You are on page 1of 7

PENAGGUNG JAWABAN TINDAK PIDANA KORUPSI GUBERNUR PAPUA LUKAS ENEMBE

Muhammad Margani
Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
marganimuhammad@gmail.com

ABSTRACT

Corruption that is happening in Indonesia today is in a very serious position and is deeply rooted in every aspect of
life. The development of corruption practices from year to year has increased, both in terms of the quantity or
amount of losses to state finances as well as in terms of quality which are increasingly systematic, sophisticated and
have expanded in scope to all aspects of society. The increase in uncontrolled criminal acts of corruption will bring
disaster not only to the life of the national economy but also to the life of the nation and state in general. The
development of corruption in Indonesia is still relatively high, while eradication is still very slow. Therefore,
corruption can no longer be classified as an ordinary crime but has become an extraordinary crime. This is because
the conventional methods that have been used so far have proven unable to solve the problem of corruption in
society. In the current reform era, the realization of good governance must be supported, among other things, by
law enforcement against criminal acts of corruption. This is in line with the objectives mandated by Law Number 28
of 1999 concerning State Administrators who are clean and free from Corruption, Collusion and Nepotism.
Furthermore, several laws and regulations were formed in an effort to eradicate corruption, namely: Law Number
31 of 1999 concerning Eradication of Corruption Crimes which was amended by Law Number 20 of 2001
concerning Amendments to Law Number 31 of 1999 concerning Eradication Corruption Crime. Furthermore, Law
Number 30 of 2002 concerning the Corruption Eradication Commission and Law Number 46 of 2009 concerning
the Corruption Court.

Keywords: Corruption, Eradication of Corruption

ABSTRAK
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan begitu mengakar
dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari
kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta
lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak
terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya masih sangat
lamban,
Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah
menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Hal ini dikarenakan, metode konvensional yang selama
ini yang digunakan, terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat.
Pada era reformasi sekarang ini, terwujudnya good governance antara lain harus didukung dengan
penegakkan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Hal ini selaras dengan tujuan yang diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Selanjutnya, beberapa peraturan perundang-undangan dibentuk dalam upaya memberantas korupsi
tersebut, yaitu: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Kata Kunci : Korupsi, Pemberantasan Korupsi


