You are on page 1of 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK LOKOMOTOR MELALUI PERMAINAN

BALAP KARUNG MENGAMBIL BOLA DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA


KOTA TASIKMALAYA

Erna Lestari¹, Heri Yusuf Muslihin², Edi Hendri Mulyana³


1
Program Studi PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya
2
Program Studi PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya
3
Program Studi PGPAUD UPI Kampus Tasikmalaya

Email: heriyusuf@upi.edu

(Received: Mei 2019; Accepted: Mei 2019; Published: Juni 2019)

Abstract
This Classroom Action Research was motivated by the emergence of problems that were locomotor motility that
had not been optimal in the children of B orange group in the Pembina State Kindergarten. So the researchers
conducted a study on group B orange by using a sack racing game to take the ball. The general purpose of this
study was to improve locomotor motility by using a game of sacking to pick up balls on a child of B orange
group in the State Elementary School. The specific purpose is to know the planning, the implementation of
learning by using a sack racing game to take the ball in the children of group B orange in TK Negeri Pembina.
This study uses collaborative classroom action research (CAR) methods. Research subjects were 17 children of
B group orange, consisting of eight girls and nine boys. This study was conducted in three cycles. Data
collection techniques in this study use observation and documentation. The results showed an increase: 1) the
ability of the teacher in planning learning by using sack racing game to take the ball in increasing the locomotor
ability of children, 2) the ability of the teacher to carry out learning by using sack racing games to take the ball
in increasing the locomotor motility of children, and 3 ) locomotor ability of children group B orange TK Negeri
Pembina Tasikmalaya City.

Keywords: Sack Race, Locomotor Capabilit, Early Chilhood

Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi adanya permasalahan yang muncul yaitu kemampuan gerak
lokomotor yang belum optimal pada anak kelompok B orange di TK Negeri Pembina. Maka peneliti melakukan
penelitian pada kelompok B orange dengan menggunakan permainan balap karung mengambil bola. Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak lokomotor dengan menggunakan permainan
balap karung mengambil bola pada anak kelompok B orange di TK Negeri Pembina. Tujuan khususnya adalah
untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan balap karung
mengambil bola pada anak kelompok B orange di TK Negeri Pembina. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Subjek penelitian adalah anak kelompok B orange yang berjumlah
17 anak, yang terdiri dari delapan orang anak perempuan dan sembilan orang anak laki-laki. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan: 1) kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran dengan menggunakan permainan balap karung mengambil bola dalam meningkatkan kemampuan
gerak lokomotor anak, 2) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan permainan
balap karung mengambil bola dalam meningkatkan kemampuan gerak lokomotor anak, dan 3) kemampuan gerak
lokomotor anak kelompok B orange TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya.

