang
penelitian yang dilakukan oleh (Kim et
memiliki gizi kurang cenderung
al., 2021) dan (De Araújo Morais et al.,
mengalami KIPI OR 1,75 tetapi tidak
2021) pola makan yang kurang baik
signifikan (95% CI : 0,63 – 4,87)
berpengaruh terhadap disfungsi
sebaliknya, responden yang memiliki gizi
kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan
lebih cenderung tidak mengalami KIPI
seseorang rentan terhadap penyakit.
OR 0,48 tetapi tidak signifikan (95% CI :
Menurut (UNICEF, 2021) konsumsi
0,20 – 1,10).
makanan yang seimbang seperti sayuran
PEMBAHASAN
hijau, kunyit, bawang putih, dan buah-
buahan mengandung vitamin C yang
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. X N0 Y, Bulan Tahun : HalamanM-N Vol. 14 No 2, Juni 2015 : 89 – 95

kaya nutrisi dapat menghindari efek dan responden yang lebih muda sebanyak
samping vaksin yang serius, 83% setelah dosis ke-1 menjadi 78%
meningkatkan kekebalan serta membantu setelah dosis ke-2. Penelitian tersebut
memerangi efek samping vaksin (KIPI), juga menunjukan bahwa terdapat
selain itu juga merekomendasikan untuk kemanjuran pemberian vaksin dosis ke-1
minum air yang banyak agar tetap dan dosis ke-2 sebanyak 52% (95% CI :
terhidrasi baik sebelum dan sesudah 29,5-68,4) dan terbukti sebagai protektif
vaksinasi dengan terhidrasi dengan baik terhadap COVID-19.
tidak hanya akan mencegah efek samping Penelitian ini menunjukkan
vaksin tetapi juga dapat membantu bahwa status gizi tidak berhubungan
mempersingkat durasi dan intensitas efek dengan KIPI. Sebanyak 81,8% responden
samping vaksin dan hindari alkohol serta yang memiliki status gizi kurang
merokok karena dapat memperburuk efek mengalami KIPI. Responden yang
samping vaksin karena alkohol juga memiliki status gizi kurang memiliki
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh peluang 1,75 kali lebih besar untuk
secara negatif dan kemungkinan respon mengalami KIPI tetapi tidak signifikan.
imun terhadap vaksin menjadi tidak Pada penelitian yang dilakukan oleh
efektif jika ada alkohol yang berlebihan (Song et al., 2021) menyebutkan bahwa
dalam tubuh begitupula dengan merokok. semakin rendah IMT seseorang, maka
Penelitian ini menunjukkan hasil semakin sering mengalami KIPI. Pada
bahwa responden dengan vaksinasi penelitian tersebut, hubungan antara IMT
COVID-19 dosis ke-2 cenderung untuk dengan KIPI tidak jelas, namun terdapat
tidak mengalami KIPI dibandingkan penelitian-penelitian yang baru-baru ini
dengan dosis ke-1. Penelitian yang melaporkan bahwa KIPI lebih banyak
dilakukan oleh (Polack et al., 2020) terjadi pada kelompok yang memiliki
melaporkan bahwa persentase responden berat badan yang kurang. Penelitian yang
yang mengalami KIPI berupa kemerahan dilakukan oleh (Iguacel et al., 2021)
atau pembengkakan di tempat suntikan menunjukkan bahwa risiko mengalami
jauh lebih rendah setelah dosis ke-2 efek samping terhadap vaksin COVID-19
dibandingkan dosis ke-1. Selanjutnya, yaitu demam, muntah, diare dan
KIPI nyeri yang dialami responden >55 kedinginan lebih tinggi presentasinya
tahun sebanyak 71% pada dosis ke-1 pada orang yang memiliki berat badan
berkurang menjadi 66% pada dosis ke-2, kurang dan normal dibandingkan dengan

