You are on page 1of 9

Accelerat ing t he world's research.

Perilaku Konsumsi Mie Instan pada


Mahasiswa FKM Undana Kupang 1)
Alumni Jurusan PKIP FKM Undana 2)
Staf pengajar...
Edo Prasetyo

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PERILAKU PERILAKU KONSUMSI MIE INSTAN PADA


Ist i Ist i

PREFERENSI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MI INSTAN DI KABUPAT EN BANGKALAN (CONSUMER PRE…


Agriekonomika (Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pert anian)

Mit a Kurifah 09511241034


Sint ya Elviana
Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana Kupang

PERILAKU KONSUMSI MIE INSTAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNDANA KUPANG YANG TINGGAL DI KOS WILAYAH NAIKOTEN 1
Linda Sarkim1, Engelina Nabuasa2, Ribka Limbu3

Abstract: The level of nutrition knowledge of ones influence on attitude and behavior in
choosing foods that are consumed. Lifesyle changes of today society also impact the
consumption of instant foods, which one is instant noodles. This is possible caused instant
noodles are practical and can fulfill the tastes of society, both adults and children.
However, instant noodles can not be considered as wholesome food, because it is not
sufficient for a balanced nutrition of body. This study aims to determine the behavior of
instant noodles consumption in student of Public Health Faculty of Undana Kupang who
lives in kos region Naikoten 1. The study was descriptive with sample 74 people (total
population). Primary data was collected thorugh distributing of questionnaire that includes
data of knowledge, attitude, and action. The results showed that most of students had
good knowledge of nutrition. All of students have positive attitudes about the consumption
of instant noodles. Actions of consumption instant noodles include: most of respondents
consume instant noodles maximum once a week, dish up 1 packet of instant noodles in
each consumption, brand of instant noodle that are commonly consumed is mie sedap,
most respondents consume instant noodles as a snack or outside the time of main meal,
the way to dish up instant noodles is without sauce or fried noodles, and most of the
respondents add variation of menu when consume instant noodles. Students should not
consume instant noodles as a substitute for a main meal, but need to vary with other
foods to satisfy body balanced nutrition.

Keywords : behavior of consumption, instant noodles, college students

PENDAHULUAN maraknya makanan instan. Makanan instan


atau siap saji kian digemari sebagai
Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau makanan pengganti nasi. Salah satunya
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan adalah mie instan yang sekarang ini banyak
upaya mempertahankan dan meningkatkan beredar terutama di kalangan remaja
kesehatan. Salah satu perilaku sehat adalah sebagai makanan populer. Selain dikenal
makan dengan menu seimbang. Menu karena praktis, mie instan juga dikenal
seimbang disini adalah pola makan sehari- karena kandungan dari mienya sendiri
hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh maupun minyak sayur dalam sachet
baik menurut kuantitas, maupun kualitas (Kurnianingsih, 2007). karbohidrat, protein
(Becker dikutip Notoatmodjo, 2005). tepung (gluten), dan lemak, baik yang dari
mienya sendiri maupun minyak sayur dalam
Menurut Sediaoetama (1991), tingkat sachet (Kurnianingsih, 2007).
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam memilih Pergeseran pola konsumsi ini dimungkinkan
makanan yang menentukan mudah tidaknya karena mie dapat diproses dengan mudah,
seseorang memahami manfaat kandungan disajikan dengan praktis dan dapat
gizi dari makanan yang dikonsumsi. memenuhi selera sebagian besar
Pengetahuan gizi yang baik diharapkan masyarakat, baik orang dewasa maupun
mempengaruhi konsumsi makanan yang anak-anak. Promosi mie dengan berbagai
baik, sehingga dapat menuju status gizi yang
jenis produk, ukuran dan harga yang
baik pula. Pengetahuan gizi juga mempunyaiterjangkau di berbagai tempat membuat
peranan yang sangat penting dalam produk mie baru cepat dikenal oleh
pembentukan kebiasaan makan seseorang. masyarakat. Mie instan adalah makanan
favorit dari semua kalangan masyarakat
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini terutama bagi orang yang memiliki kesibukan
turut mempengaruhi pola konsumsi dengan yang sangat banyak dan bertumpuk-tumpuk

1) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana


2) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
3) Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010

sehingga mereka tidak sempat untuk Tinggal di Kos wilayah Naikoten 1. Tujuan
membuat ataupun membeli makanan yang khusus yaitu mengetahui tingkat
sehat (Kurnianingsih, 2007). pengetahuan tentang konsumsi mie instan
pada mahasiswa, mengetahui sikap terhadap
Mie instan yang termasuk dalam makanan konsumsi mie instan pada mahasiswa, dan
siap saji merupakan jenis makanan yang mengetahui tindakan konsumsi mie instan
dikemas, mudah disajikan, praktis, dan pada mahasiswa.
diolah dengan cara sederhana. Makanan
METODE PENELITIAN
tersebut umumnya diproduksi oleh industri
pengolahan pangan dengan teknologi dan Jenis penelitian yang digunakan dalam
memberikan berbagai zat aditif untuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
mengawetkan dan memberikan cita rasa yaitu penelitian yang dilakukan dengan
bagi produk tersebut (Fahmi, 2010). tujuan membuat gambaran atau deskkripsi
tentang suatu keadaan secara objektif
Namun, mie instan belum dapat dianggap (Notoatmodjo, 2005).
sebagai makanan penuh (wholesome food)
karena belum mencukupi kebutuhan gizi Penelitian dilakukan di kos-kosan mahasiswa
yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat FKM Undana yang terletak di Kelurahan
dari terigu mengandung karbohidrat dalam Naikoten 1 pada bulan Maret sampai
jumlah besar, tetapi kandungan protein, Desember 2010.
vitamin, dan mineralnya hanya sedikit.
Pemenuhan kebutuhan gizi mie instan dapat Populasi adalah keseluruhan objek penelitian
diperoleh jika ada penambahan sayuran dan atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005a).
sumber protein (Fahmi, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa FKM Undana yang tinggal di kos-
Praktek konsumsi mie instan juga ditemui kosan wilayah Naikoten 1 yang berjumlah 74
pada mahasiswa Fakultas Kesehatan orang. Jumlah in diperoleh dari hasil studi
Masyarakat (FKM) Undana yang tinggal di awal.
kos. Peneliti telah melakukan studi awal
kepada 10 orang mahasiswa FKM (8 Sampel adalah sebagian dari keseluruhan
mahasiswa semeseter 8 dan 2 mahasiswa objek yang diteliti dan dianggap mewakili
semeseter 6) yang tinggal di kos berkaitan populasi (Notoatmodjo, 2005a). Arikanto
dengan konsumsi mie instan. Hasil studi (2002) mengemukakan bahwa dalam sebuah
tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 penelitian, jika jumlah populasi kurang dari
minggu rata-rata konsumsi mie instan adalah 100 orang, maka keseluruhan populasi dapat
sebagai berikut: 2 responden mengkonsumsi dijadikan sampel. Jadi sampel dalam
sebanyak 3 bungkus, 4 responden penelitian ini adalah seluruh total populasi
mengkonsumsi 5 bungkus, 3 responden yaitu 74 orang.
mengkonsumsi 10 bungkus dan 1
responden jarang mengkonsumsi mie instan. CARA, BAHAN DAN ALAT
Ada beberapa alasan mengapa mahasiswa PENGUMPULAN DATA
yang tinggal di kos lebih suka mengkonsumsi Data primer dari penelitian ini adalah data
mie instan dengan frekuensi yang cukup yang didapat oleh peneliti di tempat
tinggi yaitu mie instan memiliki harga yang penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
sangat murah sehingga mudah dijangkau, penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
memiliki berbagai macam pilihan rasa dan dari kuesioner pengetahuan, sikap dan
penyajiannya yang sangat mudah serta tidak tindakan. Data yang telah dikumpulkan
membutuhkan waktu yang lama. kemudian diedit, dicoding dan diolah secara
manual serta menggunakan bantuan
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah komputer. Hasil pengolahan data ini
mengetahui perilaku konsumsi mie instan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
pada mahasiswa FKM Undana Kupang yang
42
Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana Kupang

