Professional Documents
Culture Documents
Article history:
Received 05 April 2018 The purpose of this study is to describe the professionalism condition of high
Received in revised form 12 school teachers (SMA) in the city of Yogyakarta. The method used in this
April 2018 research used qualitative research method with case study type with observation
Accepted 25 April 2018 data taking technique, interview, and document study. The study was conducted
in Yogyakarta City by taking data in several senior high schools in Yogyakarta
Keywords: Management, consisting of the headmaster, the head of MGMP Yogyakarta, and the sport
professional, sport education, education teacher who had met the criteria on the selection of informants. Data
teacher analysis technique using QSR NVivo Plus 11. The result of research of
professionalism condition of sport education teacher in Yogyakarta city can not
be said high, this is because there are still many problems that influence the level
of professionalism of sport education teacher in Yogyakarta City, such as
facilities and infrastructure which not yet adequate, Teaching that still uses
conventional methods, and administrative flaws. Based on the above
conclusions, the results of this study have implications of High School Teachers
in all cities of Yogyakarta to further improve their competence through various
ways to be more competent to be physical education teachers so as to channel
knowledge useful and good for learners.
yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dengan optimal. Dinas pendidikan cenderung
dan pelaksanaan proses pembelajaran”. lebih mengawasi aktivitas kegiatan
Aktivitas pembelajaran yang semakin pembelajaran yang ada di dalam ruangan kelas.
kompleks menyebabkan guru harus mampu Banyak aktivitas pembelajaran penjas yang
memenuhi kebutuhan peserta didik. Oleh tidak terpantau dengan baik sehingga
karena itu, dalam merencanakan dan menyebabkan kurang disiplinnya guru penjas
melaksananakan proses pembelajaran, guru dalam melakukan upaya pengembangan diri
dituntut memiliki kompetensi profesional yang maupun kualitas kegiatan pembelajaran.
baik agar dapat memenuhi kebutuhan peserta
didiknya. Adapun kemampuan yang harus 1.1. Kajian Pustaka
dimiliki oleh guru pada dimensi kompetensi
profesional sebagaimana dinyatakan dalam 1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
a. Pengertian Manajemen Sumber Daya
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Manusia
Akademik dan Kompetensi Guru.
Sejatinya setiap disiplin ilmu yang Manajemen menurut Sapre (Usman, 2014:
diberikan kepada peserta didik mengalami 6) adalah “serangkaian kegiatan yang
peningkatan secara continue, sehingga apa diarahkan langsung untuk penggunaan sumber
yang diberikan kepada peserta didik mengalami daya organisasi secara efektif dan efisien dalam
peningkatan tingkat kesulitan karena materi rangka mencapai tujuan organisasi”. Usman
yang diberikan adalah materi baru. Akan tetapi (2014: 6) menjelaskan bahwa “manajemen
realita yang saat ini terjadi adalah pembelajaran adalah perencanaan, pelaksanaan, dan
penjas yang masih tradisional, yaitu kegaiatan pengawasan (P3) sumber daya organisasi untuk
pembelajaran yang berorientasi pada mencapai tujuan secara efektif dan efisien”.
kecabangan dan kesenangan peserta didik tanpa Tim dosen UPI (2012: 230) menjelaskan bahwa
memperhatikan tujuan yang hendak “manajemen adalah bekerja dengan orang-
dikembangkan serta tidak melakukan orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan
modifikasi. Tradisionalnya pembelajaran pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
penjas tersebut terjadi di setiap jenjang (planning), pengorganisasian (organizing),
pendidikan.Misalnya pembelajaran penjas pada penyusunan personalia (staffing), pengarahan
tingkat sekolah menengah atas (SMA), hampir dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan
semua materi yang diberikan kepada peserta (controlling)”.
