You are on page 1of 14

50

MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA MELALUI PEMBIASAAN


SHALAT DHUHA DI SEKOLAH DASAR NEGERI MEGA ELTRA

Imroatul Fatihah
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Syekh Nurjati Cirebon
imroatulfatihah.mpi@gmail.com

Abstract

Islamic religious learning should not be merely delivering material, but also instilling
values and implementing it. In fact, so far the learning of Islam in schools is more
limited to knowledge, because it is not managed properly, so it does not change
behavior. However, something different happened in State Elementary School Mega
Eltra, learning of Islamic religion through the habituation of the dhuha prayer could
already be carried out in good learning management, even in conditions of limited
religious facilities. For this reason, this research was intended to reveal more about
religious learning through the habituation of the dhuha prayer in the Mega Eltra State
Elementary School. This research was descriptive qualitative. The instruments were in-
depth observation, in-depth interviews, and documentation. Data analysis was carried
out through data collection, data reduction, data display, and data conclusions. The
findings showed that principals and religious teachers plan religious learning through
curriculum development and meetings. Religious learning through habituation of dhuha
prayer in state elementary school Mega Eltra was carried out in good management. It
was indicated by students’ enthusiasm taking ablution and performing dhuha prayer.
Dhuha prayer was held in Islamic Education subjects. Dhuha prayer was carried out by
students of grades 2 to 6. However, the place of worship was inadequate. Regularly,
evaluations were carried out at teacher meetings.

Keywords: practice, value, example

A. Latar Belakang Masalah melainkan juga dimensi batin dan juga


Shalat dhuha merupakan salah satu spiritual. Untuk memenuhi kebutuhan fisik
di antara shalat-shalat sunah yang sangat dan psikis saja, tidak serta merasa cukup
dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
‘Alaihi Wassalam. Banyak penjelasan para ini, tentunya hal ini akan menyebabkan
ulama, bahkan keterangan Rasulullah ketidakseimbangan dalam diri kita, karena
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, yang dengan cara seperti itu tidak dapat
menyebutkan mengenai berbagai memenuhi kebutuhan kita secara
keutamaan dan keistimewaan yang keseluruhan. Oleh karena itu, salah satu
dimiliki shalat Dhuha bagi mereka yang keutamaan shalat dhuha adalah untuk
melaksanakannya (Alim, 2008: 63). memenuhi kebutuhan kedua dimensi diri
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa tersebut.
manusia pada dasarnya tidak hanya terdiri Secara garis besar, ajaran agama
dari dimensi lahiriyah fisik dan psikis saja, Islam mengandung tiga hal pokok, yaitu

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


51

aspek keyakinan (aqidah), aspek ritual Agama. Shalat Dhuha adalah shalat sunat
atau norma (syari’ah), dan aspek perilaku yang dilakukan pagi hari antara pukul
(akhlak). Aspek keyakinan yaitu dimana 07:00 hingga jam 10:00 waktu setempat.
suatu ikatan seseorang dengan Tuhan yang Jumlah roka’at shalat dhuha minimal dua
diyakininya. Aqidah Islam adalah tauhid, rokaat dan maksimal dua belas roka’at
yang meyakini ke-Esaan Allah Subhanahu dengan satu salam setiap dua roka’at.
Wata’ala, baik Dzat maupun sifat-Nya. Menurut Rifa’i (1976: 83), shalat dhuha
Aspek syari’ah yaitu aturan atau hukum adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada
yang mengatur hubungan manusia dengan waktu matahari terbit/naik. Sekurang-
Allah Swt., manusia dengan sesama kurangnya pelaksanaan shalat dhuha
manusia, dan manusia dengan alam. adalah dua raka’at, empat raka’at, atau
Sedangkan aspek akhlak yaitu aspek delapan raka’at. Waktu pelaksanaan shalat
perilaku yang tampak pada diri seseorang dhuha kira-kira matahari sedang naik
dalam hubungan dengan dirinya, sesama setinggi kurang lebih 7 hasta (pukul tujuh
manusia, dan di lingkungan sekitar. sampai masuk waktu dhuhur).
Keberimanan seseorang seluruh- Adapun pendidikan agama di
nya diukur oleh hal-hal yang bersifat sekolah-sekolah kurang dikelola dengan
akhlaqi, termasuk shalat, sebab seseorang baik dan tidak melibatkan seluruh sivitas
yang melakukan shalat dengan makna sekolah serta kepemimpinan kepala
yang sebenarnya, akan efektif untuk sekolah. Pendidikan agama kurang
merealisasikan tanha ‘anil fakhsya’i wal terencana, lebih terfokus pada
munkar’ di mana dengannya akan tercipta penyampaian materi yang bersifat kognitif
masyarakat yang damai, aman dan dengan kurang penekanan pada aspek
harmonis. Indikasi bahwa akhlak dapat penanaman nilai dan aksi yang nyata
dipelajari dengan metode pembiasaan, berupa praktek langsung. Akibatnya,
meskipun pada awalnya anak didik pelajaran kurang memberikan efek positif
menolak atau terpaksa melakukan suatu pada perilaku baik para siswa. Fakta-fakta
perbuatan atau akhlak yang baik, tetapi mengenai demoralisasi di kalangan para
setelah lama dipraktekkan, secara terus- pelajar seperti kasus tawuran, bully,
menerus dibiasakan akhirnya anak pergaulan bebas dan lain-lain tidak bisa
mendapatkan akhlak mulia. dilepaskan dari pembelajaran agama yang
Seperti yang telah dijelaskan di belum memainkan perannya dalam
atas, bahwa shalat itu dibagi menjadi dua membangun karakter yang baik pada diri
macam, yaitu: shalat fardlu dan shalat siswa.
sunah. Shalat fardhu adalah shalat yang Akan tetapi ada hal yang berbeda
dilaksanakan wajib yakni lima waktu yang terjadi di SD Negeri Melga Eltra.
seperti shalat dzhuhur, ashar, maghrib, Berdasarkan penelitian awal tanggal 4-22
isya’ dan shubuh. Sedangkan shalat Juli 2018, melalui observasi dan
sunnah ialah shalat yang hanya dikerjakan wawancara, peneliti menemukan fakta
di luar shalat fardhu dan hukumnya yang ada di SD Negeri Melga Eltra, bahwa
sunnah. Pada dasarnya shalat sunah terdiri pembelajaran agama sudah cukup
dari beberapa macam, namun, dalam tertanamkan melalui shalat dhuha di SDN
penelitian ini, peneliti lebih Mega Eltra banyak sekali siswa yang
mengkhususkan pada shalat sunah dhuha. sangat antusias melakukan shalat dhuha
Shalat dhuha merupakan shalat maupun hanya saat mata pelajaran PAI,
yang dilaksanakan ketika fajar mulai terbit namun antusiasme para siswa tidak
dari jam 07:00-10:00, hal ini sudah berbanding lurus dengan sarana tempat
diterapkan di SD Negeri Melga Eltra yang ibadah yang digunakan, karena di SDN
pelaksanaanya sudah dimulai dari pukul Mega Eltra semua siswa memakai
07:00-09:00 sesuai dengan mata pelajaran kelasnya masing-masing untuk melakukan

