You are on page 1of 15

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 11, No.

1 Juni 2020
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
doi: 10.22212/aspirasi.v11i1.1525
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia

An Analysis on the Policy of Teacher Management in Indonesia

Agus Widiarto
widiarto877@gmail.com
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
Direktur Eksekutif Nusantara Policy Research (NALAR) Institute

Naskah diterima: 6 Januari 2020 | Naskah direvisi: 5 Juni 2020 | Naskah diterbitkan: 30 Juni 2020

Abstract: This policy analysis aims to examine the problems associated with teacher
management nationally and formulate some comprehensive teacher management policy
recommendations with reference to the achievement of the objectives of teacher management as
professional staff. As a professional, the role of the teacher is very important, namely
implementing the national education system and realizing national education goals. The
function and purpose of education are the development of the potential of students to become
human beings who have faith and are devoted to God Almighty, have good character, are
healthy, knowledgeable, capable, creative, independent, and become citizens who are
democratic and responsible. Thus, the position of the teacher as a professional becomes very
strategic as one of the elements in achieving the objectives of the national education system.
This policy analysis also examines the design of teacher management in terms of the division of
authority between the central and regional governments according to Law No. 23 of 2014 on
Regional Government and Law No. 14 of 2005 on Teachers and Lecturers.This study uses a
model of policy analysis process that starts from the analysis of the formulation or design of the
policy, problems in the implementation, and evaluation of the policy.

Keywords: academic qualification; education quality; policy analysis; professional teacher;


teacher certificate; teachers’ management

Abstrak: Analisis kebijakan ini bertujuan untuk menelaah permasalahan-permasalahan yang


terkait dengan pengelolaan guru di Indonesia dan merumuskan beberapa rekomendasi kebijakan
pengelolaan guru yang komprehensif dengan mengacu pada pencapaian tujuan pengelolaan
guru sebagai tenaga profesional. Sebagai tenaga profesional, peran guru sangat penting, yaitu
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Fungsi
dan tujuan pendidikan yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional menjadi sangat strategis sebagai salah satu elemen
pencapaian tujuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional tersebut. Analisis kebijakan ini
juga menelaah desain pengelolaan guru dari sisi pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kajian ini
menggunakan model proses analisis kebijakan yang dimulai dari analisis formulasi atau desain
kebijakan, permasalahan-permasalahan dalam implementasi, dan evaluasi kebijakannya.

Kata Kunci: analisis kebijakan; guru profesional; kualifikasi akademik; kualitas pendidikan;
pengelolaan guru; sertifikasi guru

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 89


Pendahuluan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
Kebijakan pengelolaan guru di Indonesia kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
tidak bisa dilepaskan dari strategi pencapaian Pasal 39 ayat (2) UU Sisdiknas menyatakan
tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional. bahwa pendidik merupakan tenaga profesional
Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
mengembangkan kemampuan dan membentuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat masyarakat, terutama bagi pendidik pada
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, perguruan tinggi. Sementara dalam Pasal 42
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta ayat (1) dinyatakan bahwa seorang guru harus
didik agar menjadi manusia yang beriman memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, yang ketentuannya diatur dalam peraturan
mandiri, dan menjadi warga negara yang pemerintah (PP).
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk UU Guru dan Dosen menjelaskan kata
mencapai tujuan pendidikan nasional itulah, profesional sebagai pekerjaan atau kegiatan
negara merumuskan desain kebijakan pendidikan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber
nasional dengan menetapkan delapan Standar penghasilan kehidupannya yang memerlukan
Nasional Pendidikan (SNP) yang tertuang dalam keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
PP Nomor 19 Tahun 2005. SNP adalah suatu memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta
kriteria atau standar minimal terkait pelaksanaan memerlukan pendidikan profesi. Selanjutnya, UU
sistem pendidikan yang ada di seluruh wilayah Guru dan Dosen menetapkan kualifikasi calon
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. guru, yaitu lulusan program sarjana (S-1) atau
Fungsi dari SNP adalah sebagai dasar dalam program diploma 4 (D-4). Di samping itu, guru
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan harus memiliki sertifikat kompetensi sebagai
pengawasan pendidikan untuk mewujudkan bukti formal pengakuan terhadap kompetensinya
pendidikan nasional yang berkualitas, sedangkan dan sebagai agen pembelajaran. Sertifikat ini
tujuan utama dari SNP adalah untuk menjamin dapat diperoleh setelah lulus uji kompetensi yang
mutu pendidikan nasional dalam rangka diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat. Berdasarkan Milestone Pengembangan
Dari delapan SNP tersebut, yang terkait Profesi Guru yang dicanangkan mulai tahun
dengan pengelolaan guru adalah standar 2004 sampai 2016, ditetapkan bahwa tahun 2014
pengelolaan serta standar pendidik dan tenaga ditargetkan kebijakan penuntasan peningkatan
kependidikan. Standar pengelolaan mencakup kualifikasi guru ke S-1/D-4. Sementara, tahun
standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, 2015 ditetapkan target penuntasan sertifikasi
standar pengelolaan oleh pemerintah daerah, dan guru dalam jabatan, dan tahun 2016 ditetapkan
standar pengelolaan oleh pemerintah (pusat). target pengangkatan calon guru yang sudah
Sementara, yang terkait dengan standar pendidik bersertifikat (Mahsunah, Wahyuni, Antono, &
dan tenaga kependidikan disebutkan bahwa Ambarukmi, 2012: 15).
tenaga pendidik atau guru harus mempunyai Akan tetapi, kondisi yang ada menunjukkan
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai belum sepenuhnya standar atau kriteria
agen pembelajaran, sehat rohani dan jasmani, serta yang semestinya dimiliki oleh seorang guru
mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. profesional, mulai dari kualifikasi akademik,
Pendidik harus memiliki ijazah dan/atau sertifikat kompetensi profesional yang ditunjukkan dengan
keahlian sesuai dengan ketentuan perundang- sertifikat pendidik, dan penghasilan minimum.
undangan yang berlaku. Adapun kompetensi Masih banyak guru yang belum memenuhi
yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik adalah kualifikasi akademik D-4 atau jenjang S-1.

