You are on page 1of 10

Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus


Anak Autis di TK

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
VIVI KURNIA HERVIANI
NIM: 13010044071

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2017

1
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus


Anak Autis di TK

Vivi Kurnia Herviani dan Zaini Sudarto


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)
vivikurniaherviani19@gmail.com

ABSTRACT

A fine motoric ability required to be developed for the autism children because it required in doing learning activity
and daily activity. The fine motoric aspects that should be developed in this research were handling, pinching, holding,
rolling, and attaching things. The learning activity used to enhance the fine motoric ability was by three dimensions collage
activity through activity steps from the start till the end.
The subjects in this research were autism children who were five to seven years old numbering seven children in
TK Mentari School Sidoarjo. The purpose of this research was to prove whether there was influence of three dimensions
collage activity toward fine motoric ability to autism children in TK Mentari School Sidoarjo or not.
The method of this research was quantitative kind and the data which was collected using participant’s observation
was used to obtain the data of fine motoric ability to autism children before and after giving treatment.
The research result was obtained from the pre-test result and post-test result. It was obtained that the pre-test result
was 41,33 and the post-test result was 79,08. In this way, it could be concluded that Z counted = 2,28 was compared to
critic value 5% Z table = 1,96. The result showed Z counted was greater than Z table (Zh > Zt) which meant that Ho was
refused and Ha was accepted so it could be stated that there was significant influence of three dimensions collage activity
application toward fine motoric ability to autism children in TK Mentari School Sidoarjo.

Keywords: three dimensions collage, fine motoric ability

PENDAHULUAN psikiater di Jakarta dari pengalaman prakteknya


Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi mengatakan bahwa sebelum tahun 1990-an jumlah
orang tuanya. Keberadaannya diharapkan dan pasien yang didiagnosis sebagai anak dengan
ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh gangguan autistik dalam setahun hanya sekitar lima
bahagia. Semua orang tua mengharapkan memiliki (5) orang. Kini dalam sehari saja bisa mendiagnosis
anak yang sehat jasmani maupun psikis, dapat tiga (3) pasien baru
membanggakan orangtua, dan sempurna. Autistik merupakan gangguan perkembangan
Akan tetapi terkadang kenyataan yang terjadi yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak
tidak sesuai dengan keinginan. Sebagian orang tua melihat dunia dan belajar dari pengalamannya.
mendapatkan anak yang diinginkannya dan sebagian Biasanya anak-anak ini kurang minat untuk
lagi tidak. Beberapa diantaranya memiliki anak melakukan kontak sosial dan tidak adanya kontak
dengan kebutuhan-kebutuhan khusus, seperti mata. Selain itu, anak-anak autistik memiliki
tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, kesulitan dalam berkomunikasi dan terlambat dalam
autisme, kesulitan belajar dan lambat belajar. perkembangan bicaranya (Hasdianah 2013:93)
Anak berkebutuhan khusus, adalah anak yang Menurut Safaria, 2005 (dalam Mufadhilah, 2014)
memiliki hambatan tersendiri yang membedakan mendefinisikan autis sebagai suatu gangguan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya. perkembangan perpasif yang secara menyeluruh
Mereka membutuhkan bimbingan dan dukungan mengganggu fungsi kognitif, emosi dan
baik dari orangtua dan lingkungannya untuk tumbuh psikomotorik. Seperti yang dijelaskan dalam
dan berkembang agar dapat hidup mandiri secara Elsevier Journal “In addition to these deficits,
optimal, misalnya autisme. children with ASD often experience impairments in
Di Indonesia, isu anak dengan gangguan autisme motor functioning (Fournier, Hass, Naik, Lodha,
muncul sekitar tahun 1990-an. Autisme mulai &Cauraugh, 2010)”.
dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an. Data Autistic Spectrum Disorder (ASD) adalah
jumlah anak dengan gangguan autisme belum gangguan perkembangan yang secara umum tampak
diketahui dengan pasti. Namun jumlah anak dengan ditiga tahun pertama kehidupan anak (Chris W dan
gangguan autisme menunjukkan peningkatan yang Barry W, 2007:3)
makin mencolok. Menurut pengakuan seorang

