You are on page 1of 8

Bulletin of Science Education

Vol. 1, No. 1, January 2021


https://www.attractivejournal.com/index.php/bse/index

Minimum Completeness Criteria for Islamic Education Subjects


(Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam)

Mishul Jannah1*, Muslimah2


1,2Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Indonesia

abdulazis@iain-palangkaraya.ac.id
Abstract
This article aims to determine the Minimum Completeness Criteria by the
education unit by considering the characteristics of the basic competencies
to be achieved, the carrying capacity, and the characteristics of students. The
Minimum Criteria of Mastery Learning. is a joint reference for educators,
ARTICLE INFO students, and students' parents. in this article discusses the Minimum
Article history: Criteria of Mastery Learning. This article is written with a qualitative
Received approach and uses literature methods. And the results of this article are:
December 08, Minimum Criteria of Mastery Learning is the lowest standard that must be
2020 achieved by every student through Teaching and Learning Activities (TLA) or
Revised the minimum limit of student achievement in the competence of each
January 08, 2021 indicator, basic competence, and standard competency aspects of subject
Accepted assessment that must be mastered. Determination of the the Minimum
January 10, 2021 Criteria of Mastery Learning value is carried out through an analysis of
minimum learning completeness on each indicator by taking into account the
complexity, carrying capacity and intake of students to achieve completeness
of basic competencies and competency standards.

Keywords: Minimum Completeness Criteria, Islamic Education Subject,


Kriteria Ketuntasan Minimum
Published by CV. Creative Tugu Pena
Website https://www.attractivejournal.com/index.php/bse/
This is an open access article under the CC BY SA license
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

PENDAHULUAN
Salah satu prinsip penilaian yang diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia
adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta
didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM
merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya
dukung, dan karakteristik peserta didik (Mardapi, D., Hadi, S., & Retnawati, H. 2015;
Syafrina, A., & Farhan, 2016)). Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap
mata pelajaran merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kriteria Ketuntasan Minimal menjadi acuan bersama antara pendidik,
peserta didik, dan orang tua peserta didik sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan pada awal tahun pelajaran. Guru
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria termasuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI), yaitu kompleksitas, daya dukung dan kemampuan atau intake peserta didik
(Baharun, 2016). Dalam implementasinya sangat sulit untuk mempertimbangkan ketiga
aspek diatas. Salah satu faktor indikator dari sekian banyak indikator yang diharapkan
akan mendorong peningkatan mutu pendidikan adalah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) Maka dalam artikel ini akan dibahas mengenai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang meliputi pengertian, fungsi, pinsip, langkah-langkah, penentuan dan format Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Kenapa penting mengangkat penulisan ilmiah tentang KKM? Tidak lain adalah
karena menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Untuk
itu, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk
mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat
diakses dengan mudah oleh peserta didik dan/atau orang tuanya. KKM harus
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil
belajar peserta didik.

METODE
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi pustaka,
yakni dengan mengumpulkan dan menganalisa informasi data dengan teknik dokumentasi
(Muslimah, et al., 2020). yaitu mencari data yang relevan dari berbagai macam referensi di
perpustakaan seperti buku-buku, artikel, dan jurnal yang relevan dengan kajian ini.
Kriteria referensi yang dipilih yaitu adanya pembahasan mengenai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Dalam Lampiran Permendiknas No. 20 Tahun 2007 point A
butir 10 disebutkan bahwa “Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh
satuan pendidikan” dan “KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok
mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang
kompetensi”. Dikatakan juga bahwa, KKM merupakan “batas ketuntasan setiap mata
pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah melalui analisis indikator dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik setiap indikator, dan
kondisi satuan pendidikan (Depdiknas, 2008).
Ketuntasan minimal adalah suatu cara menentukan penilaian pada kurikulum
untuk menentukan lulus tidaknya seorang peserta didik. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan
pada awal tahun pembelajaran dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata
peserta didik) (Dian Mayasari, 2020). enurut Prayitno Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) merupakan acuan untuk menetapkan seorang peserta didik/ siswa secara
minimal memenuhi persyaratan atas materi pelajaran tertentu (Prayitno, 2013).
Sedangkan menurut Kunandar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria
Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan pada awal tahun
pembelajaran dengan memperhatikan: Intake (kemampuan rata-rata peserta didik);
Kompleksitas materi (mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya
kompetensi dasar; dan kemampuan daya pendukung (berorientasi pada sarana dan
prasarana pembelajaran dan sumber belajar) yang dimiliki satuan pendidikan
(Kunandar, 2013). Target ketuntasan secara nasional kemudian ditingkatkan secara
bertahap. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta
didik, dan orangtua peserta didik. Oleh karena, itu pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu
melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik

