You are on page 1of 17

INOVASI PELAYANAN KESEHATAN PUBLIK AYO CETING (CEGAH

STUNTING) OLEH PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG


INNOVATION OF PUBLIC HEALTH SERVICES AYO CETING
(PREVENT STUNTING) BY ANDALAS PUBLIC HEALTH CENTRE
PADANG CITY

SARI NURUL FADHILAH


ADMINISTRASI PUBLIK, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
1710842016@student.unand.ac.id
Abstrack
This research was motivated by the occurrence of stunting cases at Puskesmas Andalas
by 26,9 percent, which exceeds the number of stunting cases in Padang City, which is 11,06
percent. Seeing this, Puskesmas Andalas seeks to control stunting by forming the Ayo Ceting
(Prevent Stunting) innovation. Ayo Ceting. Has three activities, namely yhe Pregnant Women
WhatsApp Group, Rumah Gizi, and Ayo Ceting Application. This study aims to describe the
Ayo Ceting Health Service Innovation (Prevent Stunting) by Puskesmas Andalas, Padang City.
This study uses the attribute theory proposed by Everett M Rogers which states that
there are five atributes of innovation, namely relative advantages, compability, complexity,
triability, and observability. This method used in this research is descriptive qualitative with
data collection techniques through interview. The results showes that the Ayo Ceting Health
Service Innovation (Prevent Stunting) generally went well. This can be seen from the
advantages in the form of effectiveness and efficiency of time, cost, and energy. There has been
an increase in the handling of stunting cases at Puskesmas Andalas after the implementation
of Ayo Ceting.
Keywords: Service Innovation, Health Services, Ayo Ceting
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya kasus stunting di Puskesmas Andalas
sebesar 26,9 persen yang melebihi angka kasus stunting Kota Padang yaitu 11,06 persen.
Melihat hal tersebut, Puskesmas Andalas berupaya mengendalikan stunting dengan
membentuk inovasi Ayo Ceting (Cegah Stunting). Ayo Ceting memiliki tiga kegiatan, yaitu
Grup WhatsApp Ibu Hamil. Rumah Gizi, dan Aplikasi Ayo Ceting. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting (Cegah Stunting) oleh
Puskesmas Andalas Kota Padang.
Penelitian ini menggunakan teori atribut yang dikemukakan oleh Everett M Rogers
yang menyatakan terdapat lima atribut inovasi yaitu relative advantages, compability,
complexity, triability, dan observability. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting (Cegah Stunting) secara umum
telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya keuntungan berupa efektivitas dan
efisiensi waktu, biaya, dan tenaga. Kemudian terdapatnya peningkatan penanganan kasus
stunting di Puskesmas Andalas setelah dilaksanakannya Ayo Ceting.
Kata Kunci: Inovasi Pelayanan, Pelayanan Kesehatan, Ayo Ceting
A. PENDAHULUAN
Pelayanan publik adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.1 Pelayanan publik terdiri dari tiga jenis yaitu pelayanan jasa,
pelayanan administratif, dan pelayanan barang. Pelayanan administratif adalah pelayanan yang
menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status
kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau kepenguasaan terhadap suatu
barang. Sedangkan pelayanan barang merupakan pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jenis barang yang digunakan oleh publik misalnya jaringan, jalan, dan air. Pelayanan
jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik,
misalnya pendidikan, kesehatan, dan transportasi.2

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik terdapat standar pelayanan yang harus diikuti
oleh penyelenggara pelayanan baik secara kelembagaan maupun secara personal(T, Bake, &
Alam, 2018). Standar pelayanan merupakan pedoman atau acuan yang digunakan dalam
melaksanakan pelayanan dan penilaian kualitas pelayanan. Adapun komponen dalam standar
pelayanan antara lain prosedur, kepastian waktu penyelesaian pelayanan, biaya, produk
pelayanan, sarana, fasilitas, dan evaluasi kinerja pelaksana(Ervany & Romi, 2018). Dengan
ditetapkan dan diterapkannya standar pelayanan hendaknya pelayanan publik menjadi lebih
berkualitas, efektif, dan efisien.

Di Indonesia pelayanan publik berlandaskan kepada UU No 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik. Penyelenggaraan pelayanan publik cenderung mengarah ke stereotype
negatif seperti berbelit-belit, tidak ramah, tidak transparan, dan sebagainya(Asrinaldi, 2019).
Dengan demikian diperlukan perbaikan pelayanan publik dengan memperhatikan kebutuhan
masyarakat dan menyesuaikannya dengan perkembangan teknologi. Perbaikan pelayanan
publik dapat dilakukan dengan menciptakan inovasi.

Inovasi merupakan suatu proses pengembangan dan pemanfaatan suatu produk atau
sumber daya yang telah ada sebelumnya sehingga memiliki nilai yang lebih dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Menurut Galbraith dan Schon dalam Perwira (2014),
inovasi sebagai proses dari penggunaan teknologi baru ke dalam suatu produk sehingga
mempunyai nilai tambah(Yanuar, 2019). Dalam Bab 21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah daerah dapat melakukan inovasi dalam upaya
peningkatan kinerja penyelenggaraan di daerahnya. Dengan demikian, pemerintah daerah
diberikan kebebasan untuk menerapkan inovasi, sehingga pemerintah dapat meningkatkan
kinerjanya melalui inovasi.

