Professional Documents
Culture Documents
De Jure: (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)
De Jure: (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
ABSTRACT
Corruption eradication in Indonesia is one of the most important agendas of the government in order to
rid themselves from corruption, collusion and nepotism. Corruption is an extraordinary and systematic
crime hence extraordinary efforts are also required in eradicating it. Corruption is an extraordinary crime,
the eradication of which will need extraordinary methods (out-of-box) not by employing ordinary means,
like business as usual. From the beginning, KPK was designed and vested with extraordinary authorities
(superbody) empowering it to uncover slick and dirty practices and to penetrate even the strongest corruption
strongholds. It has been proved that by employing strong powers in doing actions such as wiretapping,
investigation, without having to go through licensing procedures, and using modern investigative techniques
such as surveillance and forensic audits, the KPK, slowly but sure, is able to restore the public confidence.
Major cases involving high-ranking officials began to be touched by the KPK. Starting from the relatives of the
President, the treasurer of the ruling party, the former National Police Chief, the former ministers including
corrupt prosecutors and judges, were brought before the court and jailed. In tandem with the Corruption
Court, both have transformed themselves into frightening specters haunting the corruptors. The establishment
of the Corruption Eradication Commission (KPK) has in fact introduced a breath of fresh air for the law
enforcement in Indonesia. Ones may start to see the results, our CPI has begun to slowly increase one basis
point over the past seven years. The success is not without challenges, there are always attempts to fight back
by those who feel annoyed by what the KPK has done. For this reason, the Government of Indonesia pays
serious attention to the efforts in eradicating corruption by strengthening the institutions and roles of the KPK.
The issue to be studied centers around the roles of the Corruption Eradication Commission in preventing and
eradicating corruption. The method used is empirical normative method. According to the research, one may
conclude that the KPK’s responsibilities and roles are establishing coordination with the other agencies with
similar duties of eradicating corruption; supervising the agencies powered to eradicate corruption; to make
inquiries, investigation and prosecution of corruption cases; to take actions in preventing corruption; and
to monitor the administration of the State’s affairs. At the same time the KPK has the powers to coordinate
investigations, inquiries, prosecutions of corruption cases; to make sure a reporting system in the eradication
of corruption is in place; to inquire information about activities related to the corruption eradication from
related agencies; to hold hearings or meetings with the agencies authorized to eradicate corruption; to require
reports from relevant institutions related to the prevention of corruption.
Keywords: roles; corruption eradication commission; prevention and eradication.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 517
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
ABSTRAK
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan sistimatis sehingga diperlukan upaya yang luar biasa pula dalam
memberantasnya. Oleh karenanya, KPK sejak awal memang didesain dengan kewenangan luarbiasa (superbody)
agar mampu mengungkap praktik licik-kotor serta menembus benteng pertahanan koruptor yang paling kuat
sekalipun. Terbukti dengan kewenangan yang kuat seperti penyadapan, penyidikan, tanpa harus menempuh
prosedur perizinan, serta menggunakan teknik investigasi modern seperti surveillance dan audit forensic,
KPK perlahan mampu mengembalikan kepercayaan public. Pemerintah Indonesia sangat memberi perhatian
serius dalam upaya pemberantasan korupsi dengan menguatkan lembaga dan peran KPK. Permasalahan yang
diteliti adalah bagaimana peran komisi pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Metode yang digunakan adalah normative empiris. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa KPK
memiliki tugas dan peran melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi; supervise; penyelidikan, penyidikan dan penuntutan; melakukan tindakan pencegahan;
dan melakukan pemantauan (monitoring) penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sementara itu kewenangan
yang dimiliki oleh KPK adalah mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi; meletakkan sistem pelaporan; meminta informasi kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi kepada instansi terkait; melaksanakan dengar pendapat dengan instansi yang berwenang; meminta
laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
Kata kunci: peran; komisi pemberantasan korupsi; pencegahan dan pemberantasan.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Upaya penindakan dan pencegahan tindak terus bergulir, walaupun berbagai strategi telah
pidana korupsi menjadi isu yang sangat menarik dilakukan, tetapi perbuatan korupsi masih tetap
dalam penegakan hukum, hal ini membuktikan saja merebak di berbagai sektor kehidupan. Pada
betapa pentingnya setiap langkah hukum yang tanggal 29 Maret 2012 dilakukan penandatanganan
dilakukan dalam rangka pemberantasan tindak Kesepakatan Bersama antara Jaksa Agung Muda
pidana korupsi. Tiada berlebihan apabila tindak Tindak Pidana Khusus, Kepala Badan Reserse
pidana korupsi dianggap sebagai extra ordinary Kriminal Polri dan Sekretaris Jenderal Komisi
crime karena dilakukan dengan cara yang sistematis Pemberantasan Korupsi tentang Pemetaan 10
dan meluas, serta dampak yang ditimbulkan apabila (sepuluh) Area Rawan KorupsiTahun 2012,
tidak dapat dikendalikan akan membawa bencana meliputi :
bagi kehidupan perekonomian dan pembangunan 1. Sektor Pengadaan Barang dan Jasa;
nasional, untuk itu pemberantasan tindak pidana
2. Sektor Keuangan dan Perbankan;
korupsi memerlukan tindakan hukum yang luar
biasa pula (extra ordinary measures). 3. Sektor Perpajakan;
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 4. Sektor Minyak dan Gas;
yang pernah dilansir Transparency International 5. Sektor BUMN/BUMD;
Indonesia menunjukkan perbaikan pemberantasan 6. Sektor Kepabeanan dan Cukai;
korupsi meskipun angkanya belum 7. Sektor Penggunaan APBN/APBD dan
menggembirakan, yakni hasil survey tahun 2011 APBN-P/APBD-P;
IPK Indonesia dengan skor 3,0 (skala 0 sampai 10)
8. Sektor Aset Negara/Daerah;
dengan menduduki peringkat 100 dari 182 negara,
tahun 2012 IPK Indonesia berubah menjadi skor 32 9. Sektor Pertambangan;
(skala 0 sampai 100) dengan menduduki peringkat 10. Sektor Pelayanan Umum.