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


52

shalat dhuha dengan keadaan yang kurang shalat dhuha adalah shalat sunnah yang
bersih. Untuk itulah penelitian ini perlu dilakukan seorang muslim ketika waktu
ditindaklanjuti untuk mengung-kap secara dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika
mendalam terhadap fenomena ini. matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta
sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi)
B. Landasan Teori hingga waktu dhuhur. Shalat dhuha
Manajemen pembelajaran meru- merupakan shalat sunnah yang dianjurkan
pakan berbagai upaya pengatur-an proses oleh Nabi, bagi siap umatnya yang
belajar mengajar untuk mencapai proses mengamalkan shalat sunnah dhuha dua
belajar mengajar yang efektif dan efisien. raka’at pada pagi hari maka orang tersebut
Manajemen program pembelajaran akan dicukupkan sampai sore. Shalat
acapkali dinamakan dengan manajemen dhuha adalah shalat pada siang hari yang
kurikulum dan pembelajaran (Bafadhal, dianjurkan. Pahalanya disisi Allah sangat
2004: 11). besar. Rasulullah saw biasa melakukannya,
Konsep manajemen apabila dan mendorong kaum muslimin untuk
diterjemahkan dalam aktivitas melakukannya. Beliau menjelaskan barang
pembelajaran, menurut Syaiful Sagala siapa yang shalat empat raka’at pada siang
dimaknai sebagai suatu upaya dan hari niscaya Allah mencukupinya pada
tindakan kepala sekolah sebagai pemimpin sore harinya.
instruksional di sekolah dan upaya ataupun Menurut al-Mahfani (2008: 37),
tindakan guru sebagai pemimpin ada tiga makna filosofis dalam shalat
pembelajaran di kelas dilaksanakan dhuha, yaitu:
sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil 1. Perwujudan syukur kepada Allah
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan Salah satu cara manusia bersyukur
program sekolah. kepada Allah ialah mentaatinya dengan
Sementara itu shalat dhuha adalah rajin beribadah sunnah, seperti shalat
shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha. Mentaati perintah Allah itu
matahari terbit/naik. Sekurang-kurangnya hukumnya wajib dan menjauhi larangan
pelaksanaan shalat dhuha adalah dua Allah juga wajib. Melaksanakan shalat
raka’at, empat raka’at, atau delapan merupakan salah satu upaya dalam
raka’at. Waktu pelaksanaan shalat dhuha mewujudkan rasa syukur kepada Allah
kira-kira matahari sedang naik setinggi atas segala rahmat, nikmat dan karunia-
kurang lebih 7 hasta (pukul tujuh sampai Nya yang telah diberikan kepada
masuk waktu dhuhur) (Rifa’i, 1976: 83). manusia. Dengan melaksanakan shalat
Sedangkan menurut Shofia (2003: salah satunya dapat meminimalisir
50) bahwasannya shalat dhuha ialah terlena kita terhadap urusan duniawi,
sebagai shalat sunnah yang dikerjakan sehingga hidup terasa lebih bermanfaat.
pada waktu matahari sepenggalah naik 2. Mengingat Allah dalam keadaan senang
sekitar pukul 07.00 sampai waktu Selalu ingat atau dzikir kepada Allah
menjelang dhuhur. Dalam surat al-Dhuha dapat menumbuhkan sifat baik, yaitu
sendiri dijelaskan bahwasannya ketika kesadaran manusia akan adanya
waktu matahari setinggi tujuh hasta pengawasan Sang Pencipta dari
naiknya dan demi malam apabila telah bagaimana manusia bertingkah laku
sunyi (gelap). menjalankan kehidupannya di bumi.
Shalat dhuha dilakukan pada hari Dzikir dapat dilaksanakan salah satunya
antara jam 06.30 hingga jam 11.00 dengan shalat, karena shalat merupakan
bilangan raka’atnya dua raka’at dan media utama untuk berdzikir kepada
sebanyak-banyaknya delapan raka’at. Allah Subhanahu Wata’ala.
Menurut Abu Jamin (1992: 84) 3. Tawakal dan berserah diri kepada Allah
bahwasannya setiap dua raka’at satu shalat sebagai pengatur rezeki

