You are on page 1of 9

AKURASI PENGGUNAAN METODE PANJANG KALI LEBAR UNTUK

PENGUKURAN LUAS DAUN JAGUNG (Zea mays L.)


DAN KEDELAI (Glycine max L.)

(Accurasy of the Method of Long Width Method for Measurement of


Corn Leaf Area (Zea mays L.) and Soybean (Glycine max L.))

Usman1, Syahrudin1, Kambang Vetrani Asie1, Suparno1

1StafPengajar Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian


Universitas Palangka Raya
Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
Telp/HP. 0811349752578, e-mail: syahrudin_03@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the accuracy of the method of long
width method for measurement of corn leaf area (Zea mays L.) and soybean
(Glycine max L) compared to method of leaf area meter. This study use designed
by comparing the two methods, then the statistical test was done with the t-test.
The result of this study showeed that correction factor (k) of leaf area length
method obtained with Agustina (1988) version is not significantly different from
Sitompul and Guritno version (1995). The k values used in the calculation of the
leaf area with the long-width method of Sitompul & Guritno's (1995) version can
be used at any age of observation on both corn and soybean crops, for Agustina
(1988) the k value on corn leaves can be used every age of observation, but in
soybean crop needs to be made a new k value at the age of the plant further (eg 5
MST) with the number of leaves more. The accuracy of the long-width method for
measuring leaf area in maize compared with LAM method is quite high, Sitompul
& Guritno (1995) version reaches 100% and Agustina's version is slightly lower
that is 75%. The accuracy of Sitompul & Guritno (1995) and Agustina (1988)
long-range method for measuring leaf area on soybean crops compared with very
low LAM method is 25%. The accuracy of the method of length method times
compared to LAM method toward measurement of corn leaf area is higher than in
soybean crop

Keywords: Leaf area, of corn and soybean leaf, Length method times width,
Leaves

PENDAHULUAN daun merupakan salah satu parameter


penting dalam analisis pertumbuhan
Daun merupakan organ tubuh
tanaman. Komponen analisis
tanaman yang penting, karena pada
pertumbuhan tanaman diantaranya
daun terdapat komponen dan
adalah laju unit daun (unit leaf rate),
sekaligus tempat berlangsungnya
nisbah luas daun (leaf area ratio),
proses fotosintesis, respirasi, dan
luas daun spesifik dan rasio berat
transpirasi yang menentukan arah
daun (specific leaf area and leaf
pertumbuhan dan perkembangan
weight ratio), indeks luas daun (leaf
suatu tanaman. Oleh karena itu luas

