You are on page 1of 15

p-ISSN 2355-5343 Article Received: 16/04/2015; Accepted: 20/08/2015

http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(2) 2015, 152-166


DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i2.1326

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR


BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH (TK
DAN NON TK)

Ipah Saripah1 & Lia Mulyani2

1,2Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UPI


1,2Jl.
Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
1Email: bundaipah@gmail.com
2Email: lia.mulyani@gmail.com

ABSTRACT ABSTRAK
The background of this research is importance of Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya
mastering social skills by elementary school penguasaan keterampilan sosial oleh siswa
students, both of which had entered formal sekolah dasar (SD), baik yang pernah memasuki
education (kindergarten) or informal education jalur pendidikan formal (taman kanak-kanak/TK)
(family). The research objective is obtaining maupun yang belajar secara informal (keluarga).
students' social skills profiles based on preschool Tujuan penelitian ialah diperolehnya profil
educational background (kindergarten and non- keterampilan sosial siswa berdasarkan latar
kindergarten). The study was conducted in belakang pendidikan prasekolah (TK dan non
elementary schools Cijerokaso 1 and 2 Bandung TK). Penelitian dilakukan di SD Negeri Cijerokaso 1
using a quantitative approach and descriptive dan 2 Bandung dengan pendekatan kuantitatif
study method. The results have shown: (1) profile dan metode studi deskriptif. Hasil penelitian
of social skills of elementary school students with menunjukkan: (1) profil keterampilan sosial siswa
a kindergarten background in general are at SD berlatar belakang TK secara umum berada
high qualifications and social skills profile of pada kualifikasi tinggi, dan profil keterampilan
elementary school students with a non sosial siswa SD berlatar belakang non TK secara
kindergarten background in general are at high umum berada pada kualifikasi tinggi dan
and medium qualifications; (2) There is no sedang; (2) Tidak terdapat perbedaan rata-rata
difference in term of average social skills keterampilan sosial antara siswa SD berlatar
between elementary school students with belakang TK dengan siswa SD berlatar belakang
kindergarten background and elementary non TK, baik secara umum maupun berdasarkan
school students with non kindergarten tiap kategori.
background, either in general or by each
category. Kata kunci: keterampilan sosial, siswa SD, latar
belakang pendidikan prasekolah.
Keywords: social skills, elementary school student,
preschool educational background.

How to Cite: Saripah, I., & Mulyani, L. (2015). PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH (TK DAN NON TK). Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 152-166.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i2.1326.

PENDAHULUAN ~ Sebagai jenjang No. 28 Tahun 1990), serta mempersiapkan


pendidikan formal pertama dan mendasar peserta didik utuk mengikuti pendidikan
bagi anak, sekolah dasar (SD) memiliki menengah (UUSPN No.20 Tahun 2003 Pasal
tujuan memberikan bekal kemampuan 17).
dasar kepada siswa (peserta didik) untuk
mengembangkan kehidupannya secara Saat mengalami peralihan dari kehidupan
pribadi, anggota masyarakat, warga prasekolah ke kehidupan sekolah, siswa di
negara dan anggota umat manusia (PP SD dihadapkan pada berbagai keadaan

[152]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

yang cenderung berbeda dari Connoly & Rivest,; Ladd, et al., (dalam
sebelumnya. Siswa dihadapkan pada Spodek, 1993) menunjukkan bahwa
lingkungan fisik, individu-individu dan keterampilan sosial anak lebih baik jika
aturan baru sehingga memerlukan diajarkan di lingkungan rumah dan
keterampilan-keterampilan yang mampu keluarga. Di sisi lain, hasil penelitian Mueller
membuat anak bertahan dan diterima, & Brenner; serta Howes (dalam Spodek,
yakni keterampilan sosial. Sebelum 1993), memperlihatkan TK dapat
memasuki SD, siswa memperoleh meningkatkan interaksi dan keterampilan
keterampilan sosial melalui pendidikan sosial anak. Berdasarkan kedua hasil
prasekolah, baik jalur informal (keluarga penelitian, baik anak yang berasal dari TK
dan masyarakat), formal (taman kanak- maupun non TK (keluarga dan
kanak/TK dan raudhatul athfal/RA), masyarakat) sama-sama menunjukkan
ataupun nonformal (tempat penitipan keunggulan dalam keterampilan sosial.
anak/TPA/daycare dan kelompok Guna memperoleh konfirmasi dan data
bermain/KB). Pendidikan dari empiris tentang profil keterampilan sosial
keluarga/masyarakat, TK/RA, maupun siswa SD berdasarkan latar belakang
TPA/KB memberi pengaruh terhadap pendidikan prasekolah, maka perlu untuk
entering behavior keterampilan sosial dikaji lebih lanjut mengenai hal tersebut.
siswa ketika hendak memasuki SD.
Keterampilan sosial dapat diartikan
Kurangnya penguasaan keterampilan sebagai kemampuan untuk berinteraksi
sosial dapat menimbulkan potensi dengan orang lain pada konteks sosial
permasalahan, sebaliknya dengan dalam cara-cara spesifik yang secara
memiliki keterampilan sosial siswa mampu sosial diterima atau bernilai dan dalam
mencapai kesuksesan di sekolah dan waktu yang sama memiliki keuntungan
masyarakat, seperti yang diungkapkan untuk pribadi dan orang lain (Combs &
oleh Brigman, et al. (2001, p. 323), ”...social Slaby dalam Cartledge & Milburn, 1986, p.
skills (working-playing cooperatively with 7). Lebih lanjut, Stephen (Cartledge &
others and forming and maintaining Milburn, 1986, p.15) kemudian membagi
friendship) are essential for school keterampilan sosial dalam empat kategori,
success.” yakni: 1) environmental behavior; 2)
interpersonal behavior; 3) self-related
Penelitian dan data mengenai behavior; dan 4) task-related behavior.
keterampilan sosial anak yang berasal dari
lingkungan keluarga maupun dari Environmental Behavior (Perilaku terhadap
lembaga pendidikan prasekolah seperti TK Lingkungan)
menunjukkan hasil yang beragam. Hasil Environmental behavior (perilaku terhadap
penelitian Field & Roopnarine; Doyle, lingkungan) merupakan bentuk perilaku

