You are on page 1of 6

Peran Kepala Sekolah dalam Coaching Model Tirta pada Pelaksanaan Supervisi Guru

Wahyu Wulandari, Oktavia Indah Permata Sary


ABSTRACT ARTICLE HISTORY
The purpose of this study was to determine the implementation Submitted 02 Juni 2022
of coaching by the principal and the TIRTA model coaching Revised 03 Juni 2022
Accepted 04 Juni 2022
(Goals, Identification, Action Plan, Responsibilities) in TK PL Don
KEYWORDS
Bosko Semarang. This type of research uses a qualitative
method with a phenomenological approach design. From the principal, choacing model by tirta, teacher
results of the study, it was revealed that the implementation of supervision
coaching at the Don Bosko PL Kindergarten occurred after the CITATION (APA 6th Edition)
Principal had finished carrying out supervision. Supervision is Wahyu Wulandari, Oktavia Indah Permata Sary. (2022). Peran
carried out at least 2 times in one academic year in each Kepala Sekolah dalam Coaching Model Tirta pada Pelaksanaan
Supervisi Guru Pedagogika: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan.
semester. The teachers determine the date of supervision based Volume 2 (1), page. 96 – 101
on an agreement in accordance with the readiness of each
teacher. Supervision preparation is divided into two, namely *CORRESPONDANCE AUTHOR
learning supervision and administrative supervision. The TIRTA
(Goals, Identification, Action Plan, Responsibilities) coaching
model is a model developed with the spirit of independent
teaching. The purpose of coaching is to understand and explore wulansamboro@students.unnes.ac.id
the potential of teachers to be better. Through the practice of oktaviapermatasary03@students.unnes.ac.id
the TIRTA model, it is hoped that the principal can communicate
with teachers more easily so that the potential of teachers in
carrying out learning activities can be explored properly.

Universitas Negeri Semarang, Indonesia


PENDAHULUAN
Kepemimpinan di dunia pendidikan, khususnya sekolah tidak terlepas dari kepemimpinan pada umumnya
dan berkaitan pula dengan tipe kepemimpinan Kepala Sekolah dalam rangka menjalankan roda pendidikan bersama
dengan para guru, tenaga administrasi dan yang lain.(Bangsa, 2021). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 mengatakan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas
tambahan untuk memimpin dengan kompetensi yang harus dimiliki yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan pada
dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan upaya memengaruhi atau menggerakkan staf, guru, siswa,
orangtua siswa, komunitas dan stakeholders sekolah menuju pencapaian tujuan atau visi sekolah (Bangsa, 2021).
Setiap kepala sekolah menganut gaya masing-masing dalam memimpin sekolahnya. Kepemimpinan seorang kepala
sekolah dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Peran kepemimpinan tersebut akan
tercermin dari bagaimana guru melaksanakan tugas pokoknya sebagai pendidik (Faturohman, 2021). Kepala Sekolah
harus memiliki kompetensi manajerial yang isinya tentang perencanaan, pengembangan, kepemimpinan,
pengelolaan administrasi, guru dan peserta didik, membangun budaya, dan yang lain.
Peningkatan dalam pengajaran dan kegiatan pembelajaran penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Upaya pemerintah untuk membangun kuantitas dan kualitas pendidikan melalui berbagai cara, salah satunya dengan
meningkatkan kualitas guru.(Yosi Melda Sari, 2021). Guru sebagai the central point dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka penting guru meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan. Dalam

