You are on page 1of 9

Journal of Holistic Nursing and Health Science

Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)


Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Kupang

Nana Rochana1*, Noeh Nuwa Djogotuga2


1
Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
2
RSUD Prof Dr WZ Yohannes Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

na2rochana@gmail.com

Abstract
Introduction: The quality of nursing services in the Emergency Department was greatly affected by
the high number of stagnant patients resulting in their satisfaction. However, limited evidence was
shown about the satisfaction level of stagnant patients in the Emergency Department in Indonesia.
This study aims to know the satisfaction level of stagnant patients on the services in an Kupang
Emergency Department.
Methods: The total sample in this study was 109 respondents recruited by an accidental sampling
method. Data were taken using a questionnaire of Brief Emergency Department Patient Satisfaction
Scale (BEPSS); and analyzed using descriptive statistics (frequency and percentage).
Results: The results of this study showed that as many as 89% of stagnant patients were satisfied with
Emergency Department's services. The responsiveness dimension had the highest level of stagnant
patient satisfaction (99.1%) compared to the tangible dimension (78.9%). The quality of service
provided to stagnant patients in the emergency department should be improved especially on the
tangible dimension though the majority of patients were happy with the service.
Suggestion: This study suggests to the hospital to manage a comfortable ED surrounding to the
patients.

Keywords : Emergency Department, Satisfaction Level, Stagnant Patient.

Abstrak
Pendahuluan: Peningkatan jumlah pasien stagnan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sangat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas pelayanan keperawatan kepada pasien dimana hal tersebut
berujung kepada kepuasan pasien. Akan tetapi, bukti yang menunjukkan gambaran tingkat kepuasan
pasien stagnan di IGD di Indonesia masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat kepuasan pasien stagnan terhadap pelayanan IGD di Kupang, Indonesia.
Metode: Total sampel dalam penelitian ini adalah 109 responden yang direkrut menggunakan metode
accidental sampling. Data diambil menggunakan kuesioner Brief Emergency Department Patient
Satisfaction Scale (BEPSS); dan dianalisis menggunakan satatistik deskriptif (frekuensi dan
persentase).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 89% pasien stagnan puas terhadap pelayanan IGD. Tingkat
kepuasan pasien stagnan tertinggi pada dimensi responsiveness (99,1%) dan yang terendah pada
dimensi tangible (78,9%). Kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien stagnan di IGD masih
perlu ditingkatkan terutama pada dimensi tangible walaupun mayoritas pasien puas terhadap
pelayanan IGD.
Saran: Penelitian ini menyarankan agar rumah sakit dapat menata lingkungan yang aman, nyaman
dan tenang di IGD.

Kata Kunci: Instalasi Gawat Darurat, Pasien Stagnan, Tingkat Kepuasan.

