You are on page 1of 10

Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati

Vol. 5 No. 2 Juni 2019: hal. 21-30


ISSN : 2338-4344
PENGARUH ARANG AKTIF, BENZILADENIN, DAN KINETIN TERHADAP
PERTUMBUHAN TUNAS JATI SOLOMON (Tectona grandis Linn. f) IN VITRO

1) 1) 1) )
Husen Hariadi , Yusnita , Melya Riniarti , Dwi Hapsoro4 ,
1)
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
email:hariadihusen93@gmail.com
email: yusnita.said@yahoo.com

ABSTRACT
Tissue culture techniques can be used for propagation of uniformaly large teak solomon
seeds.The purpose of this research was knowing the effect of activated charcoal, the
addition of benzyladenine (BA) and combination of BA with 6-furfurylaminopurine (kinetin) to
the growth of shoots of solomon teak in vitro. The solomon teak explants used were single-
stem cuttings from aseptic shoots obtained from in vitro cultures. This research was
conducted in laboratory with complete randomized design with 3 replications. The
experimental treatment was a single factor consisting of basic MS medium (Murashige and
Skoog, 1962), with 6 treatments: MS without growth regulator (control), MS without growth
regulator + 2 g/l activated charcoal, MS + 0,1 m/l BA , MS + 0,2 m/l BA, MS + 0,1 m/l BA +
0,1 m/l kinetin and MS + 0,2 m/l BA + 0,1 m/l kinetin. Observation on the number of books/
shoots, number of leaves/ shoots, shoot/ bud height and visual apperance of culture was
taken at 8 weeks after planting. The data were analyzed for variety and continue the
separation of the LSD at 5% level. The results showed that in general, all six treatments
could be used for propagation of in vitro teak solomon (Tectona grandis Linn. f) and
produced at least 6,22 books/ shoots every 8 weeks. The best media were MS medium +
0,1 m/l BA and MS + 0,1 m/1 BA + 0,1 m/l kinetin, because it able to produce 7,78 books/
shoots. The highest number of leaves was obtained at the treatment of MS + 0,1 m/l BA,
while the average shoots/ shoots produced were not different for all.

Keywords: Activated charcoal, benzyladenine, kinetin, teak solomon, tissue culture

PENDAHULUAN perbanyakan konvensional (biji).


Perbanyakan tanaman jati melalui setek
Industri perkayuan memiliki kualitas
menghasilkan bibit yang true-to-type
dan nilai jual yang sangat tinggi.
namun tanaman tumbuh lambat. Oleh
Kebutuhan akan kayu jati selalu
karena itu, saat ini banyak digunakan
meningkat baik di dalam maupun luar
perbanyakan tanaman melalui teknik
negeri sedangkan populasi dan
kultur jaringan (Balai Penelitian
pasokannya semakin menipis karena
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
siklus umur panen jati konvensional relatif
Pertanian, 2003).
lama (sekitar 45 tahun). Untuk mengatasi
Kultur jaringan adalah suatu metode
masalah tersebut, diperlukan tanaman jati
untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman
yang memiliki umur panen relatif cepat
seperti sel, jaringan atau organ serta
dengan keindahan dan kualitas serat
menumbuhkannya secara aseptik di
memadai yang dapat memenuhi
dalam suatu medium buatan eksplan
kebutuhan pasar (Balai Penelitian
sehingga bagian-bagian tanaman tersebut
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
dapat memperbanyak diri dan
Pertanian, 2003).
beregenerasi menjadi tanaman lengkap
Perbanyakan tanaman jati umumnya
kembali (Yusnita, 2003).
dilakukan melalui biji atau bagian vegetatif
Salah satu faktor penentu keberhasilan
seperti stek atau sambungan. Untuk
perbanyakan tanaman secara kultur
menyediakan tanaman jati yang seragam
jaringan adalah penggunaan zat pengatur
secara genetika (true-to-type) dalam
pertumbuhan (ZPT) yang tepat. ZPT
jumlah banyak, sulit dilakukan melalui cara
Pengaruh Arang... / 22