Kata Kunci : Balap Karung, Gerak Lokomotor, Anak Usia Dini

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 1
1. PENDAHULUAN Perkembangan motorik merupakan proses
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak memperoleh keterampilan dan pola gerakan
Pendidikan Nasional Indonesia) pendidikan yang dapat dilakukan anak.
merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya Bergerak bagi anak merupakan kebutuhan
anak-anak, adapun maksudnya yaitu menuntun yang apabila tidak diperoleh akan membawa
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- dampak perkembangan yang buruk. Anak suka
anak itu agar mereka sebagai manusia dan dan butuh bergerak agar mampu tumbuh dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai berkembang dengan baik. Gerak menjadi dasar
keselamatan dan kebahagiaan setinggi- bagi anak untuk mendapatkan kebutuhan dan
tingginya. Jadi dapat disimpulkan bahwa mencapai kemajuan yang berarti dalam
pendidikan merupakan bimbingan atau kehidupannya. Anak yang sedikit bergerak,
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa penurut dan tahan duduk manis mungkin
kepada perkembangan anak untuk mencapai sangat menyenangkan bagi pendidik karena
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup tidak terlalu merepotkan. Sebaliknya, anak-
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri anak yang banyak bergerak dan memiliki
tidak dengan bantuan orang lain. kebutuhan untuk bergerak tidak begitu disukai
Pendidikan anak usia dini secara umum pendidik karena sulit dikendalikan.
merupakan suatu upaya pembinaan yang Sebagaimana disinggung di awal
dilakukan melalui pemberian rangsangan bahwa bermain adalah satu kegiatan yang
pendidikan kepada anak sejak lahir sampai dapat mengembangkan kemampuan motorik
dengan usia enam tahun. Pendidikan anak usia anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang
dini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar alat yang menghasilkan pengertian atau
anak memiliki kesiapan dalam memasuki memberikan informasi, memberi kesenangan
pendidikan lebih lanjut. Permendikbud No 146 maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD Pasal 5 Antara 3 – 20% waktu dan energy anak-anak
ayat 1 bahwa “struktur kurikulum PAUD dihabiskan untuk bermain (Pellegrini AD,
memuat program-program pengembangan Smith PK, 1998). Pergerakan yang terjadi
yang mencakup: a. nilai agama dan moral; b. dalam aktivitas bermain akan melibatkan organ
fisik-motorik; c. kognitif; d. bahasa; e. sosial- tubuh baik dari sisi anatomisnya maupun sisi
emosional; dan f. seni.” Standar Pendidikan fisiologisnya. Pengalaman aktivitas gerak yang
Anak Usia Dini Tingkat Pencapaian banyak meningkatkan kesehatan, kebugaran
Perkembangan (TPP) khusus aspek jasmani, dan komponen prilaku aktivitas fisik
perkembangan motorik kasar dalam Peraturan (Sholatuh H, Myrnawati CH, dan Moch
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun Asmawi, 2017).
2009 yang seharusnya sudah dicapai anak usia Menurut Suwandi (2012), “balap karung
5-6 tahun meliputi: 1) melakukan gerakan merupakan permainan yang termasuk jenis
tubuh secara terkoordinasi untuk melatih permainan anak tradisional karena memang
kelenturan, keseimbangan dan kelincahan, 2) telah dilakukan dalam waktu yang lama dan
melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan- peralatan yang digunakan juga sederhana”.
kepala dalam menirukan tarian atau senam, 3) Balap karung ini bisa dilakukan oleh anak-
melakukan permainan fisik dengan aturan, 4) anak, remaja, dewasa, hingga para orang tua,
terampil menggunakan tangan kanan dan kiri, baik laki-laki maupun perempuan. Biasanya
5) melakukan kegiatan kebersihan diri. dikelompokkan berdasarkan tingkatan umur
Pendidikan dapat mengembangkan ragam dan jenis kelaminnya. Kelompok anak-anak
pengembangan potensi sejak usia dini, dimainkan oleh anak-anak demikian pula
pengembangan metode tersebut dapat dengan kelompok lainnya. Balap karung ini