didik merupakan pengulangan dari materi Dari beberapa definisi diatas dapat
pembelajaran penjas di sekolah dasar (SD). disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
Kondisi seperti ini terjadi hampir diseluruh manusia adalah suatu rangkaian kegiatan yang
daerah di Indonesia, termasuk di daerah Kota dilakukan oleh sekelompok manusia guna
Yogyakarta. Sebagian besar guru-guru penjas mencapai tujuan bersama dengan
di daerah tersebut masih memberikan materi memaksimalkan fungsi-fungsi manajemen
yang itu-itu saja dalam pembelajaran penjas. seperti perencanaan, pengorganisasian,
Kurangnya upaya guru penjas dalam penyusunan staf, pengarahan, kepemimpinan
meningkatkan keprofesionalan tentu tidak serta pengawasan dalam mengembangkan
semata-mata kesalahannya. Di sinilah bakat seseorang secara efektif dan efisien.
pentingnya peran institusi atau dinas
pendidikan dalam mengawasi dan membantu 2. Manajemen Pendidikan Nasional Konsep
upaya pengembangan keprofesionalan guru Manajemen Pendidikan
penjas. Dinas pendidikan Kota Yogyakarta Manajemen pendidikan Indonesia
maupun lembaga pendidikansaat inibelum tentunya tidak terlepas dari tujuan pendidikan
mengawasikegiatan pembelajaran penjas Indonesia itu sendiri. Adapun tujuan
Manjamen Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Di Kota Yogyakarta (2018) 2548–4699
karena itu, guru harus memiliki inisiatif untuk bahwa upaya pengembangan yang dilakukan
mengembangkan kemampuan diri secara kepada guru penjas di Kota Yogyakarta sampai
mandiri. saat ini hanya terfokus pada kegiatan MGMP.
Sementara itu, pemilihan pengawas mata
c. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pelajaran penjas didasarkan atas pertimbangan
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun bahwa pengawas mata pelajaran merupakan
2007 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa orang yang paling mengetahui keadaan riil
guru adalah pendidik profesional dengan tugas profesionalisme guru penjas di lapangan karena
utama mendidik, mengajar, membimbing, dalam kesehariannya bertugas untuk membina
mengarahkan, melatih, menilai, dan dan membimbing guru penjas.
mengevaluasi perserta didik pada pendidikan Waktu penelitian dilakukan dalam tiga tahap,
anak usia dini jalur pendidikan formal, yaitu: tahap persiapan, tahap pengumpulan
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. data, dan tahap pengecekan data. Penelitian ini
Pengakuan atas keberadaan guru sebagai tenaga dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan
profesional bertujuan untuk mengangkat Januari 2017 sampai Maret 2017.
martabat dan peran guru sebagai agen Subjek penelitian ini adalah Koordinator
pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan Ketua MGMP Penjas Kota Yogyakarta.
pendidikan nasional. Pendidikan yang Koordinator MGMP Penjas sebagai pimpinan
berkualitas sangat membutuhkan keberadaan organisasi dan tidak terikat pada periode
guru yang profesional. Oleh karena itu, program kepemimpinan dijadikan sebagai key informan.
pembinaan dan pengembangan guru sangat Ketua MGMP Penjas dipilih sebagai informan
diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan karena terlibat langsung dalam program
profesinalismenya. Dari pendapat tersebut dapat pengembangan keprofesionalan.
dipahami bahwa pendanaan dalam pendidikan Objek penelitian dalam penelitian ini
merupakan tanggungjawab bersama diantara adalah manajemen pengembangan kompetensi
pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu, profesional guru penjas sekolah menengah atas
diperlukan adanya komitmen dan kesepakatan (SMA) Negeri di Kota Yogyakarta. Adapun
bersama diantara pemilik kepentingan untuk manajemen pengembangan kompetensi
bersama-sama memajukan pendidikan. profesional yang diteliti mencakup (1) kondisi
profesionalisme; (2) perencanaan program
pengembangan; (3) pelaksanaan program
2. Metode Penelitian pengembangan; (4) pelaksanaan evaluasi
kegiatan pengembangan.
