Professional Documents
Culture Documents
Mobilitas Sosial Pada Kelompok Dewasa Muda Di Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar
Mobilitas Sosial Pada Kelompok Dewasa Muda Di Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar
Abstract
This research discussed about young-adulthood social mobility in Kalabbirang. The Research
purposes are to obtain data and an overview of: characteristics of informants, channel of social
mobility of informants, the support factors of social mobility informants, the inhibiting factors of
social mobility informants, and the hope of informants. This study used a qualitative approach with
descriptive methods and case study research. Informant numbers are 4 (four) persons who are
determined by purposive sampling technique by fitted the criteria and objectives of the research.
The results showed that the channel of social mobility that used by young-adulthood for their social
mobility are religious institutions, educational institutions, and economic institutions. The support
factors that affecting social mobility of young-adults Kalabbirang are structural factors, individual
factors, social status, economic situation, political situation, free communication, division of labor,
and the ease of access to education. The inhibiting factor of social mobility of young-adults
Kalabbirang are poverty, socialization, and different interests. This research showed that young-
adulthood social mobility Kalabbirang extremely increasing of social status and allow the other
young-adults to do the same.
Abstrak
Penelitian ini tentang mobilitas sosial pada kelompok dewasa muda di Kalabbirang. Tujuan
penelitian untuk memperoleh data dan gambaran tentang: karakteristik informan, saluran mobilitas
sosial informan, faktor pendorong mobilitas sosial informan, faktor penghambat mobilitas sosial
informan, dan harapan informan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif dan jenis penelitian studi kasus. Jumlah informan 4 (empat) orang yang ditentukan
dengan teknik purposive sampling agar sesuai dengan kriteria dan tujuan penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan saluran mobilitas sosial yang digunakan oleh kelompok dewasa muda untuk
melakukan mobilitas sosial adalah lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, dan lembaga
ekonomi. Faktor pendorong yang mempengaruhi mobilitas sosial dewasa muda Kalabbirang yaitu
faktor struktural, faktor individu, status sosial, keadaan ekonomi, situasi politik, komunikasi yang
bebas, pembagian kerja, dan kemudahan dalam akses pendidikan. Faktor penghambat mobilitas
sosial dewasa muda Kalabbirang yaitu kemiskinan, sosialisasi yang kuat, dan perbedaan
kepentingan. Hal ini menunjukkan bahwa mobilitas sosial kelompok dewasa muda Kalabbirang
sangat baik dan lancar dan memungkinkan bahwa kelompok dewasa muda yang lain juga
melakukannya.
149
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Keadaan seperti ini semakin menunjukkan Perubahan sosial adalah segala perubahan pada
bahwa tingkat mobilitas sosial di masyarakat lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
Kalabbirang sangat tinggi. Hal ini yang suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
kemudian ingin diteliti oleh peneliti mengenai sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
berbagai hal yang berkenaan dengan proses sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
yang terjadi di dalam masyarakat tentang
perubahan status sosial seseorang. Perubahan
Mac Iver dan Page dalam Mashud (2004:342)
ini otomatis terlihat dari status sosial
menyebutkan bahwa ada sosiolog yang tertarik
sebelumnya, yaitu status sosial orang tuanya.
menganalisis fenomena perubahan sosial
Perubahan yang ingin diteliti oleh peneliti
sejauh fenomena itu bisa diamati (diukur),
adalah mobilitas sosial vertikal yang
seperti mobilitas sosial (tenaga kerja),
mencakup berbagai hal seperti usaha mereka
komposisi penduduk, perubahan sistem
untuk mengembangkan status keluarganya.
pemerintahan, dan sebagainya. Perubahan
Perubahan status keluarga ini jika dilakukan
sosial yang menempati posisi atas dalam
oleh orang tuanya maka dilihat mulai dari
hierarki teori yang menjelaskan mengenai
orangtuanya, dan dibandingkan dengan
perubahan kondisi masyarakat dikaitkan
keadaan anaknya sekarang ini. Dengan
151
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
dengan nilai dan kebudayaan, kemudian politik sebagai saluran sirkulasi vertikal; (5)
mempengaruhi struktur sosial. organisasi profesional sebagai saluran sirkulasi
vertikal; dan (6) Wealth-making organization
Dalam konteks ini, perubahan sosial sebagai sebagai saluran sirkulasi sosial; dan (7)
grand theory memberikan landasan berpikir Keluarga dan saluran lain sebagai saluran
dalam menentukan posisi mobilitas sosial sirkulasi sosial.