PENDAHULUAN tubuh pemerintahan sejak tahun 1960-an langkah-
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, langkah pemberantasannya pun masih tersendat-
sudah dalam posisi yang sangat parah dan begitu sendat sampai sekarang. Selanjutnya, dikatakan
mengakar dalam setiap sendi kehidupan. bahwa korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan
Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat
semakin meningkat, baik dari kuantitas atau menyalahgunakan kekuasaannya untuk
jumlah kerugian keuangan negara maupun dari kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.
segi kualitas yang semakin sistematis, canggih Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi
serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa
aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa
korupsi yang tidak terkendali akan membawa (extraordinary crime). Hal ini dikarenakan, metode
bencana tidak saja terhadap kehidupan konvensional yang selama ini yang digunakan,
perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan
berbangsa dan bernegara pada umumnya. korupsi yang ada di masyarakat.
Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Dengan demikian, dalam penanganannya
Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa
mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku (extra-ordinary). Sementara itu, penanganan tindak
jabatan dan kepentingan saja yang melakukan pidana korupsi di Indonesia masih dihadapkan
tindak pidana korupsi, baik di sektor publik pada beberapa kondisi, yakni masih lemahnya
maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah upaya penegakkan hukum tindak pidana korupsi,
menjadi suatu fenomena. kualitas SDM aparat penegak hukum yang masih
Penyelenggaraan negara yang bersih rendah, lemahnya koordinasi penegakkan hukum
menjadi penting dan sangat diperlukan untuk tindak pidana korupsi, serta masih sering
menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak terjadinya tindak pidana korupsi dalam
saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga penanganan kasus korupsi.2
oleh keluarga dan kroninya, yang apabila Pada era reformasi sekarang ini,
dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada terwujudnya good governance antara lain harus
dalam posisi yang sangat dirugikan. didukung dengan penegakkan hukum terhadap
Menurut Prof.Dr. Nyoman Serikat Putra tindak pidana korupsi. Hal ini selaras dengan
Jaya, S.H.,MH. menyebutkan bahwa tindak pidana tujuan yang diamanatkan oleh Undang-Undang
korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
negara, antar penyelenggara negara, melainkan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi,
juga penyelenggara negara dengan pihak lain Kolusi, dan Nepotisme. Selanjutnya, beberapa
seperti keluarga, kroni dan para pengusaha, peraturan perundang-undangan dibentuk dalam
sehingga merusak sendi-sendi kehidupan upaya memberantas korupsi tersebut, yaitu:
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
membahayakan eksistensi negara.1 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
tetapi juga dapat menimbulkan kerugian- kerugian Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
pada perekonomian rakyat. Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya, Undang-
Prof.Dr.Barda Nawawi Arief, S.H. Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
berpendapat bahwa, tindak pidana korupsi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
merupakan perbuatan yang sangat tercela, terkutuk Undang Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
dan sangat dibenci oleh sebagian besar Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
masyarakat; tidak hanya oleh masyarakat dan Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan
bangsa Indonesia tetapi juga oleh masyarakat yang luar biasa, karena dapat merusak sendi-sendi
bangsa-bangsa di dunia. kehidupan bernegara. Namun demikian, pada
Perkembangan korupsi di Indonesia masih kenyataannya, penjatuhan hukuman kepada
tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya pelakunya sangat ringan dibanding dengan
masih sangat lamban. Romli Atmasasmita ancaman pidananya, sehingga menimbulkan
menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah anggapan bahwa meningkatnya kejahatan
merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh dikarenakan para Hakim memberikan hukuman
1 2
Nyoman Serikat Putra Jaya. 2005. Tindak Pidana Korupsi, Kolusi dan Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Bunga Rampai Hukum
Nepotisme di Indonesia. Semarang: Badan Penerbit Undip. Hal. 2 Pidana. Bandung: Alumni. Hal. 133
ringan atas pelaku koruptor. Oleh karena itu, Lebih jauh lagi, pengadilan dalam
sebaiknya tindakan yang diambil pengadilan menjatuhkan putusan pemberian sanksi pidana
merupakan “ultimum remedium” terhadap kepada para koruptor, ternyata memberikan
pelanggar/pelaku kejahatan khususnya korupsi. hukuman yang berbeda-beda antara pelaku yang
Hakim dalam memutuskan seorang satu dengan pelaku yang lain. Dengan kata lain,
terdakwa tindak pidana korupsi bersalah selalu terjadi suatu disparitas pemidanaan, yaitu
dengan menerapkan Pasal 3 yang merupakan pasal penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak
subsider sebagaimana dalam surat dakwaan dan pidana yang sama.4
bukan dakwaan primer. Selanjutnya, dalam Oleh karena itu, masalah penjatuhan hukuman
penjatuhan pidana pun juga terdapat perbedaan tidak hanya penting bagi Hakim dan proses