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


area index), laju tumbuh tanaman daun (Latifa, 2015). Pada beberapa
(crop growth rate), lamanya luas tanaman pangan seperti jagung dan
daun dan lamanya biomassa (leaf kedelai digunakan faktor koreksi
area duration and biomass duration). terhadap luas daun yang diperoleh
Faktor yang penting untuk dari pengukuran panjang dan lebar
diperhatikan dalam mengukur luas daun (Pearce et al., 1988 dalam
daun adalah ketepatan hasil Latifa, 2015) demikian pula pada
pengukuran dan kecepatan daun nangka (Goonasekera, 1978
pengukuran. Masing-masing faktor dalam Latifa, 2015).
tersebut memiliki kepentingan Metode panjang kali lebar ini
sendiri dalam penggunaannya, seperti selain sesuai penggunaannya untuk
pada pengukuran laju fotosintesis dan daun-daun yang tidak dipetik (non
proses metabolisme lain tentunya destructive), menurut Sitompul dan
ketepatan pengukuran yang Guritno (1995) lebih sesuai untuk
diperlukan. Untuk pengukuran indek mengukur daun yang bentuknya
luas daun tentunya kecepatan teratur. Beberapa jenis tanaman yang
pengukuran yang diperlukan. Namun mempunyai jumlah daun teratur
demikian ketepatan dan kecepatan antara lain tanaman jagung dan
pengukuran sangat tergantung pada kedelai. Perbedaannya kedua jenis
alat dan cara atau teknik pengukuran. tanaman ini adalah pada tanaman
Pengukuran luas daun dapat jagung mempunyai jumlah daun yang
dilakukan dengan memetik daun lebih sedikit dan berdaun tunggal
(destructive) maupun tanpa memetik (temasuk tanaman golongan
daun (non destructive). Bilamana monocotoyledonae), sedangkan
pengukuran harus dilakukan dengan tanaman kedelai mempunyai jumlah
cara memetik daun bersangkutan, daun yang banyak dan berdaun
maka tanaman mengalami kerusakan majemuk (termasuk tanaman
daun. Daun-daun tersebut kemudian golongan monocotoyledonae).
diukur dengan menggunakan alat Sehubungan dengan adanya
Leaf Area Meter (LAM) ataupun metode panjang kali lebar yang dapat
Metode Timbang. Sebaliknya digunakan untuk pengukuran luas
pengukuran dengan tanpa memetik daun dengan tanpa merusak atau
daun, maka tanaman akan tetap memetik daun dari tanaman, maka
tumbuh baik karena daun-daun tidak kiranya perlu dilakukan pengkajian
berkurang atau bahkan habis terpetik. untuk melihat akurasi (tingkat
Pengukuran daun dengan tidak ketelitian) penggunaan metode
memetik daun dapat dilakukan panjang kali lebar tersebut untuk
dengan menggunakan persamaan mengukur luas daun tanaman (dalam
atau rumus. hal ini akan dicobakan pada tanaman
Pengukuran luas daun dengan jagung dan kedelai) dengan
tidak harus memetik daun merupakan membandingkannya dengan metode
teknik pengukuran yang lebih baik Leaf Area Meter (LAM). Sebelum
karena tanaman tidak rusak dan mengkaji tingkat ketelitian
pengukuran cepat serta tidak penggunaan metode panjang kali
mensyaratkan peralatan yang lebar, kiranya sangat penting pula
mungkin sulit tersedianya. Pada karet untuk mengkaji tentang cara
digunakan persamaan regresi penentuan faktor koreksi (k) yang
terhadap ukuran panjang dan lebar sudah ada. Ada dua cara yang dapat

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


digunakan untuk menentukan harga Bahan-bahan yang digunakan
faktor koreksi atau konstanta, yaitu dalam penelitian adalah daun-daun
ditentukan (1) berdasarkan tanaman jagung dan kedelai umur 1,
perbandingan luas kertas folio/kuarto 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah tanam
per berat guntingan gambar daun (MST) dan kertas HVS A4S 70 gsm
dengan luas panjang kali lebar daun ukuran 21,5 x 29,7 cm. Sedangkan
(Agustina, 1988) dan (2) berdasarkan alat-alat yang digunakan dalam
perbandingan luas daun sebenarnya penelitian ini adalah mistar besi,
(dapat menggunakan LAM atau neraca analitik, Leaf Area Meter
metode kertas milimeter) dengan luas (LAM) Digital model CI-202 USA,
panjang kali lebar daun (Sitompul gunting dan alat tulis.
dan Guritno, 1995). Percobaan dirancang dengan
Sebagai upaya untuk membandingkan dua metode,
mengetahui pengukuran luas daun selanjutnya dilakukan uji statistik
yang lebih akurat, maka dilakukan dengan uji- t. Uji-t dapat diperoleh
penelitian tentang akurasi dengan menghitung nilai x untuk
penggunaan metode panjang kali respons metode pertama dan nilai y
lebar untuk pengukuran luas daun untuk respons metode kedua.
jagung dan kedelai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAHAN DAN METODE
Faktor Koreksi
Percobaan dilaksanakan dari Hasil uji statistik t-test dari
bulan Juli sampai Oktober 2016, rata-rata kedua metode faktor koreksi
bertempat Jalan B. Koetin BBA No. menggunakan Agustina (1988) dan
99, yang ditanam dan dipelihara Sitompul dan Guritno (1995) pada
secara khusus pada rumah plastik, sampel daun tanaman jagung dan
dan Laboratorium Jurusan Budidaya kedelai umur 2, 3, 4 dan 5 MST
Pertanian Fakultas Pertanian disajikan pada Tabel 1.
Universitas Palangka Raya.

