Professional Documents
Culture Documents
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
ABSTRACT
MUHAMMAD ARIEF BINTORO DIBYOSEPUTRO, System dynamic modeling of
complex decision making for the development of sugar cane agroindstry, under
supervision of IRAWADI JAMARAN, MACHFUD, MARIMIN, BUNASOR
SANIM, and YANDRA ARKEMAN.
RINGKASAN
Agroindustri gula tebu merupakan industri dengan karakter sistem dinamis yang
kompleks (complex dynamic system), bercirikan adanya hubungan terus menerus
antar pelaku atau anggota sistem. Penggunaan pendekatan sistem dinamis dapat
diterapkan dalam rangka melakukan kajian agroindustri gula tebu seperti pada kajian
proses pegambilan keputusan untuk tujuan pengembangan.
Pasokan produksi gula tebu nasional lebih rendah jumlahnya dari pada
permintaan, sehingga terjadi defisit pasokan gula. Hingga saat ini persoalan defisit
pasokan belum dapat teratasi dengan baik. Kompleksitas permasalahan dimulai
ketika tingkat produktifitas pertanian tebu dan pabrik gula masih rendah. Rendahnya
produktifitas pertanian tebu ditengarai terjadi karena penurunan luas lahan tanam,
pergeseran lahan dari lahan basah ke lahan kering yang disebabkan karena persaingan
penggunaan lahan tanam oleh berbagai jenis tanaman lainya serta meningkatnya alih
fungsi lahan bagi keperluan lain di luar pertanian. Penurunan produktifitas pabrik
gula disebabkan karena semakin tua usia mesin yang kurang diimbangi oleh
peremajaan mesin baru yang lebih produktif.
Permasalahan non teknis pertanian masih sering timbul, seperti terjadi
ketidaktepatan pelaksanaan kebijakan importasi gula yang dilakukan pada saat tingkat
persediaan gula dalam negeri masih tinggi dan mencukupi. Persediaan gula yang
berlebih ini dapat mengakibatkan penurunan harga. Permasalahan inilah yang secara
perlahan telah mengurangi daya mampu petani tebu dan pabrik gula sehingga
produktifitas menurun, pasok bahan baku tebu menurun, efisiensi pabrik menurun dan
peremajaan pabrik terlantar hingga gejolak harga gula sewaktu-waktu dapat terjadi
secara tinggi.
Penelitian ini berupaya membangun model yang berbasis sistem dinamis
sebagai alat pemeta sekaligus sebagai alat simulasi. Di luar keunggulan metoda
sistem dinamis yang dalam penelitian ini menggunakan software Stella, penelitian ini
mengantisipasi adanya keterbatasan dalam pemeringkatan berbagai alternatif ide,
kepentingan, dan keinginan para pelaku pemangku kepentingan dalam sistem. Oleh
karena itu digunakanlah teknik Interpretive Structural Modeling untuk
mengembangkan ide-ide tersebut dan menyusunya menjadi terstruktur secara baik.
Selain itu penelitian ini menggunakan teknik Analytical Network Process sebagai alat
untuk menangkap semua elemen yang mungkin berlaku dalam rangka pemeringkatan
penentuan kebijakan. Sebagai alat bantu penelitian yang lain, dalam penelitian ini
akan menggunakan alat bantu Bayesian Belief Network untuk memetakan jaringan
probabilitas antar elemen. Selanjutnya sebagai elemen “tujuan” yang dipilih untuk
diproses dalam Bayesian Belief Network akan diambil dari hasil utama Interpretive
Structural Modeling, dan dalam penelitian ini terpilih peningkatan produktifitas
sebagai elemen tujuan dalam model Bayesian Belief Network.
Pemodelan sistem dinamis ini terdiri dari beberapa sub-model yaitu: (1) sub-
model perkebunan tebu, (2) sub-model pabrik gula, (3) sub-model permintaan
konsumen dan distribusi, dan (3) sub-model kebijakan. Keseluruhan sub-model ini
dirangkum menjadi satu hingga terbentuk model sistem dinamis pengambilan
keputusan kompleks bagi pengembangan agroindustri gula tebu.
Hasil simulasi menunjukan bahwa peningkatan produktifitas secara global
dapat tercapai bila pemangku penentu kebijakan mengambil keputusan kebijakan
Pengembangan Produk Alternatif, lalu diikuti keputusan Dukungan Kebijakan
Moneter, dan terakhir kebijakan Penentuan Tarif Bea Masuk.
Dengan mengikuti pola pemeringkatan kebijakan di atas, maka diharapkan
pada tahun 2014 dapat dicapai swa sembada gula dengan tingkat produksi gula
nasional yang terdiri dari kontribusi pabrik gula Kristal putih dibawah naungan
BUMN dan swasta serta pabrik gula rafinasi sebesar 5,700,000 ton. Dari jumlah ini
diharapkan kontribusi produksi gula tebu dari kelompok pabrik gula di bawah
naungan BUMN sebesar 2,075,984 ton dengan tambahan lahan tanam sehingga
mencapai luasan sebesar 308,789 hektar dan tambahan pembangunan pabrik gula
kristal putih sebanyak 16 unit. Rencana kegiatan ini merupakan peluang usaha yang
besar karena dapat menumbuhkan peluang penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan
ekonomi yang tersebar di berbagai kawasan dan peluang pertumbuhan industri
pendukung lain seperti industri pupuk serta sarana produksi lain seperti herbisida,
pestisida dan industri transportasi.
Selain industri pendukung langsung, diperkirakan akan terjadi peningkatan
industri pendukung tidak langsung lain seperti keuangan, asuransi, dan pasar modal.
Di samping itu diharapkan tercapainya swa sembada gula dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan pusat-pusat penelitian gula dan
berkembangnya kegiatan asosiasi-asosiasi terkait lainya.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang‐undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Mengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
RANCANG BANGUN SISTEM DINAMIS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KOMPLEKS
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI GULA TEBU
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Ujian Tertutup
Penguji Luar Komisi: 1. Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA
2. Dr. Ir. Sukardi, MS
Ujian Terbuka
Penguji Luar Komisi: 1. Prof. Dr. Ir. A. Aziz Darwis, MSc.
2. Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra, APU
Judul Disertasi : Rancang Bangun Sistem Dinamis
Pengambilan Keputusan Kompleks
Pengembangan Agroindustri Gula Tebu
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng.
Anggota Anggota
Mengetahui:
Dr. Ir. Machfud, MS. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karuniaNYA
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan kurun waktu 2007 - 2011 ini ialah manajemen strategi dalam rangka
pengembangan suatu agroindustri, dengan judul Rancang Bangun Sistem Dinamis
Pengambilan Keputusan Kompleks Pengembangan Agroindustri Gula Tebu.
yang terbaik bagi kami, selama kami “memungut ilmu” di IPB. Semoga keikhlasan
mereka terus berbuah kebaikan selamanya.
9. Penulis ingin sekali menyampaikan ucapan terimakasih yang tinggi kepada para
sahabat dan kolega penulis yang bekerja di Fakultas Teknik Pertanian, dan para
sahabat yang bertugas di Sekolah Pascasarjana, semoga kita tetap disatukan dalam
semangat kebersamaan untuk mencari dan member yang terbaik bagi kehidupan.
10. Pada kesempatan ini penulis ingin sekali menyapa para teman sejawat selama
menjadi mahasiswa baik yang seangkatan maupun yang tidak seangkatan. Mudah-
mudahan terbatasnya media ini untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan rasa
rindu tidak mengurangi semangat silaturahim kita sampai kapanpun dan dimanapun.