[153]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

yang menunjukkan tingkah laku sosial menerima konsekuensi; 2) perilaku


individu dalam mengenal dan beretika; 3) mengungkapkan perasaan; 4)
memperlakukan lingkungan hidupnya. sikap positif terhadap diri sendiri; 5)
Lingkup environmental behavior perilaku bertanggung jawab; serta 6)
mencakup: 1) peduli lingkungan; 2) peduli diri (Cartledge & Milburn, 1986).
perilaku berkenaan dengan keadaan
darurat; 3) perilaku di ruang makan; serta Task-Related Behavior (Perilaku yang
4) gerak mengitari lingkungan (Cartledge Berhubungan dengan Tugas)
& Milburn, 1986). Task-related behavior (perilaku yang
berhubungan dengan tugas), menurut
Interpersonal Behavior (Perilaku Cartledge & Milburn (1986) adalah bentuk
Interpersonal) perilaku atau respon individu terhadap
Cartledge & Milburn (1986) memberika sejumlah tugas akademis. Wujud-wujud
batasan bahwa interpersonal behavior task-related behavior mencakup
(perilaku interpersonal) ialah bentuk beberapa hal berikut: 1) mengajukan dan
perilaku yang menunjukkan tingkah laku menjawab pertanyaan; 2) perilaku
sosial individu dalam mengenal dan mengikuti pelajaran; 3) menyelesaikan
mengadakan hubungan dengan sesama tugas-tugas; 4) mengikuti arahan; 5)
individu lain (dengan teman sebaya atau aktivitas kelompok; 6) kerja mandiri; 7)
guru). Ragam bentuk interpersonal perilaku berdasarkan tugas; 8) tampil
behavior meliputi: 1) menerima otoritas; 2) sebelum yang lain; serta 9) kualitas kerja
mengatasi konflik; 3) memperoleh/menarik (Cartledge & Milburn, 1986).
perhatian; 4) memberi salam pada orang
lain; 5) membantu orang lain; 6) METODE
bercakap-cakap; 7) melakukan kegiatan Penelitian menggunakan pendekatan
permainan; 8) bersikap positif terhadap kuantitatif dengan metode studi deskriptif.
orang lain; 9) bermain secara informal; Instrumen yang digunakan dalam
serta 10) menjaga milik sendiri dan orang penelitian ialah angket dalam bentuk
lain (Cartledge & Milburn, 1986). force choice bagi orang tua siswa yang
anaknya menjadi sampel penelitian.
Self-Related Behavior (Perilaku yang Pengolahan data penelitian
Berhubungan dengan Diri Sendiri) menggunakan analisis statistik dengan
Self-related behavior behavior (perilaku teknik persentase dilengkapi penafsiran
yang berhubungan dengan diri sendiri) dan pemaknaan sehingga didapatkan
yaitu bentuk perilaku yang menunjukkan gambaran tentang keterampilan sosial
tingkah laku sosial individu terhadap siswa SD berlatar belakang pendidikan
dirinya sendiri, yang tergambar melalui prasekolah (TK dan non TK).
perilaku-perilaku sebagai berikut: 1)

[154]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas HASIL DAN PEMBAHASAN


I SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2 Bandung. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar
Penarikan sampel siswa SD berlatar Belakang TK dan Non TK
belakang non TK menggunakan teknik Sesuai dengan klasifikasi keterampilan
sampel jenuh (sensus) sebanyak 15 orang. sosial yang telah dibuat, skor yang
Pengambilan sampel 15 orang siswa SD didapat didistribusikan sehingga
berlatar belakang TK menggunakan teknik menghasilkan profil keterampilan sosial
simple random sampling dengan jumlah siswa SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2
yang sama yakni sebanyak 15 orang. Bandung berlatar belakang TK dan non TK
seperti pada Diagram 1 berikut.