118 dari 176 negara. Tahun 2013 IPK Indonesia Memperhatikan pemetaan tersebut, ternyata
tetap dengan skor 32 dengan menduduki peringkat sektor keuangan dan perbankan menduduki
114 dari 177 negara, sedangkan tahun 2014 peringkat ke dua, hal ini dapat diartikan tingkat
IPK Indonesia menjadi 34 dengan menduduki kerawanan terjadinya korupsi pada sektor ini dinilai
peringkat 107 dari 175 negara. Perolehan IPK ini cukup tinggi, baik dari penilaian jumlah perkara
belum memenuhi target yang ditetapkan, karena maupun tingkat kerugian keuangan negara yang
dalam Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun ditimbulkannya. Terbukti dengan kewenangan
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka yang kuat seperti penyadapan, penyidikan tanpa
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, harus menempuh prosedur perizinan, serta
target pencapaian IPK di akhir RPJMN tersebut menggunakan teknik investigasi modern seperti
mencapai skor 50. Sedangkan IPK Indonesia surveillance dan audit forensic, KPK perlahan
tahun 2015 mengalami sedikit kenaikan dengan mampu mengembalikan kepercayaan publik
score 36, menduduki peringkat 88 dari 168 Kelahiran KPK nyata-nyata membawa angin segar
negara, tahun 2016 hanya naik satu poin dengan bagi penegakan hukum di Indonesia. Hasilnya
score mencapai 37 dengan menduduki peringkat sudah mulai terlihat, IPK kita mulai perlahan
90 dari 176 negara dan tahun 2017 dengan score meningkat. Kini Indonesia memiliki nilai tiga,
yang sama 37 menduduki peringkat 96 dari 180 meningkat satu basis poin selama beberapa tahun
negara. Di sisi lain dalam bulan Januari sampai terakhir. Memang masih relative kecil, namun jika
dengan Februari 2015, hubungan kelembagaan dilihat dari tren, kenaikan tersebut merupakan
aparat penegak hukum yang memiliki kewenangan yang tertinggi se- ASEAN dalam kurun waktu
dalam pemberantasan korupsi, yaitu Kepolisian yang sama. Menurut Transparency International
RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) salah satu faktor kenaikan IPK adalah karena
dianggap oleh berbagai kelompok masyarakat sumbangsih KPK dan reformasi birokrasi di
telah terjadi ketegangan, bahkan hal ini sangat kementerian.
mewarnai dinamika penegakan hukum di tanah Keberhasilan KPK ini bukan tanpa tantangan,
air khususnya pemberantasan korupsi. selalu ada upaya perlawanan balik (fights back)
Langkah pemberantasan korupsi yang oleh pihak-pihak yang merasa terusik oleh sepak
dilakukan oleh pemerintah sampai saat ini masih terjang KPK. Serangan balik itu juga bermacam-
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 519
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
sehingga benar-benar membahayakan kepentingan ekonomi cukup, tetapi tetap saja korupsi. Ketiga,
umum. corruption by chance. Artinya, korupsi ini terjadi
Rumusan korupsi yang dikutip oleh IGM. karena ada kesempatan (Sridjaya Pradonggo,
Nurdjana dari sudut pandang sosiologis yang Tjandra: 2012:4).
dikaji oleh Martiman Prodjohamidjojo dengan Secara yuridis pengertian korupsi menurut
mengemukakan pendapat Syeh Hussein Alatas, Pasal 1 UU No. 24 Prp Tahun 1960 tentang
menyatakan bahwa: Pengusutan, penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak
“Terjadinya korupsi adalah apabila seorang Pidana Korupsi adalah bahwa: Yang disebut tindak
pegawai negeri menerima pemberian yang pidana korupsi ialah:
disodorkan oleh seorang dengan maksud a. Tindakan seseorang yang dengan sengaja atau
memengaruhinya agar memberikan karena melakukan kejahatan pelanggaran
perhatian istimewa pada kepentingan- memperkaya diri sendiri atau orang lain
kepentingan sipemberi. Kadang-kadang juga atau suatu badan yang secara langsung atau
berupa perbuatan menawarkan pemberian tidak langsung merugikan keuangan atau
uang hadiah lain yang dapat menggoda perekonomian Negara atau daerah atau
pejabat. Termasuk dalam pengertian ini juga merugikan keuangan suatu badan yang
pemerasan, yakni permintaan pemberian menerima bantuan dari keuangan Negara
atau hadiah seperti itu dalam pelaksanaan atau daerah atau badan hukum lain yang
tugas-tugas publik yang mereka urus bagi mempergunakan modal dan kelonggaran-
keuntungan mereka sendiri” (IGM. Nurdjana: kelonggaran dari Negara atau masyarakat.