90 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


Masih banyak pula di antara mereka yang belum digunakan adalah pendekatan sistem sebagai
memiliki sertifikat pendidik sebagai bukti profesi sebuah proses kebijakan yang meliputi elemen-
sebagai guru. elemen input, proses, dan output. Pengelolaan
Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik guru untuk menjadi dan sebagai tenaga profesional
kesimpulan bahwa guru adalah kedudukan meliputi ketiga proses kebijakan tersebut.
profesional yang memiliki seperangkat tugas Konsep Pengelolaan Guru
dan kewajiban mendidik generasi bangsa
agar tercapai tujuan pendidikan nasional dan Selain penggunaan metodologi dan model
menjadikan profesi guru sebagai sumber utama analisis kebijakan publik, dalam penelitian ini
penghasilannya. Namun, sejumlah pertanyaan istilah pengelolaan perlu diabstraksikan sebagai
pun muncul terkait profesionalitas guru seperti sebuah konsep tersendiri. Kata pengelolaan
berikut ini: Bagaimana desain kebijakan umum berasal dari kata dasar “kelola” dan merupakan
pengelolaan guru di Indonesia? Apa saja terjemahan dari kata manajemen (Bahasa
permasalahan yang muncul dalam pengelolaan Inggris). Kamus Besar Bahasa Indonesia
guru di Indonesia? Bagaimana politik mendefinisikan pengelolaan dalam empat
anggaran pemerintah dalam mengalokasikan pengertian, yaitu: (1) Pengelolaan adalah proses
anggaran untuk pengelolaan guru di Indonesia? atau cara perbuatan mengelola; (2) Pengelolaan
Bagaimanakah pembagian kewenangan antara adalah proses melakukan kegiatan tertentu
pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan dengan menggerakkan tenaga orang lain; (3)
guru, baik sebagai tenaga profesional atau untuk Pengelolaan adalah proses yang membantu
bisa menjadi tenaga profesional? merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi; dan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) (4) Pengelolaan adalah proses yang memberikan
Mengidentifikasi dan menyajikan informasi pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
seputar permasalahan-permasalahan yang pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.
terjadi dalam pengelolaan guru; (2) Memberikan Beberapa pakar mempunyai rumusan
informasi yang komprehensif sebagai dasar tersendiri tentang konsep pengelolaan. Prajudi
perumusan dan pengambilan keputusan Atmosudirjo (1982) mendefinisikan pengelolaan
tentang kebijakan pengelolaan guru; dan (3) sebagai pengendalian dan pemanfaatan semua
Memberikan alternatif-alternatif kebijakan yang faktor sumber daya yang menurut suatu
memungkinkan tercapainya tujuan kebijakan perencanaan diperlukan untuk penyelesaian
pengelolaan guru. suatu tujuan kerja tertentu. Andrew F. Sikul
Penelitian ini merupakan analisis kebijakan mendefinisikan pengelolaan sebagai serangkaian
publik yang dilakukan melalui sejumlah tahapan aktivitas koordinasi yang mencakup perencanaan,
analisis, antara lain mengidentifikasi berbagai pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
masalah dalam implementasi kebijakan, review penempatan, serta pengambilan keputusan untuk
atas desain (formulasi) kebijakan pengelolaan menghasilkan suatu produk dan jasa yang efektif
guru, review atas implementasi kebijakan dan dan efisien (Saifuddin, 2018: 54). Sementara,
membuat rumusan rekomendasi kebijakan sebagai Purwanto (2009) menyebut pengelolaan sebagai
perbaikan kebijakan (Dunn, 2003). Metode serangkaian kegiatan untuk mencapai sasaran-
yang digunakan adalah telaah kepustakaan dan sasaran tertentu dengan menggunakan orang-
literatur menyangkut kebijakan pengelolaan guru, orang sebagai pelakunya.
baik berupa buku, artikel, maupun data yang Dari beberapa definisi tentang pengelolaan
dipublikasikan. Model analisis kebijakan yang di atas, setidaknya terdapat empat hal dalam
digunakan adalah analisis kebijakan retrospektif, pengelolaan, yaitu: (1) Adanya proses kegiatan
yaitu analisis kebijakan yang dilakukan setelah yang mesti dilakukan; (2) Kegiatan tersebut
kebijakan diimplementasikan untuk selanjutnya berupa serangkaian kegiatan; (3) Ada sumber
memberikan pertimbangan-pertimbangan untuk daya, sarana, dan prasarana untuk mendukung
perbaikan kebijakan selanjutnya. Sebagai bahan kegiatan; dan (4) Ada sasaran atau tujuan yang
analisis kebijakan pengelolaan, pendekatan yang ditetapkan.

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 91


Berdasarkan berbagai hal yang menjadi 11) Pemenuhan kebutuhan guru (Pasal 24).
perhatian di atas, pengelolaan bisa didefinisikan 12) Pengangkatan dan penempatan guru
sebagai proses kegiatan yang berupa serangkaian dilakukan secara objektif dan transparan
kegiatan dengan cara atau strategi yang sesuai (Pasal 25).
didukung oleh sarana, prasarana, dan sumber 13) Pembinaan dan pengembangan guru meliputi
daya untuk mencapai tujuan tertentu. Terkait pembinaan dan pengembangan profesi dan
dengan pengelolaan guru, bisa dinyatakan bahwa karier (Pasal 32).
pengelolaan guru adalah serangkaian kegiatan 14) Pembinaan dan pengembangan kualifikasi
pengelolaan guru sebagai tenaga profesional akademik dan kompetensi guru (Pasal 34
dan untuk bisa menjadi tenaga profesional guna ayat (1)).
terwujudnya tujuan penyelenggaraan pendidikan 15) Pemberian anggaran untuk meningkatkan
nasional. profesionalitas dan pengabdian guru (Pasal
Ruang Lingkup Pengelolaan Guru dalam 34 ayat (3)).
16) Beban kerja guru (Pasal 35 (1)).
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 17) Perlindungan terhadap guru dalam
tentang Guru dan Dosen pelaksanaan tugas (Pasal 39 ayat (1) dan (2))
Oleh karena pengelolaan guru merupakan dalam hal perlindungan hukum, perlindungan
serangkaian kegiatan pengelolaan guru sebagai profesi, serta perlindungan keselamatan dan
tenaga profesional dan untuk menjadi tenaga kesehatan kerja.
profesional, terdapat ruang lingkup pengelolaan 18) Pembinaan dan pengembangan profesi guru
guru dalam UU Guru dan Dosen, yaitu sebagai melalui organisasi profesi (Pasal 41).
berikut: 19) Pembentukan kode etik guru dalam
1) Sertifikasi pendidik (Pasal 1 ayat (11)). pelaksanaan tugas keprofesionalan (Pasal
2) Pemberdayaan profesi guru (Pasal 7 ayat 43).
(2)). Berdasarkan ruang lingkup pengelolaan
3) Peningkatan kualifikasi akademik (Pasal 13). guru tersebut, tergambar alur pengelolaan guru
4) Penyediaan anggaran untuk peningkatan dalam Bagan 1. Dari bagan dapat dikatakan
kualifikasi akademik (Pasal 13). bahwa formulasi kebijakan pengelolaan guru
5) Pemberian hak-hak guru sebagai tenaga merupakan sebuah proses kebijakan dengan
pendidik profesional (Pasal 14), antara lain: menggunakan sarana dan prasarana pendidikan
- penghasilan di atas kebutuhan hidup serta berbagai strategi untuk mencapai tujuan
minimum dan jaminan kesejahteraan pengelolaan guru, yaitu terwujudnya kedudukan
sosial, guru sebagai tenaga profesional, sebagai bagian
- memperoleh perlindungan dalam melak- pencapaian tujuan penyelenggaraan sistem
sanakan tugas, serta pendidikan nasional. Guru profesional adalah
- pelatihan dan pengembangan profesi guru yang wajib memiliki kualifikasi akademik,
dalam bidangnya. kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
6) Pemberian tunjangan profesi bagi guru dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
bersertifikat (Pasal 16). mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai
7) Pemberian tunjangan fungsional dan subsidi Pasal 8 UU Guru dan Dosen.
tunjangan fungsional (Pasal 17).
Pemberian tunjangan khusus bagi guru
8) Pembagian Kewenangan dalam Pengelolaan
bertugas di daerah khusus (Pasal 18).Guru Menurut Undang-Undang Nomor 23
9) Pengembangkan sistem pendidikan guru Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
ikatan dinas berasrama di lembaga pendidikanUU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
tenaga kependidikan (Pasal 23 ayat (1)).Pemerintahan Daerah (UU Pemerintahan
10)Kurikulum pendidikan guru untuk
Daerah), sebagai pengganti dari UU
Nomor pengembangan kompetensi guru (Pasal 23 32 Tahun 2004 Bab IV Pasal 9 ayat (1) ayat (2)).
92 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020
Lingkungan
Proses
Input
- Proses sertifikasi
- Instrumen kebijakan - Pemberdayaan
- Sistem pendidikan profesi guru
calon guru - Pengembangan karir Output
- Calon guru - Pembinaan dan
- Proses rekrutmen pengembangan Guru Profesional
kualifikasi akademik - Ahli, cakap, mahir
- Ketersediaan anggaran - Kualifikasi S-1/D-4
yang memadai (gaji, dan kompetensi guru
- Kurikulum - Sertifikat
honor, tunjangan, dll.) kompetensi
pendidikan guru
- Pemenuhan - Pengangkatan dan
kebutuhan guru penempatan guru
- Kode etik guru - Pelindungan terhadap
guru