dilakukan dalam strategi dan metode dapat selalu ramai ketika menjelang perayaan
difasilitasi dengan pengembangan motorik. peringatan hari kemerdekaan RI atau sering

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 2
disebut dengan peringatan “tujuh belasan”. Dari keberhasilan tersebut penulis berupaya
Hampir di setiap kampung, selalu menggelar untuk membuat permainan yang diharapkan
berbagai perlombaan, salah satunya adalah akan menarik minat anak dalam kegiatan
lomba balap karung. Selain itu balap karung peningkatan kemampuan gerak lokomotor
juga dapat melatih motorik kasar anak, melatih yaitu dengan permainan balap karung
kelincahan, mengajarkan kemampuan sosial, mengambil bola. Alat yang digunakan adalah
berkompetensi dan membangun sportifitas. karung yang sudah diberi gambar dengan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan warna yang menarik perhatian anak. Karung
di Kelompok B TK Negeri Pembina Kota yang digunakan dalam permainan ini adalah
Tasikmalaya mengenai proses pembelajaran karung yang sesuai dengan ukuran anak.
menggunakan pemainan balap karung
mengambil bola khusunya pada aspek 1. TINJAUAN PUSTAKA
kemampuan gerak lokomotor. Kenyataan yang 1. Konsep Gerak Dasar Anak
ditemukan di lapangan yaitu berbagai keadaan Gerak dasar lokomotor merupakan salah
di sekolah menunjukkan bahwa guru-guru di satu domain dari gerak dasar fundamental
sekolah ini lebih banyak menstimulasi (fundamental basic movement), di samping
kemampuan kognitif dan motorik halus anak. gerak dasar non-lokomotor dan gerak dasar
Hampir setiap hari anak diajarkan tentang manipulatif. Gerak dasar lokomotor diartikan
pengenalan huruf latin dan pembelajaran sebagai gerakan atau keterampilan yang
berhitung. Proses pembelajaran yang diberikan menyebabkan tubuh berpindah tempat,
kepada anak pun lebih banyak menstimulasi sehingga dibuktikan dengan adanya
kemampuan motorik halus seperti melalui perpindahan tubuh dari satu titik ke titik lain.
kegiatan mewarnai, membuat kolase, meronce, Gerakan-gerakan tersebut merentang dari
menggunting, dan sebagainya. Kemampuan gerak yang sifatnya sangat alamiah mendasar
motorik kasar khususnya gerak lokomotor seperti merangkak, berjalan, berlari, dan
anak yang masih kurang terlihat saat peneliti melompat hingga ke gerakan yang sudah
melakukan asesmen awal terhadap anak. Ada berupa keterampilan khusus seperti meroda,
beberapa aktivitas yang diberikan peneliti, di guling depan, hingga handspring dan back-
antaranya meloncat menggunakan karung, handspring.
berjalan sebagai aba-aba sebelum memakai Menurut Sugiyanto (1993, hlm.13),
karung, berlari untuk mengambil karung yang keterampilan gerak adalah kemampuan untuk
ada di depan anak-anak dengan jarak yang melakukan gerakan secara efektif dan efisien.
agak jauh, serta mengekspresikan berbagai Keterampilan gerak merupakan perwujudan
gerakan kepala, tangan atau kaki sesuai irama. dari kualitas koordinasi dan contoh tubuh
Belum berkembangnya kemampuan gerak dalam melakukan gerakan. Keterampilan gerak
lokomotor anak Kelompok B Orange TK diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan
Negeri Pembina Tasikmalaya, merupakan cara memahami gerakan dan melakukan
masalah yang harus dipecahkan. Untuk gerakan berulang-ulang dengan kesadaran pikir
mendapatkan hasil pendidikan yang baik, akan benar tidaknya gerak yang telah dilakukan.
perencanaan dan sarana memegang peranan Menurut Suharjana (2010, hlm.8), gerak
penting dalam kegiatan belajar mengajar. lokomotor adalah perpindahan tubuh dari satu
Proses yang sistematis terdiri dari beberapa tempat ke tempat yang lain. Perpindahan
komponen seperti bahan kegiatan, metode, tersebut dapat dilakukan dengan cara yang
pengelompokkan anak didik dan media berbeda-beda seperti jalan, lari, berguling,
pembelajaran harus berjalan seimbang. Media menggeser, merayap, dan sebagainya, serta
pembelajaran yang digunakan harus bisa arah yang berbeda-beda pula.
menarik perhatian anak agar fokus di dalam
pembelajaran.