(2003:10). b. Perbuatan seseorang yang dengan sengaja
Dipandang dari Gone Theory yang atau karena melakukan kejahatan atau
dikemukakan oleh Jack Bologne yang dikutip oleh dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan
R. Diyatmiko Soemodihardjo, bahwa faktor-faktor atau kedudukan.
yang menyebabkan terjadinya korupsi adalah: Dalam Pasal 1 UU No. 3 tahun 1971 tentang
1. Greeds (keserakahan) yang berkaiatan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dijelaskan
dengan adanya perilaku serakah yang secara tentang pengertian korupsi, yaitu:
potensial ada di dalam diri setiap orang; “Dihukum karena tindak pidana korupsi
2. Oportunities (kesempatan) yang berkaitan ialah:
dengan keadaan organisasi, instansi atau a. Barang siapa dengan melawan hukum
masyarakat, sehingga terbuka kesempatan melakukan perbuatan memperkaya diri
bagi seorang untuk melakukan korupsi; sendiri atau orang lain atau suatu Badan,
3. Needs (kebutuhan) yang terkait dengan yang secara langsung atau tidak langsung
faktor kebutuhan individu guna menunjang merugikan keuangan dan atau perekonomian
hidupnya yang layak; dan Negara atau diketahui atau patut disangka
4. Exposures (pengungkapan) yaitu faktor yang olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan
berkaitan dengan tindakan, konsekuensi atau keuangan Negara atau perekonomian Negara.
resiko yang akan dihadapi oleh pelaku apabila b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan
yang bersangkutan terungkap melakukan diri sendiri atau orang lain atau suatu Badan,
korupsi. (R. Diyatmiko Soemodihardjo: menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
(2008:153-154). atau sarana yang ada padanya karena jabatan
Sementara itu menurut Topane Gayus atau kedudukan, yang secara langsung atau
Lumbuun, yang dikutip oleh Tjandra Sridjaya tidak langsung merugikan keuangan Negara
Pradjonggo mengemukakan ada tiga model atau perekonomian Negara.
korupsi di Indonesia. Pertama, corruption by c. Barang siapa yang melakukan kejahatan
need. Artinya, kondisi yang membuat orang harus yang tercantum dalam Pasal-pasal 209, 210,
korupsi; apabila tidak korupsi atau melakukan 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423,
penyimpangan, maka tidak dapat hidup. Kedua, 435 KUHP.
corruption by greed. Artinya, korupsi yang
memang karena serakah, sekalipun secara
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 521
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
d. Barang siapa memberi hadiah atau janji Pembuktian dan pembentukan suatu badan atau
kepada pegawai negeri seperti dimaksud lembaga khusus yang independen dalam rangka
dalam Pasal 2 dengan mengingat sesuatu pemberantasan tindak pidana korupsi yang disebut
kekuasaan atau wewenang yang melekat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
pada jabatannya atau kedudukannya atau Di Indonesia lembaga Khusus pemberantasan
oleh sipemberi hadiah atau janji dianggap Tindak Pidana Korupsi telah dibentuk berdasarkan
melekat pada jabatan atau kedudukan itu. Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi
e. Barang siapa tanpa alasan yang wajar Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK)
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya adalah lembaga Negara yang dalam melaksanakan
setelah menerima pemberian atau janji yang tugas dan wewenangnya bersifat independen dan
diberikan kepadanya seperti yang tersebut bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. KPK
dalam Pasal-Pasal 418, 419 dan 420 KUHP dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna
tidak melaporkan pemberian atau janji dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan
tersebut kepada yang berwajib. tindak pidana korupsi. Dalam menjalankan
f. Barangsiapa yang melakukan percobaan tugas dan wewenangnya, KPK berasaskan pada,
atau permufakatan untuk melakukan tindak kepastian hukum, keterbukaan akuntabilitas,
pidana tersebut dalam ayat (1) a, b, c, d, e, kepentingan umum, dan proporsionalitas.
Pasal ini. Organisasi KPK di Indonesia terdiri atas Pimpinan
yaitu seorang Ketua merangkap anggota dan
Kemudian Pasal 2 UU No. 3 Tahun 1971 dan
empat orang Wakil Ketua merangkap anggota,
Pasal 2 dan 3 UU No. 31 Tahun 1999 Pemberantasan
Tim Penasehat terdiri dari empat orang.
Tindak Pidana Korupsi yang mencabut UU No.
3 Tahun 1971 diatas menjelaskan pengertian Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai
korupsi, yaitu: 4 (empat) bidang, yaitu:
a. Setiap orang yang secara melawan hukum 1. Deputi Bidang Pencegahan
melakukan perbuatan memperkaya diri 2. Deputi Bidang Penindakan
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi 3. Deputi Bidang Informasi dan Data, dan
yang dapat merugikan keuangan Negara atau
4. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan
perekonomian Negara (Pasal 2 ayat 1).
Pengaduan Masyarakat.
b. Setiap orang dengan tujuan menguntungkan
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
diri sendiri atau orang lain atau suatu
dipilih lewat panitia seleksi yang diajukan ke DPR
korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
untuk dipilih dan kemudian diangkat dan dilantik
kesempatan atau sarana yang ada padanya
Presiden dan KPK dibantu Sekretaris Jenderal
karena jabatan atau kedudukan yang
yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dapat merugikan keuangan Negara atau
(Deni Setyawati: (2008:25-26). KPK bertanggung
perekonomian Negara (Pasal 3).
jawab kepada publik dan laporan tertulis secara
terbuka dan berkala kepada Presiden Republik
B. KeberadaanKomisiPemberantasan Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Korupsi di Indonesia Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan (Pasal
Usaha untuk memberantas korupsi sudah 20 UU No. 30 tahun 2002), dan KPK mempunyai
menjadi masalah global bukan lagi nasional atau tugas dan kewenangan (Pasal 6 UU no. 30 tahun
regional. Ada usaha terutama desakan rakyat 2002).