Tujuan
Penyelenggaraan
Feeding/ Sistem Pendidikan
Evaluasi Umpan balik untuk
pengendalian input Nasional
dan perbaikan proses
pengelolaan

Bagan 1. Alur Pengelolaan Guru


Sumber: UU Guru dan Dosen, 2005

menyebutkan bahwa “Urusan Pemerintahan terdiri daerah. Sementara, urusan pemerintahan umum
atas urusan pemerintahan absolut, urusan adalah urusan pemerintahan yang menjadi
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan kewenangan Presiden sebagai kepala
umum”. Urusan pemerintahan absolut adalah pemerintahan.
urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi Berkaitan dengan pembagian urusan
kewenangan pemerintah pusat. Sementara, urusan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
pemerintahan konkuren adalah urusan dalam bidang pendidikan yang termaktub dalam
pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat Pasal 12 ayat (1) dinyatakan bahwa pendidikan
dan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota merupakan salah satu urusan pemerintahan
(Bihuku, 2018: 38). Hal ini juga menjadi dasar wajib, terkait dengan pelayanan dasar yakni
bagi pelaksanaan otonomi pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar warga negara.

Tabel 1.
Pembagian Kewenangan Bidang Pendidikan antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
No Sub-Urusan Pemerintahan Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/
Kota
1. Manajemen - Penetapan standar - Pengelolaan pendidikan - Pengelolaan pendidikan
Pendidikan - nasional pendidikan. - menengah. - dasar.
Pengelolaan Pendidikan Pengelolaan pendidikan Pengelolaan pendidikan
Tinggi. khusus. usia dini dan pendidikan
nonformal.
2. Kurikulum Penetapan kurikulum Penetapan kurikulum Penetapan kurikulum
nasional pendidikan muatan lokal pendidikan muatan lokal pendidikan
menengah, pendidikan dasar, menengah dan muatan lokal dasar, pendidikan anak
pendidikan anak usia dini, pendidikan khusus. usia dini, dan pendidikan
dan pendidikan nonformal. nonformal.

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 93


No Sub-Urusan Pemerintahan Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/
Kota
3. Akreditasi Akreditasi perguruan tinggi,
pendidikan menengah,
pendidikan dasar,
pendidikan anak usia dini,
dan pendidikan nonformal.
4. Pendidik - Pengendalian formasi Pemindahan pendidik dan Pemindahan pendidik dan
dan Tenaga pendidik, pemindahan tenaga kependidikan lintas tenaga kependidikan dalam
Kependidikan pendidik, dan kabupaten/kota dalam satu satu kabupaten/ kota.
pengembangan karier daerah provinsi.
- pendidik.
Pemindahan pendidik dan
tenaga kependidikan lintas
provinsi.
5. Perizinan - Penerbitan izin perguruan - Penerbitan izin pendidikan - Penerbitan izin
Pendidikan tinggi swasta yang menengah yang pendidikan dasar yang
diselenggarakan oleh diselenggarakan oleh diselenggarakan oleh
- masyarakat. - masyarakat. - masyarakat.
Penerbitan izin Penerbitan izin Penerbitan izin pendidikan
penyelenggaraan satuan pendidikan khusus yang anak usia dini dan
pendidikan asing. diselenggarakan oleh pendidikan nonformal
masyarakat. yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
6. Bahasa dan Sastra Pembinaan bahasa dan Pembinaan bahasa dan Pembinaan bahasa dan
sastra Indonesia. sastra yang penuturnya sastra yang penuturnya
lintas daerah kabupaten/ dalam satu kabupaten/ kota.
kota dalam satu provinsi.
Sumber: Kinali, 2015
Dari Tabel 1 di atas, kita dapat menyatakan dan tenaga kependidikan lintas daerah kabupaten/