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


53

Sangat dianjurkan meluangkan waktu mengenal dan adanya motivasi


untuk melaksanakan shalat dhuha ini, untuk melaksanakannya, maka hal
karena merupakan upaya bertawakal ini akan berdampak baik bagi
kepada Allah. Meminta rezeki yang siswa.
terbaik untuk kehidupan dapat Sementara itu, kaitannya dengan
diungkapkan setelah melak-sanakan pembiasaan shalat dhuha, dapat ditelusuri
shalat dhuha. Tujuan Shalat Dhuha dari makna pembiasaan. Husna (2015: 11)
1. Sebagai media pembelajaran menjelaskan bahwa secara etimologi,
Menurut al-Hadadd (1998: 24), yaitu pembiasaan asal katanya adalah biasa,
dikatakan sebagai media seperti sedia kala, sudah merupakan yang
pembelajaran karena merupakan tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-
kegiatan untuk memperkenalkan hari. Sehingga pembiasaan dapat diartikan
siswa pada shalat dhuha dan dengan proses membuat sesuatu/seseorang
mencetak siswa yang beriman dan menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan
bertaqwa berlandaskan spiritual di metode pengajaran dalam pendidikan
lingkungan pendidikan Sekolah. Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan
2. Sebagai Penggunaan Praktek/ adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
Demonstrasi untuk membiasakan anak didik berfikir,
Hal ini dilaksanakan dengan mudah bersikap dan bertindak sesuai dengan
oleh siswa-siswi mengetahui tata tuntunan ajaran agama Islam. Metode
cara shalat dhuha dari mulai pembiasaan adalah suatu cara yang dapat
berwudhu sampai berdo’a. dilakukan untuk membiasakan anak
3. Posisi Shalat Dhuha dalam Proses berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan
Pembelajaran ajaran agama Islam. Metode ini sangat
a. Sebagai amal ibadah praktis dalam pembinaan dan
Menurut al-Hadadd (1998: 26), pembentukan karakter anak usia dini
shalat sunnah dhuha merupakan dalam meningkatkan pembiasaan-
shalat sunnah yang dianjurkan pembiasaan dalam melaksanakan suatu
atau sholat sunnah ghoiru kegiatan di sekolah.
muakkad, yang pelaksanaan shalat Hakikat pembiasaan sebe-narnya
merupakan sebuah rutinitas yang berintikan pengalaman. Pembiasaan adalah
dapat dilakukan kapan dan sesuatu yang diamalkan. Oleh karena itu,
dimana saja oleh manusia yang uraian tentang pembiasaan selalu menjadi
akan menjalankannya. Dengan satu rangkaian tentang perlunya
melaksanakan shalat sunnah melakukan pembiasaan-pembiasaan yang
dhuha ini secara tidak langsung dilakukan di setiap harinya. Inti dari
manusia mengumpulkan pundi- pembiasaan adalah pengulangan. Dalam
pundi pahala sebagai amal ibadah pembinaan sikap, metode pembiasaan
di akhirat nanti. sangat efektif digunakan karena akan
b. Bagian ibadah sunnah Nabi melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik
Shalat sunnah dhuha merupakan kepada anak sejak dini. Pembiasaan
shalat sunnah yang sangat merupakan pena-naman kecakapan-
dianjurkan dan oleh Rasulullah kecakapan berbuat dan mengucapkan
saw pun dilakukan sebagai ibadah sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat
tambahan. disukai oleh anak. Pembiasaan pada
c. Bagian pengenalan shalat dhuha hakikatnya mempunyai implikasi yang
bagi siswa lebih mendalam daripada penanaman cara-
Pengenalan shalat dhuha bagi cara berbuat dan mengucapkan.
siswa memang harus Dalam bidang psikologi
dilaksanakan, dengan siswa pendidikan, teori pembisaan dikenal

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


54

dengan istilah behavioristime yang dituntut untuk memperhatikan kepribadian


dicetuskan oleh John B. Watson dan peserta didiknya. Hal ini diperlukan agar
digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner, peserta didik mampu memahami dan
yang mengatakan bahwasannya merasakan serta mengerjakan nilai-nilai
behaviorisme memandang bahwa ketika yang berlaku dalam masyarakat kelak.
dilahirkan, manusia tidak membawa bakat Salah satu pendidikan agama yang dapat
apa-apa. Manusia akan berkembang dilakukan adalah dengan membiasakan
berdasarkan stimulus yang diterimanya shalat dhuha berjama’ah. Shalat dhuha
dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan sebagai sarana agar dengan shalat dhuha
yang buruk akan menghasilkan manusia seseorang mampu mengendalikan diri
buruk; lingkungan yang baik akan sehingga tidak melakukan perbuatan keji
menghasilkan manusia baik. Pandangan ini dan munkar, serta perbuatan yang dapat
berasumsi bahwasannya apa yang terjadi merugikan diri sendiri dan orang lain.
pada seseorang salah satunya yang Pengendalian diri ini pada akhirnya akan
menentukan adalah lingkungannya. memunculkan suatu perilaku atau akhlak
(Sobur, 2013: 123). yang mulia bagi lingkungan dan orang-
Pembiasaan sebenarnya berintikan orang di sekitarnya.
pengalaman, yang dibiasakan adalah Dampak pembiasaan shalat dhuha
sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan terhadap pembinaan akhlak sangat baik
menentu-kan manusia sebagai sesuatu terlihat pada perilaku produktif dalam
yang diistemawakan, yang dapat pemanfaatan waktu, hormat, disiplin,
menghemat kekuatan, karena akan menjadi murah hati, dan peduli sesama. Peserta
kebiasaan yang melekat dan spontan agar didik dapat mengontrol emosi atau amarah,
kekuatan itu dapat dipergunakan untuk selain itu pikiran dan hati peserta didik
berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan juga menjadi lebih tenang, sehingga akan
dan aktivitas lainnya. memperlancar proses belajar. Menahan
Pembiasaan dinilai sangat efektif amarah yaitu upaya menahan emosi, agar
jika penerapanya dilakukan terhadap tidak dikuasai oleh perasaan marah
peserta didik yang berusia kecil. Karena terhadap orang lain.
memiliki rekaman ingatan yang kuat dan
kondisi kepribadian yang belum matang, C. Metode Penelitian
sehingga mereka mudah terlarut dengan Jenis penelitian yang telah
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan dilakukan oleh peneliti menggunakan
sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal penelitian deksriptif. Menurut Kurniawan
dalam proses pendidikan, pembiasaan (2018: 29-36) bahwasannya penelitian
merupa-kan cara yang efektif dalam deskriptif ialah penelitian yang dilakukan
menanamkan nilai-nilai moral ke dalam untuk mengetahui nilai dari variabel
jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
dirinya ini kemudian akan membuat perbandingan atau
termanifestasikan dalam kehidupannya menghubungkan dengan variabel yang
semenjak ia mulai melangkah ke usia lain. Penelitian ini dilakukan di Jl. Sekar
remaja dan dewasa. Kemuning Kelurahan Karyamulya,
Manajemen pendidikan agama Kecamatan Kesambi, Cirebon. Populasi
yang efektif, ditemukan di lingkungan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
sekolah yang memungkinkan semua di SDN Mega Eltra. Sampel dalam
peserta didik menunjukkan potensi mereka penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas
untuk mencapai tujuan yang sangat III di SDN Mega Eltra yang berjumlah 34
penting. Dalam menanamkan pendidikan siswa. Dalam penelitian ini, digunakan
nilai-nilai pendidikan agama pada diri Snowball Sampling.
peserta didik tentunya seorang guru