100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
Rendah Sekali
60.0%
Rendah
50.0% 40.0% Sedang
40.0% 33.3% 33.3%
Tinggi
30.0%
Tinggi Sekali
20.0%
10.0%
0.0%
TK Non TK
Keterampilan Sosial

Diagram 1. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK

Pada Diagram 1 terlihat, mayoritas keterampilan sosial kualifikasi tinggi dan


keterampilan sosial siswa SD yang berasal sedang. Artinya, selain sebagian besar
dari TK berada pada kualifikasi tinggi siswa SD berlatar belakang non TK
(40.0%). Menggambarkan, sebagian besar menguasai keterampilan sosial yang
siswa SD yang berasal dari TK, cenderung mengarah kepada pencapaian optimal,
peduli terhadap lingkungan sekitar, sebagian besar masih memerlukan
memiliki keterampilan untuk mengadakan penguatan untuk dapat menunjukkan
hubungan dengan orang lain melalui perilaku-perilaku keterampilan sosial, baik
cara-cara yang dapat diterima, serta kepada lingkungan, orang lain, diri sendiri,
menunjukkan tingkah laku sosial terhadap maupun tugas.
diri sendiri dan tugas. Siswa SD yang
berasal dari non TK, menunjukkan Profil keterampilan sosial siswa SD Negeri
persentase yang sama, yakni 33.3% pada Cijerokaso 1 dan 2 Bandung berlatar

[155]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

belakang TK dan non TK tiap kategori disajikan pada Diagram 2 berikut.

100.0%
90.0%
80.0% 73.3%
70.0%
60.0% Rendah Sekali
46.7% 46.7%
50.0% 40.0% 40.0% 40.0% 40.0% Rendah
40.0% 33.3% 33.3%
Sedang
30.0%
20.0% Tinggi
10.0% Tinggi Sekali
0.0%
TK Non TK Non TK Non TK Non
TK TK TK TK
Environmental Interpersonal Self-Related Task-Related
Behavior Behavior Behavior Behavior

Diagram 2. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK Tiap Kategori

Diagram 2 menggambarkan profil mengadakan hubungan dengan sesama


keterampilan sosial siswa SD berlatar individu lain, mampu menunjukkan tingkah
belakang TK dan non TK pada tiap laku sosial terhadap diri sendiri serta tugas,
kategori, yakni environmental behavior namun masih memerlukan penguatan
(perilaku terhadap lingkungan), untuk dapat mengenal dan
interpersonal behavior (perilaku memperlakukan lingkungan hidupnya.
interpersonal), self-related behavior Kategori keterampilan sosial siswa SD
(perilaku yang berhubungan dengan diri berlatar belakang non TK, tiga di
sendiri), dan task-related behavior antaranya berada pada kualifikasi
(perilaku yang berhubungan dengan sedang, yakni environmental behavior
tugas). (40.0%), interpersonal behavior (40.0%),
self-related behavior (46.7%), serta berada
Tiga kategori keterampilan sosial siswa SD pada kualifikasi sedang dan tinggi
berlatar belakang TK berada pada sekaligus untuk kategori task-related
kualifikasi tinggi, yakni interpersonal behavior (33.3%). Artinya, sebagian besar
behavior (40.0%), self-related behavior siswa SD yang berasal dari non TK, masih
(46.7%), dan task-related behavior (40.0%), memerlukan contoh untuk mampu
serta satu kategori berada pada kualifikasi mengenal dan memperlakukan
sedang, yakni kategori environmental lingkungan hidup, sesama individu lain,
behavior (73.3%). Dapat diartikan, secara dan menunjukkan tingkah laku sosial
umum siswa SD berlatar belakang TK terhadap dirinya sendiri. Pada
cenderung mampu mengenal dan kemampuan menunjukkan tingkah laku

[156]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

sosial terhadap tugas, siswa SD berlatar Perhitungan uji beda dua rata-rata pada
belakang non TK selain sebagian besar penelitian dilakukan untuk melihat
membutuhkan penguatan, sebagian lain perbedaan keterampilan sosial antara
mampu menunjukkan tingkah laku siswa SD berdasarkan latar belakang TK
sosialnya terhadap tugas. dan non TK. Hasil perhitungan uji beda dua
rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney
Perbedaan Keterampilan Sosial antara (uji-U) melalui perangkat SPSS versi 16.0,
Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK
Env_Behv Int_Behv Self_Behv Task_Behv Soc_Skills

Mann-Whitney U 106 97.5 110.5 101.5 102.5


Wilcoxon W 226 217.5 230.5 221.5 222.5
Z -0.277 -0.624 -0.084 -0.461 -0.415
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.782 0.533 0.933 0.645 0.678
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .806a .539a .935a .653a .683a

Pada Tabel 1 tampak nilai peluang ditolak. Jika sig. < α (0,05), maka H1
(Asymp. Sig.) keterampilan sosial secara diterima dan H0 ditolak), maka keputusan
keseluruhan ialah 0,678. Secara terpisah, yang diambil ialah H0 diterima dan H1
keterampilan sosial kategori environmental ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan
behavior ialah memperoleh nilai sig. = rata-rata keterampilan sosial antara siswa
0,782, keterampilan sosial kategori SD berlatar belakang TK dengan siswa SD
interpersonal behavior memiliki nilai sig. = berlatar belakang non TK.
0,533, keterampilan sosial kategori self-
related behavior bernilai sig. = 0.933, dan Selanjutnya, rekapitulasi keterampilan
nilai sig. untuk keterampilan sosial task- sosial secara umum, kategori dan indikator
related behavior ialah 0,645. Mengacu pada siswa SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2
pada dasar pengambilan keputusan, Bandung yang berasal dari TK dan non TK
yakni dengan melihat Asymp. Sig. (Jika p- disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
value. ≥ α (0,05), maka H0 diterima dan H1

