You are on page 1of 9

IMPLEMENTASI SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU


Teti Berliani, Rina Wahyuni
Email: rinawahyuni33@yahoo.co.id
Universitas Palangka Raya, Jalan Yos Sudarso Palangka Jekan Raya Palangka Raya

Abstract: The purpose of this study is to describe the implementation of the supervision by
the principal in improving the professionalism of teachers in schools that focus on: (1) the
implementation strategy of supervision by the principal in improving the professionalism of
teachers in schools; and (2) the obstacles encountered in the implementation of supervision
by the principal in improving the professionalism of teachers in schools. This study used a
qualitative approach with case study design. The results showed first, strategy implementation
supervision by principals in improving the professionalism of teachers in schools include:
scheduling carried out regularly in the implementation of supervision; supervision conducted
by the principal, vice principal, senior teachers and school supervisors; supervision
techniques used more emphasis on techniques classroom visits; and the evaluation of
supervision activities that have been done in order to mutually discuss and exchange ideas or
opinions in order to improve the process of teaching and learning in schools. And second, the
obstacles encountered in the implementation of supervision by principals indicate that: (1)
those aspects of concern to the supervisor in the implementation of supervision at the school
include uniformity in the preparation of lesson plans, availability of teaching, ways and
methods of teaching used by teachers in the teaching and learning process, media conformity
lessons with teaching materials are being studied, as well as conditioning active class
atmosphere and fun while teaching and learning progress; and (2) the obstacles encountered
in the implementation of supervision by the principal, namely: is the fear that a teacher even
shy away when they wanted to be supervised, teachers’ understanding of the concept of
supervision it is still very less because there are still some teachers who think that supervision
is rated as the force everything that is desired by the supervisor of the teachers, the provision
of follow-up of the school principal it is still not maximized because the workload reason
principals outside school hours, as well as the lack of principals to provide encouragement
and motivation for teachers especially in preparing teachers to be supervised.

Keywords: supervision, teacher professionalism

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang implementasi supervisi
oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di sekolah yang berfokus pada:
(1) strategi implementasi supervisi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru di sekolah; dan (2) kendala yang dihadapi dalam implementasi supervisi oleh kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan pertama,
strategi implementasi supervisi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru di sekolah meliputi: penjadwalan yang dilakukan secara teratur dalam pelaksanaan
supervisi; supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru senior
dan pengawas bidang studi di sekolah; teknik supervisi yang digunakan lebih menekankan
pada teknik kunjungan kelas; dan adanya evaluasi terhadap kegiatan supervisi yang telah
dilakukan guna saling berdiskusi dan bertukar pikiran atau pendapat dalam rangka perbaikan
terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Dan kedua, kendala yang dihadapi dalam
implementasi supervisi oleh kepala sekolah menunjukkan bahwa: (1) aspek-aspek yang
menjadi perhatian supervisor dalam pelaksanaan supervisi di sekolah meliputi keseragaman
dalam penyusunan rencana pembelajaran, ketersediaan perangkat mengajar, cara dan metode
mengajar yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, kesesuaian media pelajaran
dengan materi ajar yang sedang dipelajari, serta pengkondisian suasana kelas yang aktif dan
menyenangkan saat kegiatan pembelajaran berlangsung; serta (2) kendala yang dihadapi

218
Berliana, Implementasi Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesonalsime Guru 219

dalam pengimplementasian supervisi oleh kepala sekolah, yakni: masih adanya rasa takut
yang dimiliki oleh guru bahkan menghindar ketika hendak disupervisi, pemahaman guru
mengenai konsep supervisi dirasa masih sangat kurang karena masih ada sebagian guru
yang beranggapan bahwa supervisi dinilai sebagai kegiatan memaksa segala sesuatu yang
dikehendaki oleh supervisor terhadap guru, pemberian tindak lanjut dari kepala sekolah
dirasa masih belum maksimal karena alasan kesibukan kepala sekolah di luar jam sekolah,
serta kurangnya kepala sekolah dalam memberikan semangat dan motivasi bagi guru-guru
terlebih dalam mempersiapkan diri guru untuk disupervisi.

