You are on page 1of 9

Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No.

2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

Pengaruh Modifikasi Permainan Tradisional Engklek Terhadap


Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun
Hellen Lorena 1)*, Rizky Drupadi 1)*, Ulwan Syafrudin1)*
1
FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
E-mail: hellenlorena213@gmail.com

Received: 5 Agustus 2020 Accepted: 2 Oktober 2020 Published: 7 November 2020

Abstract. The Influence of Modification of Traditional Engklek Games on Gross Motor


Development of 5-6 Years Old Children. Based on observations in 10 children aged 5-6,
there are children who have gross motor development in the low category and in the
moderate category. This suggests that there is a lack of understanding and stimulus for gross
motor development. The purpose of this study was to determine whether there is an effect of
modification of the traditional crank game on gross motor development in children aged 5-6.
This research approach uses quantitative research with the type of research Quasi
Experimental Methods with One group Pretest-Posttest. Collecting data in this study using
observation and documentation aimed at children to strengthen data about the effect of
modification of the traditional crank game on children's gross motor skills. From the data
analysis, it is known that there is an increase in children's fine motor skills which can be seen
from the pretest observations which get an average score of 28.50% in the Underprivileged
(KM) category and posttest which get an average score of 51.30% in the Capable category (
M). The results showed that there was an effect of collage on gross motor development in
children aged 5-6 years.

Keywords: engklek traditional games, gross motor development, early childhood.

Abstrak. Pengaruh Modifikasi Permainan Tradisional Engklek Terhadap


Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun. Berdasarkan pengamatan pada 10
anak berusia 5-6 terdapat anak yang memiliki perkembangan motorik kasar dengan kategori
rendah dan dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman dan
stimulus terhadap perkembangan motorik kasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
adakah pengaruh modifikasi permainan tradisional engklek terhadap perkembangan motorik
kasar pada anak usia 5-6. Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif
dengan jenis penelitian Quasi Experimental Methods dengan One group Pretest-Posttest.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi yang
ditujukan kepada anak untuk memperkuat data tentang pengaruh modifikasi permainan
tradisional engklek terhadap kemampuan motorik kasar anak. Dari analisis data diketahui
bahwa adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak yang dapat dilihat dari observasi
pretest yang memperoleh angka rata-rata 28,50% masuk kategori Kurang Mampu (KM) dan
posttest yang memperoleh angka rata-rata 51,30% masuk kategori Mampu (M). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh kolase terhadap perkembangan
motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun.

Kata Kunci : permainan tradisional engklek, perkembangan motorik kasar, anak usia dini.