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 3
2. Jenis-jenis Gerak Lokomotor vertikal (lurus ke atas) untuk mencapai
1. Gerak Dasar Berjalan ketinggian, atau, kedua, menaikkan tubuh
Berjalan adalah suatu proses dengan momentum horisontal untuk
menghilangkan keseimbangan dan memperoleh jangkauan jarak yang jauh. Anak
mengembalikannya secara bergantian ketika yang diajarkan melompat secara efektif, baik
bergerak ke depan dalam posisi tegak. Pada untuk ketinggian maupun untuk jarak jauh,
pelaksanaannya, gerak berjalan hanya pada dasarnya dipersiapkan untuk siap terlibat
menunjukkan sedikit sekali gerakan ke atas dalam berbagai aksi seperti permainan, dansa,
dan ke bawah serta gerakan ke samping. senam, dan lain-lain, di mana anak perlu
Lengan dan kaki bergerak secara berlawanan. menguasai dengan baik kemampuan
Dalam berjalan, kaki bergerak secara melompat.
bergantian, dengan salah satu kaki selalu 4. Gerak Dasar Meloncat
kontak dengan bumi atau lantai. Ini berarti Loncat adalah suatu gerakan mengangkat
bahwa kaki yang melangkah harus tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang
ditempatkan pada bumi sebelum kaki yang lain lebih jauh atau lebih tinggi dengan ancang-
diangkat. ancang lari cepat atau lambat dengan
2. Gerak Dasar Berlari menumpu dua kaki dan mendarat dengan kaki
Dibandingkan dengan berjalan, berlari atau anggota lainnya dengan keseimbangan
adalah pergerakan kaki yang cepat secara yang baik. (Mochamad Djumidar, 2004, hlm.
bergantian, pada saat yang sekejap, kedua kaki 59).
meninggalkan bumi sebelum salah satu kaki Gerakan meloncat mula-mula tampak atau
segera bertumpu kembali. Berlari dibedakan bisa berbentuk dari gerakan berjalan atau
dari yang cepat (sprint) hingga yang pelan. melangkah dari tempat yang agak tinggi ke
Lutut dibengkokkan dan di angkat, kedua tempat yang lebih rendah, misalnya menuruni
lengan berayun depan belakang dari bahu, dan tataran tangga rumah atau turun dari bangku
siku bengkok. pendek. Apabila anak berdiri di atas bangku
Selama tahapan awal berlari (umur 2 pendek dan ingin turun dengan cara melangkah
tahun), seorang anak akan menghasilkan turun maka akan terjadi loncatan kecil karena
keseimbangan yang tidak stabil. Anak kaki tumpu belum mampu menahan berat
membuat gerakan kaki yang berlebihan, badan dengan menekuk lutut sampai kaki yang
khususnya lutut dari kaki yang mengayun melangkah menapak di lantai. Gerakan seperti
mengarah keluar kemudian berputar ke depan ini bisa membentuk gerakan meloncat.
dalam persiapan untuk fase bertumpu. Aksi 3. Pengertian Balap Karung
lutut ini dibarengi oleh kaki yang jarinya Balap karung adalah salah satu lomba
mengarah keluar. Gerakan yang berlebihan ini tradisional yang populer pada hari
secara bertahap menghilang ketika tungkai kemerdekaan Indonesia. Sejumlah peserta
anak menjadi lebih panjang dan lebih kuat. diwajibkan memasukkan bagian bawah
3. Gerak Dasar Melompat badannya ke dalam karung kemudian berlomba
Melompat adalah suatu gerak lokomotor sampai ke garis akhir. Meskipun sering
yang membuat tubuh terlontar ke udara yang mendapat kritikan karena dianggap memacu
menyebabkan tubuh lepas kontak dari tanah semangat persaingan yang tidak sehat dan
atau dari alat dan sesaat menimbulkan fase sebagai kegiatan hura-hura, balap karung tetap
melayang. Baik sebagai aksi gerakan terpisah banyak ditemui, seperti juga lomba panjat
maupun ketika digabungkan dengan gerakan pinang, sandal bakiak, dan makan kerupuk.
dasar yang lain, melompat terutama pada fase Lomba balap karung juga diapresiasi oleh
melayangnya merupakan aksi tubuh yang pendatang dari luar negeri dengan langsung
sangat menyenangkan bagi anak. terlibat dalam perlombaan ini. Pada mulanya
Lompatan biasanya dilakukan dengan dua balap karung cukup terbatas kalangannya,
arah; pertama, menaikkan tubuh secara diperayaan-perayaan dan di lingkungan