agar korupsi diberantas habis sehingga jika perlu Dengan tugas dan kewenangan yang
digunakan hukum darurat, seperti pidana yang dimiliki oleh KPK, maka KPK merupakan ujung
berat, sistem pembalikan beban pembuktian, tombak pemberantasan korupsi di Indonesia.
pembebasan, penanganan korupsi dari instansi Sehubungan hal tersebut, Visi KPK adalah
pemerintah kepada suatu badan independen yang “Mewujudkan Indonesia yang bebas Korupsi”.
terjamin kredibilitasnya dan integritasnya. Upaya Visi ini menunjukkan suatu tekad kuat dari KPK
untuk dapat melaksanakan pemberantasan korupsi untuk segara instan kemanapun diperlukan suatu
secara efektif dan efisien salah satunya adalah penanganan yang komprehensif dan sistimatis.
melalui penerapan Sistem Pembalikan Beban Sedangkan misi KPK adalah “Penggerak
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 523
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
D. Kewenangan KPK dalam dugaan yang kuat dan bukti permulaan yang
Penyelidikan, Penyidikan dan cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan
Penuntutan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri berkaitan
dengan tugas penyidikan. Penyidik wajib
Segala kewenangan yang berkaitan dengan membuat berita acara penyitaan pada hari
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan yang penyitaan yang memuat:
diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
a. Nama, jenis, dan jumlah barang atau
tentang Hukum Acara Pidana berlaku juga bagi
benda berharga lain yang disita;
penyelidik, penyidik dan penuntut umum pada
KPK (Pasal 38 ayat (1). Ketentuan sebagaimana b. Keterangan tempat, waktu, hari, tanggal,
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang bulan dan tahun dilakukan penyitaan;
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara c. Keterangan mengenai pemilik atau yang
Pidana tidak berlaku bagi penyidik tindak pidana menguasai barang atau benda berharga
korupsi. lain;
Penyelidikan, Penyidikan dan penuntutan d. Tandatangan dan identitas penyidik
tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan yang melakukan penyitaan;
hukum acara pidana yang berlaku dan berdasarkan e. Tandatangan dan identitas dari pemilik
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana atau orang yang menguasai barang
telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun tersebut.
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Salinan berita acara penyitaan disampaikan
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
kepada tersangka atau keluarganya. Untuk
Tindak Pidana Korupsi. Penyelidikan, penyidikan
kepentingan penyidikan, tersangka tindak pidana
dan penuntutan umum dilaksanakan berdasarkan
korupsi wajib memberikan keterangan kepada
perintah dan bertindak untuk dan atas Nama
penyidik tentang seluruh harta bendanya dan harta
Komisi Pemberantasan Korupsi (Evi Hartanti:
benda istri atau suami, anak dan harta benda setiap
2008:69-70).
orang atau korporasi yang diketahui dan/atau
1. Penyelidikan yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak
Penyelidik adalah Penyelidik pada KPK pidana korupsi yang dilakukan oleh tersangka.
yang diangkat dan diberhentikan oleh KPK Setelah penyidikan dinyatakan cukup, penyidik
(Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor: membuat berita acara dan disampaikan kepada
30 Tahun 2002). Penyelidik melaksanakan Pimpinan KKPK untuk ditindak lanjuti.
fungsi penyelidikan tindak pidana Apabila suatu tindak pidana korupsi
korupsi. Jika penyelidik dalam melakukan terjadi dan KPK belum melakukan penyidikan,
penyelidikan menemukan permulaan bukti sedangkan perkara telah dilakukan penyidikan
yang cukup adanya dugaan tindak pidana oleh Kepolisian atau Kejaksaan, instansi tersebut
korupsi, dalam waktu paling lambat tujuh wajib memberitahukan kepada KPK paling
hari terhitung sejak tanggal ditemukan lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
bukti permulaan yang cukup, penyelidik tanggal dimulainya penyidikan. Jika KPK sudah
melaporkan kepada KPK dan Komisi mulai melakukan penyidikan, maka Kepolisian
Pemberantasan Korupsi menghentikan atau Kejaksaan tidak berwenang lagi melakukan
penyelidikan. Dalam hal KPK berpendapat penyidikan. Jika penyidikan dilakukan secara
bahwa perkara tersebut diteruskan, KPK bersamaan maka penyidikan yang dilakukan oleh
melaksanakan penyidikan sendiri atau kepolisian atau Kejaksaan (empat belas) hari
dapat melimpahkan perkara tersebut kepada kerja wajib melimpahkan berkas perkara tersebut
penyidik Kepolisian atau Kejaksaaan. kepada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
2. Penyidikan (PengadilanTipikor). (EviHartanti: 2008:70-71).
Penyidik adalah penyidik pada KPK
yang diangkat dan diberhentikan oleh KPK
(Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30
tahun 2002). Penyidik melaksanakan fungsi
penyidikan tindak pidana korupsi. Atas dasar
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 525
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 527
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
kekurangan. Tiap organisasi dapat menerapkan dicakup dalam prosedur dan kebijakan yang
teknik yang paling sesuai dengan budaya, etika telah ada pada organisasi. Selain itu, kebijakan
kerja dan juga organisasi yang bersangkutan. pemberantasan korupsi juga penting sebagai
2. Membangun Budaya Anti Korupsi pedoman dan rujukan standar penanganan ketika
korupsi ditemukan, dicurigai atau dideteksi.