HASIL DAN BAHASAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Pada Mahasiswa FKM Undana yang
Pengetahuan merupakan domain yang Tinggal di Kos Wilayah Naikoten 1 Tahun 2010
sangat penting dalam membentuk perilaku TKT pengetahuan
seseorang. Pengetahuan merupakan hasil SMT
Baik Cukup Kurang
JML %
dari tahu dan ini terjadi setelah orang II 8 6 0 14 18,92
melakukan penginderaan terhadap suatu IV 20 4 0 24 32,43
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui VI 15 2 0 17 22,97
VIII 15 4 0 19 25,68
pancaindra manusia, yakni indera
JML 58 16 0 74
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa % 78,38 21,62 0 100
dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga Dari gambaran di atas, terlihat bahwa semua
(Notoatmodjo, 2003). responden memiliki pengetahuan yang baik
dan cukup, sedangkan tidak ada responden
Pengetahuan terhadap pangan dan gizi yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan
merupakan hasil tahu seseorang terhadap yang baik dan cukup dari responden
pangan dan gizi untuk pemenuhan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
kebutuhan gizi bagi tubuhnya yang dapat responden, dimana responden adalah
menentukan tingkat konsumsi pangan dan mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat.
gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang Hal ini sejalan dengan teori Sadulloh dikutip
akan berpengaruh terhadap sikap dan Setiadi (2008) yang menyatakan bahwa
perilaku dalam memilih makanan yang akan faktor-faktor yang mempengaruhi
menentukan mudah tidaknya seseorang pengetahuan adalah pengalaman,
memahami manfaat kandungan gizi dari keyakinan, sosial budaya, dan tingkat
makanan yang dikonsumsi (Sediaoetama, pendidikan.
1991).
Tingkat pengetahuan seseorang
Dalam penelitian ini, pengetahuan responden berpengaruh terhadap sikap. Sikap
meliputi pengetahuan tentang makanan merupakan kecenderungan untuk bertindak
bergizi, kegunaan makanan, bahan atau berperilaku yang mengandung aspek
tambahan makanan, kandungan mie instan, kognitif, afektif, dan konatif. Menurut
dan dampak penggunaan bahan makanan Thurstone dalam Ahmadi (1999), sikap
sintetik secara berlebihan. Tabel 1 merupakan kecenderungan yang bersifat
menunjukkan bahwa responden positif dan negatif dalam hubungannya
berpengetahuan baik sebanyak 78,38%, dengan objek-objek psikologis. Sikap positif
sedangkan yang berpengetahuan cukup adalah sikap suka atau senang sedangkan
sebanyak 21,62%. sikap negatif adalah sikap tidak suka atau
tidak menyenangkan. Sikap responden
Selanjutnya dari 58 responden yang terhadap konsumsi mie instan adalah
berpengetahuan baik, terbanyak adalah gambaran sikap responden yang bersifat
responden semester IV. Responden yang positif atau negatif terhadap konsumsi mie
berpengetahuan baik dapat dipengaruhi oleh instan.
pengetahuan gizi yang telah diperoleh dalam
perkuliahan. Sedangkan dari 16 responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
berpengetahuan cukup, terbanyak responden baik yang berpengetahuan baik
merupakan mahasiswa semester II. Hal ini maupun cukup bersikap positif terhadap
dimungkinkan karena mahasiswa semester II konsumsi mie instan. Sikap positif responden
belum mengetahui materi gizi sepenuhnya, berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan
karena belum memperolehnya dalam konatif pada responden. Beberapa
perkuliahan. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan yang melandasi responden
perbedaan tingkat semester responden juga bersikap positif terhadap konsumsi mie
berpengaruh pada perbedaan tingkat instan yaitu mie instan memiliki harga murah,
pengetahuan mereka.
43
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010

