Professional Documents
Culture Documents
Muhammad Margani
Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia
marganimuhammad@gmail.com
ABSTRACT
Corruption that is happening in Indonesia today is in a very serious position and is deeply rooted in every aspect of
life. The development of corruption practices from year to year has increased, both in terms of the quantity or
amount of losses to state finances as well as in terms of quality which are increasingly systematic, sophisticated and
have expanded in scope to all aspects of society. The increase in uncontrolled criminal acts of corruption will bring
disaster not only to the life of the national economy but also to the life of the nation and state in general. The
development of corruption in Indonesia is still relatively high, while eradication is still very slow. Therefore,
corruption can no longer be classified as an ordinary crime but has become an extraordinary crime. This is because
the conventional methods that have been used so far have proven unable to solve the problem of corruption in
society. In the current reform era, the realization of good governance must be supported, among other things, by
law enforcement against criminal acts of corruption. This is in line with the objectives mandated by Law Number 28
of 1999 concerning State Administrators who are clean and free from Corruption, Collusion and Nepotism.
Furthermore, several laws and regulations were formed in an effort to eradicate corruption, namely: Law Number
31 of 1999 concerning Eradication of Corruption Crimes which was amended by Law Number 20 of 2001
concerning Amendments to Law Number 31 of 1999 concerning Eradication Corruption Crime. Furthermore, Law
Number 30 of 2002 concerning the Corruption Eradication Commission and Law Number 46 of 2009 concerning
the Corruption Court.
ABSTRAK
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan begitu mengakar
dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari
kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta
lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak
terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya masih sangat
lamban,
Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah
menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Hal ini dikarenakan, metode konvensional yang selama
ini yang digunakan, terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat.
Pada era reformasi sekarang ini, terwujudnya good governance antara lain harus didukung dengan
penegakkan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Hal ini selaras dengan tujuan yang diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Selanjutnya, beberapa peraturan perundang-undangan dibentuk dalam upaya memberantas korupsi
tersebut, yaitu: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Diberitakan Tempo, Koordinator Masyarakat
1. Belum Diperiksa Meski Berstatus Antikorupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman,
Tersangka menyayangkan sikap KPK yang terkesan lamban
dan permisif terhadap tersangka kasus suap Lukas
Meski sudah jadi tersangka, hingga sebelum Jumat 4 Enembe. Menurutnya, KPK seharusnya segera
Oktober 2022, Lukas belum diperiksa karena kondisi melakukan pemanggilan kedua terhadap Lukas
kesehatannya. Padahal dirinya sudah dipanggil Enembe dan jemput paksa jika masih mangkir.
sebanyak dua kali, namun tidak datang ke meja
penyidik KPK dengan alasan sakit. Sulitnya
pemeriksaan Lukas ini sampai menjadi perhatian 1. Pengacara Minta Lukas Enembe
Presiden Joko Widodo. “Proses hukum di KPK Dihukum Adat
harus dihormati, semua sama di mata hukum,” ujar
Jokowi, Senin 26 September 2022. Salah satu kuasa hukum Enembe, Aloysius
Renwarin, sempat meminta supaya KPK melakukan
pemeriksaan terhadap Lukas Enembe secara adat di
1. Lebih dari 50 Saksi Diperiksa KPK lapangan di Papua. Menurut dia, permintaan itu
diajukan oleh masyarakat adat Papua. Pasalnya, pada
KPK menyebut telah memeriksa lebih dari 50 saksi 8 Oktober 2022 Lukas ditetapkan sebagai kepala
dalam kasus dugaan suap yang menjerat Gubernur
Papua. "Dalam penyidikan perkara ini, KPK
sebelumnya telah melakukan pemeriksaan saksi-
suku besar oleh dewan adat Papua yang terdiri dari "Pertama, kepala daerah yang menjadi tersangka
tujuh suku. 6 korupsi adalah tokoh elite yang selama ini punya
pengaruh kuat. Termasuk pengaruh dalam bidang
ekonomi dan sumber daya. Banyak orang yang
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi hidupnya bergantung kepada tersangka,"
(KPK) disarankan melakukan pendekatan ke para
tokoh di Papua agar pemanggilan Gubernur Lukas Kedua, ada kesamaan latar belakang primordial
Enembe berjalan mulus. Dalam prosesnya, penyidik antara tersangka dan para pendukung, misalnya satu
perlu menjelaskan bahwa Lukas menghadapi proses suku, organisasi kemasyarakatan, atau organisasi
hukum murni. keagamaan. Ada perasaan pendukung ingin
Diketahui, penyidik sudah melayangkan surat melindungi kelompoknya.