adalah senyawa organik bukan hara yang ke dalam media yang mempunyai
dalam konsentrasi rendah dapat komposisi yang sesuai untuk proliferasi
mempengaruhi pertumbuhan dan tunas sehingga diperoleh penggandaan
perkembangan tanaman. ZPT yang tunas dengan cepat.Setiap tunas yang
banyak digunakan dalam teknik kultur dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber
jaringan adalah golongan sitokinin dan untuk penggandaan tunas selanjutnya
auksin. Penggunaan sitokinin dalam sehingga diperoleh tunas yang banyak
konsentrasi yang tepat dapat merangsang dalam waktu yang relatif lebih singkat
terbentuknya tunas pada tanaman. Jenis (Yusnita, 2015). Media yang digunakan
sitokinin yang banyak digunakan adalah untuk perbanyakan tunas jati solomon in
benziladenin (BA) (Purwanta, 2015). vitro adalah media dasar MS (Murashige
Perbanyakan jati dengan kultur jaringan and Skoog, 1962).Zat pengatur tumbuh
umumnya dilakukan melalui pola didefinisikan sebagai senyawa organik
regenerasi percabangan tunas aksilar bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil
nodus eksplan potongan batang satu yang disintesiskan pada bagian tertentu
buku. Setelah dikulturkan selama 6 – 8 tanaman dan pada umumnya diangkut ke
minggu, maka akan dihasilkan tunas bagian lain tanaman dimana zat tersebut
mempunyai beberapa buku. Buku-buku menimbulkan tanggapan secara biokimia,
pada tunas tadi dapat disubkulturkan fisiologis dan morfologis (Wattimena,
menjadi eksplan-eksplan baru yang 1988).
masing-masing akan menghasilkan tunas- Dua golongan ZPT yang penting dalam
tunas beberapa buku lagi. Demikian kultur jaringan yaitu auksin dan sitokinin.
seterusnya hingga dihasilkan banyak Sitokinin mempengaruhi berbagai proses
tunas (Yusnita, 2015). fisiologi di dalam tanaman. Aktivitas
Penelitian ini bertujuan mempelajari utama sitokinin adalah sitokinesis atau
pengaruh pemberian arang aktif (AC), pembelahan sel.Aktivitas ini yang menjadi
benziladenin (BA) dan kombinasi kriteria utama untuk menggolongkan suatu
benziladenin + 6-furfurylaminopurine zat pengatur tumbuh ke dalam sitokinin
(kinetin) terhadap pertumbuhan tunas (Wattimena, 1988).
(penggadaan buku) jati solomon (Tectona Fungsi ZPT dalam hal ini adalah
grandis Linn f.) secara in vitro. membantu pembelahan dan
perkembangan sel serta meningkatkan
KAJIAN TEORI metabolisme dalam tubuh eksplan.
Sitokinin juga berperan dalam mengontrol
Perbanyakan jati solomon pada
pembelahan sel, inisiasi meristem tunas,
umumnya dilakukan secara vegetatif,
diferensiasi daun dan akar, biogenesis
seperti setek pucuk/setek batang dan
kloroplas, dan toleransi stress. Sitokinin
kultur jaringan. Metode kultur jaringan
bersifat memacu pembelahan sel
dikembangkan untuk membantu
sehingga sering digunakan sebagai zat
memperbanyak tanaman. Bibit yang
perangsang tumbuh tunas. Oleh karena
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai
itu, untuk mempercepat pertumbuhan
keunggulan, antara lain mampu
tunas jati solomon in vitro diperlukan
menghasilkan bibit dalam jumlah besar
pengaplikasian ZPT berupa sitokinin
dengan waktu singkat dan tidak
(Yusnita dan Hapsoro, 2002).
membutuhkan tempat yang luas,
Sitokinin yang sering digunakan untuk
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
mempercepat pertumbuhan tunas adalah
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
BAP/BA(6-benzyl amino purine/6-
dibandingkan dengan perbanyakan secara
benzyladenine)dankinetin (6-
konvensional, dan mempunyai sifat identik
furfurylaminopurine) merupakan zat
dengan induknya.
pengatur tumbuh golongan sitokinin yang
Regenerasi in vitro dalam penelitian ini
telah banyak digunakan dalam kultur
dilakukan dengan penggandaan tunas
jaringan. Pemberian sitokinin (BA dan
(pertumbuhan tunas) jati Solomon
kinetin) dan arang aktif (AC) pada 1 L
(Tectona grandis Linn f.) in vitro yang
media dasar (Murashige and Skoog, 1962)
berasal dari potongan satu nodal eksplan
diharapkan mampu meningkatkan
tunas jati solomon in vitro, kemudian
keberhasilan pertumbuhan eksplan jati
mengkulturkan tunas jati solomon in vitro
solomon (Tectona grandis Linn f.) in vitro
23 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro

yang ditunjukkan oleh meningkatnya kompor, autoklaf (Budenberg dan Tomy),


jumlah buku /tunas, tinggi tunas, jumlah panci, destillator, botol aquades, botol
daun /tunas, jumlah akar /tunas, jumlah scott, magnetic stirrer dan alat tulis serta
kalus /tunas dan penampilan visual look book penilitian. Selain itu, alat-alat
eksplan /tunas dengan pengamatan yang digunakan pada tahap penanaman,
selama 8 minggu. seperti laminar air flow cabinet (LAFC),
Pada zat pengatur tumbuh yang landasan, cawan petri, lampu bunsen,
digunakan sitokinin (BA dan Kinetin) dapat hand sprayer, shaker, kapas steril, tisu
merangsang pembelahan sel dan steril, karet steril dan alat-alat diseksi
pembesaran sel pada daun yang layu, (scalpel, surigical blade, pinset).
perkembangan kloroplas dan sintesis Bahan tanaman yang digunakan dalam
klorofil, memacu perkembangan lanjut percobaan ini adalah planlet jati klon
etioplas menjadi kloroplas khususnya (Tectona grandis Linn f.). Media dasar
mendorong pembentukan grana, setelah yang digunakan adalah berisi garam-
itu BA dan kinetin meningkatkan garam MS yang diperkaya dengan 20
pembentukan klorofil. Arang aktif juga gram/l gula (sukrosa), tiamin–HCl 0,1 mg/l,
berperan untuk menyerap racun dan asam nikotinat 0,5 mg/l, piridoksin–HCl 0,5
senyawa inhibitor yang disekresikan oleh mg/l, glisin 2,0 mg/l, asam askrobat 0,5
planlet ke dalam media. Selain dapat mg/l serta dipadatkan dengan 7 gram/l
menyerap senyawa etilen, arang aktif agar-agar, air aquades steril, alkohol 70%,
mampu menyerap senyawa fenol yang KOH 1 N, HCL 1 N, dan kertas label.
berasal dari eksplan (Yusnita, 2015). Sedangkan media perlakuan yang
Dari kerangka pemikiran yang telah digunakan berupa media MS dengan
dikemukakan, dapat disimpulkan hipotesis penambahan ZPT yaitu 2 g/l arang aktif,
sebagai berikut; 0,1 mg/l benzyladenine (BA) dan 0,2 mg/l
1. Perbedaan Peningkatan konsentrasi benzyladenine (BA) dengan
benzyladenine 0,1 mg/l dan penambahan berbagai konsentrasi
benzyladenine 0,2 mg/l dapat kombinasi benzyladenine (BA) dengan
meningkatkan pertumbuhan tunas jati 0,1 mg/l 6-furfurylaminopurine (kinetin)
solomon in vitro. sesuai perlakuan.
2. Pemberian benzyladenine dan kinetin
dapat meningkatkan pertumbuhan
tunas jati solomon in vitro lebih banyak Rancangan Penelitian
dibandingkan penggunaan BA tunggal. Rancangan perlakuan yang digunakan
3. Peningkatan konsentrasi benzyladenine adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang dikombinasikan dengan kinetin dengan 3 ulangan dan 6 perlakuan.
dapat meningkatkan pertumbuhan Masing-masing unit (satuan) percobaan
tunas jati solomon in vitro. terdiri dari 1 botol kultur yang masing-
masing berisi 2 eksplan. Penelitian ini
METODE PENELITIAN menggunakan media dasar MS. Media
kontrol berisi garam-garam MS tanpa ZPT.
Media perlakuan yang digunakan adalah
Waktu dan Tempat
media kontrol dan berupa 2 g/l arang aktif,
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas 0,1 mg/l dan 0,2 mg/l benzyladenine
Pertanian, Universitas Lampung, Bandar (BA)dengan penambahan berbagai
Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari konsentrasi kombinasi benzyladenine
tanggal 2 Mei 2017 sampai 21 Desember (BA) dengan 0,1 mg/l 6-
2017. furfurylaminopurine (kinetin) sesuai
perlakuan.
Alat dan Bahan
Alat-alat digunakan pada tahap Analisis Data
persiapan dan pembuatan media antara Homogenitas data setiap variabel diuji
lain timbangan digital, neraca analitik, dengan Uji Bartlet (Bartlett's Test of Equal
botol kultur, labu takar, labu erlenmeyer, Variances), Uji Analisis One-Way AOVdan
pipet tetes, gelas piala, gelas ukur, Uji Analisis Anova (Analysis of Variance),
spatula, sendok spatula, pH meter, Uji Tukey’s (Tukey's 1 Degree of Freedom
Pengaruh Arang... / 24

Test for Nonadditivity) dan rerata jumlah digunakan adalah media kontrol berupa
setiap variabel yang diamati. Apabila penambahan 2 g/l arang aktif, 0,1 mg/l
asumsi terpenuhi, selanjutnya akan dan 0,2 mg/l benziladenin (BA)dengan
dilakukan analisis ragam. Pemisahan nilai penambahan berbagai konsentrasi
tengah dilakukan dengan uji beda nyata kombinasi benzyladenine (BA) dengan
terkecil (BNT) atau (LSD All-Pairwise 0,1 mg/l 6-furfurylaminopurine (kinetin)
Comparison Test) dengan taraf 5%. sesuai perlakuan.
Pembuatan media dilakukan dengan
Sterilisasi Botol dan Alat melarutkan garam-garam MS; 2 g/l arang
Semua alat yang digunakan dalam aktif , 0,1 mg/l BA; 0,2 mg/l BA, 0,1 mg/l
kegiatan kultur jaringan harus berada kinetin dan sukrosa hingga homogen.
dalam kondisi aseptik. Sterilisasi botol Larutan yang telah homogen kemudian
sebagai tempat kultur merupakan langkah ditera dengan menambahkan aquades
pertama yang harus dilakukan. Sterilisasi menggunakan labu ukur 1 L. Stok gelas
botol dilakukan dalam 2 tahapan. Tahap ukur dan labu untuk pembuatan media MS
pertama botol hasil kultur sebelumnya 1 liter dan lemari es showcase tempat
disterilisasi menggunakan autoklaf selama penyimpanan stok larutan agar tetap
30 menit pada suhu 121oC dan tekanan sterilisasi. Setelah formulasi media MS
1,5 kg/cm2. Selanjutnya botol dicuci dan hormon zat pengatur tumbuh sudah
dengan menghilangkan sisa media tanam disiapkan. Selanjutnya pH-media diatur
sebelumnya dan direndam dalam air yang menjadi 5,8 jika pH kurang dari 5,8 maka
telah dicampur 40 gram detergen dan 15 diberi penambahan KOH 1 N sedangkan
ml desinfektan selama 1 malam. Tahap jika pH lebih dari 5,8 maka diberi HCl 1 N
kedua, botol yang sudah direndam dicuci Setelah itu ke dalam media
bersih seluruh bagiannya dan kertas label ditambahkan 7 g/l bubuk agar-agar
yang tertera pada botol dihilangkan. Botol kemudian media dimasak hingga mendidih
yang sudah bersih dibilas menggunakan lalu dimasukkan ke dalam botol-botol
air mengalir lalu direndam air mendidih kultur sebanyak 30 botol dan setiap botol
selama 15 menit hasil penyulingan alat berisi 30 ml. Botol yang berisi media
destilator. ditutup dengan plastik bening kemudian
Botol hasil rendaman kemudian diikat dengan karet dan disterilisasi
ditiriskan dan ditutup dengan plastik dengan autoklaf selama 7 menit pada
menggunakan karet. Sterilisasi tahap suhu 121ºC dan tekanan 1,5 kg/cm2.
akhir dilakukan menggunakan autoklaf Setelah sterilisasi berakhir media
selama 30 menit pada suhu 12 oCtekanan dikeluarkan dari autoklaf, didiamkan
1,5 kg/cm2. Alat yang digunakan berupa hingga dingin, lalu disimpan dalam ruang
alat diseksi (pinset dan scalpel), cawan kultur.
petri, keramik, kapas, dan gelas ukur. Alat
diseksi, cawan petri, dan landasan Penanaman Eksplan
(keramik) yang sudah bersih dibungkus Penanaman eksplan dilakukan di
menggunakan kertas lalu dimasukkan ke dalam LAFC (laminar air flow cabinet).
dalam plastik tahan panas. Kapas bersih Eksplan berupa tunas satu buku (nodal
dimasukkan ke dalam botol kultur steril explant) dengan ukuran 1 x 1,5 cm.
untuk diautoklaf yang nantinya akan Setiap botol berisi 2 eksplan. Botol-botol
digunakan dalam proses subkultur atau kultur tersebut kemudian diletakkan pada
menanam eksplan. Seluruh alat rak kultur (growth chamber) dalam ruang
disterilisasi menggunakan autoklaf terang dan ber-AC (air conditioner)
selama 30 menit pada suhu 121 oC dan dengan suhu ruang 25ºC +/- 2 ºC selama
tekanan 1,5 kg/cm2. 2 bulan. Pencahayaan di ruang kultur
menggunakan lampu fluoresens (TL)
Pembuatan Media dengan kuat penerangan antara 1000
Penelitian ini menggunakan media hingga 2.000 lux secara terus menerus
dasar MS (Murashige and Skoog, 1962). dan fotoperiodisitasnya 16 jam terang/ 8
Terdapat 2 macam media yang digunakan jam gelap setiap hari.
yaitu media kontrol dan media perlakuan.
Media kontrol berisi garam-garam MS
tanpa ZPT. Media perlakuan yang
25 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro

Pengamatan namun tidak berpengaruh terhadap €


Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tunas pada umur 8 MST
jumlah buku-buku /tunas, tinggi tunas
/tunas, jumlah daun /tunas, penampilan Tabel 1.Persentase eksplan hidup di Media
visual kultur pada umur 8 minggu setelah Pra-pelakuan 8 MST.
penanaman eksplan. Variabel yang ∑ ∑ %
diamati adalah: buku-buku /tunas, tinggi Media Eksplan Eksplan Eksplan
awal hidup hidup
tunas dihitung menggunakan kertas
MS 0 9 9 100
milimeterblock dan penggaris, jumlah
MS + 2
daun /tunas menggunakan kaca g/l AC 9 9 100
pembesar, dan penampilan visual kultur MS + BA
diamati dengan mengambil gambar 0,1 mg/l 9 9 100
eksplan menggunakan kamera DSLR MS + BA
(lensa fix dan lensa tele) sampai 8 MST 0,2 mg/l 9 9 100
pendokumentasikan ini dilakukan sebagai MS + BA
penunjang hasil pengamatan variabel 0,1 mg/l
lainnya. + Kinetin
0,1 mg/l 9 9 100
HASIL DAN PEMBAHASAN MS + BA
0,2 mg/l
+ Kinetin
Perkembangan umum kultur 0,1 mg/l 9 9 100
Eksplan berupa potongan batang satu
buku tanpa daun yang ditanam pada Keterangan :
media perlakuan berbeda mulai MS :Murashige and Skoog, 1962
menunjukkan pertumbuhan mata tunas Kinetin : 6-furfurylaminopurine
setelah berumur kurang lebih 1 minggu BA :Benzyladenine
setelah tanam. Pada minggu-minggu AC :Arang Aktif (Carbon Aktif)
berikutnya hingga minggu ke 8 setelah
tanam, eksplan menunjukkan respons Jumlah Buku / Tunas
pertumbuhan lebih lanjut yang berbeda- Hasil uji beda nyata terkecil (BNT)
beda terhadap 6 perlakuan yang 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan MS 0
dicobakan. (tanpa ZPT) menghasilkan € jumlah buku
/tunas yang palingsedikit yaitu antara 6,22
Persentase pertumbuhan tunas Jati buku /tunas (Gambar 1). Perlakuan MS +
Solomon In Vitro selama 8 MST. BA 0,1 mg/l dan MS + BA 0,1 mg/l +
kinetin 0,1 menghasilkan buku-buku paling
Tingkat persentase eksplan atau tunas banyak dibandingkan dari perlakuan
hidup pada tunas jati solomon dengan 6 lainyaitu 7,44 dan 7,78 buku /tunas.
perlakuan yang dicobakan menunjukan Sedangkan, perlakuan MS + BA 0,2 mg/l
hasil 100% terhadap pada semua dan MS + BA 0,2 mg/l + kinetin 0,1 mg/l
percobaan yang digunakan terhadap 9 menghasilkan jumlah buku yang lebih
botol pra-perlakuan yang dicobakan banyak dibandingkan kontrol tanpa zpt.
dengan selama pengamatan 8 minggu.
Persentase eksplan hidup di media 6 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analysis of
perlakuan 8 MST dapat dilihat pada Tabel Variance
1. Signifikasi Pada Variabel
Sumber
Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Keragaman € Jumlah € Tinggi € Jumlah
Pengaruh media Arang Aktif, BA dan Buku Tunas Daun
Kinetin terhadap pertumbuhan tunas
/tunas /tunas
Jati Solomon In Vitro.
Perlakuan * tn *
Hasil rekapitulasi ragam dapat dilihat pada
Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat, bahwa Keterangan :
perlakuan ZPT yang dicobakan * = Berbeda nyata pada taraf 5%
berpengaruh nyata terhadap € jumlah tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
buku /tunas dan € jumlah daun /tunas,
Pengaruh Arang... / 26