sangat praktis, mengenyangkan, mudah Hasil penelitian menunjukkan bahwa


didapat dan diolah. sebagian besar responden mengkonsumsi
mie instan 1 kali dalam seminggu. Hal ini
Menurut Susanto dalam Laksmiwati (2006) menunjukkan bahwa mie instan masih
terdapat bebrapa landasan dalam memilih menjadi alternatif makanan untuk memenuhi
makanan tertentu yang disukainya yang rasa lapar dan tidak dikonsumsi setiap hari.
bersumber pada beberapa faktor antara lain Menurut Khomsan dalam Timex (2010), mie
rasa yang enak, mengenyangkan, memberi instan boleh dikonsumsi hingga 2-3 kali
status, tidak membosankan, berharga murah dalam seminggu. Namun, tidak disarankan
dan terjangkau, mudah didapat dan mudah untuk dikonsumsi setiap hari. Distribusi
diolah. Berbagai kelebihan yang dimiliki responden berdasarkan frekuensi konsumsi
menjadi pertimbangan bagi responden dalam mie instan dapat dilihat pada tabel 2.
memilih mie instan untuk dikonsumsi.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Selain pandangan terhadap kelebihan mie Frekuensi Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa
FKM Undana yang Tinggal di Kos Wilayah Naikoten
instan, responden juga beranggapan bahwa 1 Tahun 2010
mie instan perlu divariasikan dengan
Frekuensi Konsumsi Jumlah Persentase
makanan lain. Hal ini berkaitan dengan
(per minggu) (%)
pengetahuan responden tentang gizi yang 1 kali 39 52.70
baik, dimana responden mengetahui bahwa 2 kali 25 33,79
mie instan belum mengandung zat-zat gizi 3-5 kali 9 12,16
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Setiap hari 1 1,35
Mie instan belum dapat dianggap sebagai Jumlah 74 100
Sumber: Data Primer Tahun 2010
makanan penuh karena belum dapat
mencukupi gizi seimbang bagi tubuh. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 9
Pemenuhan kebutuhan gizi mie instan dapat orang responden yang mengkonsumsi mie
diperoleh jika ada penambahan sayuran dan instan 3-5 kali dalam seminggu dan 1 orang
sumber protein (Fahmi, 2010). yang mengkonsumsinya setiap hari.
Mahasiswa yang sering mengkonsumsi mie
Responden juga cencerung untuk instan dapat dipengaruhi oleh pandangannya
memperhatikan informasi pada kemasan mie bahwa mengkonsumsi mie instan adalah hal
instan. Informasi pada kemasan mie instan yang biasa bagi anak kos-kosan serta
sangat penting untuk dicantumkan untuk mudah diolah. Mudahnya memperoleh mie
alasan kemanan dalam mengkonsumsi. instan juga dapat mempengaruhi responden
Selain itu, sebagai sumber pengetahuan untuk mengkonsumsi mie instan. Hal ini
akan kandungan gizi mie instan, serta dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas
komposisi mie instan dan seterusnya yang penjualan mie instan seperti pasar,
perlu diketahui oleh responden. supermarket, mini market, warung dan kios.
Berkaitan dengan jumlah mie instan,
Meskipun mie instan memiliki kelemahan, responden tidak menyajikannya secara
namun tidak menghalangi responden untuk berlebihan dalam setiap kali makan dan juga
bersikap positif terhadap konsumsi mie memvariasikannya dengan makanan lain.
instan. Sikap positif tersebut justru muncul Sebagian besar responden menyajikan 1
akibat pengetahuan gizi yang mereka miliki bungkus mie instan dalam setiap kali makan.
untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
ada dalam mie instan. Hal ini menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66
bahwa tingginya tingkat pengetahuan gizi
orang yang menyajikan 1 bungkus mie
bukan berarti responden tidak
instan, 50 orang memvariasikan mie instan
mengkonsumsi mie intsan. Hal ini dapat
dengan makanan lain. Sedangkan dari 7
terlihat dari tindakan konsumsi mie instan
responden yang menyajikan 2 bungkus mie
responden.
instan, 5 responden memvariasikannya
dengan makanan lain. Bahan makanan yang
44
Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana Kupang