[157]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

Tabel 2. Rekapitulasi Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK secara
Umum, Kategori, dan Indikator
TK Non TK
Jenis Keterampilan
Kualifikasi % Kualifikasi %
Keterampilan Sosial Tinggi 40.0% Tinggi & Sedang 33.3%
Environmental Behavior Sedang 73.3% Sedang 40.0%
a. Peduli Lingkungan Tinggi 66.7% Rendah & Tinggi 46.7%
b. Berkenaan dengan Keadaan
Rendah 53.3% Tinggi 66.7%
Darurat
c. Gerak Mengitari Lingkungan Rendah Sekali 73.3% Tinggi 46.7%
Interpersonal Behavior Tinggi 40.0% Sedang 40.0%
a. Menerima Otoritas Tinggi 60.0% Tinggi 46.7%
b. Mengatasi Konflik Sedang 46.7% Rendah 40.0%
c. Memperoleh atau menarik
Sedang 40.0% Tinggi 53.3%
perhatian
d. Memberi salam pada orang
Rendah 40.0% Tinggi 46.7%
lain
e. Membantu orang lain Rendah 40.0% Rendah 53.3%
f. Bercakap-cakap Tinggi 53.3% Tinggi 60.0%
Rendah, Sedang
g. Melakukan permainan Tinggi 46.7% 33.3%
& Tinggi
h. Bersikap positif terhadap orang
Rendah 53.3% Rendah 53.3%
lain
i. Bermain secara informal Tinggi 66.7% Tinggi 53.3%
j. Properti: Milik sendiri dan milik
Tinggi 80.0% Tinggi 60.0%
orang lain
Self-related Behavior Tinggi 46.7% Sedang 46.7%
a. Menerima konsekuensi Tinggi 40.0% Tinggi 40.0%
b. Perilaku beretika Tinggi 60.0% Tinggi 60.0%
Rendah Sekali,
c. Mengungkapkan perasaan Rendah Sekali 53.3% 33.3%
Sedang & Tinggi
d. Sikap positif terhadap diri sendiri Tinggi 40.0% Sedang 40.0%
e. Perilaku bertanggung jawab Sedang 93.3% Sedang 100.0%
f. Peduli Diri Tinggi 60.0% Tinggi 53.3%
Task-related Behavior Tinggi 40.0% Tinggi & Sedang 33.3%
a. Mengajukan dan menjawab
Tinggi 53.3% Tinggi 60.0%
pertanyaan
b. Perilaku mengikuti pelajaran Tinggi 80.0% Tinggi 46.7%
c. Menyelesaikan tugas-tugas Tinggi 66.7% Tinggi 66.7%
d. Mengikuti arahan Sedang 100.0% Sedang 66.7%
e. Aktivitas kelompok Rendah 60.0% Tinggi 60.0%

[158]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

TK Non TK
Jenis Keterampilan
Kualifikasi % Kualifikasi %
f. Kerja mandiri Tinggi 60.0% Tinggi 60.0%
g. Perilaku berdasarkan tugas Sedang 80.0% Sedang 80.0%
h. Tampil sebelum yang lain Tinggi 66.7% Tinggi 53.3%
i. Kualitas kerja Tinggi 66.7% Rendah & Tinggi 40.0%

Salah satu alasan tingginya keterampilan keterampilan sosial di TK. Metode


sosial siswa SD berlatar belakang TK, ialah pengajaran di TK dan kelompok bemain
karena siswa SD yang berasal dari TK (KB) pada umumnya ialah bercerita,
mendapatkan stimulus dan kesempatan bercakap-cakap, diskusi, tanya jawab,
untuk mengembangkan keterampilan mengucapkan syair, dramatisasi,
sosial di rumah maupun di TK sekaligus. pemberian tugas, praktik langsung,
Montessori (Hurlock dalam Syaodih, 2003, demonstrasi, atau percobaan/eksperimen,
p. 8) menegaskan, periode anak usia tiga pantomim, menyanyi, skolastik/calistung
sampai enam tahun merupakan periode dan kinestetik, bermain, wisata bermain,
sensitif (masa peka), yakni periode suatu kerja kelompok, gerak dan lagu, senam,
fungsi perlu dirangsang sehingga tidak menari, serta permainan musik dan atraktif
terhambat perkembangannya. Anwar & (Hidayat, 2003, p. 21). Dengan keadaan
Ahmad (2009, p. V) menambahkan, saat baru serta metode pengajaran yang
anak mencapai usia empat tahun, 80% dihadapi anak di TK, anak mulai
jaringan otaknya telah tersusun, dan akan mengembangkan keterampilan sosial.
berkembang optimal apabila mendapat
rangsangan dari luar berupa Tersebarnya keterampilan sosial siswa SD
pengalaman-pengalaman. Stimulus yang berlatar belakang non TK pada kualifikasi
diterima siswa SD yang sebelumnya tinggi dan rendah dengan masing-masing
memasuki TK lebih luas mencakup situasi persentase 33.3%, mengisyaratkan anak
sekolah TK, sehingga keterampilan sosial dapat mengembangkan keterampilan
siswa TK cenderung tinggi. Di TK, anak sosialnya di rumah atau keluarga. Seperti
“mau tidak mau” dituntut untuk yang diungkapkan Soekanto (1990, p. 23),
mengembangkan keterampilan sosial salah satu peranan keluarga batih (inti)
karena mulai bertemu dengan lingkungan ialah menumbuhkan dasar-dasar bagi
fisik, peran-peran serta aturan baru selain kaidah-kaidah pergaulan hidup dan
yang ada di keluarganya. sebagai wadah bagi manusia mengalami
proses sosialisasi awal, yakni suatu proses
Ragamnya metode pengajaran yang mempelajari dan mematuhi kaidah-
menarik juga merupakan salah satu kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
bentuk stimulus untuk mengembangkan masyarakat. Keterampilan sosial yang

