Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Learning the art of dance is a lesson that can assist the child in achieving developmental potential of children
such as: the establishment of the physical, emotional, socialization, behavior change, and power fikir, so expect
the children are able to think creatively, in other words, active learning for activity in daily life . Application
of learning the art of dance in deaf children requires an approach taken by educators, in order to develop the
creativity of children with hearing motion, in this study developed a basic gross motor movement deaf children.
To develop fundamental gross motor movement deaf children a fun learning needs, one of them through learning
the art of dance fans, because this fan dance lessons encouraging children to actively move. The method used in
this research is the Single Subject Reserch (SSR) with the ABA design where the baseline-1 (A-1) conducted four
sessions, the intervention (B) eight sessions, while the baseline-2 (A-2) conducted four sessions. From the research
that has been done, the baseline-1, the percentage of subjects with initial value of 37% RPS. Then the subjects
were given the intervention (B) by increasing the percentage to 56%. Having given intervention on baseline-2 has
risen 73%. It can be concluded that learning the art of dance fans can be one way to develop basic gross motor
movement deaf children.
Keywords: motion basic gross motor skills, learning the art of dance fans, deaf children
ABSTRAK
Pembelajaran seni tari merupakan pembelajaran yang dapat membantu anak dalam mencapai perkembangan
potensi anak seperti : pembentukan fisik, emosional, sosialisasi, perubahan tingkah laku, dan daya fikir, sehingga
diharapkan anak mampu berfikir kreatif, dengan kata lain belajar aktif untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-
hari. Penerapan pembelajaran seni tari pada anak tunarungu memerlukan suatu pendekatan yang dilakukan oleh
pendidik, guna mengembangkan kreativitas gerak anak tunarungu, dalam penelitian ini mengembangkan gerak
dasar motorik kasar anak tunarungu. Untuk mengembangkan gerak dasar motorik kasar anak tunarungu dibutuhkan
pembelajaran yang menyenangkan,salah satunya melalui pembelajaran seni tari kipas, karena pembelajaran seni
tari kipas ini mengarahkan anak untuk aktif bergerak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Single Subjek Reserch (SSR) dengan desain A-B-A yang mana pada baseline-1 (A-1) dilakukan empat sesi, pada
intervensi (B) delapan sesi, sedangkan pada baseline-2 (A-2) dilakukan empat sesi. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, pada baseline-1, nilai presentase subjek berinisial RPS 37%. Setelah diberikan intervensi pada
baseline-2 mengalami peningkatan yaitu 73%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni tari
kipas dapat dijadikan salah satu cara untuk mengembangkan gerak dasar motorik kasar anak tunarungu.
Kata kunci: gerak dasar motorik kasar, pembelajaran seni tari kipas, tunarungu
32
Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar Motorik Kasar
melalui Pembelajaran Seni .... (Dudi Gunawan, dkk) ISSN 1412-565 X
dengan anak normal lainnya. Mereka Seni tari merupakan bagian dari bentuk
membutuhkan layanan pendidikan khusus kesenian, dan kesenian merupakan bagian dari
sesuai dengan kondisi yang dimilikinya, kebudayaan manusia. Mengenai pengertian
baik kondisi fisik, mental, sosial, ataupun seni tari, banyak para ahli mengemukakan
kondisi emosi. Sebagai bagian dari warga pendapatnya dan memberikan definisi
negara, anak berkebutuhan khusus memiliki tari yang satu sama lainnya mengandung
hak yang sama memperoleh pendidikan. pengertian yang hampir sama. Pada dasarnya
Dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya definisi tersebut mengakar pada hakekat tari
mereka memerlukan sistem pendidikan itu sendiri dimana substansi dasarnya gerak.
yang disesuaikan dengan kondisi dan Gerakan dalam tari merupakan gerak yang
kebutuhannya. disadari karena gerakannya telah memiliki
Salah satu anak luar biasa yang memiliki keselarasan, keteraturan, antara gerak dengan
kelainan fisik khususnya pendengaran adalah irama dan tempo.