Langkah awal dalam program pencegahan
Standar penanganan tersebut dituangkan dalam
korupsi adalah membangun kesadaran bagi semua
Kebijakan Respon atas tindak pidana korupsi.
stakeholder perusahaan/organisasi mengenai
Dalam penyusunan dan pengembangan Kebijakan
bahaya korupsi. Selanjutnya langkah-langkah
pemberantasan korupsi, diperlukan pengetahuan
pencegahan dilakukan dengan menerapkan
mengenai sifat-sifat dari kebijakan pemberantasan
prinsip-prinsip good governance dan penguatan
korupsi, antara lain meliputi:
corporate culture yang tidak memberi ruang
toleransi pada pelaku korupsi. Untuk lebih Bersifat dinamis dan dikembangkan sesuai
jelasnya, pembangunan corporate culture yang kebutuhan organisasi (need based).
selaras dengan program anti korupsi dapat Merupakan model/kerangka kerja dan
ditempuh melalui langkah-langkah berikut: arah untuk merencakan, melaksanakan
Memperlihatkan Teladan Pimpinan dan mengkoordinasikan upaya-upaya
pemberantasan korupsi pada organisasi atau
Menciptakan Lingkungan Kerja yang positif
lembaga.
Merekrut dan Mempromosikan Karyawan
Harus efektif biaya (cost benefit analysis).
yang Layak
Kebijakan pemberantasan korupsi akan
Konfirmasi Ketaatan.
efektif jika didukung prosedur, kebijakan dan
3. Penguatan Budaya Anti Korupsi. pedoman yang tepat, dan di review secara
Berdasarkan faktor-faktor pemicu korupsi di periodik agar efektif dan tidak ketinggalan
atas program pencegahan korupsi dapat dilakukan zaman (out of date).
dengan menurunkan motif, membatasi kesempatan Kebijakan pemberantasan korupsi didukung
dan membatasi kemampuan pelaku korupsi oleh dokumen-dokumen lain sebagai buku
potensial untuk merasionalisasi tindakannya, pembantu dan diberi referensi silang,
termasuk menjauhkannya dari godaan, Ketiga misalnya kebijakan respons atas korupsi.
langkah tersebut dapat diterapkan secara lebih
Setiap unsur dalam kebijakan pemberantasan
detail dengan memperkuat program pembangunan
korupsi dianalisis/dievaluasi apakah dibutuh-
budaya anti korupsi. Adapun mekanisme
kan atau tidak agar tidak tumpang tindih
penguatan tersebut antara lain :
dengan tindakan lain dalam pemberantasan
Merekrut dan Mempromosikan Pegawai korupsi.
Mengevaluasi Program Kompensasi dan Kebijakan pemberantasan korupsi bersifat
Kinerja makro dan terintegrasi.
Kewajiban mengambil Cuti tahunan secara 5. Prinsip-prinsip Kebijakan Pemberantasan
bergilir Korupsi
Persetujuan dan proses otorisasi dengan a. Kebijakan pemberantasan korupsi ditetapkan
tandatangan dan countersign. secara tertulis dan formal;
Pendokumentasian setiap transaksi dan b. Penetapan kebijakan pemberantasan korupsi
kejadian yang proaktif
Melaksanakan wawancara orang yang keluar c. Kebijakan pemberantasan korupsi selaras
(Exit Interviews) dengan program etika
4. Menyusun Kebijakan Pemberantasan d. Dipimpin oleh top manajemen
Korupsi
e. Mengikat semua pegawai internal dan
Kebijakan pemberantasan korupsi kadang- eksternal
kadang juga disebut strategi Pengendalian Korupsi
f. Mendefiniskan dengan jelas tindakan yang
memerlukan kebijakan sendiri karena program
dikategorikan korupsi dan nonkorupsi.
pemberantasan korupsi secara efektif belum
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 529
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
menegaskan kembali political will pemerintah, yang juga memiliki kewenangan yang sama
diantaranya melalui: dalam hal penyelidikan dan penyidikan kasus
Penyempurnaan UU Anti Korupsi yang korupsi. Kejaksaan bahkan memiliki kewenangan
lebih komprehensif, mencakup kolaborasi melakukan penuntutan di pengadilan. Tersebarnya
kelembagaan yang harmonis dalam kewenangan di sejumlah lembaga peradilan di
mengatasi masalah korupsi Indonesia ini memiliki konsekuensi tertentu
yang dapat berimplikasi positif maupun negatif.
Kontrak politik yang dibuat pejabat publik
Implikasi positifnya antara lain adalah kasus-
dan birokrasi.
kasus korupsi dapat cepat ditangani tanpa harus
Pembuatan aturan dan kode etik PNS serta menunggu tindakan dari suatu lembaga tertentu.
pembuatan pakta integritas.
Implikasi negatif dari tumpang tindihnya
Penyederhanaan birokrasi (baik struktur kewenangan penindakan korupsi di Indonesia
maupun jumlah pegawai). yaitu sering terjadinya perbedaan interpretasi
1. Faktor-Faktor Keberhasilan dan terhadap suatu kasus korupsi. Masing-masing
Kegagalan Komisi Pemberantasan lembaga, baik KPK, Kejaksaan dan kepolisian
Korupsi. sering memiliki persepsi yang bereda dalam
Keberhasilan dan kegagalan KPK dapat menindak pelaku korupsi, sebagai contoh
dipengaruhi oleh berbagai faktor.Alain Doig, David penuntutan yang diajukan oleh masing-masing
Watt dan Robert William sebagaimana dikutip lembaga di peradilan tidak seragam. Masing-
oleh KPK (2006) dalam studinya mengidentifikasi masing memiliki argumentasinya sendiri-sendiri
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan sehingga terkadang putusan hukuman di lembaga
dan kegagalan lembaga anti korupsi antara lain peradilan atas kasus-kasus korupsi relatif kurang
dapat disimpulkan bahwa keberadaan KPK objektif dan tidak memuaskan rasa keadilan di
bukanlah solusi akhir bagi pemberantasan korupsi masyarakat.