bahwa pembagian kewenangan dalam hal kota dalam satu daerah provinsi. Untuk
pengelolaan guru (kewenangan konkuren) antara pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota kewenangan dalam hal pemindahan pendidik dan
meliputi manajemen pendidikan dan pendidik tenaga kependidikan dalam daerah kabupaten/
dan tenaga kependidikan. Berkenaan dengan kota.
manajemen pendidikan, pemerintah pusat Pembagian Kewenangan Pengelolaan Guru
memiliki kewenangan menetapkan standar
nasional pendidikan, termasuk standar pendidik Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun
dan tenaga kependidikan yang mengacu pada 2005 tentang Guru dan Dosen
UU Guru dan Dosen, yaitu guru sebagai tenaga UU Guru dan Dosen membagi kewenangan
pendidik profesional. Sementara, pemerintah pengelolaan guru kepada pemerintah pusat,
daerah provinsi memiliki kewenangan dalam pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
pengelolaan pendidikan menengah dan khusus. daerah kabupaten/kota seperti berikut:
Dan, pemerintah daerah kabupaten/kota punya
kewenangan dalam pengelolaan pendidikan 1) Pemenuhan Kebutuhan Guru
dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan Pasal 24 ayat (1), (2), dan (3) menyebut
nonformal. kewenangan pemerintah pusat, provinsi,
Untuk pengelolaan pendidik dan tenaga dan kabupaten/kota dalam hal pemenuhan
kependidikan, pemerintah pusat memiliki kebutuhan guru. Pemerintah pusat
kewenangan melakukan pengendalian formasi mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan
pendidik, pemindahan pendidik, pengembangan guru untuk satuan pendidikan anak usia
karier pendidik, serta pemindahan pendidik dan dini jalur pendidikan formal serta untuk
tenaga kependidikan lintas daerah provinsi. menjamin keberlangsungan pendidikan
Sementara, pemerintah daerah provinsi memiliki dasar dan menengah yang diselenggarakan
kewenangan melakukan pemindahan pendidik oleh pemerintah. Sementara, kewenangan

94 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


pemenuhan guru untuk pendidikan menengah 4) Pembinaan dan Pengembangan
dan pendidikan khusus dilakukan oleh Pasal 34 mengatur bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah provinsi. Kewenangan pemerintah daerah wajib membina dan
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam hal mengembangkan kualifikasi akademik dan
pemenuhan kebutuhan guru untuk pendidikan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang
dasar dan pendidikan anak usia dini jalur diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
pendidikan formal. daerah, dan/atau masyarakat dan wajib
memberikan anggaran untuk meningkatkan
profesionalitas dan pengabdian guru.

Pendidikan Pendidikan PAUD dan 5) Perlindungan terhadap Guru


Pendidikan
Khusus Menengah Dasar Perlindungan terhadap guru juga menjadi
kewajiban pemerintah pusat dan daerah.
Sesuai Pasal 39 ayat (1), (2), dan (3) dinyatakan
Provinsi Pusat Kabupaten/Kota bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan perlindungan terhadap
Bagan 2. Kewenangan Pemenuhan Kebutuhan guru dalam pelaksanaan tugas yang meliputi
Guru
Sumber: UU Guru dan Dosen, 2005
perlindungan hukum, profesi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja. Guru
2) Penyediaan Anggaran berhak mendapatkan perlindungan hukum
Dalam Pasal 13 ayat (1)UU Guru dan yang meliputi perlindungan terhadap tindak
Dosen dinyatakan bahwa pemerintah pusat kekerasan ancaman, perlakuan diskriminatif,
dan pemerintah daerah wajib menyediakan intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari
anggaran untuk peningkatan kualifikasi pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru. masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
Sementara untuk gaji guru, dalam Pasal 15 Instrumen Peraturan Pemerintah sebagai
ayat (2) terdapat pembagian kewenangan
antara pusat dan daerah, bahwa guru yang Pengejawantahan Undang-Undang Nomor 14
diangkat oleh satuan pendidikan yang Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
diselenggarakan oleh pemerintah atau UU Guru dan Dosen mengatur beberapa
pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan substansi yang menjadi amanat untuk dibuat
peraturan perundang-undangan. Menyangkut dalam PP, seperti disampaikan di Tabel 2.
pemberian tunjangan profesi, fungsional, dan Tabel 2.
khusus, menjadi tanggung jawab pemerintah
pusat. Amanat Peraturan Pemerintah dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
3) Pemindahtugasan Guru Dosen

Sesuai dengan Pasal 28 ayat (1) pemerintah Pasal Substansi


pusat dan pemerintah daerah berwenang Pasal 10 ayat (2) Kompetensi guru
memindahtugaskan guru yang diangkat oleh Pasal 11 ayat (4) Sertifikasi pendidik
Pemerintah atau pemerintah daerah, baik antar Pasal 13 ayat (2) Anggaran untuk peningkatan
provinsi, antar kabupaten/antar kota, antar kualifikasi akademik dan
kecamatan maupun antar satuan pendidikan sertifikasi pendidik
Pasal 14 ayat (2) Hak-hak guru
karena alasan kebutuhan satuan pendidikan Pasal 16 ayat (4) Tunjangan profesi guru
dan/atau promosi. Meskipun demikian, guru Pasal 18 ayat (4) Tunjangan khusus
pun dapat mengajukan diri untuk pindah
Pasal 19 ayat (3) Maslahat tambahan
tugas, dan apabila permohonan tersebut
Pasal 21 ayat (2) Penugasan Warga Negara Indone-
dikabulkan, pemerintah memfasilitasi sia sebagai guru dalam keadaan
kepindahan guru tersebut. darurat