Penelitian ini menggunakan metode Teknik pengumpulan data yang
penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. digunakan dalam penelitian ini adalah
Alasan pemilihan metode penelitian kualitatif wawancara yang dilakukan secara terstruktur
dengan pendekatan studi kasus agar menggunakan pedoman wawancara meski pada
mendapatkan data yang mendalam dan pelaksanaannya terkadang tidak mengenai
mengungkapkan informasi tentang manajemen pokok penelitian, tetapi tetap mengacu pada
pengembangan profesionalisme guru penjas pedoman wawancara agar hasil wawancara
sekolah menengah atas (SMA) negeri di Kota tetap memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan
Yogyakarta berdasarkan sudut pandang subjek penelitian. Wawancara dilaksanakan setelah
penelitian pada setting yang alamiah. peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan
Penelitian ini dilaksanakan di Kota subjek penelitian.
Yogyakarta. Pelaksanaannya dilakukan di Instrumen pengumpulan data dalam
forum MGMP penjas Kota Yogyakarta. penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri
Alasan pemilihan forum MGMP penjas Kota yang menggunakan instrument pendukung
Yogyakarta didasarkan atas pertimbangan berupa pedoman wawancara, pedoman
Manjamen Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Di Kota Yogyakarta (2018) 2548–4699
observasi, dan pedoman analisis dokumen. mapping atau peta topiktopik utama yang dibuat
Pedoman wawancara merupakan sejumlah melalui software N-Vivo 11.
pertanyaan yang peneliti buat untuk ditanyakan Bahwa permasalah utama yaitu
kepada informan. Pertanyaan tersebut ditujukan profesionalisme guru penjas berdasarkan hasil
untuk mengungkapkan dan menjelaskan sudut wawancara informan kunci dapat diambil
pandang informan terkait pengembangan guru topik-topik utama yang berpengaruh terhadap
penjas di Kota Yogyakarta. Pedoman observasi profesionalisme guru penjas diantaranya, (1)
berisi daftar dokumen yang di analisis untuk Kondisi profesionalisme guru penjas di Kota
melengkapi pengumpulan data mengenai Yogyakarta (2) Bentuk program yang akan
program-program pengembangan keprofesian dilaksankaan; (3) Faktor penghambat
guru penjas SMA Negeri di Kota Yogyakarta. pengembangan; (4) Langkah yang ditempuh
Dalam melakukan analisis data dalam menghadapi hambatan; (5) Pengaruh
kualitatif bertujuan pada proses penggalian program pengembangan; (6) Bagaimanakah
makna, penggambaran, penjelasan, dan program-program yang telah dilaksanakan tim
penempatan data pada konteknya masing- MGMP Kota Yogyakarta. Apabila dijabarkan
masing. Uraian data jenis ini berupa kalimat- per sub topik maka akan terlihat jawaban
kalimat, bukan angka atau tabel-tabel. Untuk terperinci dari setiap informan kunci.
itu data yang diperoleh harus diorganisir dalam Matrix coding query digunakan untuk
bentuk struktur yang mudah dipahami dan membandingkan data hasil wawancara
diuraikan. Data dalam penelitian ini dibandingkan dengan status demografi dari
dikumpulkan menggunakan QSR NVivo Plus 11 informan. Dalam hal ini peneliti akan
dari Tom Richards dan Lyn Richards (2012). membandingkan status jabatan dengan jawaban
dari hasil wawancara. Perbandingan pertama
3. Hasil dan Diskusi adalah terkait pertanyaan tentang kondisi
profesionalisme guru penjas di Kota Yogyakarta
Data penelitian tentang upaya untuk yang dapat dilihat pada grafik 1.