dalam penelitian ini. Perubahan sosial yang
turut mempengaruhi struktur sosial, pelapisan Menurut Hartono (2011) faktor pendorong
sosial, dan kelas sosial di dalam masyarakat mobilitas sosial meliputi: (1) faktor struktural
akan mempengaruhi juga status sosial termasuk struktur pekerjaan, perbedaan
seseorang di dalam masyarakat. Hal tersebut fertilitas, dan ekonomi ganda; (2) faktor
menunjukkan bahwa konsep perubahan sosial individu termasuk kemampuan setiap individu
sangat mempengaruhi mobilitas sosial yang yang berbeda-beda, orientasi sikap terhadap
berkutat pada perubahan status sosial mobilitas, dan faktor kemujuran; (3) status
seseorang. sosial; (4) keadaan ekonomi; (5) situasi
politik; (6) kependudukan (demografis); (7)
Sorokin (1927:133) memberikan sebuah keinginan melihat daerah lain; (8) struktur
definisi mengenai mobilitas sosial yaitu kasta dan kelas; (9) ekspansi teritorial dan
“Social Mobility is understood any transition gerak populasi; (10) komunikasi yang bebas;
of an individual or social object or value— (11) pembagian kerja; dan (12) kemudahan
anything that has been created or modified by dalam akses pendidikan.
human activity—from one social position to
another”. Mobilitas sosial dipahami sebagai Hartono juga menyebutkan tentang faktor
segala perubahan seseorang atau objek sosial penghambat mobilitas sosial yaitu (1)
atau nilai—segala hal yang dibuat atau kemiskinan; (2) diskriminasi kelas; (3)
dimodifikasi oleh aktivitas manusia—dari perbedaan ras dan agama; (4) perbedaan jenis
posisi sosial yang satu ke posisi yang lainnya. kelamin (gender); (5) faktor pengaruh
sosialisasi yang sangat kuat; dan (6) perbedaan
Hal tersebut memberikan batasan bahwa kepentingan.
perubahan individu atau objek sosial ke dalam
suatu posisi sosial di dalam masyarakat. Relevansi Pekerjaan Sosial dengan
Perubahan ini berlaku untuk semua objek Mobilitas Sosial
sosial, nilai, atau berbagai hal yang dibuat atau
dimodifikasi oleh berbagai aktivitas manusia. Pekerja sosial memungkinkan membantu
Perubahan ini kemudian diperjelas oleh Cohen membuat sebuah kelas sosial yang terbuka
(1992:268) yaitu “Mobilitas sosial menunjuk dengan menyediakan pelayanan dan sumber
pada perpindahan individu-individu dari satu untuk orang-orang yang kurang beruntung
status sosial ke status sosial yang lain. dalam masyarakat, khususnya individu yang
Perpindahan ini bisa naik atau turun, atau tetap hidup dalam kemiskinan. Hal tersebut
pada tingkat yang sama tetapi dalam pekerjaan memberikan penegasan bahwa pekerja sosial
yang berbeda”. Cohen melihat bahwa individu bertugas mengantarkan seseorang dari
berpindah dari status sosial ke status sosial golongan bawah ke golongan atas dengan
yang lain yang ditentukan oleh pekerjaannya. menciptakan kesempatan kerja, pendapatan,
dan pendidikan, serta mengurangi rintangan
Sorokin (1927:164-179) menjelaskan saluran dalam mencapai mobilitas sosial.