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 4
tertentu, misalnya di sekolah, kampung kepada anak agar mau mengikuti kegiatan
ataupun lapangan umum. Tapi selanjutnya, di balap karung mengambil bola.
kantor-kantor pun dapat dilihat pula dengan 8) Guru mendampingi dan memberi semangat
peserta meliputi orang-orang dewasa, wanita agar anak mampu melakukan setiap aspek
maupun laki-laki, pegawai, mahasiswa dan yang ingin dicapai.
sebagainya. Balap karung mengambil bola 9) Guru memberikan reward kepada anak
adalah permainan yang dilakukan sambil anak berupa bintang, acungan jempol dan
mengambil bola ketika menggunakan karung sebagainya saat kegiatan berlangsung
saat meloncat. sehingga anak lebih termotivasi.
4. Cara Memainkan Permainan Balap
Karung Mengambil Bola 2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini cara yang dilakukan Penelitian ini menggunakan metode
guru dalam kegiatan balap karung mengambil penelitian kuantitatif kualitatif dengan jenis
bola adalah: penelitian yang digunakan adalah Penelitian
1) Guru menyiapkan alat-alat yang digunakan Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
untuk bermain, seperti tali atau pita yang Research (CAR). Metode yang di gunakan
digunakan untuk garis pembatas, karung dalam penelitian ini yaitu berupa Penelitian
bergambar untuk kegiatan bermain. Tindakan Kelas kualitatif deskriptif, karena
2) Guru menjelaskan kepada anak tentang apa menghitung dan mendeskripsikan hasil
saja alat dan bahan yang dipakai untuk pengamatan yang dilakukan dari kegiatan di
bermain balap karung. lapangan. Desain penelitian yang di gunakan
3) Guru membagi anak dalam kelompok kecil yaitu Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif,
yang dalam satu kelompok terdapat tiga yaitu dimana peneliti melibatkan pihak luar.
orang anak. Kemudian guru memberikan Pihak luar disini yaitu dengan melibatkan guru
pengarahan untuk melakukan kegiatan kelas yang memegang kelas B orange. Jadi
bermain balap karung mengambil bola. peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas
4) Guru merangsang kesiapan belajar anak B orange dengan tujuan agar hasil capaian
dengan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai
kegiatan motorik kasar yang pernah anak dengan optimal. Lokasi penelitian yang
lakukan berkaitan dengan gerak lokomotor digunakan dalam penelitian ini adalah Taman
sehingga anak mempunyai pengalaman Kanak-kanak Negeri Pembina yang beralamat
tertentu. di Jalan Lingkar Dadaha belakang GGM
5) Guru memulai permainan dengan Kelurahan Nagarawangi Kecamatan Cihideung
memberikan aba-aba terlebih dahulu Kota Tasikmalaya.
menggunakan tepuk tangan atau meniupkan Variabel proses dalam penelitian ini adalah
peluit. aktivitas guru dalam merencanakan
6) Anak melakukan kegiatan diawali dengan pembelajaran dan aktivitas anak dalam
berlari terlebih dahulu untuk mengambil mengikuti kegiatan permainan balap karung
karung yang akan dipakainya. Setelah anak mengambil bola untuk meningkatkan
memakai karung lalu anak mulai dengan kemampuan gerak lokomotor. Variabel hasil
kegiatan berjalan memakai karung. Setelah dalam penelitian ini adalah peningkatan
berjalan anak melompat dan meloncat kemampuan guru dalam merencanakan
memulai permainan secara bergantian. pembelajaran, peningkatan guru dalam
7) Selama kegiatan berlangsung peneliti dan melaksanakan pembelajaran, dan peningkatan
guru kelas mengamati kegiatan anak. kemampuan gerak lokomotor anak. Instrumen
Apakah anak mampu melakukannya penelitian diartikan sebagai alat yang
sendiri, melakukan dengan dibantu guru digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
atau melakukan dengan bantuan temannya. data. Instrumen penelitian yang digunakan
Selain itu guru juga memberi motivasi dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 5
Intsrumen pada penelitian ini mencakup 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
lembar observasi guru dalam merencanakan Sebelum melakukan tindakan, peneliti
pembelajaran, lembar observasi guru dalam melakukan pengamatan untuk melihat kondisi
melaksanakan pembelajaran dan lembar awal kemampuan gerak lokomotor anak usia
observasi kemampuan gerak lokomotor anak. dini kelompok B. Pengamatan dilaksanakan
Dalam suatu kegiatan penelitian yang pada hari selasa, 10 April 2018 dan
terpenting adalah pengumpulan data, hal ini menggunakan lembar observasi yang
bertujuan agar penelitian memperoleh data. digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan anak dalam berlari, berjalan, melompat, dan
berbagai teknik pengumpulan data. Teknik meloncat. Pada saat observasi tema yang
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sedang dilaksanakan yaitu alat transportasi, sub
teknik observasi dan teknik dokumentasi. tema kendaraan darat, sub-sub tema mobil.
Kerangka pengolahan dan analisis data akan di Peneliti mengobservasi kemampuan gerak
berlakukan pada setiap siklus tindakan sampai lokomotor anak ketika sedang mengikuti
perbaikan pembelajaran di anggap maksimal. kegiatan bermain. Pada saat guru sedang
Untuk mengetahui presentase keberhasilan menjelaskan mengenai tema dan kegiatan yang
penelitian, maka data dianalisis menggunakan akan dilaksankan pada hari itu masih banyak
analisis deskriptif kualitatif. Menurut Ngalim anak yang tidak memperhatikan guru ketika
Purwanto (Yuliani, 2017, hlm. 36) rumus yang sedang menjelaskan, ada yang mengganggu
digunakan yaitu sebagai berikut: temannya, ada yang ngobrol dengan temannya,
ada yang memainkan mainan, ada juga yang
NP = x 100% lari-larian di dalam kelas, sehingga ketika guru
Keterangan: bertanya kembali mengenai apa yang guru
NP = Nilai persen yang dicari/diharapkan sampaikan, anak belum bisa menjawab dan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa masih menanyakan kembali apa yang guru
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang sampaikan tersebut.
bersangkutan Berlari Berjalan Melompat Meloncat
100% = Bilangan tetap Kriter
ia Jml Prs Jml Prs Jml Prs Jml Prs
anak ntse anak ntse anak ntse ana ntse
Proses belajar mengajar dikatakan k
BB 10 58,8 9 52, 10 58, 8 47,9
berhasil apabila anak mampu memberikan 2% 94 82 5%
% %
hasil yang baik atau dengan kata lain MB 5 29,4 6 35, 4 23, 4 23,5
1% 29 52 2%
tercapainya tujuan yang diinginkan. Adapun % %
pembatasan mengenai kriteria keberhasilan BSH 0 0 0 0 1 5,8 3 17,6
8% 4%
dapat ditentukan sebagai berikut: BSB 0 0 0 0 0 0 0 0
JML 17 100 17 100 17 100 17 100
1) Guru mengalami peningkatan kemampuan % % % %
dalam merencanakan pembelajaran Berdasarkan hasil observasi pra
khususnya dalam permainan balap karung tindakan sesuai data diatas menunjukan bahwa
mengambil bola untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berlari ada sepuluh
kemampuan gerak lokomotor anak. anak atau 58,82% termasuk ke dalam kriteria
2) Guru mengalami peningkatan kemampuan BB (Belum Berkembang), lima anak atau
dalam melaksanakan pembelajaran 29,41% termasuk ke dalam kriteria MB (Mulai
khususnya dalam permainan balap karung Berkembang), sedangkan pada indikator
mengambil bola untuk meningkatkan berjalan menunjukan sembilan anak atau
kemampuan gerak lokomotor anak. 52,94% termasuk ke dalam kriteria BB, enam
3) Anak mengalami peningkatan dalam anak atau 35,29% termasuk ke dalam kriteria
kemampuan gerak lokomotor yang terdiri MB, pada indikator melompat bahwa sepuluh
dari beberapa aspek di antaranya adalah anak atau 58,82% termasuk ke dalam kriteria
berjalan, berlari, meloncat dan melompat. BB, empat anak atau 23,52% termasuk ke