2
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

Menurut Danuatmaja, 2003:2 autisme merupakan mata. Ketika anak umur 6 tahun, anak mulai dapat
suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. mengelem, mengikat tali sepatu, dan merapikan baju.
Penyakit ini menganggu perkembangan anak. Saat berumur 7 tahun, tangan anak menjadi lebih
Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang stabil antara koordinasi tangan dan mata.
tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan Keterampilan motorik halus sangat penting bagi
perkembangan. perkembangan anak autisme, tetapi hal tersebut juga
Gangguan pada sistem saraf pusat anak autis menjadi hambatan yang paling mendasar pada anak
menyebabkan kondisi perkembangan mental yang autisme. Seperti kurang mampunya memegang,
tertinggal, berdampak pada kemampuan motorik mengambil, menggenggam, dan menempel.
anak autis. Oleh karena itu, anak autis pada Sebagian penyandang autisme mempunyai
umumnya memiliki kecapakan motorik yang lebih perkembangan motorik halus maupun motorik kasar
rendah dibandingkan dengan kelompok anak yang kurang baik, gerakannya kasar dan kurang
sebayanya. Hal ini ditunjukkan dengan luwes bila dibandingkan dengan anak pada
kekurangmampuan dalam aktifitas motorik untuk umumnya.
tugas-tugas yang memerlukan kecepatan gerakan Dalam proses kegiatan belajar mengajar, anak
serta dalam melakukan gerak yang memerlukan autis mempunyai gangguan perkembangan dalam
koordinasi motorik dan keterampilan gerak yang motoriknya, kesulitan dalam koordinasi motorik
lebih kompleks. halus dan sebagainya. Gangguan perkembangan
Perkembangan motorik merupakan salah satu motorik dapat menyebabkan kesulitan belajar. Anak
faktor yang sangat penting dalam perkembangan autis kurang terampil dan kurang terkordinir dalam
individu secara keseluruhan. melaksanakan salah satu tugas.
Dalam mengembangkan koodinasi motorik pada Kemampuan motorik halus perlu dikembangkan
anak terdapat dua gerakan yaitu, gerakan motorik bagi anak autis karena diperlukan dalam melakukan
kasar (gross motors) dan gerakan motorik halus (fine kegiatan pembelajaran dan kegiatan sehari-hari,
motors). Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang sebab dengan mengembangkan kemampuan motorik
membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian halus anak mampu memfungsikan otot-otot kecil
tubuh anak, sedangkan gerakan motorik halus adalah seperti gerakan jari tangan serta mampu
gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh mengkoordinasikan tangan dengan mata.
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil Berdasarkan observasi yang dilakukan pada
seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan tanggal 14 – 21 November 2016 di Taman Kanak-
dan gerakan pergelangan tangan. Gerakan ini tidak kanak Inklusi Mentari School Sidoarjo,
terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik anak autis
membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang masih dikatakan sangat kurang berkembang dengan
cermat (Bambang Sujiono, 2005: 1.14). maksimal. Terlihat pada hasil evaluasi kegiatan
Kemampuan motorik halus (fine motors skills) belajar beberapa siswa, menunjukkan pada kegiatan
merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas menyobek kemudian menempel, siswa belum dapat
yang memerlukan otot-otot kecil pada tangan. menyobek dengan benar dan pada kegiatan
Kemampuan motorik sangatlah penting, karena menempel siswa belum mampu menempel tepat pada
diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. objek yang akan ditempel. Pada kegiatan mewarnai
Hal ini juga berlaku untuk anak-anak, misalnya saja gambar siswa juga masih kesulitan saat memegang
ketika anak berada disekolah, anak banyak pensil warna, kesulitan mewarnai tepat pada objek
mengerjakan hal seperti menggunting, menempel, gambar serta kesulitan dalam menekan pensil warna.
menulis, mewarnai dan sebagainya, semua aktivitas Kemudian, pada kegiatan menebali garis beberapa
tersebut memerlukan kemampuan gerak otot-otot siswa kesulitan mengikuti instuksi dari guru terapi,
kecil pada tangan. Hal ini sangatlah penting dalam sehingga hasil menebali tidak tepat pada objek garis
kehidupan mereka dan dapat secara langsung yang dicontohkan.
memperngaruhi rasa percaya diri anak. Jika Menurut hasil wawancara dengan beberapa guru
kemampuan motorik halus tidak berkembang dengan terapi, guru terapi mengajar secara monoton dan
baik, aktivitas anak juga akan terganggu karena hanya terpaku pada kesulitan anak, serta kurang
keterbatasan kemampuan yang mereka miliki. mengembangkan beberapa inovasi materi dan media.
Pada anak normal yang berumur 5 tahun, Salah satunya dalam pembelajaran motorik halus.
koordinasi motorik halus anak seperti tangan, lengan, Dalam pembelajarannya media yang digunakan
dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah kurang bervariasi, contohnya media kolase. Kolase