yang mencolok dalam hal lamanya seorang peradilan. Pola penjatuhan hukuman tersebut
terdakwa dipidana penjara dengan pasal yang sangat penting bagi proses hukum secara
sama, yaitu Pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 31 menyeluruh terutama dalam hal penegakan
Tahun 1999 jo. Undang-Undang RI Nomor 20 hukum. Salah satu unsur yang harus dipegang agar
Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang- proses penegakan hukum berjalan lancar adalah
Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang kepercayaan dan penghargaan yang tinggi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. terhadap hukum. Kemungkinan besar hal itu tidak
Selain itu, dalam praktek juga masih akan tercapai apabila penjatuhan hukuman terlalu
terdapat hal-hal yang terabaikan, karena pada besar variasinya.
pertimbangan putusan Hakim yang tidak secara Hal ini juga menyangkut masalah keadilan
jelas dan tegas membedakan nilai nominal (kesebandingan), yang biasanya diharapkan akan
kerugian negara yang hilang akibat perbuatan datang dari pengadilan sebagai lembaga atau
terpidana. Maksudnya adalah bahwa Hakim belum peradilan sebagai suatu proses. Selama lembaga
melakukan pembedaan atas pengertian definisi tersebut tidak memperhatikan akibat dan
mengenai unsur memperkaya dan/atau penjatuhan hukuman, maka akan sulit untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau menumbuhkan kepercayaan warga masyarakat
suatu korporasi atas setiap kasus pidana korupsi kepada pengadilan. Harapan sebagian besar
yang diputuskannya, sehingga mengakibatkan masyarakat adalah bahwa hukuman yang
penjatuhan hukuman menjadi tidak proporsional. dijatuhkan benar- benar menimbulkan perubahan
Di samping itu, Hakim dalam putusannya juga yang signifikan dalam kasus-kasus korupsi yang
tidak mempertimbangkan keberadaan antara telah memporak-porandakan sendi-sendi dalam
tindak pidana korupsi yang telah merugikan bermasyarakat dan bernegara.
keuangan negara atau perekonomian negara Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dengan tindak pidana korupsi yang akan penulis tertarik untuk melakukan penulisan
merugikan keuangan negara atau perekonomian Makalah dengan judul “PENAGGUNG
negara.3 JAWABAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Perbedaan sedemikian seharusnya GUBERNUR PAPUA LUKAS ENEMBE :
dikemukakan oleh Hakim dalam putusannya, Penerapan Unsur Memperkaya dan/atau
sehingga terlihat jelas klasifikasi antara suatu Menguntungkan Dalam Undang- Undang Tindak
tindak pidana korupsi yang telah merugikan Pidana Korupsi Dikaitkan Dengan Putusan
keuangan Negara atau perekonomian negara Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi”.
(kerugian negara secara nyata telah terjadi atau
keuangan negara sudah berkurang), dengan tindak METODE PENELITIAN
pidana korupsi yang akan merugikan negara Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan
(kerugian negara belum terjadi atau keuangan dibahas dalam penelitian ini dan supaya dapat
negara masih tetap seperti sedia Putusan memberikan hasil yang bermanfaat maka penelitian ini
pengadilan pada umumnya masih jauh di bawah dilakukan dengan penelitian yuridis normatif (metode
batas maksimum dari pidana yang ditetapkan penelitian hukum normatif). Metode penelitian yuridis
dalam undang-undang. Hakim dalam menjatuhkan normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang
putusan pemidanaan terkait kasus korupsi dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan
menerapkan pidana yang cukup jauh di bawah kepustakaan atau data sekunder belaka.5
ketentuan maksimum pemidanaan dalam Undang-
4
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sigid Suseno dan Nella Sumika Putri. 2013. Hukum Pidana Indonesia:
Perkembangan dan Pembaharuan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal.
88
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif,
3
Romli Atmasasmita. 2004. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional Suatu Tinjauan
dan Aspek Internasional. Bandung: Mandar Maju. Hal. 1 Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 13.
PEMBAHASAN saksi lebih dari 50 orang yang dilakukan di Jayapura,
Lukas Enembe yang saat ini menjabat sebagai Jakarta, dan beberapa tempat lainnya," kata Wakil
Gubernur Papua tengah terjerat kasus korupsi. Ketua KPK Alexander Marwata di Gedung Merah
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelumnya Putih KPK, Jakarta, Senin 24 Oktober 2022.
telah menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus
gratifikasi sebesar Rp 1 miliar.
1. Istri dan Anak Lukas Enembe Tolak Jadi
Saksi 
Gratifikasi itu diduga terkait dengan sejumlah
proyek pembangunan dari dana APBD Provinsi Tim hukum dan advokasi Gubernur Papua yang
Papua. bertindak sebagai kuasa hukum dari istri dan anak
Lukas Enembe mendatangi Gedung Merah Putih
KPK, Jakarta, Senin, 10 Oktober 2022 untuk
Tidak hanya itu, Lukas diketahui juga memiliki menyerahkan surat menolak atau mengundurkan diri
transaksi keuangan mencurigakan dengan nilai menjadi saksi. Menurut Petrus Bala Pattyona selaku
ditaksir mencapai ratusan miliar. Hingga saat ini, anggota tim hukum, secara yuridis keduanya dapat
proses pengusutan oleh KPK yang melibatkan menolak atau mengundurkan diri menjadi saksi
politikus Partai Demokrat itu masih berlangsung. sebagaimana diatur dalam pasal 35 UU Nomor
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sederet 31/999.
fakta kasus korupsi Lukas Enembe 