1
UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
2
KEPMEN PAN NO 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Untuk memotivasi pemerintah daerah dalam berinovasi, Kementerian Dalam Negeri
menyelenggarakan Innovative Government Award (IGA). IGA merupakan penghargaan yang
diberikan kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota yang berhasil melakukan
inovasi di daerah. IGA diselenggarakan sejak Tahun 2007 untuk mendorong kompetisi positif
antar pemerintah provinsi, maupun antar pemerintah kabupaten/kota dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya perlombaan terkait inovasi, akan
mendorong pemerintah daerah untuk menciptakan inovasi sehingga akan meningkatkan
kualitas pelayanan publik.

Penghargaan IGA tingkat provinsi diraih oleh Provinsi Sumatera Barat secara berturut-
turut sejak Tahun 2018 hingga 2020. Provinsi Sumatera Barat merupakan satu-satunya provinsi
diluar Pulau Jawa yang masuk kategori terbaik dalam melakukan inovasi pelayanan. Provinsi
Sumatera Barat memiliki tujuh inovasi terbaik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
publik dan pemberdayaan masyarakat. Inovasi terbaik tersebut antara lain ADO (Apoteker
Selalu Ado) oleh RSUD M Natsir, PHBM (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat) oleh
Dinas Kehutanan Sumatera Barat, Absensi online oleh Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Sumatera Barat, TUAN O (Toko Untuk Jualan Online) oleh Dinas Koperasi dan
UMKM, Samsat Malming oleh Badan Keuangan Daerah, InLOVEST yang diinisiasikan oleh
DPMPTSP dan Gelar Pangan Murah oleh Dinas Pangan.3 Dengan demikian, terlihat adanya
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam menciptakan berbagai
inovasi pelayanan publik.

Kota Padang sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat juga memiliki prestasi terkait
inovasi. Kota Padang meraih penghargaan Innovative Government Awards (IGA) Tahun 2020.4
Kota Padang meraih penghargaan IGA kategori Pemerintah Daerah sangat inovatif. Kota
Padang juga meraih penghargaan Top Digital Implementation 2020 on City Government Level
Stars 4, Top Digital Transformation Readness Tahun 2020, dan Top Leader on Digital
Implementation 2020. Berdasarkan prestasi inovasi yang diraih oleh Kota Padang menandakan
adanya keseriusan untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam meningkatkan kinerja
pemerintahan.

Penerapan inovasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Padang salah


satunya dilakukan oleh Puskesmas Andalas. Puskesmas Andalas membentuk inovasi Ayo
Ceting (Cegah Stunting). Ayo Ceting dilaksanakan pada Februari Tahun 2019 dan pada Tahun
2020, Ayo Ceting masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik.5 Ayo Ceting merupakan program
berbasis android yang bertujuan untuk menurunkan angka stunting melalui peningkatan
pengetahuan dan pemahaman mengenai stunting.6

Stunting merupakan kondisi tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya yang
diakibatkan oleh kurang gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yang akan berdampak terhadap
kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Menurut WHO, dalam jangka pendek

3
Sumbarprov.go.id
4
Tempo.co. diakses di https://bisnis.tempo.co/read/1418000/mari-merawat-ukiran-prestasi-
padang/full&view=ok pada 28 Februari 2021
5
www.menpan.go.id
6
https://www.menpan.go.id/
stunting menyebabkan peningkatan kejadian kesakitan dan kematian serta tidak optimalnya
perkembangan kognitif atau kercerdasan, motorik, dan verbal. Sedangkan dalam jangka
panjang stunting berdampak pada postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, peningkatan
resiko obesitas, dan penyakit degeneratif lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, tidak
optimalnya kapasitas belajar dan performa saat masa sekolah, dan tidak maksimalnya
produktivitas serta kapasitas kerja(Yadika, Berawi, & Nasution, 2019). Dengan demikian,
stunting harus dikendalikan.

Selain disebabkan oleh permasalahan gizi, stunting juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain(Sutarto, Diana Mayasari, 2018):
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Kurangnya pengetahuan ibu terkait kesehatan dan gizi sebelum dan sesudah masa
kehamilan, serta serta sesudah melahirkan.
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal Care dan pembelajaran
dini yang berkualitas
3. Kurangnya akses rumah tangga/keluarga terhadap makanan bergizi
4. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi

Angka stunting Indonesia lebih buruk dibandingkan Afrika sehingga ini menjadi salah
satu prioritas masalah kesehatan Indonesia.7 Indonesia menempati peringkat keempat terbesar
di dunia dalam kasus stunting. Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Tahun 2018
menunjukkan jumlah kasus stunting nasional sebesar 30,8 persen. Stunting dianggap sebagai
masalah kesehatan apabila prevalensi stunting berada pada rentang 30-39 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia mengalami masalah kesehatan masyarakat yang berat dalam
kasus stunting.

Berdasarkan profil kesehatan Kota Padang Tahun 2016, jumlah kasus Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dan gizi buruk paling tertinggi terdapat di Puskesmas Andalas dengan 44
kasus BBLR dan 18 kasus gizi buruk. Sementara itu, kasus stunting Kota Padang sebesar 11.06
persen, dan Puskesmas Andalas memiliki jumlah kasus stunting mencapai 26.9 persen.
Walaupun masih dibawah kasus nasional, kasus stunting di Puskesmas Andalas jauh melebihi
kasus Kota Padang. Dengan demikian diperlukan upaya serius untuk mempercepat penurunan
stunting di wilayah Puskesmas Andalas.

Pengawasan gizi yang kurang optimal pada ibu hamil dan balita mengakibatkan
tingginya kasus stunting dan gizi di Puskesmas Andalas.8 Selain itu, akses masyarakat ke
layanan gizi masih rendah. Melihat kasus tersebut, Puskesmas Andalas membentuk inovasi
Ayo Ceting untuk memperbaiki asupan gizi anak dengan masalah gizi dan stunting. Ayo Ceting
dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu Grup WhatsApp Ibu Hamil. Rumah Gizi, dan
Aplikasi Ayo Ceting.