8
Faktor yang Berhubungan dengan...(Putri Kurniawati, Rifka Qatrunnida, Dadang Mulyono, Hoirun Nisa)

orang yang kelebihan berat badan, vaksin. Faktor yang paling dominan
termasuk obesitas. berpengaruh terhadap KIPI vaksinasi
Kelebihan penelitian ini terletak COVID dalam penelitian ini adalah pola
pada proses pengumpulan data yang makan.
dilakukan ketika berlangsungnya Saran
program vaksinasi COVID-19, sehingga Sebaiknya pemerintah terus
mengurangi bias informasi mengenai menggalakkan program vaksinasi sebagai
KIPI yang dilaporkan oleh responden. upaya pencegahan COVID-19 untuk
Minimnya penelitian mengenai KIPI menciptakan kekebalan kelompok (herd
Vaksinasi COVID-19, sehingga dapat immunity). Penelitian ini membuktikan
menjadi acuan untuk penelitian bahwa vaksin dosis ke-2 protektif
selanjutnya. Namun, terdapat pula terhadap KIPI sehingga masyarakat yang
keterbatasan dalam penelitian ini yaitu baru melakukan vaksinasi dosis ke-1
hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi dapat diinformasikan untuk segera
karena teknik pengambilan sampel yang melakukan dosis ke-2 sesuai rentang
digunakan adalah non probability waktu yang telah ditentukan. Selain itu,
sampling. Selain itu, pengumpulan data dibutuhkan pula edukasi mengenai
dalam penelitian ini dilakukan secara keamanan vaksin COVID-19, persiapan
online sehingga hanya masyarakat yang masyarakat sebelum melakukan vaksinasi
memiliki akses internet saja yang dapat COVID-19, efek samping yang dapat
berpartisipasi. Penelitian ini juga terjadi setelah divaksinasi serta pelaporan
dimungkinkan terdapat bias pelaporan dan penanganan jika mengalami KIPI
data pada variabel status gizi, pola setelah divaksinasi COVID-19.
makan, dan aktivitas fisik karena hanya Diharapkan KIPI vaksinasi COVID-19 di
berdasarkan pengakuan responden. Indonesia dapat berkurang dan
masyarakat menjadi tidak takut untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
melakukan vaksinasi, sehingga cakupan
Kesimpulan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dapat
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi meningkat.
(KIPI) setelah divaksinasi COVID-19
cukup tinggi. Faktor-faktor yang UCAPAN TERIMA KASIH
berhubungan dengan KIPI vaksinasi
COVID adalah pola makan dan dosis
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. X N0 Y, Bulan Tahun : HalamanM-N Vol. 14 No 2, Juni 2015 : 89 – 95

Kami ucapkan terima kasih ambang-indeks-massa-tubuh-imt.


kepada responden yang telah Kementerian Kesehatan (2020a)
berpartisipasi dalam penelitian ini. ‘Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
DAFTAR PUSTAKA
De Araújo Morais, A. H. et al. (2021) HK.01.07/Menkes/12758/2020

‘Nutritional status, diet and viral Tentang Penetapan Jenis Vaksin

respiratory infections: Untuk Pelaksanaan Vaksinasi’,

Perspectives for severe acute 2019, pp. 1–4.

respiratory syndrome coronavirus Kementerian Kesehatan (2020b)

2’, British Journal of Nutrition, ‘PERATURAN MENTERI

125(8), pp. 851–862. doi: KESEHATAN REPUBLIK

10.1017/S0007114520003311. INDONESIA NOMOR 2

Forde, C. (2005) ‘Scoring the TAHUN 2020’, Sustainability

International Physical Activity (Switzerland), 4(1), pp. 1–9.

Questionnaire (IPAQ) Exercise Available at:

Prescription for the Prevention https://pesquisa.bvsalud.org/portal

and Treatment of Disease’, /resource/en/mdl-

Exercise Prescription for the 20203177951%0Ahttp://dx.doi.or

Prevention and Treatment of g/10.1038/s41562-020-0887-

Disease, pp. 2–4. Available at: 9%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s4

https://ugc.futurelearn.com/uploa 1562-020-0884-z

ds/files/bc/c5/bcc53b14-ec1e- %0Ahttps://doi.org/10.1080/1366

4d90-88e3- 9877.2020.1758193%0Ahttp://ser

1568682f32ae/IPAQ_PDF.pdf. sc.org/journals/index.php/IJAST/a

Iguacel, I. et al. (2021) ‘Association rticle/view/22.

between COVID-19 Vaccine Side Kementerian Kesehatan RI (2014)

Effects and Body Mass Index in ‘Pedoman PGSKesehatan’,

Spain’, pp. 1–12. Pedoman Gizi Seimbang, pp. 1–

Kementerian Kesehatan (2019) Tabel 99.

