You are on page 1of 6

Diterbitkan Oleh:

Saryono dan Ahmad Rithaudin Jurusan Pendidikan Olahraga


Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan
Volume 8, Nomor 2, November 2011 Universitas Negeri Yogyakarta

MERANGSANG MOTORIK KASAR ANAK TUNA RUNGU


KELAS DASAR SEKOLAH LUAR BIASA MELALUI PERMAINAN

B. Suhartini
Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No.1, Karangmalang Yogyakarta 55281
Email: evibudi80@yahoo.co.id

Abstract.
Deaf are individuals who have barriers to hearing both permanent and non permanent. Classification of hearing
impairment based on the level of hearing loss include: Hearing loss is very mild (27-40dB), mild hearing loss (41-
55dB), hearing disorders moderate (56-70dB), severe hearing loss (71-90dB), extreme hearing loss / deafness
(above 91dB). Because the characteristics and constraints of being owned, deaf children require special education
services forms tailored to their abilities and potential, how to communicate using sign language. Individuals with
hearing impairment tend to difficulties in understanding the concept of something abstract. Even with these limitations,
children with hearing disability are also entitled to a proper instruction for the development and growth can run
well, especially the development of motion or psikomotornya, namely through the study of physical education. Of
course, the learning process for deaf children who are different from normal children. One motor Perkambangan
psychomotor aspects that must be developed by deaf children in both the base class of gross motor aspects. Gross
motor movement involving the large muscles in the body, such as walking, running, jumping, jumping and so forth.
Gross motor skills in young children with hearing impairment will develop more leverage if supported by a process
of the correct motion. Through physical education, one way to stimulate gross motor deaf children carried out with
black green game. Of course the game for deaf children is slightly different from normal children game movement.
Games on deaf children adapted to the conditions of the five senses are still functioning. Games to stimulate motor
deaf children carried out with black green games that use sound, such as flags or other signs, and modified by using
a cue cues that can be captured through the senses of sight, and with a clear and simple rules.
Keywords: Gross Motor, Deaf, Black-Green Game

Abstrak
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Meskipun dengan
keterbatasan tersebut, anak penyandang tuna rungu juga berhak mendapatkan pengajaran yang layak agar
perkembangan dan pertumbuhannya dapat berjalan dengan baik, terutama perkembangan gerak atau psikomotornya.
Salah satu aspek psikomotor yang harus berkembang dengan baik pada tuna rungu anak kelas dasar yaitu aspek
motorik kasar. Motorik kasar adalah gerak yang melibatkan otot-otot besar pada tubuh, seperti berjalan, lari, lompat,
loncat dan sebagainya. Motorik kasar pada anak anak tunarungu akan berkembang lebih maksimal jika ditunjang
dengan proses gerak yang benar. Salah satu cara merangsang motorik kasar anak tuna rungu dilakukan dengan
permainan hijau hitam. Tentu saja permainan untuk anak tuna rungu sedikit berbeda dari permainan gerak anak
normal. Permainan pada anak tuna rungu disesuaikan dengan kondisi panca indera yang masih dapat berfungsi.
Permainan untuk merangsang motorik anak tuna rungu dilakukan dengan permainan hijau hitam yang menggunakan
suara, misalnya bendera atau tanda yang lain, dan dimodifikasi dengan aba-aba menggunakan isyarat-isyarat yang
dapat ditangkap melalui indera penglihatan, dan dengan peraturan yang jelas dan sederhana.
Kata kunci: motorik kasar, tuna rungu, permainan hitam hijau.