68
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

PENDAHULUAN permainan, alat permainan digunakan


untuk menghasilkan sebuah pengertian
Pendidikan merupakan salah satu
atau memberikan informasi, memberikan
usaha dalam menjawab permasalahan
kesenangan serta membangun dan
serta berbagai tantangan yang hadir
mengembangkan imajinasi anak. Akhir-
dalam kehidupan sehari-hari. Di
akhir ini kegiatan bermain anak
Indonesia pendidikan dimulai sejak dini
mengalami kemunduran khususnya
yaitu pada jenjang pendidikan anak usia
terhadap permainan tradisional,
dini atau PAUD dan menurut Undang-
permainan tradisional pada dasarnya
undang Republik Indonesia No 20 tahun
merupakan permainan yang bersifat
2003 Bab 1, pasal 1, butir 14, tentang
sederhana dan mengandalkan
Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan
kekompakkan dari masing-masing
bahwa pendidikan anak usia dini adalah
peserta dalam kegiatan bermain.
suatu upaya pembinaan yang ditujukan
Permainan tradisional sangat erat dengan
kepada anak sejak lahir sampai dengan
nilai etika, moral, dan budaya masyarakat
usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pendukungnya. Menurut Iswinarti (2010)
rangsangan pendidikan untuk membantu
menyatakan bahwa permainan tradisional
pertumbuhan dan perkembangan jasmani
merupakan kekayaan budaya bangsa
dan rohani agar anak memiliki kesiapan
yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
dapat diwariskan kepada anak-anak
Dalam penyelenggaraan
sebagai generasi penerus. Dapat
pendidikan anak usia dini bertujuan
disimpulkan bahwa permainan tradisional
untuk mengembangkan seluruh aspek
merupakan suatu permainan yang didapat
perkembangan sesuai dengan tahapan
dimainkan sendiri atau secara
usia anak agar dapat berkembang secara
berkelompok yang merupakan
baik dan optimal. Salah satu aspek yang
peninggalan leluhur dan terus diwariskan
perlu dikembangkan yaitu perkembangan
secara turun-temurun.
fisik motorik. Corbin dalam Sumantri
Pemanfaatan permainan
(2005) mengemukakan bahwa
tradisional sebagai media pembelajaran
perkembangan motorik adalah perubahan
masih belum banyak digunakan dalam
kemampuan gerak dari bayi sampai
kegiatan pembelajaran pada anak usia
dewasa yang melibatkan berbagai aspek
dini. Anak-anak saat ini lebih senang
perilaku dan kemampuan gerak.
ataupun menyukai permainan-permainan
Perkembangan fisik motorik sangat
modern yang siap pakai, dengan
berpengaruh terhadap terhadap perilaku
demikian terdapat dampak buruk
dan penguasaan keterampilan atau
diantaranya yaitu anak mengalami
kemampuan bergerak anak dalam
keterlambatan perkembangan. Salah
kehidupan sehari-hari. Aktivitas bergerak
satunya keterlambatan pada
dapat dilakukan dengan bermain, karena
perkembangan motorik anak, karena anak
bermain bagi anak usia dini merupakan
hanya terfokus pada bermain gawai dan
suatu hal yang menyenangkan dan tidak
anak kurang bergerak. Akibatnya anak
dapat dipisahkan dalam kesehariannya.
akan mengalami keterlambatan pada
Menurut Hurlock (1987) bermain adalah
motorik kasarnya salah satunya anak
proses di mana anak mencapai
tidak dapat menjaga keseimbangannya
perkembangan yang utuh, baik fisik,
ketika berjalan. Salah satu permainan
intelektual, sosail, moral, dan emosional.
tradisional yang dapat menstimulus
Kegiatan bermain dapat dilakukan
perkembangan motorik anak khususnya
dengan atau tanpa menggunakan alat
motoric kasarnya yaitu permainan
69
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

engklek. Menurut Askalin (2013) dilaksakan dengan 6 kali pertemuan.


menyatakan bahwa permainan engklek Dengan pembagian 3 kali pertemuan
adalah permainan tradisional yang masih sebelum diberi perlakuan dan 3 kali
banyak dimainkan oleh anak – anak masa pertemuan sesuah diberi perlakuan. Guru
kini. Permainan ini tidak terlalu dan peneliti mencatat peningkatan yang
membutuhkan tempat yang luas dalam terjadi terhadap siswa dan
pelaksanaannya, namun terdapat membandingkan dengan hasil pencatatan
beberapa sekolah jarang menerapkan sebelumnya. Kegiatan post test juga
permainan outdor dengan alasan kondisi diberikan sebanyak 6 kali untuk
sekolah yang kecil ataupun sempit. Guru mengetahui hasil dari perlakuan atau
harus dapat memodifikasi permainan intervensi (Munir, 2019).
menjadi menarik, menyenangkan serta .
mudah digunakan dalam pembelajaran, HASIL DAN PEMBAHASAN
khusunya untuk mengembangkan
Penelitian ini bertujuan untuk
perkembangan motorik kasar anak.
melihat pengaruh modifikasi permainan
Berdasarkan permasalahan diatas yang
tradisional engklek terhadap
ditemukan dalam hasil observasi maka
perkembangan motorik kasar anak.
penulis tertarik untuk melakukan
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut,
penelitian dengan tujuan penelitian
maka hasil penelitan menunjukkan bahwa
menganalisis pengaruh modifikasi
sebelum diberikan modifikasi permainan
permainan tradisional engklek terhadap
tradisional engklek terdapat 9 anak
perkembangan motorik kasar anak usia 5-
memiliki kemampuan motorik kasar
6 tahun.
berada pada kategori rendah dan 1 anak
berada pada kategori sedang. Namun
METODE
setelah anak diberikan modifikasi
Metode merupakan salah satu permainan tradisional engklek, hasil
faktor terpenting dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa 10 anak
penelitian, karena berhasil atau tidaknya semuanya memiliki kemampuan motorik
sebuah penelitian sangat bergantung kasar berada pada kategori tinggi dan
dengan metode yang digunakan oleh tidak terdapat anak yang kemampuan
peneliti. Dalam penelitian ini motorik kasarnya berada pada kategori
menggunakan jenis penelitian kuantitatif rendah lagi. Untuk lebih jelas tentang
dengan menggunakan metode Kuasi kemampuan motorik kasar anak sebelum
Eksperimen, penelitian Kuasi dan setelah diberikan modifikasi
Eksperimen yaitu metode penelitian permainan tradisional engklek dapat
untuk mencari pengaruh perlakuan dilihat pada tabel dibawah ini:
tertentu terhadap hasil lain dalam kondisi
yang sama terkendalikan dengan ukuran Tabel 1. Perbandingan Skor Pretest-
sampel relatif kecil. Desain penelitian Posttest
menggunakan Nonrandomized Control No. Nama Skor Skor
Group, Pretest-posstest design. Inisial Pretest Posttest
Membandingkan dua kelompok yaitu 1. RPC 27 57
kelompok kontrol dan kelompok 2. DAS 30 55
eksperimen, dalam penelitian ini 3. AK 25 48
membandingkan hasil dari pre-test 4. DF 22 45
5. NP 28 50
sebelum diberi perlakuan dan post-test 6. MGA 35 52
sesudah diberi perlakuan. Penelitian ini 7. NA 29 47
akan tertuju untuk anak usia 5-6 tahun,