anak tunarungu. Anak tunarungu adalah Tari Kipas merupakan ekspresi kesenian
mereka yang mengalami kekurangan atau masyarakat Gowa yang sering dipentaskan
kehilangan kemampuan mendengar baik untuk mempromosi pariwisata Sulawesi
sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan Selatan.
karena tidak berfungsinya sebagian atau Di dalam pengajaran seni tari pada siswa
seluruh alat pendengarannya, dalam sebaiknya disesuaikan dengan keadaan siswa,
kehidupan sehari-hari yang membawa kemampuan siswa, tahap perkembangan
dampak dalam kehidupannya. jiwa siswa, serta lingkungan hidup mereka
Anak tunarungu tidak mampu mendengar/ sehari-hari. Pada pelajaran tahap awal
menangkap kata-kata atau pembicaraan tari aktivitasnya menitik beratkan pada:
orang lain melalui pendengarannya karena (1) Belajar bagaimana menggerakan
ia memang mengalami gangguan pada setiap bagian anggota tubuh sampai seluruh
organ pendengarannya, sehingga ia hanya tubuhnya berirama; (2) belajar bagaimana
mampu menangkap pembicaraan orang memanfaatkan gerakan-gerakannya sebagai
lain atau lawan bicaranya dengan melihat hasil pengungkapan imajinasi mereka;
gerak bibir (lips reading). Matalah yang (3) Belajar bagaimana memanfaatkan
mengalih fungsikan atau menutupi hal- gerakan-gerakannya sebagai media untuk
hal yang kurang dapat ditangkap melalui mengekspresikan pengalaman-pengalaman
pendengarannya. Menurut Mufti Salim dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-
dalam Sutjihati Somantri (2005:93) “Anak hari dalam dunia bermain dan sejenisnya.
tunarungu adalah anak yang mengalami Agar aspek-aspek tadi dapat terwujud
kekurangan atau kehilangan kemampuan maka sebagai langkah awal diberikan
mendengar”. latihan-latihan penguasaan gerak. Artinya
Pembelajaran seni budaya dan kegiatan ini merupakan latihan untuk belajar
keterampilan di sekolah, khususnya pelajaran melatih koordinasi motorik dan untuk belajar
seni tari dapat jadi alternatif bagi guru untuk memberanikan diri menggerakan tubuh
mengembangkan aspek perkembangan dalam ruang secara teratur.
pribadi anak tunarungu, terutama aspek Menurut Lani at al (2000;57) bahwa
perkembangan gerak kasar ataupun gerak “Perkembangan motorik akan dipengaruhi
halus anak tunarungu. Karena pengembangan secara tidak langsung oleh kemiskinan
gerak perlu dilakukan melalui kegiatan- bahasa. Bahasa dalam hal ini berfungsi
kegiatan yang bervariasi, baik yang bersifat sebagai pengatur/pengontrol gerakan.
permainan, kesibukan kerja ataupun dalam Banyak gerakan dapat diajarkan melalui
apresiasi seni. peniruan namun lebih memperhalus gerakan
33
Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar Motorik Kasar
melalui Pembelajaran Seni .... (Dudi Gunawan, dkk) ISSN 1412-565 X
tertentu diperlukan instruksi verbal seperti dasar dalam motorik kasar anak sehingga
dalam aspek tekanan, percepatan, gerak gerakan yang dihasilkan pun akan lebih stabil
berirama, koordinasi dua tangan, ketepatan dan dinamis. Salah satu pembelajaran yang
dan sebagainya. Pada anak mendengar yang berdampak pada pengembangan keterampilan
masih kecil komponen verbal ini sudah gerak salah satunya dengan mengadakan
sangat berperan memperhalus motoriknya.” pembelajaran seni tari kipas pada anak,
Motorik/gerak adalah suatu proses dengan dilakukannya pembelajaran secara
yang melibatkan sebagian atau seluruh berkesinambungan dan terus menerus akan
bagian tubuh dalam satu kesatuan yang dapat berpengaruh pada pola gerakan anak
menghasilkan suatu gerak statis ditempat dan tersebut.