Kata kunci: supervisi, profesionalisme guru

Titik berat pembangunan pendidikan pada era faktor kunci karena ia yang berinteraksi secara
sekarang ditekankan pada peningkatan mutu. langsung dengan muridnya dalam proses belajar
Konsekuensinya, perlu adanya peningkatan mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Imron
mutu dari keseluruhan komponen yang terdapat (2011), bahwa peran guru yakni sebagai: (1)
dalam sistem pendidikan, baik itu yang bersifat agen pembaruan; (2) berperan sebagai fasilitator
human resources maupun yang bersifat material yang memungkinkan terciptanya kondisi yang
resources. Peningkatan keseluruhan komponen baik dari segi subjek didik untuk belajar; (3)
sistem pendidikan yang bersifat human resources bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar
dan material resources tersebut dapat diartikan subjek didik; (4) dituntut menjadi contoh subjek
dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya. didik; (5) bertanggung jawab secara professional
Berbagai upaya dalam peningkatan kualitas meningkatkan kemampuannya; serta (6)
komponen sistem pendidikan secara keseluruhan menjunjung tinggi kode etik profesionalnya.
mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan. Guru adalah salah satu faktor penting dalam
Secara operasional, pendidikan dijalankan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh
panduan orientasi utama untuk menyentuh aspek- karena itu, meningkatkan mutu pendidikan,
aspek penting yang melekat satu dalam diri berarti juga meningkatkan mutu guru.
manusia, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi
Disadari sepenuhnya, bahwa peningkatan kualitas kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya.
komponen-komponen sistem pendidikan yang Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
terbukti lebih berpengaruh terhadap peningkatan Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru
mutu pendidikan adalah komponen yang bersifat adalah pendidikan profesional dengan tugas
human resources. Hal ini dapat dipahami dari utama mendidik, mengajar, membimbing,
kenyataan, bahwa komponen yang bersifat mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
material resources tidak dapat bermanfaat tanpa peserta didik pada pendidikan anak usia dini
adanya komponen yang bersifat human resources. jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
Komponen-komponen sistem pendidikan yang dan pendidikan menengah. Sebagai seorang
bersifat human resources sebenarnya dapat professional, guru harus memiliki kompetensi
digolongkan menjadi tenaga kependidikan guru keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan
dan nonguru. itu tampak pada kemampuannya menerapkan
Diantara komponen-komponen sistem sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,
pendidikan yang bersifat human resources, yang mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi
selama ini mendapatkan perhatian lebih banyak maupun pendekatan pengajaran yang menarik
adalah tenaga guru. Dominannya perhatian dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Guru memiliki potensi yang tinggi untuk
Pendidikan dan Kebudayaan terhadap guru berkreasi dan meningkatkan kinerja, namun
sebenarnya didasarkan atas suatu anggapan banyak faktor yang menghambat mereka dalam
bahwa ditangan gurulah mutu pendidikan kita mengembangkan berbagai potensinya secara
bergantung. Hal ini dapat dipahami dari kenyataan optimal. Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan
bahwa tidak berdayanya sekolah-sekolah bila kontinu dan berkesinambungan dengan program
tidak memiliki guru. Guru dipandang sebagai yang terarah dan sistematis terhadap para guru
220 Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Volume 1, Nomor 3 Juli 2017: 218-226

