You are on page 1of 9

QUANTUM TEKNIKA 66

Vol. 2 No. 2, Hal 66-74, April 2021

Unjuk Kinerja Alat Pasteurisasi pada Proses Pasteurisasi Madu: Studi Kasus PT
Kembang Joyo Sriwijaya

Sasongko Aji Wibowo1*, Anang Lastriyanto1, Erwan2, Firman Jaya3, Jati Batoro4

1
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang
2
Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, Nusa Tenggara Timur
3
Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
4
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang

*Penulis korespondensi: Sasongko_aw@student.ub.ac.id

Histori artikel: diserahkan 20 Februari 2021, direviu 14 Maret 2021, direvisi 21 Maret 2021

ABSTRACT
One of the post-harvest honey processing processes is the pasteurization process.
Pasteurization is the initial stage of honey processing before evaporation. The high
demand for honey in Indonesia requires that honey producing companies must use
pasteurization tools with large capacities and do not damage the honey content.
Honey will be damaged if the pasteurization temperature is more than 70 oC. In
addition, the pasteurization process is also still a problem in the honey industry.
Therefore it is necessary to make pasteurization tools with automatic and fast
temperature control in the pasteurization process. The purpose of this study was to
observe the rate of heat penetration into pasteurized honey material and the amount
of honey weight pasteurized, then also measured changes in water content, viscosity,
degree Brix, and density of density. From the results of measurements of heat
penetration rates in pasteurization and conventional pasteurization devices, the
difference in time duration on stoves 1, 2, and 3 to increase the initial temperature
of 35 oC to 65oC respectively were 45, 45, and 42 minutes with a total of 101 honey,
22 kg while in conventional equipment takes 50 minutes to heat honey as much as
46,780 kg. Gas consumption on stove 1 was 0.291 g/(kg oC), stove 2 was 0.281
g/(kgoC), stove 3 was 0.285 g / (kgoC), whereas gas consumption on conventional
stove was 0.272 g/(kgoC). The results of measurements of water content, viscosity,
Brix, and density of density before and after pasteurization were as follows 21.99%,
4.835 poise, 63 obrix, 1.356 kg/m3, and 19.82%, 5.453 poise, 64 obrix, 1.358 kg/m 3.
Keywords: honey, pasteurization, penetration, performance.

DOI : https://doi.org/10.18196/jqt.v2i2.10835
WEB : https:// journal.umy.ac.id/index.php/qt/article/view/10835

PENDAHULUAN Untuk mendapatkan madu yang berkualitas dan


memiliki waktu penyimpanan yang lama, madu
harus melalui proses pemanasan yang bertujuan
Latar Belakang
untuk menghambat pertumbuhan organisme dan
Madu merupakan cairan manis yang mengurangi kadar air (DImins, dkk., 2014).
menyerupai sirup yang dihasilkan oleh lebah Pemanasan madu di atas 70ᵒC tidak cocok
madu dan memiliki rasa manis. Rasa manis karena menyebabkan degradasi senyawa
pada madu berasal dari nektar yang dihisap bioaktif yang dapat mempengaruhi kualitas
lebah. Selain itu madu memiliki kandungan madu (Turhan, dkk., 2008). Pemanasan madu
utama berupa glukosa dan fruktosa (Abu-Jdayil dengan suhu lebih dari 70oC juga tidak
dkk., 2002). Komposisi madu meliputi 17-20% disarankan karena dapat menyebabkan
kadar air, 80-85% karbohidrat, dan 0,5-1% perubahan rasa, warna, dan granulasi
protein, asam amino, vitamin, dan mineral maduDisisi lain dapat mengurangi komponen
(Baglio, 2018). Madu termasuk produk yang bioaktif dan antioksidan serta menurunkan
baik untuk kesehatan dan memiliki potensi yang kualitas produk madu dan kandungan nutrisinya
dapat digunakan sebagai produk pangan, (Escriche, dkk., 2009).
farmasi, dan industri kosmetik.
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