dinamis berpindah tempat.” Penerapan pembelajaran melalui tari kipas
Keterampilan motorik dasar merupakan pada anak tunarungu dapat meningkatkan
pola gerak yang menjadi dasar untuk keterampilan motorik kasar anak tunarungu
menguasai gerakan yang lebih kompleks diantaranya: (1) koordinasi gerak anak; (2)
yang digunakan atau dimanfaatkan anak kelincahan gerak anak; (3) keseimbangan
guna meningkatkan kualitas hidupnya. gerak anak; (4) bentuk gerak tubuh, (6)
Seringkali motorik dibedakan antara melatih daya ingat anak; (7) ketepatan gerak;
motorik halus dan motorik kasar. Motorik dan (8) melatih sosial emosional anak.
halus adalah gerakan yang melibatkan
sedikit otot dan memerlukan ketelitian, METODE
sedangkan motorik kasar adalah gerakan Metode yang digunakan dalam penelitian
yang melibatkan banyak otot pada seluruh mempunyai fungsi yang penting. Penelitian
tubuh dan bagian-bagian tubuh yang besar ini menggunakan metode eksperimen yang
seperti dalam kegiatan berpindah tempat. bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
Dari sekian banyak anak tunarungu akibat dan melihat persentase peningkatan
tidak sedikit mereka yang mengalami dari suatu perlakuan.
gangguan dalam aspek perkembangan Dalam hal penelitian ini untuk mengetahui
perilaku motorik kasarnya, seperti contoh apakah benar pembelajaran seni tari kipas
kasus seorang anak tunarungu berusia 4-6 dapat mengembangkan keterampilan gerak
tahun dan duduk di bangku TKLB-B SLB dasar motorik kasar anak tunarungu.
Kasih Ibu mengalami cara berjalan yang Penelitian berbasis eksperimen
kurang lincah dan seimbang, ketika anak ini memiliki subjek tunggal dengan
sedang dalam pembelajaran olahraga anak menggunakan Single Subject Research
tidak mampu melakukan gerakan-gerakan (SSR) yaitu penelitian yang dilakukan untuk
kasar seperti meloncat dengan benar, latihan mengetahui seberapa besar pengaruh suatu
keseimbangan, menekuk secara benar perlakuan yang diberikan kepada subjek,
dan lincah sehingga anak kadang meminta sedangkan menurut Rosnow dan Rosenthal
bantuan gurunya untuk melakukan sesuatu dalam Juang Sunanto et al (2006:41) bahwa
yang sekiranya anak tidak mampu melakukan Single Subject Research (SSR) memfokuskan
sendiri. Hal ini disebabkan karna usia anak pada data individu sebagai sampel penelitian.
yang relative masih kecil sehingga belum Perlakuan yang diberikan kepada
dapat mengembangkan kelenturan badannya subjek (RPS) dalam penelitian ini adalah
sendiri yang berdampak pada gerakan pengembangan keterampilan gerak dasar
motorik yang tidak stabil. motorik kasar melalui pembelajaran seni tari
Oleh karena itu sangat diperlukannya kipas pada RPS (subjek penelitian) dengan
suatu pembelajaran untuk anak agar dapat menggunakan tolak ukur variable terikat
lebih mengembangkan keterampilan gerak yaitu persentase peningkatan keterampilan
34
Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar Motorik Kasar
melalui Pembelajaran Seni .... (Dudi Gunawan, dkk) ISSN 1412-565 X
motorik kasar pada subjek sebelum diberikan gerakan motorik kasar. Untuk mengukur
dan sesudah diberikan intervensi. pengembangan gerak dasar motorik kasar
Metode eksperimen ini digunakan karena RPS (subjek penelitian) menggunakan
sesuai dengan permasalahan yang akan persentase yang dilakukan sebanyak 4 sesi.