[159]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

diajarkan oleh orang tua kepada anak sosial, atau bahkan tidak memiliki model
melalui proses sosialisasi di antaranya yang dapat dijadikan contoh dalam
penguasaan diri, penanaman nilai-nilai, membina kehidupan sosial, sehingga
serta pengenalan peran-peran sosial kerap memunculkan permasalahan
(Hamid, 2010). dalam bersosialisasi. Artinya, kapasitas
anggota keluarga dalam mengajarkan
Menyebarnya keterampilan sosial siswa SD dan menjadi model keterampilan sosial di
berlatar belakang non TK pada kualifikasi rumah amat berguna, terlebih Michelson
tinggi dan sedang disebabkan karena (dalam Ma’ruf, 2010, p. 1) menegaskan,
kapasitas anggota keluarga sebagai keterampilan sosial merupakan
“guru” yang mengembangkan keterampilan yang tidak dapat diperoleh
keterampilan sosial anak di rumah sendiri, tetapi melalui proses belajar.
cenderung berbeda-beda. Kapasitas
anggota keluarga dalam Hasil penelitian menunjukkan, tidak
mengembangkan keterampilan sosial terdapat perbedaan rata-rata
anak bergantung pada pola kehidupan keterampilan sosial antara siswa SD
keluarga yakni tingkat pendidikan dan berlatar belakang TK dengan siswa SD
pekerjaan, seperti contoh yang berlatar belakang non TK, baik secara
diungkapkan Soekanto (1990, p. 25), pola umum, maupun tiap kategori. Tidak
kehidupan keluarga batih (inti) pegawai terdapatnya perbedaan rata-rata
negeri berbeda dengan keluarga ABRI, keterampilan sosial antara siswa SD
dan selanjutnya juga berbeda dengan berlatar belakang TK dan non TK secara
keluarga swasta. umum, maupun kategori mengindikasikan
tiga hal, yang akan diuraikan di bawah ini.
Pemahaman anggota keluarga dalam
mengembangkan keterampilan sosial Karakteristik Kondisi Siswa Memengaruhi
anak juga berpengaruh. Berbeda antara Keterampilan Sosial
keluarga yang paham dan mengajarkan Kondisi siswa memiliki perbedaan satu
kepada anak cara-cara berinteraksi sama lain, baik fisik maupun psikologis.
dalam konteks sosial, dengan keluarga Alasan kondisi fisik mampu memengaruhi
yang kurang paham dan menganggap keterampilan sosial ialah karena menurut
anak akan menguasai keterampilan sosial Kartono (1995, p. 465), keterampilan (skill)
dengan sendirinya. Kurniati (2006, p. 113) merupakan suatu kemampuan bertingkat
mengungkapkan, banyak anak tidak tinggi yang memungkinkan seseorang
pernah belajar tentang sikap yang dapat melakukan satu perbuatan motorik yang
diterima lingkungannya, barangkali tidak kompleks dengan lancar disertai
diarahkan baik di rumah maupun di ketepatan. Artinya, satu keterampilan
sekolah untuk dapat menguasai perilaku mengandung unsur motorik, dan untuk