BNT 0,05 = 0,4 20

Jumlah daun per tunas


Jumlah buku per tunas 15,00a
13,89ab
15 13,11ab 13,22ab 12,58b 12,33b
9 7,78a 7,45a
8 6,22c 6,56bc 6,67b 6,67b
10

(helai)
7
6
5
4 5
3
2
1 0
0
MS 0MS +MS
AC+ BA
MS
MS
0,1
+ +BA
BA
MS
0,2
0,1
+ BA
+ KIN
0,2 0,1
+ KIN 0,1
MS 0MS + MS
AC + BA
MSMS
0,1
+ BA
+ BA
MS
0,20,1
+ BA
+ KIN
0,20,1
+ KIN 0,1

BNT 0,05 = 2,37


Gambar 1. Rata-rata jumlah buku-buku /tunas Gambar 3. Rata-rata jumlah tinggi tunas pada
pada kultur in vitro jati kultur in vitro jati solomon umur 8
solomonumur 8 MST (minggu MST (minggu setelah
setelah pengamatan). Nilai pengamatan). Nilai tengah yang
tengah yang diikutidengan huruf diikuti dengan huruf yang sama
yang sama berbeda nyata pada tidak berbedanyata pada taraf
taraf dengan uji BNT pada taraf dengan uji BNT pada taraf 5%.
5%.

Tinggi Tunas
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan arang aktif, BA dan
kinetin tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tunas jati solomon in vitro setelah
dikulturkan selama 8 minggu, kisaran
tinggi tunas antara 10,92 cm hingga 12,61
cm.

11,26a 10,92a 12,61a 11,74a 11,09a 12,40a Gambar 4.Salah satu ulangan penampilan
15
10
Tinggi tunas

5 kultur tunas jati solomon in vitro


0 pada 6 perlakuan yang dicobakan
(cm)

MS 0 MS +
AC
MS + MS + MS + MS +
BA 0,1 BA 0,2 BA 0,1 + BA 0,2 +
pada umur 8 MST.
KIN 0,1 KIN 0,1

Keterangan :
BNT 0,05 = 2,99 A = Media MS tanpa ZPT
B = Media MS + 2 g/l Arang Aktif
C = Media MS + Benziladenin 0,1 mg/l
Gambar 2.Rata-rata jumlah tinggi tunas pada D = Media MS + Benziladenin 0,2 mg/l
kultur in vitro jati solomon umur E = Media MS + Benziladenin 0,1 mg/l
8 MST (minggu setelah + Kinetin 0,1 mg/l
pengamatan). Nilai tengah yang F = Media MS + Benziladenin 0,2 mg/l
diikuti dengan huruf yang sama + Kinetin 0,1 mg/l
tidak berbedanyata pada taraf
dengan uji BNT pada taraf 5%. PEMBAHASAN
Jumlah Daun / Tunas Perbanyakan tanaman dengan teknik
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) kultur jaringan tanaman dapat
0,05 dapat dilihat pada Gambar 3, menghasilkan tanaman yang secara
menunjukkan bahwa perlakuan MS + BA genetik sama dengan induknya serta
0,1 mg/l menghasilkan jumlah helai daun waktu yang dibutuhkan lebih cepat Pada
paling banyak yaitu 15 helai € daun /tunas hasil pengamatan 8 MST dari 6 perlakuan
dibandingkan perlakuan lainnya yang yang dicobakan berpengaruh nyata pada
menghasilkan kisaran 12,33 – 13,89 helai € jumlah buku /tunas dan € jumlah daun
daun /tunas. /tunas tetapi tidak berpengaruh nyata
Penampilan Visual Eksplan pada € tinggi tunas. Hal ini diduga karena
Penampilan visual kultur pertumbuhan dan kandungan nitrogen yang tinggi pada
perkembangan tunas-tunas jati solomon media 1L MS. Kandungan nitrogen pada
yang diamati pada 8 minggu setelah media 1L MS sebesar 2.816 mg/l.
dikulturkan Gambar 4. Menurut Yusnita (2003), dalam kultur
27 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro

jaringan, proses pertumbuhan maupun Setiap tumbuhan memiliki kandungan


morfogenesis eksplan yang dikulturkan ZPT endogen pada kadar yang berbeda di
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dalam tubuhnya. Abbas (2011)
nitrogen. Nitrogen merupakan unsur hara menyebutkan bahwa BA merupakan salah
makro esensial bagi tanaman serta satu jenis sitokinin yang dibutuhkan dalam
penyusun utama protein dan asam amino, multiplikasi tunas dari jaringan dewasa
unsur ini juga terdapat pada klorofil dalam medium MS. Menurut Yusnita
tanaman. Apabila jumlah nitrogen lebih (2015) benziladenin (BA) merupakan
banyak dibandingkan dengan unsur salah satu jenis sitokinin yang berperan
lainnya, maka tanaman akan dalam proses pembelahan sel.
menghasilkan protein lebih banyak dan Pemberian BA secara eksogen
daun akan tumbuh lebih lebar. menyebabkan peningkatan konsentrasi
Selain kandungan nitrogen, juga sitokinin endogen sehingga dapat
diduga bahwa media dasar MS meningkatkan aktivitas pembelahan sel .
mengandung komponen unsur hara makro Hasil analisis ragam menunjukkan
dan mikro lebih lengkap. Pembesaran bahwa perlakuan arang aktif, BA dan
tunas membentuk struktur organ tanaman kinetin tidak nyata terhadap pada tinggi
(tinggi tanaman/batang, daun dan akar) tunas jati solomon, yang menghasilkan
adalah fase morfogenesis. Fase tinggi tunas berkisar antara 10,92 cm
morfogenesis adalah proses pertumbuhan hingga 12,61 cm tinggi tunas dari 6
dan diferensial sel-sel individu menjadi perlakuan yang dicobakan. Nursyamsi
jaringan kemudian menjadi organ dan dkk (2007) menunjukkan perlakuan
akhirnya menjadi organisme yang dapat berbagai konsentrasi BAP (Benzyl Amino
dikenali. Proses ini dipengaruhi oleh Purin) berpengaruh sangat nyata terhadap
faktor-faktor lingkungan, salah satunya tinggi tunas, memperlihatkan bahwa
adalah cahaya. Morfogenesis pada konsentrasi 0,5 ppm BAP memberikan
tanaman terutama terjadi melalui hasil yang terbaik yaitu mencapai tinggi
pertumbuhan diferensial (Yusnita, 2010). tunas rata-rata 7,2 cm dan tidak berbeda
Hasil penelitian menunjukkan nyata dengan perlakuan 0,10 dan 0,15.
bahwapada perlakuan MS + BA 0,1 mg/l Hal ini berarti, pemberian BAP dengan
dan MS + BA 0,1 mg/l + Kinetin 0,1 konsentrasi rendah, sudah dapat memacu
menghasilkan buku-buku /tunas paling pertumbuhan tinggi tunas pada planlet jati.
banyak dibandingkan dari perlakuan lain Pertumbuhan tinggi tunas menujukkan ciri
yang berkisar antara 7,44 hingga 7,78dan keberhasilan pembiakan kultur jaringan,
jumlah daun sebanyak 12,56 hingga 15,00 dan semakin tinggi tunas suatu planlet
helai daun. Hal ini dikarenakan maka lebih banyak ruas yang dapat
penambahan BA secara eksogen pada diperoleh untuk dijadikan sebagai stek
konsentras itertentu dapat meningkatkan mikro, untuk tahap multiplikasi bibit.
konsentrasi sitokinin endogen sehingga Berdasarkan hasil uji BNT 0,05 pada
pertumbuhan dan perbanyakan tunas jati solomon menunjukkan
bukudan daun dapat menghasilkan bahwapada perlakuan BA, kinetin dan
jumlah yang lebih banyak. Yusnita(2015) arang aktif yang dicobakan berpengaruh
menyebutkan bahwa apabila konsentrasi nyata terhadap € jumlah daun /tunas.
sitokinin lebih besar dari auksin maka Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) 0,05
akan menstimulasi pertumbuhan dan menunjukkan bahwa perlakuan MS + BA
perbanyakan buku-buku dan daun. Selain 0,1 mg/l + kinetin 0,1 mg/l dan MS + BA
itu, Sandra (2013) menyebutkan bahwa 0,2 mg/l + kinetin 0,1 mg/l menghasilkan
sitokinin dapat menghambat dominansi jumlah daun /tunas yang paling sedikit
apikal dan merangsang proliferasi tunas yaitu 12,33 helai dan 12,56 helai daun.
ketiak dan munculnya tunas-tunas ketiak Sedangkan, perlakuan MS + BA 0,1 mg/l
baru sehingga secara signifikan dapat dan MS + BA 0,2 mg/l menghasilkan
meningkatkan jumlah tunas ketiak. jumlah daun /tunas yang lebih banyak
Semakin banyak tunas ketiak yang muncul dibandingkan perlakuan lain yaitu 13,89
akan meningkatkan jumlah buku pada helai dan 15,00 helai daun. Pada
eksplan sehingga, peningkatan jumlah perlakuan MS 0 dan MS + 2 g/l arang aktif
tunas berbanding lurus dengan menghasilkan jumlah daun /tunas yaitu
peningkatan jumlah buku. 13,11 helai dan 13,22 helai daun lebih
Pengaruh Arang... / 28