Dalam penelitian (Harjo, dkk., 2015) diketahui menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
bahwa madu merupakan bahan makanan madu yang berada di permukaan.pengukuran
dengan kandungan enzim yang tinggi.Enzim suhu madu dilakukan oleh operator setiap 20
merupakan protein yang terdenaturasi oleh menit sekali menggunakan thermometer raksa.
beberapa faktor dari luar seperti dalam keadaan Hal tersebut yang membuat suhu tidak
ph rendah atau ph terlalu tinggi, kemudian terkontrol. Perbedaan tersebut akan
terkena panas atau logam berat (Raeymaekers, mempengaruhi kualitas dan kandungan madu
2006). Beberapa jenis enzim yang paling yang dihasilkan. Selain itu terjadi over heat
penting dalam kandungan madu adalah diastase, suhu madu lebih dari 70oC ketika operator lalai
invertase, glukosaoksidase, dan enzim yang tidak mematikan kompor pada saat suhu sudah
aktif dalam fermentasi.White (1978), mencapai 70oC.
menyimpulkan bahwa aktivitas enzim diastase
(Diastase Number = DN) akan menurun seiring Salah satu pembuatan alat pasteurisasi yang
penambahan suhu, suhu maksimum yang sedang dikembangkan adalah alat pasteurisasi
disarankan untuk dilakukanya pasteurisasi dengan menggunakan wadah penampung
adalah 70 oC karena pada suhu tersebut paruh madudengan ketinggian tabung dalam yang
hidup enzim diatase adalah 5,3jam. disesuaikan dengan tinggi tabung luar sehingga
memungkinkan pendistribusian panas merata.
Distribusi suhu pada alat pasteurisasi madu Penggunaan kedua tabung yang lebih presisi
dilakukan dengan pemanasan dengan kompor pada alat pasteurisasi diharapkan dapat
high press burner. Kemudian akan terjadi mempengaruhi distribusi dan penetrasi suhu
penetrasi panas yang melewati tiga lapisan pada agar menjadi rata dan dapat mempersingkat
alat tersebut: lapisan pertama panci almunium, waktu proses pemanasan. Selain itu perubahan
lapisan kedua berisi air, dan lapisan ketiga kadar air, viskosistas, derajat brix, serta
adalah panci yang berisi madu (Eshete & kerapatan massa jenis madu perlu diketahui
Eshete, 2019). Madu yang berada di dalam untuk melihat perubahannya sebelum madu
panic lapisan ke dua, menerima distribusi panas dipasteurisasi dan setelah dipasteurisasi.
yang berasal dari panas yang telah melewati
ketiga lapisan alat tersebut. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan
unjuk kerja untuk alat pasteurisasi berkoloni (3
Beberapa perushaan di Indonesia Pasteurisasi panci double jaket) guna mengetahui tolok
madu dilakukan dengan pemanassampai pada ukur perbandingan pendistribusian dan
suhu 70oC kemudian dilakukan proses penetrasi suhu kedalam bahan madu.
pengurangan kadar air dengan evaporasi
vakum. Berdasarkan pengamatan yang telah Tujuan
dilakukan dalam proses penyimpanan, beberapa
jenis madu yang telah dipanen kemudian di Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
simpan dalam keadan kadar air diatas 22% akan mengamati laju penetrasi panaskedalam bahan
terjadi pembuihan di bagian permukaan madu madu yang dipasteurisasi antara alat
(Shelear, 2013).Proses pasteurisasi madu konvensional dan alat pasteurisasi koloni,
sebelum dilakukan evaporasi selain untuk kapasitas kedua alat, dilakukan pengukuran
mengurangi aktifitas fermentasi madu juga perubahan kadar air, viskositas, derajat brix,
mempercepat proses evaporasi penurunan kadar
dan kerapatan massa jenis terhadap kedua alat.
air (Saxena, dkk., 2010)

