Professional Documents
Culture Documents
ISSN: 2598-6481
Abstract
The purpose of writing is to develop the pedagogical competence of counselors through the Job-
Embedded Professional Development model. Educator is someone who has full responsibility for the
implementation of education. That is because the success of Education is shaped by the quality of
educators/teachers. Based on Law No. 20 of 2003 Article 1 Paragraph 6, the counselor in the
national education system is declared as one of the qualifications of educators, equal to the
qualifications of teachers, lecturers, tutors, tutors, lecturers, facilitators, and instructors. As an
educator, counselors are required to have several main competencies, namely pedagogic,
personality, social, and professional competencies. However, based on UKG results for pedagogic
competence, the national average of educators in Indonesia is below the minimum competency
standard (SKM) of 55, which is 48.94. The counselor's pedagogic competence relates to how the
counselor's mastery of educational theory and practice, applies physiological and psychological
development and counselee behaviour and controls the essence of counseling and guidance services
in the path, type, and level of education units. Starting from these facts, it is necessary to make efforts
to improve the competence of the counselor so that the potential of students can develop optimally.
The improvement efforts can be done by using the Job-Embedded Professional Development (JEPD)
model as a strategy that focuses on the main object, namely student achievement. The JEPD demands
that the professional learning of educators be carried out during work days and at work, designed
to support team learning, and is recommended for educators. Thus, it is expected that the counselor's
pedagogic competence can develop optimally which of course also improves the quality of education.
Abstrak
Tujuan dari penulisan adalah untuk mengembangkan kompetensi pedagogic konselor melalui model
Job Embedded Professional Development. Pendidik merupakan seseorang yang memiliki
tanggung jawab penuh dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal itu dikarenakan kesuksesan
Pendidikan di bentuk dari kualitas pendidik/guru. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat
6, maka konselor dalam system pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan
instruktur. Sebagai seorang pendidik, konselor dituntut memiliki beberapa kompetensi utama yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Akan tetapi berdasarkan hasil UKG
untuk kompetensi pedagogik, rata-rata nasional pendidik di Indonesia berada dibawah standar
kompetensi minimal (SKM) sebesar 55, yaitu 48,94. Kompetensi pedagogik konselor berkaitan
dengan bagaimana penguasaan konselor terhadap teori dan praksis Pendidikan, mengaplikasikan
perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, dan menguasai esensi pelayanan
bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Bertolak dari fakta
tersebut maka diperlukan usaha untuk meningkatkan kompetensi konselor agar potensi siswa dapat
berkembang secara optimal. Upaya peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
model Job Embedded Professional Development (JEPD) sebagai sebuah strategi yang berfokus pada
objek utama yaitu pencapaian peserta didik. JEPD menuntut bahwa pembelajaran professional yang
dimiliki pendidik dilaksanakan selama hari kerja dan di tempat kerja, di desain untuk mendukung
pembelajaran tim, dan dianjurkan bagi para pendidik. Dengan demikian diharapkan kompetensi
241 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481
pedagogik konselor dapat berkembang secara optimal yang tentunya juga meningkatkan kualitas
pendidikan.
242 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481
243 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481
bimbingan dan konseling dalam upaya di Amerika juga menunjukkan bahwa JEPD
pendidikan benar-benar dapat meningkatkan kualitas
• Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan mengajar guru dan belajar peserta didik
konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan (National Institute for Excellence in Teaching,
pendidikan 2012: 19). Data terbaru yang diperoleh dari
• Menguasai esensi bimbingan dan konseling penelitian Cavazos menunjukkan peningkatan
pada satuan jalur Pendidikan formal, pemahaman guru dalam pemahaman materi
nonformal, dan informal reading untuk bahasa Inggris dan Spanyol
• Menguasai esensi bimbingan dan konseling setelah menerapkan secara eksplisit model
pada satuan jenis pendidikan umum, JEPD ini (Cavacoz, 2013: 145). Beberapa hasil
kejuruan, keagamaan, dan khusus penelitian tersebut menunjukkan kemajuan
• Menguasai esensi bimbingan dan konseling yang signifikan baik terhadap pencapaian
pada satuan jenjang pendidikan usia dini, peserta didik maupun pemahaman guru.
dasar dan menengah, serta tinggi.