11. Penulis ingin sekali mengucapkan terimakasih kepada para sahabat, nara sumber dan
kolega saat penulis melakukan penelitian. Mereka telah banyak sekali membarikan
pencerahan pengetahuan mengenai agrindustri gula tebu hingga ilmu kehidupan yang
lebih luas. Penulis memohon maaf tidak mampu untuk menuliskan satu persatu,
penulis memohon dicukupkan berkomunikasi melalui media lain untuk meneruskan
persaudaraan ini dapat berkelanjutan, insya Allah.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada istri penulis, dokter. Detty
Hasanah Dibyoseputro yang selalu sabar dan membantu menjaga kesehatan penulis. Ucapan
yang sama akan penulis sampaikan kepada kedua anak Yusufa Ramadhani Dibyoseputro dan
Elyasa Ramadhani Dibyoseputro atas dukungan yang tidak pernah putus, sejak si bungsu
belum bersekolah hingga si sulung telah kuliah, mengingat penulis terlalu lama menyita
waktu untuk menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dirahmati oleh
Allah SWT menjadi ilmu yang amaliah dan amal yang ilmiah, amien.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 22 Februari 1960, sebagai
anak pertama di antara tiga bersaudara, dari keluarga almarhum Bapak H. Djam’an
Dibyoseputro dan Ibu Hj. Sri Sudaryati Dibyoseputro.
Penulis menyelesaiakan pendidikan sarjana S1 di Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Gadjahmada pada tahun 1986. Dua tahun berselang, 1988, penulis
memperoleh Bea Siswa dari Asian Development Bank untuk meneruskan studi di Asian
Institute of Management, Philippines dan lulus sebagai Master of Business Administration
pada tahun 1990. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan sekolah pasca sarjana IPB Program
Doktor Program Studi Sosial & Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Atas perkenan Sekolah
Pascasarjana IPB, penulis pindah jurusan ke Program Studi Teknologi Industri Pertanian
hingga akhir program.
Pengalaman kerja mandiri penulis pada awalnya dimotivasi untuk mempraktekan dan
memelihara hasil studi S1 sebagai akuntan dan pada tahun 1995 atas dukungan teman-teman,
penulis ikut mendirikan dan sebagai salah satu pemegang saham perusahaan konsultan
Management Accounting and Advisory Services yang berkembang hingga saat ini. Pada
pertengahan 1996, penulis mendukung ajakan beberapa teman untuk mendirikan dan sebagai
pemegang saham perusahaan Agrakom Para Relatika sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang pemasaran dan komunikasi publik
Penulis merintis usaha mandiri berikutnya dengan upaya menerapkan thesis S2
berupa studi kelayakan bank syariah. Pada tahun 1992 bersama-sama sejawat alumni FE
UGM penulis ikut mendirikan dan sebagai salah satu pemegang saham BPRS Harta Insan
Karimah yang hingga kini telah berkembang menjadi beberapa cabang.
Pengalaman managerial bidang keuangan global telah penulis peroleh ketika
berkesempatan bekerja di Bankers Trust, sebagai Country Manager Correspondence Banking.
Penulis banyak menimba pengalaman business ketika bekerja di Kelompok Usaha Sinar Mas
selama hampir 12 tahun hingga keluar sebagai Senior Manager Business Development.
Pada tahun 2000 penulis menerima tawaran para sejawat untuk ikut bergabung
mengelola Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
yang baru saja berdiri. Di FEIS UIN inilah penulis sempat menjadi Wakil Dekan Bidang
Administrasi dan Keuangan. Penulis mulai mengembangkan jejaring keuangan syariah
hingga suatu saat dapat menjalin hubungan kerja dengan Islamic Development Bank/ Islamic
Cooperation for the Development of Private Sector (ICD). Penulis menekuni profesi
konsultan keuangan umum dan khususnya keuangan syariah hingga saat ini.
Sejalan dengan kegiatan istri penulis yang berprofesi sebagai dokter dan pegiat
kesehatan, penulis menerima ajakan teman-teman sejawat untuk berkarya di bidang layanan
kesehatan. Dalam waktu dekat insya Allah kegiatan bersama ini akan berbuah menjadi salah
satu rumah sakit yang dikelola dengan standar kualitas amat tinggi demi memberikan layanan
yang baik bagi pengguna layanan kesehatan yang selama ini terpaksa harus mencari layanan
dari negara tetangga.
Saat ini penulis dianugrahi dua orang anak: Yusufa Ramadhani Dibyoseputro sebagai
mahasiswa Fakultas Hukum UI, dan Elyasa Ramadhani Dibyoseputro sebagai pelajar SMP
Al Falah kelas 2, dari istri Detty Hasanah Dibyoseputro yang berprofesi sebagai dokter.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN iv
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan penelitian 6
1.3 Ruang lingkup penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroindustri gula tebu 8
2.2 Sistem dinamis kompleksitas detail 9
2.3 Sistem dinamis kompleksitas dinamis 9
2.4 Resistensi perubahan 9
2.5 Langkah-langkah rancang bangun system dinamis 10
2.6 Rantai kegiatan agroindustri gula tebu 12
2.7 Rangkaian permintaan dan penawaran 12
2.8 Desain kebijakan 13
2.9 Tinjauan studi sebelumnya 13
3 LANDASAN TEORI
3.1 Sistem dinamis 15
3.2 Struktur dan aspek operasional dalam sistem dinamis 16
3.2.1 Thinking 16
3.2.2 Communicating 17
3.2.3 Learning 17
3.3 Elemen kebijakan agroindustri 18
3.3.1 Kebijakan proteksi 18
3.3.2 Kebijakan fiscal dan moneter 19
3.4 Interpretive Structural Modeling 19
3.5 Analytical Network Process 20
3.6 Bayesian Belief Netework 23
4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Kerangka pemikiran 28
4.2 Tahapan penelitian 28
4.2.1 Analisis kebutuhan 31
4.2.2 Formulasi permasalahan 32
4.2.3 Identtifikasi system 32
4.2.4 Diagram konseptual 33
4.2.5 Pemodelan dan implementasi komputer 34
4.2.6 Verivikasi dan validasi model 37
4.2.7 Analisis sentistivitas 38
4.2.8 Analisis Stabilitas 38
4.2.9 Aplikasi model 39
4.2.10 Simulasi model 39
4.3 Pengumpulan data 40
4.4 Pengolahan data 41
6 PENGEMBANGAN MODEL
6.1 Analisis model system dinamis 50
6.1.1 Analisis kebutuhan 51
6.1.2 Formulasi Permasalahan 54
6.1.3 Identifikasi Sistem 55
6.2 Rancang bangun model 57
6.3 Pengujian model 58
6.4 Penggunaan model 59
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 79
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
25. Model jejaring keyakinan Bayesian peningkatan produktifitas 63
Sebagai tujuan model
26. Hasil laporan utama proses simulasi jejaring keyaninan 64
Bayesian
27. Hasil simulasi model jejaring keyakinan Bayesian 64
28. Interface model ANP penentuan kebijakan 65
29. Hasil ANP level strategis management puncak 65
30. Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Benefit 66
31. Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Cost 66
32. Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Opportunity 67
33. Hasil simulasi peringkat kebijakan pada elemen Risk 67
34. Interface utama model sistem dinamis 68
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
1 PENDAHULUAN
Kompleksitas dinamis merupakan salah satu ciri yang terjadi pada ranah
agroindustri saat ini. Fenomena ini merupakan akibat yang disebabkan sekurang-
kurangnya oleh tiga hal: 1) terjadi inovasi di berbagai bidang teknologi terutama
teknologi informasi dan komunikasi, 2) perubahan dinamis pada supply-demand di
tiga bidang utama yaitu makanan, energi, dan air (food, energy, and water), dan 3)
pemanfaatan produk pertanian serta produk terbarukan lainya untuk keperluan energy
(Yandra, et. al. 2007).