menggali tingkat pada pengembangan
profesionalisme guru pada kompetensi
profesional guru penjas tingkat sekolah
menengah atas (SMA) negeri di Kota
Yogyakarta yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi ini diperoleh dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Setelah data terkumpul, maka dilakukan
analisis data. Analisis data dalam penelitian ini Grafik 1. Profesionalisme Guru Penjas di
dibantu dengan menggunakan software QSR N- Kota Yogyakarta Menurut Informan
Vivo 11. Hal pertama yang dilakukan untuk
menganalisis data hasil dari lapangan adalah Dari grafik di atas dapar di lihat bahwa
dengan memasukkan data kedalam software N- menurut Kepala Sekolah, profesionalisme guru
Vivo 11 atau biasa disebut input data. penjas ada pada cara mengajarnya. Lebih
Analisis data dengan membandingkan lengkapnya bahwa cara mengajar guru penjas
topik-topik yang telah dibuat dengan jawaban masih menggunakan metode konvensional, hal
informan kunci. Topik-topik atau transkrip ini terbentuk Karena sudah terbiasa dengan
dibuat berdasarkan garis besar jawaban informan kondisi mengajar konvensional sehingga sudah
kunci dari hasil wawancara. Setiap pertanyaan menemukan zona nyaman dalam mengajar
memiliki data transkrip tersendiri yang nantinya konvensional. Menurut Ketua MGMP
menjadi topik utama dalam pembahasan. Namun profesionalisme guru penjas ada pada lemahnya
sebelum menganalisisnya, dapat dibuat mind administrasi. Lebih lengkapnya adalah bahwa
Nur Azis Rohmansyah a, Setiyawanb, 1 (1)(2018) 47–54
administrasi guru penjas ada pada pembuatan Perbandingan ketiga adalah terkait
PTK. Guru penjas lemah dalam membuat PTK, pertanyaan tentang bagaimana pengaruh
apabila ada hanya menggunakan perangkat yang program pengembangan pada guru penjas di
seperti itu-itu saja tidak ada pengembangan. Kota Yogyakarta yang dapat dilihat pada grafik
Sedangkan menurut guru penjas, 3.
profesionalisme guru penjas di Kota Yogyakarta
adalah ada pada kurangnya sarana dan prasarana.
Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah masih dirasa kurang membuat guru
kesulitan dalam mengajar.
Perbandingan kedua adalah terkait pertanyaan
tentang program pengembangan yang telah
dilaksanakan pada guru penjas di Kota
Yogyakarta yang dapat dilihat pada grafik 2.
Grafik 3. Pengaruh Program Pengembangan
pada Guru Penjas Menurut Informan
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa
menurut Kepala Sekolah bahwa pengaruh
program pengembangan ada pada peralihan
metode mengajar bahwa ada peningkatan dari
yang sebelumnya menggunakan metode
konvensional kini mulai beralih menggunakan
metode yang baru, kemudian ada pada
Grafik 2. Program Pengembangan peningkatan dalam hal menulis PTK. Menurut
Profesionalisme Guru Penjas Menurut Ketua MGMP adalah adanya peningkatan dalam
Informan hal administrasi seperti rajin menulis, membuat
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa RPP, membuat PTK. Namun apabila hal ini tidak
menurut Kepala Sekolah program dipantau, maka pola lama akan kembali.
pengembangan yang telah dilakasanakan Sedangkan menurut guru penjas adanya program
MGMP Penjas di Kota Yogyakarta adalah pada pengembangan yang dilakukan menjadikan
pengadaan Pelatihan-pelatihan yaitu berupa adanya pengaruh pada peningkatan guru dalam
pelatihan wasit cabang olahraga agar pada saat menulis PTK.
siswa sedang mengikuti perlombaan guru penjas Perbandingan keempat adalah terkait
tau akan peraturannya, kemudian pemecahan bagaimana bentuk program pengembangan yang
masalah di lapangan dengan mencari solusi akan dilaksanakan pada guru penjas di Kota
bersama pada pertemuan MGMP, yang terakhir Yogyakarta yang dapat dilihat pada grafik 4.
adalah pengadaan seminar-seminar
keolahragaan agar guru penjas rajin menulis.
