You are on page 1of 13

Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

KEGIATAN MENEMPEL KOLASE SEDERHANA TERHADAP KEMAMPUAN


MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB C

Oleh:
IMROATUS SOLICHAH
NIM: 11010044016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2016

1
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

Kegiatan Menempel Kolase Sederhana Terhadap Kemampuan Motorik Halus Bagi Anak Tunagrahita Sedang

Imroatus Solichah dan Siti Mahmudah


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) YASIN_TIA@yahoo.com

Abstract
Mid mentally retardation children in SLBC Dharma Wanita Lebo Sidoarjo had obstacle in handling, holding,
getting a pinch, tearing, and sticking, they required to be led in order that their fine motoric ability enhanced by doing
sticking simple kolase activity. The purpose of this research was to prove the influence of sticking simple kolase
activity toward fine motoric ability of mid mentally retardation in SLBC Dharma Wanita Lebo Sidoarjo.
This research method used quantitative approach of pre experiment kind with “pre-experimental design (non
design)” , “one group pretest – posttest design”, the data was collected by using test method (action test), observation,
and documentation. Observation was used to obtain the data of fine motoric ability to mid mentally retardation children
before and after giving treatment while the data of documentation was as the support or proof data that the research was
really done.
The research result indicated that to the initial observation / the average pretest obtained was 55,53 and after
giving treatment, the final observation / the average observation obtained was 90,48. It indicated that there was
significant enhancement. Zh value = 2,20 was greater than critic value 5% Zt = +1,96 which meant that Ho was refused
and Ha was accepted. So it could be concluded that there was influence of sticiking simple kolase activity toward fine
motoric ability of mid mentally retardation children in SLBC Dharma Wanita Lebo Sidoarjo.

Keywords: simple kolase, fine motoric

gerak yang lebih kompleks. Gerakan-gerakan


PENDAHULUAN tersebut terjadi atas dasar gerakan refleks yang
Pembelajaran motorik di sekolah berpengaruh berhubungan dengan badannya yang merupakan
terhadap beberapa aspek kehidupan para peserta bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa melalui latihan.
didik. Para peserta didik dapat menemukan hiburan Gerak fundamental berkembang sesuai dengan
yang nyata dengan diadakannya pembelajaran pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada
motorik di sekolah sehingga para peserta didik jauh diri anak (Sujiono, 2009:4.4). Kogan dkk (dalam
dari perasaan stress maupun hal lainnya yang dapat Sujiono, 2009:4.4) berpendapat bahwa ada beberapa
mengganggu kegiatan belajar secara umum dan macam gerakan fundamental yaitu gerak lokomotor,
mereka akan merasa senang dengan pembelajaran nonlokomotor, dan manipulasi. Gerakan manipulasi
motorik (Decaprio R, 2013:21). Manfaat motorik meliputi penggunaan serta pengontrolan gerakan
halus dapat mengembangkan minat, bakat, rasa otot-otot kecil yang terbatas, terutama yang berada
percaya diri dan perasaan anak untuk mampu di tangan dan kaki. Keterampilan gerakan
melakukan berbagai kegiatan fisik yang manipulasi antara lain meregang, memeras,
berhubungan dengan motorik halus (Sujiono B, menarik, menggegam, memotong, merobek,
2014:2.4) menempel, menjimpit, meronce, membentuk,
Anak tunagrahita memerlukan keterampilan menggunting, menulis, melempar dan menangkap
gerak fungsional untuk memberikan dasar-dasar (Rismayanthi, 2013:3). Gerakan fundamental masih
keterampilan yang diperlukan dalam socio-leisure, sangat berhubungan dengan motorik halus karena
daily living, dan vocational tasks, keterampilan gerakan manipulasi masih memerlukan kecakapan
gerak fundamental sangat penting untuk gerakan oto-otot kecil (motorik halus.
meningkatkan kualitas hidup anak tunagrahita agar Ibrahim (dalam Ainun, 2013:2) mengatakan
tidak ketergantungan dan dapat hidup mandiri. bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam
Anak dapat belajar keterampilan gerak-gerak perkembangan motoriknya dan pada dasarnya tidak
fundamental secara instingtif pada saat bermain, terlepas dari aktivitas yang berhubungan dengan
sementara anak tunagrahita perlu dilatih secara motorik halus dan kasar dalam kehidupan sehari-
khusus karena itu penting bagi guru untuk harinya. Anak tunagrahita sedang memperlihatkan
memprogramkan latihan-latihan gerak fundamental suatu gejala dalam aktivitas motorik halus, termasuk
dalam pendidikan anak tunagrahita (Somantri S, dalam koordinasi motorik halus yang ditunjukkan
2007:110). Gerak dasar fundamental adalah suatu dalam respon gerak dan otot dengan pola rendah
pola gerakan yang menjadi dasar untuk ketangkasan