Batas Ambang indeks Massa Kim, H. et al. (2021) ‘Plant-based diets,

tubuh (IMT). Available at: pescatarian diets and COVID-19

http://p2ptm.kemkes.go.id/infogra severity: A population-based

phic-p2ptm/obesitas/tabel-batas- case-control study in six

10
Faktor yang Berhubungan dengan...(Putri Kurniawati, Rifka Qatrunnida, Dadang Mulyono, Hoirun Nisa)

countries’, BMJ Nutrition, income countries’, International


Prevention and Health, 4(1), pp. Journal of Environmental
257–266. doi: 10.1136/bmjnph- Research and Public Health,
2021-000272. 14(6). doi:
Koesnoe, S. (2021) ‘Teknis Pelaksanaan 10.3390/ijerph14060566.
Vaksin Covid dan Antisipasi Polack, F. P. et al. (2020) ‘Safety and
KIPI’, Perhimpunan Dokter Efficacy of the BNT162b2
Spesialis Penyakit Dalam mRNA Covid-19 Vaccine’, New
Indonesia, pp. 1–65. England Journal of Medicine,
Lidiana, E. H. et al. (2020) ‘Gambaran 383(27), pp. 2603–2615. doi:
Karakteristik Kejadian Ikutan 10.1056/nejmoa2034577.
Pasca Vaksinasi Covid-19 Pada Shimabukuro, T. and Nair, N. (2021)
Tenaga Kesehatan Alumni ‘Allergic Reactions including
Universitas ‘Aisyiyah Surakarta’, Anaphylaxis after Receipt of the
Jurnal Ilmiah Kesehatan, First Dose of Pfizer-BioNTech
19(Mei), pp. 33–42. COVID-19 Vaccine’, JAMA -
Menni, C. et al. (2021) ‘Vaccine side- Journal of the American Medical
effects and SARS-CoV-2 Association, 325(8), pp. 780–781.
infection after vaccination in doi: 10.1001/jama.2021.0600.
users of the COVID Symptom Simorangkir, T. (2021) Apa Vaksin
Study app in the UK: a Covid-19 yang Paling Sesuai
prospective observational study’, Untukmu? Available at:
The Lancet Infectious Diseases. https://corona.jakarta.go.id/id/arti
The Author(s). Published by kel/apa-vaksin-covid-19-yang-
Elsevier Ltd. This is an Open paling-sesuai-untukmu.
Access article under the CC BY Song, J. E. et al. (2021) ‘Survey of
4.0 license, 21(7), pp. 939–949. adverse events after the first dose
doi: 10.1016/S1473- of the ChAdOx1 nCoV-19
3099(21)00224-3. vaccine: A single-center
Peltzer, K. and Pengpid, S. (2017) ‘Sleep experience in Korea’, Infection
duration, sleep quality, body mass and Chemotherapy, 53(3), pp.
index, and waist circumference 557–561. doi:
among young adults from 24 low- 10.3947/IC.2021.0044.
and middle-income and two high- Tissot, N. et al. (2020) ‘Since January
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. X N0 Y, Bulan Tahun : HalamanM-N Vol. 14 No 2, Juni 2015 : 89 – 95

2020 Elsevier has created a


COVID-19 resource centre with
free information in English and
Mandarin on the novel
coronavirus COVID- 19 . The
COVID-19 resource centre is
hosted on Elsevier Connect , the
company ’ s public news and
information ’, (January).
UNICEF, I. (2021) COVID-19 Dos and
don’ts after vaccination.
Available at:
https://www.unicef.org/india/stori
es/covid-19-dos-and-donts-after-
vaccination.

12

You might also like