dan personel pendidikan lain di sekolah. Salah Menilik dari beberapa problema tersebut,
satu program pembinaan yang dapat diberikan tentu sangat bertolak belakang dengan pentingnya
kepada guru dan personel pendidikan lainnya di pengimplementasian supervisi tersebut dalam
sekolah yaitu melalui supervisi. Sahertian (2008) membantu guru-guru agar menjadi lebih baik
menegaskan bahwa supervisi merupakan usaha terutama dalam hal pengajaran di kelas. Selain
mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi, itu, banyak sekali manfaat yang didapatkan
membimbing, secara kontinu pertumbuhan melalui pelaksanaan supervisi, antara lain:
guru-guru di sekolah, baik secara individual (1) guru dapat mengetahui kelebihan dan
maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan kelemahannya dalam proses belajar mengajar
lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi di sekolah; (2) guru menjadi lebih kreatif dan
pengajaran, sehingga guru dapat menstimulasi inovatif dalam mengembangkan metode dan
dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara strategi yang digunakan dalam pembelajaran;
kontinu agar dapat lebih cepat berpartisipasi (3) guru menjadi lebih mengerti dan menguasai
dalam masyarakat demokrasi modern. peralatan serta perlengkapan dalam menunjang
Sejalan dengan itu, Mulyasa (2013) pembelajaran; (4) guru dituntut untuk bisa
menegaskan bahwa dalam supervisi terkandung mengenali sumber-sumber belajar yang relevan
beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan dan mengikuti perkembangan zaman; serta
yang kontinu, pengembangan kemampuan (5) guru dapat berkolaborasi dengan rekan
professional personel, perbaikan situasi belajar sejawat baik dengan rekan guru junior maupun
mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian guru senior dalam berdiskusi dan berbagi
tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi pengalaman teruntuk memperbaiki pelaksanan
peserta didik. Dari beberapa pengertian tersebut belajar mengajar (PBM). Supervisi dilaksanakan
menujukkan bahwa supervisi bukanlah kegiatan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan
sesaat seperti inspeksi yang penekanannya pengembangan profesionalisme guru (Gunawan,
hanya kepada mencari kesalahan-kesalahan 2015c).
yang dilakukan oleh guru; melainkan kegiatan Sejalan dengan itu, jika dikaitkan dengan
pembinaan yang kontinu dan berkesinambungan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki
sehingga guru-guru selalu berkembang dalam oleh guru, maka salah satu kompetensi yang
mengerjakan tugas dan mampu memecahkan perlu mendapatkan perhatian adalah kompetensi
berbagai masalah pendidikan dan pengajaran professional. Sebagaimana tercantum dalam
secara efektif dan efisien. Learning is the main Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
core of the educational services provided by Guru dan Dosen yang menegaskan bahwa
schools to students (Gunawan, 2017). profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
Akan tetapi, banyak problema-problema dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
yang dihadapi dalam pengimplementasian penghasilan kehidupan yang memerlukan
supervisi di sekolah, antara lain: (1) masih keahlian, kemahiran,atau kecakapan yang
sering ditemukan guru-guru yang takut untuk memenuhi standar mutu atau norma tertentu
disupervisi; (2) kurangnya pemahaman guru serta memerlukan pendidikan profesi. Seperti
yang masih menganggap supervisi sebagai halnya pernyataan tersebut, Masaong (2013)
kegiatan menilai (mengevaluasi) kinerja guru; juga menyebutkan bahwa guru yang professional
(3) guru juga masih menganggap bahwa supervisi harus mampu dalam: (1) menguasai materi,
sebagai kegiatan mencari-cari kesalahan guru di struktur, konsep dan pola pikir keilmuan, yang
kelas (inspeksi); (4) kegiatan supervisi sejawat mendukung mata pelajaran yang diampu; (2)
yang dilakukan oleh rekan kerja (guru senior) menguasai standar kompetensi dan kompetensi
terhadap guru junior yang bisa dikatakan masih dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
bersifat memaksakan apa yang dikehendaki diampu; (3) mengembangkan materi pelajaran
oleh guru senior; (5) supervisor seringkali yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan
tidak konsekuen dalam membuat tindak lanjut keprofesionalan secara berkelanjutan
pelaksanaan supervisi terhadap guru-guru; serta dengan melakukan tindakan reflektif; dan
(6) kurangnya ketegasan dari kepala sekolah (5) memanfaatkan teknologi informasi dan
dalam hal pemberian supervisi kepada para guru. komunikasi dan mengembangkan diri.
Berliana, Implementasi Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesonalsime Guru 221