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 6
dalam kriteria MB, satu anak atau 5,88% kriteria BB ada enam anak atau 35,29%, tiga
termasuk ke dalam kriteria BSH, sedangkan anak atau 17,64% yang termasuk kriteria MB,
pada indikator meloncat menunjukkan bahwa ada satu anak atau 5,88% yang termasuk
delapam anak atau 47,95% termasuk ke dalam kriteria BSH.
Siklus I Siklus II
kriteria BB, empat anak atau 23,52% termasuk
N Indikat
Persentase (%) Persentase (%)
ke dalam kriteria MB, tiga anak atau 17,64% o or
BB MB BS BS BB M BS BS
termasuk ke dalam kriteria BSH. H B B H B
1 Berlari 11, 29, 17,
Pra Tindakan Siklus I 47,0 11,7 0 0 23,5
No Aspek 8 4 6
2 Berjalan 17, 11, 29,
Persentase (%) Persentase 35,2 17,6 5,88 0 23,5
6 8 4
BB MB BSH BS BB MB BS BS 3 Melomp 41,1 17,6 5,8 17,
B H B 0 0 35 23,5
at 7 4 8 6
1 Berlari 58,8 29,41 0 0 47,0 11, 0 0 4 Melonca 29, 17,
2 5 76 35,3 17,6 5,9 0 23 11,8
t 4 6
2 Berjalan 52,9 35,29 0 0 35,2 17, 5,8 0 Pada aspek berlari saat siklus I yang
4 9 64 8
3 Melompa 58,8 23,52 5,88 0 41,1 17, 0 0 termasuk kriteria BB (Belum Berkembang) ada
t 2 7 64
4 Meloncat 47,9 23,52 17,64 0 35,2 17, 5,8 0 delapan anak atau 47,05%, pada kriteria MB
5 9 64 8
(Mulai Berkembang) ada dua anak atau
Pada indikator berlari saat pra tindakan
11,76%, dan tidak ada satu pun yang mencapai
yang termasuk kriteria BB (Belum
kriteria BSH dan BSB. Pada siklus II yang
Berkembang) ada sepuluh anak atau 58,82%,
termasuk kriteria BB ada dua anak atau
pada kriteria MB (Mulai Berkembang) ada
11,76%, yang mencapai kriteria MB ada lima
lima anak atau 29,41%, Setelah menggunakan
anak atau 29,41%, yang mencapai kriteria BSH
permainan balap karung mengambil bola
ada empat anak atau 23,52% dan ada tiga anak
dalam pembelajaran hasil tersebut berubah, di
atau 17,64% yang termasuk kriteria BSB.
siklus I yang termasuk kriteria BB ada delapan
Selain itu pada indikator berjalan pada
anak atau 47,05%, pada kriteria MB ada dua
siklus I terlihat ada enam anak atau 35,29%
anak atau 11,76%, pada kriteria BSH dan BSB
yang termasuk kriteria BB dan ada tiga anak
tidak ada anak yang memenuhi kriteria
atau 17,64% yang termasuk kriteria MB, satu
tersebut.
anak atau 5,88% yang termasuk kriteria BSH
Selain itu pada indikator berjalan pada
dan tidak ada anak yang mencapai kriteria
pra tindakan terlihat ada sembilan anak atau
BSB. pada siklus II yang termasuk kriteria BB
52,94% termasuk kriteria BB, enam anak atau
ada tiga anak atau 17,64%, pada kriteria MB
35,29% termasuk kriteria MB, pada siklus I
ada dua anak atau 11,76%, yang termasuk
ada enam anak atau 35,29% yang termasuk
kriteria BSH ada empat anak atau 23,52% dan
kriteria BB, tiga anak atau 17,64% yang
ada lima anak atau 29,41% yang mencapai
termasuk kriteria MB, dan satu anak atau
kriteria BSB.
5,88% termasuk kriteria BSH. Pada aspek
Dalam aspek melompat pada siklus I
melompat pada pra tindakan ada sepuluh anak
terlihat ada tujuh anak atau 41,17% yang
atau 58,82% yang termasuk kriteria BB, ada
termasuk kriteria BB, ada tiga anak atau
empat anak atau 23,52% yang termasuk
17,64% yang termasuk kriteria MB, dan tidak
kriteria MB dan satu anak atau 5,88% yang
ada anak yang mencapai kriteria BSH dan
mencapai kriteria BSH dan pada siklus I yang
BSB. Pada siklus II yang termasuk kriteria BB
termasuk kriteria BB ada tujuh anak atau
ada enam anak atau 35,29% yang termasuk
41,17%, pada kriteria MB ada tiga anak atau
kriteria MB ada satu anak atau 5,88%, yang
17,64%.
termasuk kriteria BSH ada empat anak atau
Pada indikator meloncat pada pra
23,52% dan yang termasuk kriteria BSB ada
tindakan terlihat ada delapan anak atau 47,95%
tiga anak atau 17,64%.
yang termasuk kriteria BB, ada empat anak
Sedangkan pada aspek meloncat pada
atau 23,52% yang termasuk kriteria MB, dan
siklus I terlihat ada enam anak atau 35,29%
ada tiga anak atau 17,64% yang termasuk pada
yang termasuk kriteria MB ada tiga anak atau
kriteria BSH, dan pada siklus I yang termasuk