70
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

No. Nama Skor Skor motorik halus anak sebelum dan sesudah
Inisial Pretest Posttest diberi kolase dapat dilihat melalui tabel
8. APS 32 54 dibawah ini, sebagai berikut:
9. FNS 24 56
10. RA 33 49 Tabel 3 Peningkatan Skor Pretest-
Posttest
Berdasarkan tabel 1, dapat No Nama Skor Skor Peningkatan
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Inisial Pretest Posttest
signifikan antara hasil pretest dan 1. RPC 27 57 30
posttest. Hasil posttest menghasilkan skor 2. DAS 30 55 25
lebih baik dibandingkan hasil pretest dan 3. AK 25 48 23
terjadi peningkatan yang cukup besar 4. DF 22 45 23
setelah diberikan modifikasi permainan 5. NP 28 50 22
tradisional engklek dibandingkan 6. MGA 35 52 17
sebelum diberikan modifikasi permainan 7. NA 29 47 18
tradisional engklek. Kemampuan motorik 8. APS 32 54 22
kasar pada anak sebelum diberi perlakuan 9. FNS 24 56 32
berada pada kategori rendah sebanyak 9 10. RA 33 49 16
anak dan berada pada kategori sedang
sebanyak 1 anak. Secara keseluruhan, Berdasarkan tabel diatas,
hasil posttest menunjukkan peningkatan perubahan yang signifikan ditunjukkan
yang cukup besar. oleh FNS yang mendapatkan 32 poin
setelah diberi perlakuan, maka anak
Tabel 2. Rata-Rata Pretest dan Posttest tersebut kemampuan motorik kasarnya
Rata-rata berada pada kategori tinggi. Namun pada
Pretest 28,50% beberapa anak apabila dilihat berdasarkan
peningkatan poin berada pada kategori
Posttest 51,30%
sedang, misalnya RA yang hanya 16 poin
saja selisih antara pretest dan posttest
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil peningkatannya. Hal tersebut
observasi dari 17 anak terkait dikarenakan faktor anak itu sendiri
kemampuan motorik halus, rata-rata seperti yang diungkapkan oleh Hurlock
untuk pretest yaitu 28,50 persen dan rata- (1987) bahwa anak yang memiliki
rata untuk posttest yaitu 51,30 persen. kesempatan belajar termasuk dalam
Pada rata-rata hasil observasi mengalami melakukan berbagai aktivitas yang
peningkatan sebesar 22,80 persen. Hasil berhubungan dengan kemampuan
peningkatan pada tabel 2 ditunjukkan motorik kasarnya, maka kemampuannya
oleh adanya perubahan dari 9 anak pun akan berkembang lebih pesat
kategori rendah dan 1 anak kategori daripada anak yang tidak memiliki
sedang menjadi 10 anak yang semuanya kesempatan berpraktik sebelumnya.
berada pada kategori tinggi serta tidak Berdasarkan data tersebut dapat
adanya anak yang berada pada kategori dikatakan bahwa modifikasi permainan
rendah lagi dalam kemampuan motorik tradisional engklek memiliki pengaruh
halusnya setelah diberikan perlakuan. dalam meningkatkan motorik kasar
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dengan cukup signifikan. Melalui
disimpulkan bahwa pemberian modifikasi permainan engklek
modifikasi permainan tradisional engklek perkembangan motorik kasar anak
mampu meningkatkan kemampuan menjadi lebih baik terutama dalam
motorik kasar. Perubahan kemampuan