23
dan orang tuannya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan
Hasil Belajar (LBH) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik (Eko
Hariyanto &Pinton Setya Mustafa, 2020)
Istilah kriteria dalam penilaian sering juga disebut sebagai tolak ukur atau
standar. Kriteria, tolak ukur dam standar adalah sesuatu yang digunakan sebagai
patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. KKM adalah salah satu
prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi, yakni menggunakan kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik (Muhammad Yusuf Husen, 2020).
KKM juga disebut sebagai batas lulus atau standard setting. Standar dapat diartikan
sebagai ukuran. Jadi, standard setting adalah suatu proses yang digunakan dalam
menentukan atau memilih suatu acuan penilaian pada suatu ujian (Djemari Marpadi,
dkk, 2015).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa KKM merupakan standar
terendah yang harus dicapai oleh setiap siswa melalui Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) atau batas minimal ketercapaian siswa dalam kompetensi setiap indikator,
kompetensi dasar, dan standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang
harus dikuasai.

2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Fungsi kriteria ketuntasan minimal adalah:
a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat
diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus
memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam
bentuk pemberian layanan remedial atau layananpengayaan.
b. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran. Setiap Kompetensi Dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang
harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat
mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi
KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui
KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan.
c. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan
dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM
sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang
ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD tiap
mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses
pembelajaran maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah.
d. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara
satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik,
pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya
pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.
Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti
kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain
pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan
dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan
untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.
e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata
pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk
melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan

24
salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan
program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu
pendidikan bagi masyarakat (Depdiknas, 2008).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari KKM
adalah sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti, sebagai acuan bagi peserta
didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran, sebagai bagian
dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah, sebagai kontrak pedagogik antara pendidik dengan
peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat serta sebagai
target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran.
3. Penetapan dan Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Penetapan KKM harus dilakukan sebelum awal tahun ajaran dimulai karena
KKM merupakan kriteria minimal sebagai tolok ukur pencapaian kompetensi dan
sebagai standar pengukuran paling awal untuk mengukur dan menilai hasil belajar
yang telah dicapai oleh setiap siswa melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada
saat kegiatan belajar mengajar KKM akan memberikan petunjuk penting bagi tenaga
pendidik di tingkat satuan pendidikan untuk merumuskan langkah-langkah yang
realistik dan terukur.
Penetapan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut akan berbeda setelah diperhitungkan tingkat
kompleksitas, daya dukung, dan intake (kemampuan rata-rata peserta didik)
dimasing-masing satuan pendidikan (Muhaimin, dkk, 2008; Suhemah, 2018).
Menurut Amirono dan Daryanto penetapan KKM dilakukan oleh guru atau
dengan melalui forum guru serumpun baik yang berada di lingkungan madrasah yang
bersangkutan maupun dengan madrasah/sekolah lain dalam forum KKG/MGMP perlu
mempertimbangkan beberapa prinsip, sebagai berikut:
a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat
dilakukan melalui profesional judgement oleh pendidik dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar
mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan
rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang
ditentukan.
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan
belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas,
daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi
dasar dan standar kompetensi.
c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata
dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik
dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang
bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan
untuk seluruh indikator pada KD tersebut.
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata
KKM Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SK tersebut.
e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua
KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/ Rapor) peserta didik dan harus
diinformasikan kepada seluruh warga madrasah dan orang tua peserta didik.