panggilan pertama dan kedua, tapi Lukas tak
kunjung menghadiri pemeriksaan di kantor KPK, Ketiga, tersangka selama ini memelihara konstituen,
Jakarta. Lukas beralasan sakit. Ada dorongan misalnya dengan politik uang atau pork barrel, yakni
agar KPK menggunakan upaya paksa berupa kebijakan yang menguntungkan pendukung.
penangkapan. Namun, itu tidak mudah diwujudkan Keempat, tersangka masih memiliki jaringan elit
karena massa pendukung menjaga rumah Lukas. pendukung yang bisa menggerakkan massa.
Karena itu, peneliti Pukat Universitas Gajah Mada, Kelima, rendahnya kesadaran hukum masyarakat.
Zaenur Rohman, menyarankan, selain menjalankan Situasi ini dimanfaatkan oleh elite untuk
prosedur pemanggilan, KPK perlu menjalin menggerakkan massa. Keenam, tidak tertutup
komunikasi dengan tokoh masyarakat dan agama. kemungkinan adanya para pendukung atau massa
Sehingga saat penangkapan tidak menimbulkan bayaran.
konflik.
Ketujuh, mungkin juga masyarakat tidak terlalu
"KPK bisa pendekatan ke tokoh masyarakat, percaya sistem hukum akan mewujudkan keadilan.
jelaskan bahwa ini proses hukum murni, tidak ada Biasanya masyarakat berpikir bahwa yang
politik dan lain-lain. Tugas KPK membangun melakukan korupsi banyak pejabat, tetapi hanya
komunikasi dengan tokok adat, tokoh agama. Ini pihak tertentu yang diproses hukum.7
bisa jadi cara KPK menghindari penolakan
masyarakat saat upaya paksa dengan cara "Untuk mengubah situasi tersebut ada beberapa hal
penangkapan," perlu dilakukan terus menerus. Pertama, pendidikan
antikorupsi kepada masyarakat. Secara terus
Terkait aksi masyarakat yang melindungi Lukas, menerus masyarakat harus memperoleh informasi
Zaenur mengatakan, ada sikap kontradiktif sebagian bahwa korupsi artinya uang masyarakat diambil oleh
masyarakat menyikapi kepala daerah yang menjadi para elit. Sehingga korupsi harus dilawan oleh
tersangka korupsi. semua pihak. Kedua, pemberantasan politik uang.
Ketiga, penegakan hukum yang adil,"
Dalam hampir semua survei masyarakat
menganggap korupsi masalah serius yang harus KESIMPULAN
diberantas. Tak ada masyarakat yang mendukung Unsur “memperkaya diri atau orang lain
korupsi. atau suatu korporasi” (vide Pasal 2 ayat (1)
undang- undang nomor 31 tahun 1999 jo undang-
Namun, jika ada tokoh yang didukung menjadi undang nomor 20 tahun 2001) dan unsur
tersangka korupsi, ada saja kelompok pembela. “menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
"Misalnya mengatakan bahwa kasus tersebut suatu korporasi” (vide Pasal 3 undang- undang
rekayasa dijebak lawan politik," nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20
tahun 2001), merupakan unsur yang bersifat
Bentuk pembelaan para pendukung kepala daerah alternatif sehingga tidak perlu pelaku tindak
yang menjadi tersangka korupsi bahkan hingga pidana korupsi harus menikmati sendiri uang hasil
merintangi penangkapan, seperti pernah terjadi di tindak pidana korupsi karena cukup si pelaku
Buol. Menurut Zaenur ada beberapa faktor yang memperkaya orang lain atau menguntungkan
menyebabkan fenomena dukungan sebagian orang lain.
masyarakat kepada tersangka korupsi.