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 7
17,64% yang termasuk kriteria BSH ada satu kriteria BSB. Pada siklus III ada enam anak
anak atau 5,88% dan tidak ada satu anak pun atau 35,29% yang termasuk kriteria BB, ada
yang mencapai kriteria BSB. Pada siklus II dua anak atau 11,76% yang termasuk kriteria
yang termasuk kriteria BB ada empat anak atau MB, ada empat anak atau 23,52% yang
23,52% yang termasuk kriteria MB ada lima termasuk kriteria BSH, dan ada tiga anak atau
anak atau 29,41% yang termasuk kriteria BSH 17,64% yang termasuk kriteria BSB.
ada dua anak atau 11,76% dan yang termasuk
kriteria BSB ada tiga anak atau 17,64%. Pada indikator meloncat pada siklus II ada
Siklus II Siklus III empat anak atau 23,52% yang termasuk
N Indikat Persentase (%) Persentase (%)
o or BB MB BS BS BB MB BS BS kriteria BB, lima anak atau 29,41% termasuk
H B H B
1 Berlari 11,7 29,4 23,5 17,6 11,7 41,1 35,2 kriteria MB, ada dua anak atau 11,76% yang
0
6 1 2 4 6 7 9
2 Berjala 17,6 11,7 23,5 29,4 11,7 17,6 23,5 35,2
termasuk kriteria BSH dan ada tiga anak atau
n 4 6 2 1 6 4 2 9 17,64% yang mencapai kriteria BSB dan pada
3 Melom 35,2 23,5 17,6 35,2 11,7 23,5 17,6
pat 9
5,88
2 4 9 6 2 4 siklus III ada tiga anak atau 17,64% yang
4 Melonc 23,5 29,4 11,7 17,6 17,6 11,7 11,7 47,0
at 2 1 6 4 4 6 6 5
termasuk kriteria BB, ada dua anak atau
11,76% yang termasuk kriteria MB dan BSH,
Pada indikator berlari saat siklus II yang dan delapan anak atau 47,05% yang termasuk
termasuk kriteria BB (Belum Berkembang) ada kriteria BSB.
dua anak atau 11,76%, ada lima anak atau
29,41% yang termasuk kriteria MB, ada empat Hasil observasi perencanaan pembelajaran
anak atau 23,52% yang termasuk kriteria BSH, dari siklus I, siklus II dan siklus III mengalami
dan ada tiga anak atau 17,64% yang termasuk peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
kriteria BSB. Pada siklus III meningkat pada gambar berikut:
menjadi tidak ada satu anak pun yang
memenuhi kriteria BB, ada dua anak atau 100 91.07
11,76% yang termasuk kriteria MB, ada tujuh 82.14
80
anak atau 41,17% yang termasuk kriteria BSH, 66.07
dan ada enam anak atau 35,29% yang termasuk 60
kriteria BSB.
40
Selain itu pada indikator berjalan pada
20
siklus II terlihat ada tiga anak atau 17,64%
yang termasuk kriteria BB, dua anak atau 0
11,76% yang termasuk kriteria MB, ada empat Siklus I Siklus II Siklus III
anak atau 23,52% yang termasuk kriteria BSH,
Gambar diatas menunjukkan adanya
dan lima anak atau 29,41% yang termasuk
peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus
kriteria BSB. Pada siklus III ada dua anak atau
III, hal tersebut karena adanya perbaikan-
11,76% yang termasuk kriteria BB, ada tiga
perbaikan yang telah dilakukan pada setiap
anak atau 17,64% yang termasuk kriteria MB,
siklus. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada empat anak atau 23,52% yang termasuk
kemampuan guru dalam merencanakan
kriteria BSH, dan ada enam anak atau 35,29%
pembelajaran meningkat dengan baik.
yang termasuk kriteria BSB.