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


55

Peneliti melakukan observasi Perencanaan pembelajaran


mendalam dan kemudian wawancara agama melalui shalat dhuha disusun
mendalam. Wawancara dilakukan kepada guru agama guna membantu
subjek penelitian yang akan memperkuat berlangsungnya proses belajar
data mengenai temuan di sekolah yang mengajar menjadi efektif dan
menjadi permasalahan penelitian ini. menyenangkan. Tahap pendahuluan
Dimulai dari kepala sekolah, guru agama perencanaan pem-belajaran sejalan
yaitu Ibu Wiwi Winarsih, guru-guru yang tertera di dalam Permendikbud
bidang studi yang lain, pedagang kantin No 65 Tahun 2013 ialah menyusun
yaitu Ibu Nemi (penjual bakso bakar), silabus pembelajaran. Silabus adalah
kemudian bertanya kepada siswa-siswa, rencana dasar dalam pembelajaran
kemudian setelah kami mengetahui kepada yang dikembangkan menjadi RPP
siapa data yang dapat terjawab mengenai (Rencana Pelaksanaan Pembe-
masalah penelitian ini, kami melakukan lajaran). Guru agama mengembang-
wawancara kepada Pengurus Mushola, kan pokok bahasan materi selaras
kemudian yang terakhir kami melakukan dengan kompetensi inti dan
wawancara kepada DKM mushola selaku kompetensi dasar mata pelajaran.
informan yang mengetahui lebih jelas Dalam kurikulum ini, ia
tentang permasalahan penelitian kami. mengembangkan menjadi silabus
Instrumen pengumpulan data dan RPP.
menggunakan pengamatan men-dalam, 2. Penerapan pembelajaran agama
wawancara mendalam, dan dokumentasi. melalui pembiasaan shalat dhuha di
Analisis data dilakukan dengan tahapan- SDN Mega Eltra
tahapan, sesuai yang dinyatakan oleh Penerapan agama di SDN
Huberman (1992: 63), dilakukan dengan Mega Eltra terdiri dari beberapa
pengumpulan data, reduksi data, display penerapan. Penerapan agamanya
data, dan konklusi data. sendiri diantaranya; pelaksanaan
shalat dhuha di sekolah, dan
D. Temuan terkadang untuk kelas atas seperti
1. Perencanaan Pembelajaran Agama kelas 6 shalat dhuhur di sekolah.
melalui pembiasaan shalat dhuha Penerapan agama di SDN Mega
Pembiasaan shalat dhuha Eltra sudah berjalan kurang lebih 4
sudah diimplementasikan di Sekolah tahun untuk penerapan agama
Dasar Negeri Mega Eltra sejak tahun mengenai shalat dhuha.
ajaran 2015. Sebelum mengimple- Selain shalat dhuha,
mentasikannya, sekolah melakukan penerapan agama di SDN Mega Eltra
persiapan-persiapan untuk mendu- juga selalu diadakan kegiatan rutin
kung pelaksanaannya. Persiapan murajaah Surat-Surat Pendek (juz
yang dilaksanakan sekolah untuk 30). Pelaksanaannya dilaksanakan
mendukung kesiapan pembiasaan setiap setelah selesai mata pelajaran
shalat dhuha, yakni guru-guru dan Pendidikan Agama Islam (PAI).
kepala sekolah melakukan rapat- Siswa melafalkan ayat-ayat al-
rapat membahas penerapan shalat Qur’an secara bersama-sama dengan
dhuha. Hasilnya adalah kesepatan tidak memuka juz ‘Amma atau al-
bersama untuk menyusun Qur’an dan dipandu oleh guru
kurikulumnya dan kerjasama serta agama. Teknis ruangannya sendiri,
dukungan semua pihak untuk biasanya dilakukan di kelas atau di
mensukseskan pelaksanaan shalat ruang perpustakaan yang juga
dhuha bagi para siswa yang difungsikan untuk tempat sarana
dicontohkan oleh semua guru. ibadah shalat dhuha.

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


56

Melalui shalat dhuha di SDN Pelaksanaannya pun dimulai dari


Mega Eltra sudah menjadi kelas 2 sampai 6. Alasan mengapa
pembiasaan, hal ini terlihat dari kelas I tidak dianjurkan dalam
sikap siswa-siswinya yang cukup melaksanakan shalat dhuha ialah
antusias dalam melaksanakan shalat sebagai berikut ungkapan langsung
terutama shalat dhuha. Shalat dhuha dari guru agama dalam wawancara.
merupakan salah satu program “Tadinya dari kelas I
kegamaan, yang rutin dilaksanakan dilaksanakan pembiasaan shalat
di SDN Mega Eltra. Shalat dhuha dhuha, tetapi kelas I itu ribet,
yang dilaksanakan di SDN Mega siswa-siswinya masih belum bisa
Eltra sudah sejak lama dilaksanakan, memakai sepatu, karena kalau
kurang lebih tiga tahun terakhir, shalat harus wudhu dulu, jadi
yaitu pada tahun 2015. sepatunya harus dibuka. Jadi ya
Pelaksanaan shalat dhuha dimulai dari kelas dua, karena
dilaksanakan dua kloter, yaitu kelas dua sudah lumayan bisa
terkadang siswa laki-laki terlebih pakai sepatu sendiri.”
dahulu kemudian siswa perempuan. (Narasumber Guru Agama Ibu
Namun pernah juga dilaksanakan Wiwi Wihartini, M.Pd.,
bersama-sama (berjama’ah) diantara 15/11/2018).
siswa, sebagaimana yang diungkap-
kan langsung oleh narasumber, guru Guru agama memerintah-kan
agama, yaitu, “shalat dhuha di kepada siswa-siswinya untuk shalat
SDN Mega Eltra dilaksanakan dhuha terlebih dahulu sebelum
bergantian, terkadang laki-laki kegiatan belajar meng-ajar (KBM)
terlebih dahulu kemudian dimulai, namun terkadang pula
perempuan. Karena ruangannya setelah melaksana-kan kegiatan
terbatas.” (Narasumber Guru Agama belajar mengajar (KBM).
Ibu Wiwi Wihartini, M.Pd., Bergantung jam pelajaran yang
15/11/2018). sudah tertera di setiap kelas.
Berdasarkan data dari Misalnya, jadwal di kelas III pada
wawancara dengan narasumber, jam 7.15 yang dilaksanakan shalat
awalnya, shalat dhuha memang tidak dhuhanya sebelum kegiatan belajar
sengaja menjadi salah satu program mengajar (KBM) sekitar pukul 7.15;
sekolah dalam aspek keagamaan dan pelaksanaan shalat dhuha yang
ketika rapat bersama kepala sekolah dilaksanakan pada pukul 09.15
dan guru-guru, namun karena ketika (ketika jam istirahat) untuk kelas
guru agama di SDN Mega Eltra akan yang kegiatan belajar mengajar
melaksanakan shalat dhuha. (KBM)-nya setelah istirahat, seperti
Kemudian, ada beberapa siswa yang di kelas IV. Namun terkadang pula,
bertanya kepadanya, lalu siswa baik kegiatan belajar mengajar
tersebut mengikuti guru agama untuk (KBM) dilaksanakan awal jam yaitu
melaksanakan shalat dhuha. Hal ini 7.15, siswa-siswi melaksanakan
terjadi secara terus menerus, shalat dhuha terlebih dahulu,
sehingga guru agama menerapkan bagaimana bergantung pada
program shalat dhuha ini sampai kemauan siswa dan guru.
sekarang (2018) sebagai pembiasaan. Pelaksanaan shalat dhuha
Pelaksanaan shalat dhuha di menjadi kendala ketika listrik mati,
SDN Mega Eltra hanya seminggu karena sekolah meng-gunakan
sekali, dimana setiap kehadiran mata PDAM dan Sanyo (menggunakan
pelajaran agama saja. listrik). Ketika PDAM tersendat-

