Professional Documents
Culture Documents
1 Juni 2020
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
doi: 10.22212/aspirasi.v11i1.1525
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index
Agus Widiarto
widiarto877@gmail.com
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten
Direktur Eksekutif Nusantara Policy Research (NALAR) Institute
Naskah diterima: 6 Januari 2020 | Naskah direvisi: 5 Juni 2020 | Naskah diterbitkan: 30 Juni 2020
Abstract: This policy analysis aims to examine the problems associated with teacher
management nationally and formulate some comprehensive teacher management policy
recommendations with reference to the achievement of the objectives of teacher management as
professional staff. As a professional, the role of the teacher is very important, namely
implementing the national education system and realizing national education goals. The
function and purpose of education are the development of the potential of students to become
human beings who have faith and are devoted to God Almighty, have good character, are
healthy, knowledgeable, capable, creative, independent, and become citizens who are
democratic and responsible. Thus, the position of the teacher as a professional becomes very
strategic as one of the elements in achieving the objectives of the national education system.
This policy analysis also examines the design of teacher management in terms of the division of
authority between the central and regional governments according to Law No. 23 of 2014 on
Regional Government and Law No. 14 of 2005 on Teachers and Lecturers.This study uses a
model of policy analysis process that starts from the analysis of the formulation or design of the
policy, problems in the implementation, and evaluation of the policy.
Kata Kunci: analisis kebijakan; guru profesional; kualifikasi akademik; kualitas pendidikan;
pengelolaan guru; sertifikasi guru
Tujuan
Penyelenggaraan
Feeding/ Sistem Pendidikan
Evaluasi Umpan balik untuk
pengendalian input Nasional
dan perbaikan proses
pengelolaan
menyebutkan bahwa “Urusan Pemerintahan terdiri daerah. Sementara, urusan pemerintahan umum
atas urusan pemerintahan absolut, urusan adalah urusan pemerintahan yang menjadi
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan kewenangan Presiden sebagai kepala
umum”. Urusan pemerintahan absolut adalah pemerintahan.
urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi Berkaitan dengan pembagian urusan
kewenangan pemerintah pusat. Sementara, urusan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
pemerintahan konkuren adalah urusan dalam bidang pendidikan yang termaktub dalam
pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat Pasal 12 ayat (1) dinyatakan bahwa pendidikan
dan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota merupakan salah satu urusan pemerintahan
(Bihuku, 2018: 38). Hal ini juga menjadi dasar wajib, terkait dengan pelayanan dasar yakni
bagi pelaksanaan otonomi pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar warga negara.
Tabel 1.
Pembagian Kewenangan Bidang Pendidikan antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
No Sub-Urusan Pemerintahan Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/
Kota
1. Manajemen - Penetapan standar - Pengelolaan pendidikan - Pengelolaan pendidikan
Pendidikan - nasional pendidikan. - menengah. - dasar.
Pengelolaan Pendidikan Pengelolaan pendidikan Pengelolaan pendidikan
Tinggi. khusus. usia dini dan pendidikan
nonformal.
2. Kurikulum Penetapan kurikulum Penetapan kurikulum Penetapan kurikulum
nasional pendidikan muatan lokal pendidikan muatan lokal pendidikan
menengah, pendidikan dasar, menengah dan muatan lokal dasar, pendidikan anak
pendidikan anak usia dini, pendidikan khusus. usia dini, dan pendidikan
dan pendidikan nonformal. nonformal.
bahwa pembagian kewenangan dalam hal kota dalam satu daerah provinsi. Untuk
pengelolaan guru (kewenangan konkuren) antara pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota kewenangan dalam hal pemindahan pendidik dan
meliputi manajemen pendidikan dan pendidik tenaga kependidikan dalam daerah kabupaten/
dan tenaga kependidikan. Berkenaan dengan kota.
manajemen pendidikan, pemerintah pusat Pembagian Kewenangan Pengelolaan Guru
memiliki kewenangan menetapkan standar
nasional pendidikan, termasuk standar pendidik Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun
dan tenaga kependidikan yang mengacu pada 2005 tentang Guru dan Dosen
UU Guru dan Dosen, yaitu guru sebagai tenaga UU Guru dan Dosen membagi kewenangan
pendidik profesional. Sementara, pemerintah pengelolaan guru kepada pemerintah pusat,
daerah provinsi memiliki kewenangan dalam pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
pengelolaan pendidikan menengah dan khusus. daerah kabupaten/kota seperti berikut:
Dan, pemerintah daerah kabupaten/kota punya
kewenangan dalam pengelolaan pendidikan 1) Pemenuhan Kebutuhan Guru
dasar, pendidikan anak usia dini, dan pendidikan Pasal 24 ayat (1), (2), dan (3) menyebut
nonformal. kewenangan pemerintah pusat, provinsi,
Untuk pengelolaan pendidik dan tenaga dan kabupaten/kota dalam hal pemenuhan
kependidikan, pemerintah pusat memiliki kebutuhan guru. Pemerintah pusat
kewenangan melakukan pengendalian formasi mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan
pendidik, pemindahan pendidik, pengembangan guru untuk satuan pendidikan anak usia
karier pendidik, serta pemindahan pendidik dan dini jalur pendidikan formal serta untuk
tenaga kependidikan lintas daerah provinsi. menjamin keberlangsungan pendidikan
Sementara, pemerintah daerah provinsi memiliki dasar dan menengah yang diselenggarakan
kewenangan melakukan pemindahan pendidik oleh pemerintah. Sementara, kewenangan
Tabel 3.