Kemudian menurut Ketua MGMP adalah pada
pengadaan MGMP di tingkat rayon. Karena
dengan diadakannya pertemuan MGMP tingkat
rayon, masalah paling kompleks dapat diatasi
bersama. Sedangkan menurut guru penjas adalah
pada pada pelatihanpelatihan yaitu berupa
pelatihan menulis PTK, kemudian memberikan
motivasi kepada guru penjas agar lebih kreatf
dan inovatif dalam mengajar, dan yang terakhir Grafik 4. Bentuk Program Pengembangan
adalah mengikuti seminar-seminar dan studi yang akan dilaksanakan Menurut Informan
kasus di lapangan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa
Manjamen Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Di Kota Yogyakarta (2018) 2548–4699
menurut Kepala Sekolah terkait bagaimana menurut kepala sekolah banyak faktor yang
bentuk program pengembangan yang akan menjadi penghambat dalam proses
dilaksanakan adalah pada pembelajaran yang pengembangan profesionalime guru penjas,
kreatif dan inovatif dan pelaksanaan sosialisasi diantaranya adalah MGMP tingkat rayon belum
K13. Pada pembelajaran yang kreatif dan maksimal, luasnya lokasi, latar belakang setiap
inovatif adalah bahwa sebuah keterbatasan guru berbeda, dana yang dibutuhkan lebih besar
sarana dan prasaran menjadi penghambat dalam dibandingkan yang didapat. Menurut Ketua
proses pembelajaran, guru harus dapat MGMP faktor-faktor yang menjadi penghambat
berinovasi agar tujuan dari pembelajaran dapat dalam pengembangan profesionalisme guru
tercapai. Kemudian dengan mengadakan penjas di Kota Yogyakarta adalah pada faktor
sosialisasi K13 adalah agar guru mampu mengisi pribadi guru itu sendiri, motivasi yang didapatkan
kebutuhan guru penjas di masa mendatang. guru berkurang ketika guru membawa siswanya
Kemudian menurut Ketua MGMP bentuk menjadi juara, namun penghargaan dari dinas
program pengembangan yang akan dilaksanakan tidak ada. Kemudian kurangnya sumbangan dana
adalah dengan peningkatan kualitas MGMP. menjadi salah satu penyebab utama dalam
Guru penjas harus aktif dalam kegiatan MGMP, pengembangan profesionalisme guru penjas, hal
karena dari situlah permasalahan di lapangan ini dikarenakan tidak adanya asupan dana dari
akan dibahas dan dipecahkan secara bersama- dinas kota. Alasan terakhir adalah kurangnya
sama. Sedangkan menurut guru penjas bahwa sumbangsih yang diberikan guru penjas dalam
bentuk program pengembangan yang akan mengikuti kegiatan-kegiatan MGMP. Sedangkan
dilaksanakan adalah pada sosialisasi K13. menurut guru penjas faktor-faktor penghambat
Sosialisasi K13 diperlukan dikarenakan masih dalam pengembangan profesionalisme guru
banyak guru penjas yang belum melaksanakan penjas adalah MGMP tingkat rayon yang belum
tugas dan fungsi dasar seorang guru. terbentuk secara maksimal, luasnya lokasi,
Pembelajaran yang diterapkan masih kurangnya sumbangsih guru penjas dalam
menggunakan metode konvensional. Dengan mengikuti kegiatan MGMP, jumlah guru penjas
sosialisasi K13, guru akan beralih metode yang masih kurang di sekolah-sekolah yang
mengajar dari konvensional menjadi metode mengakibatkan tidak adanya pengganti guru saat
yang sesuai dengan kurikulum K13. guru penjas yang bersangkutan sedang tugas di
Perbandingan kelima adalah terkait apa luar. Selain itu izin dari kepala sekolah yang
saja yang menjadi faktor yang menjadi terlalu sulit atau bahkan di persulit membuat
penghambat dalam proses pengembangan setiap ada kegiatan MGMP di luar susah untuk
profesionalisme guru penjas di Kota Yogyakarta diikuti. Kemudian yang terakhir adalah faktor
dapat dilihat pada grafik 5. pribadi guru itu sendiri, guru masih malas untuk
menulis PTK, padahal dalam aturan jelas
disebutkan bahwa guru harus mampu menulis
PTK.