© 2021 The Author(s). Published by Medan Resource Center 96


This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (http://creativecommons.org/license/by/4.0/),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
Peran Kepala Sekolah dalam Coaching Model Tirta pada Pelaksanaan Supervisi Guru | 97
realitanya masih terdapat guru yang mempunyai kompetensi pedagogik yang kurang mumpuni, terlebih jika
dihadapkan dalam situasi seperti sekarang ini.(Diana, 2021)
Kemajuan suatu sekolah ditentukan oleh guru, orang tua, siswa, masyarakat dan kepala sekolah. Kepala
sekolah menurut Permendikbud No. 137 Tahun 2014 pasal 29 ayat 1 dan 2 semestinya memiliki kualifikasi akademik
sebagai Kepala KB/TK dan memiliki kompetensi kepala lembaga PAUD Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki
adalah supervisi. Supervisi yang perlu dijalankan kepala sekolah yaitu supervisi akademik terhadap guru PAUD
dalam manajemen pembelajaran. Supervisi akademik menurut Glickman, et. Al. (2007) adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembe lajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam melakukan
manajemen pembelajaran. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah menurut Mulyasa (2007)
termasuk ke dalam fungsisupervisor. Kepala sekolah harus men-supervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga
kependidikan dan tenaga pendidik.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam
mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Mulyasa (2004:
24), bahwa kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Dari pendapat tersebut, jelas bahwa yang menjadi penentu keberhasilan suatu sekolah terletak
pada kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Tugas utama kepala sekolah sebagai
pemimpin sekolah adalah menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif sehingga para guru dan siswa dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik di lingkungan sekolahnya.
Teknik choacing merupakan salah satu teknik yang tepat yang dapat digunakan dalam meningkatkan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran karena teknik coaching merupakan suatu bentuk intervensi
pengembangan potensi individu yang berfokus pada target spesifik, yang dilakukan melalui percakapan dan
observasi langsung dalam kelas (Mopangga et al., 2021). Coaching merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh
para coach dalam proses untuk meningkatkan kinerja para coachee. Peran inilah yang merupakan salah satu peran
yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah.
Coaching merupakan sebuah proses yang melibatkan manajer dan supervisor untuk menghambat terjadinya
kesenjangan kinerja, kemampuan mengajar, memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai dan budaya kerja
yang diinginkan. Coaching yang baik dapat menghasilkan kinerja lebih baik, kepuasan kerja yang memuaskan dan
meningkatkan motivasi. Coaching merupakan landasan dasar dalam manajemen kinerja secara perorangan sering
dilakukan untuk pendekatan pekerjaan dengan tujuan menolong perkembangan kemampuan dan tingkat
kompetensi seseorang. Coaching merupakan bagian dari sebuah proses normal dalam manajemen yang terdiri atas:
membuat seseorang peduli tentang pekerjaannya, mengontrol pendelegasian, menggunakan setiap situasi untuk
meningkatkan pembelajaran serta mendorong orang-orang untuk melihat masalah-masalah yang lebih sulit dan
menanganinya. Coaching merupakan teknik pengembangan dalam bekerja, dimana pelatihan dan umpan balik
diberikan kepada karyawan oleh atasannya langsung.
Salah satu program yang dapat diselenggarakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran adalah
pelaksanaan bantuan kepada guru atau yang lebih dikenal dengan istilah supervisi. Kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah mempunyai tugas di bidang supervisi. Secara tegas, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Kemendikbud, menyebutkan bahwa tugas di bidang supervisi merupakan tugas kepala sekolah
yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan
bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi pembelajaran. Sasaran akhir dari
kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 4).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa dalam usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah bertugas menyelenggarakan serta melaksanakan
kegiatan supervisi. Tugas ini cukup penting karena melalui peran supervisor, kepala sekolah dapat memberi bantuan,
bimbingan, ataupun layanan kepada guru dalam menjalankan tugas ataupun dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada saat proses pembelajaran.
98 | Wahyu Wulandari, Oktavia Indah Permata Sary
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Coaching oleh Kepala Sekolah
Pelaksanaan coaching di TK PL Don Bosko terjadi setelah Kepala Sekolah selesai melaksanakan supervisi.
Supervisi dilaksanakan minimal dalam satu tahun ajaran sebanyak 2 kali dalam tiap semester. Para guru menentukan
tanggal supervisi berdasarkan kesepakatan sesuai dengan kesiapan masing-masing guru. Persiapan supervisi dibagi
menjadi dua yaitu supervisi pembelajaran dan supervisi administrasi. Supervisi pembelajaan dilakukan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Sedangkan supervisi administrasi dilakukan untuk melihat serta
mengecek kelengkapan administrasi yang harus dimiliki oleh guru.
Sebelum hari pelaksanaan supervisi pembelajaran, Kepala Sekolah menanyakan bagaimana kesiapan
pembelajaran yang akan dilaksanakan esok hari. Guru memberikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk dapat
diperiksa oleh Kepala Sekolah. Kepala Sekolah akan memeriksa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut serta
menanyakan hal-hal teknis dalam kegiatan pembelajaran. Apabila ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran tersebut, guru masih mempunyai waktu untuk segera memperbaiki sesuai dengan
ketentuan pembelajaran yang berlaku. Kepala Sekolah juga menanyakan bagaimana kesiapan guru serta kendala-
kendala apa saja yang dihadapi guru dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran.
Pada saat supervisi pembelajaran, guru mempersiapkan segala perangkat pembelajaran yang harus
digunakan. Kepala Sekolah masuk di dalam kelas untuk melihat proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Kepala
Sekolah bersiap 15 menit sebelum peserta didik masuk di dalam kelas. Hal ini dilakukan agar Kepala Sekolah dapat
melihat situasi sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Setelah tanda masuk berbunyi, peserta didik berbaris
untuk masuk ke dalam kelas. Kepala Sekolah mengikuti setelah peserta didik yang terakhir masuk ke dalam kelas.
Kepala Sekolah duduk di kursi yang dapat melihat dengan jelas seluruh aktivitas yang dapat dilakukan guru serta
peserta didik. Kepala Sekolah mulai mengamati sambil mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Yang dicatat bukan hanya apa yang dilakukan oleh guru tetapi juga peserta didik.