diteliti, yaitu untuk mengetahui apakah
gerak tari kipas dapat mengembangkan Intervensi (B)
keterampilan gerak dasar motorik kasar RPS. Yaitu kondisi RPS (subjek penelitian)
Dalam penelitian dengan metode menerima intervensi dalam pengembangan
eksperimen dengan subjek tunggal, desain gerak dasar motorik kasar melalui
yang akan digunakan adalah desain A-B-A, pembelajaran seni tari kipas. Dalam
yaitu suatu desain penelitian yang memiliki pelaksanaan intervensi (treatmen) subjek
tiga fase. Desain A-B-A merupakan penelitian diberikan gerakan-gerakan tari kipas
yang pengolahan datanya dipergunakan untuk yang dilakukan bersama teman-temannya
penyelidikan perubahan perilaku, dalam setelah jam istirahat berlangsung. Fase ini
hal ini persentase pembelajaran seni tari dilaksanakan sebanyak 8 sesi.
kipas guna mengembangkan keterampilan
gerak dasar motorik kasar anak tunarungu. Baseline (A-2)
Digunakan desain A-B-A karena akan lebih Yaitu pengulangan kondisi baseline sebagai
mudah melihat hubungan sebab akibat antara evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang
variable terikat dengan variable bebas, seperti dilakukan berpengaruh pada RPS (subjek
yang dikemukakan oleh Juang Sunanto et al. penelitian), dengan kembali memberikan tes
(2006:44) yaitu : akhir yang berbentuk sama pada baseline (A)
Desain A-B-A merupakan salah satu sebagai kontrol yang dilakukan oleh peneliti.
pengembangan dari desain A-B. Mula-mula Dilakukan sebanyak 4 sesi.
perilaku sasaran (target behavior) diukur
secara kontinu pada kondisi baseline (A-1) HASIL PENELITIAN DAN
dengan periode waktu tertentu kemudian PEMBAHASAN
pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan Pada penelitian ini jumlah variable yang
desain A-B, pada desain A-B-A setelah diubah adalah gerak dasar motorik kasar
pengukuran pada kondisi intervensi(B) dengan hasil penelitian dibawah ini.
pengukuran pada kondisi baseline kedua (A- Baseline 1 (A-1) adalah kondisi awal
2) diberikan penambahan kondisi baseline gerak dasar motorik RPS (subjek) sebelum
yang kedua (A-2) ini dimaksudkan sebagai diberikan perlakuan atau intervensi.
control intervensi sehingga keyakinan untuk Pengumpulan data dalam tahap baseline 1 (A-
menarik kesimpulan adanya hubungan 1) ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan
fungsional antara variable bebas dan variable (sesi).
terikat lebih kuat. Setelah dilakukan tahap Baseline-1
Berikut ini akan dijabarkan rencana (A-1) maka langkah selanjutnya adalah
penelitian melalui desain A-B-A ini, mulai memberikan pembelajaran atau intervensi
dari baseline 1, intervensi, dan baseline 2. (B), intervensi adalah kondisi perkembangan
kemampuan gerak dasar motorik kasar saat
Baseline (A-1) intervensi dengan pembelajaran seni tari
Adalah suatu gambaran murni sebelum kipas. Intervensi ini dilakukan agar RPS
diberikan perlakuan. Gambaran murni (subjek) mampu mengembangkan gerak
tersebut adalah kondisi awal kemampuan dasar motorik kasarnya. Intervensi ini
gerak dasar motorik kasar RPS (subjek dilakukan secara berulang-ulang sebanyak 8
penelitian) pada saat melakukan gerakan- sesi secara berturut-turut.