Pada agroindustri gula tebu, perubahan kompleksitas dinamis merupakan
permasalahan yang mencakup semakin banyaknya peubah yang saling terkait, peubah
yang mengandung probabilitas, dan peubah yang berbeda sesuai perubahan waktu.
Beberapa contoh kompleksitas agroindustri gula tebu dapat ditemukan pada
pengelolaan sinkronisasi antar elemen dan pengelolaan unsur resiko. Berkenaan
dengan resiko yang dihadapi oleh agroindustri gula, salah satu contoh adalah resiko
dinamika perubahan biaya atau harga. Bila penyerapan biaya produksi mengalami
perubahan dinamis sehingga biaya mendekati nilai tambah yang diciptakan, maka
margin atau laba yang diciptakan menjadi semakin tipis sehingga perusahaan
berpotensi rugi dan menanggung konsekuensi ikutan yang dapat lebih buruk (Boehlje,
1999).
Sejalan dengan problematika kompleksitas, pendekatan sistem dinamis diakui
oleh para peneliti dan praktisi sebagai metoda yang mampu memberikan pemahaman
dan membantu penyelesaian masalah dalam semesta sistem yang kompleks dengan
lebih baik (Richmond, 2004). Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan
pendekatan sistem dinamis untuk membangun model. Adapun sebagai obyek kajian
utama, penelitian ini akan membahas agroindustri gula tebu sebagai fokus kajian dan
upaya pengembanganya. Agroindustri gula tebu memiliki karakteristik unsur
dinamika perubahan dan kompleksitas permasalahan yang tinggi di banyak sisi.
Secara konseptual, pendekatan sistem dinamis mampu menggambarkan secara
lebih jelas mengenai hubungan antar elemen dan perilakunya. Dengan demikian
diharapkan bagi para pengambil keputusan akan terbantu pada saat menghadapi
pengambilan keputusan persoalan yang kompleks. Hal ini terutama terjadi dalam
2
evaluasi hasil proses pengambilan keputusan dan kaitanya dengan pengelolaan arus
informasi dari tiap-tiap komponen atau agent yang menjadi bagian integral dalam
rangkaian keseluruhan sistem (Bryceson, et.al. 2008).
Merujuk pada sejarah perkembangan agroindustri gula tebu dari masa ke
masa, penelitian ini diharapkan dapat menangkap kerumitan pengelolaan agroindustri
gula tebu dengan persoalan yang berciri multidimensional. Selama masa pendudukan
pihak asing pada rentang waktu tahun 1823 sampai dengan sebelum kemerdekaan,
Indonesia tercatat sebagai produsen gula terbesar kedua setelah Cuba, seperti pada
Tabel 1.
Pada kurun waktu tersebut, meskipun tingkat produktifitas gula tinggi, namun
fakta agroindustri gula tebu di Indonesia diwarnai oleh munculnya para pihak
pemangku kepentingan (petani dan pemilik lahan) yang amat dirugikan oleh
pemangku kepentingan lain yang lebih berkuasa. Sebaliknya ada sedikit pihak tertentu
yang amat diuntungkan, seperti para pihak pemilik modal.
Tabel 1 Ekspor gula Indonesia periode 1823 - 1940
Harga (Guilder/
Tahun Vol (Ton) Nilai (1,000 Guilder)
ton)
1823 3,291 204 671
1830 6,710 233 1,563
1840 61,750 219 13,523
1850 84,548 199 16,825
1860 128,265 249 31,938
1970 146,670 216 31,681
1880 222,242 220 48,893
1890 367,785 140 51,490
1995 575,662 140 80,593
1900 736,606 100 73,661
1913 1,278,486 119 152,140
1920 1,510,971 694 1,048,614
1929 2,402,974 127 305,178
1940 803,494 65 52,227
Di balik kinerja yang amat mengesankan dari tabel di atas ternyata mekanisme
produksi gula dilaksanakan dengan kebijakan yang amat bertentangan dengan kaidah
kemanusiaan. Sejarah mencatat adanya distribusi pendapatan yang amat tidak adil,
seperti praktek Kebijakan Tanam Paksa yang penuh dengan pelanggaran dan
3
dari total tebu yang digiling sebanyak 23 juta ton tebu pada tahun 2003. Dalam satuan
rupiah, potensi kerugian saat itu mencapai kurang lebih Rp 2 triliun (Ismail, 2005).
Praktek monopoli dalam produksi masih berlangsung, meskipun mengalami
perubahan bentuk namun tetap sebagai pemegang kekuatan pasar produksi. Dua
kelompok produsen besar yaitu satu kelompok di bawah naungan perusahaan negara
(kelompok PT.Perkebutan Negara, PTPN) dan satu kelompok di bawah kelompok
perusahaan swasta masih memegang kendali terbesar agroindustri gula tebu saat ini.
Monopsoni dalam perdagangan masih amat kuat pengaruhnya, meski warna
dan ciri mereka sedikit berubah namun ciri khas monopsoni atau kartel tetap ada. Hal
ini terjadi di wilayah domestik maupun internasional. Perdagangan gula dunia
dikontrol oleh tujuh perusahaan pemain yang menguasi 83.4% pangsa pasar dunia,
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perusahaan multinasional produsen dan pedagang gula dunia tahun 2005
Sumber: I Nodeco, “A Changing World: Production and Market Outlook for Cuba”,
World Sugar and Sweetener Conference, Bankok, Thailand, 26-27 March 1996 & data
olahan sampai dengan tahun 2005 dari Cargill Indonesia
Perbedaan harga dan selisih difisit pasokan gula domestik inilah yang
mendorong penyelundupan gula. Kondisi ini diperburuk oleh munculnya implikasi
negatif dari ketidak tepatan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah
(mis-match policy), lemahnya aparat pengendali perdagangan dan lemahnya prosedur
administrasi pengelolaan impor gula. Implikasi pelaksanaan kebijakan bea masuk
sebesar 25% bagi gula impor perlu dikaji ulang. Hal ini mengingat bahwa menurut
data dari Dewan Gula Indonesia, posisi Indonesia sejak tahun 2004 tercatat sebagai
importir besar dengan bea masuk rendah secara berurutan setelah negara Mesir 30%,
Sri Langka 66%, Philippines 133%, USA 155%, dan Bangladesh 200% (DGI, 2004).
Semua fenomena yang terjadi pada agroindustri gula tebu pada dekade 2000 di atas
mencerminkan sedang berlangsungnya dinamika proses menuju kondisi
keseimbangan nasional, regional, dan internasional (Abidin, 2000).
Bila dilihat dari sisi dinamika supply-demand dan rangkaian proses
transformasi produksi tebu sejak ditanam, diproses di pabrik, diperdagangkan dan
6
dikonsumsi oleh pengguna produk, maka agroindustri gula tebu memiliki ciri
kompleksitas dalam pengelolaan dan pengembangan. Telaah historis agroindustri
gula tebu menunjukan persoalan yang relatif sama dan terjadi pada periode waktu
yang relatif amat panjang, namun demikian pemecahan persoalan tidak kunjung
memberikan hasil yang diharapkan.
Penelitan ini memandang perlu berfikir sistem dinamis (system dynamic
thinking) untuk digunakan sebagai pendekatan yang diharapkan akan membantu
menguraikan permasalahan secara lebih integratif dari elemen-elemen yang saling
terpisah dan mandiri. Bila dalam penelitian sebelumnya ada yang belum memasukan
mekanisme pembelajaran ke dalam sistem, maka penerapan sistem dinamis dalam
penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan pentingnya kaidah mekanisme
feedback dalam rangka pengambilan keputusan kompleks. Dengan demikian
penelitian ini diharapkan dapat mencapai solusi yang optimal dan dapat diterima
secara baik oleh para pemangku kepentingan.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancangbangun sebuah model yang
berbasis sistem dinamis untuk membantu pengambilan keputusan kompleks dalam
rangka pengembangan agroindustri gula tebu.