Dibentuknya rumah gizi dilatarbelakangi oleh beberapa kabupaten di Sumatera Barat,


anak-anak mengalami stunting yang salah satunya di Pasaman Timur. Pada Puskesmas Andalas

7
Puskesmasandalas.go.id
8
Menpan.go.id
Kota Padang, kasus stunting dan gizi buruk juga ditemukan. Melihat kasus tersebut, Puskesmas
Andalas membentuk inovasi rumah gizi untuk memperbaiki asupan gizi anak dengan masalah
gizi dan stunting. Rumah gizi merupakan wadah untuk melaksanakan kegiatan berupa praktek
pengolahan makanan dan edukasi pola asuh pada bayi dan balita. Bahan pangan yang
digunakan dalam pengolahan makanan merupakan hasil tanaman yang dibudidayakan dirumah
gizi dan masyarakat. Dengan demikian, bahan makanan yang diolah lebih terjamin mutunya
karena berasal dari hasil tanaman sendiri. Selain itu, balita dapat melakukan timbang berat
badan di rumah gizi tanpa harus melakukan penimbangan dirumah gizi. Dengan demikian akan
mempermudah ibu balita mengetahui perkembangan berat badan anaknya tanpa harus pergi ke
puskesmas.

Grup WhatsApp Ibu Hamil adalah media komunikasi yang beranggotakan ibu hamil di
Kecamatan Padang Timur. Grup WhatsApp digunakan untuk berdiskusi dan setiap minggu
terdapat diskusi dengan dokter spesialis. Topik diskusi ditentukan dari hasil voting anggota
grup. Dengan demikian terdapat pembaruan topik sehingga pengetahuan ibu hamil akan
meningkat.

Aplikasi Ayo Ceting yaitu aplikasi yang bertujuan sebagai media edukasi terkait
pencegahan stunting. Selain itu, pada Aplikasi Ayo Ceting dapat melakukan layanan konsultasi
dengan dokter yang nantinya langsung terhubung dengan chat WhatsApp dokter yang akan
melayani. Aplikasi Ayo Ceting dapat di download di playstore dan digunakan kapan saja.
Dengan adanya pelayanan berbasis android akan menciptakan efektifitas dan efisiensi karena
masyarakat tidak perlu datang ke puskesmas sehingga sangat cocok digunakan di masa
pandemi.

Berdasarkan uraian latarbelakang diatas, maka rumusan masalah dalam artikel yang
berjudul Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting (Cegah Stunting) oleh Puskesmas Andalas
Kota Padang adalah bagaimana Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting (Cegah Stunting)
oleh Puskesmas Andalas Kota Padang?

B. METODE PENELITIAN
Artikel Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting (Cegah Stunting) oleh Puskesmas
Andalas Kota Padang menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati. Dalam memperoleh data atau informasi
yang diperlukan maka diperlukan teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi yang dilakukan dengan informan.

C. KERANGKA TEORI
Pelayanan Publik
Kotler menyatakan pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
perkumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik(Pratama, 2015). Pelayanan merupakan implementasi dari kewajiban
pemerintah untuk memenuhi hak-hak masyarakat(Anjelita Egla, 2018). Pelayanan publik
adalah melayani keperluan masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
tertentu(Hasanah, 2019). Menurut KEPMENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan
publik adalah segala pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Sedangkan menurut Ratminto dan Winarsih, pelayanan publik adalah segala bentuk
jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan
lingkungan BUMN atau BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan(Widya, Ningrum, & Hermayanty,
2018). Hardiansyah mengemukakan pelayanan publik adalah melayani keperluan orang atau
masyarakat atau organisasi yang memiliki kepentingan pada organisasi, sesuai dengan aturan
pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada
penerima layanan.

Berdasarkan pengertian pelayanan publik diatas dapat disimpulkan pelayanan publik


adalah segala bentuk layanan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat. Menurut Mahmudi, pelayanan publik dibedakan menjadi dua kategori.
Pertama pelayanan kebutuhan dasar yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan bahan
kebutuhan pokok masyarakat. Dan yang kedua pelayanan umum yang meliputi pelayanan
administratif, pelayanan barang, dan pelayanan jasa(Ogotan, 2016).

Kualitas Pelayanan
Evans dan Linsay menyatakan kualitas pelayanan adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Moenir (2001:197) berpendapat bahwa kualitas pelayanan yang dapat
memuaskan masyarakat yang dilayani harus dapat memenuhi empat persyaratan pokok yaitu
tingkah laku yang spontan, cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang
seharusnya diterima, waktu menyampaikan yang tepat, dan keramahtamahan(Tulusan, 2017).
Menurut Tcipto kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan
masyarakat(Luh, Puspitasari, & Bendesa, 2016). Pada dasarnya pelayanan publik bertujuan
untuk memuaskan masyarakat dengan berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Menurut Yogi dan Ikhsan (2006), kualitas pelayanan dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang. Pertama product based, yaitu kualitas pelayanan didefinisikan sebagai suatu fungsi
yang spesifik dengan variabel pengukuran yang berbeda terhadap karakteristik produknya,
Selanjutnya user based, yaitu dimana kualitas pelayanan adalah tingkatan kesesuaian
pelayanan dengan yang diinginkan oleh pelanggan. Yang terakhir yaitu value based, yaitu
berhubungan dengan kegunaan atau kepuasan atas harga(Siregar, 2014). Pemerintah tidak
hanya dituntut untuk memberikan pelayanan yang sesuai standar, namun juga harus
memberikan pelayanan prima yang mengedepankan kualitas(Botutihe, 2017). Pelayanan yang
prima dapat dilihat dari(Robi Cahyadi, 2016):
a. Transparansi
Transparansi yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah, dapat memadai serta
mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional
Kondisional yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif
Partisipatif yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan
harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak
Kesamaan hak merupakan pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari
aspek apapun. Khususnya ras, suku, agama, golongan, dll.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban
Yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik

Inovasi Pelayanan Publik


Inovasi berasal dari bahasa latin yaitu innovate dan dari bahasa inggris yaitu innovate
yang berarti berubah sesuatu yang menjadi baru. Menurut PERMENPAN dan RB Nomor 30
Tahun 2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi pelayanan publik adalah
terobosan jenis pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif original dan/atau
adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Menurut Everett M Rogers, inovasi merupakan sebuah ide, praktek, atau objek yang
dianggap baru oleh individu atau unit adopsi lainnya. Kemudian Khairul Muluk berpendapat
inovasi merupakan instrumen untuk mengembangkan cara baru dalam menggunakan sumber
daya dan memenuhi kebutuhan secara lebih efektif. Sedangkan menurut Susanto, inovasi tidak
hanya sebatas membangun dan memperbarui namun juga dapat didefenisikan secara luas,
memanfaatkan ide-ide baru menciptakan produk, proses, jasa, dan layanan.

Menurut Muluk terdapat lima jenis inovasi organisasi sektor publik yaitu(Yanuar,
2019):
1. Inovasi Produk pelayanan
a. Perubahan bentuk

Menurut Muluk, bentuk dari produk pelayanan yaitu berupa barang dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan peraturan perundangundangan yang
berlaku. Perubahan bentuk tidak hanya berupa perubahan fisik tapi juga non fisik.
b. Desain produk pelayana
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata desain berarti bentuk atau rancangan.
Dengan kata lain desain produk pelayanan adalah kerangka bentuk atau rancangan
dari produk pelayanan yang dibuat.
2. Inovasi Proses Pelayanan
a. Perubahan organisasi

Perubahan organisasi merupakan pergantian atau peralihan keadaan organisasi dari


kondisi sebelumnya ke kondisi baru yang bertujuan memperbaiki keadaan organisasi
dan meningkatkan kemampuan serta kinerja organisasi.
b. Perubahan prosedur
Prosedur merupakan tahapan untuk meneyelesaikan suatu aktivitas. Perubahan
prosedur pelayanan adalah perubahan dalam langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mendapatkan pelayanan.
c. Perubahan kebijakan

Untuk memulai inovasi sebuah organisasi membutuhkan perubahan kebijakan


karena dalam menciptakan sebuah inovasi dibutuhkan kebijakan dari pembuat
kebijakan.
3. Inovasi Metode Pelayanan
a. Visi Misi

Visi artinya hal yang ingin dicapai atau cita-cita yang ingin dicapai, sedang Misi
berati langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai Visi. Visi dan Misi akan
menjadi pedoman untuk menentukan kebijakan yang akan dibuat.
b. Tujuan Baru

Ketika ada inovasi maka akan terbentuk tujuan baru yang akan memperbaiki
kekurangan dari tujuan sebelumnya. Tujuan baru akan membuat kualitas pelayanan
publik menjadi lebih baik.
c. Strategi Baru

Strategi adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan kata lain strategi
adalah cara-cara yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan.
4. Inovasi Sistem Pelayanan
a. Interaksi Sistem
Interaksi sistem adalah cara baru dalam berinteraksi yaitu antara actor dan sistem
pemerintahan.
b. Perubahan tata kelola pemerintahan
Tata kelola pemerintahan yang baik adalah pedoman penyelenggaraan pelayanan.
Inovasi pelayanan yang dibuat didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik
yang berat melayani masyarakat secara baik.
Sedangkan Everett M Rogers mengemukakan atribut inovasi terdiri dari:

1. Relative Advantage atau keuntungan relatif


Inovasi lebih baik daripada yang diterapkan sebelumnya, memiliki nilai lebih atau
keunggulan dibandingkan inovasi sebelumnya
2. Compability atau kesesuaian
Inovasi konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu atau ide dan
keadaan sebelumnya.
3. Complexity atau kerumitan
Tingkat inovasi dianggap sulit untuk dipahami dan digunakan (memiliki kendala).
Inovasi yang baru memungkinkan tingkat kerumitan lebih tinggi dibandingkan
inovasi sebelumnya.
4. Triability atau kemungkinan dicoba
Sejauh mana inovasi dapat di uji cobakan secara terbatas. Inovasi yang ada harus
diuji dan dicoba terlebih dahulu untuk dilihat keuntungan dan nilai lebih yang
dimiliki
5. Observasibility atau kemudahan diamati
Inovasi dapat diamati, dipahami, dan dikomunikasikan dengan orang lain dengan
mudah

Atribut inovasi yang dikemukakan oleh Everett M Rogers tersebut relevan untuk
mengukur Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting oleh Puskesmas Andalas Kota Padang
karena mengintegrasikan perbandingan kemudahan dan keuntungan antara inovasi yang baru
dengan inovasi sebelumnya. Inovasi Ayo Ceting merupakan bentuk pelayanan kesehatan baru
yang tidak hanya memiliki dampak terhadap pihak Puskesmas Andalas tetapi juga masyarakat
sebagai kelompok sasaran. Berdasarkan uraian diatas, desain penelitian ini memasukan atribut
inovasi dari Everett M Rogers untuk mengukur Inovasi Pelayanan Kesehatan Ayo Ceting oleh
Puskesmas Andalas Kota Padang.