Belajar merupakan proses yang
• Model Job Embedded Professional berlangsung terus menerus (ongoing process).
Development Leonard (2015: 194) berpendapat bahwa jika
Job Embedded Professional seseorang ingin mengajar, maka dia tidak boleh
Development (JEPD) merupakan model berhenti belajar. Dapat difahami dari sini
pengembangan kinerja professional pendidik bahwa JEPD memberikan kesempatan kepada
yang di dasarkan pada praktek sehari-hari pendidik untuk terlibat dalam proses belajar
dalam sekolah yang berfokus pada kualitas secara terus menerus. Sebagaimana telah
pengajaran dan perkembangan peserta didik. dijelaskan sebelumnya bahwa tulisan ini
JEPD terwujud dalam kegiatan beberapa team bertujuan mengaplikasikan model JEPD pada
professional yang menilai dan mencari solusi pengembangan kompetensi pedagogik
dari permasalahan yang terjadi dalam konselor, khususnya dalam pendidikan di
pengajaran kemudian mempraktekkannya
sekolah. maka konselor sekolah difasilitasi dan
sebagai bagian dari siklus perbaikan terus- diberikan kesempatan untuk belajar dalam
menerus (Pacchiano, Klein, & Hawley, 2016: rangka meningkatkan pemahaman dan praktik
7). Hal ini berkaitan dengan usaha pendidik dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan
dalam mewujudkan kualitas pembelajaran konseling di sekolah. Kebijakan
melalui serangkaian perbaikan-perbaikan dan wilayah/daerah maupun sekolah dapat
implementasi hasil perbaikan tersebut secara memberikan kesempatan ini dengan
terus menerus. Kegiatan evaluasi dan mengurangi beban pendidik dalam kegiatan-
pemecahan masalah merupakan inti dari kegiatan administrasi yang berlebihan, dan
pelaksanaan JEPD. Darling-Hammond & lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan
McLaughlin (Croft, dkk, 2010: 2) menjelaskan pendidik yang bersifat
bahwa JEPD adalah sebuah model instruksional/pengajaran seperti:
pengembangan yang mengacu pada aktivitas mengkoordinasikan jadwal pendidik,
belajar guru yang didasarkan pada praktek
menjelaskan tujuan, hasil, dan prioritas dari
mengajar sehari-hari dan dirancang untuk model JEPD, serta membantu dalam
meningkatkan materi-materi khusus dalam pengukuran kinerja peserta didik dan pendidik
praktek-praktek pengajaran dengan maksud Berkaitan dengan hal tersebut maka
untuk meningkatkan belajar siswa. kegiatan konselor sebagai pendidik perlu lebih
difokuskan dalam pemberian layanan
Penelitian Krista Louise Althausser
bimbingan dan konseling di sekolah,
pada guru matematika sekolah dasar
pengkoordinasian dalam menyusun jadwal
menunjukkan bahwa model JEPD memberikan
layanan, menjelaskan tujuan, hasil, dan apa
pengaruh yang signifikan terhadap efikasi diri
yang menjadi prioritas dalam JEPD, sehingga
guru dan juga pencapaian peserta didik
(Althausser, 2010: 121). Selain itu, penelitian
244 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481
konselor dapat secara penuh terlibat aktif maupun non formal antar guru atau pendidik,
dalam model ini. dilaksanakan dalam konteks sekolah atau kelas
JEPD dapat terdiri dari berbagai macam sebagai tempat mereka mengajar dan
bentuk kegiatan. Brown-Easton (Shaffer dan mendistribusikannya kepada seluruh anggota
Brown, 2015: 118) mengidentifikasi 12 format (Croft, dkk, 2010: 5).