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


57

sendat, dan Sanyo mati karena listrik karpet baru bisa digunakan shalat
mati, sehingga shalatnya cukup dhuha. Namun karena ruang
terhambat, namun guru memberi-kan perpustakaannya terkadang
solusi seperti ungkapan dalam dipakai oleh siswa kelas lain, jadi
wawancara. terhambat pelaksanaannya,
“Ketika anak ingin shalat dan air sehingga memutuskan di kelas
tidak ada, PDAM tersendat, dan saja, daripada tidak shalat dhuha.”
Sanyo tidak bisa nyala karena (Narasumber Guru Agama Ibu
menggunakan listrik, Saya suruh Wiwi Wihartini, M.Pd.,
siswa-siswi shalat-nya minggu 15/11/2018).
depan lagi, karena kan airnya
tidak ada, namun siswa-siswi tuh Pelaksanaan shalat dhuha di
kekeh pengen shalat, katanya SDN Mega Eltra memang sempat
tayamum aja sih bu di tembok. dimushola warga yang jaraknya
Kata Saya, ya sudah tayamum. sangat dekat (bersebelahan), namun
Siswa-siswi suka seperti itu, sudah tidak dilaksanakan selama 2
karena kan sudah biasa, sehingga bulan terakhir, karena mushola
kalau tidak shalat dhuha, seperti warga tidak boleh dipakai oleh
ada yang kurang. Walaupun ada siswa-siswi yang bersekolah di SDN
syarat minimal-nya, namun untuk Mega Eltra. Berikut beberapa
membang-kitkan semangat shalat informasi yang didapatkan dari salah
dhuha anak, Saya membolehkan.” satu penjual makanan dikantin
(Narasumber Guru Agama Ibu sekolah, “dulu sih dipakai shalat
Wiwi Wihartini, M.Pd., 15/11/ dhuha oleh siswa, tetapi karena
2018). siswa-siswi wudhu disitu, lantainya
jadi basah dan kotor, dan tidak
Pelaksanaan shalat dhuha di dibersihkan pula. Warga juga sering
SDN Mega Eltra dilaksanakan sudah mengeluh seperti itu.” (Narasumber
baik, terlihat dari antusiasnya siswa- Ibu Nemi, penjual bakso bakar di
siswi yang melaksanakan shalat dari kantin SDN Mega Eltra, /11/2018).
mulai mengantri berwudhu dan Berdasarkan ricek kami
melaksanakan shalatnya. Namun mengenai hal tersebut, bertanya
pelaksanaannya di kelas masing- langsung kepada guru agama,
masing, namun terkadang diruang bahwasannya siswa tiba-tiba
perpustakaan. Ini dikarenakan semua mengeluh kepada guru agama tidak
ruangan di sekolah sudah tidak ada bisa shalat dimushola karena
lagi tempat yang dijadikan sebagai terkunci. Kemudian, guru agama
mushola. Sebagaimana ungkapan mencari tahu persoalannya kepada
guru agama dalam wawancara. warga, ternyata dikarenakan mushola
“Ketika itu sempat dijadikan selalu kotor setelah dipakai shalat
mushola gudang yang tidak oleh siswa SDN Mega Eltra, padahal
terpakai, dibersihkan, kemu-dian sudah menjadi pembiasaan setelah
diberi karpet sebagai alas untuk shalat guru memerintahkan untuk
shalat. Tetapi karena pintunya membersihkan dengan mengepel
bolong, banyak tikus yang masuk kembali lantai yang kotor,
ke dalam, siswa-siswi mengeluh dibersihkan karpetnya, terkadang
karena bau dan banyak kotoran juga guru memerintahkan untuk
tikus dan kucing. Kemudian mengelap jendela, dan siswa
pindah ke perpustakaan, setelah melaksanakannya. Apabila pekerjaan
dibereskan dan diberikan alas siswa membersihkan mushola tidak