D. Hasil dan Pembahasan


Penelitian Inovasi Ayo Ceting oleh Puskesmas Andalas Kota Padang dianalisis
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Everett M Rogers yaitu atribut inovasi. Atribut
inovasi adalah karakteristik yang terdapat pada inovasi. Menurut Everett M Rogers,
karakteristik inovasi dapat mempengaruhi bagaimana inovasi dapat diterima. Everett M Rogers
mengemukakan 5 (lima) atribut inovasi yaitu:

1. Relative Advantage atau keuntungan relatif


Menurut Everett M Rogers inovasi merupakan sejauh mana dilihat lebih baik
daripada ide sebelumnya yang digantikan. Inovasi harus memiliki nilai lebih atau
keuntungan dibandingkan sebelum dilaksanakan inovasi. Ayo Ceting merupakan
inovasi Puskesmas Andalas berupa layanan kesehatan secara online yang bertujuan
untuk mengendalikan stunting di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Ayo Ceting
dilakukan dengan mengedukasi kelompok sasaran dalam mengendalikan stunting.
Terdapat perbedaan pelayanan offline dengan pelayanan online yang
menggunakan Ayo Ceting. Dengan pelayanan offline, masyarakat harus datang ke
puskesmas dengan membawa syarat-syarat administratif dan pihak puskesmas
menyediakan kertas berisi form pendaftaran pelayanan. Kemudian masyarakat
mengantri untuk dapat menerima pelayanan dengan dokter.
Sedangkan pelayanan online yang menggunakan Ayo Ceting dilaksanakan
dengan menggunakan android. Untuk menerima pelayanan, masyarakat mendaftar atau
login pada aplikasi Ayo Ceting. Kemudian menekan tools chat dokter. Setelah itu akan
terbuka whatsApp chat bersama dokter dan masyarakat dapat langsung berkonsultasi
dengan dokter melalui chatting.
Pemerintah dapat memperoleh data ibu hamil, bayi, dan balita dalam wilayah
kerja selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Dengan demikian akan menciptakan
efektivitas karena pemerintah dapat memperoleh pembaharuan data yang berkelanjutan
setiap saat. Selain itu dengan dilakukannya secara online akan mengurangi penggunaan
kertas yang berisi form dan data masyarakat dalam melakukan pendataan. Form yang
digunakan secara manual rentan terjadinya kerusakan dan sulit untuk didistribusikan.
Dengan demikian Ayo Ceting akan mempermudah proses layanan baik dari kelompok
sasaran maupun implementor serta menciptakan efektifitas dan efisiensi.
Sejak dilaksanakannya Ayo Ceting terjadi peningkatan penanganan kasus
stunting. Hal ini dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 1
Perbedaan Sebelum dan Sesudah Dilaksanakan Ayo Ceting
350
300
250
200
150
100
50
0
Sebelum Sesudah

Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui terjadinya peningkatan dalam


jumlah penanganan kasus stunting. Sebelum dilaksanakan Program Ayo Ceting,
Puskesmas Andalas berhasil menurunkan kasus stunting sebanyak 121 orang.
Sedangkan sesudah dilaksanakan Ayo Ceting, Puskesmas Andalas berhasil
menurunkan kasus stunting sebanyak 289 orang. Dengan demikian Ayo Ceting dapat
meningkatkan dalam mengendalikan kasus stunting.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui, Ayo Ceting dapat memenuhi
variabel relative advantage atau keuntungan relatif. Hal ini dikarenakan Ayo ceting
menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam proses pelayanan, baik dari kelompok
sasaran maupun implementor. Kemudian Ayo Ceting memiliki nilai lebih atau
keuntungan dibandingkan sebelum dilaksanakan inovasi yaitu terjadi peningkatan
jumlah penanganan kasus stunting.
2. Compatibility atau kesesuaian
Menurut Everett M Rogers, kesesuaian dapat dilihat dari kekonsistenan dan
sesuai dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, serta sesuai dengan
kebutuhan yang ada. Nilai merupakan suatu konsep yang diterima atau didukung oleh
organisasi. Dengan demikian, inovasi lebih mudah diterima jika sesuai dengan nilai
atau konsep yang diterima oleh organisasi. Inovasi relatif sulit dilaksanakan jika
bertentangan dengan nilai.
Dalam pelaksanaan Ayo Ceting dapat dikatakan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang ada di dalam Puskesmas Andalas maupun nilai-nilai yang ada di Kota
Padang. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan dr Ulfia Izzati sebagai KAI Anak di
Puskesmas Andalas:

“Ayo Ceting ini diatur oleh perwako dan SK Kadis, dalam


pelaksanaannya tidak ada yang bertentangan dengan peraturan-
peraturan karena kami bersifat pelayanan publik jadi pasti sesuai”9