2 TINJAUAN PUSTAKA
baik. Di samping itu dengan model virtual dapat sedikit demi sedikit membuka ”black
box phenomena” yang selalu tertutup di dalam dunia nyata. Manfaat lain adalah
berupa proses waktu simulasi yang singkat dapat menggambarkan perjalanan kegiatan
dunia nyata yang amat panjang dimensi waktunya.
Model virtual di atas akan semakin memberikan manfaat yang tinggi ketika
model ini bersifat reflektif sehingga mampu mengulang proses pemikiran, reflective
thought (Schon, 1992). Model virtual tidak terlepas dari keterbatasan, yaitu dapat
terabaikanya prinsip-prinsip metodologi ilmiah. Namun demikian dengan
diterapkanya sistem dinamis kompleks yang fokus pada dynamic complexity sistem,
maka peneliti berpeluang lebar untuk melakukan komunikasi dua arah dan langsung
dengan dunia nyata yang sedang ditelitinya. Kondisi inilah yang dimaksudkan
sebagai model virtual reflektif.
Kegiatan pemodelan sistem dinamis virtual belumlah mencukupi kesempurnaan
pengambilan keputusan kompleks. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
pembuat model menentukan batas-batas yang terlalu sempit pada elemen temporal
dan spatial bila dibandingkan dengan realitas yang ada. Lain dari pada itu ada 4
penyebab yang mengurangi kualitas pemodelan sistem dinamis, seperti: 1)
kecenderungan negatif pemodel yang kurang memperhatikan kelengkapan feedback
yang terlalu lambat jalanya karena time delay, 2) pemahaman yang kurang
komprehensif tentang seluk beluk industri itu sendiri, 3) reaksi pemodel yang
cenderung defensif, dan 4) dampak negatif akibat biaya penelitian yang tinggi.
Sistem dinamis didesain untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan sehingga
menghasilkan gambaran yang lebih riel dari dunia nyata. Forester (1987) mengatakan
bahwa simulasi akan berhasil dengan baik bila pengembangan model dilakukan
dengan asumsi realistis mengenai perilaku para pelakunya (human behaviour), diramu
dengan studi lapangan yang lengkap, dan pemanfaatan data-data primer yang optimal
untuk melengkapi dan menyempurnakan data-data sekunder.
Simulasi merupakan cara yang praktis untuk menguji kehandalan model atau
hasil rancang bangun ini. Tanpa simulasi pengujian terhadap suatu model tidak dapat
dilakukan. Peningkatan kinerja model hanya dapat dilakukan dengan baik bila ada
pembelajaran feedback dari representasi dunia nyata. Penelitian ini akan
mensimulasikan faktor-faktor utama yang berpengaruh dalam sistem secara
keseluruhan.
12
Hasil kajian tentang sistem yang sudah diverifikasi dan divalidasi ditambah
dengan hipotesa dinamis akan menghasilkan model simulasi. Berdasarkan model
simulasi ini akan dilakukan simulasi “what-if” dari unsur pembentuk sistem utama
seperti unsur dari input, output, dan proses. Atas hasil simulasi diharapkan rekayasa
model lebih lanjut dapat dihasilkan berupa rancang bangun model dinamis yang
sejalan dengan model yang diharapkan.
Dalam penelitian ini simulasi akan dilakukan sesuai dengan kondisi riel
sehingga diperlukan perumusan yang utuh mengenai persamaan-persamaan,
parameter, dan kondisi tertentu dari variabel yang diperlukan. Formalisasi model
simulasi akan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Stella. Dalam program
simulasi diharapkan dapat memunculkan berbagai alternative strategi dan kebijakan.
Khudori, Gula Rasa Neoliberalisme. (6) Nur Mahmudi Ismail, Restrukturisasi Industri
Gula Nasional. (7) Zainal Abidin, Dampak Lineralisasi Perdagangan (8) Victor
Siagian, Analisis Efisiensi Biaya Produksi Gula (9) Wayan R. Susila dan Bonar M.
Sinaga, 2005 berjudul Pengembangan Industri Gula Indonesia yang Kompetitif pada
Situasi Persaingan yang Adil, dikeluarkan oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia,
Bogor. Referensi di atas dirinci lebih lanjut mengenai metodologi yang digunakan,
esensi dan isi kajian, serta keterkaitanya dengan penelitian ini, seperti dalam Tabel 4.
15
Modeling the Menggunakan Memprediksi suatu Metoda & Isi akan digunakan
Formation of pemodelan permintaan sebagai referensi prediksi
1 Sterman, John D. Expectations: The sistem dinamis kebutuhan energy di permintaan gula di masa
history of energy masa dating depan
demand forecasts
Sistems thinking Menggunakan Menggambarkan Metoda & Isi sangat relevan
and organiza- pendekatan pentingnya kajian untuk mengkaji unsur
2 Senge, P. and tional learning: Sistem perilaku organisasi perilaku dalam agroindustri
J. D. Sterman, Acting locally and Thinking yang dinamis, yang gula tebu, serta
thinking globally melakukan menggambarkan pentingnya
in the pembelajaran diri makna feedback dalam
organization of menggunakan pembelajaran suatu
the future mekanisme organisasi.
feedback
The practice of Menggunakan Menggambarkan Membantu memecahkan
Sistem Dynamics: pemodelan fleksibilitas masalah dinamika dalam
3 Coyle, R., Milestones, Sistem Dinamis pendekatan sistem kelembagaan yang terkait
lessons and ideas dinamis dalam agroindustri gula
from 30 years berbagai aspek
experiences kehidupan, meliputi
bidang eksak
maupun soft
science.
Mental models Menggunakan Menekankan Metoda & Isi menjadi
concepts for pemodelan dan mekanisme rujukan teori utama dalam
4 Doyle, J. And Sistem Dinamiss pendekatan pembelajaran, kaji penerapan pemodelan sistem
D. Ford research Sistem ulang, feedback, dan dinamis agroindustri gula
Thinking, mekanisme jalanya tebu
sistem thingking
dan sistem dinamis
Abstaction and Jurnal ilmiah Jurnal disajikan sbg
Modelling of pada Seminar Sistem Dynamics Memberi pemahaman yang
5 Kim P. Bryceson, Agri-food Chains EAAE ke 110, and Innovation in lebih mendalam tentang
Carl S. Smith As Complex 18-22 Feb. 08, Food Network kegunaan Sistem Dynamic
Decision Making Di Austria dalam Food Chains.
Sistem
Dampak Disertasi S3 Menggambarkan
Lineralisasi IPB, Fak analisis dampak Memberi gambaran yang
6 Zainal Abidin, Perdagangan Pertanian, kebijakan, tipologi memadai tentang agroindustri
Terhadap Sosial analisis sistem, tidak gula khusus dari sisi pandang
Keragaan Industri Ekonomi, menyinggung sistem ekonomi semata.