Pada beberapa industri pengolahan madu di METODE PENELITIAN


Indonesia, proses pasteurisasi madu
menggunakan alat pemanaskonvensional. Pada
Alat dan Bahan
alat tersebut, wadah penampung madu
berbentuk 1 tabung keatas (vertikal) sehingga
Alat yang digunakan dalampenelitian ini
mempunyai kekurangan yaitu distribusi suhu
adalah alat pasteurisasi berkoloni (3 panci
selama proses pemanasan menjadi tidak rata
double jaket) dilengkapi dengan sistem kontrol
antara bahan yang berada di dasar dekat
yang digunakan untuk mengatur suhu pada
dengan sumber panas (kompor) dan yang
saat alat dioperasikan, sensor suhu termokopel
berada dibagian bawah permukaan. Suhu madu
yang berada dekat dengan sumber panas akan

67
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

type-K, moisture analyzer shimadzu MOC- tutup tabung, sehingga letak posisi sensor
120 untuk mengukur kadar air, brix terdapat dibagian tengah tabung.
refraktometer untuk mengukur brix madu, 6) Hidupkan tombol power setiap sistem
viscometer NDJ-1S untuk mengukur kontrol. kemudian tekan tombol setting
kekentalan, piknometer untuk mengukur point suhu yang akan digunakan pada setiap
kerapatan masa jenis, timbangan digital serta sistem kontrol. Suhu yang akan digunakan
alat tulis. yaitu 70oC.
7) Hidupkan setiap kompor 1,2, dan 3 pada
Bahan yang digunakan adalah madu murni tekanan api kompor standar atau tidak
dengan jenis madu hitam sebanyak 148 kg terlalu besar.
yang diperoleh dari PT Kembang Joyo 8) Api kompor akan otomatis mengecil
Sriwijaya Malang dan gas LPG 4 buah. apabila suhu yang terbaca pada sensor
Penelitian dilakukan dilaboratorium Lastrindo sudah 70oC sehingga suhu akan tetap
Engginering kota Malang dan PT Kembang terjaga 70oC, apabila suhu turun dibawah
Joyo Sriwijaya Malang pada bulan Januari 70oC api kompor secara otomatis akan
sampai Juli 2020. membesar

Metode Pengujian Sisa madu sebanyak 46,780 kg dimasukan


kedalam alat pasteurisasi konvensional yang
Pengujian dilakukan dengan mengamati laju digunakan sebagai pembanding laju penetrasi
penetrasi panas pada air dan madu murni. panas serta konsumsi gas.
Pengujian tahap pertama menggunakan bahan
air sebanyak 90 kg yang dimasukan ke dalam 3 Parameter Pengamatan
wadah panci dengan kapasitas 200 kg masing
masing seberat 30kg per panci. Kemudian 1. Laju penetrasi panas
diukur masing masing suhu awal air sebelum
bahan dipanaskan hingga suhu 60 o C Laju penetrasi panas merupakan penerobosan
selanjutnya diamati dan dicatat laju penetrasi atau perpindahan panas yang terjadi pada suatu
suhu setiap 5 menit, dan penimbangan berat material. Laju penetrasi sangat penting untuk
gas dilakukan diawal dan diakhir waktu selama diketahui dalam proses pasteurisasi. Dalam
pemanasan untuk mengetahui konsumsi gas. penelitian ini laju penetrasi ditentukan dengan
persamaan (1), yaitu perbandingan kenaikan
Tahap kedua pengujian menggunakan sampel suhu dengan lama waktu yang dibutukan untuk
madu sebanyak 148 kg yang dimasukan ke pindah panas.
dalam masing-masing panci 1, 2 dan 3
sebanyak 33,74 kg dengan perlakuan sama LP = T / t (1)
seperti tahap pertama dengan pemanasan suhu
sampai 65oC, pengambilan sampel dilakukan dimana:
sebelum dan sesudah proses pasteurisasi.Alur LP = Laju Penetrasi Panas (oC/menit)
pengoprasian alat ini sebagai berikut. T = Suhu (oC)
1) Persiapkan alat pasteurisasi, kemudian t = Waktu (menit)
hubungkan masing-masing selang dari
tabung gas 1,2, dan 3 kedalam input kotak
kontrol gas 1,2, dan 3. 2. Konsumsi gas
2) Pasangkan juga masing masing selang
output dari kotak kontrol 1,2, dan 3 menuju Pengamatan konsumsi gas perlu diketahui
kompor 1,2 dan 3. untuk mendapatkan jumlah gas yang
3) Madu dimasukan kedalam 3 buah tabung dibutuhkan untuk memanaskan total bahan
dibagian dalam dengan setiap tabung yang dipanaskan pada alat pasteurisasi.
sebanyak 33,73 kg. Pengukuran dilakukan dengan menimbang
4) Air ditambahan kedalam tabung hingga berat gas awal kemudian dikurangi berat gas
penuh atau lebih tinggi dari permukaan akhir, dapat dilihat dalam persamaan 2.
madu yang dipanaskan.
5) Tutup setiap tabung bagian dalam karena KG = BG1-BGn (2)
sensor suhu ditempelkan memanjang pada