25
f. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan
nilai ketuntasan minimal (Daryanto dan Amirono, 2016).
Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan melalui metode kualitatif yaitu dilakukan melalui Professional judgment
oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Melalui metode kuantitatif yaitu
dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria
yang ditentukan.
Adapun penetapan nilai KKM-nya dilakukan melalui analisis ketuntasan
belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya
dukung dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan
standar kompetensi (Taufiq, M., Fatimah, F., & Zahara, N. 2020).Indikator sebagai
acuan atau rujukan bagipendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik UH (Ulangan
Harian), UTS (Ulangan Tengah Semester) maupun UAS (Ulangan Akkhir Sekolah).
Dalam soal ulangan ataupun tugas tersebut harus mampu mencerminkan atau
menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Seperti yang sudah terurai di atas
bahwasannya dalam menentukan KKM diperlukan.
Menurut Amirono dan Daryanto ada beberapa langkah penetapan KKM yang
dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah-langkah penetapan
KKM adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan
intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata
pelajaran;
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh
kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian
c. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang
tua/ wali peserta didik.
Secara teknis prosedur penetapan KKM mata pelajaran pada satuan
pendidikan menurut Kemendikbud 2017 dapat dilakukan antara lain dengan cara
berikut:
a. Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran pada masingmasing tingkat kelas
dalam satu tahun pelajaran.
b. Menentukan nilai aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata
pelajaran (kompleksitas materi/ kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan
(daya dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen berikut:
1) Karakteristik peserta didik (intake). Karakteristik peserta didik (intake) bagi
peserta didik baru (kelas VII) antara lain memperhatikan rata-rata nilai
rapor SD, nilai ujian sekolah SD, nilai hasil seleksi masuk peserta didik baru
di jenjang SMP. Bagi peserta didik kelas VIII dan IX antara lain diperhatikan
rata-rata nilai rapor semester-semester sebelumnya.
2) Karakteristik mata pelajaran (kompleksitas). Karakteristik mata pelajaran
(kompleksitas) adalah tingkat kesulitan dari masing-masing mata pelajaran,
yang dapat ditetapkan antara lain melalui expert judgment guru mata
pelajaran melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat

26
sekolah, dengan memperhatikan hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD,
keluasan KD, dan perlu tidaknya pengetahuan prasyarat.
3) Kondisi satuan pendidikan (daya dukung). Kondisi satuan pendidikan (daya
dukung) meliputi antara lain: (a) kompetensi pendidik (misalnya nilai Uji
Kompetensi Guru); (b) jumlah peserta didik dalam satu kelas; (c) predikat
akreditasi sekolah; dan (d) kelayakan sarana prasarana sekolah.
Contoh kriteria dan skala penilaian penetapan KKM untuk memudahkan
analisis setiap KD, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata
pelajaran, misalkan pada KKM PAI berikut:

Tabel 1. Kriteria dan Skala Penilaian Penetapan KKM

Menentukan KKM setiap KD dengan rumus berikut:

Misalkan: Aspek daya dukung mendapat nilai 90


Aspek kompleksitas mendapat nilai 70
Aspek intake mendapat skor 65
Jika bobot setiap aspek sama, nilai KKM untuk KD tersebut adalah:

Dalam menetapkan nilai KKM KD, pendidik/ satuan pendidikan dapat


juga memberikan bobot berbeda untuk masingmasing aspek, atau dengan
menggunakan poin/ skor pada setiap kriteria yang ditetapkan, sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Penskoran

Jika KD memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan


intake peserta didik sedang, maka nilai KKMnya adalah:

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKMnya adalah 67.
c. Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan rumus:

(Source Tim Direktorat Pembinaan SMP, 2017).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan KKM adalah: (1) Tingkat
kompleksitas, kesulitan atau kerumitan setiap indikator dan kompetensi dasar yang
harus dicapai oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat
kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-

27
kurangnya satu dari sejumlah kondisi; (2) Kemampuan sumber daya pendukung
dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah, seperti sarana
dan prasarana, ketersediaan tenaga, manajemen sekolah dan kepedulian stakeholders
sekolah; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang
bersangkutan (Latifah Hanum, 2013).