banyak dari perlakuan MS + BA 0,1 mg/l + diduga karena media mengandung arang
kinetin 0,1 mg/l dan MS + BA 0,2 mg/l + aktif yang memberikan efek gelap
kinetin 0,1 mg/l dan lebih sedikit sehingga dapat menstimulasi
dibandingkan pada perlakuan MS + BA pertumbuhan dan perkembangan akar dan
0,1 mg/l dan MS + BA 0,2 mg/l (Gambar fungsi dari arang aktif sebagai absorben
3). yaitu penyerapan substansi penghambat
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pertumbuhan yang diproduksi oleh
tunas-tunas yang dihasilkan pada media eksplan atau media (Hapsoro dan Yusnita,
perlakuan yang menggunakan zat 2015).
pengatur tumbuh 1L MS, MS + BA tunggal Dalam percobaan yang telah
0,1 dan 0,2 dan MS + BA 0,1 mg/l + dilakukan bahwa penambahan 2 g/l arang
kinetin 0,1 mg/l dengan MS + BA 0,2 mg/l aktif mampu meningkatkan jumlah dan
+ kinetin 0,1 mg/l menghasilkan tunas- panjang akar, menyebabkan penyerapan
tunas yang lebih tinggi dibandingkan air dan nutrisi yang ada pada media
dengan perlakuan MS 0 tanpa zat menjadi optimal sehingga menghasilkan
pengatur tumbuh dan 2 g/l AC. Namun banyaknya akar primer dan penampilan
demikian, tunas-tunas yang dihasilkan visual tunas atau tanaman lebih baik
pada media dengan penambahan 2 g/l AC dibandingkan tanpa penambahan arang
dan MS 0 tanpa ZPT jauh lebih pendek aktif. Kesulitan dalam penggunaan arang
daripada tunas-tunas tunggal yang aktif pada media kultur adalah selain
dihasilkan pada media dasar menyerap senyawa-senyawa yang tidak
menggunakan BA tunggal dan kombinasi. diinginkan, arang aktif mungkin juga
Menurut Yusnita (2004) dalam menyerap senyawa-senyawa yang tidak
perbanyakan tanaman in vitro, perolehan diinginkan, arang aktif mungkin juga
tunas adventif atau tunas aksilar yang menyerap hormon-hormon yang
paling banyak karena menggunakan dibutuhkan, vitamin atau ion-ion metal
sitokinin pada konsentrasi tertentu tidak seperti Cu +2 dan Zn +2. Penggunaan
berarti yang terbaik, karena seringkali arang aktif menyebabkan para peneliti
tunas-tunas yang dihasilkan mempunyai tidak dapat memastikan secara tepat
internode yang pendek dengan kualitas kuantitas setiap komponen media yang
yang kurang bagus. Dalam percobaan tersedia bagi tanaman (Thomas, 2008).
ini, tunas-tunas jati solomon yang pendek Constantin (1977) dalam Sanputawong
hasil dari perlakuan penggunaan 2 g/l AC dkk., (2015) menyatakan bahwa kapasitas
dan MS 0 tanpa ZPT, dapat tumbuh penyerapan arang aktif menunjukkan
normal memanjang ketika disubkultur ke pengaruh terhadap komposisi media kultur
media dasar dengan penambahan BA dan dalam cara yang selektif, dimana thiamin-
kombinasi BA dengan kinetin. George HCl dan asam nikotinat dihilangkan dalam
and Klerk (2008) juga membahas, bahwa media sedangkan inositol dan sukrosa
untuk mengatasi masalah kualitas tunas tidak. Meskipun demikian dari berbagai
yang kurang bagus dengan buku-buku laporan yang telah dipublikasikan
yang pendek dapat dilakukan dengan sehubungan dengan penggunaan arang
subkultur ke media dengan konsentrasi aktif dalam kultur jaringan tanaman hasil-
sitokinin lebih rendah atau ke media hasil penelitian lebih banyak yang
dengan penambahan ZPT. berpengaruh positif dibandingkan dengan
Pada akhir minggu ke 8, tunas yang yang negatif (Thomas, 2008).
ditanam pada media 1L MS dari 6 Sebagian eksplan yang tidak
perlakuan yang dicobakan dengan responsif mengalami pencoklatan
disubkultur ke media MS + 2 g/l AC. (browning). Pencoklatan ini terjadi
Kemudian pada minggu-minggu mungkin karena kandungan senyawa
selanjutnya setelah tanam pada media MS fenol pada eksplan cukup tinggi. Sintesis
+ 2 g/l AC, tunas-tunas pendek hasil 6 senyawa fenolik dipicu oleh pelukaan
perlakuan yang dicobakan menunjukkan pada eksplan yang menyebabkan
pertumbuhan yang normal dengan jarak keluarnya isi sel yang rusak dan
internode yang awalnya rapat menjadi menyebabkan kematian dini sel-sel
merenggang sehingga tanaman menjadi tertentu di sekitar sel yang rusak (Yusnita,
tinggi, lebar daun menjadi lebih lebar dan 2015). Suyanti dan Supriadi (2008)
tunas yang berakar panjang. Hal ini menyatakan bahwa warna coklat
29 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro

menandakan sintesis senyawa fenolik DAFTAR PUSTAKA


yang dipacu oleh cekaman atau gangguan
Abbas, B. 2011. Prinsip Dasar Teknik
pada sel tanaman. Senyawa ini sangat
Kultur
toksik bagi tanaman dan dapat
Jaringan. Alfabeta. Bandung. 123
menghambat pertumbuhan.
– 143 hlm.
Menurut Yusnita (2015), untuk
mengurangi pembentukan fenol yang
paling umum adalah dengan mentransfer Abidin dan Zaenal. 1985. Dasar-Dasar
eksplan ke media baru atau subkultur dan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan.
pencoklatan pada eksplan dapat diatasi Bandung. Buku Angkasa. 113 –
dengan perendaman eksplan dalam 118 hlm.
larutan antioksidan seperti larutan asam
askorbat dan asam sitrat sebelum Balai Penelitian Bioteknologi dan
dilakukan sterilisasi eksplan. Sumberdaya
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Genetik Pertanian. 2003.
semua perlakuan yang dicobakan Perbanyakan Bibit Jati Melalui
menyebabkan tunas-tunas yang terbentuk Kultur Jaringan. Bogor. Jawa
semua membentuk kalus yang sehat dan Barat. 78 – 102 hlm.
besar, karena dalam proses pemotongan
eksplan dan penanaman eksplan George, E.F., M.A. Hall & G.J. De Klerk.
dilakukan dengan steril dan aspetik 2008. Plant Propagation by Tissue
sehingga menghasilkan kalus-kalus yang Cultur 3rd Edition. Springer,
sehat baik dari pertumbuhan kalus, warna Dordrecht, Netherlands: 501p.
kalus dan tekstur kalus. Menurut Lakitan
(2007), pertumbuhan eksplan pada Kasutjianingati. 2004. Pembiakan mikro
masing-masing media perlakuan berbagai genotipe pisang (Musa
memberikan pengaruh yang berbeda spp.) dan potensi bakteri endofitik
terhadap pertumbuhan kalus, warna, dan terhadap layu fusarium (Fusarium
tekstur kalus. oxysporum f.sp. cubense). (Tesis).
Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
Lakitan, B. 2007. Dasar-dasarFisiologi
diujikan, maka didapatkan simpulan
Tumbuhan. Raja Grafindo
sebagai berikut;
Persada. Jakarta. 244 hlm.
1. Pemberian zat pengatur tumbuh BA
atau BA dan kinetin menyebabkan
Lina, F.R., E. Ratnasari., dan R. Wahyono.
peningkatan jumlah buku /tunas secara
2013. Pengaruh 6-benzylamino
nyata, sedangkan pemberian arang
purine (BAP) dan 6-furfuryl amino
aktif tidak berpengaruh nyata terhadap
purine (Kinetin) pada Media MS
jumlah buku /tunas.
terhadap Pertumbuhan Eksplan
Ujung Apikal Tanaman Jati secara
2. Peningkatan konsentrasi BA dari 0,1 –
In Vitro. Jurnal: Universitas Negeri
0,2 mg/l baik tanpa kinetin maupun
Surbaya.
dengan kinetin menyebabkan
penurunan jumlah buku /tunas
Murashige T. dan F. Skoog. 1962. A
revised
3. Jumlah buku /tunas terkecil dihasilkan
medium for rapid growth and bio
oleh, yaitu 6,22 buku /tunas pada
assay with tobacco tissue culture.
konsentrasi media MS tanpa ZPT,
Jurnal Department Botany.
sedangkan jumlah buku /tunas
University of Wisconsin.Wisconsin.
terbanyak dihasilkan oleh perlakuan
473-497p.
media MS ditambahkan dengan 0,1
mg/l BA atau 0,1 mg/l BA dan 0,1 mg/l
Rahardja, P.C. 1994. Kultur Jaringan.
kinetin, yaitu 7,78 buku /tunas.
Teknik Perbanyakan Tanaman
Secara modern. Buku Penebar
Swadaya. Jakarta. 143 – 151 hlm.
Pengaruh Arang... / 30

Pasar. Buku Penebar Swadaya.


Rusyadi. 2000. Multiplikasi Tunas Jakarta. 128 hlm.
Tanaman Melinjo Melalui Kulturin
vitro.Balai Penelitian Bioteknologi Thomas, T. D. 2008. The Role of
dan Sumberdaya Genetik Activated
Pertanian. Bogor. Charcoal in Plant Tissue Culture.
Biotechnology Advances. 26:618-
Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. 631.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Bandung: Penerbit ITB. 335p. Wattimena, G. A. 1998. Zat
PengaturTumbuh Tanaman.
Sandra, E. 2013. Cara Mudah Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Memahami dan Menguasai Kultur
143 hlm.
Jaringan. IPB Press. Bogor.

Sanputawong, S., T. Raknim, and S. Yusnita. 1990. “Micropropagation of


Benchasri. 2015. Influence of White Flowering Eastern Redbud
Different Type of Culture Media (Cercis canadensis L. Var. Alba)”,
and Activated Charcoal on Callus Thesis Master of Science,
Induction and Shoot Multiplication Unversity of Kentucky, Lexington,
of Cadaminelyrata. Journal of
USA.
Agricultural Technology11(8):
1697-1704.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara
Sugi. P, Pujo. S, Hesti. D. S, dan Cahyo. Memperbanyak Tanaman Secara
S. 2015. Budidaya dan Bisnis Efisien. Buku Agromedia Pustaka.
Kayu Jati. Buku Penebar Jakarta. 105 hlm.
Swadaya. Jakarta. 107 hlm. Yusnita dan D. Hapsoro. 2002. Teknik
Kultur Jaringan untuk Pembiakan
Suhartati, dan Nursyamsi. 2007. Tanaman. Makalah training kultur
Pengaruh komposisi media WPM jaringan. Institut Pertanian Bogor.
dan BAP pada pertumbuhan bibit Bogor. 10-21 hlm.
jati (Tectona grandis) dengan
perbanyakan secara invitro. Info Yusnita., W. Pungkastiani, dan D.
Hutan 4(4): 379-384. Hapsoro. 2011. In Vitro
Orgaanogenesis of Two
Sulistiani, E dan Ahmad, Y.S. 2012. Sansevieria Cultivars on Different
Produksi Concentrations of Benzlyadenine.
Bibit Tanaman dengan Agrivita 33 : 147 – 153.
menggunakan Teknik Kultur
Jaringan. Bogor: Seameo biotrop Yusnita, 2015. Kultur Jaringan Tanaman
(southeast asian centre for tropical Sebagai Teknik Penting
biology). Bioteknologi Untuk Menunjang
Pembangunan Pertanian. Orasi
Suyanti dan A. Supriadi. 2008. Pisang, Ilmiah Guru Besar Bioteknologi
Budidaya, Pemasaran dan Prospek Pertanian Unversitas Lampung.
Aura Publishing. Lampung. 23-54
hlm.

You might also like