Pendidikan akan bermutu jika sesuai kemudian ia diminta untuk menyebutkan


dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat sumber lain yang dapat dijadikan informan
(benchmark) dapat dipenuhi. Apabila suatu berikutnya lagi. Dengan cara inilah, informasi
sekolah telah mencapai standar mutu yang yang diperoleh peneliti menjadi semakin
dipersyaratkan, maka sekolah tersebut secara besar dengan melibatkan beberapa orang yang
bertahap mampu mencapai mutu yang kompetitif menurut Bogdan dan Biklen (1992) diibaratkan
baik yang bertaraf nasional maupun bertaraf seperti bola salju (snowball sampling). Teknik
internasional. Peningkatan mutu akan dapat pengumpulan data yang digunakan adalah: (1)
dipenuhi, jika pembinaan sumber daya manusia observasi; (2) wawancara mendalam; dan (3)
terjaga kualitas profesionalnya. Kemudian studi dokumentasi.
perlu diterapkan pengawasan yang intensif, Data yang terkumpul dari ketiga teknik tersebut
agar semua pelaksanaan program dan kegiatan dianalisis secara berulang dengan menggunakan
dapat memenuhi standard dan pencapaiannya alur pola interaktif analisis data penelitian Miles
terukur. Pengawasan dan kontrol yang terukur dan Huberman (2011) yang meliputi reduksi
dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
supervisi baik yang dilakukan oleh pengawas Pengecekan kredibilitas data dilakukan dengan
sekolah, kepala sekolah, sejawat guru, dan teknik triangulasi (sumber dan teknik/metode),
stakeholders lainnya. member checks, dan kecukupan bahan referensi;
pengecekan dependabilitas data penelitian
dilakukan oleh peneliti mulai dari melakukan
METODE
penelitian, penyusunan transkrip wawancara
Penelitian ini menggunakan pendekatan sampai dengan penulisan laporan hasil penelitian
kualitatif dengan rancangan studi kasus. Studi dan pelaksanaan penelitian sesuai dengan jadwal
kasus ini pada hakikatnya meneliti kasus, manakala yang telah disepakati bersama; dan pengecekan
kasus tersebut diperlukan dan penting untuk konfirmabilitas digunakan untuk melihat bahwa
“menguji” suatu teori yang telah tersusun dengan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
baik. Studi kasus juga dimaknai kasus organisasi, adanya proses penelitian di lapangan.
yaitu studi kasus untuk mendapatkan informasi
tentang keterangan-keterangan organisasi
dimana peneliti ingin mengetahui bagaimana HASIL
kehidupan orang-orang dalam organisasi Penelitian ini mengeskplorasi strategi dan
tersebut. Penentuan informan dilakukan dengan kendala yang dihadapi dalam implementasi
teknik pengambilan sampel secara purposive supervisi oleh kepala sekolah dalam
sampling dan snowball sampling. Pemilihan meningkatkan profesionalisme guru di sekolah.
informan dengan menggunakan purposive dan Strategi implementasi supervisi oleh kepala
snowball sampling diperuntukkan agar diperoleh sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
data dan informasi dari orang-orang yang benar- guru di sekolah menunjukkan: (1) pelaksanaan
benar mengetahui secara mendalam terkait fokus kegiatan supervisi dilakukan secara terjadwal
penelitian sehingga data yang diterima dapat yakni dilaksanakan dua kali dalam tiap semester
lebih akurat. Dari informan pertama, maka akan dengan rentang waktu per tiga bulan sekali yang
berkembang ke informan kedua dan seterusnya dimulai di awal semesteran, yang disusun oleh
sehingga diibaratkan seperti bola salju. wakil kepala sekolah bidang kurikulum; (2)
Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh kegiatan supervisi di sekolah dilakukan oleh
Ulfatin (2014), begitu informan kunci pertama pengawas sekolah, kepala sekolah, wakil kepala
diwawancarai secukupnya, ia diminta untuk sekolah dan para guru senior; (3) teknik supervisi
menunjukkan satu atau lebih sumber lain yang yang digunakan dalam pengimplementasian
dianggapnya memiliki informasi yang dianggap supervisi yaitu teknik secara individu yang
relevan dan memadai, sehingga dapat dijadikan meliputi kunjungan kelas dan observasi kelas;
sebagai informan berikutnya. Dari informan dan (4) proses evaluasi kegiatan supervisi yang
kedua yang ditunjuk oleh informan pertama, dilakukan di sekolah berupa pemberian respons/
222 Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Volume 1, Nomor 3 Juli 2017: 218-226

