Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
VIVI KURNIA HERVIANI
NIM: 13010044071
2017
1
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
ABSTRACT
A fine motoric ability required to be developed for the autism children because it required in doing learning activity
and daily activity. The fine motoric aspects that should be developed in this research were handling, pinching, holding,
rolling, and attaching things. The learning activity used to enhance the fine motoric ability was by three dimensions collage
activity through activity steps from the start till the end.
The subjects in this research were autism children who were five to seven years old numbering seven children in
TK Mentari School Sidoarjo. The purpose of this research was to prove whether there was influence of three dimensions
collage activity toward fine motoric ability to autism children in TK Mentari School Sidoarjo or not.
The method of this research was quantitative kind and the data which was collected using participant’s observation
was used to obtain the data of fine motoric ability to autism children before and after giving treatment.
The research result was obtained from the pre-test result and post-test result. It was obtained that the pre-test result
was 41,33 and the post-test result was 79,08. In this way, it could be concluded that Z counted = 2,28 was compared to
critic value 5% Z table = 1,96. The result showed Z counted was greater than Z table (Zh > Zt) which meant that Ho was
refused and Ha was accepted so it could be stated that there was significant influence of three dimensions collage activity
application toward fine motoric ability to autism children in TK Mentari School Sidoarjo.
2
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
Menurut Danuatmaja, 2003:2 autisme merupakan mata. Ketika anak umur 6 tahun, anak mulai dapat
suatu kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. mengelem, mengikat tali sepatu, dan merapikan baju.
Penyakit ini menganggu perkembangan anak. Saat berumur 7 tahun, tangan anak menjadi lebih
Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang stabil antara koordinasi tangan dan mata.
tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan Keterampilan motorik halus sangat penting bagi
perkembangan. perkembangan anak autisme, tetapi hal tersebut juga
Gangguan pada sistem saraf pusat anak autis menjadi hambatan yang paling mendasar pada anak
menyebabkan kondisi perkembangan mental yang autisme. Seperti kurang mampunya memegang,
tertinggal, berdampak pada kemampuan motorik mengambil, menggenggam, dan menempel.
anak autis. Oleh karena itu, anak autis pada Sebagian penyandang autisme mempunyai
umumnya memiliki kecapakan motorik yang lebih perkembangan motorik halus maupun motorik kasar
rendah dibandingkan dengan kelompok anak yang kurang baik, gerakannya kasar dan kurang
sebayanya. Hal ini ditunjukkan dengan luwes bila dibandingkan dengan anak pada
kekurangmampuan dalam aktifitas motorik untuk umumnya.
tugas-tugas yang memerlukan kecepatan gerakan Dalam proses kegiatan belajar mengajar, anak
serta dalam melakukan gerak yang memerlukan autis mempunyai gangguan perkembangan dalam
koordinasi motorik dan keterampilan gerak yang motoriknya, kesulitan dalam koordinasi motorik
lebih kompleks. halus dan sebagainya. Gangguan perkembangan
Perkembangan motorik merupakan salah satu motorik dapat menyebabkan kesulitan belajar. Anak
faktor yang sangat penting dalam perkembangan autis kurang terampil dan kurang terkordinir dalam
individu secara keseluruhan. melaksanakan salah satu tugas.
Dalam mengembangkan koodinasi motorik pada Kemampuan motorik halus perlu dikembangkan
anak terdapat dua gerakan yaitu, gerakan motorik bagi anak autis karena diperlukan dalam melakukan
kasar (gross motors) dan gerakan motorik halus (fine kegiatan pembelajaran dan kegiatan sehari-hari,
motors). Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang sebab dengan mengembangkan kemampuan motorik
membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian halus anak mampu memfungsikan otot-otot kecil
tubuh anak, sedangkan gerakan motorik halus adalah seperti gerakan jari tangan serta mampu
gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh mengkoordinasikan tangan dengan mata.