2
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

dan kurang bervariasi yang diperkuat oleh N. akibat dari otak yang tidak sempurna, jadi
kephart (dalam Lestari, 2013:25). spektrumnya sangat luas, kekuatan otot anak
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, tunagrahita sedang kurang bagus karena sarafnya
bahwa pembelajaran motorik bagi tunagrahita tidak tumbuh dengan sempurna. Oleh karena itu
sedang mempunyai manfaat adalah pembelajaran anak tunagrahita sedang perlu layanan pendidikan
motorik halus bagi tunagrahita sedang akan untuk melatih kemampuan motorik halusnya,
mengoptimalkan gerakan otot-otot pada motorik sehingga anak tunagrahita dapat melakukan
halus tunagrahita sedang sehingga anak tunagrahita aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
sedang mampu menyelesaikan beberapa persoalan Berdasarkan hasil observasi di SLB C
yang berhubungan dengan motorik halus dalam Dharmawanita Lebo Sidoarjo, anak tunagrahita
kehidupan sehari-harinya seperti dalam hal sedang disana memiliki hambatan dalam hal
memegang, meremas, menggenggam dan lai-lain kemampuan motorik halus meliputi beberapa aspek
tanpa bergantung pada orang lain dan bersikap yaitu memegang, menggenggam, menjimpit,
mandiri. Dengan demikian, apabila setiap sekolah merobek dan menempel hal tersebut terlihat dari
menekankan pembelajaran motorik halus terhadap kemampuan motorik halus yang dimilikinya, yaitu
anak tunagrahita sedang akan berdampak positif pada saat melakukan kegiatan menempel kekuatan
bagi mereka karena dapat mengoptimalkan jari-jarinya kurang, jari-jarinya masih kaku
perkembangan motorik halus tunagrahita sedang. sehingga peserta didik tunagrahita sedang belum
Sehubungan dengan penekanan pembelajaran bisa menempel dengan tepat, tidak sesuai pola dan
motorik kepada para peserta didik di setiap lembaga tidak terlalu rekat dan pembelajaran motorik yang
sekolah, sehingga anak tunagrahita sedang dituntut kurang menyenangkan.
untuk mempelajari pembelajaran motorik, salah Pembelajaran motorik halus anak tunagrahita
satunya yakni pembelajaran motorik halus. sedang di sekolah tidak semudah pembelajaran
Gerakan motorik halus adalah gerakan yang motorik halus anak normal di sekolah, oleh karena
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan itu pembelajaran yang akan diberikan pada anak
dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan tunagrahita sedang untuk mengembangkan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan kemampuan motorik halus pada anak melalui
pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan menempel kolase sederhana. Pembelajaran
gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, motorik halus dengan kegiatan seperti ini sangat
namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata begitu mneyenangkan untuk anak tunagrahita
dan tangan yang cermat. Oleh karena koordinasi sedang. Kegiatan menempel mempunyai tujuan
antara mata dan tangan sudah semakin baik maka untuk mengembangkan motorik halus pada anak
anak sudah dapat mengurus diri sendiri dengan karena dapat dilihat dari kegiatan menempel
pengawasan orang yang lebih tua. tersebut (Sukardi E, 2013:7.5).
Anak tunagrahita sedang adalah anak yang Dalam penelitian ini menggunakan kegiatan
mempunyai kemampuan di bawah rata-rata anak menempel kolase sederhana. Kegiatan menempel
tunagrahita ringan. Kelompok ini mempunyai kolase sederhana adalah suatu kegiatan menempel
tingkat kecerdasan 51-36 pada skala Binet dan dengan menyatukan dua kertas sesuai dengan pola
perkembangan Mental Age anak tunagrahita sampai pada bidang datar dan dipadukan dengan kolase
kurang lebih 7 tahun. Dalam kehidupan sehari-hari sederhana bermedia kertas serta menggunakan
anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan teknik sobek bebas. Manfaat dari kegiatan
oleh lingkungan sekitar secara berkelanjutan dan menempel kolase sederhana ini yaitu mampu
terus menerus (Sutjihati 2007:107). Banyak melatih kekuatan motorik halus anak dan
permasalahan pada diri anak tunagrhita sedang menstimulus kognitif anak tunagrahita sedang.
dikarenakan intelektualnya dibawah rata-rata, Proses pembelajarannya menggunakan analisis
sehingga dapat berdampak pada dirinya sendiri. tugas sehingga pembelajarannya dimulai dari yang
Ada beberapa permasalahan yang dialami anak muda hingga yang sulit.
tunagrahita sedang dalam kehidupan sehari-hari, Penelitian pengaruh kegiatan menempel kolase
permasalahan tersebut adalah permasalahan sederhana terhadap kemampuan motorik halus anak
motorik, sensorik, kognitif, intrapersonal, tunagrahita sedang di SLB C Dharma Wanita Lebo.
interpersonal, perawatan diri dan produktivitas Berkaitan dengan penelitian terdahulu dari Yeni
(Mahmudah 2008:64). Hal ini dikarenakan anak (2013) tentang pengaruh aktivitas kolase terhadap
tunagrahita mengalami gangguan pada motoriknya peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa

3
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

cerebal palsy tipe spastik. Hal ini bisa dibuktikan observasi awal/pre tes II dilaksanakan pada tanggal 22
pada hasil penelitian tersebut dapat dikatakan september 2015.
bahwa kemampuan motorik halus dapat
X = Perlakuan pada subyek dengan memberikan materi
dikembangkan melalui aktivitas kolase. Dengan
tentang kegiatan menempel kolase sederhana dengan
demikian penelitian ini menggunakan kegiatan aspek meliputi 5 aspek yaitu memegang, menggenggam,
menempel kolase sederhana untuk mengembangkan menjimpit, merobek dan menempel benda di sekitar
kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. sesuai dengan petunjuk guru. X atau perlakuan
Penelitian yang telah dilakukan dapat menjadi menggunakan kegiatan menempel kolase sederhana
acuan dalam penyusunan penelitian mengenai sebanyak 10 kali.
kemampuan motorik halus tunagrahita sedang O2 = Observasi akhir/pos tes dilakukan untuk melihat
kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang
melalui kegiatan menempel kolase sederhana. Hal
setelah diberikan perlakuan berupa kegiatan menempel
ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk kolase sederhana. Observasi dilakukan sebanyak 2 kali
memberikan stimulasi dalam perkembangan dengan cara menilai kemampuan anak dalam 5 aspek
motorik halus tunagrahita sedang. Berdasarkan latar yaitu memegang, menggenggam, menjimpit, merobek
belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dan menempel benda di sekitar sesuai dengan petunjuk
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang “pengaruh guru. Observasi akhir/pos tes I dilaksanakan pada tanggal
kegiatan menempel kolase sederhana terhadap 19 Oktober 2015 dan observasi akhir pos tes II
dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2015.
kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang
di SLB C Dharmawanita Lebo Sidoarjo”. Penilaian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan
yaitu 2 pertemuan sebelum perlakuan dan 2 pertemuan
TUJUAN sesudah perlakuan untuk mengetahui kemampuan
Mengkaji ada atau tidaknya pengaruh kegiatan motorik halus anak tunagrahita sedang dalam 5 aspek
menempel kolase sederhana terhadap kemampuan yaitu memegang, menggenggam, menjimpit, merobek
motorik anak tunagrahita sedang di SLB C Dharma dan menempel di SLB C Dharma Wanita Lebo Sidoarjo,
Wanita Lebo Sidoarjo. serta 10 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan
terhadap subjek. Setelah perlakuan dilakukan maka akan
diberikan obersevasi akahir/pos tes untuk menilai
METODE kemampuan motorik halus anak.Hasil observasi awal/pre
A. Jenis dan Rancangan Penelitian tes dan observasi akhir/pos tesakan dianalisis dengan
statistik non parametrik“uji peringkat-bertanda”
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pra
Wilcoxon.
eksperimen dengan mengambil bentuk desain “pre-
experimental design (nondesign)”,yang menggunakan B. Lokasi Penelitian
rancangan penelitian “ one group pretest – post test Lokasi yang dipilih adalah SLB C Dharma
design”yaitu suatu desain yang terdapat “pretest” Wanita Lebo Sidoarjo. Alasan yang mendasari pemilihan
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil lokasi penelitian ini adalah terdapat anak tunagrahita
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat sedang yang mengalami hambatan motorik halus dalam
membandingkan dengan keadaan sebelum diperlakukan hal lima aspek yaitu memegang, menggenggam,
(Sugiyono, 2013:110). Rancangan ini dapat digambarkan menjimpit, merobek dan menempel dikarenakan
sebagai berikut : lemahnya dan kurangnya kekuatan motorik halus anak
O1 X O2 tunagrahita sedang.

C. Subjek Penelitian
(Sugiyono, 2013:111) Menurut Arikunto (2010:174) sampel adalah
Keterangan: sebagian dari populasi yang diteliti. Adapun sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
O1 = Observasi awal/pre tes dilakukan untuk melihat
anak tunagrahita sedang yang memiliki hambatan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang
sebelum diberikan perlakuan berupa kegiatan menempel kemampuan mootrik halus di SLB C Dharma Wanita
kolase sederhana. Observasi dilakukan sebanyak 2 kali Lebo Sidoarjo. Tekhnik sampling yang digunakan
dengan cara menilai kemampuan motorik halus anak dalam penelitian adalah sampling jenuh karena
dalam 5 aspek yaitu memegang, menggenggam, jumlah populasi relative kecil atau kurang dari 30,
menjimpit, merobek dan menempel benda di sekitar sampling jenuh merupakan tekhnik penentuan
sesuai dengan petunjuk guru. Observasi awal/pre tes I sampel bila semua anggota populasi digunakan
dilaksanakan pada tanggal 21 september 2015 dan
sebagai sampel (Sugiyono, 2010:68). Sampel jenuh

4
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

yang digunakan adalah anak tunagrahita sedang data yang berskala nominal dan ordinal. Maka rumus
berjumlah 6 anak di SLB C Dharma Wanita Lebo yang digunakan untuk menganalisis adalah statistik
Sidoarjo yang memiliki hambatan kemampuan non parametrik jenis Wilcoxon Match Pairs Test.
motorik halus meliputi aspek memegang,
menggenggam, menjimpit, merobek dan menempel
benda di sekitar sesuai dengan petunjuk yang
diberikan guru.

Dengan rincian subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1
Identitas Subjek Penelitian
Nama Hambatan
No Umur
Inisial

Menyobek,
menjimpit
dan
1 TR 7 Tahun
Menempel
dengan
bantuan Langkah-Langkah Analisis Data :
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengerjakan
Menjimpit analisis data dengan menggunakan rumus Wilcoxon
dan match pairs test dengan n = 7 dan taraf kesalahan 5%,
11
2 DF Menempel maka t tabel = 2adalah :
Tahun
dengan 1. Mencari hasil pre test dan post test.
bantuan 2. Menghitung rata-rata dari masing-masing hasil pre
test dan post test.
Menempel 3. Membuat tabel perubahan dengan mencari nilai beda
12
3 RF dengan dari masing-masing sample dengan rumus nilai post
Tahun
bantuan test (O2) – nilai pre test (O1) kemudian menghitung
nilai jenjang dari masing-masing sample untuk
Menempel mendapatkan nilai positif dan negatif.
12
4 MB dengan 4. Data-data hasil penelitian yang berupa nilai pre test
Tahun
bantuan dan post test yang telah dimasukan dalam table kerja
perubahan di olah menggunakan rumus wilcoxon
menjimpit,
match pairs test dengan mencari mean (nilai rata-
merobek dan
12 rata) kemudian mencari nilai standar deviasi.
5 DN menempel
Tahun 5. Setelah mendapatkan hasil mean dan standar deviasi
dengan
maka hasil tersebut dimasukan dalam rumus
bantuan

Menempel
15
6 NV dengan 6. Setelah mendapatkan hasil dari penghitungan maka
Tahun
bantuan menetukan hasil analisis data atau hipotesis