pelaksanaan JEPD yaitu: (1) Penelitian • Implikasi JEPD Dalam Pengembangan
tindakan, (2) Diskusi kasus, (3) Pelatihan, (4) Kompetensi Pedagogik Konselor
Kelompok kritis, (5) Peningkatan data Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
assessment, (6) pengujian kerja peserta didik, konselor dan fasilitator JEPD adalah sebagai
(7) Implementasi rencana pembelajaran, (8) berikut:
Lesson study, (9) Mentoring, (10) Portofolio, • Konselor dan fasilitator bekerja sama dalam
(11) Komunitas pembelajaran professional merencanakan dan menjalankan pengajaran
(PLCs), dan (12) Study groups. Berbagai dalam konteks layanan bimbingan dan
kegiatan ini tentunya membutuhkan komitmen konseling
dan peran serta dari stakeholders dalam dunia • Beberapa konselor dan fasilitator
pendidikan serta mengindikasikan bahwa mengadakan pertemuan dalam rangka
JEPD merupakan sebuah model membahas dan menganalisis hasil skor yang
pengembangan professional yang kolaboratif. diperoleh peserta didik, kemudian
Beberapa pihak atau stakeholders yang mendiskusikan cara yang terbaik dalam
berperan dalam pelaksanaan JEPD ini mengubah atau melaksanakan pembelajaran
diantaranya adalah para fasilitator JEPD. Para dalam konteks bimbingan dan konseling
fasilitator dapat terdiri dari berbagai peran • Fasilitator memberlakukan suatu model
formal atau jabatan, diantaranya; kepala pengajaran pada pelaksanaan kerja para
sekolah, wakil kepala sekolah, guru, mentor, pendidik/konselor dalam suatu praktik
pimpinan lembaga, pengawas sekolah, dan pengajaran (berkaitan dengan layanan
lain-lain (Croft, dkk, 2010: 9). Peran fasilitator bimbingan dan konseling)
di sini tentunya adalah memfasilitasi usaha • Konselor mengirim video tentang
pengembangan kompetensi konselor. Kualitas pelaksanan kegiatan bimbingan dan
dari fasilitator ini sangat mempengaruhi konseling di sekolah kepada fasilitator atau
kualitas pelaksanaan JEPD. Sehingga pelatih JEPD secara off-site (melalui
dibutuhkan kompetensi-kompetensi atau website), kemudian mendiskusikannya
keterampilan yang harus dimiliki oleh dalam sebuah konferensi online untuk
fasilitator diantaranya adalah keahlian membahas apa saja yang perlu diperbaiki.
instruksional/mengajar, ketrampilan Sebagaimana telah disebutkan
interpersonal, dan ketrampilan dalam proses sebelumnya bahwa dalam melaksanakan JEPD
kelompok yang efektif. Keterampilan- secara berkelanjutan, maka dibutuhkan peran
keterampilan tersebut dapat diperoleh dari dan kontribusi aktif dari para stakeholders
pengembangan professional yang ditargetkan dalam dunia pendidikan diantaranya;
(Croft, dkk, 2010: 9). Keterampilan- • Pemerintah
keterampilan tersebut tentunya sangat Pemerintah tentu saja mempunyai peran yang
diperlukan dalam mendukung penilaian dan sangat penting dalam mengembangkan dan
perbaikan pada layanan bimbingan dan merencanakan berbagai strategi untuk
konseling yang dilakukan oleh konselor kepada meningkatkan kualitas pendidik khususnya di
peserta didik. sekolah. menurut Croft (2010: 10), ada
JEPD dapat dilaksanakan baik secara beberapa langkah yang dapat dilakukan
individual, bimbingan satu persatu, maupun pemerintah dalam mewujudkan mendukung
dalam tim. Meskipun begitu, para ahli lebih program pengembangan diantaranya:
menekankan pada aktivitas kolaboratif dimana • Pemberian informasi tentang standar
pengembangan professional pendidik pengembangan professional, pemberian
merupakan hasil interaksi sosial baik formal informasi berbasis daring, dan mengadakan
245 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481
246 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247
SENDIKA: Seminar Nasional Pendidikan FKIP UAD
ISSN: 2598-6481
247 | SENDIKA FKIP UAD, Desember 2018, Volume II, Nomor 1 Fithroni: 241-247