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat… 12


Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah kunjungan (Kotler & Keller, 2007). Tingkat kepuasan
pasien di IGD mengakibatkan terjadinya pasien dapat dilihat dari beberapa dimensi
penumpukan pasien stagnan setelah antara lain: dimensi tangible (bentuk fisik),
diputuskan untuk dirawat inap (Setyoadi, dimensi reliability (kehandalan), dimensi
Deviantony, 2017). Stagnan merupakan responsiveness (ketanggapan), dimensi
suatu keadaan dimana pasien tidak dapat assurance (jaminan), dan dimensi empathy
pindah ke ruangan rawat inap lebih dari 8 (empati) (Kotler & Keller, 2007, p.1997).
jam setelah diputuskan untuk rawat inap Jumlah kunjungan pasien di
yang disebabkan oleh beberapa faktor Instalasi Gawat Darurat di sebuah rumah
salah satunya karena pasien tidak sakit di Kupang pada tahun 2015 sebanyak
mendapatkan ruang perawatan (ACEM, 22.102 pasien, 2016 sebanyak 22.572
2014). Institute of Medicine (IOM) dalam pasien dan 2017 sebanyak 23.166 pasien.
Lewis (Coil, Flood, Belyeu, Young, Kaji, Jumlah pasien rawat inap yang tertahan di
& Lewis, 2016) menyarankan untuk IGD perhari 10 pasien dengan lama waktu
memindahkan pasien ke ruangan rawat stagnan antara 2-6 jam setelah diputuskan
inap dalam jangka waktu 4-6 jam setelah rawat inap dan terkadang lebih dari 1-2
diputuskan rawat inap untuk mencegah hari. Walaupun hasil penelitian Vicellio et
terjadinya crowding yang dapat al. (2013) menunjukkan bahwa
menyebabkan potensi terjadinya kesalahan peningkatan pasien stagnan di IGD
medis, keterlambatan dalam pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
sehingga kualitas pelayanan berkurang. pasien terhadap pelayanan, namun belum
Faktor penyebab terjadinya stagnan ditemukan penelitian tentang tingkat
di ruang IGD antara lain keterbatasan kepuasan pasien stagnan di Indonesia.
tempat tidur dan fasilitas penunjang di Berdasarkan data fenomena dan hasil studi
ruangan rawat inap, jumlah sumber daya pendahuluan tersebut, peneliti tertarik
yang terbatas, banyaknya pasien yang meneliti tentang “Tingkat Kepuasan Pasien
datang, keputusan keluarga, administrasi Stagnan Terhadap Pelayanan di Instalasi
(Lewis et al., 2016; Nurmansyah, Gawat Darurat (IGD) di Kupang”.
Susilaningsih, & Setiawan, 2014; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Timporok & Mulyadi, 2015). Hasil tingkat kepuasan pasien stagnan terhadap
penelitian Vicellio et al. (2013) pelayanan IGD di Kupang, Indonesia.
menyimpulkan bahwa pasien yang stagnan
di IGD berdampak negatif terhadap tingkat METODE
kepuasan pasien. Pasien merasa tidak aman Penelitian ini merupakan penelitian
karena tingkat kebisingan sangat tinggi, deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan
ketersediaan tenaga perawat yang kurang di sebuah ruang IGD di Kupang sejak
sehingga mempengaruhi tingkat kepuasan bulan April sampai dengan bulan Mei
terhadap pelayanan. 2019. Jumlah sampel dalam penelitian ini
Kepuasan pasien merupakan sebanyak 109 yang dihitung menggunakan
ungkapan emosi yang dapat berupa rumus Slovin dan direkrut menggunakan
perasaan senang atau kecewa yang muncul teknik accidental sampling. Adapun
setelah membandingkan sesuatu yang kriteria inklusi adalah: pasien kriteria triase
diharapkan atau diinginkan dengan hasil hijau dan kuning, kesadaran pasien
atau outcome dari suatu produk pelayanan composmentis dengan GCS 14-15, dan

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


13
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

masih tinggal di IGD lebih dari dua jam HASIL


setelah diputuskan rawat inap, sedangkan Tabel 1. Karakteristik responden (n=109)
kriteria eksklusi meliputi pasien dengan No Variabel f %
penurunan kesadaran, dan keterbatasan 1. Jenis kelamin
kemampuan membaca dan menulis. - Perempuan 58 53,2
Instrumen yang digunakan dalam - Laki-laki 51 46,8
penelitian ini adalah kuesioner baku yaitu 2. Usia
Brief Emergency Department Patient - 17-25 tahun 24 22
Satisfaction Scale (BEPSS)(Atari & Atari, - 26-35 tahun 4 3,7
2015) dengan jumlah pernyataan sebanyak - 36-45 tahun 9 8,3
- 46-55 tahun 25 22,9
20. Kuesioner ini terdiri dari 5 dimensi:
- 56-65 tahun 33 30,3
dimensi tangible (fisik), dimensi reliability - > 65 tahun 14 6,4
(kehandalan), dimensi responsiveness 3. Kriteria triase
(ketanggapan), dimensi assurance - Kuning 80 73,4
(jaminan) dan dimensi empathy (empati). - Hijau 29 26,6
Instrumen asli BEPSS sudah mendapatkan 4. Mean SD
ijin dari pencipta untuk digunakan dan Lama stagnan (jam) 4,79 3,21
dinyatakan valid dari hasil uji baca dan Min 2
reliabel dengan nilai koefisien alpha Max 18
Chronbach 0,88. Instrumen BEPSS
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan diterjemahkan ulang ke dalam bahasa sebagian besar responden adalah
Inggris melalui dua penerjemah bahasa perempuan (53,2%), berusia 56-65 tahun
yang berbeda. Hasil terjemahan dan
(30,3%), dan berada pada label triase
terjemahan ulang dikonfirmasikan dengan
kuesioner asli oleh seorang ahli untuk kuning (73,4%). Rata rata lama waktu
melihat adanya perbedaan arti. Kuesioner stagnasi pasien IGD adalah 4,79+3,21 jam
versi bahasa Indonesia kemudian dengan lama minimal menunggu adalah 2
dilakukan uji face validity terhadap lima jam dan lama maksimal menunggu adalah
responden. Data yang diperoleh dianalisis 18 jam (tabel 1).
menggunakan frekuensi dan persentase.
Penelitian ini telah mendapatkan
Tabel 2. Tingkat Kepuasan (n=109)
ethical clearance dari komisi etik
Kategori f %
penelitian kesehatan RSUD dr. Moewardi
Puas 97 89.0
dengan no 480/IV/HREC/2019 dan juga
telah mendapatkan ijin penelitian dari Kurang Puas 12 11.0
Rumah Sakit tempat penelitian ini Jumlah 109 100
dilaksanakan. Semua responden telah
dijelaskan tentang penelitian dan Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas
memberikan informed consent sebelum responden yaitu sebanyak 97 pasien
berpartisipasi dalam pengisian kuesioner. stagnan (89%) merasa puas dengan
Prinsip anonymity, privacy, and
pelayanan IGD.
confidentiality juga diterapkan dalam
penelitian ini.