[160]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

dapat melakukan satu perbuatan motorik 19) menjelaskan bahwa kemampuan


yang kompleks dengan lancar disertai berempati juga berperan dalam
ketepatan (keterampilan) dibutuhkan keterampilan sosial terutama dalam
kondisi fisik yang memadai. Cattel, et al. keterampilan interpersonal seperti menjalin
(dalam Yusuf & Nurihsan, 2008, p. 21) persahabatan dan mengatasi konflik
menambahkan, kemampuan belajar dan dengan orang lain.
penyesuaian diri individu dibatasi oleh
sifat-sifat inheren pada organisme individu Kondisi psikologis lain yang memengaruhi
sendiri, contohnya kapasitas fisik keterampilan sosial ialah perkembangan
(perawakan, energi, kekuatan, dan kognitif dan bahasa. Dilihat dari segi
kemenarikannya), serta kapasitas kognitif, Robinson & Garber (Fajar, 2007, p.
intelektual (cerdas, normal, atau 1) menyatakan bahwa kemampuan sosial
terbelakang). kognitif dapat memengaruhi keterampilan
sosial anak, seperti kemampuan melihat
Dilihat dari sisi psikologis, kondisi yang dari perspektif orang lain (perspective
mempengaruhi keterampilan sosial taking) dan kemampuan berempati. Pada
contohnya ialah emosi dan kemampuan perkembangan bahasa, Suherman (2008,
berempati. Rubin, Coplan, Fox & Calkins p. 185) mengungkapkan, pada masa SD
(dalam Fajar, 2007, p. 1) melaporkan ditandai dengan perbendaharaan kata
penelitiannya, bahwa pengaturan emosi yang bertambah. Pada awal masa
sangat membantu, baik bagi anak yang sekolah, anak telah mampu menguasai
mampu bersosialisasi dengan lancar sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir
maupun yang tidak. Anak yang mampu sekolah (sekitar usia 11 sampai 12 tahun)
bersosialisasi dan mengatur emosi, akan anak telah mampu menguasai sekitar
memiliki keterampilan sosial yang baik. 5.000 kata (Syaodih dalam Yusuf &
Anak yang kurang mampu bersosialisasi Sugandhi, 2011, p. 62). Artinya, dengan
namun mampu mengatur emosi, walau bertambahnya perbendaharaan kata
jaringan sosialnya tidak luas tetapi mampu dan kemampuan berbahasa, anak
bermain secara konstruktif dan mampu mampu memperluas lingkungan sosialnya.
bereksplorasi saat bermain sendiri. Anak
yang mampu bersosialisasi namun kurang Selain emosi, serta perkembangan kognitif
dapat mengontrol emosi, cenderung akan dan bahasa, motivasi serta cara ”coba-
berperilaku agresif dan merusak. Anak coba” (trial and error) juga memengaruhi
yang tidak mampu bersosialisasi dan keterampilan sosial, seperti diungkapkan
mengontrol emosi, cenderung lebih Daeng (Syaodih & Agustin, 2008, p. 2.23),
pencemas dan kurang berani terdapat empat faktor yang berpengaruh
bereksplorasi. Dilihat dari kemampuan pada kemampuan bersosialisasi anak,
berempati, Cartledge & Milburn (1986, p. yaitu: 1) kesempatan bergaul dengan

[161]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

orang-orang sekitarnya dari berbagai usia dengan teman sebaya memberi anak
dan latar belakang; 2) minat dan motivasi standar perilaku yang disetujui oleh
untuk bergaul; 3) bimbingan dan kelompok sosialnya dan memberi anak
pengajaran dari orang lain, yang biasanya sumber motivasi untuk mengikuti standar
menjadi ”model” bagi anak; 4) cara perilaku melalui persetujuan dan
”coba-coba” (trial and error) yang dialami ketidaksetujuan sosial.
anak; dan 5) kemampuan berkomunikasi
yang baik. Guna menjalani proses agar dapat sesuai
dan mendapatkan persetujuan sosial,
Pengaruh Teman Sebaya terhadap anak kemudian saling meniru satu sama
Keterampilan Sosial lain. Meniru pada anak merupakan proses
Teman sebaya dapat memengaruhi penting dalam pembentukkan tingkah
keterampilan sosial anak, karena dalam laku, seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi
proses saling mengenal dan (2008, p. 3), anak-anak senang meniru,
berhubungan, anak akan mulai karena salah satu proses pembentukan
mempertimbangkan pandangan serta tingkah laku anak diperoleh dengan cara
penerimaan dari teman sebayanya. meniru. Di SD, siswa yang berasal dari TK
Respon yang diberikan teman sebaya bertemu dengan anak yang berasal dari
kepada perilaku sosial anak berupa non TK. Siswa yang berasal dari TK
penguatan positif atau negatif (positively mengetahui cara mengembangkan
or negatively reinforce), dan penerimaan keterampilan sosial pada satu indikator,
dari teman sebaya (socially acceptable) dan siswa yang berasal dari non TK
menjadi unsur yang diperhatikan anak mengetahui cara mengembangkan
dalam mengembangkan keterampilan keterampilan sosial pada indikator lainnya,
sosial, karena selain teman sebaya siswa kemudian saling meniru dan
merupakan teman dengan karakteristik mengembangkan keterampilan sosial
dan irama perkembangan yang sejalan, yang mampu mendapatkan penguatan
anak juga tidak ingin apabila sampai positif (positively or negatively reinforce)
dijauhi teman karena perilaku sosialnya dan dapat diterima secara sosial (socially
tidak dapat diterima. Pentingnya respon acceptable).
positif dan penerimaan yang diberikan
teman sebaya juga dijelaskan Syaodih Keterampilan sosial pada akhirnya
(2004, p. 8), bahwa pengaruh interaksi dipelajari dan dimiliki siswa SD sehingga
teman sebaya terhadap perkembangan antara keterampilan sosial siswa SD yang
perilaku sosial anak termasuk tinggi. berasal dari TK dan non TK tidak terdapat
Besarnya pengaruh interaksi teman perbedaan yang signifikan. Kesempatan
sebaya terhadap perkembangan perilaku menjalin hubungan teman sebaya dan
sosial anak dapat terjadi karena interaksi saling mempelajari perilaku membawa