D. Variabel dan Definisi Operasional


penelitian ini menggunakan analisis data
1. Variabel Penelitian
statistik non parametrik. Statistic non parametric
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
adalah pengujian statistik yang dilakukan karena
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
salah satu asumsi normalitas tak dapat dipenuhi. Hal
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
ini dikarenakan jumlah sampel yang kecil. Subjek
(Sugiyono, 2013:61). Variabel dalam penelitian ini
penelitianya kurang dari 10 anak. Selain itu statistik
terbagi atas variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:
non parametrik juga digunakan untuk menganalisis

5
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

a. Variabel Bebas 4) Anak mengambil lem secukupnya dengan


Dalam penelitian ini adalah Kegiatan tangan.
menempel kolase sederhana (memperkenalkan 5) Anak mengelem ruang yang telah tersedia
bahan dan material, mengambil material (kertas), dengan rata.
menggenggam, menjimpit dan menyobek material 6) Anak merekatkan kertas yang telah disobek
(kertas), menempel dan merekatkan sobekan kecil-kecil pada ruang yang di lem dengan
material (kertas). sesuai pola yang tersedia.
b. Variabel Terikat b. Kemampuan Motorik Halus
Dalam penelitian ini adalah kemampuan Mengembangkan motorik halus anak tunagrahita
motorik halus anak tunagrahita sedang (anak tunagrahita sedang) dapat dilakukan dengan
(memegang, menggenggam, menjimpit, merobek cara melakukan latihan secara berulang-ulang,
dan menempel) bervariasi dan dalam keadaan yang menyenangkan
salah satunya melakukan aktivitasyang melibatkan
2. Definisi Operasional gerak jari dan tangan (Sunaryo, 2007:145). Dalam
a. Kegiatan Menempel Kolase Sederhana penelitian ini kemampuan motorik halus yaitu pada
Dalam penelitian ini menggunakan kegiatan lima aspek yaitu memegang, menggenggam,
menempel kolase sederhana dengan teknik sobek menjimpit, merobek dan menempel. Anak akan
bebas bermedia kertas dengan cara menyobek memegang benda yang serupa dengan kertas,
langsung menggunakan tangan tanpa bantuan alat menggenggam dan menjimpit kertas, merobek kertas
tertentu dan dilanjutkan dengan menempel sobekan menjadi material kertas yang berukuran kecil,
kertas pada gambar yang tersedia (Verayanti, menjimpit material kertas kemudian menempelkan
2013:38). Menempel merupakan suatu kegiatan material kertas pada bidang yang tersedia sesuai
yang menggunakan kemampuan motorik halus dengan petunjuk guru.
untuk melakukan aktivitas merekatkan suatu benda c. Anak Tunagrahita Sedang
ke benda lain sehingga menjadi satu kesatuan. Definisi operasional anak tunagrahita sedang
Penelitian ini proses penempelannya dengan dalam penelitian ini merupakan anak tunagrahita
menggunakan lem dan media kertas, kertas akan sedang berusia 7-15 tahun dan mempunyai IQ sekitar
ditempelkan pada bidang datar (kertas) sehingga 54-40 yang mengalami hambatan motorik halus
menjadi satu kesatuan. (memegang, menggenggam, menjimpit, merobek dan
Tujuan dari menempel ini yaitu menempel) dengan karakteristik umum sudah
mengembangkan kemampuan motorik halus anak mampu menjawab suatu pertanyaa dasar dan dapat
tunagrahita sedang. Kemampuan motorik halus menerima intruksi yang diberikan dengan baik dan
anak tunagrahita (tunagrahita sedang) dapat dilatih dapat berkomunikasi namun secara keseluruhan anak
dan diberi pembelajaran secara bertahap, mulai dari tunagrahita sedang dalam penelitian ini anak
memegang benda kongkrit sampai dengan tunagrahita sedang mengalami hambatan dalam
melakukan kegiatan yang mengfungsikan tangan kemampuan motorik halusnya dikarenakan
dan jari-jari untuk melakukan aktivitas sehari-hari kurangnya kekuatan pada motorik halus anak
(Astati, 1995:21). tunagrahita sedang. Anak tunagrahita sedang dalam
Bahan yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini berjumlah 6 siswa yang bersekolah di
menempel kolase sederhana yaitu kertas berjenis SLB C Dharma Wanita Lebo Sidoarjo.
dost atau kertas yang tidak mengkilat seperti kertas
Koran bergambar dan kertas HVS yang bergambar, E. Teknik Analitis Data
alas kertas dan lem kertas. Adapun beberapa Teknik analisis data digunakan untuk
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menjawab suatu rumusan masalah atau menguji
kegiatan ini (Verayanti 2013:38) : hipotesis yang telah dirumuskan. Metode analisis
1) Anak dijelaskan tentang kegiatan menempel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
kolase sederhana secara singkat,padat dan jelas. data statistik non parametrik. Statistic non parametric
2) Anak diperkenalkan beberapa material dalam adalah pengujian statistik yang dilakukan karena
kegiatan menempel kolase sederhana. salah satu asumsi normalitas tak dapat dipenuhi. Hal
3) Anak mengambil, menggenggam dan menyobek ini dikarenakan jumlah sampel yang kecil. Subjek
kertas yang telah tersedia dengan berukuran penelitianya kurang dari 10 anak. Selain itu statistik
kecil. non parametrik juga digunakan untuk menganalisis
data yang berskala nominal dan ordinal. Maka rumus

6
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

yang digunakan untuk menganalisis adalah statistik anak tunagrahita sedang di SLB C Dharma Wanita
non parametrik jenis Wilcoxon Match Pairs Test. Lebo Sidoarjo”.