PENDAHULUAN manusia, khususnya pada aspek perkembangan


Seperti mata pelajaran yang lain, pendidikan gerak (psikomotor). Menurut Nixon dan Jewett
jasmani juga mempunyai fungsi dan pengaruh yang (1983:27), Pendidikan jasmani adalah satu
sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang

152 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Merangsang Motorik Kasar Anak Tuna Rungu Kelas Dasar
Sekolah Luar Biasa Melalui Permainan

berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan anak tuna rungu. Modifikasi model permainan untuk
kemampuan gerak individu yang suka rela dan anak tuna rungu bisa dilakukan dengan memodifikasi
berguna serta berhubungan langsung dengan permainan hijau hitam agar dapat dapat digunakan
respons mental, emosional dan sosial. Pendidikan sebagai model permainan untuk merangsang motorik
jasmani yang ditujukan kepada anak berkebutuhan kasar pada anak tuna rungu tingkat SDLB ( Sekolah
khusus (penyandang cacat) ada sendiri, yang disebut Dasar Luar Biasa )
dengan pendidikan jasmani khusus. Hal ini dilakukan karena pada kenyataanya, ciri-
Pendidikan jasmani khusus adalah satu ciri anak tuna rungu dalam proses gerak mereka
bagian khusus dalam pendidikan jasmani yang lebih suka diam, menutup diri dan malas untuk
dikembangkan untuk menyediakan program bagi bergerak, serta cenderung pasif saat melakukan
individu dengan kebutuhan khusus. Ada tiga program permainan kelompok. Ini disebabkan kekurangan
utama yang diberikan dalam perkembangan (French pendengaran yang ada padanya menyebabkan
dan jansmana, 1982:8). Pendidikan jasmani khusus permainan yang diberikan tidak bervariasi, karena
bertujuan mengembangkan aspek kesehatan tidak semua permainan untuk anak normal dapat
jasmani, perkembangan gerak, perkembangan langsung diberikan kepada anak tuna rungu. Hal ini
sosial dan juga perkembangan intelektual pada sangat kurang baik untuk perkembangan gerak dan
anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan juga motorik kasarnya.
khusus diantaranya adalah anak dengan gangguan Oleh karena itu, melalui mata pelajaran pendidikan
kesehatan dan tuna rungu. jasmani, perlu dilakukan modifikasi model permainan
Anak berkebutuhan khusus yang secara yang sesuai kondisi anak tuna rungu yang bertujuan
karakteristik fisik hampir sama dengan anak normal merangsang motorik kasar anak tuna rungu di tingkat
adalah anak tuna rungu, hanya saja pada anak SDLB.
penyandang tuna rungu mengalami gangguan atau Pengertian dan Klasifikasi Tunarungu
kekurangan pada pendengarannya. Anak tuna rungu Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang
secara fisik masih berkesempatan untuk dapat mengalami gangguan pendengaran yang mencakup
berkembang maksimal khususnya pada aspek gerak, tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah
meskipun tidak dapat berkembang semaksimal orang yang mengalami kehilangan pendengaran
seperti pada anak normal. (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan kesulitan
Melalui proses pembelajaran pendidikan dalam memproses informasi bahasa melalui
jasmani, anak tunarungu dapat memaksimalkan pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami
perkembangan geraknya. Dan salah satu aspek pembicaraan orang lain baik dengan memakai
gerak yang harus berkembang dengan baik adalah maupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang
motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerak yang kurang dengar adalah orang yang mengalami
motorik yang melibatkan otot besar dalam tubuh. kehilangan pendengaran (sekitar 27 sampai 69 dB)
Perkembangan motorik kasar dapat dirangsang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu
melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani dengar, sisa pendengarannya memungkinkan
dengan model-model permainan gerak. untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat
Model permainan yang digunakan untuk memahami pembicaraan orang lain.
merangsang motorik kasar anak penyandang tuna Ketunarunguan dapat diklasifikasikan
rungu hampir sama dengan model permainan gerak berdasarkan beberapa kriteria. Berdasarkan tingkat
pada anak normal karena pada dasarnya karakteristik kehilangan pendengaran, yaitu: (1) Tunarungu
fisik anak tuna rungu hampir sama dengan anak Ringan (Mild Hearing Loss), (2) Tunarungu Sedang
normal hanya saja mengalami kekurangan dalam (Moderate Hearing Loss), (3) Tunarungu Agak Berat
hal mendengar. Meskipun hampir sama dengan (Moderately Severe Hearing Loss), (3) Tunarungu
anak normal, model permainan pada anak tuna Berat (Severe Hearing Loss), (4) Tunarungu Berat
rungu harus dimodifikasi, disesuaikan dengan kondisi Sekali (Profound Hearing Loss). Berdasarkan saat