mobilitas yaitu (1) angkatan bersenjata sebagai
saluran sirkulasi sosial; (2) gereja [lembaga
keagamaan] sebagai saluran sirkulasi sosial;
(3) sekolah sebagai saluran sirkulasi vertikal;
(4) pemerintahan, organisasi politik, dan partai
152
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
153
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
mendukungnya sebagai sebuah kelurahan baru Lingkungan yang menaungi wilayah pusat
yang sangat strategis. pemerintahan Kabupaten Takalar adalah
Kelurahan yang terletak di wilayah pusat lingkungan Sompu Raya. Lingkungan Sompu
pemerintahan Kabupaten Takalar ini terletak Raya merupakan wilayah yang terletak di arah
pada ketinggian kurang dari 50 mdpl. Barat Daya kantor kelurahan. Wilayah ini
Sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai sebagian besar digunakan sebagai wilayah
persawahan, perumahan, dan perkantoran. pemukiman dan perkantoran serta fasilitas
Luas Kelurahan Kalabbirang yang mencapai umum lainnya. Keadaan penduduknya yang
3,52 Km2 atau sekitar 13,91% (pembulatan berasal dari berbagai daerah menjadi sangat
dari 13,9075%) dari luas Kecamatan dominan dalam memberikan pengaruh pada
Pattallassang yaitu 25,31 Km2 merupakan perubahan dalam masyarakat, namun tidak
salah satu wilayah yang terbilang luas dari 9 banyak perubahan yang terlihat dan bersifat
kelurahan yang ada di kecamatan ini. prinsip, karena pendatang yang datang juga
masih berasal dari tatar suku Makassar dan
Kelurahan Kalabbirang terdiri dari 4 Bugis.
lingkungan yaitu Lingkungan Bilacaddi,
Lingkungan Balla Parang, Lingkungan Sompu Kalabbirang di sebelah utaranya berbatasan
Raya, dan Lingkungan Kalampa. Lingkungan dengan persawahan Kelurahan Bajeng.
Bilacaddi merupakan lingkungan yang Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
sebagian besar adalah wilayah pertanian dan Maradekaya bagian pemukiman penduduk.
perumahan. Wilayah ini merupakan wilayah Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan
yang terletak di bagian Timur kantor Pattallassang yang juga bagian persawahan.
kelurahan. Penduduknya masih terikat tali Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan
kekerabatan yang sangat erat satu sama lain, wilayah perkotaan Kelurahan Sombala Bella
namun juga masih terdapat beberapa golongan yang dipisahkan oleh jalan kabupaten. Batas-
kelompok masyarakat dalam segi kasta batas tersebut di atas ditentukan seiring
ditinjau dari garis keturunannya. Hal ini tidak dengan adanya beberapa pembangunan
memberikan pengaruh yang berarti dalam infrastruktur vital di Kabupaten Takalar.
berbagai proses sosial yang terjadi di
masyarakat dalam kontek mobilitas sosial. Sesuai dengan data kependudukan
Kalabbirang tahun 2013, jumlah penduduk
Kantor kelurahan sampai dengan batas Kalabbirang sebanyak 7487 jiwa, dengan 139
wilayah kelurahan lain di sebelah utara jiwa lebih banyak perempuan yaitu sebanyak
termasuk dalam Lingkungan Balla Parang. 3813 daripada laki-laki yang hanya sebanyak
Secara geografis wilayah ini sangat monoton 3674 jiwa. Jumlah ini sangat fluktuatif seiring
karena terdiri dari sebuah kompleks dengan berjalannya tahun sampai tahun 2013.
perumahan BTN Bombong Indah yang sangat Berdasarkan kelompok usia, jumlah penduduk
luas dengan kondisi penduduk yang sudah Kalabbirang dapat dilihat pada tabel 1. Data
mulai individualistis. Sebagian lagi dibawah ini menunjukkan bahwa usia
wilayahnya masih termasuk persawahan. produktif dari 18-53 tahun masih merupakan
kelompok usia terbanyak dari yang lainnya
Lingkungan Kalampa yang berada di bagian yaitu sebanyak 4346 jiwa atau 58,04% dari
Barat Daya kantor kelurahan merupakan jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa
kawasan perumahan dan termasuk wilayah potensi besar penduduk Kelurahan
pembangunan dan pengembangan tata kota. Kalabbirang salah satunya adalah penduduk.
Kondisi ini yang membuat kehidupan Penduduk pada usia muda yaitu balita dan
bermasyarakat sudah bercermin ke perkotaan anak-anak 18 tahun ke bawah, serta penduduk
dengan segala kompleksitas kepentingan pada usia tua yaitu usia 54 tahun ke atas sudah
pribadi. sedikit.
154
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
155
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
156
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Harapan Informan
157
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
158
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, hanya lulus SMP hanya mengandalkan
menjadi berubah 180 derajat, dari orang yang kemampuannya dalam berhitung secara
tidak memiliki status sosial menjadi orang sederhana untuk menjalankan usahanya yang
yang kini sudah diakui sebagai penduduk sudah ditekadkannya akan dijalankan demi
Bilacaddi dengan sebuah keluarga kecil. mencapai berbagai hal yang sudah
diimpikannya.