Gambar 1. Proses Kegiatan Pembelajaran

Gambar 2. Proses Kegiatan Pembelajaran


Peran Kepala Sekolah dalam Coaching Model Tirta pada Pelaksanaan Supervisi Guru | 99
B. Coaching Model TIRTA (tujuan, identifikasi, rencana aksi, tanggungn jawab)
Setelah kegiatan pembelajaran selesai dan peserta didik pulang, maka guru akan meminta waktu kepada
Kepala Sekolah untuk dapat melakukan diskusi bersama tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran hari ini. Diskusi
dengan guru setelah pelaksanaan supervisi pembelajaran harus langsung dilakukan pada hari itu juga. Hal ini
dilakukan supaya guru juga masih dapat mengingat kegiatan apa saja yang sudah dilakukan selama pembelajaran
juga dilakukan agar guru juga mengetahui apabila ada hal-hal yang harus segera diperbaiki. Pada saat pelaksanaan
diskusi setelah supervisi, teknik coaching yang dilakukan dengan model TIRTA. Coaching model TIRTA adalah model
yang dikembangkan dengan semangat merdeka mengajar. Tujuan dilakukan coaching adalah untuk memmahami
dan mendalami potensi guru agar lebih baik. Melalui praktik model TIRTA diharapkan Kepala Sekolah dapat
melakukan komunikasi dengan guru lebih mudah sehingga potensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dapat tergali dengan baik. Adapun TIRTA adalah kepanjangan dari Tujuan (T), Identifikasi (I) Rencana Aksi (R),
Tanggung Jawab (TA).
Guru sebagai coachee akan menyampaikan maksud dan tujuannya meminta waktu kepada Kepala Sekolah.
Dalam menentukan tujuan Kepala Sekolah dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru (1) apa rencana
pertemuan ini?, (2) apa tujuan dari pertemuan ini?. Guru dapat menceritakan tentang hal-hal yang dialami selama
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Kepala Sekolah sebagai Coach menyepakati tujuan umum ataupun
tujuan pembicaraan yang berlangsung yang disampaikan oleh guru (coachee).
Kemudian dilakukan identifikasi, yaitu Kepala Sekolah melakukan penggalian atau pemetakan situasi yang
dibicarakan dan menghubungkan dengan fakta-fakta ataupun kejadian yag terjadi dalam proses pembelajaran yang
sudah dilakukan dan dilaksanakan pada hari ini. Kepala Sekolah dapat menggali beberapa hal melalui pertanyaan (1)
apa kekuatan guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan?, (2) peluang/ kemungkinan apa yang dapat diraih?, (3)
apa hambatan yang akan dihadapi dalam mencapai tujuan tersebut?, (4) apakah ada solusi dalam mengatasi
hambatan tersebut?. Guru dapat menyampaikan apa yang menjadi kendala selama proses pembelajaran. Kepala
Sekolah dapat memberikan pertanyaan – pertanyan atau memberikan umpan balik yang dapat mengarah pada
identifikasi potensi yang dimiliki oleh guru. Hal ini dilakukan agar guru menjadi lebih percaya diri akan apa yang
harus dilakukan.
Setelah melakukan identifikasi, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah membuat rencana aksi yang
akan dilakukan oleh guru. Kepala Sekolah dapat menggali lebih dalam lagi tentang apa yang harus dilakukan oleh
guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik ataupun umpan balik yang mengarah pada identifikasi
potensi yang dimiliki oleh guru yang dapat memberikan semangat guru untuk dapat mengembangkan ide-ide
ataupun alternatif pemecahan masalah ataupun solusi yang dapat dilakukan. Contoh pertanyaan yang dapat
diajukan (1) apa rencana guru dalam mencapai tujuan?, (2) apa strategi yang harus dilakukan?, (3) bagaimana cara
mengatasi kendala yang dihadapi pada saat melaksanakan rencana ini?. Alternatif pemecahan masalah ini
disampaikan sekaligus sebagai rencana yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh guru. Dalam
melakukan rencana aksi Kepala Sekolah dapat memberikan pertanyaan – pertanyaan serta umpan balik bagaimana