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil Berdasarkan observasi yang dilakukan pada
seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan tanggal 14 – 21 November 2016 di Taman Kanak-
dan gerakan pergelangan tangan. Gerakan ini tidak kanak Inklusi Mentari School Sidoarjo,
terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik anak autis
membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang masih dikatakan sangat kurang berkembang dengan
cermat (Bambang Sujiono, 2005: 1.14). maksimal. Terlihat pada hasil evaluasi kegiatan
Kemampuan motorik halus (fine motors skills) belajar beberapa siswa, menunjukkan pada kegiatan
merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas menyobek kemudian menempel, siswa belum dapat
yang memerlukan otot-otot kecil pada tangan. menyobek dengan benar dan pada kegiatan
Kemampuan motorik sangatlah penting, karena menempel siswa belum mampu menempel tepat pada
diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. objek yang akan ditempel. Pada kegiatan mewarnai
Hal ini juga berlaku untuk anak-anak, misalnya saja gambar siswa juga masih kesulitan saat memegang
ketika anak berada disekolah, anak banyak pensil warna, kesulitan mewarnai tepat pada objek
mengerjakan hal seperti menggunting, menempel, gambar serta kesulitan dalam menekan pensil warna.
menulis, mewarnai dan sebagainya, semua aktivitas Kemudian, pada kegiatan menebali garis beberapa
tersebut memerlukan kemampuan gerak otot-otot siswa kesulitan mengikuti instuksi dari guru terapi,
kecil pada tangan. Hal ini sangatlah penting dalam sehingga hasil menebali tidak tepat pada objek garis
kehidupan mereka dan dapat secara langsung yang dicontohkan.
memperngaruhi rasa percaya diri anak. Jika Menurut hasil wawancara dengan beberapa guru
kemampuan motorik halus tidak berkembang dengan terapi, guru terapi mengajar secara monoton dan
baik, aktivitas anak juga akan terganggu karena hanya terpaku pada kesulitan anak, serta kurang
keterbatasan kemampuan yang mereka miliki. mengembangkan beberapa inovasi materi dan media.
Pada anak normal yang berumur 5 tahun, Salah satunya dalam pembelajaran motorik halus.
koordinasi motorik halus anak seperti tangan, lengan, Dalam pembelajarannya media yang digunakan
dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah kurang bervariasi, contohnya media kolase. Kolase
3
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
4
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
5
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
6
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat adanya parametrik dengan rumus “Uji Tanda”. Tabel
peningkatan signifikan dari rata-rata 11,43 kerja perubahan tanda hasil kemampuan motorik
anak menjadi 22,14. Pada observasi halus anak autis di TK Mentari School Sidoarjo
akhir/post-test yang mendapat nilai
dalam aspek memegang benda kecil dan benda
tertinggi adalah EL dan MA dengan nilai
rata-rata 26 sedangkan yang mendapat besar, menjimpit benda kecil, mengenggam benda
nilai terendah adalah FA dengan nilai rata- kecil, memutar benda dan menempel terdapat pada
rata 18. tabel 4.4
c. Rekapitulasi Data Hasil Pre-Test dan Post-
Test Tabel 4.4
Rekapitulasi dimaksudkan untuk Tabel Perubahan Tanda Hasil Pre-Test dan Post-Test
mengetahui perbandingan tingkat Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari
kemampuan motorik halus anak autis School Sidoarjo
dalam aspek kegiatan motorik halus yaitu Observasi Observasi Perubahan
memegang benda kecil dan benda besar, No Nama Awal/Pre- Akhir/Post- Tanda
Test (O1) Test (O2)
menjimpit benda kecil, mengenggam
EL +
benda kecil, memutar benda, menempel 1 14 26
sebelum atau sesudah diberikan perlakuan FA +
2 11 18
melalui kegiatan kolase tiga dimensi
sehingga diketahui ada atau tidaknya FR +
3 13 24
peningkatan kemampuan motorik halus
MA +
anak autis. Data hasil rekapitulasi 4 12 26
observasi awal/pre-test dan observasi FE +
akhir/post-test kemampuan motorik halus 5 10 19
anak autis di TK Mentari School Sidoarjo 6
AN
10 21
+
terdapat pada tabel 4.3
IZ +
7 10 21
Tabel 4.3
Data Hasil Pre-Test dan Post-Test Kemampuan Motorik
Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo Dari tabel diatas, untuk mencari perubahan
tanda cara yang digunakan adalah mengurangi nilai
No Nama Observasi Observasi Beda hasil pre-test dan post-test. Jika hasil yang
Awal/Pre-Test Akhir/Post-Test (O1-O2) diperoleh positif, maka terdapat perubahan dan
(O1) (O2) diberi tanda (+). Jika hasil yang diperoleh negatif,
1 EL 14 26 12
maka tidak terdapat perubahan dan diberi tanda (-)
2 FA 11 18 7 Data-data hasil penelitian berupa pre-test dan
post-test yang telah dimasukkan di dalam tabel
3 FR 13 24 11 kerja perubahan tanda diatas merupakan data dalam
penelitian, untuk memperoleh kesimpulan data
4 MA 12 26 14
maka data dalam penelitian diolah melalui teknik
5 FE 10 19 9 analisis data. Analisis data adalah cara yang
digunakan dalam proses menyederhanakan data ke
6 AN 10 21 11
dalam data yang lebih mudah untuk dibaca dan
7 IZ 10 21 11 dipresentasikan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Rata-Rata Nilai 11,43 22,14 10,71 rumus “Uji Tanda” (Saleh, Samsubar 1996:5)
dengan perhitungan sebagai berikut :
Dari data diatas, dapat diketahui beda 𝒙− 𝝁
𝒁𝒉 =
antara hasil pre-test dan post-test kemampuan 𝝈
motorik halus anak melalui kegiatan kolase
tiga dimensi yaitu sebesar 10,71.
3. Analisis Data Keterangan :
Data dari hasil pre-test dan post-test Zh = nilai hasil pengujian statistik Uji T
kemudian dianalisis menggunakan statistik non X = hasil pengamatan langsung yakni jumlah
tanda plus (+) – p (0,5)
7
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
p = Probabilitas untuk memperoleh tanda (+) atau krisi. Caranya yaitu membandingkan nilai tabel
(-) adalah 0,5 karena nilai krisi 5 % dengan nilai hitung yang terdapat pada kurva
𝜇 = Mean (nilai rata-rata) = n.p pengujian dua sisi seperti pada gambar 4.1. Taraf
n = jumlah sampel nilai kritis untuk α = 5% dengan ketentuan nilai
𝜎 = standard deviasi = √𝑛 𝑥 𝑝 𝑥 𝑞 kritis = ± Z ½ α = ± 1,96.
q = 1 – p = 0,5 Dari hasil pengujian statistik dalam penelitian
kegiatan kolase tiga dimensi terhadap kemampuan
Diketahui : motorik halus anak autis di TK Mentari School
n = jumlah sampel = 7 Sidoarjo, diperoleh nilai Zh = 2,28. Karena nilai
p =probabilitas = 0,5 Zh = 2,28 lebih besar dari pada nilai kritis = 1,96,
q = 1 – 0,5 = 0,5 maka Ho (Hipotesis nol) ditolak dan Ha (Hipotesis
kerja) diterima. Sehingga hipotesis kerja di atas
Mencari X benar bahwa “Kegiatan kolase tiga dimensi dapat
X = Hasil pengamatan langsung diterapkan dalam meningkatkan kemampuan
= Banyaknya tanda (+) – p motorik halus anak autis di TK Mentari School
= 7 – 0,5 Sidoarjo”.