68
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

diketahui perbedaan brix sebelum dan sesudah


dimana: dipasteurisasi.

KG = Konsumsi Gas (kg) 6. Kerapatan masa jenis


BG1 = Berat Gas Awal (kg)
BGn = Berat Gas Akhir (kg) Massa jenis merupakan pengukuran massa
persatuan volume. Cara mengukur massa jenis
pada umumnya dengan menimbang berat zat
3. Kadar air
cair tersebut dan membaginya dengan volume
Kadar air merupakan banyaknya air yang zat cair yang terukur. Alat yang digunakan untuk
mengukur kerapatan jenis madu adalah
terkandung dalam bahan yang dinyatakan
piknometer 50 ml, untuk mengetahui perbedaan
dalam persen. Kadar air juga salah satu
nilai kerapatan masa jenis sebelum dan sesudah
karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi di pasteurisasi. Persamaan perhitungan kerapat
masa jenis menggunakan persamaan 3.
penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan
pangan. Parameter kadar air digunakan untuk
ρ = (Ba-Bb)/v (3)
mengetahui berapa air yang hilang pada bahan
madu yang dipasteurisasi. Pengukuran sampel
Dimana:
kadar air menggunakan alat moisture analyzer.
Pengukuran kadar air di lakukan pada sampel kerapatan masa jenis (kg/m3)
yang diambil sebelum dan sesudah proses. Ba = berat penimbangan piknometer dan bahan
(kg)
4. Viskositas Bb = berat penimbangan piknometer tanpa
bahan (kg)
Viskositas merupakan ukuran kekentalan v = nilai volume piknometer yang digunakan
fluida yang menyatakan besar kecilnya (m3).
gesekan dalam fluida. Semakin besar
viskositas fluida, maka semakin sulit suatu
fluida untuk mengalir dan juga menunjukan HASIL DAN PEMBAHASAN
semakin sulit suatu benda bergerak di
Pasteurisasi madu merupakan salah satu proses
dalam fluida tersebut. Viskositas diukur
penting yang harus dilakukan dalam industri
menggunakan viskometer NDJ-1S untuk produksi madu, karena madu harus mengalami
mengetahui perubahan kekentalan madu penyimpanan yang lama pada gudang
setelah dipasteurisasi. Dari manual book penyimpanan madu. Kualitas madu dapat
alat ukur viskometer NDJ-1S di tentukan terganggu ketika melalui proses pemanasan
pemilihan spindel nomor 2 dengan karena komponen yang tidak stabil dan
kecepatan 12 rpm digunakan untuk termolabil, penguraian vitamin dan kerusakan
mengukur kekentalan madu. kandungan enzim terutama ketika dipanaskan
lebih dari suhu 70ᵒC
5. Brix Dalam aplikasi pengolahan madu komersial,
panas adalah operasi yang penting dan
Derajat Brix (system °Bx) adalah kadar diketahui memiliki potensi untuk
gula dari larutan berair. Satu derajat Brix menghilangkan mikroorganisme pembusuk,
adalah 1gram sukrosa dalam 100 gram mempermudah pengemasan dan menunda
larutan dan mewakili kekuatan solusi kristalisasi. Umumnya alat pasteurisasi
sebagai persentase berat (% b/b). Brix konvensional dengan desain tabung vertikal
digunakan dalam system makanan untuk tinggi mengakibatkan kemampuan laju
mengukur perkiraan jumlah gula (dalam penetrasi panas tidak stabil yang
buah-buahan, sayuran, jus, anggur, mengakibatkan kerusakan pada kandungan
minuman ringan, dan dalam system madu karena panas dapat lebih dari 70oC
(Gambar 1). Penggunaan alat pasteurisasi
manufaktur pati dan gula. Menurut SNI-
berkoloni (Gambar 2) dengan tinggi tabung
2018 tentang pengukuran kualitas madu, dalam yang disesuaikan dengan tinggi tabung
derajat brix diukur menggunakan brix luar sehingga
refaktometer dengan skala 60-92 untuk nilai
69
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