71
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

menjaga keseimbangan dan permainan itu dimainkan, di samping


berkoordinasi. Dalam modifikasi juga ditentukan oleh musim atau usum-
permainan tradisional engklek tidak usuman. Artinya hanya pada saat-saat
hanya satu indikator saja atau seperti tertentu saja jenis permainan dimainkan
melompat saja yang berkembang, tetapi oleh anak.
ada beberapa indikator lain juga seperti Permainan engklek atau
berdiri, berjongkok, dan kemampuan permainan sonda sering dimainkan oleh
lainnya pun ikut berkembang. anak laki-laki atau perempuan hal ini
dapat melatih keseimbangan diri dengan
Pembahasan melompat satu kaki, permainan engklek
ini sering berjalannya waktu semakin
Permainan Tradisioanl merupakan
ditinggalkan oleh penerus generasinya
salah satu permainan turun-temurun yang
(Malichah, 2018). Permainan tradisional
telah ada sejak dahulu berasal dari nenek
sangat erat kaitannya dengan kehidupan
moyang. Selanjutnya menurut Setyo
masyarakat dan merupakan bagian
(2009) permainan tradisional adalah
penting dari masa kanak-kanak di daerah
permainan anak-anak dari bahan
pedesaan karena kemiskinan dan kondisi
sederhana sesuai aspek budaya dalam
sederhana masyarakat yang tinggal di
kehidupan dilingkungan serta banyak
daerah tersebut mempengaruhi.
mempunyai variasi yang dilakukan secara
(Sulistyaningtyas & Fauziah, 2019).
spontan. Kemudian, menurut Soepandi
Permainan tradisional berperan dalam
dalam Setyo (2009) permainan
mengembangkan potensi anak
tradisional ini bisa dikatagorikan dalam
perkembangan, seperti motorik kasar,
tiga golongan, yaitu: permainan untuk
halus, sosial, dan kognitif pembangunan,
bermain (rekreatif), permainan untuk
serta aspek pembangunan lainnya.
bertanding (kompetitif) dan permainan
(Rahmadani et.al., 2018). Menurut
yang bersifat edukatif. Permainan
Montolalu (2005) permainan engklek
tradisional menurut Mulyani (2016)
adalah permainan tradisional asli
adalah suatu permainan warisan dari
Indonesia lompat-lompatan pada bidang
nenek moyang yang wajib dan perlu
datar yang digambar di atas tanah engan
dilestarikan karena mengandung nilai-
gambar berbentuk petak-petak,
nilai kearifan lokal. Sejalan dengan
permainan ini dilakukan dengan
pernyataan tersebut, Marzoan dan
melompat menggunakan satu kaki dari
Hamidi (2017) menyimpulkan bahwa
petak satu ke petak berikutnya.
permainan tradisional merupakan
Permainan tradisional engklek
kegiatan yang dilakukan dengan suka rela
merupakan permainan yang sudah ada
dan menimbulkan kesenangan bagi
secara turun temurun, permainan ini
pelakunya, diatur oleh peraturan
dilakukan dengan berjalan atau melompat
permainan yang dijalankan berdasar
dengan satu kaki (Dharmamulya, 2008).
tradisi turun-temurun. Dapat disimpulkan
Permainan Engklek adalah permainan
bahwa permainan tradisional merupakan
yang memanfaatkan aktifitas fisik yaitu
suatu permainan yang didapat dimainkan
melompat dan berdiri dengan satu atau
sendiri atau secara berkelompok yang
dua kaki pada kotak permainan yang
merupakan peninggalan leluhur dan terus
telah digambar diatas tanah (Wiyono,
diwariskan secara turun-temurun. Pada
2015). Dapat disimpulkan bahwa
dasarnya jenis permainan yang dilakukan
permainan engklek merupakan
oleh anak-anak sangat bervariasi dan
permainan tradisional yang dilakukan
dibedakan berdasarkan sifatnya, jenis
dengn gerakan melompat-lompat
kelamin, macam, bentuk serta saat kapan