Tabel 1. Hasil uji statistik t-test dari pengukuran faktor koreksi (fk) dengan dua
versi (Agustina (1988 vs Sitompul & Guritno, 1995) terhadap daun
tanaman jagung dan kedelai dengan umur yang berbeda
Versi 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST Rata2
t-
Tanaman fk fk t- fk t- Fk t- fk t- Fk
tabel
eksp eksp eksp eksp
Agustina
(1988) 0,77 0,73 0,79 0,78 0,77
Jagung vs 1,965tn 1,121 1,988t 1,888t
tn n n

Sitompul & 0,72 0,70 0,73 0,70 0,71


Guritno
(1995) 2,145
Agustina
(1988) 0,77 0,78 0,75 0,75 0,76
Kedelai vs 1,724tn 1,906 2,010t 1,574t
tn n n

Sitompul & 0,74 0,73 0,72 0,68 0,72


Guritno
(1995)
tn
Keterangan: = berbeda tidak nyata

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


Berdasarkan Tabel 1, 0,71 untuk daun tanaman jagung dan
walaupun tampak terlihat berbeda 0,72 untuk daun tanaman kedelai.
nilai rata-rata faktor koreksi kedua Lebih tingginya nilai k yang
versi yang digunakan, namun hasil dihasilkan versi Agustina (1988)
uji statistik menggunakan t-test dibanding versi Sitompul & Guritno
menunjukkan bahwa pengukuran (1995), hal ini diduga karena untuk
faktor koreksi (k) dengan versi nilai k pada versi Agustina (1988),
Agustina (1988) dengan versi rumusannya diperlukan menggambar
Sitompul & Guritno yang digunakan sampel bentuk daun pada kertas dan
terhadap daun tanaman jagung memotongnya untuk ditimbang
maupun kedelai pada masing-masing sebagai perbandingan dengan ukuran
umur tanaman 2, 3, 4 dan 5 MST luas panjang dan lebar daun. Saat
menunjukkan t-eksprimen lebih kecil menggambar dan memotong daun,
dibandingkan t-tabel maka secara ini sangat dimungkinkan terjadi
statistik dikatakan berbeda tidak pergeseran ataupun perubahan
nyata pada selang kepercayaan 95 % ukuran dari bentuk daun aslinya, dan
(á = 0,05). Menurut Sudjana (1996, umumnya cenderung menjadi lebih
dalam Hilaliyah, 2013), uji statistik besar dari ukuran aslinya.
yang digunakan untuk Sedangkan pada versi Sitompul &
menyimpulkan kedua versi yang Guritno (1995), sampel daun tidak
dicobakan berbeda atau tidak adalah digambar tetapi di ukur langsung
uji t-test. Jika nilai t-eksperimen dengan LAM ataupun kertas mm
lebih kecil dibandingkan dengan nilai untuk mendapatkan perbandingan
t-tabel, maka secara statistik kedua dengan luas ukuran panjang dan
versi tersebut tidak mempunyai lebar daun tanaman.
perbedaan signifikan pada selang Selanjutnya untuk mengetahui
kepercayaan 95 % (á = 0,05). apakah nilai k dapat diukur sekali
Artinya, kedua versi tersebut saja pada umur tertentu dan dapat
yakni versi Agustina (1988) dan digunakan pada umur-umur yang
Sitompul dan Guritno (1995) sama- berbeda dalam mengukur luas daun
sama dapat dipakai untuk mencari metode panjang kali lebar pada
faktor koreksi (k) dalam pengukuran tanaman jagung dan tanaman kedelai,
luas daun metode panjang kali lebar maka perlu dilakukan t-test lagi
untuk tanaman jagung dan kedelai dengan menyusun perbadingan umur
pada masing-masing umur yang tanaman yang berbeda secara per
berbeda (2, 3, 4 dan 5 MST). mutasi seperti yang dilakukan t-test
Apabila dilihat dari kedua terhadap perbandingan umur (MST)
nilai k yang dihasilkan dari dua versi 2:3, 3:4, 4:5, 2:4, 2:5, 3:5. Hasil uji
perhitungan tersebut (Tabel 2), maka statistik t-test dari pengukuran faktor
nilai k versi Agustina (1988) tampak koreksi (fk) dengan dua versi
lebih tinggi yaitu dengan rata-rata Agustina (1988) dengan Sitompul &
sebesar 0,77 untuk daun tanaman Guritno (1995) terhadap daun
jagung dan 0,76 untuk daun tanaman tanaman jagung dan kedelai dengan
kedelai dibandingkan nilai k versi umur yang berbeda disajikan pada
Sitompul & Guritno (1995) yaitu Tabel 2.