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


58

bersih, maka guru agama sendiri Pengurus Mushola al-Mawaddah


yang bertindak membersihkannya Acep, 21/11/2018).
sehabis jam pelajaran ketika sebelum
pulang. Berikut ungkapannya. Berdasarkan wawancara dengan
“Saya juga suka ngontrol bersih DKM al-Mawaddah bah-wasannya
atau tidak, dan kalau tidak bersih mendapatkan data-data sebagai berikut:
sama Saya dibersihkan. Kalau “Siswa-siswi SDN Mega Eltra
alasan begitu, memang tidak sebenarnya bukan tidak
pernah lihat Saya membersihkan diperbolehkan shalat di mushola,
mushola tah kalau persoalan-nya bukan berarti karena mushola bukan
kebersihan. Warga juga nyapa punya sekolah tapi punya warga.
ketika Saya membersih-kan. Boleh saja, sangat boleh bahkan
Alasan pertama mungkin mushola dipakai untuk shalat siswa,
mengenai kebersihan dan bahkan mukena dan sarungnya pun
kemudian alasan kedua mungkin sudah banyak disimpan di mushola
masalah air, padahal guru oleh anak-anaknya sendiri. Namun
sebelum mushola itu belum punya yang membuat Saya kurang setuju
PDAM, mereka minta ke SD siswa shalat di mushola karena
(nyambung) karena dekat jadi alasannya yang pertama dari segi
bisa, dan tidak menyumbang dari kebersihannya suka tidak
pihak mushola, kurang lebih 2 dibersihkan lagi, tiba-tiba kotor dan
tahun. Sekolah Mega Eltra hampir didalamnya berantakan sarung,
mengeluarkan uang 100-200 ribu mukena dan karpet. Jika alasannya
untuk PDAM, namun sekolah dikunci karena Saya pernah lihat dari
sangat menerima, itung-itung penjual makanan masuk ke kamar
shodaqoh. Lalu kalau alasannya mandi mushola dengan tidak
air, waktu itu loh, kita sampai menjaga kebersihan, sehingga Saya
membela-bela mushola minta air gembok. Siswa kalau mau shalat
ke sekolah dikasih, dan sekarang boleh melewati gerbang yang selain
paling siswa wudhu paling gerbang samping yang terdapat
beberapa liter air, kalau misalkan orang berjualan (bisa dari depan
toh mau minta bayaran ya justru mushola) asal syaratnya harus tetap
dibolehkan sebetulnya, tetapi bersih setelah wudhu, dan dirapikan
mereka tidak pernah minta untuk lagi peralatan shalat dimasjid setelah
soal air. (Narasumber Guru digunakan.” (Wawancara dengan
Agama Ibu Wiwi Wihartini, DKM al-Mawaddah, Drs. Abdul
M.Pd., 15/11/2018). Karim, M.Ag, 21/11/2018).
Shalat dhuha di ruangan
Berdasarkan wawancara kelas memang kurang kondusif
dengan Pengurus Mushola al- dengan permasalahan tercipta-nya
Mawaddah bahwasannya menda- kebersihan tempat ibadah. Belum
patkan data-data sebagai berikut: dengan selama proses pembelajaran
“Sekarang ini memang tidak lagi siswa-siswi tetap menggunakan
digunakan, kenapa digembok sepatu. Hal ini menjadikan peluang
menurut yang saya tahu karena besar kelas yang menjadi tempat
siswa-siswi itu suka kotor ibadah terdapat najisnya. Karena
memakai sepatu ke kamar mandi kita tidak tahu alas sepatu yang
dan tidak dibersihkan. Mungkin dipakai siswa telah menginjak apa
kalau dibersihkan diperbolehkan saja ketika perjalanan dari rumah
shalat disini. (Narasumber ke sekolah, dan belum lagi tidak

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


59

setiap hari siswa mencuci perpustakaan. Padahal berdasarkan


sepatunya. wawancara dengan DKM al-
Berdasarkan pengamatan, Muwaddah Bapak Drs. Abdul
ketika shalat dhuha, masih banyak Karim, M.Ag., beliau membolehkan
siswa yang menaruh sepatunya untuk shalat namun dengan syarat
dibawah meja yang masih kotor mushola harus tetap dalam keadaan
(banyak tanah berserakan di lantai). bersih setelah digunakan shalat oleh
Sehingga hal ini mengundang siswa. Salahnya, pihak sekolah
adanya najis. Yang seharusnya sampai saat ini (22/11/2018) tidak
dibiarkan ditaruh di luar kelas. datang ke sini (rumah bapak Drs.
Namun karena tidak ada rak sepatu Abdul Karim, M.Ag) untuk
sehingga berantakan, dan menurut membahas persoalan ini.
wawancara dengan Ibu Wiwi, 3. Evaluasi pembelajaran agama
sering siswa kelas atas yang melalui pembiasaan shalat dhuha di
sengaja jahil menukar-nukarkan SDN Mega Eltra
sepatu kiri dengan kiri, sehingga Evaluasi pembelajaran agama
membuat siswa tidak mau lagi melalui pembiasaan shalat dhuha
menaruh diluar. dilakukan melalui kegiatan
Berdasarkan wawancara pemantauan, supervisi, pelaporan,
dengan Guru Agama, bahwasan- dan tindak lanjut secara berkala dan
nya shalat dhuha dimushola jauh berkelanjutan, setidaknya sebulan
lebih baik dari pada diruangan sekali. Pengawasan proses
kelas, alasannya sebagai berikut. pembelajaran dilakukan oleh kepala
“Kalau di mushola siswa lebih sekolah dan guru agama. Supervisi
terkontrol, wudhu Saya bisa yang dilakukan di SDN Mega Eltra
lihat satu persatu. Kalau sudah, dilakukan secara berkala oleh kepala
Saya suruh pakai sarung & sekolah dan guru agama sebagai
kopeah, dan perempuannya sistem pengawasan internal.
pakai mukena. Sekarang mah Supervisi proses pembelajaran
susah untuk menerapkannya, dilakukan pada tahap perencanaan,
Sayanya juga keder disini penuh pelaksanaan, dan penilaian hasil
anak-anak dan tidak berbaris, pembelajaran yang dilakukan
apalagi Saya solatnya sendiri melalui antara lain, pemberian
selama di ruangan kelas. Kalau keteladanan, diskusi, dan nasehat
disana luas, saya juga bisa langsung terhadap siswa.
shalat.” (Narasumber Guru
Agama, Ibu Wiwi Wihartini, E. Pembahasan
M.Pd., 15/11 /2018). Perencanaan pembelajaran agama
melalui pembiasaan shalat dhuha SDN
Sarana yang baik untuk Mega Eltra dilakukan sebelum
pelaksanaan shalat dhuha, tentu di pembelajaran dimulai melalui
mushola, karena memang mushola penyusunan kurikulum yang
pada dasarnya merupa-kan tempat didiskusikan dalam rapat, sehingga bisa
yang didesain untuk melakukan mencapai tujuan pembelajaran yang
ibadah. Namun, karena yang diharapkan. Pernyataan tersebut sejalan
ditemukan peneliti adanya kurang dengan Kaufman dalam Harjanto
komunikasi yang baik antara pihak (2006: 2) yang menjelaskan bahwa
DKM dengan pihak sekolah perencanaan ialah suatu proyeksi
sehingga pelak-sanaan shalat mengenai apa yang dibutuhkan untuk
dilakukan diruangan kelas dan di