Guru PNS dan Bukan PNS Bersertifikat dan Belum Bersertifikat
Jenjang Guru PNS Guru Bukan PNS
Pendi- Sertifikat Belum Sertifikat Belum Total
dikan Pendidik Sertifikat Pendidik Sertifikat
Pendidik Pendidik
TK 16.676 5.154 44.562 151.280 217.672
SD 508.948 141.277 44.596 590.493 1.285.314
SMP 239.948 42.216 38.975 266.574 587.027
SMA 117.669 20.876 22.314 131.947 292.806
SMK 68.866 14.193 33.348 175.579 291.986
SLB 7.154 1.315 2.174 13.164 23.807
Total 958.575 225.031 185.969 1.329.037 2.698.612
Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2019
Dari jumlah guru bukan PNS yang mengajar kualifikasi akademik sarjana (S-1). Akan tetapi,
di sekolah negeri sebanyak 765.899, terdapat hanya sekitar 2,4% atau 18.008 yang sudah
690.438 guru (90%) yang sudah memiliki memiliki sertifikat pendidik seperti
diperlihatkan Bagan 3.
98
Tabel 4. 2018). Pada 19 Februari 2019, terjadi perilaku
Data Honor Guru Honorer Belum Bersertifikat kasar siswa terhadap seorang guru di SMA Al-
(Skema APBN) Azhar Kelapa Gading Jakarta. Pada 13 Maret
Jumlah Persen- Honor
2019, seorang guru SMP di Mamuju, Sulawesi
Kategori tase Barat dianiaya orang tua siswa di depan kelas saat
(Orang) (Rp/Bulan)
(%) mengajar hingga luka serius di bagian kepala
Menerima 2 0,0 3.012.000 (Junaedi, 2019). Lalu, di awal September 2019,
tunjangan khusus
inpassing terjadi kasus guru dianiaya wali murid di Gowa di
Menerima 18.047 2,4 1.500.000 depan siswanya (Prabawati & Maryadi, 2019).
tunjangan khusus
belum inpassing Politisasi Guru oleh Beberapa Kepala Daerah
Menerima insentif
guru bukan PNS 7.609 1,0 1.800.000
Bentuk politisasi terhadap guru kerap terjadi
dan tunjangan jelang pemilu, utamanya pemilu kepala daerah.
khusus Politisasi terhadap guru dapat dipandang sebagai
Menerima insentif 100.194 13,1 300.000 salah satu persoalan dalam pengelolaan guru
guru bukan PNS
sebagai tenaga profesional, yang semestinya
Sumber: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, menempatkan guru sebagai tenaga pendidik
2019
bebas dari kepentingan politik.
Hal ini berbeda dari penghasilan guru Akan tetapi, banyak fakta guru hanya
honorer yang sudah bersertifikat dan sudah dijadikan komoditas isu oleh para politisi. Bentuk
inpassing. Jumlah mereka mencapai 14 orang politisasi itu sampai kepada mengikutsertakan
(0%). Di samping memperoleh tunjangan profesi komunitas guru sebagai bagian dari tim sukses.
guru (TPG), mereka juga memperoleh tunjangan Pasca-pemilu, bentuk politisasi pun berlanjut.
khusus guru (TKG) yang besarnya Rp6.878.000. Bagi pihak yang kalah, guru yang menjadi bagian
Sementara, mereka yang sudah bersertifikat tetapi tim suksesnya pun terkena imbasnya, Biasanya,
belum inpassing memperoleh Rp3.854.000. mereka akan menjadi korban diskriminasi dalam
Jumlah mereka mencapai 1.604 orang (0,2%) proses promosi jabatan. Sebaliknya jika menjadi
(Aji, 2019: 14). bagian dari kepala daerah yang menang, mereka
akan mendapat imbas positifnya.
Belum Optimalnya Perlindungan terhadap Kekuasaan dan kewenangan pemerintah
Guru dalam Menjalankan Profesinya daerah tidak jarang bertentangan dengan
Sesuai Pasal 39 ayat (1), (2), (3), dan (4) UU semangat pengembangan pendidikan nasional itu
sendiri. Untuk kasus pengelolaan guru, otonomi
Guru dan Dosen dinyatakan bahwa pemerintah, daerah yang melahirkan dominasi pemerintah
pemerintah daerah, masyarakat, organisasi daerah dalam pengelolaan tenaga guru, membuat
profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib mobilitas mereka, baik secara vertikal maupun
memberikan perlindungan terhadap guru dalam horizontal, menjadi terhambat.
pelaksanaan tugas yang meliputi perlindungan
hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan Beban Kerja Guru
keselamatan dan kesehatan kerja. Memang belum Pasal 35 ayat (1) mengatur beban kerja
ada data lengkap seluruh kasus yang menimpa
guru setidaknya dalam setahun ini. Akan tetapi, guru yang mencakup kegiatan pokok yaitu
berbagai kasus yang terjadi di beberapa daerah merencanakan pembelajaran, melaksanakan
menyiratkan bahwa perlindungan terhadap guru pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
dalam menjalankan tugasnya belum optimal. membimbing dan melatih peserta didik,
Tahun 2018 terjadi kasus penganiayaan yang serta melaksanakan tugas tambahan. Frase
berujung kematian guru honorer mata pelajaran “melaksanakan tugas tambahan” inilah yang
seni rupa di Sampang, Madura, Jawa Timur akibat membuka peluang untuk guru melaksanakan
pemukulan oleh seorang siswa (Taufiqurrahman, kewajibannya sebagai guru. Misalnya, guru