Professional Documents
Culture Documents
Unjuk Kinerja Alat Pasteurisasi pada Proses Pasteurisasi Madu: Studi Kasus PT
Kembang Joyo Sriwijaya
Sasongko Aji Wibowo1*, Anang Lastriyanto1, Erwan2, Firman Jaya3, Jati Batoro4
1
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang
2
Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, Nusa Tenggara Timur
3
Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
4
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang
Histori artikel: diserahkan 20 Februari 2021, direviu 14 Maret 2021, direvisi 21 Maret 2021
ABSTRACT
One of the post-harvest honey processing processes is the pasteurization process.
Pasteurization is the initial stage of honey processing before evaporation. The high
demand for honey in Indonesia requires that honey producing companies must use
pasteurization tools with large capacities and do not damage the honey content.
Honey will be damaged if the pasteurization temperature is more than 70 oC. In
addition, the pasteurization process is also still a problem in the honey industry.
Therefore it is necessary to make pasteurization tools with automatic and fast
temperature control in the pasteurization process. The purpose of this study was to
observe the rate of heat penetration into pasteurized honey material and the amount
of honey weight pasteurized, then also measured changes in water content, viscosity,
degree Brix, and density of density. From the results of measurements of heat
penetration rates in pasteurization and conventional pasteurization devices, the
difference in time duration on stoves 1, 2, and 3 to increase the initial temperature
of 35 oC to 65oC respectively were 45, 45, and 42 minutes with a total of 101 honey,
22 kg while in conventional equipment takes 50 minutes to heat honey as much as
46,780 kg. Gas consumption on stove 1 was 0.291 g/(kg oC), stove 2 was 0.281
g/(kgoC), stove 3 was 0.285 g / (kgoC), whereas gas consumption on conventional
stove was 0.272 g/(kgoC). The results of measurements of water content, viscosity,
Brix, and density of density before and after pasteurization were as follows 21.99%,
4.835 poise, 63 obrix, 1.356 kg/m3, and 19.82%, 5.453 poise, 64 obrix, 1.358 kg/m 3.
Keywords: honey, pasteurization, penetration, performance.
DOI : https://doi.org/10.18196/jqt.v2i2.10835
WEB : https:// journal.umy.ac.id/index.php/qt/article/view/10835
Dalam penelitian (Harjo, dkk., 2015) diketahui menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
bahwa madu merupakan bahan makanan madu yang berada di permukaan.pengukuran
dengan kandungan enzim yang tinggi.Enzim suhu madu dilakukan oleh operator setiap 20
merupakan protein yang terdenaturasi oleh menit sekali menggunakan thermometer raksa.
beberapa faktor dari luar seperti dalam keadaan Hal tersebut yang membuat suhu tidak
ph rendah atau ph terlalu tinggi, kemudian terkontrol. Perbedaan tersebut akan
terkena panas atau logam berat (Raeymaekers, mempengaruhi kualitas dan kandungan madu
2006). Beberapa jenis enzim yang paling yang dihasilkan. Selain itu terjadi over heat
penting dalam kandungan madu adalah diastase, suhu madu lebih dari 70oC ketika operator lalai
invertase, glukosaoksidase, dan enzim yang tidak mematikan kompor pada saat suhu sudah
aktif dalam fermentasi.White (1978), mencapai 70oC.
menyimpulkan bahwa aktivitas enzim diastase
(Diastase Number = DN) akan menurun seiring Salah satu pembuatan alat pasteurisasi yang
penambahan suhu, suhu maksimum yang sedang dikembangkan adalah alat pasteurisasi
disarankan untuk dilakukanya pasteurisasi dengan menggunakan wadah penampung
adalah 70 oC karena pada suhu tersebut paruh madudengan ketinggian tabung dalam yang
hidup enzim diatase adalah 5,3jam. disesuaikan dengan tinggi tabung luar sehingga
memungkinkan pendistribusian panas merata.