6 7
https://nasional.tempo.co/read/1653302/fakta-fakta-kasus-korupsi- https://www.republika.co.id/berita/rjll96354/kpk-perlu-jelaskan-kasus-
gubernur-papua-lukas-enembe lukas-enembe-murni-hukum
Unsur “memperkaya diri atau orang lain atau suatu Ketika seseorang ditetapkan sebagai
korporasi” lebih sulit membuktikannya karena tersangka oleh KPK, KPK bisa melakukan
harus dapat dibuktikan tentang bertambahnya penangkapan. Tentu ketika melakukan penangkapan
kekayaan pelaku korupsi sebelum dan sesudah KPK komunikasi dulu kepada masyarakat misalnya
perbuatan korupsi dilakukan. Namun secara ada resistensi, komunikasikan kepada tokoh-tokoh
teoritis, unsur “memperkaya diri” sudah dapat masyarakat, komunikasikan dengan tokoh-tokoh
dibuktikan dengan dapat dibuktikannya bahwa agama, Setelah ditangkap bisa dilakukan
pelaku tindak pidana korupsi berpola hidup pemeriksaan oleh satu tim dokter indpenden
mewah dalam kehidupan sehari-harinya. misalnya dari IDI. Kemudian apa hasil pemeriksaan
Sedangkan unsur “menguntungkan diri atau orang dari IDI, Jika dari hasil pemeriksaan tersangka
lain atau suatu korporasi”, artinya adanya fasilitas dalam kondisi sehat maka bisa dilanjutkan untuk
atau kemudahan sebagai akibat dari perbuatan diperiksa oleh KPK. Kalau kesimpulan dari dokter
menyalahgunakan wewenang. Mengenai unsur adalah tersangka tidak dalam keadaan sehat maka
“merugikan keuangan negara” aparat penegak pemeriksaan tidak bisa dilakukan.8
hukum memang bekerjasama dengan instansi Tinggal KPK merujuk tersangka ke fasilitas
terkait yaitu BPK atau BPKP yang membantu layanan kesehatan agar mendapatkan perawatan.
penyidik menghitung kerugian negara. Dengan tetap dalam penjagaan dan penguasaan
Secara umum, tindak pidana korupsi adalah KPK. Kasus Lukas Enembe sendiri kemudian dinilai
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk berlarut-larut dalam penanganannya. Sehingga tak
kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu, dipungkiri juga muncul berbagai kecurigaan publik
maka variabel utama dalam korupsi adalah tentang kasus ini yang tak lepas dari muatan politik.
kekuasaan, dengan kata lain mereka yang memiliki "Tidak ada politisasi dan kriminalisasi
kekuasaan, khususnya terhadap sumber daya dalam kasus yang menimpa Gubernur Papua, karena
publik akan berpeluang besar untuk melakukan itu murni berdasarkan bukti permulaan yang cukup,”
perbuatan korupsi, sedangkan dalam konteks
otonomi daerah, tindak pidana korupsi terjadi
mengikuti kekuasaan yang terdesentralisasi ke
tingkat local . DAFTAR PUSTAKA
Mencermati ketentuan undang-undang
nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo.undang-undang nomor
20 tahun 2001 tentang perubahan undang-undang
nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi tersebut, maka secara
khusus dalam Pasal 2 ayat (1) diatur mengenai
unsur “memperkaya”, dan pada Pasal 3 mengenai
unsur “menguntungkan”. Hanya saja pada bagian
penjelasan atas undang-undang korupsi tersebut
sama sekali tidak menjelaskan kriteria dari pada
unsur “memperkaya” dan atau unsur
“menguntungkan”, kecuali hanya menyatakan
bahwa dalam rangka mencapai tujuan yang lebih
efektif untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana korupsi, undang- undang korupsi ini
memuat ketentuan pidana yang menentukan
ancaman pidana minimum khusus, pidana denda
yang lebih tinggi, dan ancaman pidana mati.
SARAN