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 153


B. Suhartini

terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan, tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah


yaitu: Ketunarunguan Prabahasa (Prelingual sebagai berikut: (1) Pergaulan terbatas dengan
Deafness) dan Ketunarunguan Pasca Bahasa (Post sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan
Lingual Deafness). Berdasarkan letak gangguan dalam kemampuan berkomunikasi, (2) Sifat ego-
pendengaran secara anatomis, ketunarunguan sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan
dapat di-klasifikasikan, yaitu: (1) Tunarungu Tipe dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada
Konduktif, (2) Tunarungu Tipe Sensorineural, (3) situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya
Tunarungu Tipe Campuran. Berdasarkan etiologi menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat
atau asal usulnya ketunarunguan diklasifikasikan, pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan,
yaitu: Tunarungu Endogen dan Tunarungu Eksogen harus selalu dipenuhi, (3) Perasaan takut (khawatir)
Penyebab Terjadinya Tunarungu diklasifikasikan terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia
dalam beberapa dua penyebab. Penyebab Tunarungu tergantung pada orang lain serta kurang percaya
Tipe Konduktif meliputi (1) Kerusakan/gangguan diri, (4) Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan,
yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau
antara lain oleh tidak terbentuknya lubang telinga pekerjaan tertentu, (5) Memiliki sifat polos, serta
bagian luar (atresia meatus akustikus externus) perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim
dan terjadinya peradangan pada lubang telinga tanpa banyak nuansa, (6) Cepat marah dan mudah
luar (otitis externa), (2) Kerusakan/gangguan yang tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami
terjadi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan kekecewaan karena sulitnya menyampaikan
antara lain oleh Ruda Paksa, yaitu adanya tekanan/ perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam
benturan yang keras pada telinga seperti karena memahami pembicaraan orang lain. Karakteristik
jatuh tabrakan, tertusuk, dan sebagainya; terjadinya tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai
peradangan/inpeksi pada telinga tengah (otitis berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika
media); Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian
tulang pada kaki tulang stapes; tympanisclerosis, dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat;
yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada gendang gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya
dengar (membran timpani) dan tulang pendengaran; pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada
anomali congenital dari tulang pendengaran atau umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
tidak terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa
Kebutuhan Permainan dan Layanan Anak
sejak lahir; dan disfungsi tuba eustaschius (saluran
Tunarungu
yang menghubungkan rongga telinga tengah
Sebagaimana anak lainnya yang mendengar,
dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor
anak tunarungu membutuhkan aktivitas gerak
pada nasopharynx. Penyebab Terjadinya Tunarungu
untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Tipe Sensorineural, Disebabkan oleh faktor genetik
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan
(keturunan) dan faktor non genetik antara lain:
aktivitas fisik yang disesuaikan dengan karakteristik,
Rubena (Campak Jerman), Ketidaksesuaian antara
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Di samping
darah ibu dan anak, Meningitis (radang selaput otak),
sebagai kebutuhan, pemberian layanan aktivitas
Trauma akustik
gerak kepada anak tunarungu, didasari oleh
Karakteristik Anak Tunarungu beberapa landasan, yaitu motifasi,kebebasan
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek bergerak dan bimbingan.
akademik keterbatasan dalam kemampuan berbicara Ditinjau dari jenisnya, aktivitas gerak anak
dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu tunarungu, meliputi aktifitas gerak umum dan khusus.
cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam Aktivitas gerak umum merupakam aktivitas gerak
mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung yang biasa diberikan kepada anak mendengar/
sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal normal, sedangkan aktifitas gerak khusus merupakan
dengan anak normal seusianya. Karakteristik anak aktifitas gerak yang diberikan untuk mengurangi