guru sebagai coachee dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pertanyaan – pertanyaan yang diberikan
coach dapat membuat coachee mengutarakan rencana – rencana yang akan dilakukan. Rencana aksi disusun dengan
rapi disertai dengan waktu mulai pelaksanaan.
Sebagai bentuk tanggungjawab Kepala Sekolah selaku coach dapat memberikan pertanyaan -pertanyaan
terlebih dahulu kepada guru selaku coachee mengenai umpan balik komitmen coachee dalam menjalankan rencana
aksinya. Komitmen yang dilakukan coachee harus dapat mendukung coachee dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Kepala Sekolah dapat mengajukan dengan pertanyaan (1) apa komitmen guru terhadap rencana aksi?, (2)
siapa yang membantu guru dalam melaksanakan komitmen serta menjaga komitmen?, Kepala Sekolah bersama
guru membuat sebuah komitmen sebagai bentuk tanggunggung jawab atas segala rencana yang telah disusun.
Komitmen atau hasil yang dicapai dapat ditulis serta bagaimana langkah-langkah selanjutnya.
Melalui kegiatan yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah sebagai coach dan guru sebagai coachee
diharapkan guru dapat menemukan potensi yang dimiliki. Melalui kelemahan yang dimiliki guru dapat menjadi
kekuatan baru dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Sehingga guru dapat belajar jika
menghadapi hal yang sama ataupun menghadapi hal-hal yang lebih kompleks lagi. Dalam pelaksanaan coaching yang
100 | Wahyu Wulandari, Oktavia Indah Permata Sary
dilakukan Kepala Sekolah dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh guru. Dari hasil supervisi yang telah
dilaksanakan akan dianalisa mana yang menjadi potensi guru dan mana yang menjadi kelemahan guru dalam
mengajar. Dalam pelaksanaan coaching Kepal Sekolah focus pada kelemahan guru, dan mengubah kelemahan
tersebut menjadi sebuah komitmen yang akan dikembangkan guru pada kegiatan pembelajaran selanjutnya, melalui
sebuah kesadaran sendiri yang timbul dari dalam diri guru sendiri.
Keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggerakkan orang lain dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggungjawab untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu Kepala Sekolah harus harus mampu
melaksanakan supervise secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip supervise serta teknik dan pendekatan
yang tepat.
Berikut langkah – langkah dalam pelaksanaan coaching menurut Salim (2014:61) yaitu (1) Building Trust atau
membangun kepercayaan, (2) active listening atau mendengarkan secara aktif, (3) Clarifying atau mengklarifikasi
untuk kejelasan pembicaraan, (4) asking the right questions atau menanyakan pertanyaan yang tepat, (5) giving
feedback atau memberikan umpan balik.(Kemendikbud, 2021). Selain itu, seorang Kepala Sekolah sebagai Coach
harus memahami prinsip-prinsip dalam pelaksanaan coaching yaitu (1) adanya kolaborasi yang harus dilaksanakan
antara coach dan coachee yang selalu berorientasi pada hasil yang sistematis, (2) coach harus memberikan fasilitas
peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan coachee, (3) tujuan coaching
adalah lebih kepada membantu seseorang atau coachee untuk belajar menggali potensi yang ada pada dirinya.
Dari kegiatan coaching yang telah dilaksanakan tantangan yang dihadapi adalah pada tahapan Identifikasi.
Pada tahapan Identifikasi ini merupakan bentuk ketrampilan dalam berkomunikasi dimana seorang coach harus
mampu memfasilitasi coachee untuk mencapai sesuai yang diharapkan. Kemampuan bertanya harus lebih fokus
pada kebutuhan coachee dimana hal ini akan berdampak keberhasilan ppada pelaksanaan coaching. Seorang coach
harus mampu mengajukan pertanyaan dimana jawaban yang diharapkan lebih aktif. Pertanyaan – pertanyaan
terbuka dengan jawaban yang terbuka pula agar mampu membuka potensi coachee. Coach harus menjadi