35
Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar Motorik Kasar
melalui Pembelajaran Seni .... (Dudi Gunawan, dkk) ISSN 1412-565 X
Grafik 4.4
Rekapitulasi Perkembangan Gerak Dasar Motorik Kasar RPS
Grafik 4.4 menunjukkan persentase adanya peningkatan dari A-1 ke B dan dari
perkembangan gerak dasar motorik kasar A-1 ke A-2.
yang dicapai RPS(subjek), pada fase baseline Mean level pada masing-masing fase yaitu
1 (A-1) selama 4 sesi, fase intervensi (B) baseline (A-1), intevensi (B) dan baseline 2
selama 8 sesi dan fase baseline 2 (A-2) (A-2) digambarkan pada grafik di bawah ini.
selama 4 sesi. Dari hasil pengamatan peneliti
80
73
70
60 56
50
40 37
30
20
10
0
1 2 3
Grafik 4.5
Mean Level Masing-masing Fase
Terlihat adanya peningkatan pada mean peningkatan gerak dasar motorik kasar
level kemampuan gerak dasar motorik kasar RPS(subjek) setelah diberikan intervensi
RPS(subjek), hal ini terlihat dari mean berupa pembelajaran seni tari kipas.
level presentase pada fase baseline 1 (A- Dari hasil penelitian ini dapat dilihat
1) sebesar 37% dan intervensi (B) sebesar bagaimana pembelajaran seni tari kipas dapat
56% sedangkan ketika dilakukan baseline 2 mengembangkan gerak dasar motorik kasar
(A-2) mean level menjadi 73%. Baseline 2 RPS (subjek). Hal ini dapat diketahui dengan
(A-2) merupakan fase kontrol dimana pada cara melihat perkembangan anak yang terus
fase ini menjadi tolak ukur apakah terjadi meningkat dari mulai fase baseline-1, ketika
36
Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar Motorik Kasar
melalui Pembelajaran Seni .... (Dudi Gunawan, dkk) ISSN 1412-565 X
DAFTAR RUJUKAN
Afifa,N. (2007). Peran Seni dalam Menumbuh kembangkan Kreatifitas Siswa.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).
Bandung : Alfabeta.
Atmadibrata, E. (2003). Seni Tari dalam Pendidikan. Buletin Kebudayaan Jawa Barat.Bandung: Duta Baru.
Delphie, B. (2006). Gerak Irama. Bandung : Rizqi Press.
http://lylalubis.blogspot.com/2012/10/karakteristik-anak-tunarungu.html
http://ilmukesehatandankeperawatan.blogspot.com/2010/11/klasifikasi-dan-karakteristik-tunarungu.html
http://alatbantudengarku.wordpress.com/2011/10/09/anak-tunarungu
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_motorik November 2012.
Lani, B, Cecilia, S. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Mahendra, A. (2007). Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: UPI Press.
Muslim, At all (1996) http://repository.upi.edu/skripsilist.php?start=61
Novianti, E. (2011). Pembelajaran Seni Tari Jaipong dalam Mengembangkan Gerak Dasar Motorik Kasar Anak
Tunarungu. PLB UPI. Skripsi. Bandung : Tidak diterbitkan.
38
Pengembangan Keterampilan Gerak Dasar Motorik Kasar
melalui Pembelajaran Seni .... (Dudi Gunawan, dkk) ISSN 1412-565 X
Pangrazi, Robert, Victor,P,Dauer (1995) Dynamic Physical Education For Elementary School Children.
America: Allyh and Bacon.
Sugirno, E.(2011) Peran Pendidik an Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Web Site www.Zidu.com
Sunanto, J, Koji Takeuchi & Hideo Nakata. (2006) Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.
Suriasumantri, J. (2003). Filsafat Ilmu (sebuah Pengantar Populer). Jakarta: Total Grafika Indonesia.
Somad, P. (2008). Definisi dan Klasifikasi Tunarungu. Online. Tersedia dalam: http://permanarian16.blogspot.
com/definisi-dan-klasifikasi-tunarungu.html. [4 April 2008].
Somantri, T, sutjihati.(2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Tim Bina Karya Guru. (2003). Kerajinan Tangan dan Kesenian Untuk SD Kelas 6. Jakarta: Erlangga
Tim Penyusun. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu.
Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional.
39