Professional Documents
Culture Documents
1) 1) 1) )
Husen Hariadi , Yusnita , Melya Riniarti , Dwi Hapsoro4 ,
1)
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
email:hariadihusen93@gmail.com
email: yusnita.said@yahoo.com
ABSTRACT
Tissue culture techniques can be used for propagation of uniformaly large teak solomon
seeds.The purpose of this research was knowing the effect of activated charcoal, the
addition of benzyladenine (BA) and combination of BA with 6-furfurylaminopurine (kinetin) to
the growth of shoots of solomon teak in vitro. The solomon teak explants used were single-
stem cuttings from aseptic shoots obtained from in vitro cultures. This research was
conducted in laboratory with complete randomized design with 3 replications. The
experimental treatment was a single factor consisting of basic MS medium (Murashige and
Skoog, 1962), with 6 treatments: MS without growth regulator (control), MS without growth
regulator + 2 g/l activated charcoal, MS + 0,1 m/l BA , MS + 0,2 m/l BA, MS + 0,1 m/l BA +
0,1 m/l kinetin and MS + 0,2 m/l BA + 0,1 m/l kinetin. Observation on the number of books/
shoots, number of leaves/ shoots, shoot/ bud height and visual apperance of culture was
taken at 8 weeks after planting. The data were analyzed for variety and continue the
separation of the LSD at 5% level. The results showed that in general, all six treatments
could be used for propagation of in vitro teak solomon (Tectona grandis Linn. f) and
produced at least 6,22 books/ shoots every 8 weeks. The best media were MS medium +
0,1 m/l BA and MS + 0,1 m/1 BA + 0,1 m/l kinetin, because it able to produce 7,78 books/
shoots. The highest number of leaves was obtained at the treatment of MS + 0,1 m/l BA,
while the average shoots/ shoots produced were not different for all.
adalah senyawa organik bukan hara yang ke dalam media yang mempunyai
dalam konsentrasi rendah dapat komposisi yang sesuai untuk proliferasi
mempengaruhi pertumbuhan dan tunas sehingga diperoleh penggandaan
perkembangan tanaman. ZPT yang tunas dengan cepat.Setiap tunas yang
banyak digunakan dalam teknik kultur dihasilkan dapat dijadikan sebagai sumber
jaringan adalah golongan sitokinin dan untuk penggandaan tunas selanjutnya
auksin. Penggunaan sitokinin dalam sehingga diperoleh tunas yang banyak
konsentrasi yang tepat dapat merangsang dalam waktu yang relatif lebih singkat
terbentuknya tunas pada tanaman. Jenis (Yusnita, 2015). Media yang digunakan
sitokinin yang banyak digunakan adalah untuk perbanyakan tunas jati solomon in
benziladenin (BA) (Purwanta, 2015). vitro adalah media dasar MS (Murashige
Perbanyakan jati dengan kultur jaringan and Skoog, 1962).Zat pengatur tumbuh
umumnya dilakukan melalui pola didefinisikan sebagai senyawa organik
regenerasi percabangan tunas aksilar bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil
nodus eksplan potongan batang satu yang disintesiskan pada bagian tertentu
buku. Setelah dikulturkan selama 6 – 8 tanaman dan pada umumnya diangkut ke
minggu, maka akan dihasilkan tunas bagian lain tanaman dimana zat tersebut
mempunyai beberapa buku. Buku-buku menimbulkan tanggapan secara biokimia,
pada tunas tadi dapat disubkulturkan fisiologis dan morfologis (Wattimena,
menjadi eksplan-eksplan baru yang 1988).
masing-masing akan menghasilkan tunas- Dua golongan ZPT yang penting dalam
tunas beberapa buku lagi. Demikian kultur jaringan yaitu auksin dan sitokinin.
seterusnya hingga dihasilkan banyak Sitokinin mempengaruhi berbagai proses
tunas (Yusnita, 2015). fisiologi di dalam tanaman. Aktivitas
Penelitian ini bertujuan mempelajari utama sitokinin adalah sitokinesis atau
pengaruh pemberian arang aktif (AC), pembelahan sel.Aktivitas ini yang menjadi
benziladenin (BA) dan kombinasi kriteria utama untuk menggolongkan suatu
benziladenin + 6-furfurylaminopurine zat pengatur tumbuh ke dalam sitokinin
(kinetin) terhadap pertumbuhan tunas (Wattimena, 1988).