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


14
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

Tabel 3. Dimensi Tingkat Kepuasan menunggu dalam waktu yang cukup lama
(n=109) sebelum mendapatkan tempat untuk
Puas Kurang Puas dirawat inap. Hal ini mungkin dapat
f % f % disebabkan karena rata rata waktu
Tangibles 86 78,9 23 21,1 menunggu pasien stagnan masih dalam
Reliability 92 84,4 17 15,6 rentang waktu normal dari length of stay di
Responsiveness 108 99,1 1 0,9 IGD (4,79 jam) walaupun terdapat pasien
Assurance 97 89,0 11 11,0 yang menunggu sampai 18 jam di IGD.
Empathy 98 89,9 11 10,1 Asusmsi ini didukung oleh penelitian
Parker dan Marco (2014) yang menyatakan
Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan bahwa waktu tinggal di IGD yang lama
dimensi tingkat kepuasan paling tinggi menurunkan tingkat kepuasan pasien IGD
adalah dimensi responsiveness (99,1%) (p=0,000).
dan yang paling rendah pada dimensi Hasil penelitian ini juga diasumsikan
tangible (78,9%). terjadi karena peran serta pihak manajemen
dalam meningkatkan kualitas pelayanan
Tabel 4 menunjukkan bahwa lingkungan IGD. Manajemen rumah sakit tersebut
gawat darurat yang tenang dan sunyi pada terus melakukan pembenahan dalam
dimensi tangible merupakan item yang memberikan pelayanan yang lebih baik
paling banyak tidak disetujui (32,2%) dan kepada pasien dan keluarga. Akreditasi
perilaku dokter yang sopan pada dimensi rumah sakit menuntut pihak manajemen
responsiveness merupakan item yang untuk memberikan perubahan yang lebih
paling banyak disetujui (72,5%). baik.

PEMBAHASAN Dimensi Tangible (Bukti Fisik)


Tingkat Kepuasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi tangible mempunyai tingkat
mayoritas pasien stagnan merasa puas kepuasan yang terendah dari keempat
terhadap pelayanan di IGD. Hasil dimensi lainnya. Hasil ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang mendukung hasil penelitian Septiani (2016) yang
tentang tingkat kepuasan pasien stagnan menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
belum peneliti temukan. Akan tetapi pasien di Sumedang pada dimensi tangible
terdapat beberapa hasil penelitian tentang juga merupakan yang paling rendah (68%).
tingkat kepuasan pasien secara umum yang Dimensi tangible merupakan dimensi yang
telah dilakukan di beberapa rumah sakit mempunyai pengaruh tertinggi terhadap
seperti Rumah Sakit Haji Jakarta (Kariasa, kepuasan secara keseluruhan.
2013), Rumah Sakit Advent Bandung Dimensi tangible (bukti fisik) dalam
(Tomsol, 2016), dan RSUD dr. Rasidin kualitas layanan merupakan ungkapan
Padang (Gusty & Putry, 2017), dengan nyata kepuasan yang diberikan seseorang
rata-rata antara 76,06% sampai dengan kepada lingkungan fisik sekitar sesuai
90% responden menyatakan puas terhadap dengan penggunaan dan pemanfaatan yang
pelayanan yang diberikan. dirasakan (Nursalam, 2015).
Tingkat kepuasan pasien stagnan
terhadap pelayanan di IGD hampir sama
dengan tingkat kepuasan pasien di IGD
secara umum walaupun pasien stagnan