Adapun kriteria penilaiannya antara lain: b. Jika ZH > Z tabel, berarti Ho Ditolak, dan Ha
a. Memegang benda di lingkungan sekitar atau diterima yang artinya “ada pengaruh kegiatan
bahan yang terdapat pada kegiatan menempel menempel kolase sederhana terhadap kemampuan
kolase sederhana. motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB C
3 : Anak mampu memegang kertas atau benda Dharma Wanita Lebo Sidoarjo”.
sejenisnya dengan instruksi secara mandiri.
2 : Anak mampu memegang dengan bantuan
1 : Anak belum mampu memegang HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Menggenggam kertas atau benda sejenisnya di 1. Penyajian Data
lingkungan sekitar.
3 : Anak mampu menggenggam kertas dengan Dari perolehan hasil pre test 2 kali, post test 2
kali dan treatment 10 kali maka diperoleh data dalam
lima jari secara mandiri tabel sebagai berikut :
2 : Anak mampu menggenggam kertas dengan
bantuan (menggenggam kertas dengan lima jari Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Observasi Awal/Pre Tes
tidak terlalu erat) Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita
1 : Anak belum mampu menggenggam kertas Sedang di SLB C Dharma Wanita Lebo Sidoarjo
c. Menjimpit benda yang ada di lingkungan sekitar Nama Observasi Observasi Total Rata-
atau bahan dan material kegiatan menempel Inisial Awal/Pre Awal/Pre Rata
kolase sederhana. Tes I Tes II
3 : Anak mampu menjimpit kertas dengan tiga DF 46,7 53,3 100 50
jari secara mandiri
2 : Anak mampu menjimpit kertas atau benda TR 46,7 53,3 100 50
sejenisnya dengan bantuan (menjimpit kertas
NV 60 66,7 126,7 63,3
dengan empat atau dua jari)
1 : Anak belum mampu menjimpit kertas atau DN 46,7 53,3 100 50
benda sejenisnya.
d. Merobek bahan kegiatan menempel kolase MB 53,3 60 113,3 56,6
sederhana atau benda
RF 60 66,7 126,7 63,3
3 : Anak mampu merobek kertas secara mandiri
2 : Anak mampu merobek dengan bantuan Jumlah Nilai Rata-Rata Observasi Awal/Pre 333,2 =
1: Anak belum mampu merobek kertas Tes 55,53
e. Menempel material kertas yang berukuran kecil
dalam kegiatan menempel kolase sederhana atau Catatan :
menempel benda yang bisa di rekatkan (stiker a. Memegang benda di lingkungan sekitar atau bahan
pada gambar, kertas dengan diberi lem kertas yang terdapat pada kegiatan menempel kolase
dan material kertas dengan diberi lem kertas sederhana.
sesuai dengan pola yang tersedia) 3 : Anak mampu memegang kertas atau benda
3: Anak dapat menempel dengan mandiri sejenisnya dengan instruksi secara mandiri.
2: Anak dapat menempel tetapi kurang rekat 2 : Anak mampu memegang dengan bantuan
1: Anak belum mampu menempel. 1 : Anak belum mampu memegang
b. Menggenggam kertas atau benda sejenisnya di
lingkungan sekitar.
NA (Nilai Akhir) = Skor perolehan x 100 = 3 : Anak mampu menggenggam kertas dengan lima jari
Skor Total secara mandiri
2 : Anak mampu menggenggam kertas dengan bantuan
(menggenggam kertas dengan lima jari tidak terlalu
F. Interpretasi hasil analisis data
erat)
a. Jika ZH ≤ Z tabel, Ho Diterima, yang artinya 1 : Anak belum mampu menggenggam kertas
“tidak ada pengaruh kegiatan menempel kolase c. Menjimpit benda yang ada di lingkungan sekitar atau
sederhana terhadap kemampuan motorik halus bahan dan material kegiatan menempel kolase
sederhana.

7
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

3 : Anak mampu menjimpit kertas dengan tiga Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Observasi
jari secara mandiri Awal/Pre Tes dan Observasi Akhir/Pos
2 : Anak mampu menjimpit kertas atau benda Tes Kemampuan Motorik Halus Anak
Tunagrahita Sedang di SLB C Dharma
sejenisnya dengan bantuan (menjimpit kertas
Wanita Lebo Sidoarjo
dengan empat atau dua jari)
Observa Observa Bed
1 : Anak belum mampu menjimpit kertas atau Nam
si si a
benda sejenisnya. N a
Awal/Pr Akhir/P (O2
o Inisi
f. Merobek bahan kegiatan menempel kolase e Tes os Tes -
al
sederhana atau benda (O1) (O2) O1)
3 : Anak mampu merobek kertas secara mandiri 1 DF 50 89,9 39,9
2 : Anak mampu merobek dengan bantuan
1: Anak belum mampu merobek kertas 2 TR 50 76,6 26,6
g. Menempel material kertas yang berukuran kecil
3 NV 63,3 93,3 30
dalam kegiatan menempel kolase sederhana atau
menempel benda yang bisa di rekatkan (stiker 4 DN 50 89,9 39,9
pada gambar, kertas dengan diberi lem kertas
dan material kertas dengan diberi lem kertas 5 MB 56,6 96,6 40
sesuai dengan pola yang tersedia)
6 RF 63,3 96,6 33,3
3: Anak dapat menempel dengan mandiri
2: Anak dapat menempel tetapi kurang rekat Rata-Rata
55,53 90,48 -
1: Anak belum mampu menempel. Nilai