(penggadaan buku) jati solomon (Tectona Fungsi ZPT dalam hal ini adalah
grandis Linn f.) secara in vitro. membantu pembelahan dan
perkembangan sel serta meningkatkan
KAJIAN TEORI metabolisme dalam tubuh eksplan.
Sitokinin juga berperan dalam mengontrol
Perbanyakan jati solomon pada
pembelahan sel, inisiasi meristem tunas,
umumnya dilakukan secara vegetatif,
diferensiasi daun dan akar, biogenesis
seperti setek pucuk/setek batang dan
kloroplas, dan toleransi stress. Sitokinin
kultur jaringan. Metode kultur jaringan
bersifat memacu pembelahan sel
dikembangkan untuk membantu
sehingga sering digunakan sebagai zat
memperbanyak tanaman. Bibit yang
perangsang tumbuh tunas. Oleh karena
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai
itu, untuk mempercepat pertumbuhan
keunggulan, antara lain mampu
tunas jati solomon in vitro diperlukan
menghasilkan bibit dalam jumlah besar
pengaplikasian ZPT berupa sitokinin
dengan waktu singkat dan tidak
(Yusnita dan Hapsoro, 2002).
membutuhkan tempat yang luas,
Sitokinin yang sering digunakan untuk
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
mempercepat pertumbuhan tunas adalah
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
BAP/BA(6-benzyl amino purine/6-
dibandingkan dengan perbanyakan secara
benzyladenine)dankinetin (6-
konvensional, dan mempunyai sifat identik
furfurylaminopurine) merupakan zat
dengan induknya.
pengatur tumbuh golongan sitokinin yang
Regenerasi in vitro dalam penelitian ini
telah banyak digunakan dalam kultur
dilakukan dengan penggandaan tunas
jaringan. Pemberian sitokinin (BA dan
(pertumbuhan tunas) jati Solomon
kinetin) dan arang aktif (AC) pada 1 L
(Tectona grandis Linn f.) in vitro yang
media dasar (Murashige and Skoog, 1962)
berasal dari potongan satu nodal eksplan
diharapkan mampu meningkatkan
tunas jati solomon in vitro, kemudian
keberhasilan pertumbuhan eksplan jati
mengkulturkan tunas jati solomon in vitro
solomon (Tectona grandis Linn f.) in vitro
23 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro
Test for Nonadditivity) dan rerata jumlah digunakan adalah media kontrol berupa
setiap variabel yang diamati. Apabila penambahan 2 g/l arang aktif, 0,1 mg/l
asumsi terpenuhi, selanjutnya akan dan 0,2 mg/l benziladenin (BA)dengan
dilakukan analisis ragam. Pemisahan nilai penambahan berbagai konsentrasi
tengah dilakukan dengan uji beda nyata kombinasi benzyladenine (BA) dengan
terkecil (BNT) atau (LSD All-Pairwise 0,1 mg/l 6-furfurylaminopurine (kinetin)
Comparison Test) dengan taraf 5%. sesuai perlakuan.
Pembuatan media dilakukan dengan
Sterilisasi Botol dan Alat melarutkan garam-garam MS; 2 g/l arang
Semua alat yang digunakan dalam aktif , 0,1 mg/l BA; 0,2 mg/l BA, 0,1 mg/l
kegiatan kultur jaringan harus berada kinetin dan sukrosa hingga homogen.