Pada indikator melompat pada siklus II 4. KESIMPULAN


ada enam anak atau 35,29% yang termasuk Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan
kriteria BB, ada satu anak atau 5,88% yang Kelas yang telah dilaksanakan melalui tiga
termasuk kriteria MB, ada empat anak atau siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III
23,52% yang termasuk ke dalam kriteria BSH, mengenai permainan balap karung mengambil
dan ada tiga anak atau 17,64% yang termasuk bola untuk meningkatkan kemampuan gerak
lokomotor anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 8
Pembina Kota Tasikmalaya dapat diperoleh mengambil bola yang dilaksanakan dalam
kesimpulan, yaitu sebagai berikut: tiga siklus, ternyata mengalami
1) Perencanaan pembelajaran dengan peningkatan yang cukup baik pada setiap
menggunakan permainan balap karung siklusnya.
mengambil bola untuk meningkatkan 5. SARAN
kemampuan gerak lokomotor anak usia 5- Dalam rangka meningkatkan kualitas dalam
6 tahun di TK Negeri Pembina Kota pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
Tasikmalaya yang telah disusun oleh gerak lokomotor anak usia 5-6 tahun, peneliti
peneliti sudah sesuai dengan kriteria menyampaikan beberapa rekomendasi yaitu
keberhasilan. Peneliti membuat Rencana sebagai berikut:
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) 1) Dalam upaya melaksanakan pembelajaran
untuk digunakan sebagai pedoman dalam untuk meningkatkan kemampuan gerak
melaksanakan pembelajaran. Peneliti juga lokomotor anak usia 5-6 tahun, guru
mempersiapkan lembar observasi hendaknya memilih metode yang dapat
kemampuan guru dalam melaksanakan menarik perhatian serta minat anak yaitu
pembelajaran maupun kemampuan guru melalui bermain balap karung mengambil
dalam melaksanakan pembelajaran bola. Permainan ini bisa dilakukan di luar
dengan menggunakan permainan balap ruangan maupun di dalam ruangan sesuai
karung dan peneliti juga mempersiapkan dengan kondisi dan keadaan pada saat
lembar observasi anak. Kemampuan guru akan melakukan permainan tersebut.
dalam merencanakan pelaksanaan 2) Bagi peneliti selanjutnya yang akan
pembelajaran dengan menggunakan melakukan penelitian untuk meningkatkan
permainan balap karung mengambil bola kemampuan gerak lokomotor anak usia
untuk meningkatkan kemampuan gerak dini melalui permainan balap karung
lokomotor anak usia dini pada setiap mngambil bola sapaya dapat berinovasi
siklusnya mengalami peningkatan, hal ini dengan melakukan berbagai variasi
dikarenakan adanya refleksi dan gerakan seperti gerakan secara lurus,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan menyamping atau zigzag dapat lebih
pada setiap siklusnya. menarik perhatian serta minat anak dalam
2) Pelaksanaan pembelajaran dengan proses pembelajaran. Sehingga
menggunakan permainan balap karung kemampuan gerak lokomotor anak pun
mengambil bola untuk meningkatkan semakin meningkat.
kemampuan gerak lokomotor anak usia 5-
6 tahun di TK Negeri Pembina Kota DAFTAR PUSTAKA
Tasikmalaya ternyata dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan Dewantara, Ki Hadjar. (1977). Karya:
kegiatan pembelajaran menggunakan Pendidikan (Cetakan Kedua).
permainan balap karung mengambil bola. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman
Hal ini dikarenakan adanya refleksi dan Siswa
perbaikan-perbaikan yang telah Mochamad Djumidar A. (2004). Belajar
dilaksanakan pada setiap siklusnya. Berlatih Gerak-gerak Dasar Atletik
3) Kemampuan gerak lokomotor anak usia dalam Bermain. Jakarta: PT Raja
5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota
Grafindo Persada
Tasikmalaya pada awalnya masih rendah
dan perlu perbaikan dalam proses Permendiknas. No 58 Tahun 2009. Tentang
pembelajarannya. Setelah dilakukan standar Pendidikan Anak Usia Dini.
penelitian untuk meningkatkan
kemampuan gerak lokomotor anak Permendikbud No 146 Tahun 2014 tentang
melalui permainan balap karung Kurikulum PAUD

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 9
Sholatuh H, Myrnawati CH, Moch Asmawi. Suwandi. (2012). Balap Karung (Permainan
(2017). Effect of Traditional Games, Tradisional -73). Di akses pada tanggal
Learning Motivation and Learning Style 29 januari 2014. Dari www.
on Childhoods Gross Motor Skill. Tembi.org/2012/ensiklopedi/2012013
InternTIONAL Journal of Education and BALAP_KARUNG.html.
Research. Vol 5 No 7 July 2017. P. 53-
66. Yuliani. (2017). Pengembangan Media Papan
Smith, Peter, K., & Pellegrini, A. (2013). Flanel Bergambar Untuk Meningkatkan
Learning Through Play. Encyclopedia Kemampuan Bercerita Anak-anak Usia
on early Chilhood Development. (pp. 1- Dini Kelompok B TK PGRI Cibeureum
5). Kelurahan Kota Baru Kota
Sugiyanto. (1993). Pendidikan Atletik. Jakarta Tasikmalaya. (Skripsi). UPI.

Suharjana. (2004). Kebugaran Jasmani (Buku


Pegangan Kuliah Mahasiswa FKI
UNY). Yogyakarta: FIK UNY

Copyright © Jurnal PAUD Agapedia, Vol.3 No. 1 Juni 2019 page 1-10 Page 10

You might also like