NA (Nilai Akhir) = Skor perolehan x 100 =


Skor Total 1. Analisis Data
Tahap ini dilakukan oleh peneliti untuk
Tabel 4.2 menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis
Rekapitulasi Data Observasi Akhir/Pos Tes yang berbunyi “ada pengaruh kegiatan menempel
Kemampuan Motorik Halus Anak kolase sederehana terhadap kemampuan motorik
Tunagrahita Sedang di SLB C Dharma
halus anak tunagrahita sedang di SLB C Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo
Nam Observa Observa Tot Rata- Wanita Lebo Sidoarjo”.
a si si al Rata Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam
Inisi Akhir/P Akhir/P analisis data:
al os Tes I os Tes II a. Membuat tabel kerja analisis data yang
DF 86,6 93,3 179 89,9 digunakan untuk menyajikan perubahan
,9 hasil observasi awal/pos test (O2)–observasi
TR 73,3 80 153 76,6
akhir/pre tes (O1) kemampuan motorik
,3
halus anak tunagrahita sedang di SLB C
NV 93,3 93,3 186 93,3
,6 Dharma Wanita Lebo Sidoarjo serta untuk
DN 86,6 93,3 179 89,9 menentukan nilai T (jumlah
,9 jenjang/rangking terkecil).
MB 93,3 100 193 96,6
,3
RF 93,3 100 193 96,6
,3
Jumlah Nilai Rata-Rata Observasi 542,9 =
Akhir/Pos Tes 90,48

8
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

Tabel 4.4 Perubahan Observasi Awal/Pre


Tes Dan Observasi Akhir/Pos Tes Adapun perolehan data sebagai berikut:
Kemampuan Motorik Halus Anak Diketahui : n = 6, maka
Tunagrahita Sedang Di SLB C Dharma
Wanita Lebo Sidoarjo

b. Hasil observasi awal/ pre tes dan observasi


akhir/ pos tes yang telah dimasukkan di
dalam tabel kerja perubahan di atas
merupakan data dalam penelitian, untuk
memperoleh kesimpulan data maka data
dalam penelitian di olah melalui teknik
analisis data. Analisis data adalah cara
yangdigunakan dalam proses
penyederhanaan data kedalam data yang
lebih mudah untuk dibaca dan
dipresentasikan. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus “Uji Peringkat-
Bertanda” Wicoxon, dengan perhitungan
sebagai berikut:

Keterangan:
Z : Nilai hasil pengujian statistik uji
Berdasarkan hasil analisis data observasi
peringkat-bertanda
awal/pre tes dan observasi akhir/pos tes tentang
T : Jumlah tanda terkecil kemampuan motorik halus anak tunagrahita
sedang sesudah perlakuan dapat diketahui ada
X : jumlah jenjang/ranking yang kecil
tidaknya pengaruh kegiatan menempel kolase
T : Mean (nilai rata-rata) = sederhana terhadap kemampuan motorik halus
anak tunagrahita sedang, dengan mean ( T) =
T : Simpangan baku = 10,5, dan simpangan baku ( T) = 4,76 jika
dimasukan kedalam rumus maka didapat hasil:
n : Jumlah sampel
p: probabilitas untuk memperoleh tanda (+) dan
(-) = 0,5 karena nilai krisis 5%

9
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

kegiatan menempel kolase sederhana (tisu, daun,


kertas kasar dan kertas tidak berkilat), menggenggam
kertas atau benda sejenisnya di lingkungan sekitar
(tisu, daun, kertas kasar dan kertas tidak berkilat),
menjimpit benda yang ada di lingkungan sekitar atau
bahan dan material kegiatan menempel kolase
sederhana, merobek bahan kegiatan menempel
kolase sederhana atau benda yang sejenis, menempel
2. Pengujian Hipotesis material kertas yang berukuran kecil dalam kegiatan
Pada hasil perhitungan nilai krisis 5%, menempel kolase sederhana atau menempel benda
maka pengambilan keputusan menggunakan yang bisa di rekatkan (stiker) sesuai dengan petunjuk
pengujian dua sisi α 5%=1,96 karena untuk guru. Kegiatan tersebut melibatkan gerakan otot-otot
menguji antara Ha dan Ho adalah: kecil, dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan
Ha diterima apabila Zhitung > Ztabel 1,96 dengan suasana yang menyenangkan.
Ho diterima jika Zhitung < Ztabel 1,96 Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
motorik halus pada anak tunagrahita sedang
3. Interpretasi Data membutuhkan latihan untuk mengoptimalkan
Dari hasil analisis data di atas didapat Zh = kemampuan motorik halus harus dilakukan secara
2,20(nilai (-) tidak diperhitungkan karena harga berulang-ulang serta dilakukan dengan kondisi yang
mutlak) lebih besar dari nilai Z tabel dengan nilai menyenangkan (Sunaryo, 2007:145)
kritis 5% (untuk pengujian dua sisi) =1,96 suatu Hasil penelitian menunjukan hasil pos tes
kenyataan bahwa nilai Zyang diperoleh dalam dengan menggunakan kegiatan menempel kolase
hitungan adalah 2,20 lebih besar dari pada nilai sederhana terhadap kemampuan motorik halus anak
kritis Ztabel 5% yaitu 1,96 (Zh > Zt) sehingga Ho tunagrahita sedang menunjukan peningkatan yang
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bila signifikan, hal tersebut terlihat berdasarkan hasil pre
Hoditolak maka”ada pengaruh kegiatan menempel tes dengan rata-rata yang didapat 55,53 meningkat
kolase sederhana terhadap kemampuan motorik menjadi 90,48 pada saat pos tes sehingga beda yang
halus anak tunagrahita sedang di SLB C Dharma di dapat adalah 34,95. Analisis data Zh = 2,52 lebih
Wanita Lebo Sidoarjo” jika Ho diterima maka besar dari nilai Z tabel, suatu kenyataan bahwa nilai
”tidak ada pengaruh kegiatan menempel kolase Z yang diperoleh dalam hitungan adalah 2,52 lebih
sedeehana terhadap kemampuan motorik halus besar dari pada nilai krisis Ztabel 5% (pengujian dua
anak tunagrahita sedang di SLB C Dharma Wanita sisi) yaitu 1,96 (Zh > Zt) sehingga Ho ditolak dan Ha
Lebo Sidoarjo”.Untuk membuktikan hasil diterima. Hal ini berarti ada pengaruh kegiatan
hipotesis tersebut maka hasil penelitian perlu menempel kolase sederhan terhadap kemampuan
dibandingkan dengan nilai kritis dalam kurva motorik halus anak tunagrahita sedang.
pengujian dua sisi dengan membandingkan nilai Kemampuan motorik halus anak tunagrahita
tabel dan nilai hitung sebagai yang tergambar sedang meningkat dikarenakan dalam pemberian
dibawah ini. kegiatan menempel kolase sederhana melibatkan
aktivitas gerakan otot-otot halus, dilakukan dengan
suasana yang menyenagkan, dibimbing dan dilatih
Ho Diterima
secara berulang-ulang. Hal tersebut berkaitan dengan
Ho Ditolak Ho Ditolak karkateristik anak tunagrahita sedang yang
mempunyai kecakapan motorik yang cukup lambat
-1,95 +1,95 +2,20
sehingga membutuhkan bimbingan untuk melatih
Gambar 4.1 Kurva Pengujian Hipotesis kemapuan motorik halus (Mumpuniarti, 2007 dalam
Sumardiyah, 2012). Hal ini diperkuat oleh pendapat
PEMBAHASAN
(Astati, 1995:21) yang menyatakan bahwa
Hasil penelitian menunjukan ketika diberikan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita
kegiatan menempel kolase sederhana, kemampuan
(tunagrahita sedang) dapat dilatih dan diberi
anak tunagrahita sedang meningkat dalam aspek
pembelajaran secara bertahap, mulai dari memegang
kemampuan anak autis dalam mengenal konsep
benda kongkrit sampai dengan melakukan kegiatan
hewan meningkatdalam aspek memegang benda di
yang mengfungsikan tangan dan jari-jari untuk
lingkungan sekitar atau bahan yang terdapat pada
melakukan aktivitas sehari-hari dan diperkuat oleh