Distribusi suhu pada alat pasteurisasi madu Penggunaan kedua tabung yang lebih presisi
dilakukan dengan pemanasan dengan kompor pada alat pasteurisasi diharapkan dapat
high press burner. Kemudian akan terjadi mempengaruhi distribusi dan penetrasi suhu
penetrasi panas yang melewati tiga lapisan pada agar menjadi rata dan dapat mempersingkat
alat tersebut: lapisan pertama panci almunium, waktu proses pemanasan. Selain itu perubahan
lapisan kedua berisi air, dan lapisan ketiga kadar air, viskosistas, derajat brix, serta
adalah panci yang berisi madu (Eshete & kerapatan massa jenis madu perlu diketahui
Eshete, 2019). Madu yang berada di dalam untuk melihat perubahannya sebelum madu
panic lapisan ke dua, menerima distribusi panas dipasteurisasi dan setelah dipasteurisasi.
yang berasal dari panas yang telah melewati
ketiga lapisan alat tersebut. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan
unjuk kerja untuk alat pasteurisasi berkoloni (3
Beberapa perushaan di Indonesia Pasteurisasi panci double jaket) guna mengetahui tolok
madu dilakukan dengan pemanassampai pada ukur perbandingan pendistribusian dan
suhu 70oC kemudian dilakukan proses penetrasi suhu kedalam bahan madu.
pengurangan kadar air dengan evaporasi
vakum. Berdasarkan pengamatan yang telah Tujuan
dilakukan dalam proses penyimpanan, beberapa
jenis madu yang telah dipanen kemudian di Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
simpan dalam keadan kadar air diatas 22% akan mengamati laju penetrasi panaskedalam bahan
terjadi pembuihan di bagian permukaan madu madu yang dipasteurisasi antara alat
(Shelear, 2013).Proses pasteurisasi madu konvensional dan alat pasteurisasi koloni,
sebelum dilakukan evaporasi selain untuk kapasitas kedua alat, dilakukan pengukuran
mengurangi aktifitas fermentasi madu juga perubahan kadar air, viskositas, derajat brix,
mempercepat proses evaporasi penurunan kadar
dan kerapatan massa jenis terhadap kedua alat.
air (Saxena, dkk., 2010)
67
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
type-K, moisture analyzer shimadzu MOC- tutup tabung, sehingga letak posisi sensor
120 untuk mengukur kadar air, brix terdapat dibagian tengah tabung.
refraktometer untuk mengukur brix madu, 6) Hidupkan tombol power setiap sistem
viscometer NDJ-1S untuk mengukur kontrol. kemudian tekan tombol setting
kekentalan, piknometer untuk mengukur point suhu yang akan digunakan pada setiap
kerapatan masa jenis, timbangan digital serta sistem kontrol. Suhu yang akan digunakan
alat tulis. yaitu 70oC.
7) Hidupkan setiap kompor 1,2, dan 3 pada
Bahan yang digunakan adalah madu murni tekanan api kompor standar atau tidak
dengan jenis madu hitam sebanyak 148 kg terlalu besar.
yang diperoleh dari PT Kembang Joyo 8) Api kompor akan otomatis mengecil
Sriwijaya Malang dan gas LPG 4 buah. apabila suhu yang terbaca pada sensor
Penelitian dilakukan dilaboratorium Lastrindo sudah 70oC sehingga suhu akan tetap
Engginering kota Malang dan PT Kembang terjaga 70oC, apabila suhu turun dibawah
Joyo Sriwijaya Malang pada bulan Januari 70oC api kompor secara otomatis akan
sampai Juli 2020. membesar
68
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
pendistribusian panas dapat merata, kemudian sudah dimasukan kedalam tabung bagian
alat tersebut dilengkapi dengan kontrol suhu dalam kemudian dinyalakan kompor.
otomatis (Gambar 3) supaya suhu bahan yang Pengukuran suhu madu dilakukan oleh
dipanaskan dapat terkontrol secara otomatis. operator setiap 20 menit sekali menggunakan
Pada alat pasteurisasi konvensional yang thermometer raksa. Hal tersebut yang
ditunjukan pada Gambar 1, terdapat satu membuat suhu tidak terkontrol, kemudian
pasang tabung vertikal dengan tabung yang pengukuran suhu hanya dilakukan pada
dibagian luar sebagai tempat air dan tabung permukaan madu tidak sampai bagian tengah
bagian dalam sebagai tempat madu yang tabung sehingga suhu yang terbaca hanya
dipanaskan. Alat tersebut dilengkapi dengan bagian permukaan madu. Selain itu, terjadi
satu kompor pemanas tanpa sistem kontrol. over heat suhu madu lebih dari 70oC ketika
operator lalai tidak mematikan kompor pada
Dalam pengoprasianya, setelah semua alat saat suhu sudah mencapai 70oC.