[162]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

keuntungan bagi keterampilan sosial, Kecenderungan menyiapkan anak ke


seperti diungkapkan Syaodih (2004, p. 8), arah ketercapaian kemampuan akademik
melalui interaksi dengan teman sebaya, juga diketahui melalui laporan Mulyana
anak tidak saja mempunyai kesempatan (2004, p. 46) yang mengutip pengamatan
untuk belajar tentang perilaku-perilaku tim APEID dan UNESCO yakni, adanya
yang harus ditampakkan, tetapi juga kecenderungan salah kaprah dalam
mendapatkan kesempatan untuk orang pendidikan prasekolah (TK) di Indonesia,
lain menilai perilaku anak. Hetherington & karena kuatnya tekanan lingkungan
Parke (Fajar, 2007, p. 1) menambahkan, (tuntutan orang tua dan masyarakat) dan
pemberian kesempatan pada anak untuk pandangan pendidik mengenai TK
menjalin hubungan dengan teman merupakan pendidikan prasekolah (pra-
sebaya merupakan media bagi anak SD), maka fungsi TK lebih mengutamakan
untuk mencoba dan mengembangkan penyiapan anak untuk memasuki SD.
keterampilan sosial yang telah didapatnya
dari orang tua dan sekolahnya. Kecenderungan mengarahkan anak
pada ketercapaian akademik bukan
Kecenderungan Persiapan Ketercapaian pada keterampilan sosial, pada dasarnya
Kemampuan Akademik di TK didukung oleh faktor tuntutan masyarakat
Tidak terdapatnya perbedaan rata-rata serta faktor tenaga kependidikan TK yang
yang signifikan antara keterampilan sosial masih belum memenuhi kualifikasi. Dari
siswa SD berlatar belakang TK dan non TK segi faktor tuntutan masyarakat (termasuk
disebabkan karena kecenderungan orang tua), Anwar & Ahmad (2009, p. 56)
pembelajaran dan kegiatan yang mengemukakan, masih banyak orang tua
diberikan di TK lebih mengarah pada belum menyadari perkembangan
ketercapaian kemampuan akademik kecakapan anak tidaklah hanya pada
sebagai persiapan masuk SD. tiga kemampuan akademis semata, yaitu
baca tulis dan hitung (calistung). Pada
Diungkapkan oleh Semiawan (2003), segi tenaga kependidikan yang masih
menjadi kenyataan di TK ataupun kelas belum memenuhi kualifikasi dijelaskan
awal di SD adalah pengajaran Mariyana (2007, p. 35) yang mengutip
pengetahuan yang tidak mantap. Artinya, Data the UNESCO/OEDC Early Childhood
bukan terutama untuk memperoleh Policy Review Project, The Background
keterampilan tertentu untuk kemudian Report of Indonesia yakni, kualifikasi lulusan
dipergunakan pada taraf perkembangan guru TK yang ada di Indonesia adalah:
lebih lanjut, melainkan penjajakan 51% lulusan SLTA atau SPG dengan
pengetahuan untuk dihafalkan, spesialisasi pendidikan TK, 10% SLTA atau
diungkapkan secara berkala dalam ujian SPG tanpa pendidikan tambahan
tertentu. spesialisasi TK, 30% berpendidikan empat

[163]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

tahun S1 dari berbagai jurusan, 6% dari sesuai memperlihatkan perilaku kelas yang
program D2 PGTK, dan 4.1% dari program lebih sesuai, kemampuan memimpin, serta
S1 pendidikan. Data menggambarkan kebiasaan belajar dan bekerja yang lebih
kualifikasi guru TK yang memadai dan baik di kelas satu, dibanding siswa yang
sesuai dengan bidang pekerjaannya memasuki TK dengan tidak mengacu
hanya 6% dan hanya kualifikasi lulusan D2. pada tahap perkembangan yang sesuai.
Tidak semua TK hanya berfokus pada
ketercapaian akademik. Penelitian yang SIMPULAN
dilakukan Agustin (2006) di sebuah TK Berdasarkan hasil penelitian dan
menghasilkan data, dari delapan pembahasan yang telah dilakukan,
kecerdasan jamak yang dimiliki anak, diperoleh simpulan sebagai berikut.
pada kecerdasan interpersonal yakni Pertama, profil keterampilan sosial siswa SD
kecerdasan yang berhubungan dengan berlatar belakang TK secara umum
situasi sosial, anak menunjukkan perilaku: berada pada kualifikasi tinggi, secara
a) senang bersosialisasi dengan teman kategori yaitu: environmental behavior
sebaya; b) memiliki kemampuan menjadi tergolong sedang, interpersonal behavior
pemimpin; c) memiliki empati kepada termasuk tinggi, self-related behavior
teman-temannya; dan d) cenderung tergolong tinggi, dan task-related behavior
memiliki banyak teman. TK yang termasuk tinggi. Profil keterampilan sosial
menerapkan proses belajar-mengajar siswa SD berlatar belakang non TK secara
yang mengacu pada semua tahap umum tinggi dan sedang, secara kategori
perkembangan anak, mampu yaitu: environmental behavior tergolong
memperlihatkan hasil yang lebih baik sedang, interpersonal behavior termasuk
terhadap perilaku anak di kelas satu, sedang, self-related behavior tergolong
seperti diungkapkan Harts, et al. (Santrock, sedang, dan task-related behavior
2004, p. 254): “In one study, the children termasuk sedang dan tinggi. Kedua, Tidak
who attended developmentally terdapat perbedaan rata-rata
appropriate kindergartens displayed more keterampilan sosial antara siswa SD
appropriate classroom behavior and had berlatar belakang TK dengan siswa SD
better conduct and better work and study berlatar belakang non TK, baik secara
habits in the first grade than did the umum, maupun tiap kategori.
children who attended developmentally
inappropriate kindergartens”. REFERENSI
Agustin, M. (2006). Profil kecerdasan jamak
anak usia dini di TK Laboratorium
Makna yang terkandung pada ungkapan
Universitas Pendidikan Indonesia.
di atas ialah, pada sebuah penelitian, Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan).
4(2), pp. 146-161.
anak yang memasuki TK dengan
mengacu pada perkembangan yang