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 95


Pasal Substansi Nomor 74 Tahun 2008, mengatur soal maslahat
Pasal 22 ayat (2) Pola ikatan dinas bagi calon guru tambahan, sebagaimana juga amanat dalam UU
Pasal 25 ayat (2) Pengangkatan dan penempatan Guru dan Dosen Pasal 19 ayat (1), yaitu
guru pada satuan pendidikan yang maslahat tambahan sebagaimana dimaksud
diselenggarakan pemerintah atau
pemerintah daerah dalam Pasal 15 ayat (1) merupakan tambahan
Pasal 28 ayat (5) Pemindahan guru kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
Pasal 29 ayat (5) Guru bertugas di daerah khusus
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
Pasal 35 ayat (3) Beban kerja guru beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta
Pasal 37 ayat (5) Pemberian penghargaan kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi
Pasal 40 ayat (3) Cuti putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau
bentuk kesejahteraan lain. Lebih lanjut diatur di
Sumber: UU Guru dan Dosen, 2005
ayat (2), bahwa pemerintah dan/ atau pemerintah
daerah menjamin terwujudnya maslahat
Substansi yang menjadi amanat dalam UU tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
tersebut kemudian dibentuk dalam PP tentang
Guru, yaitu PP Nomor 74 Tahun 2008 yang Identifikasi Permasalahan
kemudian diubah menjadi PP Nomor 19 Tahun Pasca-Implementasi Kebijakan
2017 tentang Guru. Sejumlah substansi lain
Kebijakan pengelolaan guru adalah bagian
yang tidak diamanatkan pengaturannya dalam
dari strategi pencapaian tujuan penyelenggaraan
PP, yaitu soal kebijakan strategis pembinaan dan
pendidikan nasional. Oleh karena itu,
pengembangan profesi dan karir guru yang
keberhasilan dalam implementasi kebijakan
cukup diatur dalam peraturan menteri, yaitu
tersebut menjadi sangat penting. Akan tetapi,
tunjangan fungsional (Pasal 17), perlindungan
dalam implementasinya, terdapat sejumlah
hukum, profesi, serta keselamatan, dan
permasalahan dalam pengelolaan guru nasional
kesehatan kerja bagi guru yang tercantum dalam
yang berpotensi tidak tercapainya tujuan
Pasal 39, serta organisasi profesi dan kode etik
kebijakan yang meliputi hal-hal berikut:
guru di Pasal 41 UU Guru dan Dosen.
Jumlah Guru Bersertifikat Pendidik
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
Sertifikat pendidik adalah bukti profesi-
74 Tahun 2008 menjadi Peraturan
onalitas seorang guru profesional. Oleh karena
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017
itu, proses sertifikasi menjadi persoalan yang
Ada beberapa ketentuan yang diubah dan sangat penting dalam pengelolaan guru.
ada beberapa ketentuan yang dihapus dalam PP Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
Nomor 19 Tahun 2017. PP sebelumnya, yaitu pendidik untuk guru yang telah memenuhi
PP Nomor 74 Tahun 2008 mengatur ketentuan standar profesional guru dalam rangka
soal anggaran untuk peningkatan kualifikasi meningkatkan mutu guru (Latiana, 2016: 2–3).
akademik dan sertifikasi pendidik yang wajib Dari data yang diperoleh dari Direktorat
disediakan oleh pemerintah dan pemerintah Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemen-
daerah. Namun, dalam PP Nomor 19 Tahun terian Pendidikan dan Kebudayaan, sejak di-
2017, ketentuan ini dihapus. Padahal, mengacu undangkannya UU Guru dan Dosen sampai ta-hun
pada UU Guru dan Dosen Pasal 13 ayat (1)
2019, dari keseluruhan jumlah guru yaitu
pemerintah dan pemerintah daerah wajib
2.698.612 guru, sebanyak 1.144.544 guru sudah
menyediakan anggaran untuk peningkatan
bersertifikat atau 42,4% yang terdiri dari guru
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik
PNS (958.575) dan guru bukan PNS (185.969).
bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh
Untuk guru PNS sendiri, dari jumlah 1.183.606
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
guru, yang belum sertifikasi mencapai 225.031
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
guru atau sekitar 19%. Kondisi yang kontras
PP Nomor 19 Tahun 2017 ketentuan soal
terjadi pada guru bukan PNS. Dari 1.515.006 guru,
maslahat tambahan dihapus. Padahal PP yang belum sertifikasi mencapai 1.329.037

96 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


guru atau mencapai 87,7% belum tersertifikasi. nya ketimpangan jumlah guru tersertifikasi
Angka-angka pada Tabel 3 menggambarkan ada- antara guru PNS dan bukan PNS.

Tabel 3.
Guru PNS dan Bukan PNS Bersertifikat dan Belum Bersertifikat
Jenjang Guru PNS Guru Bukan PNS
Pendi- Sertifikat Belum Sertifikat Belum Total
dikan Pendidik Sertifikat Pendidik Sertifikat
Pendidik Pendidik
TK 16.676 5.154 44.562 151.280 217.672
SD 508.948 141.277 44.596 590.493 1.285.314
SMP 239.948 42.216 38.975 266.574 587.027
SMA 117.669 20.876 22.314 131.947 292.806
SMK 68.866 14.193 33.348 175.579 291.986
SLB 7.154 1.315 2.174 13.164 23.807
Total 958.575 225.031 185.969 1.329.037 2.698.612
Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2019

Dari jumlah guru bukan PNS yang mengajar kualifikasi akademik sarjana (S-1). Akan tetapi,
di sekolah negeri sebanyak 765.899, terdapat hanya sekitar 2,4% atau 18.008 yang sudah
690.438 guru (90%) yang sudah memiliki memiliki sertifikat pendidik seperti
diperlihatkan Bagan 3.

Sekolah Berkualifikasi Sudah


Jumlah Guru
negeri sarjana (S-1) tersertifikasi
Bukan PNS di 765.899 690.438 orang 18.008 orang
Sekolah Negeri
orang (90%) (2,4%)

Bagan 3. Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Bukan PNS di Sekolah Negeri


Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2019

Belum Terpenuhinya Kebutuhan Permasalahan yang berkaitan dengan


Guru Secara Nasional pemenuhan kebutuhan guru setidaknya
Pasal 24 ayat (1), (2), dan (3) UU Guru bersumber pada tiga hal yaitu
dan Dosen mengatur bahwa pemenuhan ketidaksesuaian kualifikasi guru dengan
kebutuhan guru ada pada pemerintah pusat, kualifikasi pelamar, formasi tidak sesuai
provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan dengan kebutuhan, dan mutasi guru yang
kewenangan dan lingkupnya masing-masing. tidak didasarkan pada kualifikasi guru.
Dari data seperti terlihat di Bagan 4, diketahui
bahwa masih terdapat kekurangan guru Persoalan Kualitas Guru
sebanyak 683.362 guru. Apalagi, diprediksi Selain persoalan jumlah guru yang
kekurangan akan semakin meningkat belum sertifikasi dan belum terpenuhinya
mengingat jumlah guru yang akan pensiun kebutuhan guru secara nasional, terdapat
mencapai 72.976 di tahun 2020 dan 69.757 juga persoalan kualitas guru. Persoalan ini
pada tahun 2021. Dengan begitu, angka meliputi kurangnya penguasaan materi
kekurangan guru menjadi 888.854.
Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 97
kemudian hari justru menuai permasalahan. Hal
Guru PNS lain menyangkut pembagian kewenangan adalah
1.301.252 orang dalam hal pembinaan karir guru. Kewenangan
pembinaan karir guru ada pada pemerintah pusat
sehingga pemerintah daerah belum dapat
CPNS 2018 mengalokasikan dana untuk pembinaan karir dan
66.696 orang beban pemerintah pusat menjadi terlalu besar.
(termasuk K2
Jumlah Seharusnya 6.638 orang)
Guru di Tidak Adanya Alokasi Anggaran untuk
Sekolah Negeri
2.086.264 orang Peningkatan Kualifikasi Akademik
Lulusan P3K 2018
34.954 orang (perlu
Postur anggaran fungsi pendidikan pada
konfirmasi APBN 2019 untuk transfer daerah memperlihatkan
kemampuan APBD) bahwa dari Rp308,38 triliun, sekitar Rp117,47
triliun dialokasikan untuk DAK Non-Fisik yang
meliputi BOS Reguler, BOS Afirmasi, BOS
Kekurangan Kinerja, BOP PAUD, tunjangan profesi, tunjangan
683.362 orang khusus guru, dan tambahan penghasilan guru.
Sementara, alokasi anggaran
Bagan 4. Kebutuhan Guru Nasional untuk peningkatan kualifikasi akademik tidak
Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
ada (Aji, 2019: 5). Padahal, dalam UU Guru dan
2019
Dosen Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa
ajar, metode belajar, pengelolaan kelas, dan pemerintah dan pemerintah daerah wajib
tugas bimbingan. Selain itu, persoalan ini juga menyediakan anggaran untuk peningkatan
menyangkut kualitas guru yang sudah lulus kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik
sertifikasi namun belum sesuai SNP, misalnya bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh
tidak menguasai teknologi informasi dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
komunikasi, komputer, media pembelajaran, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
teknologi pembelajaran, dan kemampuan Bahkan, UU ini mengamanatkan substansi
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik
(RPP) (Faqih, 2019). dibuat peraturan pemerintah. PP Nomor 74 Tahun
2008, mencantumkan ketentuan tersebut, tetapi
Persoalan Pembagian Kewenangan Pusat dan disayangkan tidak dicantumkan kembali dalam
Daerah PP Nomor 19 Tahun 2017.
Belum meratanya jumlah guru di beberapa Masih Rendahnya Penghasilan Guru Honorer
daerah di Indonesia yang sulit ditangani karena Dari data Dirjen Guru dan Tenaga
adanya ketentuan pembagian kewenangan
pengelolaan pendidikan dalam UU Pemerintahan Kependidikan Kemendikbud terkait jumlah guru
Daerah. Berdasarkan UU Pemerintahan Daerah, honorer di sekolah negeri sebanyak 765.899 guru,
kewenangan pengangkatan dan redistribusi hanya 18.008 (2,4%) yang sudah bersertifikat.
guru ada pada pemerintah daerah sehingga Ini artinya, sebanyak 747.891 atau 97,6% yang
pemerintah pusat tidak dapat secara langsung belum bersertifikat. Jumlah ini berkorelasi dengan
melakukan redistribusi guru. Kekurangan guru masih banyaknya guru honorer yang belum
di sekolah negeri berjumlah 888.854 orang yang mendapatkan tunjangan profesi sebagai hak atas
disebabkan oleh jumlah rekrutmen guru yang perolehan sertifikat pendidik. Dari jumlah guru
lebih kecil dari jumlah guru yang pensiun. Hal honorer belum bersertifikat, sekitar 13% guru
ini memicu pengangkatan guru honorer yang di honorer mendapatkan honor Rp300.000/bulan.

Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020

98
Tabel 4. 2018). Pada 19 Februari 2019, terjadi perilaku
Data Honor Guru Honorer Belum Bersertifikat kasar siswa terhadap seorang guru di SMA Al-
(Skema APBN) Azhar Kelapa Gading Jakarta. Pada 13 Maret
Jumlah Persen- Honor
2019, seorang guru SMP di Mamuju, Sulawesi
Kategori tase Barat dianiaya orang tua siswa di depan kelas saat
(Orang) (Rp/Bulan)
(%) mengajar hingga luka serius di bagian kepala
Menerima 2 0,0 3.012.000 (Junaedi, 2019). Lalu, di awal September 2019,
tunjangan khusus
inpassing terjadi kasus guru dianiaya wali murid di Gowa di
Menerima 18.047 2,4 1.500.000 depan siswanya (Prabawati & Maryadi, 2019).
tunjangan khusus
belum inpassing Politisasi Guru oleh Beberapa Kepala Daerah
Menerima insentif
guru bukan PNS 7.609 1,0 1.800.000
Bentuk politisasi terhadap guru kerap terjadi
dan tunjangan jelang pemilu, utamanya pemilu kepala daerah.
khusus Politisasi terhadap guru dapat dipandang sebagai
Menerima insentif 100.194 13,1 300.000 salah satu persoalan dalam pengelolaan guru
guru bukan PNS
sebagai tenaga profesional, yang semestinya
Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, menempatkan guru sebagai tenaga pendidik
2019
bebas dari kepentingan politik.
Hal ini berbeda dari penghasilan guru Akan tetapi, banyak fakta guru hanya
honorer yang sudah bersertifikat dan sudah dijadikan komoditas isu oleh para politisi. Bentuk
inpassing. Jumlah mereka mencapai 14 orang politisasi itu sampai kepada mengikutsertakan
(0%). Di samping memperoleh tunjangan profesi komunitas guru sebagai bagian dari tim sukses.
guru (TPG), mereka juga memperoleh tunjangan Pasca-pemilu, bentuk politisasi pun berlanjut.
khusus guru (TKG) yang besarnya Rp6.878.000. Bagi pihak yang kalah, guru yang menjadi bagian
Sementara, mereka yang sudah bersertifikat tetapi tim suksesnya pun terkena imbasnya, Biasanya,
belum inpassing memperoleh Rp3.854.000. mereka akan menjadi korban diskriminasi dalam
Jumlah mereka mencapai 1.604 orang (0,2%) proses promosi jabatan. Sebaliknya jika menjadi
(Aji, 2019: 14). bagian dari kepala daerah yang menang, mereka
akan mendapat imbas positifnya.
Belum Optimalnya Perlindungan terhadap Kekuasaan dan kewenangan pemerintah
Guru dalam Menjalankan Profesinya daerah tidak jarang bertentangan dengan
Sesuai Pasal 39 ayat (1), (2), (3), dan (4) UU semangat pengembangan pendidikan nasional itu
sendiri. Untuk kasus pengelolaan guru, otonomi
Guru dan Dosen dinyatakan bahwa pemerintah, daerah yang melahirkan dominasi pemerintah
pemerintah daerah, masyarakat, organisasi daerah dalam pengelolaan tenaga guru, membuat
profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib mobilitas mereka, baik secara vertikal maupun
memberikan perlindungan terhadap guru dalam horizontal, menjadi terhambat.
pelaksanaan tugas yang meliputi perlindungan
hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan Beban Kerja Guru
keselamatan dan kesehatan kerja. Memang belum Pasal 35 ayat (1) mengatur beban kerja
ada data lengkap seluruh kasus yang menimpa
guru setidaknya dalam setahun ini. Akan tetapi, guru yang mencakup kegiatan pokok yaitu
berbagai kasus yang terjadi di beberapa daerah merencanakan pembelajaran, melaksanakan
menyiratkan bahwa perlindungan terhadap guru pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
dalam menjalankan tugasnya belum optimal. membimbing dan melatih peserta didik,
Tahun 2018 terjadi kasus penganiayaan yang serta melaksanakan tugas tambahan. Frase
berujung kematian guru honorer mata pelajaran “melaksanakan tugas tambahan” inilah yang
seni rupa di Sampang, Madura, Jawa Timur akibat membuka peluang untuk guru melaksanakan
pemukulan oleh seorang siswa (Taufiqurrahman, kewajibannya sebagai guru. Misalnya, guru