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


15
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

Tabel 4. Sebaran Item Dimensi Kepuasan Pasien


Dimensi Item STS ATS AS SS Total
f(%) f(%) f(%) f(%)
Tangible Lingkungan IGD tenang dan 9(8,3) 26(23,9) 54(49,5) 20(18,3) 109
sunyi
Ruang IGD memiliki alat 16(14,7) 49(45,0) 44(40,4) 109
yang lengkap dan baik
Reliability Waktu tunggu sebelum 23(21,1) 43(39,4) 43(39,4) 109
ketemu dokter sudah sesuai
Saya akan 2(1,8) 11(10,1) 63(57,8) 33(30,4) 109
merekomendasikan rumah
sakit ini kepada kenalan saya
Responsiveness Perawat memberitahu 1(0,9) 6(5,5) 58(53,2) 44(40,4) 109
tentang perawatan yang
harus dijalani
Perilaku dokter sopan 4(3,7) 26(23,8) 79(72,5) 109
Assurance Perilaku staf bagian 1(0,9) 14(12,8) 44(40,4) 50(45,9) 109
pendaftaran baik
Keluarga dapat 3(2,8) 11(10,1) 40(36,7) 55(50,5) 109
menghabiskan waktu yang
cukup di samping pasien
Empathy Perawat membebaskan saya 4(3,7) 9(8,3) 48(44,0) 48(44,9) 109
dari rasa sakit dengan baik
Dokter menghabiskan waktu 1(0,9) 9(8,3) 49(45,0) 50(45,9) 109
yang cukup untuk
memeriksa saya
sts= sangat tidak setuju, ats=agak tidak setuju, as=agak setuju, ss= sangat setuju.

Pada dimensi tangible, banyak responden (2016) di Medan. Penelitian tersebut


menyatakan tidak setuju (32,2%) dengan menyatakan bahwa dimensi reliability
kondisi lingkungan IGD yang tenang dan merupakan dimensi yang mempunyai
sunyi. Peningkatan jumlah kunjungan pengaruh paling dominan terhadap
pasien di IGD mengakibatkan terjadinya kepuasan pasien dengan koefisien regresi
penumpukan pasien stagnan setelah sebesar 0,497. Pada penelitian ini,
diputuskan untuk rawat inap yang ketidakpuasan pasien IGD pada dimensi
berdampak pada keadaan lingkungan IGD reliability ini tidak menyebabkan
menjadi tidak tenang (Deviantony, Ahsan, rendahnya tingkat kepuasan pasien IGD
& Setyoadi, 2017). Hasil ini didukung pula secara umum. Hal ini dapat disebabkan
oleh penelitian Singer et al. (2013) yang karena tingkat kepuasan pasien pada
menyimpulkan bahwa pasien merasa tidak dimensi reliability masih tergolong cukup
aman karena tingkat kebisingan sangat tinggi (84,4%).
tinggi sehingga mempengaruhi tingkat Inti dimensi reliability adalah
kepuasan terhadap pelayanan. kehandalan yang harus dimiliki pemberi
layanan, mengetahui akan prosedur kerja,
Dimensi Reliability (Kehandalan) cara kerja, memperbaiki berbagai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan atau masalah pada prosedur
dimensi reliability merupakan dimensi kerja dan mampu melakukan arahan yang
dengan tingkat kepuasan nomor dua tepat dan jelas kepada setiap bentuk
terendah dari semua dimensi. Hasil pelayanan kepada masyarakat, sehingga
penelitian ini berbeda penelitian Marpaung memberikan dampak positif atas pelayanan