tanggapan langsung terhadap guru-guru yang yakni kunjungan kelas. Teknik kunjungan kelas
telah disupervisi, serta evaluasi yang dilakukan menjadi salah satu teknik yang dianggap paling
saat rapat bersama antara kepala sekolah, wakil efektif dalam pelaksanaan kegiatan supervisi;
kepala sekolah, dan semua guru. karena dengan kunjungan kelas, para supervisor
Evaluasi yang diberikan biasanya berupa dapat melihat secara langsung kegiatan belajar
pemberitahuan tentang kelebihan yang telah mengajar guru di dalam kelas sehingga supervisor
dimiliki guru dalam melaksanakan proses dapat mengamati dengan jelas kelebihan dan
belajar mengajar di kelas kemudian juga kelemahan dari guru yang sedang disupervisinya.
berkenaan dengan kelemahan guru saat
mengajar yang perlu mendapatkan perhatian
PEMBAHASAN
agar dilakukannya perbaikan menuju ke
arah yang lebih baik. Sedangkan kendala Penyusunan program supervisi harusnya
yang dihadapi dalam implementasi supervisi disusun untuk masa waktu selama satu tahun
oleh kepala sekolah dalam meningkatkan ajaran (Muslim, 2013). Oleh karena itu, dalam
profesionalisme guru di sekolah menunjukkan: pengimplementasiannya diperlukan suatu
(1) aspek-aspek yang menjadi perhatian rencana kegiatan yang lebih spesifik yang
supervisor dalam melaksanakan supervisi diprogramkan secara caturwulan atau semester,
di sekolah meliputi: keseragaman dalam program bulanan dan program mingguan.
penyusunan/pembuatan rencana pelaksanaan Sehingga akan memberikan kejelasan tentang
pembelajaran (RPP); ketersediaan perangkat apa yang harusnya dilakukan supervisor dalam
mengajar; cara dan metode mengajar yang upaya mengimplementasikan program supervisi
digunakan guru dalam menyampaikan untuk masa waktu tertentu. Sutisna (1989)
pelajaran di kelas; kesesuaian media pelajaran menyatakan supervisi sebagai suatu bentuk
yang digunakan guru dalam menyampaikan pelayanan, bantuan profesional, atau bimbingan
pembelajaran; serta pengkondisian suasana bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan
kelas yang aktif dan menyenangkan saat PBM kemampuan guru hendaknya meningkatkan
berlangsung; dan (2) kendala yang dialami saat mutu pendidikan dan pengajaran. Lebih lanjut
melaksanakan supervisi di sekolah, meliputi: Sutisna menjelaskan berbagai aspek supervisi
adanya rasa takut bahkan menghindar yang dilakukan oleh mereka yang disebut pengawas,
dimiliki beberapa orang guru ketika hendak penilik, dan kepala sekolah, atau setiap jabatan
disupervisi; pemahaman guru tentang konsep atau kedudukan lain yang diberi tanggungjawab
supervisi yang sebenarnya dirasa masih sangat tentang kegiatan-kegiatan yang bersifat supervisi.
kurang; ketidakkonsekuenan kepala sekolah Hal lain yang tidak kalah penting dalam
dalam memberikan tindak lanjut dari kegiatan strategi pengimplementasian supervisi
supervisi karena kesibukan yang dimiliki yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam
kepala sekolah; serta kelalaian kepala sekolah meningkatkan profesionalisme guru yakni
dalam memberikan semangat dan motivasi evaluasi terhadap kegiatan supervisi yang
bagi guru-guru dalam mempersiapkan diri telah dilaksanakan. Evaluasi terhadap kegiatan
untuk disupervisi. supervisi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
Hasil penelitian di atas menunjukkan keberhasilan dari kegiatan supervisi itu sendiri;
bahwa kegiatan supervisi yang ada di sekolah maksudnya di sini adalah tingkat keberhasilan
sudah dilaksanakan secara terjadwal yakni yang dilihat dari berbagai aspek yang menunjang
dua kali dalam satu semester; dan dalam dalam proses belajar mengajar, baik itu dari segi
pelaksanaan supervisi tersebut dilakukan oleh personal (guru dan siswa), sarana prasarana
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru- penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM)
guru senior dan pengawas bidang studi yang dan dari segi pelaksanaan KBM (operasional).
ada di sekolah. Hasil penelitian tentang teknik Sejalan dengan itu, Burhanuddin, dkk., (2007)
yang digunakan dalam melakukan supervisi di mengungkapkan evaluasi kegiatan supervisi
sekolah menunjukkan bahwa supervisor lebih berusaha menentukan sampai seberapa jauh
menggunakan teknik yang bersifat individual, tujuan supervisi telah tercapai. Bahkan ruang
Berliana, Implementasi Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesonalsime Guru 223