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui Ayo Ceting tidak bertentangan


dengan salah satu nilai yang ada Kota Padang. Ayo Ceting diatur oleh Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Nomor 800/195A/Sekre-Umum/2019.
Kemudian juga diatur oleh Peraturan Wali Kota Padang Nomor 64 Tahun 2020 Tentang
Inovasi Ayo Cegah Stunting untuk Seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Sekota
Padang. Ayo Ceting mendapatkan pendanaan dari swadaya masyarakat dan didukung
oleh Biaya Operasional Kegiatan (BOK) dan BLUD Puskesmas.
Ayo Ceting dilatarbelakangi oleh kasus balita yang kekurangan gizi di
Kecamatan Padang Timur. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah memiliki kasus gizi
kurang terbanyak pada Tahun 2018. Melihat permasalahan tersebut, Puskesmas
Andalas membentuk inovasi rumah gizi. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang
melaunching rumah gizi di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah pada 22 Juni Tahun
2019 yang dihadiri oleh Sekretaris Camat Padang Timur, Lurah Kubu Dalam Parak
Karakah, kader kesehatan, ibu yang memiliki bayi serta ibu balita yang mengalami gizi
kurang di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah. Dengan dibentuknya rumah gizi di
Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah menandakan terdapatnya kesuaian dengan
permasalahan kasus gizi kurang terbanyak pada Tahun 2018.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap masyarakat disimpulkan
bahwa kemiskinan bukan menjadi penyebab utama kekurangan gizi karena ditemukan
beberapa keluarga miskin yang memiliki anak yang sehat karena menerapkan pola asuh
yang baik.10 Rumah gizi adalah wadah yang dibentuk secara swadaya untuk
mengendalikan kasus gizi dengan pemberdayaan masyarakat yang sebagai penggerak

9
Hasil wawancara dengan dr Ulfia Izzati sebagai KAI Anak Puskesmas Andalas Kota Padang pada 09 Maret
2021 pukul 10.30 WIB
10
Puskesmasandalas.padang.go.id
utamanya. Pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
mengintervensi kasus gizi kurang pada balita secara mandiri. Dengan demikian,
penyelenggaraan rumah gizi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat terkait gizi memiliki kesesuaian dengan hasil survei yang menyimpulkan
pola asuh yang baik mempengaruhi tingkat kesehatan anak.
Berdasarkan compability menurut Everett M Rogers, dapat disimpulkan bahwa
pada Ayo Ceting terdapatnya kekonsistenan, sesuai dengan nilai-nilai yang ada,
pengalaman masa lalu, serta sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini dapat dilihat
dari pelaksanaan ayo ceting yang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan di
Puskesmas Andalas maupun Kota Padang. Ayo ceting memiliki kesesuaian dengan
kebutuhan, hal ini dilihat dari dibentuknya rumah gizi di Kelurahan Kubu Dalam Parak
Karakah yang merupakan daerah dengan kasus gizi kurang terbanyak pada Tahun 2018.

3. Complexity atau kerumitan


Menurut Everett M Rogers, kerumitan adalah tingkat inovasi dianggap sulit
untuk dapat dipahami dan digunakan. Inovasi yang lebih baru cenderung dinilai
memiliki kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan inovasi yang sebelumnya. Hal ini
melihat kendala yang dihadapi dalam menjalankan inovasi. Semakin rumit suatu
inovasi maka semakin sulit digunakan oleh masyarakat.
Sebelum dilaksanakannya Ayo Ceting, Puskesmas Andalas melaksanakan
pelayanan secara offline. Pelayanan secara offline dilakukan dengan memberikan
pelayanan secara langsung kepada masyarakat. Masyarakat harus datang ke Puskesmas
Andalas dengan membawa persyaratan administratif. Kemudian masyarakat mengantri
dan setelah itu dapat melakukan konsultasi dengan dokter.
Pelayanan yang diberikan melalui Ayo Ceting dapat dilakukan tanpa harus
datang ke puskesmas serta dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Pelayanan
diberikan melalui Aplikasi Ayo Ceting dan Whats App. WhatsApp dan aplikasi Ayo
ceting yang bersifat online sehingga memerlukan jaringan.
Dalam penggunaannya, masyarakat dapat mengakses Ayo Ceting dengan
mendownload aplikasi ayo ceting. Setelah di download, kemudian masyarakat akan
memasuki laman pendaftaran dan login. Apabila masyarakat telah memiliki akun maka
dapat login dengan memasukkan username dan password. Apabila belum memiliki
akun dapat memilih tools Daftar untuk melakukan pendaftaran agar memiliki akun.
Untuk melakukan pendaftaran, masyarakat akan mengisi nomor KTP/BPJS, nomor HP,
username, password, rentang usia, dan fasilitas kesehatan.
Setelah login akan muncul laman yang berisi edukasi seputar stunting. Hal ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1
Laman Pertama Aplikasi Ayo Ceting

Sumber: Aplikasi Ayo Ceting

Selain infomasi seputar stunting, terdapat edukasi pencegahan stunting,


pemantauan gizi dan setting aplikasi. Pencegahan stunting merupakan tools edukasi
yang terdiri dari persiapan pra nikah, pola makan gizi bayi balita, pola asuh, dan
sanitasi. Pemantauan gizi merupakan tools yang terdiri dari pemantauan ibu hamil dan
bayi balita. Tools pemantauan gizi berisi data yang diisi oleh masyarakat dan di periksa
oleh pihak puskesmas. Data yang akan diisi oleh masyarakat dalaam pemantauan gizi
ibu hamil dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2
Data Pemantauan Gizi Ibu Hamil