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


16
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

tersebut (Nursalam, 2015). informasi yang diberikan oleh petugas


Hasil penelitian menunjukkan akan perawatan dirinya dan juga atas
bahwa meskipun pasien stagnan merasa perilaku yang sopan dari petugas. Salah
puas dengan waktu tunggu bertemu dokter, satu unsur dimensi ketanggapan adalah
akan tetapi masih terdapat beberapa pasien pemberian informasi penting yang detail,
stagnan yang tidak akan merekomendasikan lugas, padat, jelas dan akuntabel tentang
IGD tersebut kepada orang lain. Jika masalah pelayanan yang didapatkan oleh
pelayanan yang diberikan kepada pasien penerima layanan. Informasi yang jelas
sesuai dengan yang diharapkannya maka tentang segala hal terkait perawatan pasien
pasien akan merasa puas dan akan akan membantu mengurangi tingkat
merekomendasikan atau menganjurkan kecemasan pasien dan meningkatkan
kepada orang yang membutuhkan (Kariasa kepuasan (Nursalam, 2015).
& Setiawan, 2013). Baik atau tidaknya
kualitas pelayanan akan mempengaruhi Dimensi Assurance (Jaminan)
tingkat kepuasan pasien. Jika kualitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelayanan yang dirasakan sama atau bahkan tingkat kepuasan pasien stagnan pada
lebih dari yang diharapkan maka pelayanan dimensi assurance berada ditengah antara
dikatakan memuaskan (Marpaung, 2016). tingkat tinggi dan tingkat rendah atau
dengan kata lain berada pada tingkat
Dimensi Responsiveness (Ketanggapan) sedang. Meskipun berada pada tingkat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedang, tingkat kepuasan dimensi
tingkat kepuasan pasien stagnan pada assurance pada penelitian ini lebih tinggi
dimensi responsiveness adalah tingkat dari penelitian Kaban, Kandou, dan Lapian
kepuasan yang tertinggi dibandingkan (2015) tentang kepuasan pasien di
keempat dimensi lainnya. Hal ini Manado. Kaban et al. (2015) melaporkan
menunjukkan bahwa ketanggapan dari bahwa tingkat kepuasan pasien di IGD dari
pemberi pelayanan memberikan kesan dimensi assurance hanya sebesar 64.2%.
positif kepada penerima pelayanan. Kinerja pemberi layanan menjadi kunci
Ketanggapan merupakan suatu respon dari penting jaminan kepuasan penerima
berbagai keluhan mengenai bentuk layanan. Jaminan ini meyakinkan
pelayanan sehingga menghasilkan suatu konsumen bahwa petugas handal dan
respek positif (Nursalam, 2015). Dimensi mampu bertindak secara mandiri dan
responsiveness pada penelitian ini profesional. (Nursalam, 2015).
mempunyai tingkat kepuasan yang lebih Hasil penelitian juga menunjukkan
tinggi bila dibandingkan dengan penelitian bahwa pasien stagnan merasa puas dengan
Septiani (2016) di Sumedang yang kinerja petugas administrasi akan tetapi
menunjukkan bahwa 57% pasien merasa masih meras perlu untuk meningkatkan
puas pada pelayanan di IGD pada dimensi kehadiran keluarga pasien di IGD.
ini. Hal ini dapat disebabkan karena Dukungan keluarga kepada pasien sangat
mayoritas pasien stagnan mempunyai label diperlukan dalam proses perawatan.
triase warna kuning (73,4%). Kondisi Kehadiran keluarga dapat membantu
pasien yang urgent menuntut petugas IGD proses perawatan pasien dan juga dapat
baik perawat dan dokter untuk memberikan mengurangi tingkat kecemasan pasien dan
respon yang cepat dan tanggap. keluarga itu sendiri sehingga dapat
Hasil penelitian juga menunjukkan mempercepat proses penyembuhan pasien
bahwa pasien stagnan merasa puas atas (Ningsih, 2019).