GAMBAR 1. Alat Pasteurisasi konvensional

pendistribusian panas dapat merata, kemudian sudah dimasukan kedalam tabung bagian
alat tersebut dilengkapi dengan kontrol suhu dalam kemudian dinyalakan kompor.
otomatis (Gambar 3) supaya suhu bahan yang Pengukuran suhu madu dilakukan oleh
dipanaskan dapat terkontrol secara otomatis. operator setiap 20 menit sekali menggunakan
Pada alat pasteurisasi konvensional yang thermometer raksa. Hal tersebut yang
ditunjukan pada Gambar 1, terdapat satu membuat suhu tidak terkontrol, kemudian
pasang tabung vertikal dengan tabung yang pengukuran suhu hanya dilakukan pada
dibagian luar sebagai tempat air dan tabung permukaan madu tidak sampai bagian tengah
bagian dalam sebagai tempat madu yang tabung sehingga suhu yang terbaca hanya
dipanaskan. Alat tersebut dilengkapi dengan bagian permukaan madu. Selain itu, terjadi
satu kompor pemanas tanpa sistem kontrol. over heat suhu madu lebih dari 70oC ketika
operator lalai tidak mematikan kompor pada
Dalam pengoprasianya, setelah semua alat saat suhu sudah mencapai 70oC.
terpasang dan madu yang akan dipanaskan

GAMBAR 2. Alat Pasteurisasi yang dirancang

GAMBAR 3. Kotak sistem kontrol

70
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

Laju Penetrasi Suhu air dilakukan dilaboratorium Lastrindo


Enginering kota malang. Hasil laju penetrasi
Dalam tahap awal penelitian ini, laju panas dengan media air diperoleh pada
pemansan diuji dengan menggunakan bahan kompor 1, 2 dan 3 ditampilkan dalam bentuk
air, uji coba tahap awal laju penetrasi panas grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
alat pasteurisasi menggunakan media bahan

60
60

50 50
Suhu (oC)

y = 0,897x + 21,359

Suhu (oC)
R² = 0,9956
40 40
y = 0,6245x + 19,427
R² = 0,9894
30 30

20 20
0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit) Waktu (menit)

(a) (b)

60

50
Suhu (oC)

40
y = 0,6048x + 20,93
R² = 0,9935
30

20
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

(c)
GAMBAR 4. Grafik laju penetrasi panas kenaikan suhu terhadap lama waktu: (a) kompor 1, (b)
kompor 2, dan (c) kompor 3