72
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

menggunakan satu kaki dan melompat kotak lain maka dinyatakan gugur dan
dilakukan di tanah ataupun di lantai diganti pemain kedua. Pemain pertama
dengan berbagai bentuk pola gambar. mulai melompat menggunakan satu kaki
Dapat disimpulkan bahwa permainan (kaki yang satunya diangkat, atau ditekuk
engklek merupakan salah satu permainan kebelakang) dari kotak 1 hingga
tradisional turun-temurun asli Indonesia seterusnya kemudian berhenti sejenak,
yang dilakukan pada media bidang datar lalu kembali lagi dengan mengambil
atau di atas permukaan tanah dengan gacuk yang berada di kotak 1 dengan
melakukan gerakan melompat ataupun kaki satu tetap di angkat. Setelah itu
berdiri dengan satu maupun dengan dua pemain melemparkan gacuk ke kotak
kaki, menjongkok serta dapat dilakukan yang ke 2 jika keluar dari kotak kedua
dengan cara berjalan yang dimainkan pemain dianggap gugur. Begitu
secara individu atau berkelompok. seterusnya sampai semua kotak sudah
Dalam bermain engklek ada dilempar dengan gacuk. Kemudian jika
tahapan yang harus diikuti oleh pemain. semua telah dilakukan oleh semua
Hal ini sesuai dengan pernyataan pemain maka pemain melemparkan
Mulyani (2013) dalam (Desvarosa, 2012) gacuk dengan membelakangi engkleknya
tahapan bermain engklek yaitu: (1). jika pas pada kotak yang dikehendaki
Menggambar pola engklek Permainan ini maka kotak itu akan menjadi rumahnya
memang sebuah permainan outdoor atau jika pemain berhasil mengambil
permainan yang harus dilakukan di luar gacuknya pemain kembali ke kotak yang
rumah. Permainan ini memerlukan pertama dan menjadi pemenang.
sebuah pekarangan kecil yang datar Perkembangan motorik
dengan ukuran kurang lebih 3 - 4 m2, merupakan perubahan yang terjadi secara
dapat dilakukan di atas tanah, ataupun di progressif pada kontrol dan kemampuan
ubin. Lapangan atau arena untuk melakukan gerakan yang diperoleh
sondah/engklek biasanya berupa kotak- melalui interaksi antara faktor
kotak atau persegi panjang dengan kematangan (maturation) dan latihan atau
ukuran sekitar 30 - 60 m2 Untuk pengalaman (experiences) selama
membuat lapangan, anak-anak biasanya kehidupan yang dapat dilihat melalui
menggunakan pecahan genteng atau batu. perubahan/pergerakan yang dilakukan.
Jika dilantai dapat menggunakan kapur. Senada dengan yang dipernyataan itu,
Masing-masing anak mempunyai menurut Hurlock (1987) perkembangan
“gacuk” dari pecahan genteng atau motorik adalah perkembangan
keramik, yang bentuknya pipih agar tidak pengendalian gerakan jasmani melalui
menggelinding. (2). Menentukan kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot
pemainan pertama, Semua pemain atau yang terkoordinasi. Kemudian, menurut
anak berkumpul lalu melakukan Santrock (2009) menyatakan bahwa
“hompimpah” Hompimpah alaihum keterampilan motorik kasar (gross motor
gambreng, Hompimpah alaihum skill) merupakan keterampilan yang
gambreng, ataupun “suit” untuk melibatkan aktivitas otot besar seperti
menetukan siapa yang bermain dahulu, tangan seseorang untuk bergerak dan
karena cara bermainnya bergantian. Anak berjalan. Menurut Decaprio (2013)
yang pertama kali menang mulain motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
bermain. Dan (3). Melemparkan gacuk menggunakan otot-otot besar atau
Pemain melempar gacuknya pada petak sebagian besar otot yang ada dalam tubuh
nomor satu. Gacuk yang dilempar harus maupun seluruh anggota tubuh yang
berada didalam kotak, bila meleset ke dipengaruhi oleh kematangan diri.