154 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Merangsang Motorik Kasar Anak Tuna Rungu Kelas Dasar
Sekolah Luar Biasa Melalui Permainan

dampak kelainannya, yang meliputi aktifitas bermain keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada
serta bina persepsi bunyi dan irama. anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan
Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat
pendidikan bagi anak tunarungu dikelompokkan dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala
menjadi sistem segregasi dan integrasi/terpadu. menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun
Sistem sgregasi merupakan sistem pendidikan yang keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya
terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk bertambah. Anak pada masa ini menyenangi
anak mendengar/normal. Tempat pendidikan bagi kegiatan lomba, seperti balapan lari atau kegiatan
anak tunarungu melalui sistem ini meliputi: sekolah lainnya yang mengandung bahaya. Dari penjelasan
khusus (SLB-B), SDLB, dan kelas jauh atau kelas tersebut terlihat jelas bahwa pada anak usia 4 hingga
kunjung. Sistem Pendidikan intergrasi/terpadu, 6 tahun seharusnya telah berkembang baik motorik
merupakan sistem pendidikan yang memberikan kasarnya, namun pada kenyataan dilapangan masih
kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar belum terjadi demikian. Permasalahan pada anak
bersama anak mendengar/normal di sekolah berkebutuhan khusus tuna rungu tersebut masih
umum/biasa. Melalui sistem ini anak tunarungu menjadi permasalahan bersama khususnya bagi
ditempatkan dalam berbagai bentuk keterpaduan guru pendidikan jasmani khusus anak berkebutuhan
yang sesuai dengan kemampuannya. Depdiknas khusus dan perlu di temukan solusi yang tepat.
(1984) mengelompokkan bentuk keterpaduan Aktivitas gerak yang sudah ada untuk merangsang
tersebut menjadi kelas biasa, kelas biasa dengan motorik kasar anak tuna rungu diantaranya melalui
ruang bimbingan khusus, serta kelas khusus. pemberian kebebasan terhadap semua anak
Cara pelaksanaan aktivitas motorik bagi anak melakukan aktifitas gerak pada saat pelajaran
tunarungu pada dasarnya sama dengan strategi pendidikan jasmani. Ini kurang efektif karena tidak
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran semua anak tuna rungu dengan sendirinya mau
bagi anak mendengar/normal, akan tetapi dalam melakukan aktifitas gerak, bahkan banyak yang
pelaksanaannya, harus bersifat visual, artinya lebih hanya duduk-duduk dan bermalasan saat yang
banyak memanfaatkan indra penglihatan siswa lain bermain bola, alasannya banyak yang tidak
tunarungu. mau bermain bola karena takut terkena bola saat
Anak tuna rungu merupakan anak dengan ditendang lawan.
karakteristik khusus dan memerlukan proses
pembelajaran khusus untuk dapat berkembang Pelaksanaan Permainan Hijau-Hitam
aspek-aspek perkembangannya. Meskipun anak Jika pada beberapa Beberapa anak tuna rungu
tuna rungu mengalami kekurangan pada indera tersebut tidak mau melakukan aktifitas gerak dan
pendengarannya, bukan berarti anak tuna rungu hanya cenderung bermalasan, maka kondisi fisik
tidak berhak dan tidak mempunyai kesempatan untuk dan kesehatan anak tuna rungu tersebut akan buruk,
memperoleh proses pembelajaran yang bertujuan bahkan bukan tidak mungkin akan terjadi obesitas
mengembangkan proses perkembangan gerak, dan gangguan kesehatan lainnya. Oleh karena
mental, sosial maupun kebugaran jasmani dan itu harus diadakan upaya agar anak tuna rungu
kesehatannya saperti anak normal pada umumnya. secara keseluruhan mau melakukan aktifitas gerak.
Salah satu aspek yang harus mendapat rangsang Upaya tersebut dilakukan mulai dari yang paling
untuk dapat berkembang dengan baik adalah aspek sederhana yaitu merangsang motorik kasar anak
gerak, salah satu aspek gerak tersebut adalah motorik tuna rungu. Salah satu upaya untuk merangsang
kasar. motorik kasar anak tuna rungu dilakukan melalui
Arma Abdoellah mengatakan tugas perkembangan penerapan modifikasi permainan hijau hitam yang
jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti biasa dilakukan anak-anak normal pada mata
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Permainan
dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. hijau hitam yang sebenarnya merupakan permainan
Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan individu sekaligus kelompok yang menggunakan aba-