1. Pengusutan Libatkan TNI dan Polri 


7 Fakta 
Dalam mengusut perkara korupsi Lukas Enembe,
1. Terbaru, TIM KPK dan IDI Temui KPK membutuhkan bantuan pihak TNI, Polri, dan
Lukas Enembe  instansi lainnya. Wakil Ketua KPK Alexander
Marwata mengatakan hal ini dilakukan karena
Pada Kamis, 3 November 2022 siang tim penyidik kondisi di Papua berbeda dengan wilayah lainnya.
KPK bersama dokter independen Ikatan Dokter “Itu yang harus menjadi perhatian. Itu berbeda,”
Indonesia (IDI) menemui Lukas di rumah pribadinya terang Alex dalam keterangannya, Selasa, 15
di Koya Tengah, Jayapura. Kapolda Papua, Mathius Oktober 2022. 
Fakhiri menuturkan kehadiran tim KPK untuk
menjalankan proses penyidikan perkara, termasuk
memeriksa kondisi kesehatan Lukas.  1. KPK Lambat 

Diberitakan Tempo, Koordinator Masyarakat
1. Belum Diperiksa Meski Berstatus Antikorupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman,
Tersangka  menyayangkan sikap KPK yang terkesan lamban
dan permisif terhadap tersangka kasus suap Lukas
Meski sudah jadi tersangka, hingga sebelum Jumat 4 Enembe. Menurutnya, KPK seharusnya segera
Oktober 2022, Lukas belum diperiksa karena kondisi melakukan pemanggilan kedua terhadap Lukas
kesehatannya. Padahal dirinya sudah dipanggil Enembe dan jemput paksa jika masih mangkir. 
sebanyak dua kali, namun tidak datang ke meja
penyidik KPK dengan alasan sakit. Sulitnya
pemeriksaan Lukas ini sampai menjadi perhatian 1. Pengacara Minta Lukas Enembe
Presiden Joko Widodo. “Proses hukum di KPK Dihukum Adat 
harus dihormati, semua sama di mata hukum,” ujar
Jokowi, Senin 26 September 2022.  Salah satu kuasa hukum Enembe, Aloysius
Renwarin, sempat meminta supaya KPK melakukan
pemeriksaan terhadap Lukas Enembe secara adat di
1. Lebih dari 50 Saksi Diperiksa KPK  lapangan di Papua. Menurut dia, permintaan itu
diajukan oleh masyarakat adat Papua. Pasalnya, pada
KPK menyebut telah memeriksa lebih dari 50 saksi 8 Oktober 2022 Lukas ditetapkan sebagai kepala
dalam kasus dugaan suap yang menjerat Gubernur
Papua. "Dalam penyidikan perkara ini, KPK
sebelumnya telah melakukan pemeriksaan saksi-
suku besar oleh dewan adat Papua yang terdiri dari "Pertama, kepala daerah yang menjadi tersangka
tujuh suku. 6 korupsi adalah tokoh elite yang selama ini punya
pengaruh kuat. Termasuk pengaruh dalam bidang
ekonomi dan sumber daya. Banyak orang yang
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi hidupnya bergantung kepada tersangka,"
(KPK) disarankan melakukan pendekatan ke para
tokoh di Papua agar pemanggilan Gubernur Lukas Kedua, ada kesamaan latar belakang primordial
Enembe berjalan mulus. Dalam prosesnya, penyidik antara tersangka dan para pendukung, misalnya satu
perlu menjelaskan bahwa Lukas menghadapi proses suku, organisasi kemasyarakatan, atau organisasi
hukum murni. keagamaan. Ada perasaan pendukung ingin
Diketahui, penyidik sudah melayangkan surat melindungi kelompoknya.
panggilan pertama dan kedua, tapi Lukas tak
kunjung menghadiri pemeriksaan di kantor KPK, Ketiga, tersangka selama ini memelihara konstituen,
Jakarta. Lukas beralasan sakit. Ada dorongan misalnya dengan politik uang atau pork barrel, yakni
agar KPK menggunakan upaya paksa berupa kebijakan yang menguntungkan pendukung.
penangkapan. Namun, itu tidak mudah diwujudkan Keempat, tersangka masih memiliki jaringan elit
karena massa pendukung menjaga rumah Lukas. pendukung yang bisa menggerakkan massa.