Lembaga pendidikan yang digunakan oleh
informan menjadi sangat sesuai dengan arah BN juga beranggapan yang sama seperti MN.
teori yang ada. Sorokin (1927: 169-172) Meskipun kehidupannya tidak sepenuhnya
menjelaskan bahwa lembaga pendidikan yang berkaitan langsung dengan dunia pendidikan
tidak memberikan spesialisasi bagi beberapa yang sudah dilaluinya sampai SMA. BN
golongan kasta dalam masyarakat untuk menganggap bahwa pendidikannya sampai
sekolah di tempat tersebut akan menjadikan SMA tersebut menjadi bekal utamanya pada
pendidikan sebagai social elevator. Kondisi saat melamar sebagai pramu bhakti di BRI
masyarakat Kalabbirang sebagai sebuah Takalar. Hal ini kemudian dilihat sebagai
kelurahan yang interaktif terhadap seluruh salah satu bukti nyata dari pentingnya
komponen vital Kabupaten Takalar tidak pendidikan yang terjadi di dalam
menunjukkan adanya indikasi bahwa kehidupannya. Relevansi dengan pekerjaan
diberlakukan spesialisasi seperti tersebut di BN yang setiap harinya harus menyapu,
atas. Kondisi ini diketahui persis oleh peneliti, mengepel, mengatur kursi kerja, dan berbagai
karena peneliti juga menyelesaikan pendidikan hal supportif lainnya, tidak berkaitan langsung
SD-SMA di Takalar. dengan SMA. Namun, intervensi pendidikan
dalam kehidupannya dianggap sudah ada.
Lembaga pendidikan sebagai social elevator Kondisi yang dialami oleh BN sama dengan
terbukti di Kalabbirang. Hal ini menjadi dasar MN dalam konteks teori mobilitas sosial yang
bahwa lembaga pendidikan berfungsi dan menggunakan saluran mobilitas sosial.
dibuktikan oleh SL. SL yang berasal dari
keluarga petani bisa menyelesaikan Menurut Sorokin (1927:175) salah satu
pendidikannya. SL menggunakan lembaga saluran mobilitas sosial vertikal adalah wealth-
pendidikan untuk meningkatkan status sosial making organization. Peneliti sepakat dengan
keluarganya. SL yang terus sekolah dan Soekanto (2007:224) yang memaknainya
berstatus sebagai sarjana, memiliki peluang sebagai lembaga ekonomi atau organisasi
yang bisa digunakannya untuk menjadi ekonomi. Lembaga ekonomi ini diartikan oleh
seorang guru. SL kemudian ikut dalam seleksi Soekanto sebagai menghasilkan banyak uang,
penerimaan calon pegawai negeri sipil yang dampaknya menghasilkan orang kaya di
(CPNS). Pada seleksi tersebutlah SL lulus dan masyarakat. Masyarakat kaya cenderung untuk
bisa menjadi guru tetap di SD Inpres menduduki lapisan tinggi dalam masyarakat.
Sabintang sebagai guru olahraga. SL Dalam konteks penelitian ini, kaya tidak
kemudian menjustifikasi orang tuanya sebagai dijadikan sebagai sebuah patokan bahwa telah
orang tua yang berhasil mendidik anak melakukan berbagai usaha untuk membuatnya
berdasarkan anggapan dari berbagai orang kaya, namun perubahan dari kondisi awal ke
yang didengarnya. kondisi sekarang yang signifikan, menjadikan
termasuk dalam golongan orang yang berhasil
Sejalan dengan pemikiran Soekanto melakukan mobilitas sosial melalui saluran
(2007:223) bahwa di Indonesia secara relatif lembaga ekonomi.
bisa ditentukan kedudukan apa yang bisa
diperoleh seseorang yang hanya tamat SD,
SMP, SMA, atau perguruan tinggi, walaupun
sebenarnya belum ada kedudukan yang sesuai
bagi mereka dalam hal-hal tertentu. MN yang
159
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
160
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
yang baru mereka berada dalam kelas yang sedang mengalami kekosongan pengajar. SP
berbeda dengan kelas di daerah asalnya. ditawarkan oleh pemerintah setempat untuk
Situasi politik yang tidak mendukung SP menjadi guru mengaji dengan alasan bahwa
untuk tetap bertahan di Ambon merupakan SP sudah mendapatkan chemistry dengan
sebuah pendorong untuk melakukan mobilitas santri dan orang tuanya.