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 155


B. Suhartini

aba berupa suara, dimodifikasi menjadi permainan merah, maka kelompok merah diberi hukuman yaitu
yang aba-abanya menggunakan isyarat dari sebuah menggendong kelompok putih dari tempat dimana
benda yaitu dua buah bendera, yang satu berwarna ia ditangkap kembali ketempat semula. Begitu
merah dan yang satu berwarna putih. Jadi dengan sebaliknya apabila yang diangkat oleh guru yaitu
aba-aba sebuah isyarat, maka anak tuna rungu dapat bendera yang putih. Permainan ini dapat di lombakan
melakukan permainan ini. Menurut French dan Jasma kepada beberapa kelompok dengan menggunakan
(1982:197) permainan dengan sedikit peraturan, sistem gugur hingga diperoleh satu kelompok
tidak ada unsur salah, dengan batasan-batasan pemenang. Permainan modifikasi ini selain tidak
minimal akan meningkatkan keberhasilan dengan menjenuhkan dan mudah dilakukan, juga mempunyai
cepat. Permainan tradisi apapun dapat dimodifikasi, aspek penting dalam gerak motorik kasar yaitu aspek
kadangkala diperlukan bantuan peserta didik lain gerak berlari, serta kecepatan reaksi dalam merespon
agar tujuan dapat dicapai. Permainan modifikasi hijau suatu aba-aba berupa isyarat yang diberikan secara
hitam ini juga memiliki peraturan yang sederhana dan cepat.
mudah dilakukan oleh anak tuna rungu, dan yang
pasti modifikasi permainan hijau hitam ini mempunyai KESIMPULAN
aspek gerak yang terkandung didalamnya yaitu aspek
Dalam merangsang motorik kasar anak tuna
gerak motorik kasar berlari yang sangat penting bagi
rungu dapat dilakukan dengan menerapkan i
perkembangan motorik kasar anak tuna rungu.
permainan hijau hitam dalam proses pembelajaran
Karena permainan hasil modifikasi ini diterapkan
pendidikan jasmani di SDLB. Permainan hijau hitam
pada proses pembelajaran pendidikan jasmani,
ini diterapkan karena selain mudah dilakukan,
maka Guru pendidikan jasmani adaptif adalah pihak
merupakan permainan dengan dengan peraturan
yang paling berperan dalam memaksimalkan hasil
yang sederhana, juga merupakan permainan yang
dari penerapan modifikasi permainan hijau hitam
didalamnya terkandung aspek gerak motorik kasar
ini terhadap motorik kasar anak tuna rungu. Guru
yaitu aspek lari, serta kecepatan reaksi terhadap
menjadi bagian terpenting dalam menentukan
keberhasilan tujuan dari penerapan modifikasi respon yang diberikan yaitu dari isyarat yang
permainan hijau hitam ini. Langkah-langkah guru diberikan sebagai aba-aba permainan. Dan yang
dalam menerapkan modifikasi permainan hijau hitam paling penting, permainan ini terkandung unsur
pada anak tuna rungu melalui proses pembelajaran permainan yang menyenangkan dan sebagai sarana
pendidikan jasmani di mulai dengan pemberian rekreasi bermain yang bermanfaat bagi tubuh.
pemanasan, kemudian dibentuk dua kelompok di tiap Permainan hijau hitam diterapkan pada anak
kelompok terdiri tiga hingga lima anggota kelompok. tuna rungu melalui proses pembelajaran pendidikan
Kedua kelompok berdiri saling berhadapan dengan jasmani di SDLB dibawah pengawasan langsung
membentuk satu shaf berjajar kesamping. Kelompok guru pendidikan jasmani adaptif yaitu anak tuna
satu menjadi kelompok merah dan kelompok yang rungu. Dalam menerapkan i permainan hijau hitam
satu menjadi kelompok putih. Guru berdiri di tengah- ini, guru memberikan penjelasan tentang peraturan
tengah kedua kelompok yang saling berhadapan, dan cara melakukan permainan melalui isyarat
dengan membawa dua buah bendera kecil yang ataupun dapat dilakukan dengan demonstrasi
digunakan sebagai aba-aba, guru memastikan bahwa (contoh) yang dilakukan oleh anak-anak normal.
setiap anggota kelompok telah dalam keadaan siap Jadi anak tuna rungu dapat benar-benar paham
dan melihat saat isyarat bendera diberikan. Kemudian tentang bagaimana peraturan dan cara permainan ini
permainan dimulai dengan guru mengangkat salah dilakukan sehingga tujuan dari penerapan permainan
satu bendera. Apabila yang diangkat bendera merah, modifikasi hijau hitam dapat maksimal.
maka kelompok merah berlari kebelakang dan regu Apabila penerapan modifikasi permainan hijau
putih berlari mengejar kelompok merah (pasangan hitam dilakukan secara benar mulai dari sebelum
yang ada dihadapannya masing-masing), apabila permainan, cara permainan, hingga setelah
kelompok putih berhasil menangkap kelompok permainan diberikan gerakan-gerakan pendinginan