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


17
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

Manusia sebagai salah satu faktor sendiri dalam kategori baik (M=3,23 dan
penentu kualitas pelayanan yang diberikan M=3,34).
kepada publik diharapkan memiliki sumber Walaupun secara keseluruhan tingkat
daya yang berkualitas sehingga dapat kepuasan pada dimensi empathy adalah
memberikan pelayanan yang berkualitas baik, masih terdapat ketidakpuasan pasien
(Herlambang, 2016). Pemberi layanan terhadap sikap empati petugas IGD. Hal ini
kesehatan diharapkan mampu menjamin dimungkinkan disebabkan karena dampak
bahwa pelayanan mereka secara nyata dari pasien stagnan terhadap pasien itu
dapat memberikan kepuasan kepada sendiri adalah tidak terpenuhnya beberapa
konsumen, disamping juga sebagai bentuk kebutuhan perawatan (Damayanti &
komitmen yang tinggi terhadap tugas dan Sutono, 2017; Hilman, 2011; Nurmansyah
fungsi mereka terhadap institusi atau et al., 2014; Tumbuan, 2015) Tidak
organisasi tempat bekerja (Nursalam, terpenuhnya kebutuhan perawatan pasien
2015). stagnan itu salah satu penyebabnya
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
Dimensi Empathy (Empati) petugas IGD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini mempunyai beberapa
tingkat kepuasan pasien stagnan pada keterbatasan yaitu hanya dilakukan pada
dimensi empathy merupakan tingkat satu IGD sehingga hasil penelitian ini
kepuasan nomor dua tertinggi dari semua belum bisa untuk digeneralisasikan ke
dimensi. Tingkat kepuasan dimensi tingkat populasi yang lebih luas.
empathy pada penelitian ini jauh lebih Keterbatasan yang lain adalah dengan
tinggi dari hasil penelitian Kaban et al. merekrut pasien yang tinggal di IGD dalam
(2015) yang mengungkapkan bahwa waktu kurang dari 6 jam. Hal ini dapat
tingkat kepuasan pasien IGD di Manado mempengaruhi hasil penelitian karena
pada dimensi empathy hanya sebesar batasan karakteristik pasien stagnan yang
54,2%. Perhatian, sikap serius, simpati, tidak jelas.
pemahaman dan keterlibatan pihak terkait
perlu ditunjukkan dalam memberikan KESIMPULAN DAN SARAN
pelayanan, dimana hal tersebut adalah Hasil penelitian ini menyimpulkan
suatu bentuk sikap empati (Nursalam, bahwa kualitas pelayanan yang diberikan
2015). kepada pasien stagnan di IGD masih perlu
Hasil penelitian juga menunjukkan ditingkatkan terutama pada dimensi
bahwa pasien stagnan merasa puas dengan tangible dan reliability walaupun
usaha perawat dalam mengurangi nyeri mayoritas pasien puas terhadap pelayanan
pasien dan cukupnya waktu yang IGD. Penelitian ini merekomendasikan
dihabiskan perawat dan dokter untuk agar IGD rumah sakit mampu menata
menangani pasien. Hal ini menggambarkan lingkungan IGD menjadi lebih nyaman
bahwa empati sebagai bagian dari perilaku bagi pasien serta meningkatkan
caring telah mampu ditunjukkan oleh kompetensi perawat agar pasien percaya
perawat IGD. Asumsi ini didukung oleh dan puas terhadap kehandalan perawat.
penelitian Aupia, Lee, Liu, Wu, dan Mills Penelitian ini juga merekomendasikan agar
(2018) yang menunjukkan bahwa empati penelitian selanjutnya dapat memberi
perawat baik dari sudut pandang pasien batasan yang jelas akan karakteristik
maupun dari sudut pandang perawat itu pasien stagnan di IGD.

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


18
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

UCAPAN TERIMA KASIH Deviantony, F., Ahsan., & Setyoadi


Peneliti berterima kasih kepada (2017). Analisa faktor yang
seluruh responden, pihak RS tempat berhubungan dengan waktu tunggu
penelitian di Kupang, Departemen Ilmu pasien setelah keputusan rawat inap
Keperawatan Universitas Diponegoro dan diputuskan di zona kuning instalasi
semua pihak yang telah membantu proses gawat darurat RSUD dr. Iskak
penelitian ini dari awal sampai akhir. Tulungagung. Nurse Line Journal,
2(2), 1-8.

DAFTAR PUSTAKA Gusty, R. M., & Putry, Z. (2017).


Hubungan respons time perawat pada
ACEM. (2014). Emergency department pelayanan gawat darurat dengan
design guidelines. Third Sect. kepuasan pßasien di IGD RSUD dr.
Australian College for Emergency Rasidin Padang. Padang: Universitas
Medicine. Andalas.Tesis.

Aupia, A., Lee, T. T., Liu, C. Y., Wu, S. F. Herlambang, S. (2016). Manajemen
V., & Mills, M. E. (2018). Caring pelayanan kesehatan rumah sakit.
behavior perceived by nurses, patients Jogjakarta: Gosyen Publishing.
and nursing students in Indonesia.
Journal of Professional Nursing, Hilman, K., Forero, R., & McCharty, S.
34(4), 314-319. (2011). Accses Block and Emergency
Department Overcrowding. Critical
Atari, M., & Atari, M. (2015). Brief Care, 15, 216.
emergency department patient
satisfaction scale (BEPSS): Kaban, W., Kandou G. D., & Lapian, L. H.
Development of a new Practial (2015). Kepuasan pasien di instalasi
instrument. US National Library of gawat darurat RSUP Prof. DR.
Medicine National Institutes of Health. Kanduo Manado. E-jurnal
Emergency, 3(3), 103-108. Keperawatan, 3(2), 37-47.