Gula Indonesia: menggunakan desain dan sistem
Suatu Analisis metoda control
Kebijakan Ekonometrika
9 Wayan R. Susila Pengembangan Kajian pada Memfokuskan pada Memberi gambaran yang
Industri Gula Lembaga Riset simulasi berbasis memadai tentang agroindustri
Indonesia yang Perkebunan Ekonometrika, tdk gula khusus dari sisi pandang
Kompetitif pada Indonesia, ada rancang bangun ekonomi semata.
situasi persaingan Bogor sistem baru.
yang
Adil
16
3 LANDASAN TEORI
Arahan-arahan Strategis,
Direktif Panjang Dinamis & probabilistic terkadang intuitif
Dinamis & mempengaruhi Tidak bisa diprogram
Strategis Panjang faktor-2 dengan kepastian karena preferensi
rendah pengambil keputusan
perlu masuk secara utuh
Dinamis & mempengaruhi Bisa dibuat program
Taktis Menengah faktor-2 dengan asumsi dengan masukan
Pendek kepastian tinggi preferensi pengambil
keputusan
Operasional Pendek Dianggap static & tidak Bisa dibuat program
mempengaruhi faktor-2 karena berulang
Sumber: Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk (Marimin, 2004)
Ditinjau dari karakteristik atau jenis sistem berdasarkan sifat komponen, maka
kajian strategi pengembangan dan kebijakan dapat berubah-ubah secara fleksibel dari
satu jenis sistem ke jenis sistem lainya. Kajian kebijakan dapat berada pada sistem
analis, sistem desain, maupun sistem kontrol seperti pada Tabel 6.
17
Sumber: Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial (Marimin, 2005)
3.2.1 Thinking
Dalam langkah pertama berupa eksplorasi pemikiran atau Thinking, terdiri dari
dua kegiatan utama yaitu: membuat konstruksi model dan melakukan simulasi untuk
mengambil kesimpulan. Model adalah penyederhanaan kondisi nyata berupa
representasi yang dapat menangkap karakteristik keadaan realitas keadaan nyata, yang
secara simbol sistem dinamis diuraikan pada Gambar 1.
18
3.2.2 Communicating
Output dari kegiatan eksplorasi pemikiran atau Thinking merupakan bahan
pokok bagi kegiatan selanjutnya, yaitu communicating. Ada tiga bahan pokok dalam
kegiatan communicating yaitu berupa: mental model, hasil simulasi, dan kesimpulan.
Secara garis besar kegiatan communicating dapat dilihat pada Gambar 2.
3.2.3 Learning
Kegiatan selanjutnya adalah merupakan kegiatan pembelajaran atau Learning.
Ada dua macam learning, yaitu:Self Relfective LearningdanOther Inspired Learning
Self-reflective learning merupakan hasil simulasi yang dihasilkan dari mental model
Other Inspired learning merupakan gabungan hasil dari self reflective learning dan
kesimpulan hasil simulasi, seperti diterangkan pada Gambar 3.
19
secara langsung bagi produsen dalam negeri. Kebijakan lain yang dapat dilakukan
oleh negara importir adalah berupa subsidi konsumsi dan atau subsidi impor.
Bila penelitian ini dikaitkan dengan praktek perdagangan internasional, maka
terlepas dari argumentasi teoritis tentang bermanfaatnya perdagangan bebas, namun
kebijakan perdagangan bebas akan menghadapi resistensi kuat dari para pihak tertentu
(Houck, 1986). Beberapa alasan utama yang mendukung penolakan perdagangan
bebas atau berpihak pada kebijakan proteksi adalah:
• Melindungi agroindustri yang lemah
• Melindungi keamanan dan ketahanan nasional
• Melindungi kesejahteraan nasional
• Melindungi praktek perdagangan yang tidak adil
• Melindungi program nasional yang sedang digalakan
• Melindungi posisi neraca pembayaran
Dalam penelitian ini akan menggunakan ANP berbasis kriteria Benefit Cost
Opportunity Risk (BCOR). Kaidah BCOR memiliki kesamaan makna dengan urutan
pada analisis Strenght Weakness Opportunity Threat (SWOT), sehingga BCOR dapat
memetakan kondisi lapangan dan dapat membantu secara mudah untuk mengarahkan
strategi ke depan sesuai dengan yang diinginkan.
Adapun alternatif pilihan kebijakan yang akan diuji dan diurutkan prioritasnya
dengan menggunakan model BCOR adalah Kebijakan Moneter, Kebijakan Fiskal, dan
atau Kebijakan Pengembangan Produk Alternatif, yang skemanya pada Gambar 4.
23
Lapangan Kerja di Agrin Gula, di
Ekonomi Struktur Ekonomi industri terkait, reorganisasi
industri nasional,
pemberdayaan teknologi
Benefit ‐ (Strenght)
Supply & Demand
Kepercayaan partisan parpol
Kredibilitas Politik meningkat, Dunungan parpol
pada kebijakan pemerintah,
Reputasi partai politik
Politik
Pencapaian tujuan parpol,
Stabilitas Politik Peningkatan jumlah pemilih,
Konsistensi kebijakan gula
nasional
Han Kam Tib
Lingkungan Hidup
Sosial
Tingkat Penyerapan Tng Kerja
24
Harga Barang Lain yg terkait
Harga Gula
Tingkat Inflasi
Ekonomi
Kinerja ekspor Indonesia,
Cost ‐ (Weakness)
Retaliasi produk ekspor
Pasar tenaga kerja, Keunggulan
Indonesia
kompetitif
Reputasi Internasional,
Pengaruh Internasional,
Kredibilitas Internasional
Dukungan pada isu‐2
Politik
internasional
Dukungan Int'l pada Free
Trade
Tingkat Kriminalitas
Sosial
Kesejahteraan
Globalisasi
Ekonomi Dukungan pengembangan
tekno.
Pemilu legislatif 2014, Pemilu
Opportunity
Popularitas politik domestik presiden 2014, Persiapan
kebijakan pem yad
Politik
Promosikan free trade,
Praktek Perdagangan Int'l Meningkatkan fair trade, Peran
kepemimpinan di WTO
Sosial
Dukungan internasional
Lapangan kerja, Pekerjaan lain
Infrastruktur Industri
Ekonomi terkait, Dukungan ekonomi
Domestik
pada peningkatan teknologi
Risk
Kepemimpinan WTO
Politik Kredibilitas Global
Sosial
Penerapan Tarif Bea Masuk,
Dukungan Kebijakan Moneter,
Semua Network Alternative
Pengembangan Produk
Alternatif
Tujuan Suatu hal yang ingin dicapai dan • Tingkat produktifitas hasil
dipengaruhi oleh tata kelola model panen gula tebu
pengembangan agroindustri gula tebu. • Kontinuitas sumber daya alam
• Kontinuitas agroindustri gula
tebu secara umum
! ! ! ! !(!)
P(b|a) =
!(!)
P(a) adalah probabilitas a, dan P(b) adalah probabilitas b, dan P(a|b) adalah
probabilitas a bila diketahui peristiwa b sudah terjadi.
Sebagai ilustrasi, hama tikus dapat merusak hingga 50% tanaman tebu muda.
Andaikata diketahui setiap 1 (satu) meter persegi dari 50,000 m2 (5 Ha) tanaman tebu
terdapat 1 tikus, dan tiap 1 meter persegi dari 20 m2 tanaman ternyata rusak terserang
hama tikus. Kita ingin mengetahui sejauh mana petani tebu mengeluhkan kerusakan
tanaman tebu, maka dapat dihitung tingkat kerusakan sebagai berikut:
! !"#$%&!&' !"#"$"# !"#" !"#$% ! !(!"#" !"#$%)
P hama tikus kerusakan tanaman) =
!(!"#$%&!&' !"#"$"#)
!.! ! !/!",!!!
P hama tikus kerusakan tanaman) = = 0.0002
!/!"
4 METODOLOGI PENELITIAN
Langkah 6
Langkah 1 – 3 Berorientasi pada data
Langkah 4 – 5 Metodologi & Isu Kebijakan Pengambilan Keputusan
Langkah 5 – 6 Pengambilan Keputusan Kebijakan prioritas
Langkah 5
Strategi prioritas
ISM
Penentuan Prioritas ANP
Opsi‐opsi strategi BBN
Langkah 4 Ukuran Kinerja
Penilian Kondisi
Bagaimana Kondisinya?