Berdasarkan Gambar 4 hasil penetrasi pada madu sebanyak 101,22 kg dimasukan kedalam
kompor 1 diperoleh waktu selama 63 menit masing-masing tabung alat pasteurisasi 1, 2
untuk menaikan suhu air awal 22oC sampai dan 3 berturut turut sebanyak 33,74 kg.
dengan suhu akhir 60oC. Pada kompor 2 di kemudian madu di ukur suhu awal dan suhu
peroleh waktu yang lebih singkat yaitu 42 akhir penetrasi. Laju penetrasi panas diukur
menit untuk menaikan suhu air awal 23oC dari suhu awal hingga suhu akhir penetrasi.
sampai dengan suhu akhir 60oC hal tersebut Sampel madu diambil sebelum dan sesudah
dikarenakan posisi panic terdapat dibagian dilakukan pasteurisasi untuk di ukur kadar air,
tengah antara kompor 1 dan kompor 3. viskositas, brix dan perubahan kerapatan masa
Sedangkan pada kompor ke 3 diperoleh waktu jenis madu. Kemudian untuk alat pesteurisasi
selama 63 menit untuk menaikan suhu air awal konvensional juga digunakan bahan madu
23oC sampai dengan suhu akhir 60oC. sebanyak 46,780 kg kemudian diukur suhu
awal dan suhu akhir pasteurisasi dan diamati
Tahap selanjutnya pengujian dilakukan suhu laju penetrasi panas. Hasil laju penetrasi
menggunakan bahan madu jenis madu hitam panas dengan bahan madu diperoleh pada
sebanyak 148 kg yang berlokasi di PT kompor 1, 2, 3 dan konvensional ditampilkan
Kembang Joyo Sriwijaya malang. Bahan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
.

71
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

70

60

Suhu (oC)
50

40

30
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Waktu (menit)
suhu kompor 1 suhu kompor 2
suhu kompor 3 suhu konvensional

GAMBAR 5. Grafik laju penetrasi panas kenaikan suhu terhadap lama waktu dengan bahan madu
hitam

TABEL 1. Nilai laju penetrasi panas.


No. Kompor Nilai (oC/Menit)
1 Kompor 1 0,6945
2 Kompor 2 0,7139
3 Kompor 3 0,7433
4 konvensional 0,6235

Dari Grafik laju penetrasi panas Gambar 5. terdapat di bagian atas tabung akan
dapat dilihat perbedaan lama waktu yang menyebabkan kenaikan suhu lebih tinggi di
terjadi pada kompor 1,2, dan 3 untuk menaikan bagian dasar pada tabung, sehingga dapat
suhu awal 35oC hingga 65oC berturut turut merusak senyawa bioaktif dan bahkan
adalah 45,45, dan 42 menit sedangkan pada berbentuk caramel (Turhan et al., 2008).
alat konvensional membutuhkan waktu selama
50 menit untuk menaikan suhu sampai 65oC, Pengukuran Konsumsi Gas, Kadar Air,
namun suhu tersebut yang terbaca pada bagian
Viskositas, Brix, dan Kerapatan Masa Jenis
bawah tabung konvensional, ketika sensor
Sebelum dan Sesudah dilakukan Pasteurisasi.
suhu diukur pada bagian atas mendekati
permukaan bahan madu yang dipanaskan suhu
Setelah diketahui konsumsi gas (kg)
yang terbaca pada sensor masih 45oC.
berdasarkan persamaan (1) selanjutnya di
Penggunaan suhu panas madu di atas 70ᵒC
lakukan perhitungan konsumsi gas spesifik
tidak dizinkan karena menyebabkan degradasi
dengan mengukur berat gas awal di kurang gas
senyawa bioaktif yang dapat mempengaruhi
kualitas madu, sehingga pada kompor akhir dibagi suhu akhir dikurang suhu awal
konvensional ketika dipanaskan lebih lama kemudian dibagi jumlah berat bahan madu
yang dipanaskan. Konsumsi gas pada masing
untuk menaikan suhu 65oC pada bahan yang
masing kompor ditampilkan pada Tabel 2.