Karena itu, peneliti Pukat Universitas Gajah Mada, Kelima, rendahnya kesadaran hukum masyarakat.
Zaenur Rohman, menyarankan, selain menjalankan Situasi ini dimanfaatkan oleh elite untuk
prosedur pemanggilan, KPK perlu menjalin menggerakkan massa. Keenam, tidak tertutup
komunikasi dengan tokoh masyarakat dan agama. kemungkinan adanya para pendukung atau massa
Sehingga saat penangkapan tidak menimbulkan bayaran.
konflik.
Ketujuh, mungkin juga masyarakat tidak terlalu
"KPK bisa pendekatan ke tokoh masyarakat, percaya sistem hukum akan mewujudkan keadilan.
jelaskan bahwa ini proses hukum murni, tidak ada Biasanya masyarakat berpikir bahwa yang
politik dan lain-lain. Tugas KPK membangun melakukan korupsi banyak pejabat, tetapi hanya
komunikasi dengan tokok adat, tokoh agama. Ini pihak tertentu yang diproses hukum.7
bisa jadi cara KPK menghindari penolakan
masyarakat saat upaya paksa dengan cara "Untuk mengubah situasi tersebut ada beberapa hal
penangkapan,"  perlu dilakukan terus menerus. Pertama, pendidikan
antikorupsi kepada masyarakat. Secara terus
Terkait aksi masyarakat yang melindungi Lukas, menerus masyarakat harus memperoleh informasi
Zaenur mengatakan, ada sikap kontradiktif sebagian bahwa korupsi artinya uang masyarakat diambil oleh
masyarakat menyikapi kepala daerah yang menjadi para elit. Sehingga korupsi harus dilawan oleh
tersangka korupsi. semua pihak. Kedua, pemberantasan politik uang.
Ketiga, penegakan hukum yang adil,"
Dalam hampir semua survei masyarakat
menganggap korupsi masalah serius yang harus KESIMPULAN
diberantas. Tak ada masyarakat yang mendukung Unsur “memperkaya diri atau orang lain
korupsi. atau suatu korporasi” (vide Pasal 2 ayat (1)
undang- undang nomor 31 tahun 1999 jo undang-
Namun, jika ada tokoh yang didukung menjadi undang nomor 20 tahun 2001) dan unsur
tersangka korupsi, ada saja kelompok pembela. “menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
"Misalnya mengatakan bahwa kasus tersebut suatu korporasi” (vide Pasal 3 undang- undang
rekayasa dijebak lawan politik,"  nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20
tahun 2001), merupakan unsur yang bersifat
Bentuk pembelaan para pendukung kepala daerah alternatif sehingga tidak perlu pelaku tindak
yang menjadi tersangka korupsi bahkan hingga pidana korupsi harus menikmati sendiri uang hasil
merintangi penangkapan, seperti pernah terjadi di tindak pidana korupsi karena cukup si pelaku
Buol. Menurut Zaenur ada beberapa faktor yang memperkaya orang lain atau menguntungkan
menyebabkan fenomena dukungan sebagian orang lain.
masyarakat kepada tersangka korupsi.
6 7
https://nasional.tempo.co/read/1653302/fakta-fakta-kasus-korupsi- https://www.republika.co.id/berita/rjll96354/kpk-perlu-jelaskan-kasus-
gubernur-papua-lukas-enembe lukas-enembe-murni-hukum
Unsur “memperkaya diri atau orang lain atau suatu Ketika seseorang ditetapkan sebagai
korporasi” lebih sulit membuktikannya karena tersangka oleh KPK, KPK bisa melakukan
harus dapat dibuktikan tentang bertambahnya penangkapan. Tentu ketika melakukan penangkapan
kekayaan pelaku korupsi sebelum dan sesudah KPK komunikasi dulu kepada masyarakat misalnya
perbuatan korupsi dilakukan. Namun secara ada resistensi, komunikasikan kepada tokoh-tokoh
teoritis, unsur “memperkaya diri” sudah dapat masyarakat, komunikasikan dengan tokoh-tokoh
dibuktikan dengan dapat dibuktikannya bahwa agama, Setelah ditangkap bisa dilakukan
pelaku tindak pidana korupsi berpola hidup pemeriksaan oleh satu tim dokter indpenden
mewah dalam kehidupan sehari-harinya. misalnya dari IDI. Kemudian apa hasil pemeriksaan
Sedangkan unsur “menguntungkan diri atau orang dari IDI, Jika dari hasil pemeriksaan tersangka
lain atau suatu korporasi”, artinya adanya fasilitas dalam kondisi sehat maka bisa dilanjutkan untuk
atau kemudahan sebagai akibat dari perbuatan diperiksa oleh KPK. Kalau kesimpulan dari dokter
menyalahgunakan wewenang. Mengenai unsur adalah tersangka tidak dalam keadaan sehat maka
“merugikan keuangan negara” aparat penegak pemeriksaan tidak bisa dilakukan.8
hukum memang bekerjasama dengan instansi Tinggal KPK merujuk tersangka ke fasilitas
terkait yaitu BPK atau BPKP yang membantu layanan kesehatan agar mendapatkan perawatan.
penyidik menghitung kerugian negara. Dengan tetap dalam penjagaan dan penguasaan
Secara umum, tindak pidana korupsi adalah KPK. Kasus Lukas Enembe sendiri kemudian dinilai
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk berlarut-larut dalam penanganannya. Sehingga tak
kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu, dipungkiri juga muncul berbagai kecurigaan publik
maka variabel utama dalam korupsi adalah tentang kasus ini yang tak lepas dari muatan politik.
kekuasaan, dengan kata lain mereka yang memiliki "Tidak ada politisasi dan kriminalisasi
kekuasaan, khususnya terhadap sumber daya dalam kasus yang menimpa Gubernur Papua, karena
publik akan berpeluang besar untuk melakukan itu murni berdasarkan bukti permulaan yang cukup,”
perbuatan korupsi, sedangkan dalam konteks
otonomi daerah, tindak pidana korupsi terjadi
mengikuti kekuasaan yang terdesentralisasi ke
tingkat local . DAFTAR PUSTAKA
Mencermati ketentuan undang-undang
nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo.undang-undang nomor
20 tahun 2001 tentang perubahan undang-undang
nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi tersebut, maka secara
khusus dalam Pasal 2 ayat (1) diatur mengenai
unsur “memperkaya”, dan pada Pasal 3 mengenai
unsur “menguntungkan”. Hanya saja pada bagian
penjelasan atas undang-undang korupsi tersebut
sama sekali tidak menjelaskan kriteria dari pada
unsur “memperkaya” dan atau unsur
“menguntungkan”, kecuali hanya menyatakan
bahwa dalam rangka mencapai tujuan yang lebih
efektif untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi, undang- undang korupsi ini
memuat ketentuan pidana yang menentukan
ancaman pidana minimum khusus, pidana denda
yang lebih tinggi, dan ancaman pidana mati.