10
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

(Sunaryo 2007:145) yang menyatakan bahwa Aqib,Zainal. 2013. Model-model,Media,dan Strategi


mengembangkan motorik halus anak tunagrahita Pembelajaran Kontekstual Inovatif. Yogyakarta:
(anak tunagrahita sedang) dapat dilakukan dengan Pustaka Pelajar.
cara melakukan latihan secara berulang-ulang,
Ambardhini, dkk. 2010. “Pengembangan Model
bervariasi dan dalam keadaan yang menyenangkan. Pembelajaran Jasmani Adaptif Untuk
Penelitian pengaruh kegiatan menempel Optimalisasi Otak Anak Tunagrahita”. Jurnal
kolase sederhana terhadap kemampuan motorik halus Kependidikan. Vol. 40(1).
anak tunagrahita sedang berkaitan dengan Penelitian
sebelumnya oleh Yeni (2013) dengan judul Pengaruh American Academy of Pediatrics. 20 Agustus 2015.
Aktivitas Kolase Terhadap Peningkatan Kemampuan Outlook for Children with Intellectual
Motorik Halus Pada Siswa Cerebal Palsy tipe Disabilities. (Online),
(https://www.healthychildren.org/English/health
Spastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa -issues/conditions/developmental-
melalui aktivitas kolase dapat meningkatkan disabilities/Pages/Outlook-for-Children-with-
kemampuan motorik halus pada siswa cerebral palsy Intellectual-Disabilities.aspx diaksesunduh 20
tipe spastik, terbukti dari kenaikan mean level pada November 2015).
setiap sesi. Dengan demikian peneliti menggunakan
kegiatan menempel kolase sederhana untuk Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
mengembagkan motorik halus anak tunagrahita Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta
sedang.
Amriliyanto, Ainun. 2013. “Pembelajaran Chaining
Bermedia Origami Terhadap Kemampuan
PENUTUP Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang”.
A. Simpulan Surabaya: JPLB UNESA. Jurnal PLB (Online).
Kemampuan motorik harus anak Vol.1.
tunagrahita sedang pada anak tunagrahita sedang
di SLB C Dharma Wanita Lebo Sidoarjo Astati. 1995. Terapi Okupasi, Bermain dan Musik untuk
Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.
mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil
analilis data dengan menggunakan rumus Brian Sulkes, S. 2015. Intellectual Disability. (Online),
Wilcoxon menunjukkan bahwa Zh = 2,52 lebih (http://www.msdmanuals.com/home/children-s-
besar dari pada nilai kritis Ztabel 5% yaitu 1,96 health-issues/learning-and-developmental-
(Zh > Zt) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima disorders/intellectual-disability diaksesunduh 20
yang artinya ada pengaruh kegiatan menempel November 2015).
kolase sederhana terhadap kemampuan motorik
Christianti, Martha. 2007. Pengembangan Kemampuan
halus anak tunagrahita sedang di SLB C Dharma
Motorik Halus Anak Usia Dini.
Wanita Lebo Sidoarjo. Yogyakarta:PPPG UNY.
B. SARAN Devi, Indra. 2015. “Mozaik Sebagai Media Peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita
dilaksanakan diketahui bahwa kegiatan menempel Ringan Kelas 1 SDLB-C SLB Negeri 2
kolase sederhana dapat meningkatkan kemampuan Yogyakarta”. Jurnal UNY. Vol. 4(1).
motorik halus anak tunagrahita sedang, oleh karena
itu disarankan bahwa: Decaprio,R. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik
Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press (Anggota
1. Sebaiknya guru lebih kreatif dalam memilih
IKAPI).
kegiatan pembelajaran motorik halus yang
menarik, inovatif dan sesuai dengan karakteristik Duman Gulay., Guven, Y. 2007. “Project Based Learning
anak sehingga mampu mengoptimalkan For Children With Mild Mental Disabilities”.
kemampuan motorik halus anak. International Journal Of Special Education.
2. Sebagai bahan masukan, pengalaman, referensi Vol. 22 (1): hal 81.
dan tinjauan pustaka bagi peneliti lainnya yang
Delaney, Tara. 2010. 101 Permainan dan Aktivitas untuk
hendak melaksanakan penelitian sejenisnya
Anak-Anak Penderita Autisme, Asperger, dan
sehingga semakin banyak alternatif yang dapat Gangguan Pemrosesan Sensorik.
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Yogyakarta:Andi
motorik halus anak tunagrahita sedang
DAFTAR PUSTAKA