dalam kondisi aseptik. Sterilisasi botol Larutan yang telah homogen kemudian
sebagai tempat kultur merupakan langkah ditera dengan menambahkan aquades
pertama yang harus dilakukan. Sterilisasi menggunakan labu ukur 1 L. Stok gelas
botol dilakukan dalam 2 tahapan. Tahap ukur dan labu untuk pembuatan media MS
pertama botol hasil kultur sebelumnya 1 liter dan lemari es showcase tempat
disterilisasi menggunakan autoklaf selama penyimpanan stok larutan agar tetap
30 menit pada suhu 121oC dan tekanan sterilisasi. Setelah formulasi media MS
1,5 kg/cm2. Selanjutnya botol dicuci dan hormon zat pengatur tumbuh sudah
dengan menghilangkan sisa media tanam disiapkan. Selanjutnya pH-media diatur
sebelumnya dan direndam dalam air yang menjadi 5,8 jika pH kurang dari 5,8 maka
telah dicampur 40 gram detergen dan 15 diberi penambahan KOH 1 N sedangkan
ml desinfektan selama 1 malam. Tahap jika pH lebih dari 5,8 maka diberi HCl 1 N
kedua, botol yang sudah direndam dicuci Setelah itu ke dalam media
bersih seluruh bagiannya dan kertas label ditambahkan 7 g/l bubuk agar-agar
yang tertera pada botol dihilangkan. Botol kemudian media dimasak hingga mendidih
yang sudah bersih dibilas menggunakan lalu dimasukkan ke dalam botol-botol
air mengalir lalu direndam air mendidih kultur sebanyak 30 botol dan setiap botol
selama 15 menit hasil penyulingan alat berisi 30 ml. Botol yang berisi media
destilator. ditutup dengan plastik bening kemudian
Botol hasil rendaman kemudian diikat dengan karet dan disterilisasi
ditiriskan dan ditutup dengan plastik dengan autoklaf selama 7 menit pada
menggunakan karet. Sterilisasi tahap suhu 121ºC dan tekanan 1,5 kg/cm2.
akhir dilakukan menggunakan autoklaf Setelah sterilisasi berakhir media
selama 30 menit pada suhu 12 oCtekanan dikeluarkan dari autoklaf, didiamkan
1,5 kg/cm2. Alat yang digunakan berupa hingga dingin, lalu disimpan dalam ruang
alat diseksi (pinset dan scalpel), cawan kultur.
petri, keramik, kapas, dan gelas ukur. Alat
diseksi, cawan petri, dan landasan Penanaman Eksplan
(keramik) yang sudah bersih dibungkus Penanaman eksplan dilakukan di
menggunakan kertas lalu dimasukkan ke dalam LAFC (laminar air flow cabinet).
dalam plastik tahan panas. Kapas bersih Eksplan berupa tunas satu buku (nodal
dimasukkan ke dalam botol kultur steril explant) dengan ukuran 1 x 1,5 cm.
untuk diautoklaf yang nantinya akan Setiap botol berisi 2 eksplan. Botol-botol
digunakan dalam proses subkultur atau kultur tersebut kemudian diletakkan pada
menanam eksplan. Seluruh alat rak kultur (growth chamber) dalam ruang
disterilisasi menggunakan autoklaf terang dan ber-AC (air conditioner)
selama 30 menit pada suhu 121 oC dan dengan suhu ruang 25ºC +/- 2 ºC selama
tekanan 1,5 kg/cm2. 2 bulan. Pencahayaan di ruang kultur
menggunakan lampu fluoresens (TL)
Pembuatan Media dengan kuat penerangan antara 1000
Penelitian ini menggunakan media hingga 2.000 lux secara terus menerus
dasar MS (Murashige and Skoog, 1962). dan fotoperiodisitasnya 16 jam terang/ 8
Terdapat 2 macam media yang digunakan jam gelap setiap hari.
yaitu media kontrol dan media perlakuan.