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 99


tidak hanya mengajar di kelas dan memberikan sebuah sistem database pengelolaan guru secara
nilai tetapi juga melakukan observasi terhadap terpadu. Sistem ini sekaligus akan menjadi
peserta didik serta melakukan pengembangan sumber perekrutan SDM calon guru yang handal.
media pembelajaran. Sebagian besar hal tersebut Terobosan kebijakan ini diharapkan akan
bersifat administratif sehingga menyulitkan guru. dapat menyelesaikan persoalan peningkatan
Diperlukan kompetensi guru yang tinggi untuk kualitas guru, yaitu proses sertifikasi yang
melaksanakan seluruh tuntutan tersebut. mensyaratkan pendidikan profesi guru yang
Sistem Rekrutmen, Promosi, Pengangkatan, ketat.
Penyediaan Alokasi Anggaran untuk
dan Pemindahtugasan yang Kurang Objektif,
Transparan, dan Akuntabel Peningkatan Kualifikasi Akademik
UU Guru dan Dosen dan UU Pemerintahan UU Guru dan Dosen Pasal 13 ayat (1)
Daerah, tidak mengatur substansi rekrutmen menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah
tenaga pendidik (guru). Kedua UU tersebut daerah wajib menyediakan anggaran untuk
hanya mengatur kewenangan pemenuhan dan peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi
pemindahtugasan guru. Padahal, rekrutmen pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat
adalah salah satu tahapan untuk pemenuhan guru oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
dan dosen dan mendapatkan kualifikasi guru pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
yang sesuai dengan UU Guru dan Dosen. Sebagai implementasinya, dibentuklah PP Nomor
Sementara untuk promosi dan 74 Tahun 2008. Dalam Pasal 14 ayat (1), (2), dan
pemindahtugasan guru, masih banyak persoalan (3) PP tersebut, dinyatakan bahwa pemerintah,
seperti prosesnya yang kurang objektif, trans- pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
paran, dan akuntabel sehingga banyak dugaan kabupaten/kota menyediakan anggaran untuk
adanya praktik penyalahgunaan wewenang. peningkatan kualifikasi akademik, sebagai syarat
Rekomendasi menjadi guru profesional berdasarkan ketentuan
Pasal 9 UU Guru dan Dosen. Akan tetapi,
Berdasarkan beberapa isu di atas, maka ketentuan ini kemudian dihapus dalam PP Nomor
kebijakan pengelolaan guru harus diarahkan 19 Tahun 2017. Oleh karena itu, pemerintah
pada: perlu mengalokasikan kembali anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik sebagai
Terobosan Kebijakan Komprehensif dan amanat UU Guru dan Dosen Pasal 13 ayat (1)
Integratif sebagaimana disebutkan di atas.
Diperlukan terobosan kebijakan Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah
komprehensif dan integratif untuk memposisikan
guru sebagai profesi terhormat, tidak hanya secara Dalam sistem pengelolaan guru di era
sosial, tetapi juga secara ekonomi. Terobosan otonomi daerah, peranan utama pemerintah pusat
kebijakan yang berorientasi pada pemenuhan mesti mengembangkan sistem kepegawaian
kualifikasi guru sebagai pendidik profesional, guru secara nasional yang meliputi rumusan
menjadikan profesi guru tidak kalah terhormat standar pengajaran minimum, skala gaji minimal
dengan profesi-profesi lain semisal pengacara, yang layak, petunjuk kenaikan pangkat guru
arsitek, dan lain-lain. serta petunjuk pemberian insentif. Perlu dibuat
Secara komprehensif, kebijakan pengelolaan formula gaji/honor bagi guru yang belum
guru adalah sebuah proses sistem yang saling bersertifikat pendidik yang menggambarkan
terkait satu sama lain, mulai dari input, proses dan pembagian kewenangan secara proporsional
output. Artinya, keberhasilan pencapaian tujuan antara pemerintah pusat dan daerah. Formula ini
pengelolaan guru dipengaruhi oleh seluruh unsur nantinya diharapkan dapat menghasilkan standar
yang terkait satu sama lain. gaji minimal yang layak, terutama bagi guru
Secara integratif, kesatuan sistem pengelolaan honorer.
antara pusat dan daerah dapat dilakukan melalui

100 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


Di tingkat provinsi, dinas pendidikan guru, mestinya perlu dibuat ketentuan tersendiri
memiliki tanggung jawab untuk memastikan tentang perlindungan guru dalam menjalankan
bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota tugas profesionalnya sesuai Pasal 39 UU Guru
mampu memenuhi kewajibannya untuk dan Dosen yang meliputi perlindungan hukum,
menyediakan pendidikan dasar yang berkualitas. perlindungan profesi, serta perlindungan
Selain itu, dinas pendidikan tingkat provinsi keselamatan dan kesehatan kerja.
memiliki kewajiban untuk memberikan saran
pada pemerintah daerah kabupaten/kota tentang Penuntasan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
peningkatan kualitas sekolah dan pengembangan Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal
kompetensi guru, serta memastikan bahwa guru Guru dan Tenaga Kependidikan, sampai tahun
dapat ditugaskan antarkabupaten, sesuai dengan 2019, masih terdapat 878.056 yang belum
kebutuhan. bersertifikat pendidik, yang terdiri dari guru PNS,
Untuk tingkat kabupaten/kota, kewenangan guru bukan PNS, dan guru tetap yayasan dengan
dan tanggung jawab yang ada pada pemerintah kualifikasi S-1 sebanyak 697.294 dan belum S-1
daerah kabupaten/kota meliputi pengangkatan (PNS) sebanyak 180.762 guru. Ini berarti perlu
dan pengiriman guru serta pemberian gaji pokok ada terobosan kebijakan dari pemerintah pusat dan
(standar minimum nasional) dan insentif daerah untuk proses sertifikasi dan peningkatan
tambahan lainnya. Pemerintah daerah kualifikasi akademik. Sesuai dengan
kabupaten/ kota juga memiliki kewenangan dan UU Guru dan Dosen Pasal 13 ayat (1) dinyatakan
tanggung jawab dalam mengawasi kinerja guru, bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib
serta memastikan bahwa guru memiliki akses menyediakan anggaran untuk peningkatan
untuk pengembangan profesional dirinya terkait kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi
dengan kegiatan di lingkungan sekolahnya. guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
Proses Seleksi, Rekrutmen, Pengangkatan, pemerintah daerah, dan masyarakat. Perlu
Promosi, dan Pemindahtugasan Guru dicantumkan kembali dalam peraturan pemerintah
Untuk menjadikan guru sebagai tenaga soal kewajiban pemerintah pusat dan daerah dalam
profesional, maka harus dimulai dari proses mengalokasikan anggaran untuk peningkatan
seleksi dan rekrutmen yang dijalankan secara kualifikasi akademik.
profesional, transparan, dan akuntabel. Sistem
Database Pengelolaan Guru (SDPG) menjadi Tugas Pokok Guru sebagai Beban Kerja Guru
salah satu sumber informasi untuk melakukan Sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2017
seleksi dan rekrutmen. Seleksi dan rekrutmen Pasal 52 ayat (1) telah diatur bahwa beban kerja
gu-ru harus berbasis pada pemenuhan kebutuhan guru mencakup kegiatan pokok, yaitu
guru dan pemenuhan syarat kompetensi guru. merencanakan pembelajaran atau pembimbingan,
Proses pengangkatan, promosi, dan melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan,
pemindahtugasan ini harus jauh dari intervensi menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan,
politik pejabat daerah. Diperlukan keterlibatan membimbing dan melatih peserta didik, dan
tim penilai independen untuk menentukan dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
membuat kriteria yang terukur agar prosesnya pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban
berlangsung secara objektif. kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka dan paling banyak 40
Perlindungan Guru dalam (empat puluh) jam tatap muka dalam satu minggu.
Menjalankan Tugas Profesionalnya Semestinya, dengan beban kerja guru
Soal perlindungan terhadap guru, dalam tersebut, guru tak lagi mengerjakan pekerjaan
UU Guru dan Dosen tidak diamanatkan teknis administratif yang semestinya bisa
pembentukannya dalam PP. Akan tetapi, dikerjakan oleh tenaga kependidikan, agar guru
mengingat berbagai kejadian yang menimpa fokus pada tugas-tugas profesionalnya.