ditambahkan adalah makanan sumber menu seimbang. Menu seimbang adalah


protein (lauk-pauk) dan sayur-sayuran. menu yang terdiri dari beraneka ragam
Sayuran yang paling banyak adalah sayur makanan dalam jumah dan proporsi yang
sawi, wortel, kubis/kol, tomat dan buncis. sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi
Sedangkan sumber protein yang seseorang (Almatsier, 2006).
ditambahkan adalah telur, irisan daging, tahu
dan tempe. Variasi lainnya adalah nasi dan Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
kerupuk. Variasi Menu Saat Konsumsi Mie Instan pada
Mahasiswa FKM Undana yang Tinggal di Kos
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah
Wilayah Naikoten 1 Tahun 2010
Mie Instan dalam Setiap Penyajian pada Mahasiswa
FKM Undana yang Tinggal di Kos Wilayah Naikoten Jenis Variasi Menu Jumlah Persentase
1 Tahun 2010 (%)
Jumlah mie instan Jumlah Persentase Telur 51 92,73
Sumber
(per saji) (%) Irisan daging 6 10,91
Protein
1 bungkus 66 89,19 Tahu 8 14,55
(lauk pauk)
2 bungkus 7 9,46 Tempe 6 10,91
> 2 bungkus 1 1,35 Sawi 29 52,73
Jumlah 74 100 Kubis/kol 2 3,64
Sayur-
Sumber: Data Primer Tahun 2010 Wortel 15 27,27
sayuran
Tomat 3 5,45
Buncis 1 1,82
Kerupuk 9 16,36
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Variasi Lain-lain
Nasi 1 1,82
Menu Saat Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa Sumber: Data Primer Tahun 2010
FKM Undana yang Tinggal di Kos Wilayah Naikoten
1 Tahun 2010
Hasil penelitian menyebutkan bahwa
Variasi Jumlah Persentase
sebagian besar responden memilih
(%) mengkonsumsi mie instan dengan merk Mie
Ya 55 74,32 Sedap yang diikuti dengan merk Indomie.
Tidak 19 25,68 Kedua merk tersebut merupakan merk yang
Jumlah 74 100 paling digemari karena merk tersebut lebih
Sumber: Data Primer Tahun 2010
banyak tersedia di warung kecil sehingga
Gambaran diatas menunjukkan bahwa mudah diperoleh. Kedua merk tersebut juga
responden tidak berlebihan dalam tersedia dalam berbagai macam pilihan rasa.
mengkonsumsi mie instan dan masih Selain itu, ditunjang dengan promosi melalui
memperhatikan kecukupan gizi tubuh. Hal ini iklan di media massa baik media cetak
juga dipengaruhi oleh pengetahuan gizi maupun media elektronik. Iklan dari kedua
responden yang baik. Menurut Irawati dalam merk tersebut sangat bervariasi dan bersifat
Laksmiwati (2006), pengetahuan gizi persuasif.
seseorang berpengaruh terhadap perilaku
dalam pemilihan makanan yang pada Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Merk
akhirnya berpengaruh pada keadaan gizinya. Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana yang
Melalui penambahan variasi menu saat Tinggal di Kos Wilayah Naikoten 1 Tahun 2010
mengkonsumsi mie instan, maka kekurangan Merk mie instan Jumlah Persentase
gizi dari mie instan dapat diimbangi. (%)
Kandungan gizi mie instan yang relatif Indomie 20 27,03
rendah dapat diimbangi melalui penambahan Mie Sedap 51 68,92
Supermie 1 1,35
bahan makanan lain seperti sayuran dan
Mie ABC 2 2,10
sumber protein sebagai variasi menu. Jumlah 74 100
Sumber: Data Primer Tahun 2010
Penambahan variasi ini bertujuan untuk Menurut Jafkins (1996), iklan akan
meningkatkan selera serta melengkapi menimbulkan keinginan seseorang untuk
kebutuhan gizinya (Fahmi, 2010). Dengan membeli makanan instan. Fungsi iklan
demikian, responden masih memperhatikan adalah untuk memberi informasi dan
45
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010