TABEL 2. Konsumsi LPG spesifik pada kompor 1,2,3 dan konvensional


No. Kompor Konsumsi LPG g/(kgoC)
1 Konsumsi gas kompor 1 0,291
2 Konsumsi gas kompor 2 0,280
3 Konsumsi gas kompor 3 0,285
4 Konsumsi gas konvensional 0,272

72
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

Dari perhitungan konsumsi gas spesifik tetapi lama waktu pemanasan berbeda hal
diperoleh hasil konsumsi gas pada masing tersebut dikarenakan posisi ketiga panci saling
masing kompor adalah sebagai berikut, berdekatan, sehingga antara satu panci dengan
diketahui konsumsi gas pada kompor 1 adalah panci yang lainya saling berbagi panas antara
0,291 g/(kgoC), kompor 2 adalah 0,281 satu panci dengan panci yang lainya.
g/(kgoC), kompor 3 adalah 0,285 g/(kgoC),
ketiga kompor tersebut rata-rata memilik nilai Pada sampel yang diambil sebelum dan setelah
yang hampir sama, sedangkan konsumsi gas proses pasteurisasi dilakukan pengukuran
pada kompor konvensional yaitu 0,272 kadar air, viskositas, brix dan kerapatan masa
g/(kgoC). Dari hasil konsumsi gas pada jenis. Hasil pengukuran ditampilkan pada
kompor konvensional dan alat pasteurisasi Tabel 3.
tidak menunjukan perbedaan yang signifikan,

TABEL 3. Pengukuran kadar air, viskositas, brix dan kerapatan masa jenis pada madu hitam sebelum
dan sesudah dipasteurisasi pada alat pasteurisasi koloni.

No. Pengukuran Sebelum pasteurisasi Sesudah pasteurisasi


1 Kadar Air (%) 21,99 19,82
2 Viskositas (poise) 4,835 5,453
3 Brix (brix) 63 64
Kerapatan Massa Jenis
4 1,356 1,358
(kg/m3)

TABEL 4. Pengukuran kadar air, viskositas, brix dan kerapatan masa jenis pada madu hitam sebelum
dan sesudah dipasteurisasi pada alat pasteurisasi konvensional.

No. Pengukuran Sebelum pasteurisasi Sesudah pasteurisasi


1 Kadar Air (%) 21,99 20
2 Viskositas (poise) 4,835 5,424
3 Brix (brix) 63 64
3
4 Kerapatan Massa Jenis (kg/m ) 1,356 1,342

Tabel 4 menunjukan perbedaan nilai kadar air, Sedangkan pada Tabel 5 ditunjukan perbedaan
viskosistas, brix dan kerapatan massa jenis nilai kadar air, viskosistas, brix dan kerapatan
pada madu hitam sebelum dan sesudah massa jenis pada madu hitam sebelum dan
dipasteurisasi pada alat pasteurisasi koloni. sesudah dipasteurisasi pada alat pasteurisasi
Dapat diketahui perubahan kadar air pada konvensional.
madu sebelum dipasteurisasi adalah 21,99%
dan sesudah di pasteurisasi adalah 19,82%.
Pada kekentalan madu juga mengalami KESIMPULAN
perubahan nilai viskositasnya setelah madu di
pasteurisasi yaitu 4,835 poise sebelum Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dipasteurisasi dan naik menjadi 5,453 poise perbandingan laju penetrasi panas antara alat
sesudah dipasteurisasi pengukuran viskositas pasteurisasi 3 kompor dengan alat pasteurisasi
menggunakan viscometer NDJ-1S. selanjutnya konvensional mengalami perbedaan
pada derajat brix madu juga mengalami diantaranya:
kenaikan yaitu dari 63 derajat brix menjadi 64 1) Terjadi perbedaan lama waktu pemanasan
derajat brix, pengukuran derajat brix yang terjadi pada kompor 1,2, dan 3 dengan
menggunakan refraktometer skala 60-90%. total madu sebanyak 101,22kg sedangkan
Sedangkan kerapatan masa jenis mengalami pada alat konvensional membutuhkan
sedikit kenaikan yaitu 1,356 kg/m3 sebelum waktu selama 50 menit untuk memanaskan
dipasteurisasi menjadi 1,358 kg/m3 hanya madu sebanyak 46,780kg.
mengalami perubahan 0,002 kg/m3. 2) Konsumsi gas pada ketiga kompor tersebut
rata rata memilik nilai yang hampir sama,