pendengar yang aktif dan mampu membuka diri mengenai pemahaman yang disampaikan coachee. Menjadi sebuah
tantangan dimana pertanyaan yang diajukan harus mendapatkan penemuan, pemahaman, komitmen, dan tindakan
nyata yang harus diambil. Coach juga harus cermat terhadap penemuan – penemuan baru yang disampaikan oleh
coachee.
Setiap model kegiatan pasti ada kelebihan dan kekurangan yang dihadapi. Ada beberapa kemungkinan
kendala yang dihadapi dengan coaching model TIRTA ini yaitu (1) kurang terbukanya coachee terhadap masalah atau
kondisi yang dihadapi. Hal ini tentu saja akan menghambat kegiatan coaching. Untuk itu diperlukan sikap terbuka
dari coachee dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh coach. (2) kemungkina tujuan umum
belum dapat dipahami dengan baik dan jelas baik oleh coach maupun oleh coachee, sehingga terjadi
kesalahpahaman dalam proses selanjutnya. (3) Coachee mungkin kesulitan dalam mengemukakan rencana aksi yang
selanjutnya akan dilaksanakan. (4) adanya kemungkinan tanggungjawab dan komitmen yang telah disepakati belum
mapu dilaksanakan dengan baik. Maka dari itu kunci utama dari pelaksanaan coaching model TIRTA terletak pada
kemampuan seorang coach dalam memberikan pertanyaan – pertanyaan pemantik ataupun pertanyaan -pertanyaan
terbuka kepada coachee. Kemampuan memberikan pertanyaan ini yang harus terus dipelajari oleh Kepala Sekolah
selaku coach agar mampu mengarahkan para guru sebagai coachee agar mampu menemukan potensi yang ada
dalam dirinya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan coaching oleh Kepala Sekolah di TK PL Don Bosko terjadi setelah Kepala Sekolah selesai
melaksanakan supervisi. Supervisi dilaksanakan minimal dalam satu tahun ajaran sebanyak 2 kali dalam tiap
semester. Pada saat supervisi pembelajaran, guru mempersiapkan segala perangkat pembelajaran yang
harus digunakan.
2. Coaching model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggungjawab) adalah model yang
dikembangkan dengan semangat merdeka mengajar. Tujuan dilakukan coaching adalah untuk memmahami
Peran Kepala Sekolah dalam Coaching Model Tirta pada Pelaksanaan Supervisi Guru | 101
dan mendalami potensi guru agar lebih baik. Melalui praktik model TIRTA diharapkan Kepala Sekolah dapat
melakukan komunikasi dengan guru lebih mudah sehingga potensi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dapat tergali dengan baik.
REFERENSI
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pendidikan dan Pelatihan: Supervisi Akademik dalam Peningkatan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Kemendikbud.
Glickman, C. (2007). Supervision and Instructural Leadership a Development Approach. Boston: Perason.
Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset.
Mulyasa, E. (2014). Menjadi Kepala Sekolah Profesional . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Diana, E. (2021). Urgensi in House Training dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Basicedu, 5(5), 3290–3298. https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1323.
Faturohman, N. (2021). Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini
(Paud) di Kabupaten Serang dan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. 8(November), 111–118.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jpppaud/article/view/13031.
Kemendikbud. (2021). Coaching Dalam Supervisi Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Mopangga, A., Pd, S., & Pd, M. (2021). Konsep Teknik Coaching dalam Meningkatkan Kemampuan Guru di TK Negeri
Pembina Tabongo Kabupaten Gorontalo. September, 65–78.
Yosi Melda Sari, S. N. (2021). Safinatun Najah semua Potensi yang Sudah Ada pada Anak-anak sejak Awal. Jurnal
Pendidikan Anak Bunayya, 8(2), 1–13.

You might also like