Media kontrol berisi garam-garam MS
tanpa ZPT. Media perlakuan yang
25 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro
(helai)
7
6
5
4 5
3
2
1 0
0
MS 0MS +MS
AC+ BA
MS
MS
0,1
+ +BA
BA
MS
0,2
0,1
+ BA
+ KIN
0,2 0,1
+ KIN 0,1
MS 0MS + MS
AC + BA
MSMS
0,1
+ BA
+ BA
MS
0,20,1
+ BA
+ KIN
0,20,1
+ KIN 0,1
Tinggi Tunas
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan arang aktif, BA dan
kinetin tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tunas jati solomon in vitro setelah
dikulturkan selama 8 minggu, kisaran
tinggi tunas antara 10,92 cm hingga 12,61
cm.
11,26a 10,92a 12,61a 11,74a 11,09a 12,40a Gambar 4.Salah satu ulangan penampilan
15
10
Tinggi tunas
MS 0 MS +
AC
MS + MS + MS + MS +
BA 0,1 BA 0,2 BA 0,1 + BA 0,2 +
pada umur 8 MST.
KIN 0,1 KIN 0,1
Keterangan :
BNT 0,05 = 2,99 A = Media MS tanpa ZPT
B = Media MS + 2 g/l Arang Aktif
C = Media MS + Benziladenin 0,1 mg/l
Gambar 2.Rata-rata jumlah tinggi tunas pada D = Media MS + Benziladenin 0,2 mg/l
kultur in vitro jati solomon umur E = Media MS + Benziladenin 0,1 mg/l
8 MST (minggu setelah + Kinetin 0,1 mg/l
pengamatan). Nilai tengah yang F = Media MS + Benziladenin 0,2 mg/l
diikuti dengan huruf yang sama + Kinetin 0,1 mg/l
tidak berbedanyata pada taraf
dengan uji BNT pada taraf 5%. PEMBAHASAN
Jumlah Daun / Tunas Perbanyakan tanaman dengan teknik
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) kultur jaringan tanaman dapat
0,05 dapat dilihat pada Gambar 3, menghasilkan tanaman yang secara
menunjukkan bahwa perlakuan MS + BA genetik sama dengan induknya serta
0,1 mg/l menghasilkan jumlah helai daun waktu yang dibutuhkan lebih cepat Pada
paling banyak yaitu 15 helai € daun /tunas hasil pengamatan 8 MST dari 6 perlakuan
dibandingkan perlakuan lainnya yang yang dicobakan berpengaruh nyata pada
menghasilkan kisaran 12,33 – 13,89 helai € jumlah buku /tunas dan € jumlah daun
daun /tunas. /tunas tetapi tidak berpengaruh nyata
Penampilan Visual Eksplan pada € tinggi tunas. Hal ini diduga karena
Penampilan visual kultur pertumbuhan dan kandungan nitrogen yang tinggi pada
perkembangan tunas-tunas jati solomon media 1L MS. Kandungan nitrogen pada
yang diamati pada 8 minggu setelah media 1L MS sebesar 2.816 mg/l.
dikulturkan Gambar 4. Menurut Yusnita (2003), dalam kultur
27 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro
banyak dari perlakuan MS + BA 0,1 mg/l + diduga karena media mengandung arang
kinetin 0,1 mg/l dan MS + BA 0,2 mg/l + aktif yang memberikan efek gelap
kinetin 0,1 mg/l dan lebih sedikit sehingga dapat menstimulasi
dibandingkan pada perlakuan MS + BA pertumbuhan dan perkembangan akar dan
0,1 mg/l dan MS + BA 0,2 mg/l (Gambar fungsi dari arang aktif sebagai absorben
3). yaitu penyerapan substansi penghambat
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pertumbuhan yang diproduksi oleh
tunas-tunas yang dihasilkan pada media eksplan atau media (Hapsoro dan Yusnita,
perlakuan yang menggunakan zat 2015).