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


Tabel 2. Hasil uji statistik t-test dari perbandingan umur tanaman jagung maupun
kedelai dari pengukuran faktor koreksi (fk) dengan dua versi Agustina
(1988) dengan Sitompul & Guritno (1995)
t-eksprimen
Tanaman Umur Tanaman Agustina (1988) Sitompul & t- tabel
Guritno (1995)
2 MST vs 3 1,303 tn 1,875 tn
MST
Jagung 3 MST vs 4 1,781 tn 1,279 tn
MST
4 MST vs 5 0,291 tn 1,536 tn
MST
2 MST vs 4 0,605 tn 0,632 tn 2,145
MST
2 MST vs 5 0,135 tn 0,817 tn
MST
3 MST vs 5 1,053 tn 0,121 tn
MST
100,00% tn 100,00% tn
2 MST vs 3 0,601 tn 0,613 tn
MST
Kedelai 3 MST vs 4 1,671 tn 0,501 tn
MST
4 MST vs 5 3,881 * 2,133 tn
MST
2 MST vs 4 1,473 tn 1,650 tn
MST
2 MST vs 5 4,405 * 4,707 *
MST
3 MST vs 5 3,725 * 2,027 tn
MST
50,00% tn 83,33 % tn
tn
Keterangan : = berbeda tidak nyata
*
= berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 2 tersebut sehingga dapat dikatakan berbeda


jelas terlihat nilai t-eksperimen lebih nyata khususnya pada perbandingan
kecil dari pada t-tabel sehingga umur tanaman 4:5, 2:5, dan 3:5 MST
kedua versi tersebut dapat dikatakan (50%), sedangkan versi Sitompul &
tidak berbeda nyata khususnya Guritno (1995) hanya pada
penggunaanmya pada tanaman perbandingan umur tanaman 2:5
jagung yang dicobakan mencapai MST (16,67%).
100%. Namun untuk penggunaan Artinya kedua versi faktor
pada tanaman kedelai pada versi koreksi, baik Agustina (1988)
Agustina (1988) menunjukkan nilai maupun Sitompul & Guritno (1995)
t-eksperimen yang lebih besar yang digunakan pada tanaman jagung
dibandingkan dengan nilai t-tabel mencapat 100% tidak berbeda nyata