melakukan persuasif. Tujuan dari pemberian goreng lebih enak dan gurih, mie goreng
informasi adalah untuk memperkenalkan dianggap lebih praktis dan mudah
produk baru, menginformasikan karakteristik pengolahannya dibandingkan dengan mie
suatu produk, dan memberi informasi tentang kuah. Selain itu, sebagian responden
harga dan ketersediannya. Sedangkan memilih menyajikan mie instan dengan kuah
tujuan dari persuasi adalah untuk atau mie berkuah dengan alasan lebih enak
meyakinkan konsumen tentang manfaat dan mengenyangkan serta lebih mudah
suatu produk, untuk mengajak konsumen divariasikan.
agar membeli produk dan untuk mengurangi
keragu-raguan setelah membeli atau Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Cara
mengkonsumsi produk (Kristanto, 2008). Penyajian Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana
yang Tinggal di Kos Wilayah Naikoten 1 Tahun
2010
Kebiasaan mengkonsumsi mie instan
Cara Penyajian Jumlah Persentase
terutama bagi mahasiswa yang tinggal di kos
(%)
sudah menjadi salah satu pola makan dalam Berkuah 32 43,24
kehidupan sehari-hari. Mie instan dapat Goreng 42 56,76
dikonsumsi pada waktu makan utama Jumlah 74 100
ataupun diluar waktu makan utama. Pada Sumber: Data Primer Tahun 2010
waktu makan utama mie instan dikonsumsi
untuk sarapan, sebagai pengganti makan Berdasarkan hasil penelitian, alasan utama
siang atau pun sebagai pengganti makan responden mengkonsumsi mie instan adalah
malam. Sedangkan di luar waktu makan karena penyajiannya yang mudah dan tidak
utama mie instan dikonsumsi sebagai snack. membutuhkan waktu yang lama harga mie
instan yang sangat terjangkau. Alasan
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu lainnya adalah terpengaruh iklan, malas, dan
Makan Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana karena tidak tersedia sayuran di kos. Hal ini
yang Tinggal di Kos Wilayah Naikoten 1 Tahun sejalan dengan penelitian yang dilakukan
2010
oleh Lastariwati dkk (2006) yang menyatakan
Waktu Makan Jumlah Persentase bahwa alasan responden mengkonsumsi
(%) makanan instan adalah kepraktisan dan
Untuk Sarapan 2 2,10
Pengganti makan 27 36,49
kemudahan dalam penyajian, lebih enak,
siang harga terjangkau dan murah. Selain itu,
Pengganti makan 8 10,81 informasi tentang makanan instan yang
malam diperoleh responden dari media massa baik
Snack/ di luar waktu 37 50,00 media elektronik maupun media cetak,
makan utama
Jumlah 74 100
mempengaruhi responden dalam
Sumber: Data Primer Tahun 2010 mengkonsumsi mie instan. Menurut Jafkins
(1996), iklan akan menimbulkan keinginan
Pola makan mie instan ini berkaitan dengan seseorang untuk membeli makanan instan.
selera responden serta kondisi responden.
Menurut Levi dkk (dalam Witari,1997) alasan SIMPULAN DAN SARAN
makan dilakukan karena menurut kebutuhan Simpulan
fisiologis (rasa lapar), kebutuhan psikologis Sebagian besar responden memiliki
(mood, perasaan, suasana hati), dan pengetahuan gizi yang baik. Seluruh
kebutuhan sosial (konformitas antara teman responden bersikap positif terhadap
sebaya, gengsi). konsumsi mie instan. Tindakan konsumsi
mie instan meliputi frekuensi, jumlah, merk,
Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa waktu makan, cara penyajian, dan variasi
sebagian besar responden lebih memilih menu saat mengkonsumsi mie instan yakni:
untuk menyajikan mie instan tanpa kuah atau (a) Sebagian besar responden
lebih dikenal dengan nama mie goreng. mengkonsumsi mie instan maksimal 1 kali
Berbagai alasan responden untuk memilih dalam seminggu, (b) responden terbanyak
menyajikan mie goreng yaitu karena mie menyajikan 1 bungkus mie instan dalam
46
Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa FKM Undana Kupang

setiap kali makan, (c) merk mie instan yang http://www.facebook.com/photo.php?pid=