3
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

yang digunakan adalah kolase sederhana, tidak METODE


dikembangkan menjadi kegiatan kolase yang kreatif A. Desain penelitian
dan inovatif, seperti kolase 3 dimensi. Selain itu, Model desain yang digunakan adalah One Group
dalam setiap kegiatan pembelajaran ada beberapa Pretest-Posttest Design. Alasan menggunakan desain
anak yang dibantu oleh guru terapi, hal ini penelitian ini karena jumlah subjek yang diteliti
menyebabkan anak kurang mandiri dan cenderung terbatas hanya tujuh anak autis, karakteristik anak
kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan autis yang diteliti bervariasi tidak dapat homogin,
tugasnya. serta materi dan subtansi penelitian pada ranah
Salah satu kegiatan yang menekankan pada perilaku dan sosial anak autis. Pada desain penelitian
stimulasi kemampuan motorik halus anak adalah ini terdapat prestest, sebelum diberi perlakukan.
kegiatan kolase. Dengan kegiatan kolase anak dapat Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
memegang, bermain bentuk, menempel, merekat, lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
berkarya seni, kelincahan otot-otot jari tangan dan keadaan sebelum diberi perlakuan. (Sugiyono,
koordinasi tangan. 2015:109-111).
Dalam penelitian ini, peneliti memilih kegiatan Di dalam one-group pretest-posttest design,
kolase 3 dimensi untuk meningkatkan motorik halus Observasi awal/nilai Pre-test (sebelum diberi
anak autis, karena pada kegiatan kolase 3 dimensi perlakuan) diberi symbol O1. Pre-test dilakukan
anak autis dapat menempel, menyusun dan untuk mengetahui kemampuan awal anak autis dalam
merekatkan bahan-bahan yang tersedia sesuai hal motorik halus terutama koordinasi jari tangan
dengan daya imajinasi masing-masing, serta dalam sebelum diberi perlakuan. Pre-test ini dilakukan
memperoleh bahan-bahan tidak diperlukan banyak sebanyak 1 kali. Kemudian X merupakan symbol
biaya, dapat menggunakan barang-barang bekas serta dari pemberian perlakuan pada anak autis yang
bahan alam yang banyak ditemukan di lingkungan dilakukan dengan memberikan keterampilan kolase 3
sekitar. Dan diharapkan dengan kolase tiga dimensi dimensi untuk meningkatkan kemampuan motorik
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak halus anak autis yang terdiri pada kegiatan
autis. mengambil, memegang, meremas, mengupas,
Kegiatan kolase tiga dimensi tidak seperti kolase menempel dan merekatkan sesuai intruksi.
pada umumnya, dalam kegiatan ini menggunakan Pemberian perlakuan ini dilakukan sebanyak 10
bahan dasar 3 dimensi, seperti pot bunga dan kotak 3 kali. Observasi akhir/nilai post-test (sesudah diberi
dimensi yang dapat diputar dan memudahkan anak perlakuan) diberi symbol O2. Post-test dilakukan
autis untuk menempel dan merekat. Bahan yang untuk melihat kemampuan anak autis dalam dalam
digunakan sudah melalui proses modifikasi terlebih hal motorik halus terutama koordinasi jari tangan
dahulu. Seperti, kulit telur yang sudah melalui proses setelah diberi perlakuan selama 10 kali perlakuan.
pewarnaan, sehingga menghasilkan warna yang Post-test dilakukan dengan cara yang sama dengan
indah dan serasi saat disatukan dengan bahan dasar 3 pre-test. Post-test dilakukan sebanyak 1 kali.
dimensi. Hasil pre-test dan post-test akan dianalisis
Kegiatan kolase tiga dimensi ini sangat jarang dengan statistik non parametrik sign test
diadakan di sekolah, kebanyakan dari sekolah
menggunakan kegiatan kolase sederhana. Manfaat B. Lokasi penelitian
dari kegiatan kolase tiga dimensi yaitu mampu Lokasi penelitian adalah TK Mentari School
melatih kekuatan motorik halus anak dan Sidoarjo yang terletak di Jalan Pondok Wage Indah
menstimulus kognitif anak autis. Proses Blok CC 01-02 Taman, Sidoarjo.
pembelajarannya menggunakan analisis tugas
sehingga pembelajarannya dimulai dari yang mudah C. Variabel dan Definisi Operasional
hingga yang sulit. 1. Variabel Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang Sugiyono (2015:60) variabel penelitian
akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Kegiatan adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
Motorik Halus Anak Autis. sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini
adalah :

4
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

a. Variabel Independen/ bebas Anak autis yang diteliti dalam penelitian


Variabel bebas adalah merupakan ini adalah anak autis yang mengalami
variabel yang mempengaruhi atau yang hambatan dalam keterampilan motorik
menjadi sebab perubahannya atau halus terutama kooodinasi jari tangan
timbulnya variabel terikat. seperti, memegang, menjimpit,
(Sugiyono,2015:61). Variabel bebas dalam mengenggam, memutar dan menempel.
penelitian ini adalah keterampilan kolase 3
dimensi. D. Instrumen Penelitian
b. Variabel Dependen/ terikat Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel terikat adalah variabel yang adalah tabel pengamatan (sekaligus penilaian) untuk
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, tes lisan dan perbuatan. Adapun instrumen penelitian
karena adanya variabel bebas. yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
(Sugiyono,2015:61). Variabel terikat 1. Lembar observasi pretest dan posttest
dalam penelitian ini adalah kemampuan 2. Program Kegiatan Keterampilan Kolase 3
motorik halus anak autis. Dimensi