Sumber: Aplikasi Ayo Ceting

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui data tidak harus diisi oleh ibu hamil.
Artinya orang yang bersangkutan dengan ibu hamil dapat mengisi data ibu hamil.
Apabila terdapat permasalahan terkait gizi ibu hamil dan balita maka pihak puskesmas
melakukan kunjungan ke rumah (home care). Dengan demikian, adanya aplikasi Ayo
Ceting akan mempermudah pihak puskesmas melakukan pemantauan dan melakukan
tindakan terhadap masyarakat yang rentan terkena stunting.
Konsultasi dengan dokter dapat juga dilakukan melalui aplikasi Ayo Ceting.
Layanan konsultasi dengan dokter di aplikasi Ayo Ceting dapat dilakukan dengan
memilih tools chat dokter yang berada pada laman pertama setelah login aplikasi.
Setelah itu akan terhubung secara langsung dengan dokter pada ruang chatting
WhatsApp. Masyarakat dapat melakukan konsultasi melalui chatting di WhatsApp
dengan dokter. Dengan demikian aplikasi ayo ceting tidak memiliki kerumitan untuk
digunakan oleh masyarakat sebagai pengguna layanan karena memberikan kemudahan
untuk berkomunikasi dengan dokter.
Berdasarkan pemaparan diatas, Ayo ceting tidak sulit untuk dipahami dan
digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari layanan
konsultasi dengan dokter pada aplikasi Ayo Ceting dapat terhubung secara langsung
dengan room chat dokter yang akan memberikan pelayanan. Dengan demikian, ayo
ceting memberikan kemudahan kepada masyarakat sebagai pengguna layanan untuk
memperoleh edukasi dan melakukan komunikasi dengan dokter perihal pelayanan
kesehatan. Kemudian bagi pihak puskesmas akan mempermudah proses peninjauan
sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat.

4. Triability atau kemungkinan dicoba

Inovasi penting untuk diuji dan dicoba sebelum diterapkan agar dapat diterima
oleh masyarakat. Inovasi yang akan dilakukan harus diuji coba agar dapat dilihat nilai
lebih atau keuntungan dibandingkan dengan sebelumnya. Aplikasi Ayo Ceting yang
berbasis android akan mempermudah masyarakat menerima pelayanan. Kunjungan
puskesmas ibu hamil, bayi, dan balita yang rendah terutama saat Covid19 yang
membatasi gerak masyarakat membuat kunjungan semakin rendah. Melalui pelayanan
yang dapat dilakukan secara online, masyarakat dapat menerima pelayanan tanpa harus
ke puskesmas melalui aplikasi Ayo Ceting. Dengan demikian Ayo Ceting yang
dilakukan secara online sejalan dengan kebijakan physical distancing.
Ayo ceting yang telah di launching pada 22 Juni Tahun 2019 di Kelurahan Kubu
Dalam Parak Karakah, sebelumnya telah di uji coba terlebih dahulu di Puskesmas
Andalas. Hal ini disampaikan oleh dr Ulfia Izzati sebagai KAI Anak sebagai berikut:

“Sebelum diterapkan ke masyarakat ada uji cobanya, uji


cobanya ke pihak puskesmas yaitu ke kader”11

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui sebelum dilaksanakan


oleh masyarakat, ayo ceting telah di uji coba terlebih dahulu oleh Puskesmas Andalas.

11
Hasil wawancara dengan dr Ulfia Izzati sebagai KAI Anak Puskesmas Andalas Kota Padang pada 09 Maret
2021 pukul 10.30 WIB
Uji coba dilakukan kepada kader untuk melihat apakah ayo ceting sudah layak untuk
diterapkan dan digunakan. Hal ini diperkuat dengan Gambar 3 berikut ini:

Gambar 3
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Sumber: Puskesmas Andalas Kota Padang


Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui kegiatan uji coba dilakukan pada
Bulan November dan Desember 2019. Hal ini tentunya sesuai dengan teori Everett M
Rogers yang mengatakan bahwa inovasi harus di uji cobakan terlebih dahulu untuk
dapat dilihat keuntungannya.

5. Observability atau kemudahan diamati


Observability adalah sejauh mana inovasi dapat dilihat dan diamati oleh orang
lain. Inovasi dapat mudah diamati dan dipahami oleh orang lain. Inovasi perlu diamati
bagaimana ia bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baik. Inovasi yang mudah diamati
akan mudah diterima oleh masyarakat.
Agar Ayo Ceting mudah diamati dan dipahami oleh masyarakat, Puskesmas
Andalas melakukan berbagai sosialisasi. Sosialisasi dilakukan pada 9 juli 2020 di
Ruang Serbaguna Bagindo Aziz Chan, Balai Kota Padang. Sosialisasi dilakukan oleh
Walikota Padang, Kepala Dinas Pendidikan, dan Kepala Puskesmas Andalas. Selain itu
juga terdapat sosialisasi aplikasi yang dilakukan oleh promkes dari Puskesmas Andalas
kepada masyarakat. Kemudian sosialisasi dilakukan setiap bulan melalui kelas ibu
hamil dan bayi balita. Sosialisasi ini dilakukan oleh tim inovasi, promkes, pembina
wilayah, dan manajer kelurahan. Meskipun telah melakukan sosialisasi beberapa kali,
namun masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui ayo ceting. Hal ini dapat
diketahui pada kutipan wawancara berikut ini:
“Kendalanya sosialisasi masyarakat yang dilakukan masih
kurang karena tidak semua masyarakat mengetahui ayo
ceting.”12
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa tidak seluruh
masyarakat mengetahui ayo ceting. Dengan demikian sosialisasi yang dilakukan oleh
Puskesmas Andalas belum berjalan optimal. Hal ini hendaknya menjadi pertimbangan
untuk perbaikan agar masyarakat dapat mengetahui dan melaksanakan ayo ceting.
Tools pemantauan gizi ibu hamil yang terdapat pada aplikasi ayo ceting akan
mempermudah mengamati masyarakat yang rentan terkena stunting. Puskesmas
Andalas sebagai penanggungjawab ayo ceting dapat merespon dengan cepat setiap