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


pada umur tanaman jagung yang pada pengukuran luas daun kedelai
berbeda, maka hal ini dapat pada umur yang berbeda.
dinyatakan bahwa faktor koreksi Tidak dapat digunakannya
kedua versi tersebut dapat diukur faktor koreksi versi Agustina secara
sekali saja pada umur tertentu dan terus-menerus khususnya pada
dapat digunakan pada umur-umur tanaman kedelai, selain dikarenakan
yang berbeda dalam mengukur luas adanya faktor teknis menggambar
daun metode panjang kali lebar pada dan memotong kertas untuk
tanaman jagung. Namun untuk pencarian nilai k yang
penggunaannya pada tanaman memungkinkan untuk terjadi
kedelai, untuk faktor koreksi versi pergeseran atau berubah dari bentuk
Agustina (1988), tidak dapat helaian daun aslinya yang cenderung
digunakan terus-menerus untuk menjadi lebih besar, juga disebabkan
setiap umur pengamatan karena jumlah daun pada tanaman kedelai
hanya mencapai 50% saja tidak jauh lebih banyak dibandingkan pada
berbeda nyata, yaitu pada pada tanaman jagung. Jumlah daun
perbandingan umur 2, 3 dan 4 MST, trifoliat tanaman kedelai saat umur 5
namun setelah dibandingkan dengan MST berkisar 15-17 helai
umur 5 MST maka menunjukkan (Hendrival, Wirda dan Aziz, 2014
berbeda nyata. Artinya untuk dan Wahyuti, 2016), sedangkan
penggunaan faktor koreksi versi jumlah daun tanaman jagung berkisar
Agustina (1988) pada tanaman 7-9 helai (Trisendi, 2011 dan Mauke,
kedelai perlu dilakukan pembuatan Bahua dan Nurmi, 2015).
faktor koreksi baru pada umur
tanaman 5 MST. Sedangkan versi Luas Daun
Sitompul & Guritno (1995) tidak Rekapitulasi hasil uji statistik
perlu pembuatan faktor koreksi baru t-test dari pengukuran luas daun
untuk setiap umur tanaman yang dengan versi Agustina (1988)
berbeda pada tanaman kedelai karena dengan Sitompul & Guritno (1995)
menunjukkan 83,33 % tidak berbeda terhadap luas daun menggunakan
nyata, artinya cukup dibuat satu metode LAM pada daun tanaman
sekali saja faktor koreksinya pada jagung dan kedelai dengan umur
umur tertentu dan dapat digunakan yang berbeda disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji statistik t-test dari pengukuran luas daun dengan penerapan
faktor koreksi (fk) dengan dua versi (Agustina (1988) dan Sitompul &
Guritno, 1995) terhadap Leaf Area Meter (LAM) pada daun tanaman
jagung dan kedelai umur 2, 3, 4 dan-5 MST
Versi 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Tanaman LD versi LD t-eksp LD t-eksp LD t-eksp LD t-eksp % tn t-tabel
(cm) (cm) (cm)
Agustina
(1988) 31,66 81,2 144,01 317,18
5
vs 0,890tn 1,988tn 1,851tn 2,492* 75 %
LAM Digital 25,91 66,4 118,12 250,44
(CI-202) 6
Jagung Sitompul &
Guritno1995) 25,22 76,2 133, 288,96
8 56
Vs 0,133tn 1,484tn 1,443tn 1,382tn 100 %
LAM Digital 25,91 66,4 118, 250,44
2,145
(CI-202) 6 12