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 101


Kebijakan Strategis Pembinaan dan Daftar Pustaka
Pengembangan Kompetensi Guru
Secara Berkelanjutan
Pasal 34 UU Guru dan Dosen menyatakan Aji, M. Q. W. (2019). Kebijakan Pemerintah dalam
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib Pembinaan Guru untuk Menciptakan SDM
Unggul. Makalah. Direktorat Jenderal Guru dan
membina dan mengembangkan kualifikasi
Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan
akademik dan kompetensi guru pada satuan
dan Kebudayaan. Jakarta, 23 November 2019.
pendidikanyangdiselenggarakanolehpemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dan wajib Atmosudirdjo, P. (1982). Administrasi dan
memberikan anggaran untuk meningkatkan Manajemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
profesionalitas dan pengabdian guru. Kegiatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
peningkatan dan pengembangan kompetensi guru (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
tidak boleh berhenti saat guru telah mendapatkan
sertifikat. Perkembangan teknologi dan ilmu Bihuku, S. (2018). Urusan Pemerintahan Konkuren
pengetahuan mengharuskan setiap guru menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
meningkatkan juga kapasitas, kompetensi, serta tentang Pemerintahan Daerah. Lex
keahliannya di bidang pendidikan dan pengajaran. Administratum, 6(1), 38–45.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mendesain atau Dunn, W. (2003). Analisis Kebijakan Publik.
mengembangkan program pembinaan SDM Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
strategis guru berbasis pada perkembangan ilmu Faqih, A. F. (2019). Benang Kusut Penyelenggaraan
pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia.
Jakarta: Publica Institute.
Penutup Junaedi. (2019, March 14). Seorang Guru Dianiaya
Peran dan kedudukan guru perlu diperkuat Orangtua Siswa di Depan Kelas Hingga Alami
untuk mencapai tujuan penyelenggaraan sistem Luka Serius. Kompas.com. Retrieved from
pendidikan. Sayangnya pengelolaan guru yang https://regional.kompas.com/
selam ini berlangsung belum mendukung read/2019/03/14/10553671/seorang-guru-
optimalisasi kinerja guru. Oleh karena itu, perlu dianiaya-orangtua -siswa-di -depan-kelas-
beberapa terobosan kebijakan yang integratif hingga-alami-luka-serius, on April 7, 2020.
untuk membentuk guru yang handal. Pertama, Kinali, B. I. (2015, December 12). 5 Kewenangan
pengelolaan sistem database secara terpadu. Bidang Pendidikan Ini Menjadi Urusan Daerah.
Kedua, penyediaan alokasi Anggaran untuk Retrieved from http://bangimam-berbagi.
blogspot.com/2015/12/6- kewenangan-bidang-
peningkatan kualifikasi akademik guru. Ketiga,
pendidikan-ini.html?m=1, on June 1, 2020.
pembagian kewenangan pemerintah pusat dan
daerah yang kolaboratif dan saling mendukung. Latiana, L. (2016). Peran Sertifikasi Guru dalam
Keempat, perlunya proses seleksi dan rekrutmen Meningkatkan Profesionalisme Pendidik.
Edukasi. 1(1), 41–50.
yang profesional, transparan, dan akuntabel.
Kelima, implementasi perlindungan guru dalam Mahsunah, D., Wahyuni, D., Antono, A., &
menjalankan tugasnya. Keenam, penuntasan Ambarukmi, S. (2012). Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Badan
sertifikasi guru dalam jabatan yang masih belum
Pengembangan Sumber Daya Manusia
selesai. Ketujuh, pengurangan pekerjaan teknis
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan
administrasi karena beban kerja guru sudah berat. Mutu Pendidikan.
Kedelapan, pembinaan dan pengembangan
Peraturan Pemerintah tentang Guru (2008).
kompetensi guru secara berkelanjutan.
Peraturan Pemerintah tentang Guru (2017).
Prabawati, G., & Maryadi, A. (2019, November 24).
Jelang Hari Guru Nasional, kasus Kriminal masih
Bayangi Guru, Penganiayaan Juga Perbuatan
Asusila. Tribunnews.com. Retrieved from https://

102 Aspirasi Vol 11 No 1, Juni 2020


www.tribunnews.com/nasional/2019/11/24/
jelang-hari-guru-nasional-kasus-kriminal-masih-
bayangi-guru-penganiayaan-juga-perbuatan-
asusila, on April 7, 2020.
Purwanto, P. (2009). Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Quade, E. S. (1984). Analysis for Public Decisions.
New York: Elsevier Science Publishers.
Saifuddin. (2018). Pengelolaan Pembelajaran
Teoretis dan Praktis. Yogyakarta: Deepublish.
Taufiqurrahman. (2018, February 3). Penganiayaan
Guru oleh Siswa di Sampang, Begini
Kronologinya…. Kompas.com. Retrieved
from https://regional.kompas.com/
read/2018/02/03/10041991/penganiayaan-guru-
oleh-siswa-di-sampang-begini-kronologinya, on
April 7, 2020.
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
(2003).
Undang-Undang tentang Guru dan Dosen (2005).
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah
(2014).

Agus Widiarto Analisis Kebijakan Pengelolaan Guru di Indonesia 103

You might also like