= 6,5
Mencari μ B. Pembahasan
μ = Mean (nilai rata-rata) = n.p Hasil penelitian terhadap 7 anak autis di TK
= 7.0,5 Mentari School Sidoarjo dalam kegiatan motorik halus
= 3,5 adalah sebagai berikut :
𝜎 = Standar deviasi = √𝑛 . 𝑝 . 𝑞 Pada pelaksanaan pre-test rata-rata yang didapat
adalah 11,43. Anak cenderung lebih pasif dan terlihat
= √7 𝑥 0,5 𝑥 0,5 asik dengan dunia mereka sendiri, terkadang
= √1,75 melakukan flepping, dan anak juga kurang memiliki
= 1,3228756555 semangat yang tinggi karena suasana kelas yang
kurang menarik dan media pembelajaran yang
Berdasarkan hasil analisis data pre test dan diberikan kurang sesuai.
post test tentang kemampuan motorik halus anak Pretest dan posttest dilakukan untuk mengetahui
autis di TK Mentari School Sidoarjo setelah kemampuan motorik halus anak autis sebelum dan
diberikan perlakuan dapat diketahui ada tidaknya sesudah diberikan perlakuan melalui kegiatan kolase
pengaruh dari kegiatan kolase tiga dimensi tiga dimensi. Kemampuan motorik halus anak pada
terhadap kemampuan motorik halus anak autis di saat pretest sebelum diberikan perlakuan mendapat
TK Mentari School Sidoarjo, dengan X (hasil nilai rata-rata 41,33. Karena Hampir semua anak
pengamatan langsung) = 6,5 , µ (mean) = 3,5 dan autisme mempunyai keterlambatan dalam
𝜎 (standar deviasi) = 1,3228756555 jika perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku
dimasukkan kedalam rumus maka didapatkan dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil
hasil : dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang
sendok dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain
𝑥− 𝜇
𝑍ℎ = sebagainya. Sesuai dengan pendapat Danuatmaja
𝜎
6,5 − 3,5 (2003:2) menyatakan bahwa autisme merupakan suatu
𝑍ℎ =
1,3228756555 kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit ini
3 menganggu perkembangan anak. Diagnosisnya
𝑍ℎ =
1,3228756555 diketahui dari gejala-gejala yang tampak, ditunjukkan
𝑍ℎ = 2,28
dengan adanya penyimpangan perkembangan.
Gangguan pada sistem saraf pusat anak autis
4. Pengujian Hipotesis
menyebabkan kondisi perkembangan mental yang
Untuk membuktikan hipotesis kerja (Ha)
tertinggal, berdampak pada kemampuan motorik anak
yang berbunyi “ada pengaruh yang signifikan
autis. Oleh karena itu, anak autis pada umumnya
kegiatan kolase tiga dimensi terhadap kemampuan
memiliki kecapakan motorik yang lebih rendah
motorik halus anak autis di TK Mentari School
dibandingkan dengan kelompok anak sebayanya
Sidoarjo” tersebut diterima atau ditolak, maka
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan
hasil penelitian perlu dibandingkan dengan nilai
motorik halus anak autis peneliti memberikan
8
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
9
Kegiatan Kolase Tiga Dimensi Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di TK Mentari School Sidoarjo
Aquarisnawati, Puri., dkk. 2011. “Motorik Halus Pada Ningsih, Andri Setia. 2015. Identifikasi Perkembangan
Anak Usia Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt”. Keterampilan Motorik Halus Anak dalam Berbagai
Jurnal Insan. Vol. 13 No. 03 Kegiatan Main di Kelompok B TK Se-Gugus Parkit
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Banyuurip Purworejo. Jurnal Pendidikan Guru
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke-4 2015.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Nirahma, Choirunisa. 2012. Metode Dukungan Visual
PT Renika Cipta. Pada Pembelajaran Anak dengan Autisme. Jurnal
Assjari, Musjafak. 2011. Penerapan Latihan Sensorimotor Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol 1, No.
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada 02, Juni 2012.