2. Definisi Operasional E. Teknik Pengumpulan Data


a. Kolase Tiga Dimensi 1. Metode Tes
Kolase tiga dimensi adalah karya seni 2. Metode Observasi
rupa yang dibuat dengan cara menempelkan 3. Metode Dokumentasi
bahan apa saja ke dalam bidang tiga dimensi
dengan komposisi serasi sehingga menjadi F. Teknik Analisis Data
satu kesatuan karya. Berbagai material Teknik analis data yang digunakan dalam
kolase dapat direkatkan pada beragam jenis penelitian ini adalah analisis data statistik non
permukaan, seperti kayu, plastik, kertas, parametrik yaitu pengujian statistik yang dilakukan
kaca atau pun benda lain baik dua dimensi karena salah satu asumsi normalitas tidak dapat
maupun tiga dimensi yang berfungsi dipenuhi. Hal ini dikarenakan jumlah sampel yang
sebagai benda fungsional atau karya seni. kecil. Subyek dalam penelitian ini kurang dari 10
Dalam penelitian ini, kolase 3 dimensi anak. Selain itu statistik non parametrik juga
yang digunakan berbahan dasar pada bidang digunakan untuk menganalisis data yang berskala
3 dimensi yaitu benda yang berbahan tanah nominal dan ordinal. Maka dalam penelitian ini rumus
liat seperti vas tanah liat. Alat dan bahan yang digunakan untuk menganalisis adalah statistik
yang digunakan adalah cangkang telur, non parametrik jenis uji tanda (sign test).
potongan lidi dan lem. Kegiatan ini bisa Rumus uji tanda :
menjadi alternatif bermain dan belajar bagi
𝒙− 𝝁
anak baik di rumah maupun di sekolah. 𝒁𝒉 =
𝝈
b. Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus merupakan
Keterangan :
keterampilan yang menggunakan otot-otot
Zh = nilai hasil pengujian statistik Uji T
kecil dan membutuhkan daya konsentrasi
X = hasil pengamatan langsung yakni
dan memerlukan koordinasi yang baik
jumlah tanda plus (+) – p (0,5)
antara mata dan tangan.
p = Probabilitas untuk memperoleh tanda (+) atau
Keterampilan motorik halus yang akan
(-) adalah 0,5 karena nilai krisi 5 %
diteliti dalam penelitian adalah koordinasi
𝜇 = Mean (nilai rata-rata) = n.p
jari tangan yaitu, memegang, menjimpit,
n = jumlah sampel
mengenggam, memutar dan menempel.
c. Anak Autis 𝜎 = standard deviasi = √𝑛 𝑥 𝑝 𝑥 𝑞
Anak autis adalah anak yang mengalami q = 1 – p = 0,5
suatu gangguan perkembangan yang (Saleh, Samsubar 1996:5)
meliputi gangguan komunikasi, interaksi,
bahasa, perilaku, sensori dan emosi yang
menyebabkan kurangnya aktivitas dan
minat pada lingkungan sekitar.

5
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

Intepretasi hasil analisis data dari penelitian ini Me


Memeg Mengg
Na nji Memutar Mene
adalah: ma
ang
mp
engga
mpel
m
Nilai kritis = 5% (pengujian dilakukan dengan dua it
sisi), maka nilai kritis = ± Z½ = ± 1,96. 1 EL 2 2 2 2 2 2 2 14
1. Jika Zh ≥ Ztabel maka, Ha diterima sehingga adanya 2 FA 2 2 1 1 1 2 2 11

pengaruh yang signifikan dari keterampilan kolase 3 3 FR 2 2 1 2 2 2 2 13


M
dimensi terhadap kemampuan motorik halus anak 4 2 2 1 1 2 2 2 12
A
autis di TK Mentari School Sidoarjo 5 FE 2 2 1 1 1 2 2 10
2. Jika Zh ≤ Ztabel maka, Ho diterima sehingga adanya A
6 2 2 1 1 1 2 2 10
pengaruh yang tidak signifikan dari keterampilan N