harus didukung oleh komitmen nasional baik 3. Regulasi Khusus Bagi KPK
politik, sosial, dan publik dari semua pihak tanpa Dalam praktek pemberantasan korupsi
kecuali. Disamping itu adanya anggaran yang di Indonesia, KPK mempunyai kewenangan
memadai, sumber daya manusia yang professional pengambilalihan penyelidikan, penyidikan dan
dan landasan hukum yang memberikan penuntutan yang dilakukan oleh Kepolisian dan
kewenangan penuh bagi lembaga KPK untuk kejaksaan dengan alasan sebagai berikut :
bertindak merupakan faktor keberhasilan dalam
1. Laporan masyarakat mengenai tindak pidana
pemberantasan korupsi.
korupsi tidak ditindak lanjuti oleh lembaga
Meskipun demikian keberadaan KPK peradilan diluar KPK.
tentu saja tidak terlepas dari kelebihan dan
2. Penanganan tindak pidana korupsi berlarut-
kelemahannya. UNDOC sebagaimana telah
larut atau tertunda tanpa alasan yang dapat
dikutip oleh KPK menjelaskan sejumlah kelebihan
dipertanggungjawabkan.
dan kelemahan dari adanya KPK di suatu
Negara dapat disimpulkan bahwa keberadaan 3. Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan
KPK memiliki banyak kelebihan dibandingkan untuk melindungi pelaku tindak pidana
kelemahannya. Oleh karena itu, keberadaan KPK korupsi sesungguhnya.
merupakan suatu keharusan dan salah satu syarat 4. Penanganan tindak pidana korupsi
keberhasilan strategi pemberantasan korupsi di mengandung unsur korupsi
suatu Negara. Sedangkan kelemahan yang ada 5. Ada hambatan penanganan tindak pidana
harus diantisipasi agar keberadaan KPK tidak korupsi karena intervensi dari eksekutif,
surut langkah dalam memberantas korupsi. legislatif atau yudikatif.
2. Kendala Dalam Penindakan Korupsi 6. Keadaan lain yang menuntut pertimbangan
Kewenangan untuk melakukan penyelidikan Kepolisian atau Kejaksaan, membuat
dan penyidikan kasus-kasus korupsi di Indonesia penanganan tindak pidana korupsi sulit
bukan hanya terletak pada KPK saja. Saat ini di dilaksanakan dengan baik dan dapat di
Indonesia, terdapat lembaga Kepolisian Republik pertanggung jawabkan.
Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Selain itu KPK juga mempunyai kewenangan pelaku tindak pidana korupsi oleh KPK haruslah
“Luar Biasa” sebagai lembaga super body lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan
dalam pemberantasan korupsi. Kewenangan ini negara untuk mendukung lembaga KPK.
sebenarnya merupakan upaya dan strategi negara 4. Pencegahan.
dalam mendukung secara total upaya KPK dalam
Mencegah, kolusi, nepotisme, dan korupsi
pemberantasan korupsi di Indonesia. Kewenangan
tidak begitu sulit jika ada kemauan dan keseriusan
tersebut adalah sebagai berikut :
dari semua pihak, dengan sadar dan bertanggung
1. Melakukan penyadapan dan mereka jawab untuk mementingkan kepentingan umum di
pembicaraan. atas kepentingan golongan dan pribadi.
2. Memerintahkan seseorang pergi keluar Pada sisi lainnya harus ada cara/strategi
negeri dalam pencegahan korupsi di Indonesia adalah
3. Meminta keterangan kepada bank atau dengan beberapa cara dan harus ada keseriusan
lembaga keuangan lainnya tentang keadaan diawali dengan dari diri sendiri yang bersangkutan.
keuangan tersangka atau terdakwa yang Adapun cara-cara yang seharusnya menjadi skala
sedang diperiksa. prioritas adalah:
4. Memerintahkan kepada bank atau lemabaga 1. Pengenalan Anti Korupsi sejak dini
keuangan lainnya untuk memblokir rekening waktunya dari dalam keluarga orang tua
yang diduga hasil dari korupsi milik terdakwa dan anak-anaknya di didik secara spontan
atau tersangka atau pihak lain yang terkait. dan terstruktur sehingga anak benar-benar
5. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan dapat memahami tentang korupsi adalah
tersangka untuk memberhentikan sementara merampas hak-hak orang tanpa bekerja
tersangka dari jabatannya. keras. Pentingnya pengenalan sejak dini
6. Meminta data kekayaan dan data perpajakan merupakan cermin/watak keluarga sebagai
tersangka atau terdakwa kepada yang terkait. tonggak dalam memajukan aset bangsa yang
kemudian dapat membawa kemakmuran di
7. Menghentikan sementara suatu transaksi kemudian hari.
keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan 2. Mendorong masuknya kurikulum Anti
sementara perizinan, lisensi serta konsesi Korupsi pada setiap jenjang pendidikan di
yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka Indonesia.
atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti Upaya ini sangat penting karena korupsi ada
awal yang cukup ada hubungannya dengan dan tumbuh dalam diri manusia, tanpa melihat
tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa. status, pendidikan, dan jabatan. Kerjasama
8. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau diantara jenjang pendidikan adalah
instansi penegak hukum negara lain untuk merupakan manifestasi dari cara membina
melakukan pencarian, penangkapan dan watak kepribadian manusia Indonesia
penyitaan barang bukti di luar negeri. untuk dapat memberikan pencerahan bahwa
korupsi adalah perbuatan tercela dan tidak
9. Meminta bantuan Kepolisian atau instansi harus diikuti oleh orang yang berpendidikan.
lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan 3. Menciptakan budaya malu diantara keluarga.