[164]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…

Anwar & Ahmad, A. (2009). Pendidikan Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan).


anak usia dini (panduan praktis bagi ibu 5(1), pp. 35-46.
& calon ibu). Bandung: Alfabeta.
Mulyadi, S. (2008). Mengembangkan
Brigman, G. et al. (2001). Teaching children Kreativitas Anak Sejak Usia Dini.
school success skills. Journal Of Makalah pada Seminar
Educational Research. 92(6), pp. 323- Mengembangkan Kreativitas Anak
329. (Online). Tersedia: Sejak Usia Dini BEM KEMA Psikologi UPI.
http://www.studentsuccessskills.com/Bri Bandung.
gman,%20Lane,%20Lane.%20Switzer,%2
0and%20Lawrence%2099.pdf (10 Mulyana, R. (Ed.) (2004). Membangun
Oktober 2010). bangsa melalui pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Cartledge, G. & Milburn, J. A. (1986).
Teaching social skills to children Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
(innovative approaches). 2nd edition. 1990 tentang Pendidikan Dasar.
New York: Pergamon. (Online). Tersedia:
http://www.mappel.org/download-
Fajar. (2007). Keterampilan sosial pada document?gid=320 (10 Oktober 2010).
anak menengah akhir (Online).
Tersedia: Santrock, J. W. (2004). Life-span
http://f4jar.multiply.com/journal/item/19 development. 9th Edition. New York:
1/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Me McGraw-Hill.
nengah_Akhir (05 April 2011).
Semiawan, C. R. (2003). Pengembangan
Hamid, M. A. (2010). Pengaruh lingkungan rambu-rambu belajar sambil bermain
keluarga terhadap kepribadian anak. pada pendidikan anak usia dini. Buletin
(Online). Tersedia: PADU: Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini
http://www.uns.ac.id/data/sp4.pdfhttp: (Menu Pembelajaran PADU). 2(1), pp.
//mustofaabihamid.blogspot.com/2010 14-19.
/06/pengaruh-lingkungan-keluarga-
terhadap.html (20 Agustus 2011). Soekanto, S. (1990). Sosiologi keluarga
(tentang ikhwal keluarga, remaja, dan
Hidayat, H. (2003). Aktivitas mengajar anak anak). Jakarta: Rineka Cipta.
TK. Bandung: Katarsis.
Spodek, B. (1993). Handook of research on
Kartono, K. (Ed.) (1995). Kamus lengkap the education of young children. New
psikologi. Jakarta: Raja Grafindo York: Macmillan Publishing Company.
Persada.
Suherman. (Ed.) (2008). Konsep & aplikasi
Kurniati. E. (2006). Program bimbingan bimbingan dan konseling. Bandung:
untuk mengembangkan keterampilan Jurusan Psikologi Pendidikan dan
sosial anak melalui permainan Bimbingan Universitas Pendidikan
tradisional. Pedagogia (Jurnal Ilmu Indonesia.
Pendidikan). 4(2), pp. 112-128.
Syaodih, E. & Agustin, M. (2008). Bimbingan
Ma’ruf, H. (2010). Intervensi perilaku agresif dan konseling untuk anak usia dini
siwa melalui pembelajaran (Modul). Jakarta: Universitas Tebuka.
keterampilan sosial dan emosional.
(Online). Tersedia: http://hidayah- Syaodih, E. (2003). Bimbingan di taman
ilayya.blogspot.com/2009/08/intervensi- kanak-kanak. Bandung: Departemen
perilaku-agresif-aggressive_31.html (05 Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Oktober 2010). Pendidikan Tinggi Bagian Proyek
Peningkatan Pendidikan Tenaga
Mariyana, R. (2007). Kompetensi guru Kependidikan.
dalam pembelajaran berbasis
bimbingan di taman kanak-kanak.

[165]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

Syaodih, E. (2004). Peranan pengasuhan


orang tua, bimbingan guru, dan
interaksi teman sebaya terhadap
perkembangan perilaku sosial anak
taman kanak-kanak. Semarang: Unnes.

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (Online). Tersedia:
http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf (10 Oktober
2010).

Yusuf, S. & Nurihsan, A. J. (2008). Teori


kepribadian. Bandung: Remaja
Rosadakarya.

Yusuf, S. & Sugandhi, N. M. (2011).


Perkembangan peserta didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

[166]

You might also like