Anak Autistic Spectrum Disorder. Jurnal Pendidikan Nurilawati, Riski dan Pamuji. 2016. Penerapan Metode
dan Kebudayaan. Vol. 17, No. 2, Maret 2011. Latihan Olah Vokal Terhadap Keterampilan
Beal, Nancy-Gloria Bley Miller (2003). Rahasia Bernyanyi Anak Tunanetra SMALB. Jurnal
Mengajar Seni Pada Anak di Sekolah dan di Pendidikan Khusus.
Rumah. Terjemahan Fretty H. Pangngabeans. Nurjatmika,Yusep. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk
Yogyakarta: Pripoenbooks TK. Jogjakarta : Diva Perss.
Beth P. Johnson, Nicole Papadopoulos, Joanne Fielding, Pratiwi, Ratih Putri dan Afin Murtiningsih. 2013. Kiat
Bruce Tonge, James G. Phillips, Nicole J. Rinehart. Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan Khusus.
2013. "A quantitative comparison of handwriting in Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
children with high-functioning autism and attention Rahayu, Sri Muji. 2014. Deteksi dan Intervensi Dini Pada
deficit hyperactivity disorder". Journal Journal of Anak Autis. Jurnal Pendidikan Anak. Vol III, Edisi 1,
Research of Autism Spectrum Disorder. Vol.7:pp Juni 2014.
1638-1646. Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi
Danuatmaja, Bonny. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media
Jakarta: Puspa Swara Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Nonparametrik.
Dengo, Nining. 2015. Meningkatkan Kemampuan Motorik Yogyakarta: BPFE.
Halus Anak Melalui Kegiatan Mmbutsir dengan Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Edisi
Menggunakan Playdough di PAUD Kamboja Kesebelas Jilid 1. (Alih Bahasa: Mila Rachmawati).
Gorontalo. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Sumanto. (2005). Pengembangan kreativitas seni rupa
Pembelajaran Bidang Pengembangan Fisik/Motorik anak TK. Jakarta:Depdiknas.
di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Jenderal Sampurno, Tejo. 2015. Seni, Melukis dan Anak Autis.
Managemen Pendidikan Dasar dan Menegah Yogyakarta. Psikosain
Fitriana, Eni. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi dengan Samsiah. 2009. Pengembangan Motorik Halus Anak Usia
Teknik Kolase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Prasekolah. Cahaya Mentari Nasution.
Anak Autis Di SLB PGRI Plosoklaten Kediri. Skripsi Seefeldt, Carol & Barbara. 2008. Pendidikan Anak Usia
tidak diterbitkan. Surabaya:PLB FIP Unesa. Dini (menyiapkan anak usia tiga, empat, dan lima
HR, Hasdianah. 2013. Autis pada anak pencegahan, tahun masuk sekolah). Jakarta: PT indeks
perawatan, dan pengobatan.Yogyakarta: Nuha Setyowati, Nur. 2015. Analisis Kebutuhan Perkembangan
Medika Fisik Motorik Halus Melalui Penerapan Kegiatan
Hurlock, B Elizabeth. 2000. Perkembangan Anak Jilid 1. Kolase di RA Al-Mutsnawatul Islam Kelompok A
Jakarta: Erlangga Mlarak Ponorogo Tahun Ajaran 2015/2016.
Julie A. Worley & Johnny L. Matson. 2012. “Comparing Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas
symptoms of autism spectrum disorders using the Sebelas Maret Surakarta.
current DSM-IV-TR diagnostic criteria and the Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.
proposed DSM-V diagnostic criteria “. Journal of Alfabeta
Research of Autism Spectrum Disorder. Vol. 6:pp Sujiono, Bambang, dkk. 2008. Metode Pengembangan
965-970. Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka
Kustawan, Dedy. 2013. Bimbingan & Konseling Bagi Zulkifli Lubis. 2008. Seni Kemampuan Anak. Jakarta:
Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Luxima Metro Universitas Terbuka
Media.
Muharrar, Syakir & Sri Verayanti. 2013. Kreasi Kolase,
Montase, Mozaik Sederhana. Jakarta: Esensi
10