KESIMPULAN
KKM merupakan standar terendah yang harus dicapai oleh setiap siswa melalui
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau batas minimal ketercapaian siswa dalam
kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi aspek penilaian
mata pelajaran yang harus dikuasai. Berfungsi sebagai: acuan bagi pendidik dalam menilai
kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti; acuan bagi
peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran; bagian dari
komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah; kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat; dan target satuan pendidikan dalam pencapaian
kompetensi tiapmata pelajaran. Penetapan nilai KKM dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan
kompleksitas,daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan
kompetensi dasar dan standar kompetensi. Indikator sebagai acuan atau rujukan
bagipendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik UH (Ulangan Harian), UTS (Ulangan
Tengah Semester) maupun UAS (Ulangan Akkhir Sekolah). Dalam soalulangan ataupun
tugas tersebut harus mampu mencerminkan atau menampilkan pencapaian indikator
yang diujikan. Seperti yang sudah terurai di atas bahwasannya dalam menentukan KKM
diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Baharun, H. (2016). Penilaian Berbasis Kelas pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di Madrasah. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3(2), 204-216.
Daryanto dan Amirono. Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media, 2016.
Depdiknas, Rancangan Hasil Belajar, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas-Direktorat Jendral Mangemen Pendidikan Dasar dan Menengah-Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Depdiknas. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Bandung: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2008.
Dian Mayasari, Program Perencanaan Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2020.
Djemari Marpadi, dkk, Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal Berbasis Peserta Didik,
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, vol. 19, no. 1, Juni 2015.
Eko Hariyanto dan Pinton Setya Mustafa, Pengajaran Remedial dalam Pendidikan Jasmani,
Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 2020.
Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Latifah Hanum, Perencanaan Pembelajaran, Banda Aceh: syiah kuala university press,
2017.
Mardapi, D., Hadi, S., & Retnawati, H. (2015). Menentukan kriteria ketuntasan minimal
berbasis peserta didik. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 19(1), 38-45.
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada
Sekolah dan Madrasah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008.
Muhammad Yusuf Husen, Belajar Aktual dengan Snowball Throwing Teaching (STT),
Sukabumi: CV. Jejak anggota IKAPI, 2020.

28
Muslimah, dkk., Cara Mudah Membuat Proposal Penelitian, Palangka Raya: Narasi Nara,
2020.
Prayitno. Kaidah Keilmuan Pendidikan Dalam Belajar dan 7 Pembelajaran jilid 2. Padang:
UNP Press, 2013.
Suhemah, S. (2018). Pengaruh Kreativitas Belajar Siswa Terhadap Pencapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) Pada Mata Pelajaran SKI (Studi di MTs Negeri 1 Cilegon)
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri" Sultan Maulana Hasanuddin"
Banten).
Syafrina, A., & Farhan, A. (2016). Efektifitas Media Animasi Dalam Pencapaian Nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal. Jurnal Pesona Dasar, 2(4).
Taufiq, M., Fatimah, F., & Zahara, N. (2020). Analisis ketuntasan belajar siswa kelas x ipa 3
sma negeri 2 peusangan melalui model discovery learning pada materi vektor.
Jurnal Pendidikan Almuslim, 8(1).
Tim Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2017.

Copyright Holder :
© Jannah, M., & Muslimah, M. (2021).

First Publication Right :


© Bulletin of Science Education

This article is under:


CC BY SA

29

You might also like