geografis. SP yang mengindahkan hal tersebut
memanfaatkannya untuk tetap melanjutkan Menurut Hartono (2011) bahwa jika
keinginannya untuk menjadi guru mengaji. SP pendidikan berkualitas mudah diakses, hal ini
yang mendapatkan jaminan berupa keamanan akan memudahkan seseorang untuk
di Makassar untuk bisa terus mengajar melakukan mobilitas sosial. Pendidikan yang
mengaji orang-orang, maka SP memutuskan sudah ditempuh oleh informan dalam
untuk menetap di Sulawesi Selatan, di Takalar. penelitian ini berbeda-beda. Ada yang lulus
SMP, lulus SMA, dan lulus sebagai seorang
Menurut Hartono (2011) bahwa komunikasi sarjana pendidikan. Perbedaan tersebut bukan
yang lancar mendukung berbagai arus berarti menunjukkan bahwa ada perbedaan
informasi yang ada di dalam masyarakat. aksesibilitas pendidikan yang diberikan
Komunikasi yang bebas dalam artian tidak ada pemerintah kepada masyarakat, namun karena
batas-batas antara kelompok-kelompok sosial kemampuan masyarakat untuk mengakses
yang ada di dalam masyarakat. Hal ini sesuai pendidikan yang tidak sama. Perbedaan
dengan pendapat Susanto (1999:73) bahwa tersebut berkaitan dengan kondisi ekonomi
seseorang yang mendapat banyak informasi, keluarga. Perbedaan ini yang didukung dengan
mengadakan banyak komunikasi dan interaksi kemampuan akademik yang bersangkutan.
mudah menjadi pemimpin. Dalam konteks ini, Jika yang bersangkutan bisa sekolah dalam
Susanto menekankan bahwa komunikasi akan kondisi ekonomi lemah namun tidak
mengangkat seseorang menjadi orang yang mendukung dalam hal akademiknya maka
berada di atas, dalam status sosial yang kecenderungan untuk berhenti sebelum lulus
meningkat dan mengalami perubahan dalam sarjana sangat besar. Hal ini terjadi pada
konteks mobilitas sosial. informan dalam penelitian ini.
Menurut Hartono (2011) bahwa jika tingkat Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
pembagian kerja tinggi dan sangat
dispesialisasikan, maka mobilitas akan Teori modernisasi dalam Suyanto & Karnaji
menjadi lemah dan menyulitkan orang untuk (2011:178) menyebutkan bahwa kemiskinan
bergerak dari satu kelas sosial ke kelas sosial itu terjadi karena seorang individu atau
yang lain. Sejalan dengan pendapat Susanto anggota keluarga yang miskin itu memang
(1999:66) bahwa dasar dari stratifikasi ialah malas bekerja atau karena mereka terus
pembagian pekerjaan, yaitu spesialisasi dan menerus sakit. Kondisi ini yang menjadi
diversifikasi pekerjaan. Penelitian ini penghambat bagi informan. Keseluruhan
menemukan SP yang telah berhasil terdorong informan bukan merupakan kemiskinan yang
oleh faktor pembagian kerja ini. diakibatkan karena malas bekerja namun
karena adanya ketidaksesuaian pendapatan dan
Spesialisasi SP yang bisa mengaji didukung pengeluaran yang terjadi.
oleh ketersediaan waktu luang SP dilihat dari
tidak adanya pekerjaan tetap SP membuat RL Menurut Cohen (1992:274) bahwa setiap
sebagai kepala lingkungan memanggil SP orang memperoleh sosialisasi yang berbeda.
kembali mengajar di TPA. Kondisi ini Sejalan dengan pendapat Hartono (2011)
menunjukkan bahwa SP sudah mendapatkan bahwa sosialisasi yang kuat biasanya
pekerjaan dalam rangka meningkatkan status memberikan batasan-batasan kepada
sosialnya melalui kemampuannya untuk masyarakat untuk tetap berada pada pemikiran
menjadi guru mengaji yang pada saat tersebut tersebut. Sosialisasi yang kuat ini berjalan
161
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
162
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Dewasa muda yang sudah berhasil tersebut Hasil penelitian tersebut di atas sepenuhnya
membutuhkan sebuah media untuk sudah memberikan jawaban kepada seluruh
menyalurkan berbagai pengalaman inspiratif pertanyaan penelitian yang menjadi dasar
tersebut. Kelurahan Kalabbirang sesuai berpijak dalam pengumpulan data di lapangan.