Langkah 1
Bagaimana keterkaitanya?
Basis Data Pangetahuan
Basis Pengetahuan Dasar Dimodelkan secara System Dynamic
Agroindustri Gula Tebu menggunakan Software Stella
Realitas di lapangan
Tabel 9 Analisis kebutuhan sistem, pelaku ekonomi kelembagaan dan potensi konflik
antar pelaku.
agroindustri gula tebu menjadi penting karena pihak petani merupakan basis awal dari
agroindustri gula tebu.
Pabrik gula merupakan mata rantai selanjutnya setelah produksi tebu oleh
petani. Permasalahan yang dihadapi oleh PG tidak kalah komplekssnya dari pada
permasalahan yang ada di sektor perkebunan. PG di Indonesia relatif sudah berusia
sangat tua dan oleh karenanya revitalisasi fasilitas pabrik secara parsial cenderung
tidak dapat mengejar pencapaian efisiensi produktifitas yang diinginkan. Kondisi ini
berpotensi melemahkan pencapaian target pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri.
Petani
Pedagang
Produsen Makanan dan
Minuman (Ma-Min)
Konsumen
Rumah Tangga
Konsumen
Ma-Min
Keterangan :
Merembes
Barrier
Pabrik gula menghasilkan produk gula putih (supply side) yang siap
dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga. Di sektor produsen makanan dan
minuman, mereka hampir tidak mengkonsumsi produk gula putih dalam negeri karena
faktor spesifikasi gula yang tidak kompatibel dengan persyaratan produk makanan
dan minuman. Di sinilah muncul permintaan gula dengan kualitas tinggi atau disebut
gula rafinasi. Permintaan gula rafinasi oleh kelompok industri besar (Pabrik Makanan
dan Minuman) dipenuhi dari dua sumber, yaitu Pabrik Gula Rafinasi yang beroperasi
di dalam negeri dan import gula rafinasi siap pakai dari luar negeri. Kompleksitas
semakin meningkat ketika Pabrik Gula Rafinasi dalam negeri harus mengimpor bahan
baku berupa gula mentah dari luar negeri.
Kondisi kompleksitas di atas menimbulkan peluang penyalahgunaan
wewenang bila tidak diatur dan ditata dengan kebijakan yang tepat. Hal ini semakin
meningkatkan resiko persaingan bagi produsen gula putih domestik bila tingkat
36
pasokan gula rafinasi hasil produksi pabrik gula rafinasi dalam negeri serta importasi
gula rafinasi siap pakai tidak dikendalikan. Keadaan dapat menjadi lebih buruk bila
saling terjadi rembesan pasokan dan permintaan antara gula mentah, gula putih, dan
gula rafinasi.
Dengan menggunakan dua instrumen stock dan flow (kata benda dan kata
kerja) di atas, kemudian dibuatlah model yang menyerupai susunan kalimat sebagai
representasi dari gambaran kondisi riel suatu fenomena. Untuk menyempurnakan
”kalimat”, diperlukan obyek dan keterangan sebagai pelengkap kalimat. Dalam teknik
pemodelan menggunakan simbul, sebagai berikut:
• Lingkaran – artinya berfungsi sebagai variabel kontrol
• Belah ketupat – berfungsi sebagai konstanta
• Tanda Panah Penghubung – berfungsi sebagai penghubung
atribut.
Secara model persamaan matematik, dapat digambarkan salah satu sub model
Supply – Demand dari agroindustri gula, sebagai berikut:
rendemen rata-rata 5,9. PT. RNI mengelola 10 pabrik gula, yaitu: PG Krebet Baru (1906),
PG Rejo Agung Baru (1894), PG Candi Baru (1983), PG Sindang Laut (1896), PG Karang
Suwung (1854), PG Tersana Baru (1937), PG Jati Tujuh (1977), PG Subang (1981), dan
PG Madukismo (1958).
4,000
2,990
3,000
2,040
2,000
1,510 1,820 1,600
1,000 790
‐
1 2 3 4 5 6
Importasi Gula 2005 ‐ 2010
Sumber: DGI 2010
Dengan asumsi angka yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN bahwa kebutuhan gula
konsumsi langsung rumah tangga meningkat per tahun sebesar 1.83% dan gula keperluan
industri naik sebesar 5% per tahun maka pada tahun 2014 akan diperlukan gula sebesar 5.7
juta ton. Suatu tantangan yang berat mengingat kondisi kemampuan produksi dalam
negeri yang jauh tertinggal dari kelajuan pertumbuhan permintaan.
Melihat strategi generik kebijakan impor-ekspor seperti pada Gambar 14 (Jamaran, 2009),
dalam kondisi defisit pasokan gula di dalam negeri, bila pemerintah belum dapat
melakukan kebijakan substitusi impor gula secara total, maka pemerintah dapat mendorong
adanya foreign home investment atau mendorong pengolahan gula mentah di wilayah
51
Indonesia. Berkenaan dengan ini, pemerintah telah memberikan ijin baru pembangunan
pabrik gula rafinasi untuk meningkatkan kapasitas produksi gula.
Namun demikian kebijakan ini tidak semudah yang diharapkan karena terkandung
kesulitan dalam penataan kondisi harmonis antara dua pabrik gula kristal putih berbahan
baku tebu dan pabrik gula kristal rafinasi berbahan baku gula mentah impor. Di samping
itu kebijakan meningkatkan kinerja pabrik gula rafinasi mengandung resiko
ketergantungan pihak asing, mengingat hingga saat ini kebutuhan bahan baku gula mentah
untuk pabrik gula rafinasi sepenuhnya diimpor dari luar negeri. Selain itu pabrik gula
rafinasi tidak mengakibatkan multiplier effect di sektor hulu, seperti penyerapan tenaga
kerja dan usaha terkait lainya.
52
6 PENGEMBANGAN MODEL
(5) pengujian model, dan (6) penerapan model yang secara skematis diuraikan pada
Gambar 16.
kualitas gula yang tinggi agar dapat berdaya saing dengan produk gula pesaing dari
luar negeri
Gambar 18 Diagram input output sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu
59
Setelah model berhasil dibangun, maka dilanjutkan langkah berikut berupa simulasi
model sistem dinamis menggunakan software Stella yang dibantu oleh model pendukung
berbasis pemrograman komputer yang melengkapi dan mendukung model utama. Adapun
model pendukung berbasis pemrograman komputer terdiri dari:
1. Model pemrograman Interpretive Structural Modeling
2. Model pemrograman Analytical Network Process
3. Model pemrograman Bayesian Belief Netework
Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara menginput alternatif peubah input secara
berulang hingga suatu tahap akan dapat diperoleh tingkat hasil simulasi yang paling sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Dari hasil simulasi dapat ditarik kesimpulan mengenai
perilaku peubah dan hubunganya dengan peubah lain tanpa harus mengalami fakta riel
seperti peluang terjadinya kerugian dan beban biaya yang mungkin timbul dari suatu
ramuan strategi yang kurang optimal. Tahapan simulasi pemodelan sistem dinamis dan tiga
pemodelan pemrograman pendukung adalah sebagai berikut:
tercapainya tujuan”. Penentuan pernyataan dasar, pernyataan konteks, dan relasi dapat
dilihat di Gambar 21.
Hasil simulasi ISM menunjukan ide ”Peningkatan Produktifitas Hasil Panen Tebu” sebagai
elemen utama dan pertama dalam rangkaian pengembangan agroindustri gula tebu.
Elemen ini selanjutnya dijadikan sebagai fokus pengembangan pada tahapan-tahapan
pemrograman dan simulasi berikutnya.