kolase 3 dimensi terhadap kemampuan motorik halus 7 IZ 2 2 1 1 1 2 1 10


Rata- Rata Hasil Pre-Test 11,42
anak autis di TK Mentari School Sidoarjo

HASIL DAN PEMBAHASAN b. Data Hasil Observasi Akhir/Post-Test


A. Hasil Penelitian Hasil post test merupakan nilai untuk
1. Penyajian Data mengetahui kemampuan motorik halus
Penelitian dilakukan di TK Mentari School anak autis setelah diberikan perlakuan
Sidoarjo yang dilaksanakan pada tanggal 16 melalui kegiatan kolase tiga dimensi. Post-
Maret – 11 April 2017. Sampel dalam penelitian test diberikan sebanyak 1 kali dengan
ini adalah anak dengan gangguan autis usia 5-7 pemberian tes perbuatan. Tes perbuatan
tahun berjumlah 7 anak yang memerlukan yang diberikan sama seperti yang diberikan
pengembangan dalam kemampuan motorik pada saat pre-test yaitu 7 aspek
halus terutama dalam koordinasi jari tangan perkembangan motorik halus. Data post-
seperti, memegang, menggenggam, menjimpit, test kemampuan motorik halus anak autis
memutar dan menempel. Berdasarkan hasil usia 5-7 tahun di TK Inklusi Mentari
penelitian menunjukkan bahwa dalam kegiatan School Sidoarjo terdapat pada tabel 4.2.
kolase tiga dimensi terhadap kemampuan Berdasarkan hasil post test yang tertera
motorik halus anak autis memiliki pengaruh pada tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa
signifikan terhadap kemampuan motorik halus kemampuan motorik halus anak autis
anak autis sudah menunjukkan peningkatan yang
a. Data Hasil Pre-Test signifikan yaitu kemampuan motorik halus
Hasil pre-test merupakan nilai untuk anak seperti memegang, menjimpit,
mengetahui kemampuan motorik halus menggenggam, memutar dan menempel
anak autis melalui kegiatan kolase tiga yang diberikan walaupun masih dibantu
dimensi. Tes diberikan sebanyak 1 kali melalui instruksi peneliti.
yaitu berupa tes perbuatan yang terdiri dari
Tabel 4.2
7 aspek perkembangan motorik halus anak.
Data Post-Test Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari
Data pre test kemampuan motorik halus
School Sidoarjo
anak autis usia 5-7 tahun di TK Mentari
Aspek Kemampuan Motorik Halus
School Sidoarjo terdapat pada tabel 4.1.
Me
Berdasarkan hasil pre test yang tertera N Na Me
Memega ng Skor
pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa o ma Menj Memutar ne
ng gen
impit mp
kemampuan motorik anak autis di TK gga
el
m
Mentari School Sidoarjo masih kurang. 1 EL 4 4 3 3 4 4 4 26
Sehingga memerlukan perlakuan yang 2 FA 3 3 2 2 2 3 3 18
lebih baik agar kemampuan motorik halus 3 FR 4 4 3 3 3 3 4 24
anak autis dapat meningkat. M
4 4 4 3 3 4 4 4 26
A
5 FE 3 3 3 3 2 2 3 19
Tabel 4.1 A
6 3 3 3 3 3 3 3 21
Data Hasil Pre-Test Motorik Halus Anak Autis di TK N
7 IZ 3 3 3 3 2 4 3 21
Mentari School Sidoarjo
Rata- Rata Hasil Post-Test 22,14
No Aspek Kemampuan Motorik Halus Skor

6
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat adanya parametrik dengan rumus “Uji Tanda”. Tabel
peningkatan signifikan dari rata-rata 11,43 kerja perubahan tanda hasil kemampuan motorik
anak menjadi 22,14. Pada observasi halus anak autis di TK Mentari School Sidoarjo
akhir/post-test yang mendapat nilai
dalam aspek memegang benda kecil dan benda
tertinggi adalah EL dan MA dengan nilai
rata-rata 26 sedangkan yang mendapat besar, menjimpit benda kecil, mengenggam benda
nilai terendah adalah FA dengan nilai rata- kecil, memutar benda dan menempel terdapat pada
rata 18. tabel 4.4
c. Rekapitulasi Data Hasil Pre-Test dan Post-
Test Tabel 4.4
Rekapitulasi dimaksudkan untuk Tabel Perubahan Tanda Hasil Pre-Test dan Post-Test
mengetahui perbandingan tingkat Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari
kemampuan motorik halus anak autis School Sidoarjo
dalam aspek kegiatan motorik halus yaitu Observasi Observasi Perubahan
memegang benda kecil dan benda besar, No Nama Awal/Pre- Akhir/Post- Tanda
Test (O1) Test (O2)
menjimpit benda kecil, mengenggam
EL +
benda kecil, memutar benda, menempel 1 14 26
sebelum atau sesudah diberikan perlakuan FA +
2 11 18
melalui kegiatan kolase tiga dimensi
sehingga diketahui ada atau tidaknya FR +
3 13 24
peningkatan kemampuan motorik halus
MA +
anak autis. Data hasil rekapitulasi 4 12 26
observasi awal/pre-test dan observasi FE +
akhir/post-test kemampuan motorik halus 5 10 19
anak autis di TK Mentari School Sidoarjo 6
AN
10 21
+
terdapat pada tabel 4.3
IZ +
7 10 21
Tabel 4.3
Data Hasil Pre-Test dan Post-Test Kemampuan Motorik
Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo Dari tabel diatas, untuk mencari perubahan
tanda cara yang digunakan adalah mengurangi nilai
No Nama Observasi Observasi Beda hasil pre-test dan post-test. Jika hasil yang
Awal/Pre-Test Akhir/Post-Test (O1-O2) diperoleh positif, maka terdapat perubahan dan
(O1) (O2) diberi tanda (+). Jika hasil yang diperoleh negatif,
1 EL 14 26 12
maka tidak terdapat perubahan dan diberi tanda (-)
2 FA 11 18 7 Data-data hasil penelitian berupa pre-test dan
post-test yang telah dimasukkan di dalam tabel
3 FR 13 24 11 kerja perubahan tanda diatas merupakan data dalam
penelitian, untuk memperoleh kesimpulan data
4 MA 12 26 14
maka data dalam penelitian diolah melalui teknik
5 FE 10 19 9 analisis data. Analisis data adalah cara yang
digunakan dalam proses menyederhanakan data ke
6 AN 10 21 11
dalam data yang lebih mudah untuk dibaca dan
7 IZ 10 21 11 dipresentasikan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Rata-Rata Nilai 11,43 22,14 10,71 rumus “Uji Tanda” (Saleh, Samsubar 1996:5)
dengan perhitungan sebagai berikut :
Dari data diatas, dapat diketahui beda 𝒙− 𝝁
𝒁𝒉 =
antara hasil pre-test dan post-test kemampuan 𝝈
motorik halus anak melalui kegiatan kolase
tiga dimensi yaitu sebesar 10,71.
3. Analisis Data Keterangan :
Data dari hasil pre-test dan post-test Zh = nilai hasil pengujian statistik Uji T
kemudian dianalisis menggunakan statistik non X = hasil pengamatan langsung yakni jumlah
tanda plus (+) – p (0,5)