terpasang dan madu yang akan dipanaskan
70
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
60
60
50 50
Suhu (oC)
y = 0,897x + 21,359
Suhu (oC)
R² = 0,9956
40 40
y = 0,6245x + 19,427
R² = 0,9894
30 30
20 20
0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit) Waktu (menit)
(a) (b)
60
50
Suhu (oC)
40
y = 0,6048x + 20,93
R² = 0,9935
30
20
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(c)
GAMBAR 4. Grafik laju penetrasi panas kenaikan suhu terhadap lama waktu: (a) kompor 1, (b)
kompor 2, dan (c) kompor 3
Berdasarkan Gambar 4 hasil penetrasi pada madu sebanyak 101,22 kg dimasukan kedalam
kompor 1 diperoleh waktu selama 63 menit masing-masing tabung alat pasteurisasi 1, 2
untuk menaikan suhu air awal 22oC sampai dan 3 berturut turut sebanyak 33,74 kg.
dengan suhu akhir 60oC. Pada kompor 2 di kemudian madu di ukur suhu awal dan suhu
peroleh waktu yang lebih singkat yaitu 42 akhir penetrasi. Laju penetrasi panas diukur
menit untuk menaikan suhu air awal 23oC dari suhu awal hingga suhu akhir penetrasi.
sampai dengan suhu akhir 60oC hal tersebut Sampel madu diambil sebelum dan sesudah
dikarenakan posisi panic terdapat dibagian dilakukan pasteurisasi untuk di ukur kadar air,
tengah antara kompor 1 dan kompor 3. viskositas, brix dan perubahan kerapatan masa
Sedangkan pada kompor ke 3 diperoleh waktu jenis madu. Kemudian untuk alat pesteurisasi
selama 63 menit untuk menaikan suhu air awal konvensional juga digunakan bahan madu
23oC sampai dengan suhu akhir 60oC. sebanyak 46,780 kg kemudian diukur suhu
awal dan suhu akhir pasteurisasi dan diamati
Tahap selanjutnya pengujian dilakukan suhu laju penetrasi panas. Hasil laju penetrasi
menggunakan bahan madu jenis madu hitam panas dengan bahan madu diperoleh pada
sebanyak 148 kg yang berlokasi di PT kompor 1, 2, 3 dan konvensional ditampilkan
Kembang Joyo Sriwijaya malang. Bahan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
.
71
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
70
60
Suhu (oC)
50
40
30
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (menit)
suhu kompor 1 suhu kompor 2
suhu kompor 3 suhu konvensional
GAMBAR 5. Grafik laju penetrasi panas kenaikan suhu terhadap lama waktu dengan bahan madu
hitam
Dari Grafik laju penetrasi panas Gambar 5. terdapat di bagian atas tabung akan
dapat dilihat perbedaan lama waktu yang menyebabkan kenaikan suhu lebih tinggi di
terjadi pada kompor 1,2, dan 3 untuk menaikan bagian dasar pada tabung, sehingga dapat
suhu awal 35oC hingga 65oC berturut turut merusak senyawa bioaktif dan bahkan
adalah 45,45, dan 42 menit sedangkan pada berbentuk caramel (Turhan et al., 2008).
alat konvensional membutuhkan waktu selama
50 menit untuk menaikan suhu sampai 65oC, Pengukuran Konsumsi Gas, Kadar Air,
namun suhu tersebut yang terbaca pada bagian
Viskositas, Brix, dan Kerapatan Masa Jenis
bawah tabung konvensional, ketika sensor
Sebelum dan Sesudah dilakukan Pasteurisasi.
suhu diukur pada bagian atas mendekati
permukaan bahan madu yang dipanaskan suhu
Setelah diketahui konsumsi gas (kg)
yang terbaca pada sensor masih 45oC.