pengatur tumbuh 1L MS, MS + BA tunggal Dalam percobaan yang telah
0,1 dan 0,2 dan MS + BA 0,1 mg/l + dilakukan bahwa penambahan 2 g/l arang
kinetin 0,1 mg/l dengan MS + BA 0,2 mg/l aktif mampu meningkatkan jumlah dan
+ kinetin 0,1 mg/l menghasilkan tunas- panjang akar, menyebabkan penyerapan
tunas yang lebih tinggi dibandingkan air dan nutrisi yang ada pada media
dengan perlakuan MS 0 tanpa zat menjadi optimal sehingga menghasilkan
pengatur tumbuh dan 2 g/l AC. Namun banyaknya akar primer dan penampilan
demikian, tunas-tunas yang dihasilkan visual tunas atau tanaman lebih baik
pada media dengan penambahan 2 g/l AC dibandingkan tanpa penambahan arang
dan MS 0 tanpa ZPT jauh lebih pendek aktif. Kesulitan dalam penggunaan arang
daripada tunas-tunas tunggal yang aktif pada media kultur adalah selain
dihasilkan pada media dasar menyerap senyawa-senyawa yang tidak
menggunakan BA tunggal dan kombinasi. diinginkan, arang aktif mungkin juga
Menurut Yusnita (2004) dalam menyerap senyawa-senyawa yang tidak
perbanyakan tanaman in vitro, perolehan diinginkan, arang aktif mungkin juga
tunas adventif atau tunas aksilar yang menyerap hormon-hormon yang
paling banyak karena menggunakan dibutuhkan, vitamin atau ion-ion metal
sitokinin pada konsentrasi tertentu tidak seperti Cu +2 dan Zn +2. Penggunaan
berarti yang terbaik, karena seringkali arang aktif menyebabkan para peneliti
tunas-tunas yang dihasilkan mempunyai tidak dapat memastikan secara tepat
internode yang pendek dengan kualitas kuantitas setiap komponen media yang
yang kurang bagus. Dalam percobaan tersedia bagi tanaman (Thomas, 2008).
ini, tunas-tunas jati solomon yang pendek Constantin (1977) dalam Sanputawong
hasil dari perlakuan penggunaan 2 g/l AC dkk., (2015) menyatakan bahwa kapasitas
dan MS 0 tanpa ZPT, dapat tumbuh penyerapan arang aktif menunjukkan
normal memanjang ketika disubkultur ke pengaruh terhadap komposisi media kultur
media dasar dengan penambahan BA dan dalam cara yang selektif, dimana thiamin-
kombinasi BA dengan kinetin. George HCl dan asam nikotinat dihilangkan dalam
and Klerk (2008) juga membahas, bahwa media sedangkan inositol dan sukrosa
untuk mengatasi masalah kualitas tunas tidak. Meskipun demikian dari berbagai
yang kurang bagus dengan buku-buku laporan yang telah dipublikasikan
yang pendek dapat dilakukan dengan sehubungan dengan penggunaan arang
subkultur ke media dengan konsentrasi aktif dalam kultur jaringan tanaman hasil-
sitokinin lebih rendah atau ke media hasil penelitian lebih banyak yang
dengan penambahan ZPT. berpengaruh positif dibandingkan dengan
Pada akhir minggu ke 8, tunas yang yang negatif (Thomas, 2008).
ditanam pada media 1L MS dari 6 Sebagian eksplan yang tidak
perlakuan yang dicobakan dengan responsif mengalami pencoklatan
disubkultur ke media MS + 2 g/l AC. (browning). Pencoklatan ini terjadi
Kemudian pada minggu-minggu mungkin karena kandungan senyawa
selanjutnya setelah tanam pada media MS fenol pada eksplan cukup tinggi. Sintesis
+ 2 g/l AC, tunas-tunas pendek hasil 6 senyawa fenolik dipicu oleh pelukaan
perlakuan yang dicobakan menunjukkan pada eksplan yang menyebabkan
pertumbuhan yang normal dengan jarak keluarnya isi sel yang rusak dan
internode yang awalnya rapat menjadi menyebabkan kematian dini sel-sel
merenggang sehingga tanaman menjadi tertentu di sekitar sel yang rusak (Yusnita,
tinggi, lebar daun menjadi lebih lebar dan 2015). Suyanti dan Supriadi (2008)
tunas yang berakar panjang. Hal ini menyatakan bahwa warna coklat
29 / Hariadi,H., Yusnita, M Riniarti, D. Hapsoro