Hasil simulasi yang dilakukan oleh para peserta FGD dapat dilihat secara keseluruhan pada
Lampiran 17 dan secara spesifik pemeringkatan level strategis seperti pada Gambar 29.
Bila ditinjau dari sisi Benefit, maka sejalan dengan makna Benefit yang setara dengan
Strenght pada analisis SWOT, hasil simulasi menjunjukan kondisi agroindustri gula tebu
saat ini seperti pada Gambar 30. Para pelaku FGD berpandangan pengembangan
agroindustri gula tebu ke depan akan memiliki Benefit bila didukung oleh kebijakan
Pengembangan Produk Alternatif.
Bila ditinjau dari sisi Cost yang setara dengan Weakness, maka hasil simulasi ANP
menunjukan pemeringkatan kebijakan seperti pada Gambar 31.
Para pelaku FGD berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan
menghadapi Cost (kelemahan) dan mereka berpandangan untuk menghadapi kelemahan ini
perlu didukung oleh kebijakan yang protektif berupa Penerapan Tarif BM.
Bila ditinjau dari sisi Opportunity, maka sejalan dengan makna Opportunity yang
setara dengan Opportunity pada analisis SWOT, hasil simulasi menjunjukan kondisi
agroindustri gula tebu saat ini seperti pada Gambar 32.
Para pelaku FGD berpandangan pengembangan agroindustri gula tebu ke depan akan
memiliki peluang Opportunity yang baik bila didukung oleh kebijakan yang protektif,
seperti Penerapan Tarif Bea Masuk. Hasil simulasi menunjukan bahwa antara kebijakan
Penerapan Tarif Bea Masuk dan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif tidak terlalu
jauh berbeda meskipun kebijakan protektif lebih unggul. Hal ini sejalan dengan kaidah
strategi bahwa untuk mengoptimalkan peluang maka salah satunya adalah berkembang
dengan dilindungi proteksi yang wajar.
Gambar 34 Interface utama model sistem dinamis pengembangan agroindustri gula tebu
72
PTPN II 8,361 8,991 515,390 597,478 3,563 4,547 31,000 43,615 6.00 7.30
PTPN VII 29,114 31,309 1,980,497 2,295,939 8,439 10,771 132,062 189,949 6.80 8.30
PTPN IX 31,694 34,083 2,239,284 2,595,944 12,339 15,748 129,355 224,244 7.10 8..60
PTPN X 74,670 80,298 6,281,500 7,281,980 36,348 46,390 410,817 620,175 7.00 8..50
PTPN XI 66,374 71,371 5,570019 6,457,179 33,841 43,191 318,514 463,513 5.90 7.20
PTPN XIV 11,470 12,335 570,410 661,262 3,222 4,112 27,312 43,444 5.40 6.60
PT. RNI 64,897 69,789 5,707,400 6,616,441 29,966 38,245 334,916 491.045 6.10 7..40
Total 286,580 308,789 22,864,500 26,506,222 127,718 163,004 1,356,076 2,075,984 6.33 7.7
%
108% 116% 128% 153% 122%
Perubahan
73
9.1 Kesimpulan
Setelah itu penelitian ini menggunakan software Analytical Network Process berbasis
Benefit Opportunity Cost Risk (BOCR) terbitan Superdecisions. Software ANP
dipergunakan untuk menangkap semua fenomena yang mempengaruhi tiga alternatif
kebijakan utama: Kebijakan Fiskal berupa Penetepatan Tarif Bea Masuk, Dikungan
Kebijakan Moneter, dan Kebijakan Pengembangan Produk Alternatif. Dalam
pengolahan ANP telah diperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, politik,
lingkungan hidup, perdagangan internasional, perkembangan pasar tenaga kerja,
perkembanan teknologi, dan kriteria operasional tingkat pabrik.
Sebagai penyempurna alat bantu pengambilan keputusan, penelitian ini disempurnakan
dengan model probabilitas untuk mengetahui sejauh mana keyakinan akan tercapainya
atau gagalnya suatu tujuan. Penelitian ini menggunakan software Bayesian Belief
Network yang diterbitkan oleh Netica dan secara khusus diaplikasikan sebagai Jejaring
Keyakinan Bayesian pada ide utama hasil pemeringkatan ISM, yaitu Peningkatan
Produktifitas Tebu.
3. Model sistem dinamis beserta pemrograman pendukung yang dilakukan dengan alat
bantu software telah diverifikasi dan divalidasi dengan cara secara cermat dilakukan
pemeriksaan secara terus menerus untuk meyakinkan semua persamaan algoritma telah
dilakukan dengan benar, semua persamaan telah sesuai dengan kaedah teori, semua
hubungan keterkaitan telah memenuhi logika yang umum dan tidak bertentangan
dengan praktek dilapangan setelah diperiksa silang dengan nara sumber serta pakar
gula. Proses validasi dilakukan dengan melakukan uji coba olah data dengan berbagai
input data yang berbeda dan dilakukan secara terus menerus hingga tidak ditemukan
kejanggalan. Dalam prakteknya, ke-empat software yang digunakan memiliki fungsi
peringatan dini bila terjadi penyimpangan sehingga proses validasi pada dasarnya
dilakukan secara mandiri dan otomatis pada masing-masing software.
4. Hasil simulasi model sistem dinamis menunjukan target pada tahun 2014 yang telah
dicanangkan sebagai tahun swa sembada gula, sebagai berikut: diprakirakan terjadi
kenaikan luas lahan tanam mencapai 8%, naik dari 286,580 ha pada tahun 2010
menjadi 308,789 ha pada tahun 2014. Hasil panen tebu per hektar naik sebesar 16%
sejalan dengan program kerja yang berupaya meningkatkan produktifitas dari tahun
2010 total sebesar 22,864,500 menjadi 26,506,222 pada tahun 2014. Kapasitas giling
meningkat 28% hingga mencapai 163,004 ton cane per day pada tahun 2014.
76
Rendemen rata-rata meningkat dari 6.33 pada tahun 2010 menjadi 7.7 pada tahun 2014
sehingga meningkatkan produktifitas gula kristal putih 53% dari 1,356,076 ton pada
tahun 2014 menjadi 2,075,084 ton pada tahun 2014.
5. Hasil simulasi ANP secara total menunjukan bahwa model sistem dinamis bagi
pengembangan agroindustri gula tebu akan meraih titik optimasi bila Pemerintah dan
para pemangku kebijakan memutuskan untuk mengambil kebijakanPengembangan
Produk Alternatif sebagai kebijakan utama (peringkat ke-1 total nilai 0.5984). Nomor
dua adalah apabila pihak pemangku penentu kebijakan menentukan kebijakan berupa
Dukungan Kebijakan Moneter (peringkat ke-2 total nilai 0.4939), dan terkahir apabila
pemangku penentu kebijakan mengambil keputusan Penerapan Tarif Bea Masuk
sebagai kebijakan terakhir (peringkat ke-3 total nilai 0.3295).
Hasil penelitan ini menggambarkan bahwa pelaku usaha agroindustri gula tebu
mendambakan pengembangan produk alternatif sebagai upaya meningkatkan kinerja
agroindustri gula tebu di masa depan dan sebagai upaya meningkatkan daya saing baik
di tingkat domestik maupun internasional.
Para pelaku usaha mampu bersaing dengan pelaku usaha internasional. Hal ini
terungkap dari hasil olah ANP yang meletakan kebijakan protektif pengetatan Tarif
Bea Masuk menjadi kebijakan terakhir, asalkan pihak pemerintah memberikan
Dukungan Kebijakan Moneter seperti tersedianya pendanaan dengan tingkat bunga
wajar dan murah, tingkat perbedaan nilai tukar yang stabil dan relatif kompetitif, dan
tingkat inflasi yang terkendali.
6. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Benefit atau Strenght, menunjukan
bahwa pengembangan kinerja agroindustri gula tebu dapat tercapai secara optimal
apabila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan Pengembangan Produk
Alternatif sebagai kebijakan utama (nilai 0.9760), diikuti kebijakan Penerapan Tarif
Bea Masuk (nilai 0.6852) dan terakhir keputusan kebijakan Dukungan Kebijakan
Moneter (nilai 0.3952). Hasil ini adalah rasional mengingat faktor benefit atau strenght
yang selama ini dinikmati oleh para pemangku kepentingan dalam sistem ini
mendambakan strategi agresif untuk berkembang dan strategi bertahan untuk
melindungi keunggulan yang ada.
7. Dari hasil laporan analisis parsial pada elemen Cost atau Weakness, menunjukan bahwa
pengembangan kinerja agroindustri gula tebu akan mencapai titik optimal bila
77
9.2 Saran
1. Dalam rangka meningkatkan produktifitas hasil panen tebu, disarankan agar ada tindak
lanjut berupa pembentukan gugus tugas yang melibatkan para pemangku kepentingan
79
untuk memantau penentuan tingkat rendemen sehingga para pihak dapat mencapai
kesepakatan yang adil dan obyektif.
2. Sehubungan dengan upaya untuk memperoleh dukungan sosial kemasyarakatan di
masing-masing daerah kepentingan, disarankan agar para pemangku kepentingan
membangun kondisi keamanan, ketertiban yang kondusif termasuk pengamanan dan
kelancaran transportasi bahan baku hingga produk akhir
3. Terkait dengan upaya pengembangan produk alternatif selain produk gula tebu,
disarankan agar dibentuk gugus tugas untuk menyiapkan studi kelayakan
pengembangan produk berbasis tebu seperti yang telah berhasil dilakukan secara
sukses di negara Jamaica, Brazil dan lain-lain yang telah mengembangkan produk
alternatif berbasis tebu menjadi sumber energi alternatif seperti ethanol
4. Sehubungan dengan peningkatan produktifitas dan kaitanya dengan ketersediaan
kualitas benih, hasil penelitian ini menyarankan agar dibentuk lembaga gugus tugas
dan bila lembaga tersebut sudah ada maka dijaga efektifitas lembaga tersebut dalam
rangka pengelolaan keunggulan teknologi dan ketersediaan benih tebu unggul,
informasi fasilitas peremajaan ratoon, informasi tata kelola pupuk yang menjamin
ketersediaa dengan harga yang stabil dan wajar. Disarankan keberadaan lembaga ini
sebagai hasil keputusan bersama para pemangku kepentingan dandapat memberikan
layanan yang terjangkau.
5. Hasil penelitian menyarankan adanya upaya serius atas penanganan masalah
ketersediaan dan perluasan lahan tanam baru sebagai upaya mengatasi laju penurunan
alih fungsi lahan tanam tebu yang secara gencar telah terjadi di kawasan pulau Jawa.
6. Dari rangkuman hasil FGD disarankan bahwa terkait dengan penerapan tarif pajak dan
bea masuk impor gula mentah, gula pasir putih, dan gula rafinasi harus dilakukan
kriteria nomor harmoni komoditas dengan kriteria berbasis standar ICUMSA yang jelas
dan tidak saling tumpang tindih. Hal ini mutlak penting dilakukan sehingga batasan
legal atas persyaatan komoditas dapat dengan jelas ditentukan. Hal serupa akan
menghindari peluang yang merusak sistem dengan cara praktek tidak terpuji seperti
pemanfaatan disparitas harga melalui kegiatan penyelundupan maupun permainan
persyaratan ICUMSA untuk tujuan importasi yang merusak sistem karena
memperlemah daya saing produk dalam negeri.
80
DAFTAR PUSTAKA
Sterman, John D. 2004. “Business Dynamics: Sistem Thinking and Modeling for a Complex
World”, Singapore: McGrawHill.
Sudi Mardianto, et al. 2005. Peta Jalan (Road Map) Dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula
Nasional.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Suparno. 2004. Analisis Dampak Kebijakan Tata Niaga Gula terhadap Kesejahteraan Petani Tebu
di Indonesia. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Vakili, K., Izadi Ehsan F., Moteabbed S. 2007. Resisting Dynamic Structure in Shifting toward
”sistem thinking”. Proceeding of the 2007 ISSS Conference.
Warfield, John N. 1974. “Developing SubSistem Matrices in Structural Modeling”. IEEE Trans.
On Sistems, Man & Cybernetics v SMC-4 n1 (January 1974) pg. 74-80.
Warfield, John N. 1976. “ Societal Sistems: Planning, Policy, and Complexity”. USA. John Wiley
Publications.
Warfield, John N. 2003. “ The Mathematics of Structure”. USA. AJAR Publishing Company.
Wayan R. Susila dan Bonar M. Sinaga, 2005. Pengembangan Industri Gula Indonesia Yang
Kompetitif Pada Situasi Persaingan Yang Adil, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
Bogor.
Williamson, Oliver E. 1981. ”The Economics of Organization: The Transaction Cost Approach”,
The American Journal of Sociology 87 (3): 548 - 577
Yandra, Marimin, Irawadi Jamaran, Eriyatno, Hiroyuki Tamura. 2007. An Integration of Multi-
Objective Genetic Algorithm and Fuzzy for Optimization of Agroindustrial Supply Chain
Design. Proceeding of the 2007 ISSS Conference.
84
!"#$%&"'()((!"#$%&'()%!#*+,-(.%#/-".%(.%.0,#(+%'"#%.(
!"#$%&"'(()((*"+%,(+%#-,"+%($"+./"'(0-,"(123-(
85
!"#$%&"'()((*"+%,(+%#-,"+%($.&#%'/""'(0-,"(/.1-(
!"#$%&"'()((*+,-.(/012/%/3-#($-&4-10'"'(3-10(
!"#$%&'()*'+',$-&
.$/0$)(121&,$)(&
86
!"#$%&"'()((*+,-.(/012/%/3-#($"1&%4(50."(
!"#$%&'()*'+',$-&
./)0+1&2(%/&
!"#$%&"'()(((*+,-.(/012/%/3-#(($-&#%'3""'(4+'/0#-'(
!"#$%&&'()*'+',$-&
#+',.+)('+&
87
!"#$%&"'(()((*+,-.(/012/%/3-#(4-1%5"4"'(
!"#$%&&'()*'+',$-&
.$)+/0.01&
!"#$%&"'()((*+,-.(%'/-0&"1%(2-1-.3&34"'(13561%1/-#(
!"#$%&'()$*+,-.&
88
!"#$%&"'()((*+,-(."/"$"'($0'1232"'($0&."'1""'4(56'.0534((70'%3(/282'9"'((
!"#$%&"'()*(+,-.($/'0/#1"'0"'())(%2/((
89
!!"#$%&"'())((*+,-(./'0/1($&/232(!"#$%((
!"#$%&"'()*(+,-.(/"0%1($2'341"/"'($&43&"#(+,-(
90
! ()*((+,-./(0.0"&%'1(2.3"2%'"'(4"3.5%"'(
!"#$%&"'()*((+",%-($.&/%01'2"'(3.3"&%'2(4.5"4%'"'(6"5.,%"'(()(
91
!"#$%&"'()*((+",%-($.&/%01'2"'(3.3"&%'2(4.5"4%'"'(6"5.,%"'((7(
!"#$%&"'()*((+",%-($.&/%01'2"'(3.3"&%'2(4.5"4%'"'(6"5.,%"'((7(
92
Lampiran 17