73
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

Selanjutnya menurut Acroni (2012) bermain indoor maupun outdoor


motorik kasar adalah gerak fisik yang (Devrizal et.al., 2019). Dapat
membutuhkan keseimbangan dan disimpulkan bahwa perkembangan
koordinasi antar anggota tubuh, dengan motorik kasar merupakan suatu
menggunakan otot-otot besar sebagian kemampuan atau keterampilan yang
atau seluruh anggota tubuh. Misalnya melibatkan aktivitas gerak tubuh untuk
seperti kegiatan berjalan, berlari, melatih keseimbangan, kecepatan,
berlompat, merangkak dan mengayunkan kekuatan, dan koordinasi meliputi
tangan. Selain itu Zahraini (2016) penggunaan otot-otot besar pada
menyebutkan keterampilan koordinasi manusia.
motorik kasar mencakup ketahanan,
kecepatan, kelenturan, ketangkasan, SIMPULAN
keseimbangan, dan kekuatan.
Modifikasi permain tradisional
Nurturing Early Learning (2013)
engklek memiliki pengaruh terhadap
(dalam Anggraini et.al., 2018)
perkembangan motorik halus anak, maka
menyebutkan bahwa motor skills
guru harus dapat mengembangkan
development includes three strands of
perkembangan motorik kasar anak
learning, 1) Motor skills acquisition, 2)
dengan membuat modifikasi permainan
Health and fitness, 3) Safety awareness.
tradisional engklek menggunakan
Hal ini menjelaskan bahwa
berbagai macam bahan ataupun media
perkembangan motorik berkaitan dengan
agar pembelajaran dapat lebih menarik
tiga pengembangan kegiatan yang
dan menyenangkan bagi anak serta dapat
meliputi penguasaan keterampilan
mengembangkan kemampuan
motorik, kesehatan dan kebugaran, serta
perkembangan motorik kasar nya.
keselamatan. (Setiani, 2019). Dalam
Dengan adanya penelitian ini diharapkan
Permendikbud No.137 Tahun 2014
kepada para guru agar dapat
tentang Fisik-motorik sebagaimana
mengembangkan perkembangan motorik
dimaksud pada ayat (1), yaitu a). motorik
kasar anak dengan memberikan
kasar, mencakup kemampuan gerakan
pemahaman belajar kepada anak melalui
tubuh secara terkoordinasi, lentur,
belajar sambil bermain, bermain sambil
seimbang, lincah, lokomotor, non-
belajar sehingga anak tidak merasa
lokomotor, dan mengikuti aturan; b).
terbebani dengan kegiatan belajar yang
motorik halus, mencakup kemampuan
membosankan. Penelitian ini dapat
dan kelenturan menggunakan jari dan alat
digunakan sebagai saran untuk
untuk mengeksplorasi dan
meningkatkan kualitas siswa melalui
mengekspresikan diri dalam berbagai
modifikasi permainan tradisional engklek
bentuk; dan c). kesehatan dan perilaku
agar perkembangan motorik kasar anak
keselamatan, mencakup berat badan,
dapat berkembang.
tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia
serta kemampuan berperilaku hidup
REFERENSI
bersih, sehat, dan peduli terhadap
Achroni, K. (2012). Mengomptimalkan
keselamatannya. Menurut Hayati et.al.,
Tumbuh Kembang Anak Melalui
(2017) Gerak motorik kasar melibatkan
Permainan Tradisional.
aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh
Yogyakarta: Javalitera.
tubuh anak. Upaya membantu anak pada
Anggraini, M. A., Karyanto, Y., & A.S,
lingkup perkembangan motorik
W. K. (2018). Pengaruh
kasar,kegiatan pembelajaran hendaknya
Permainan Tradisional Lompat
dilakukan melalui kegiatan bermain baik
Tali terhadap Perkembangan