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


60

mencapai tujuan yang benar dan lingkungan yang baik (sekolah) dan
bernilai. menghasilkan manusia baik (menjadi
Dengan adanya perencanaan yang siswa-siswi yang berakhlak mulia
baik maka hasil ataupun kegiatan dengan melaksanakan shalat sunnah
pembelajaran akan berjalan sejalan dhuha).
tujuan dengan baik. Hal ini pun juga Kurangnya kebersihan tempat
selaras dengan penjelasan G.R. Terry ibadah akan mempengaruhi adanya
dalam bukunya Principle of peluang najis yang mengakibatkan
Management (1995: 17) mendefinisikan shalat dhuha menjadi batal. Menurut
perencanaan (planning) sebagai berikut, Muhammad (2009: 5) bahwasannya
“planning is the selecting and relating syarat syah shalat adalah salah satunya
of facts and the making of using of dari segi tempat shalat, yaitu
assumptions regarding the future in the mengatakan bahwa shalat wajib
visualization and formulations of mengeluarkan najis dari tiga hal, dari
proposed activities believed necessary tubuh seseorang, dari pakaian
to achieve desired results”. seseorang, dan dari tempat shalat. Dalil
Penerapan agama melalui tentang kesucian tempat shalat
pembiasaan shalat dhuha SDN Mega berdasarkan firman Allah swt yang
Eltra sudah baik. Hal ini menjadi artinya: “bersihkanlah rumah-Ku
pembiasaan yang baik dan berhasil (Baitullah) (wahai Ibrahim dan Ismail)
diterapkan di lingkungan sekolah. untuk orang-orang yang thawaf, yang
Sesuai dengan teori behavioristik yang i’tikaf, yang ruku’, dan yang sujud.”
dicetuskan oleh John. B Watson dan (al-Baqarah: 125). Sehingga wajib
yang digerakkan oleh Burrhus Frederic adanya membersihkan sarana tempat
Skinner dalam Sobur (2013: 123), ibadah yang akan dilaksanakan untuk
bahwasannya manusia akan shalat dhuha walau dilingkungan kelas
berkembang berdasarkan stimulus yang atau perpustakaan.
diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hadits berikut yang
Lingkungan yang buruk akan artinya: “sebagaimana diberitahukan
menghasilkan manusia buruk; Abu Sa’id al-Khudri ”Tatkala
lingkungan yang baik akan Rasulullah sedang shalat bersama
menghasilkan manusia baik. Pandangan sahabat-sahabat beliau, tiba-tiba beliau
ini berasumsi bahwasannya apa yang melepas kedua sandalnya lalu
terjadi pada seseorang salah satunya meletakkan disebelah kiri beliau. Ketika
yang menentukan adalah melihat hal tersebut mereka (para
lingkungannya. sahabat) pun melepas sandal mereka.
Di SDN Mega Eltra telah Selesai dari shalat, Rasulullah bertanya
menciptakan lingkungan pembiasaan “Ada apa kaian melepas sandal-sandal
shalat dhuha satu minggu sekali dimana kalian?” Mereka menjawab, “Kami
setiap ada mata pelajaran agama dan melihatmu melepas sandalmu maka
berhasil membuat siswa terbiasa dan kami pun melepas sandal-sandal kami.”
rutin melaksanakan shalat dhuha. Hal Rasulullah menjelaskan, “tadi Jibril
ini jelas terbukti bahwasannya teori mendatangiku dan mengabarkan bahwa
behavioristik dapat dibenarkan karena pada kedua sandalku ada kotoran/najis,
berdasarkan penelitian teori maka aku melepaskan keduanya.”
behavioristik mampu terbukti membuat Beliau juga mengatakan, “Apabila salah
siswa menjadi manusia yang baik dari seorang dari kalian datang ke masjid,
sebuah pembiasaan yang diciptakan di sebelum masuk masjid hendaklah ia
lingkungan sekolah, yaitu pada melihat kedua sandalnya. Bila ia lihat
lingkungan yang mencerminkan ada kotoran atau najis maka hendaklah

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


61

membersihkannya. Setelah bersih, ia shalat dhuha sendiri kurang


boleh shalat dengan menggunakan diperhatikan, karena masih banyak sisa-
kedua sendalnya.” (HR. Abu Dawud sisa tanah yang terbawa oleh alas sepatu
No. 650). siswa-siswi yang yang dibawah meja
Berdasarkan hadits tersebut yang mengakibatkan area untuk shalat
bahwa di SDN Mega Eltra masih belum dhuha masih kotor; dan masih
dilaksanakan secara baik mengenai berserakan sepatunya didepan kelas dan
sarana tempat ibadah di ruangan kelas. banyak tanah disekelilingnya; juga
Terlihat dengan masih banyaknya sisa- beralih fungsinya keset menjadi alas
sisa tanah yang ada disekeliling sepatu untuk menyimpan sepatu didepan kelas,
yang ditaruh di dalam kelas dan ditaruh sehingga ketika keset ditaruh di kelas
diluar kelas. Sayangnya fungsi keset dan siswa mengusapkan alas kakinya
yang ada untuk mengelap alas kaki setelah wudhu, maka akan kotor
menjadi beralih fungsi yaitu sebagai kakinya dan mengenai lantai yang
alas tempat sepatu (beberapa sepatu), nantinya akan diinjak oleh siswa-siswi
hal ini menjadikan alas kotor ketika lain, alhasil menempel pada sejadah dan
memasuki wilayah kelas yang dijadikan peluang terkena najis akan semakin
sebagai tempat shalat. besar. Namun setelah peneliti
Penerapan agama melalui memberikan solusi yaitu rak sepatu dan
pembiasaan shalat dhuha di SDN Mega keset, tempat ibadah shalat dhuha
Eltra yang kami temukan memang tidak dilaksanakan di perpustakaan yang
berbanding lurus dengan pembiasaan ruangannya lebih besar dan kondusif
siswa. Maksudnya, pembiasaan siswa untuk shalat sunnah dhuha, dan bersih
dalam pelaksanaan shalat dhuha sudah tidak ada sisa-sisa tanah yang terbawa
bagus, karena dilaksanakan efektif oleh sepatu karena tidak digunakan
setiap hari dimana terdapat mata pada kegiatan pembelajaran, dan sepatu
pelajaran agama, bahkan ketika tidak disimpan di rak yang telah disediakan
ada air pun siswa melakukan tayamum dan keset pun dipergunakan dengan
karena mereka merasa ada sesuatu hal sebagaimana mestinya.
yang kurang ketika tidak melaksanakan Sementara itu, pengawasan
shalat dhuha dimana terdapat mata pembelajaran agama melalui
pelajaran agama, namun tidak pembiasaan shalat dhuha dilakukan
didukung dengan sarana dan prasarana dengan prinsip transparan dan objektif
yang memadai. untuk peningkatan mutu secara
Dengan tidak lagi diguna- berkesinambungan. Hal ini sejalan
kannya mushola warga untuk kegiatan dengan teori Hikmat (2011: 137) yang
ibadah shalat dhuha siswa-siswi SDN menjelaskan bahwa supervisi sangat
Mega Eltra, pihak sekolah berkaitan dengan fungsi directing atau
mengantisipasi hal ini dengan commanding dalam mengendalikan
melaksanakan shalat di ruangan kelas, penyeleng-garaan organisasi relevan
bahkan terkadang dilaksanakan di dengan kebijakan dan ketentuan yang
perpustakaan, walau pada dasarnya sudah ditetapkan, sehingga bisa
memang kurang kondusif, namun menjamin berlangsungnya
setidaknya pelaksanaan pembiasaan ini implementasi pembelajaran agama.
akan tetap berjalan, mengingat Fenomena yang terjadi di SDN
banyaknya nilai dan dampak positif Mega Eltra bahwa supervisi yang
yang dilahirkan ketika setelah dilakukan memang sebagian telah
melakukan shalat dhuha sampai relevan dengan Permendiknas Nomor
sekarang. Namun sayangnya, 65 Tahun 2013 mengenai standar proses
kebersihan ketika ingin melaksanakan pembelajaran bahwa supervisi yang