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


Agustina
(1988) 52,25 105, 212, 360,42
99 49
vs 1,565tn 4,194* 3,714* 5,318* 25%
LAM Digital 46,84 81,9 136, 284,12
(CI-202) 3 51
Kedelai
Sitompul &
Guritno1995) 52,39 102, 201, 341,50
54 35
Vs 1,297tn 3,645* 3,786* 3,472tn 25%
LAM Digital 46,84 81,93 136,51 284,12
(CI-202)
tn
Keterangan : = berbeda tidak nyata
*
= berbeda nyata
Dari Tabel 3, hasil uji Sitompul & Guritno (1995)
statistik t-test dari pengukuran luas dibandingkan versi Agustina (1988)
daun tanaman jagung dengan metode dalam pengukuran luas daun dengan
taksiran panjang kali lebar Agustina standar LAM dikarenakan terkait
(1988) dengan metode LAM dengan akurasi penetapan faktor
menunjukkan t-eksprimen lebih kecil koreksi (k) pada versi Agustina
dibandingkan t-tabel pada umur (1988) yang secara teknis lebih
tanaman 2, 3, dan 4 MST yang tinggi tingkat biasnya dibandingkan
artinya tidak berbeda nyata, namun versi Sitompul dan Guritno (1995)
pada umur 5 MST t-eksprimen lebih seperti yang telah diuraikan pada
besar dibandingkan t-tabel yang pembahasan faktor koreksi.
artinya berbeda nyata atau 75 % Hasil uji statistik t-test dari
penggunaan metode luas daun pengukuran luas daun pada tanaman
panjang kali lebar versi Agustina kedelai dengan metode taksiran
(1988) dengan LAM tidak berbeda panjang kali lebar versi Agustina
nyata. Sedangkan hasil uji t-test (1988) dengan metode LAM maupun
pengukuran luas daun dengan versi Sitompul & Guritno (1995)
metode panjang kali lebar versi menunjukkan t-eksprimen lebih
Sitompul & Guritno (1995) terhadap besar dibandingkan t-tabel pada
LAM menunjukkan teksprimen lebih umur tanaman 3, 4 dan 5 MST yang
kecil dibandingkan t-tabel pada artinya berbeda berbeda nyata,
semua umur pengamatan tanaman kecuali pada umur 5 MST t-
(2, 3, 4 dan 5 MST), artinya 100% eksprimen lebih kecil dibandingkan
tidak berbeda nyata. Kesimpulannya t-tabel yang artinya tidak berbeda
kedua versi pengukuran luas daun nyata. Kesimpulannya kedua versi
metode taksiran panjang kali lebar pengukuran luas daun metode
dapat digunakan untuk pengukuran taksiran panjang kali lebar tersebut
luas daun tanaman jagung, namun 75% berbeda nyata terhadap LAM,
penggunaan metode panjang kali artinya kedua versi metode
lebar versi Sitompul & Guritno pengukuran luas panjang kali lebar
(1995) cenderung lebih baik karena baik versi Agustina (1988) versi
mencapai akurasi 100% tidak Sitompul & Guritno (1995) tidak
berbeda terhadap LAM dibandingkan dapat digunakan untuk pengukuran
versi Agustina (1988) yang hanya luas daun tanaman kedelai.
75%. Tidak dapat digunakannya
Lebih tingginya akurasi metode pengukuran luas daun
penggunaan metode panjang kali panjang kali lebar baik Agustina
lebar dengan versi faktor koreksi (1988) versi Sitompul & Guritno