7
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

p = Probabilitas untuk memperoleh tanda (+) atau krisi. Caranya yaitu membandingkan nilai tabel
(-) adalah 0,5 karena nilai krisi 5 % dengan nilai hitung yang terdapat pada kurva
𝜇 = Mean (nilai rata-rata) = n.p pengujian dua sisi seperti pada gambar 4.1. Taraf
n = jumlah sampel nilai kritis untuk α = 5% dengan ketentuan nilai
𝜎 = standard deviasi = √𝑛 𝑥 𝑝 𝑥 𝑞 kritis = ± Z ½ α = ± 1,96.
q = 1 – p = 0,5 Dari hasil pengujian statistik dalam penelitian
kegiatan kolase tiga dimensi terhadap kemampuan
Diketahui : motorik halus anak autis di TK Mentari School
n = jumlah sampel = 7 Sidoarjo, diperoleh nilai Zh = 2,28. Karena nilai
p =probabilitas = 0,5 Zh = 2,28 lebih besar dari pada nilai kritis = 1,96,
q = 1 – 0,5 = 0,5 maka Ho (Hipotesis nol) ditolak dan Ha (Hipotesis
kerja) diterima. Sehingga hipotesis kerja di atas
Mencari X benar bahwa “Kegiatan kolase tiga dimensi dapat
X = Hasil pengamatan langsung diterapkan dalam meningkatkan kemampuan
= Banyaknya tanda (+) – p motorik halus anak autis di TK Mentari School
= 7 – 0,5 Sidoarjo”.
= 6,5
Mencari μ B. Pembahasan
μ = Mean (nilai rata-rata) = n.p Hasil penelitian terhadap 7 anak autis di TK
= 7.0,5 Mentari School Sidoarjo dalam kegiatan motorik halus
= 3,5 adalah sebagai berikut :
𝜎 = Standar deviasi = √𝑛 . 𝑝 . 𝑞 Pada pelaksanaan pre-test rata-rata yang didapat
adalah 11,43. Anak cenderung lebih pasif dan terlihat
= √7 𝑥 0,5 𝑥 0,5 asik dengan dunia mereka sendiri, terkadang
= √1,75 melakukan flepping, dan anak juga kurang memiliki
= 1,3228756555 semangat yang tinggi karena suasana kelas yang
kurang menarik dan media pembelajaran yang
Berdasarkan hasil analisis data pre test dan diberikan kurang sesuai.
post test tentang kemampuan motorik halus anak Pretest dan posttest dilakukan untuk mengetahui
autis di TK Mentari School Sidoarjo setelah kemampuan motorik halus anak autis sebelum dan
diberikan perlakuan dapat diketahui ada tidaknya sesudah diberikan perlakuan melalui kegiatan kolase
pengaruh dari kegiatan kolase tiga dimensi tiga dimensi. Kemampuan motorik halus anak pada
terhadap kemampuan motorik halus anak autis di saat pretest sebelum diberikan perlakuan mendapat
TK Mentari School Sidoarjo, dengan X (hasil nilai rata-rata 41,33. Karena Hampir semua anak
pengamatan langsung) = 6,5 , µ (mean) = 3,5 dan autisme mempunyai keterlambatan dalam
𝜎 (standar deviasi) = 1,3228756555 jika perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku
dimasukkan kedalam rumus maka didapatkan dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil
hasil : dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang
sendok dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain
𝑥− 𝜇
𝑍ℎ = sebagainya. Sesuai dengan pendapat Danuatmaja
𝜎
6,5 − 3,5 (2003:2) menyatakan bahwa autisme merupakan suatu
𝑍ℎ =
1,3228756555 kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit ini
3 menganggu perkembangan anak. Diagnosisnya
𝑍ℎ =
1,3228756555 diketahui dari gejala-gejala yang tampak, ditunjukkan
𝑍ℎ = 2,28
dengan adanya penyimpangan perkembangan.
Gangguan pada sistem saraf pusat anak autis
4. Pengujian Hipotesis
menyebabkan kondisi perkembangan mental yang
Untuk membuktikan hipotesis kerja (Ha)
tertinggal, berdampak pada kemampuan motorik anak
yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan
autis. Oleh karena itu, anak autis pada umumnya
kegiatan kolase tiga dimensi terhadap kemampuan
memiliki kecapakan motorik yang lebih rendah
motorik halus anak autis di TK Mentari School
dibandingkan dengan kelompok anak sebayanya
Sidoarjo” tersebut diterima atau ditolak, maka
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan
hasil penelitian perlu dibandingkan dengan nilai
motorik halus anak autis peneliti memberikan