Coil, C. J., Flood, J. D., Belyeu, B. M., Kariasa, M., & Setiawan, I. (2013).
Young, P., Kaji, A. H., & Lewis, R. J. Tingkat kepuasan pasien terhadap
(2016). The effect of emergency pelayanan perawat di unit gawat
department boarding on order darurat Rumah Sakit Haji Jakarta.
completion. Annals of Emergency Jakarta: FIK UI. Tesis.
Medicine, 67(6), 730-736.e2. doi:
10.1016/j.annemergmed.2015.09.018. Kotler, P., & Keller, K. (2007).
Manajemen pemasaran. Jakarta: PT
Damayanti, P. & Sutono. (2017). Faktor- Index.
faktor yang beresiko terjadinya pasien
stagnan di Instalasi Gawat Darurat. Coil, C. J., Flood, J. D., Belyeu, B.M.,
Jurnal Keperawatan Klinis dan Young, P., Kaji, A.H., & Lewis, R.J.
Komunitas, 1(2), 81-89. (2016). The Effect of emergency
department boarding on order
completion. Annals of Emergency

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


19
Journal of Holistic Nursing and Health Science
Volume 3, No. 2, November 2020 (Hal. 12-20)
Available Online at https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/hnhs

Medicine, 67(6), 730-736.e2. doi: Septiani A. (2016). Pengaruh faktor-faktor


10.1016/j.annemergmed.2015.09.018. kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pasien di instalasi gawat darurat
Marpaung, M. D. P. (2016). Analisis RSUD Kabupaten Sumedang.
pengaruh kualitas pelayanan terhadap Coopetition, VII(1), 1–21.
kepuasan pasien rawat inap di RSUP
H. Adam Malik Medan. Universitas Timporok, O. P., & Mulyadi, M. R. (2015).
Sumatera Utara. Diperoleh dari Faktor-faktor yang mempengaruhi
http://repository.usu.ac.id/handle/1234 waktu tunggu pasien di instalasi gawat
56789/64980 darurat medik RSUP Prof. DR. RD.
Kandou Manado. e Jurnal
Ningsih, S.A. (2019). Hubungan dukungan Keperawatan (eKP), 3(2), 1-8.
keluarga dengan respon cemas pada
anak usia sekolah (6-12 tahun) saat Tomsol, S. (2016). Hubungan Pelayanan
dilakukan pemasangan infus. Jurnal Perawatan dengan Kepuasan Pasien di
Keperawatn Muhammadiyah Unit Gawat Darurat Rumah Sakit
Bengkulu, 7(2), 589-596. Advent Bandung. Tesis.

Nurmansyah, E., Susilaningsih, F. S., Tumbuan, A. N, Kumaat, L., & Malara, R.


Setiawan, S. (2014). Tingkat (2015). Hubungan respons time
ketergantungan dan lama perawatan perawat dengan tingkat kecemasan
pasien rawat observasi di IGD. Jurnal pasien kategori triase kuning di IGD
Keperawatan Padjajaran, 2(3), 191- RSU GMIM Kalooran Amurang.
201. Doi: 10.24198/jkp.v2i3.89.g84 Ejournal Keperawatan, 3(2), 1-8.

Nursalam. (2105). Manajemen Viccellio, P., Zito, J. A., Sayage, V.,


keperawatan: Aplikasi dalam praktik Chohan, J., Garra, G., Santora, C., &
keperawatan. Jakarta: Salemba Singer, A. J. (2013). Patients
Medika. overwhelmingly prefer inpatient
boarding to emergency department
Parker, B. T., & Marco, C. (2014). boarding. The Journal of Emergency
Emergency department length of stay: Medicine, 45(6): 942-6. doi:
accuracy of patient estimates. The 10.1016/j.jemermed.2013.07.018.
western journal of emergency
medicine, 15(2), 170–175. Doi:
10.5811/westjem.2013.9.15816

Nana Rochana, dkk., Kepuasan Pasien Stagnan di Instalasi Gawat Darurat... pp


20

You might also like