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


(1995) pada tanaman kedelai, 2. Akurasi penggunaan metode
sedangkan pada tanaman jagung panjang kali lebar versi Sitompul
dapat digunakan, hal ini dikarenakan & Guritno (1995) maupun versi
terkait pertumbuhan jumlah daun Agustina (1988) untuk
tanaman kedelai yang jauh lebih pengukuran luas daun pada
banyak dibandingkan tanaman tanaman kedelai dibandingkan
jagung. Apabila dilihat awal dengan metode Leaf Area Meter
pertumbuhan tanaman umur 2 MST, (LAM) sangat rendah, yaitu
kedua jenis tanaman dapat digunakan masing-masing hanya 25%.
namun setelah umur 3 MST (4 dan 5 3. Akurasi penggunaan metode
MST) pada tanaman jagung masih panjang kali lebar dibandingkan
dapat diterapkan tetapi pada tanaman dengan metode Leaf Area Meter
kedelai sudah tidak dapat lagi (LAM) terhadap pengukuran luas
diterapkan. Sesuai pendapat Haryadi daun jagung lebih tinggi
(2013), apabila tahap mengukuran dibandingkan pada tanaman
daun semakin banyak maka semakin kedelai
besar potensi kesalahan yang bisa
terjadi dalam pengukuran luas daun DAFTAR PUSTAKA
dengan metode panjang kali lebar.
Agustina, L. 1988. Analisis Tumbuh
Hal ini dapat menjadi indikasi
Tanaman. Jurusan Budidaya
bahwa penggunaan pengukuran luas
Pertanian. Fakultas Pertanian.
daun panjang kali lebar baik
Universitas Brawijaya.
Agustina (1988) versi Sitompul &
Malang. 46 hal.
Guritno (1995) pada tanaman yang
Eckschlager, K. 1984. Kesalahan
berdaun banyak berakibat terjadinya
Pengukuran dan Hasil dalam
kesalahan yang sistematik dan hasil
Analisis Kimia. Terjemahan.
pengukuran luas daun yang
Ghalia Indonesia. 237 hal.
didapatkan menjadi tidak teliti.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L.
Menurut Eckschlager (1984), uji t
Mitchell. 1991. Fisiologi
dapat digunakan salah satunya untuk
Tanaman Budidaya.
mengetahui apakah metode yang
Universitas Indonesia Press.
digunakan mengandung kesalahan
Jakarta.
sistematik, atau apakah ini
Hartanto, R. 2004. Penerapan Uji t
memberikan hasil yang teliti.
(Dua Pihak) dalam Penelitian
Peternakan.
SIMPULAN
www.jppt.undip.ac.id.
Berdasarkan hasil penelitian dapat (diakses 12 Juni 2016).
disimpulkan sebagai berikut : Haryadi. 2013. Pengukuran Luas
1. Akurasi penggunaan metode Daun dengan Metode
panjang kali lebar untuk Simpson. www.
pengukuran luas daun pada umpalangkaraya.ac.id.
tanaman jagung dibandingkan (diakses 23 Juli 2016).
dengan metode Leaf Area Meter Hendrival, Z. Wirda, dan A. Azis.
(LAM) cukup tinggi, versi 2014. Periode Kritis
Sitompul & Guritno (1995) Tanaman Kedelai terhadap
mencapai 100% dan versi Persaingan Gulma.
Agustina lebih rendah yaitu 75%. repository.unimal.ac.id.
(diakses 23 Juli 2016).

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018


Hilaliyah, S.N. 2013. Penggunaan Fakultas Pertanian
Metode Potensiometri dan Universitas Gorontalo.
Spektrometri untuk Gorontalo.
Mengukur Kadar Spesi Paliwal. R.L. 2000. Tropical Maize
Nitrogen (Nitrat: NO3- dan Morphology. In: Tropical
Amonium: NH4+) dalam Maize: Improvement and
Tanah Pertanian dengan Tiga Production. Food and
Ekstraktan. Skripsi. Fakultas Agriculture Organization of
Matematika dan Ilmu the United Nations. Rome. p
Pengetahuan Alam, 13-20.
Universitas Jember. Sitompul, S.M., dan B. Guritno.
repository.unej.ac.id. 1995. Analisis Pertumbuhan
(diakses 25 Juni 2016. Tanaman. Gadjah Mada
Latifa, R. 2015. Karakter Morfologi University Press. Yogyakarta.
Daun Beberapa Jenis Pohon 412 hal.
Penghijau Hutan Kota di Trisendi. 2011. Pertumbuhan dan
Kota Malang. Hasil Tanaman dalam Sistem
biology.umm.ac.id. (diakses Tumpangsari Jagung Manis
23 Juli 2016). (Zea mays saccharata Sturt)
Mauke, S., M.I. Bahua dan Nurmi. dengan Kedelai (Glycine max
2015. Pertumbuhan dan L.) pada berbagai Waktu
Produksi Jagung Manis (Zea Tanam di Lahan Gambut
mays saccharata L. Melalui Pedalaman. Skripsi.
Pemberian Pupuk Urea dan Fakultas Pertanian,
Phonska. Jurnal Universitas Palangka Raya.
Agroteknotropika: Vol.4 Palangka Raya.
No.1. Jurusan Agroteknologi

Jur. Agroekotek 10 (2) : 42 – 50, Desember 2018

You might also like