SARAN

KPK untuk bisa bertindak dalam kasus ini


KPK bisa berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait
saat akan melakukan penangkapan kepada tersangka
korupsi yang menunjukkan resistensi seperti dalam
kasus ini. 8
https://jogja.suara.com/read/2022/11/04/160208/soal-pertemuan-
ketua-kpk-dan-lukas-enembe-pukat-ugm-timbulkan-kesan-kasus-ini-
istimewa
Nyoman Serikat Putra Jaya. 2005. Tindak Pidana
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Indonesia.
Semarang: Badan Penerbit Undip. Hal. 2
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Bunga
Rampai Hukum Pidana. Bandung: Alumni. Hal. 133
Romli Atmasasmita. 2004. Sekitar Masalah Korupsi,
Aspek Nasional dan Aspek Internasional. Bandung:
Mandar Maju. Hal. 1
Sigid Suseno dan Nella Sumika Putri. 2013. Hukum
Pidana Indonesia: Perkembangan dan Pembaharuan.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 88
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian
Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
13.
https://nasional.tempo.co/read/1653302/fakta-fakta-
kasus-korupsi-gubernur-papua-lukas-enembe
https://www.republika.co.id/berita/rjll96354/kpk-
perlu-jelaskan-kasus-lukas-enembe-murni-hukum
https://jogja.suara.com/read/2022/11/04/160208/soal
-pertemuan-ketua-kpk-dan-lukas-enembe-pukat-ugm-
timbulkan-kesan-kasus-ini-istimewa

You might also like