74
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Geometri Pada Anak Usia 5-6
Tahun. Journal of Early Tahun. PAUD Teratai. 7(2): 1–9.
Childhood Care and Education, Marzoan & Hamidi. (2017). Permainan
1(1), 18. Tradisional Sebagai Kegiatan
https://doi.org/10.26555/jecce.v1i Ekstrakurikuler untuk
1.60 Meningkatkan Kompetensi Sosial
Askalin. (2013). 100 Permainan dan Siswa. Journal An-nafs. 2(1): 62-
Perlombaan Rakyat. Yogyakarta: 82.
Nyo-nyo. Montolalu, BEF. (2005). Bermain dan
Decaprio, Ricahrd. (2013). Aplikasi Teori Permainan Anak. Jakarta:
Pembelajaran Motorik di Universitas Terbuka.
Sekolah. Yogyakarta: Divapress. Mulyani. (2016). Super Asyik Permainan
Devrizal, Rini, R., & Fatmawati, N. Tradisional Anak Indonesia.
(2019). Permainan Tradisional Yogyakarta : Diva Press.
Meningkatkan Kemampuan Munir, A. (2019). Pengaruh Permainan
Motorik Kasar Anak di PAUD Balap Karung dan Egrang
Cahaya Kartini Bandar Lampung. terhadap Peningkatan
Jurnal Pendidikan Anak, 5(2), 1– Kepercayaan Diri Anak Usia Dini
10. di PAUD Cahaya Kecamatan
Desvarosa, E. (2012). Penerapan Rambutan Kota Tebing Tinggi
Permainan Tradisional Engklek The. Jurnal Diversita, 5(2), 86–
Dalam Meningkatkan 94.
Kemampuan Kognitif Anak Usia Rahmadani A, N. K., Latiana, L., &
5-6 Tahun Di Tk Bina Guna. AEN, R. A. (2018). The Influence
Jurnal Handayani PGSD FIP of Traditional Games on The
UNIMED, 6(1), 109-116. Development of Children’s Basic
Dharmamulya, S. (2008). Permainan Motor Skills. 169 (Icece 2017),
Tradisional Jawa. Yogyakarta: 160–163.
Kepel. Press. https://doi.org/10.2991/icece-
Hayati, H. S., Myrnawati, C., & Asmawi, 17.2018.41
M. (2017). Effect of traditional Santrock, JW. 2011. Masa
games, learning motivation and Perkembangan Anak Edisi 11.
learning style on childhoods gross Jakarta: Salemba Humanika.
motor skills. International Setiani, R. E. (2019). Pemanfaatan
Journal of Education and Permainan Tradisional Dalam
Research, 5(7), 53–66. Penanaman Nilai-Nilai
Hurlock. E. B. (1987). Perkembangan Kebangsaan Di Tk Negeri
Anak. Jakarta : Erlangga Pembina 2 Purwokerto. Aṣ-
Iswinarti. (2010). Nilai-Nilai Terapeutik Ṣibyān: Jurnal Pendidikan Anak
Permainan Tradisional Engklek Usia Dini, 4(1), 39–52.
Untuk Anak Usia Sekolah Dasar. http://jurnal.uinbanten.ac.id/index
Naskah Publikasi Penelitian Dasar .php/assibyan/article/view/1963
Keilmuan. Fakultas Psikologi: Setyo, A. (2009). Permainan
Universitas Muhammadiyah Tradisional. Jakarta: Rineka
Malang: Malang. Cipta.
Malichah, LNISR. (2018). Modifikasi Sumantri, MS. (2005). Pengembangan
Permainan Engklek Terhadap Keterampilan Motorik Anak Usia
Kemampuan Mengenal Bentuk Dini. Jakarta: Dinas Pendidikan.

75
Jurnal Pendidikan Anak, November 2020, p : 68-76 Vol. 6 No. 2 Tahun 2020
E-ISSN: 2580-9504 DOI:
P-ISSN: 2775-4367

Sulistyaningtyas, R. E., & Fauziah, P. Y.


(2019). The Implementation of
Traditional Games for Early
Childhood Education. 326 (Iccie
2018), 431–435.
https://doi.org/10.2991/iccie-
18.2019.75
Wiyono, ER. (2015). Studi Permainan
Engklek Terhadap Kemampuan
Motorik Kasar Anak Autis Di
Sekolah Mutiara Hati Sidoarjo.
Jurnal Kesehatan Olahraga,
03(1):105-109.
Zahraini, E. E. D. A. (2016). Upaya
Meningkatkan Motorik Kasar
Pada Anak Melalui Permainan
Tradisional Balap Karung Estafet
Pada Kelompok B1 PUD
Supriyadi Semaarang Tahun
AJARAN 2015/2016. 147(July
2015), 11–40.

76

You might also like