11
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

Gandasetiawan, Zimmer. 2009. Mengoptimalkan IQ & ( http://www.scribd.com/doc/267920843/makalah-rancangan-tesis-


EQ Anak Melalui Metode Sensomotorik. Jakarta: ku-docx#scribd)
Libri.

Gunnip, J, et.al. 2001-2015. Intellectual Disability.


(Online), Rismayanthi,Cerika.2013.“Mengembangkan Keterampilan
(https://www.medicalhomeportal.org/diagnoses- Gerak Dasar Sebagai Stimulasi Motorik Bagi
and-conditions/intellectual-disability Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Aktivitas
diaksesunduh 20 November 2015). Jasmani”. Yogyakarta: JPJI UNY. Jurnal PJI
(Online). Vol 9(1),
Gluck, S. 21 Oktober 2015. Types of Intellectual (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/peneliti
Disabilities: List and Examples . (Online), an/Cerika%20Rismayanthi,%20S.Or./STIMUL
(http://www.healthyplace.com/neurodevelopmen ASI%20MOTORIK%20ANAK.pdf).
tal-disorders/intellectual-disability/types-of-
intellectual-disabilities-list-and-examples/
diaksesunduh 20 November 2015)
Somantri,H.T.S. 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan
Huda,Miftakhul. 2013. Model-model Pengajaran dan Khusus. Jakarta: Depdiknas,Dirjen
Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya. Dikti,Direktorat Ketenagaan.

Istanto, Heri. 2012. Pengaruh Pembuatan Kolase Sunaryo dan Sunardi. 2007. Intervensi Dini Anak
Berbahan Kertas Terhadap Kemampuan Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas,
Konsentrasi Belajar Siswa Tunagrahita Ringan Dirjen Dikti,Direktorat Ketenagaan.
Di SLB Aisiyah Sidoarjo. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: PLB Universitas Negeri Sujiono, Bambang,dkk. 2008. Metode Pengembangan
Surabaya. Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

J.Wantah,M. 2007. Pengembangan Kemandirian Anak Sugiyono.2010. MetodePenelitianPendidikan. Bandung:


Tunagrahita Mampu Latih. Jakarta. Depdiknas Alfabeta.
Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan.

Kamisa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Suraaya:


Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Cahaya Agency.
Bandung: Alfabeta.
Kamaril C, 2004. Pendidikan Senin Rupa/Kerajinan
Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak
Tangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.
Muharraar S dan Verayanti R.S., 2012. Kreasi Kolase,
Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Non Parametrik Edisi 2.
Montase, Mozaik. Semarang:Erlangga..
Yogyakarta: BPFE.
Mustaqim. Oktober 2015. Upaya Meningkatkan
Kreativitas Dan Hasil Belajar Dalam Sumaryadi, Siti. 2012. “Peningkatan Motorik Halus Anak
Menggunting Dan Menempel Melalui Metode tunagrahita Sedang Melaui origami Di sdlb
Demonstrasi, (Online), Negeri 1 Sleman”. Yogyakarta: JPLB UNY.
(http://www.mustaqimjnet.com/2015/10/upaya- Jurnal PLB (Online). Vol.2(1),
meningkatkan-kreativitas-dan_17.html
(http://ejournal.uny.ac.id/article/3280/15/article.
diaksesunduh 15 Desember 2015).
docx, diakses 8 April 2015).
Pamadhi H, Sukardi S.E. 2013. Seni Keterampilan Anak.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Smart, Aqila. 2010.Anak Cacat Bukan Kiamat Metode
Pembelajaran dan Terapi Untuk Anak
Prastiana, Dwi. 2014. “Pengaruh Penerapan Teknik Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kata Hati
Mozaik Daun Kering Terhadap Kemampuan
Motorik Halus Anak Kelompok B TK Qoshrul
Tasnila. 2012. “Meningkatkan Kemampuan Koordinasi
Ubudiyah Surabaya”. Jurnal Ilmiah. Vol. 3(1).
Mata dan Tangan Pada Anak Tunagrahita
Quroni, Ahmad 2012. “Model Pembelajaran Pendidikan Sedang”. Jurnal UNP. Vol 1(1):hal 172-182.
Jasmani Adaftif Untuk Optimalisasi Gerak Motorik
Halus (Fine Motor Skills) Bagi Anak Tuna Grahita Wahyudi,A. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan
Sedang Di Slb Negeri PembinaMataram“. Luar Biasa, Surabaya: Unesa University Press.

12
Kegiatan Menempel Kolase Sederhana

Zha, Diara. 2012. Motorik Halus Usia 5-6 Tahun ,


(Online),
(file:///C:/Users/EXTREM%20PC/Music/diara%
20zha%20%20Motorik%20Halus%20Usia%205
-6%20tahun.htm, diakses 07 Juni 2012).

13

You might also like