8
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

treatment atau perlakukan dengan menerapkan PENUTUP


kegiatan kolase tiga dimensi. Kolase menurut A. Simpulan
Muharrar dan Verayanti (2013:8) adalah sebuah teknik Dari nilai rata-rata hasil pre-test sebelum diberikan
menempel berbagai macam unsur ke dalam satu frame perlakuan adalah 11,43, sedangkan hasil post-test
sehingga menghasilkan karya seni yang baru. sesudah diberikan perlakuan adalah 22,14. Hal tersebut
Pada saat diterapkan kegiatan kolase tiga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
dimensi, anak lebih kreatif dalam memfungsikan organ kegiatan kolase tiga dimensi terhadap kemampuan
motorik halus mereka. Sesuai dengan salah satu motorik halus anak autis di TK Mentari School
manfaat kolase tiga dimensi yaitu melatih kemampuan Sidoarjo.
motorik anak, pada kegiatan kolase menekankan pada Hal ini dibuktikan dengan diperoleh nilai Zh =
aktivitas gerak tangan, dimana hal tersebut mampu 2,28. Karena nilai Zh = 2,28 lebih besar dari pada nilai
melatih untuk mengembangkan keterampilan motorik kritis = 1,96, maka Ho (Hipotesis nol) ditolak dan Ha
halus anak. (Hipotesis kerja) diterima. Sehingga hipotesis kerja di
Berdasarkan hasil post-test dengan menggunakan atas benar bahwa “Kegiatan kolase tiga dimensi dapat
kolase tiga dimensi terhadap kemampuan motorik diterapkan dalam meningkatkan kemampuan motorik
halus anak autis didapat skor 22,14 dari hal tersebut halus anak autis di TK Mentari School Sidoarjo”.
bisa kita lihat perbedaan yang diperoleh dari rata-rata
hasil observasi awal/pre-test yang mendapat skor B. Saran
11,43 menjadi 22,14 saat observasi akhir/post-test. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang dilaksanakan diketahui bahwa terdapat pengaruh
signifikan, dengan mencapai beda rata-rata antara pre- kegiatan kolase tiga dimensi terhadap kemampuan
test dan post-test 10,17. Berdasarkan hasil analisis data motorik halus anak autis di TK Mentari School
didapat Zhitung 2,28 lebih besar dari nilai Ztabel Sidoarjo, maka penulis menyarankan:
dengan nilai kritis 5% (untuk pengujian dua sisi) = 1,96 1. Bagi guru, dalam proses kegiatan pembelajaran
suatu kenyataan bahwa nilai Z yang diperoleh dalam harus melihat karakteristik belajar anak, maka
hitungan adalah 2,28 lebih besar dari pada nilai kritis sebaiknya menggunakan kegiatan pembelajaran
Ztabel 5% yaitu 1,96 (Zh>Zt) sehingga Ho ditolak dan dan media pembelajaran yang sesuai dengan
Ha diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang karakteristik anak dan menarik minat anak, agar
signifikan kegiatan kolase tiga dimensi terhadap anak semangat mengikuti pembelajaran dan
kemampuan motorik halus anak autis di TK Mentari pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
School Sidoarjo. 2. Bagi peserta didik, siswa diharapkan mampu
Kegiatan pembelajaran ini disesuaikan dengan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
karakteristik belajar anak sehingga hasil yang Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran
diharapkan sesuai dengan harapan yaitu terdapat tentu akan meningkatkan kemampuan motorik
peningkatan kemampuan motorik halus. Anak autis halus anak.
memiliki karakteristik belajar visual learning, 3. Bagi sekolah, kegiatan kolase tiga dimensi di
sehingga anak lebih mudah menerima informasi sekolah diharapkan mampu diterapkan pada
menggunakan gambar atau isyarat tubuh. Hal ini peningkatakan kemampuan motorik halus anak
diperkuat oleh Dettmer, dkk.2000 (dalam Nirahma & autis.
Yuniar, 2012:3) yang menyatakan bahwa individu 4. Bagi peneliti lain, dalam penelitian lanjutan
dengan gangguan autisme lebih mudah untuk jumlah sampel yang digunakan lebih banyak,
memperoleh informasi secara visual. Melihat setting kelas yang berbeda dan media pendukung
karakteristik belajar anak autis yang cenderung visual yang digunakan dalam pemberian materi juga
learning, maka dalam pemberian perlakukan berbeda
menggunakan kegiatan kolase tiga dimensi yang dalam
DAFTAR PUSTAKA
prosesnya memperagakan atau mencontohkan
langsung kepada siswa, agar siswa dapat secara Alfiah, 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik
langsung memperhatikan dan setelahnya Halus dalam Memegang Alat Tulis Melalui Kegiatan
mempraktekkan sesuai dengan apa yang dilihat anak. Menggambar dengan Media Kapur Tulis dan Arang
Pada Siswa. Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran
Semarang, Vol. 2 No. 2, Oktober 2014