dan penyitaan dalam perkara tindak pidana Budaya malu merupakan cara yang terbaik
korupsi yang sedang ditangani. disampaikan kepada anak didik mengenai
Dengan dukungan negara dan kewenangan pentingnya menghindarkan diri dari korupsi
yang sangat besar yang dimilikinya ini, diharapkan baik secara langsung maupun tidak langsung
KPK dapat menjadi lembaga anti korupsi yang atau besar kecilnya tingkat perbuatan
efektif dan efisien. Efektif disini dapat diartikan sudah seharusnya dilakukan pembinaan
bahwa tindakan KPK disini diharapkan dapat atau penerangan terhadap anak-anak didik
mereduksi secara sistematis upaya-upaya tindakan tersebut sehingga mereka dapat memahami
korupsi yang sangat merugikan keuangan bahwa perbuatan tersebut akan merusak citra
negara. Sedangkan efisien dapat diartikan bahwa keluarga atau memalukan dirinya sendiri
pengembalian uang yang telah dikorupsi oleh dihadapan orang lain.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 531
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 533
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
harta ghulul. Rasul SAW bersabda: Siapa masing dalam tindak pidana korupsi, suap,
saja yang kami angkat untuk satu tugas dan pencucian uang, dan perdagangan gelap.6
telah kami tetapkan pemberian untuknya Penyempurnaan UU Anti Korupsi ini selain
(gaji) maka apa yang dia ambil setelah itu untuk menjawab dinamika dan perkembangan
adala harta Ghulul. kualitas kasus korupsi, juga untuk menyesuaikan
5. Hukuman yang bias memberi efek jera, dengan instrumen hukum internasional. Saat ini
hukuman bias berupa tasyhir (pewartaan/ isu korupsi tidak lagi dibatasi sekat-sekat negara,
ekspos) denda, penjara yang lama, bahkan namun telah berkembang menjadi isu regional
sampai hukuman mati sesuai dengan tingkat bahkan internasional. Hal ini tidak terlepas dari
dan dampak kejahatannya.4 praktek korupsi yang melibatkan perputaran dan
Jamin Ginting mengatakan, pemerintah pemindahan uang lintas negara.
Indonesia sebaiknya memperbanyak perjanjian Adanya kewenangan yang jelas dan
MLA dan ekstradisi guna mengefektifkan upaya tegas yang diberikan oleh suatu lembaga
pengembalian aset hasil tindak pidana. Kerjasama anti korupsi juga menjadi kunci keberhasilan
Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang berlangsung strategi pemberantasan korupsi. Tumpang tindih
di Tiongkok tidak saja menyepakati hal-hal kewenangan diantara lembaga-lembaga yang
yang bersifat ekonomi, tetapi juga bersepakat menangani masalah korupsi menyebabkan upaya
membentuk wadah jejaring kerjasama antara pemberantasan korupsi menjadi tidak efektif dan
lembaga otoritas anti korupsi dan lembaga efisien’
penegakan hukum di kawasan yang dinamakan Srategi pemberantasan korupsi harus
APEC Network of Anti Corruption Authorities And dilakukan secara adil, dan tidak ada istilah “tebang
Law Enforcement Agencies (ACT- NET),untuk pilih” korupsi ternyata kurang menunjukkan
memberikan bantuan timbal balik, ekstradisi, “taringnya”. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
kerjasama investigasi, dan kemudahan bagi setiap yang lahir atas semangat “extraordinary” ternyata
negara korban untuk dapat mengembalikan pelaku masih menampakkan sederet paradoks.
tindak pidana korupsi dan aset yang dilarikan di
Keberadaan KPK sebagai lembaga anti
antara negara anggota APEC.5
korupsi, diharapkan dapat menekan dan mereduksi
Ada tiga tujuan utama yang sangat penting secara sistimatis kejahatan korupsi di Indonesia.
mengapa lembaga (ACT-NET) ini dibentuk, yaitu: Dengan adanya regulasi dan strategi pemerintah
1. Bekerjasama dan berkoordinasi dalam rangka serta dukungan masyarakat dalam pemberantasan
penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi diharapkan dapat menjadi amunisi KPK
korupsi, suap, pencucian uang, perdagangan dalam bertindak dan berupaya secara efektif dalam
gelap, serta identifikasi dan pengembalian upaya pemberantasan korupsi. Satu hal terpenting
hasil dari seluruh kejahatan itu. lainnya adalah masyarakat sudah saatnya peka dan
2. Berbagai pengalaman, studi kasus, teknik terlibat dalam social control.
investigasi, cara dan alat-alat melakukan Semakin hari semakin banyak perkara yang
investigasi, juga pengetahuan dan praktik diputus oleh pengadilan ini. Tetapi, semakin hari
efektif dalam membangun kerjasama juga kian banyak tindak pidana korupsi yang
pemberantasan korupsi di antara lintas batas terjadi. Pada titik ini, Pengadilan Tindak Pidana
negara. Korupsi ditenggarai sebatas sebagai lembaga
3. Menyediakan platform informasi bagi pengadilan konvensional yang jauh dari spirit
kerjasama bilateral dan multilateral dengan yang melandasinya. Putusan Pengadilan Tindak
memperhatikan ketentuan kebijakan dan Pidana Korupsi sama sekali tidak bernuansa
aturan hukum nasional negara masing- “extraordinary”, tetapi sekedar menjalankan
ritual formal yang sama sekali tidak memberi
implikasi penjeraan. Banyak perkara yang
diputus Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tidak
4 Buletin Dakwah Al Islam (Hizbut Tahrir Indonesia) berbanding lurus dengan angka penurunan tindak
Edisi 684 Tahun XXI 12 Desember 2013. Berantas pidana korupsi.