12
Hasil wawancara dengan dr Ulfia Izzati sebagai KAI Anak Puskesmas Andalas Kota Padang pada 09 Maret
2021 pukul 10.30 WIB
keluhan masyarakat atau masalah gizi masyarakat yang terdata. Setiap kasus gizi yang
terdapat pada ibu hamil, bayi, dan balita akan didata dan dikunjungi untuk diintervensi
agar tidak terkena stunting. Dengan demikian aplikasi ayo ceting menciptakan
kemudahan bagi Puskesmas Andalas untuk melakukan pemantauan.
Hal ini sesuai dengan teori Everett M Rogers yang menyatakan bahwa inovasi
dapat dilihat dan diamati oleh orang lain. Dengan aplikasi ayo ceting mempermudah
Puskesmas Andalas melakukan peninjauan terhadap masyarakat sehingga dapat
mengambil tindakan dengan cepat terhadap masyarakat yang rentan terkena stunting.

KESIMPULAN
Stunting merupakan kondisi tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya yang
diakibatkan oleh kurang gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yang akan berdampak terhadap
kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. Dalam jangka pendek stunting menyebabkan
peningkatan kejadian kesakitan dan kematian serta tidak optimalnya perkembangan kognitif
atau kercerdasan, motorik, dan verbal. Sedangkan dalam jangka panjang stunting berdampak
pada postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, peningkatan resiko obesitas, dan penyakit
degeneratif lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, tidak optimalnya kapasitas belajar dan
performa saat masa sekolah, dan tidak maksimalnya produktivitas serta kapasitas kerja.

Pengawasan gizi yang kurang optimal pada ibu hamil dan balita mengakibatkan
tingginya kasus stunting dan gizi di Puskesmas Andalas. Selain itu, akses masyarakat ke
layanan gizi masih rendah. Melihat kasus tersebut, Puskesmas Andalas membentuk inovasi
Ayo Ceting untuk memperbaiki asupan gizi anak dengan masalah gizi dan stunting. Ayo Ceting
dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu Grup WhatsApp Ibu Hamil. Rumah Gizi, dan
Aplikasi Ayo Ceting.

Berdasarkan teori Everett M Rogers yang terdiri dari relative advantages, compability,
complexity, triability, dan observability, Ayo Ceting sudah berjalan namun masih ditemukan
kendala dalam observability. Kendala yang ditemukan dalam observability yaitu masih
terdapat masyarakat yang tidak mengetahui ayo ceting meskipub telah dilakukan beberapa kali
sosialisasi. Dengan demikian Ayo Ceting belum berjalan optimal.

DAFTAR PUSTAKA
JURNAL

Anjelita Egla. (2018). Efektivitas Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Publik (Studi Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Minahasa Selatan).
Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan, 1(1), 1–12.
Asrinaldi. (2019). Akuntabilitas Pelayanan Administrasi Kependudukan Di Kelurahan Purus
Kota Padang. Jurnal Analisis Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 5(2), 95–105.
Botutihe, N. (2017). Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Pada Rumah Sakit Aloe Saboe
Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmu Administrasi, 6(2), 1–11.
Ervany, C. D., & Romi, M. N. (2018). Pelayanan Publik Dalam Program E-Ktp Di Tingkat
Pemerintahan Desa. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 7(1), 88–92.
Hasanah, D. I. (2019). Moral Dan Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu
Sosial, 3(1), 48–58.
Luh, N., Puspitasari, P., & Bendesa, I. K. G. (2016). Analisis Kualitas Pelayanan Publik Di
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Badung. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis,
5(1), 89–114.
Ogotan, M. (2016). Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Suatu
Studi Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Halmahera Utara).
Jurnal Administrasi Publik, 1(37).
Pratama, H. (2015). Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik ( Studi Deskriptif
Tentang Strategi UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya Dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor ). Jurnal Kebijakan
Dan Manajemen Publik, 3(3), 90–98.
Robi Cahyadi. (2016). Inovasi Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu
Hukum, 10(3), 569–586.
Siregar, A. M. (2014). Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Dinas
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan. Jurnal Administrasi Publik, 2(1), 21–39.
Sutarto, Diana Mayasari, R. I. (2018). Stunting, Faktor Resiko Dan Pencegahannya.
Agromedicine, 5(1), 243–243.
T, A. A., Bake, J., & Alam, S. (2018). Reformasi Administrasi Pelayanan Publik Pada Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Kendari. Jurnal
Administrasi Pembangunan Dan Kebijakan, 9(2), 21–30.
Tulusan, F. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik
Yang Ada Di Bpjs Ketenagakerjaan Kota Manado. Jurnal Administrasi Publik, 04(048).
Widya, D., Ningrum, N., & Hermayanty, I. (2018). Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap
Pelayanan Publik Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Sumedang. Jurnal Manajemen Pelayanan Publik, 1(2), 135–142.
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting Terhadap
Perkembangan Kognitif Dan Prestasi Belajar. Jurnal Majority, 8(2), 273–282.
Yanuar, R. M. (2019). Inovasi Pelayanan Publik (Studi Kasus: Public Safety Center (PSC)
119 Kabupaten Bantul Sebagai Layanan Kesehatan Dan Kegawatdaruratan). Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 04(02), 20.

DOKUMEN

KEPMEN PAN NO 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan


Publik
UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

INTERNET

Tempo.co. diakses di https://bisnis.tempo.co/read/1418000/mari-merawat-ukiran-prestasi-


padang/full&view=ok pada 28 Februari 2021

WEBSITE

Puskesmasandalas.go.id
Sumbarprov.go.id
www.menpan.go.id

You might also like