9
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo

Aquarisnawati, Puri., dkk. 2011. “Motorik Halus Pada Ningsih, Andri Setia. 2015. Identifikasi Perkembangan
Anak Usia Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt”. Keterampilan Motorik Halus Anak dalam Berbagai
Jurnal Insan. Vol. 13 No. 03 Kegiatan Main di Kelompok B TK Se-Gugus Parkit
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Banyuurip Purworejo. Jurnal Pendidikan Guru
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke-4 2015.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Nirahma, Choirunisa. 2012. Metode Dukungan Visual
PT Renika Cipta. Pada Pembelajaran Anak dengan Autisme. Jurnal
Assjari, Musjafak. 2011. Penerapan Latihan Sensorimotor Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol 1, No.
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada 02, Juni 2012.
Anak Autistic Spectrum Disorder. Jurnal Pendidikan Nurilawati, Riski dan Pamuji. 2016. Penerapan Metode
dan Kebudayaan. Vol. 17, No. 2, Maret 2011. Latihan Olah Vokal Terhadap Keterampilan
Beal, Nancy-Gloria Bley Miller (2003). Rahasia Bernyanyi Anak Tunanetra SMALB. Jurnal
Mengajar Seni Pada Anak di Sekolah dan di Pendidikan Khusus.
Rumah. Terjemahan Fretty H. Pangngabeans. Nurjatmika,Yusep. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk
Yogyakarta: Pripoenbooks TK. Jogjakarta : Diva Perss.
Beth P. Johnson, Nicole Papadopoulos, Joanne Fielding, Pratiwi, Ratih Putri dan Afin Murtiningsih. 2013. Kiat
Bruce Tonge, James G. Phillips, Nicole J. Rinehart. Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan Khusus.
2013. "A quantitative comparison of handwriting in Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
children with high-functioning autism and attention Rahayu, Sri Muji. 2014. Deteksi dan Intervensi Dini Pada
deficit hyperactivity disorder". Journal Journal of Anak Autis. Jurnal Pendidikan Anak. Vol III, Edisi 1,
Research of Autism Spectrum Disorder. Vol.7:pp Juni 2014.
1638-1646. Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi
Danuatmaja, Bonny. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media
Jakarta: Puspa Swara Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Nonparametrik.
Dengo, Nining. 2015. Meningkatkan Kemampuan Motorik Yogyakarta: BPFE.
Halus Anak Melalui Kegiatan Mmbutsir dengan Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Edisi
Menggunakan Playdough di PAUD Kamboja Kesebelas Jilid 1. (Alih Bahasa: Mila Rachmawati).
Gorontalo. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Sumanto. (2005). Pengembangan kreativitas seni rupa
Pembelajaran Bidang Pengembangan Fisik/Motorik anak TK. Jakarta:Depdiknas.
di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Jenderal Sampurno, Tejo. 2015. Seni, Melukis dan Anak Autis.
Managemen Pendidikan Dasar dan Menegah Yogyakarta. Psikosain
Fitriana, Eni. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi dengan Samsiah. 2009. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia
Teknik Kolase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Prasekolah. Cahaya Mentari Nasution.
Anak Autis Di SLB PGRI Plosoklaten Kediri. Skripsi Seefeldt, Carol & Barbara. 2008. Pendidikan Anak Usia
tidak diterbitkan. Surabaya:PLB FIP Unesa. Dini (menyiapkan anak usia tiga, empat, dan lima
HR, Hasdianah. 2013. Autis pada anak pencegahan, tahun masuk sekolah). Jakarta: PT indeks
perawatan, dan pengobatan.Yogyakarta: Nuha Setyowati, Nur. 2015. Analisis Kebutuhan Perkembangan
Medika Fisik Motorik Halus Melalui Penerapan Kegiatan
Hurlock, B Elizabeth. 2000. Perkembangan Anak Jilid 1. Kolase di RA Al-Mutsnawatul Islam Kelompok A
Jakarta: Erlangga Mlarak Ponorogo Tahun Ajaran 2015/2016.
Julie A. Worley & Johnny L. Matson. 2012. “Comparing Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas
symptoms of autism spectrum disorders using the Sebelas Maret Surakarta.
current DSM-IV-TR diagnostic criteria and the Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.
proposed DSM-V diagnostic criteria “. Journal of Alfabeta
Research of Autism Spectrum Disorder. Vol. 6:pp Sujiono, Bambang, dkk. 2008. Metode Pengembangan
965-970. Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka
Kustawan, Dedy. 2013. Bimbingan & Konseling Bagi Zulkifli Lubis. 2008. Seni Kemampuan Anak. Jakarta:
Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Luxima Metro Universitas Terbuka
Media.
Muharrar, Syakir & Sri Verayanti. 2013. Kreasi Kolase,
Montase, Mozaik Sederhana. Jakarta: Esensi

10

You might also like