Korupsi Total Apa Bisa?
5 Jamin Ginting, APEC dan Antikorupsi, Kompas 19
November 2014 6 ibid.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
“Cara berhukum” hakim Pengadilan korupsi penguasa yang punya moral tinggi dan
Tindak Pidana Korupsi masih saja berkutat pada hukum yang rasional serta efisien.
cara berhukum konvensional yang meskipun Bertolak dari pemikiran tersebut di atas,
memperoleh legitimasi secara hukum, tetapi maka untuk merespon ekspektasi publik terhadap
sangat mengecewakan publik. Putusan Pengadilan pemberantasan tindak pidana korupsi, di satu sisi
Tindak Pidana Korupsi terhadap salah satu dan dalam upaya membangun Pengadilan Tindak
(mantan) petinggi Partai Demokrat Angelina Pidana Korupsi yang berwibawa, di sisi lainnya,
Sondakh 7 mengukuhkan cara berhukum yang dibutuhkan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja
demikian. Padahal, penyelesaian terhadap tindak Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
pidana korupsi yang tegas dikualifikasi sebagai
“extraordinary crime” membutuhkan cara KESIMPULAN
berhukum yang juga bersifat “extraordinary”.
Bahwa dalam menjalankan pencegahan
Dua paradoks yang disebut di atas pada
korupsi KPK menggunakan prinsip supply and
akhirnya melahirkan “distansi/ketimpangan”
demand yang diaplikasikan pada beberapa strategi
persepsi terhadap Pengadilan Tindak Pidana
taktis terkait dengan pencegahan, strategi tersebut
Korupsi, yaitu persepsi hukum dan persepsi
melakukan perbaikan fokus area terintegrasi,
publik. Dalam ranah hukum, Pengadilan
pelembagaan sistem integrasi nasional (SIN),
Tindak Pidana Korupsi beralasan, bahwa segala
dukungan, pembangunan training centre,
sesuatunya sudah berjalan sesuai aturan formal.
penguatan komponen sistem politik, revitalisasi
Artinya, proses hukum terhadap pelaku tindak
LHKN dan gratifikasi, pengukuran kinerja
pidana korupsi telah dilandaskan pada hukum
pencegahan, efektifitas perencanaan anggaran.
yang berlaku. Tetapi dalam ranah publik, apa yang
Strategi tersebut kemudian diaplikasikan guna
sah menurut logika umum, bisa dianggap tidak
mencapai pencegahan terhadap korupsi sehingga
sah menurut logika publik. Pada titik ini, putusan
angka korupsi di Indonesia dapat ditekan walaupun
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dianggap
akan sangat sulit untuk menghilangkan sama sekali
sekedar memenuhi tuntutan keabsahan yuridis,
praktek korupsi di Indonesia. Keberhasilan peran
tetapi tidak memenuhi tuntutan keabsahan secara
Komisi Pemberantas Korupsi dalam pencegahan
sosiologis dan filosofis. Secara hipotetis-teoretis,
dan pemberantasan korupsi adalah karena KPK
munculnya distansi persepsi-yaitu persepsi
mempunyai kewenangan pengambilalihan
hukum dan persepsi publik terhadap Pengadilan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang
Tindak Pidana Korupsi dapat terjadi baik karena
dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan, Selain itu
adanya anomali hukum baik hukum pidana
KPK juga mempunyai kewenangan “Luar Biasa”
formil maupun materiil yang menjadi landasan
sebagai lembaga superbody dalam pemberantasan
bekerjanya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
korupsi. Kewenangan yang diberikan oleh UU
maupun karena kurangnya profesionalitas hakim
No 30 Tahun 2002 ini sebenarnya merupakan
yang dapat mewujud dalam ragam kualitas hakim
upaya dan strategi negara dalam mendukung
seperti kurangnya kompetensi hakim maupun
secara total upaya KPK dalam pemberantasan
kurangnya integritas hakim.
korupsi di Indonesia. Kewenangan tersebut
Berkaitan dengan pemikiran di atas, menarik adalah melakukan penyadapan dan merekam
untuk dikemukakan pemikiran seorang tokoh pembicaraan; Memerintahkan seseorang untuk
reformis China yang hidup sekitar abad 11 yang pergi keluar negeri; Meminta keterangan kepada
mengemukakan, ada dua unsur yang selalu muncul bank atau lembaga keuangan lainnya tentang
dalam pembicaraan masalah korupsi, yaitu hukum keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang
yang lemah dan manusia yang tidak benar. Ia sedang diperiksa; Memerintahkan kepada bank
menambahkan tidak mungkin menciptakan aparat atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
yang bersih hanya semata-mata mendasarkan rekening yang diduga hasil dari korupsi milik
rule of law sebagai kekuatan pengontrol (social terdakwa atau tersangka atau pihak lain yang
control). Ia berkesimpulan dalam memberantas terkait; Memerintahkan kepada pimpinan atau
atasan tersangka untuk memberhentikan sementara
7 Putusan ini akhirnya dikoreksi dalam tingkat tersangka dari jabatannya; Meminta data kekayaan
kasasi dengan memperberat pidana kepada yang
bersangkutan menjadi 12 tahun penjara
dan data perpajakan tersangka atau terdakwa
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 535
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 4, Desember 2019: 517-538 537
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:10/E/EPT/2019
HALAMAN KOSONG