berdasarkan persamaan (1) selanjutnya di
Penggunaan suhu panas madu di atas 70ᵒC
lakukan perhitungan konsumsi gas spesifik
tidak dizinkan karena menyebabkan degradasi
dengan mengukur berat gas awal di kurang gas
senyawa bioaktif yang dapat mempengaruhi
kualitas madu, sehingga pada kompor akhir dibagi suhu akhir dikurang suhu awal
konvensional ketika dipanaskan lebih lama kemudian dibagi jumlah berat bahan madu
yang dipanaskan. Konsumsi gas pada masing
untuk menaikan suhu 65oC pada bahan yang
masing kompor ditampilkan pada Tabel 2.
72
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
Dari perhitungan konsumsi gas spesifik tetapi lama waktu pemanasan berbeda hal
diperoleh hasil konsumsi gas pada masing tersebut dikarenakan posisi ketiga panci saling
masing kompor adalah sebagai berikut, berdekatan, sehingga antara satu panci dengan
diketahui konsumsi gas pada kompor 1 adalah panci yang lainya saling berbagi panas antara
0,291 g/(kgoC), kompor 2 adalah 0,281 satu panci dengan panci yang lainya.
g/(kgoC), kompor 3 adalah 0,285 g/(kgoC),
ketiga kompor tersebut rata-rata memilik nilai Pada sampel yang diambil sebelum dan setelah
yang hampir sama, sedangkan konsumsi gas proses pasteurisasi dilakukan pengukuran
pada kompor konvensional yaitu 0,272 kadar air, viskositas, brix dan kerapatan masa
g/(kgoC). Dari hasil konsumsi gas pada jenis. Hasil pengukuran ditampilkan pada
kompor konvensional dan alat pasteurisasi Tabel 3.
tidak menunjukan perbedaan yang signifikan,
TABEL 3. Pengukuran kadar air, viskositas, brix dan kerapatan masa jenis pada madu hitam sebelum
dan sesudah dipasteurisasi pada alat pasteurisasi koloni.
TABEL 4. Pengukuran kadar air, viskositas, brix dan kerapatan masa jenis pada madu hitam sebelum
dan sesudah dipasteurisasi pada alat pasteurisasi konvensional.
Tabel 4 menunjukan perbedaan nilai kadar air, Sedangkan pada Tabel 5 ditunjukan perbedaan
viskosistas, brix dan kerapatan massa jenis nilai kadar air, viskosistas, brix dan kerapatan
pada madu hitam sebelum dan sesudah massa jenis pada madu hitam sebelum dan
dipasteurisasi pada alat pasteurisasi koloni. sesudah dipasteurisasi pada alat pasteurisasi
Dapat diketahui perubahan kadar air pada konvensional.
madu sebelum dipasteurisasi adalah 21,99%
dan sesudah di pasteurisasi adalah 19,82%.
Pada kekentalan madu juga mengalami KESIMPULAN
perubahan nilai viskositasnya setelah madu di
pasteurisasi yaitu 4,835 poise sebelum Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dipasteurisasi dan naik menjadi 5,453 poise perbandingan laju penetrasi panas antara alat
sesudah dipasteurisasi pengukuran viskositas pasteurisasi 3 kompor dengan alat pasteurisasi
menggunakan viscometer NDJ-1S. selanjutnya konvensional mengalami perbedaan
pada derajat brix madu juga mengalami diantaranya:
kenaikan yaitu dari 63 derajat brix menjadi 64 1) Terjadi perbedaan lama waktu pemanasan
derajat brix, pengukuran derajat brix yang terjadi pada kompor 1,2, dan 3 dengan
menggunakan refraktometer skala 60-90%. total madu sebanyak 101,22kg sedangkan
Sedangkan kerapatan masa jenis mengalami pada alat konvensional membutuhkan
sedikit kenaikan yaitu 1,356 kg/m3 sebelum waktu selama 50 menit untuk memanaskan
dipasteurisasi menjadi 1,358 kg/m3 hanya madu sebanyak 46,780kg.
mengalami perubahan 0,002 kg/m3. 2) Konsumsi gas pada ketiga kompor tersebut
rata rata memilik nilai yang hampir sama,
73
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
74