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


62

dilakukan telah mencakup perencanaan, Daftar Pustaka


pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran. Peneliti menganggap Adil, Sa’id. 2006. Fiqhun Nisa. Bandung:
bahwa dengan adanya pengawasan dan PT Mizan Logika.
supervisi yang intensif di sekolah, baik Bafadhal. 2004. Perencanaan Pengajaran
yang dilakukan oleh kepala sekolah Berdasarkan Pendekatan Sistim.
ataupun guru agama akan berdampak Jakarta: PT Bumi Aksara.
baik terhadap pelaksanaan Harjanto. 2006. Perencanaan
pembelajaran agama melalui Pembelajaran. Jakarta: Rineka
pembiasaan shalat dhuha dalam Cipta.
menerapkan manajemen pembe-lajaran Hawary, Hasnan Amin. 2015. Kebiasaan
baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan Shalat Dhuha dan Peranannya
evaluasi pembelajaran agama. terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII SMP Muhammadiyah
F. Kesimpulan PAKEM. Yogyakarta: Universitas
Manajemen pembelajaran Islam Negeri Sunan Kalijaga.
agama melalui pembiasaan shalat dhuha Hikmat. 2011. Manajemen Pendidikan.
di SDN Mega Eltra sudah terlaksana Bandung: Pustaka.
dengan baik. Perencanaan dilakukan Husna, Asmaul. 2015. Pembiasaan Shalat
melibatkan seluruh guru dan pimpinan Dhuha Sebagai Pembentukan
sekolah. Pelaksanaan terlihat dari para Karakter Siswa Di MAN Tlogo
selalu melaksanakan shalat dhuha Blitar Tahun Ajaran 2014/2015.
ketika terdapat mata pelajaran Skripsi.
Pendidikan Agama Islam dari tahun Jamin, Rohan Abu. 1992. Shalat Tiang
2015. Namun masih kurang Agama. Jakarta: Media Da’wah
diperhatikan dalam sarana tempat Kurniawan, Asep. 2018. Metodologi
ibadahnya. Terlebih mushola warga Penelitian Pendidikan. Bandung:
tidak digunakan lagi karena setelah Rosdakarya.
dipakai shalat oleh siswa-siswi menjadi Miles, B. Mathew & Michele Huberman.
kotor, sehingga sarana tempat 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
ibadahnya di kelas masing-masing, ini Sumber tentang Metode-Metode
pun tidak dijaga kebersihannya karena Baru. Jakarta: UIP.
masih banyak penataan sepatu dan keset M. Khalilurrahman Al-Mahfani. 2008.
yang tidak tepat sehingga mengotori Berkah Sahalat Dhuha. Jakarta: PT
wilayah tempat ibadah. Sehingga hal ini Wahyu Media.
dapat diantisipasi dengan cara Moh, Rifa’i. 1976. Risalah Tuntunan
menerapkan pola kebersihan dengan Shalat Lengkap. Semarang: PT
membersihkan lantai baik menyapu dan Karya Toha Putra.
mengepel sebelum akan melaksanakan Shofia, Abu. 2003. Amalan Shalat Sunnah
shalat dhuha; dan menyimpan sepatu di dan Keutamannya. Surabaya:
rak sepatu (diluar kelas), dan Karya Agung.
menggunakan keset sebagai alat untuk Sholeh, Moh. 2013. Pembiasaan Shalat
mengusap alas kaki sebelum memasuki Dhuha dalam Pembinaan Akhlak
ruangan kelas atau perpustakaan yang Siswa Kelas 4 MI Ma’arif Candran
dijadikan tempat shalat. Dengan Yogyakarta. Yogyakarta:
demikian penerapan agama melalui Universitas Islam Negeri Sunan
shalat dhuha di SDN Mega Eltra Kalijaga.
semakin baik. Evaluasi senantiasa Subagyo. 2016. Pembinaan Akhlak
dilakukan secara berkelanjutan oleh melalui Pembiasaan Shalat Dhuha
kepala sekolah dan guru agama. di Sekolah Luar Biasa Negeri

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877


63

Purbalingga. Purwokerto: Institut Syaikh Mu’min Al-Hadadd. 1998.


Agama Islam Negeri Purwokerto Jama’ah Mabruro. Jakarta:
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Wawasan Pengetahuan.
Bandung: Alfabeta.
Terry, George R.. 1995. Principles of
Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum dalam
Management. Illinois: Homewood,
Lintasan Sejarah. Bandung: CV
Ill.: R.D. Irwin.
Pustaka Setia.
Zezen, Zainal Alim. 2008. The Power Of
Syaikh, Muhammad bin Abdul Wahhab.
Sholat Dhuha. Jakarta: Quantum Media.
2009. Syarat-Syarat Rukuk dan
Kewajiban dalam Shalat.
Maktabah Raudhah al-Muhibbin.

JIEM (Journal of Islamic Education Manajemen) Vol. 3 No.1 ISSN 2549-0877

You might also like