156 JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011


Merangsang Motorik Kasar Anak Tuna Rungu Kelas Dasar
Sekolah Luar Biasa Melalui Permainan

untuk memulihkan kondisi otot setelah aktifitas Bucher, C.A., (1985): Foundations of physical
gerak, serta penerapan modifikasi permainan hijau Education and Sport, St.LOUIS: The CV. Mosby
hitam ini secara teratur dan bertahap diberikan Company.
kepada anak tuna rungu, maka manfaat yang akan Yunus, Mahmud & Johannes,Uray. (1992). Psikologi
diperoleh adalah motorik kasar anak tuna rungu Olahraga. Malang: DEPDIKBUD
dapat terangsang sedikit demi sedikit hingga bisa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang
berkembang dengan baik, dan apabila motorik Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
kasar telah berkembang maka perkembangan gerak Sugiyanto. (1993). Materi Pokok Perkembangan dan
dan perkembangan fisik anak tuna rungu dapat Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud.
terjadi secara maksimal. Dan akhirnya kesehatan Suherman Adang. (2000). Asesmen Belajar Dalam
dan kondisi tubuh anak tuna rungu yang memang Pendidikan Jasmani. Jakarta: DIKLUSEPORA.
cenderung kurang baik secara perlahan-lahan Tarigan Beltasar. (2002). Pendidikan Jasmani
dapat membaik dengan mencapai pertumbuhan Adaptif. Bandung: FPOK – UPI.
fisik motorik yang maksimal yang merupakan tujuan Tarigan Beltasar. (2003). Profil Guru Pendidikan
pendidikan jasmani di SDLB. Jasmani Adaptif, Keterlaksanaan Pembelajaran
dan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SLB
Tuna Netra, Tuna Rungu, dan Tuna Grahita di
DAFTAR PUSTAKA Kotamadya Bandung. Bandung: Pusat Penelitian
Arma Abdoellah, Prof.,M.sc., (1996): Pendidikan Tanaga Kependidikan Bandung: FPOK – UPI.
Jasmani Adaptif, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta

JPJI, Volume 8, Nomor 2, November 2011 157

You might also like