paling sering dikonsumsi adalah mie sedap, 121860&id=100000697443797&comment
(d) responden terbanyak mengkonsumsi mie s&alert#!/?ref=home.[sitasi: 12 Maret 2010
instan sebagai snack atau diluar waktu Jam 15.30 WITA].
makan utama, (e) cara penyajian mie instan Jafkins, F. 1996. Periklanan. Jakarta:
terbanyak adalah mie goreng, (f) sebagian Penerbit Erlangga.
besar responden menambahkan variasi Khomsan, A. 2004. Pengantar Pangan dan
menu saat mengkonsumsi mie instan. Gizi. Jakarta: Swadaya.
__________. 2010. Jangan Santap Mie
Saran Instan Setiap Hari. Timor Express, Sabtu
Bagi Fakultas, FKM sebagai salah satu 20 Nopember. Hlm 21.
institusi pendidikan di bidang kesehatan Kristanto, P. 2005. Iklan Televisi Merusak
hendaknya menjadi sumber informasi bagi Pola Konsumsi Anak. http://purnawan-
masyarakat tentang pola konsumsi pangan kristanto.blogspot.com. [sitasi: 13 Februari
yang sehat. Bagi mahasiswa dan Masyarakat 2010 Jam 19.30 WITA].
Hendaknya tidak menjadikan mie instan Kurnianingsih, S. 2007. Hubungan
sebagai pengganti makanan utama, tetapi Konsumsi Mie Instan dengan Tingkat
juga perlu memvariasikan dengan makanan kecukupan Gizi Dan Status Gizi Pada
yang lain. Selain itu, perlu juga Remaja (Studi Kasus di SMA Negeri 2
memperhatikan informasi pada kemasan mie Nganjuk). Skripsi. Surabaya: Fakultas
instan, baik informasi angka kecukupan gizi Kesehatan Masyarakat Universitas
maupun tanggal kadaluarsa. Bagi peneliti Airlangga.
Lain diharapkan untuk melakukan penelitian Laksmiwati, H. 2006. Kontribusi Mie Instan
lanjutan tentang pengaruh faktor pendukung Terhadap Kecukupan Gizi dalam
dan faktor pendorong terhadap konsumsi mie Hubungannya dengan Status Gizi
instan, misalnya: (a) pengaruh Remaja. Skripsi. Fakultas Kesehatan
keterjangkauan sarana penjualan mie instan Surabaya: Masyarakat Universitas
terhadap perilaku konsumsi mie instan, (b) Airlangga.
pengaruh paparan iklan pada media massa Lastariwati, B, dkk. 2006. Hubungan Antara
terhadap perilaku konsumsi mie instan. Pengetahuan dan Konsumsi Makanan
dan Minuman Instan dengan Status Gizi
DAFTAR PUSTAKA Remaja Putri. Skripsi. Fakultas Teknik.
Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Yogyakarta: Universitas Negeri
Rineka Cipta. Yogyakarta.
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Mar at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. serta Pengukuran. Bandung: Ghalia
Arikanto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Indonesia.
Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Cipta. Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Astawan, M. 2005. Mie Instan. . 2005a. Metode
http://khabib.staff.ugm.ac.id/index.php?opt Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
ion=com_content&view=article&id=20:mi- Cipta.
instan&catid=2:kesehatan&Itemid=8. 2005b. Promosi
[sitasi: 22 Mei 2010 Jam 16.00 WITA]. Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional. 1994. Rineka Cipta.
Standar Nasional Indonesia Mie Instan Rahmawati, A. 2006. Motivasi Berprestasi
No. 3551-1994. Jakarta: BSN. Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh.
Edwarsyah. 2004 . Analisis Sikap dan Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Perilaku Konsumen terhadap Produk Mie Utara.
Instan. Skripsi. Jakarta: Universitas Budi Rakasiwi, A. 2009. Efek Makan Mie bagi
Luhur. Kesehatan.
Fahmi, A. 2010. Efek Buruk Makan Mie http://clickcentre.blogspot.com/2007/10/ef
Instan Setiap Hari. ek-makan-mie-bagi-kesehatan.html.
47
MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010

[sitasi: 13 Februari 2010 Jam 19.30


WITA].
Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan.
Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.
Sediaoetama, D. A. 1991. Ilmu Gizi Untuk
Mahasiswa & Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses
Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sukadji, S. 2004. Menyusun dan
Mengevaluasi Laporan Penelitian.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Suyanto, D. 2009. Dibalik Kelezatan Mi
Instan.
http://www.yjoc.web.id/index.php?act...;to
pic=77513.0 [sitasi: 13 Februari 2010 Jam
19.30 WITA].
Syarif. 2009. Mie Instan. Jurnal Halal LP
POM MUI. http://halalsehat.com [Sitasi:
tanggal 04 Februari 2010 Jam 18:18
WITA].
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1997 .Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Veracity, D.2005. The link between
monosodium glutamate (MSG) and
obesity. http://www.newstarget.com/.
[Sitasi: 13 Februari 2010 Jam 19.30
WITA].
Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial (Suatu
Pengantar). Yogyakarta: Andi.
Winarno, F.G, 1991. Proyek Makanan
Jajanan. Majalah Pangan.
Witari, D. 1997. Perilaku Makan pada
Remaja Ditinjau dari Harga Diri. Skripsi.
Semarang : Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata.
Yayasan Lembaga Konsumsi Indonesia,
1985. Mie Instan. Majalah Warta
Konsumen. Edisi IX/n0
139/Desember/1985.

48

You might also like