lingkup evaluasi kegiatan supervisi menyangkut materi pelajaran; (5) keragaman kemampuan
semua komponen yang terkait dalam pelaksanaan guru; (6) keragaman daerah; dan (7) kemampuan
supervisi, yang meliputi: aspek personal, aspek guru dalam bekerja sama dengan masyarakat. Hal
material, dan aspek operasional supervisi. senada dikemukakan oleh Gaffar (1992) yang
Elsbree, dkk., (1967) mengatakan an menyatakan tugas supervisor adalah membantu
important characteristic of modern supervision is guru-guru dalam mencari penyelesaian masalah
its emphasis on evaluation, including evaluation of yang berhubungan dengan motivasi kerja,
the teacher and the school’s program. McNerney metode mengajar guru, pelaksanaan kurikulum,
(1951) menegaskan bahwa the purpose of any serta teknik evaluasi pengajaran yang digunakan
program of evaluation is to discover the needs oleh guru.
of the individuals being evaluated and than Terlebih dalam pelaksanaan supervisi, ada
to design learning experiences the will satisfy supervisor yang masih menerapkan kegiatan
these needs. Supervisi pengajaran merupakan supervisi yang bersifat inspeksi, yaitu coercive
serangkaian usaha bantuan kepada guru secara supervision; dimana dalam pelaksanaan
profesional (Gunawan, 2015a). Supervisi supervisinya, supervisor bersifat memaksakan
bertujuan mengembangkan situasi kegiatan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik
pembelajaran yang lebih baik untuk mencapai menurut pendapatnya sendiri. Hal itu sangat
tujuan pendidikan sekolah, membina guru secara bertolak belakang dengan pendapat Gaffar (1992)
profesional, dan membantu guru dalam menilai yang menegaskan tugas seorang supervisor adalah
hasil belajar siswa (Gunawan, 2011). Hasil membimbing dan menolong guru-guru serta
penelitian Gunawan (2014b) menyimpulkan karyawan-karyawan pendidikan lainnya dalam
terdapat pengaruh yang signifikan supervisi perbaikan-perbaikan pendidikan; supervisor
pengajaran dan kemampuan guru mengelola harus memberikan dorongan dan semangat
kelas guru terhadap motivasi belajar siswa. Oleh kepada guru-guru dalam lapangan tugasnya;
sebab itu, supervisor harus membimbing dan supervisor harus melakukan penyeleksian dan
mengarahkan guru secara profesional dalam hal perbaikan-perbaikan dalam tujuan pengajaran,
persiapan, pelaksanaan, pelaporan, dan perbaikan metoda mengajar, dan evaluasi pengajaran
pembelajaran (Gunawan, 2014b). Supervisi serta kegiatan-kegiatan perbaikan kurikulum
pengajaran diarahkan untuk mengembangkan dan tujuan pendidikan. Supervisor memiliki
proses pembelajaran yang dilakukan oleh kewajiban untuk membina kemampuan para guru
guru (Gunawan, 2014a). Kepala sekolah dan secara profesional (Gunawan, 2014a).
supervisor dalam memberikan pembinaan Hal senada dikemukakan oleh Sutisna (1989)
profesional kepada guru sebaiknya menerapkan yang menyatakan bahwa supervisi didasarkan
sifat-sifat kepemimpinan pendidikan (Gunawan, pada kerja sama, tidak pada paksaan atau
2015b). ancaman. Purwanto (2007) menegaskan supervisi
Burhanuddin, dkk., (2007) menyatakan bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh
melalui evaluasi supervisi ini, supervisor dapat: seorang petugas, melainkan pekerjaan-pekerjaan
(1) memperbaiki praktik-praktik pengajaran; bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab
(2) memberikan dorongan peningkatan PBM di tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan
sekolah; serta (3) memberikan pertimbangan dan dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai
saran atas peningkatan pengelolaan sarana dan dengan tingkat, keahlian dan kecakapannya
prasarana penunjang PBM di sekolah. Pidarta masing-masing. Karena supervisi merupakan
(2009) menegaskan bahwa sebagai kegiatan usaha dari para pejabat sekolah yang diangkat
membina para pendidik dalam mengembangkan dan diarahkan kepada penyediaan kepemimpinan
proses pembelajaran, termasuk segala unsur bagi para guru dan tenaga pendidikan lain
penunjangnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam perbaikan pengajaran; melibat stimulasi
dan dikembangkan pada diri setiap guru oleh pertumbuhan profesional dan perkembangan
kepala sekolah sebagai supervisor adalah: (1) dari para guru, seleksi dan revisi tujuan-tujuan
kepribadian guru; (2) peningkatan profesi secara pendidikan, bahan pengajaran dan metode-
kontinu; (3) proses pembelajaran; (4) penguasaan metode mengajar dan evaluasi pengajaran. Tugas
224 Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Volume 1, Nomor 3 Juli 2017: 218-226

dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar, dorongan, dan mengikutsertakan. Bantuan
dan melatih saja, tetapi juga bagaimana guru pembinaan profesional supervisor kepada guru,
juga dapat membaca situasi kelas dan kondisi sangat berarti bagi guru, sebab dewasa ini guru
siswanya dalam menerima pelajaran (Gunawan, dihadapkan pada pada tuntutan yang semakin
2016). berat, terutama untuk mempersiapkan siswa agar
Muslim (2013) mengungkapkan kunjungan mampu menghadapi dinamika perubahan yang
kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh berkembang dengan pesat (Gunawan, 2013).
supervisor (kepala sekolah) ke kelas pada saat Supervisi pengajaran bertujuan untuk membina
guru sedang mengajar; dan melalui kunjungan guru secara profesiona, dan guru yang profesional
kelas, supervisor dapat mengetahui aktivitas diharapkan memberikan kontribusi yang
guru dan siswa dan permasalahan-permasalahan besar terhadap peningkatan mutu pendidikan
yang mereka hadapi dalam melaksanakan KBM, (Gunawan, 2009).
yang mana informasi tersebut sangatlah penting
artinya bagi supervisor dalam upaya membantu
KESIMPULAN DAN SARAN
guru meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Burhanuddin, dkk., (2007) menegaskan Kesimpulan
kunjungan kelas dan pengamatan kelas yang Strategi implementasi supervisi oleh kepala
dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah guna meningkatkan profesionalisme
sekolah bermanfaat untuk mengetahui kualitas guru dikategorikan cukup baik. Hal ini dapat
pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar. dilihat dari: (1) pelaksanaan supervisi sudah
Lebih lanjut Burhanuddin, dkk., (2007) juga dilakukan secara terjadwal yakni dua kali dalam
menjelaskan, selama kunjungan kelas kepala setiap semester; (2) pelaksana kegiatan supervisi
sekolah dan pengawas dapat: (1) mempelajari juga tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah
kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan tetap dilakukan juga oleh wakil kepala sekolah,
pembelajaran untuk pengembangan dan guru-guru senior, dan para pengawas bidang studi
pembinaan lebih lanjut; (2) mengidentifikasi di sekolah; (3) teknik supervisi yang digunakan
kendala yang dihadapi sewaktu melaksanakan adalah teknik individual dengan melakukan
suatu gagasan pembaharuan pengajaran; kunjungan kelas saat guru sedang melaksanakan
(3) secara langsung mengetahui keperluan PBM; serta (4) adanya evaluasi terhadap
guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan supervisi yang telah dilakukan guna
belajar mengajar yang efektif; (4) memperoleh saling berdiskusi dan bertukar pikiran/pendapat
sejumlah informasi untuk menyusun program dalam rangka perbaikan terhadap proses belajar
pembinaan professional secara terinci; serta (5) mengajar di sekolah.
menumbuhkan sikap percaya diri guru untuk
berbuat dan melaksanakan pembelajaran yang Kendala yang dihadapi dalam implementasi
lebih baik. supervisi oleh kepala sekolah guna meningkatkan
profesionalisme guru berkaitan dengan: aspek-
Sahertian (2008) mengemukakan teknik aspek yang menjadi perhatian supervisor dalam
kunjungan kelas merupakan salah satu teknik pelaksanaan supervisi yaitu keseragaman
dalam pelaksanaan supervisi dimana kepala penyusunan RPP, ketersediaan perangkat
sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk mengajar, cara dan metode mengajar yang
melihat cara guru mengajar di kelas. Lebih digunakan guru dalam PBM, kesesuaian media
lanjut Sahertian (2008) menegaskan tujuan pelajaran dengan materi ajar yang sedang
menggunakan teknik kunjungan kelas yaitu dipelajari, serta pengkondisian suasana kelas
supervisor dapat memperoleh data mengenai yang aktif dan menyenangkan. Kendala yang
keadaan sebenarnya selama guru mengajar. dihadapi dalam implementasi supervisi oleh
Dengan data itu, supervisor dapat berbincang- kepala sekolah, yakni: masih adanya rasa takut
bincang dengan guru tentang kesulitan yang yang dimiliki oleh guru bahkan menghindar ketika
dihadapi guru-guru. Pada kesempatan itu pula, hendak disupervisi; pemahaman guru mengenai
guru-guru dapat mengemukakan pengalaman- konsep supervisi dirasa masih sangat kurang
pengalaman yang berhasil dan hambatan- karena ada sebagian guru yang beranggapan
hambatan yang dihadapi dan meminta bantuan, bahwa supervisi dinilai sebagai kegiatan
Berliana, Implementasi Supervisi oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesonalsime Guru 225