73
Wibowo et al. / Quantum Teknika Vol. 2 No. 2 (ISSN: 2721-1932)

sedangkan konsumsi gas pada kompor


konvensional yaitu 0,272 g/(kgoC). Eshete, Y., & Eshete, T. 2019. A Review on
3) Pengukuran perubahan kadar air, viskositas, the Effect of Processing Temperature
brix dan kerapatan masa jenis sebelum dan and Time duration on Commercial
sesudah dilakukan pasteurisasi pada alat Honey Quality. Madridge Journal of
pasteurisasi juga mengalami perubahan. Food Technology, 4(1), 158–162.
https://doi.org/10.18689/mjft-1000124
Harjo, S. S. T., Radiati, L. E., & Rosyidi, D.
UCAPAN TERIMAKASIH
2015. Perbandingan Madu Karet dan
Madu Rambutan Berdasarkan Kadar Air,
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
Aktivitas Enzim Diastase dan
diberikan kepada Lembaga Pengelola Dana
Hidroximetilfurfural (HMF). Jurnal Ilmu
Pendidikan (LPDP) yang telah membiayai
Dan Teknologi Hasil Ternak, 10(1), 18–
seluruh kegiatan penelitian.
21.
https://doi.org/10.21776/ub.jitek.2015.01
0.01.3
DAFTAR PUSTAKA
Raeymaekers, B. 2006. A Prospective
Biomonitoring Campaign With Honey
Abu-Jdayil, B., Ghzawi, A. A.-M., Al-Malah, Bees in a District of Upper-Bavaria
K. I. M. & Zaitoun, S. 2002. Heat (Germany). Environmental Monitoring
Effect on Rheology of Light- and Dark- and Assessment, 116(1) ,233–243.
Colored Honey. Journal of Food https://doi.org/10.1007/s10661-006-
Engineering,51(1),33–38. 7389-8
https://doi.org/10.1016/S0260- Saxena, S., Gautam, S., & Sharma, A. 2010.
8774(01)00034-6 Physical, Biochemical and Antioxidant
Baglio, E. 2018. Chemistry and Technology of Properties of Some Indian Honeys. Food
Honey Production. In Salvatore Parisi Chemistry, 118(2), 391–397.
(Ed.), Honey: Processing Techniques https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2009.
and Treatments (1st ed.). 05.001
https://doi.org/10.1007/978-3-319- Shelear, H. H. 2013. Effect of Storage and
65751-6 Processing Temperatures on Honey
DImins, F., Mikelsone, V., Kuka, P., & Quality. Journal of Babylon:Pure and
Jefremovs, A. Ni. 2014. Effect of Applied Sciences, 21(6), 2244–2253.
Different Types of Heat Treatment on Retrieved from
Invertase Activity in Honey. Foodbalt, Turhan, I., Tetik, N., Karhan, M., Gurel, F., &
2(1),13–18. Reyhan Tavukcuoglu, H. 2008. Quality
https://doi.org/10.13140/2.1.5172.1605 of Honeys Influenced By Thermal
Escriche, I., Visquert, M., Juan-Borrás, M., & Treatment. Food Science and
Fito, P. 2009. Influence of Simulated Technology, 41(8), 1396–1399.
Industrial Thermal Treatments on The https://doi.org/10.1016/j.lwt.2007.09.008
Volatile Fractions of Different Varieties White, J. W. 1978. Honey. Advances in Food
of Honey. Food Chemistry, 112(2), 329– Research,24(C),287–374.
338. https://doi.org/10.1016/S0065-
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2008 2628(08)60160-3
.05.068

74

You might also like