memaksa segala sesuatu yang dikehendaki oleh Gaffar. 1992. Dasar-Dasar Administrasi dan Supervisi
supervisor terhadap guru; pemberian tindak lanjut Pengajaran. Padang: Angkasa Raya.
dari kepala sekolah dirasa masih belum maksimal Gunawan, I. 2009. Sertifikasi Guru: Antara Harapan
karena alasan kesibukan kepala sekolah di luar dan Kenyataan. Banjarmasin Pos, hlm. 6.
jam sekolah; serta kurangnya kepala sekolah Gunawan, I. 2011. Pendekatan Alternatif dalam
dalam memberikan semangat dan motivasi bagi Pelaksanaan Supervisi Pengajaran. Premiere
Educandum, 1(2), 211-232.
guru-guru terlebih dalam mempersiapkan diri
guru untuk disupervisi. Gunawan, I. 2014a. Analisis Dampak Supervisi
Pendidikan terhadap Perkembangan Masyarakat
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Prosiding
Saran Seminar Nasional Pendidikan Revitalisasi
Manajemen Pendidikan Nasional Menuju
Berdasarkan temuan penelitian, saran yang Perbaikan Mental, Jurusan Administrasi
diajukan bagi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Pendidikan Universitas Negeri Malang, 8-9
Olahraga Kota Palangka Raya diharapkan dapat Desember, hlm. 249-269.
dijadikan sebagai bahan masukan dan saran Gunawan, I. 2014b. Pengaruh Supervisi Pengajaran
dalam upaya memfasilitasi tiap-tiap sekolah dan Kemampuan Guru Mengelola Kelas terhadap
untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi Motivasi Belajar Siswa. Ilmu Pendidikan Jurnal
guru-guru dalam meningkatkan profesionalisme Kajian Teori dan Praktik Kependidikan, 41(1),
44-52.
yang dimiliki sehingga dapat berdampak pada
Gunawan, I. 2015a. Mengembangkan Alternatif-
perkembangan guru-guru dan juga berimbas
alternatif Pendekatan dalam Pelaksanaan
pada kualitas peserta didik dan kualitas sekolah. Supervisi Pengajaran. Manajemen Pendidikan,
Bagi kepala sekolah diharapkan dapat menjadi 24(6), 467-482.
masukan sebagai pengaplikasian kegiatan Gunawan, I. 2015b. Pengaruh Kepemimpinan
supervisi yang lebih baik lagi; karena sebagai Transformasional dan Kepuasan Kerja terhadap
seorang supervisor sangatlah dibutuhkan Perilaku Kewargaan Organisasi Guru Sekolah
kesiapan yang mampu memberikan pembinaan, Dasar. Premiere Educandum, 5(1), 59-58.
dorongan, arahan dan semangat bagi para guru- Gunawan, I. 2015c. Optimalisasi Peran dan Tugas
guru untuk terus memperbaiki diri dengan Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum
menyesuaikan pada perkembangan zaman yang 2013. Prosiding Seminar Nasional Implementasi
ada saat ini. Bagi para guru diharapkan agar tidak Kebijakan Ujian Nasional, Dualisme Kurikulum,
perlu merasa takut bahkan menghindar ketika dan Sistem Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
Negeri, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
akan disupervisi. Guru sebaiknya meminta kepala
Negeri Malang, Malang, 15 s.d. 16 Mei, hlm. 23-
sekolah untuk melakukan supervisi terhadap
29.
kinerjanya, sehingga secara bersama-sama akan
Gunawan, I. 2016. Manajemen Kelas. Malang: UM
tercipta koordinasi yang lebih baik antara guru Press.
dan supervisornya dalam melakukan perbaikan- Gunawan, I. 2017. Instructional Management in
perbaikan terutama dalam hal pengajaran. Indonesia: A Case Study. Journal of Arts, Science,
and Commerce, 8(1), 99-107.
Imron, A. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat
DAFTAR RUJUKAN Satuan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bogdan, R. C., dan Biklen, S.K. 1992. Masaong, A. K. 2013. Supervisi Pembelajaran dan
Qualitative Research for Education. New York: Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung:
Allyn and Bacon. Alfabeta.
Burhanuddin, Soetopo, H., Imron, A., McNerney, C. T. 1951. Educational Supervision. New
Maisyaroh, dan Ulfatin, N. 2007. York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Miles, M. B., dan Huberman, A. M. 2011. Analisis
Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-
Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
lmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Rohidi. Jakarta: UI Press.
Elsbree, W. S., McNally, H. J., dan Wynn, R. 1967. Mulyasa, E. 2013. Manajemen dan Kepemimpinan
Elementary Administration and Supervision. Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
New York: American Book Company.
226 Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Volume 1, Nomor 3 Juli 2017: 218-226

Muslim. 2013. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Sutisna. 1989. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis
Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa
Alfabeta. Bandung.
Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Ulfatin, N. 2014. Metode Penelitian Kualitatif di
Jakarta: Rineka Cipta. Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya.
Purwanto, N. 2007. Administrasi dan Supervisi Malang: Bayumedia Publishing.
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
Sahertian, P. A. 2008. Konsep Dasar dan Teknik dan Dosen. 2006. Bandung: Citra Umbara.
Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.

You might also like