dengan karakteristik lokasi penelitian yang Seluruh pertanyaan penelitian dijawab sesuai
tersebut di atas tidak ditemukan adanya wadah dengan kemampuan informan sehingga
atau organisasi atau perkumpulan terkait mobilitas sosial pada kelompok dewasa muda
mobilitas sosial. Masyarakat yang sudah sudah terlihat di Kelurahan Kalabbirang.
berhasil dalam konteks tersebut di atas Pencapaian yang sudah dilakukan oleh peneliti
seharusnya bisa memberikan sumbangan mencapai 100% dengan asumsi bahwa seluruh
kepada Kalabbirang agar seluruh masyarakat aspek dan kompenen dalam setiap pertanyaan
dewasa muda bisa melakukan social climbing penelitian terjelaskan dan teranalisis sesuai
yang baik. dengan konsep mobilitas sosial yang ada.
163
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
untuk melakukannya. Salah satu indikator dalam kelompok dewasa muda yang
peningkatan kesejahteraan sosial yang ada mempunyai potensi untuk melakukan
adalah adanya perubahan kondisi seseorang perubahan dalam keluarga, dan tidak
yang berimbas pada perbaikan keberfungsian dinegasikan (dinafikan) bahwa orang lain
sosial dan peningkatan kualitas hidup. Hal ini dalam kelompok dewasa muda tersebut di
yang sudah dilakukan oleh seluruh informan Kelurahan Kalabbirang tidak memilikinya.
dalam kategori dewasa muda dengan berbagai Semua individu dalam kelompok ini tentunya
potensi dan sumber yang bisa dimanfaatkan mempunyai potensi, sekalipun kualitas dan
oleh mereka. kuantitasnya yang berbeda-beda.
Kelompok dewasa muda tentunya ada yang Mobilitas sosial yang dilakukan oleh
menyadari dan ada yang tidak menyadari. masyarakat Kalabbirang memberikan refleksi
Kelompok dewasa muda yang tidak menyadari yang sangat baik kepada seluruh kelompok
kondisi ini dianggap perlu untuk dipahamkan dewasa muda yang lainnya. Refleksi ini yang
dan disadarkan mengenai kondisi tersebut di sangat memungkinkan untuk ditiru oleh orang
atas. Perubahan yang diharapkan oleh seluruh yang belum menemukan potensi dari dalam
lapisan agen perubahan termasuk pemerintah, dirinya. Potensi tersebut yang tidak diketahui
pihak swasta, maupun lembaga-lembaga oleh orang lain kecuali dirinya sendiri.
pengembangan masyarakat berorientasi pada Sehingga proses yang diharapkan terjadi tidak
peningkatan kualitas hidup. Kondisi ini yang dapat dilakukan serta merta berdasarkan
diharapkan bisa direalisasikan dengan observasi dari agen perubahan yang
memastikan bahwa seluruh kelompok dewasa mengusahakan perubahan di dalam
muda memahami potensi dan sumber yang ada masyarakat. Perubahan ini kemudian dilihat
dan bisa menggunakan kemampuannya dalam sangat bisa terjadi untuk meningkatkan
melakukan perubahan status sosialnya. kondisi kehidupan masyarakat Kalabbirang.
Berdasarkan hal tesebut diatas maka potensi Sasaran dari program ini adalah seluruh
dan sumber yang dimiliki oleh masyarakat masyarakat kelompok dewasa muda
164
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
165
PEKSOS : Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 12, Nomor 2, November 2013
Daftar Pustaka
Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi: Suatu Pengantar [Theory and Problems of Introduction to
Sociology] (Sahat Simamora, Trans) (Cet. 2). Jakarta: Rineka Cipta.
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan: Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Mashud, Mustain. 2004. Perubahan Sosial. Narwoko, J. Dwi, & Bagong Suyanto (Ed.). Sosiologi:
Teks Pengantar dan Terapan (Edisi 1) (Cetakan 1) (h. 341). Jakarta: Kencana.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial (ed. 1) (Cet. 1). Jakarta: Rajawali Pers.
Setiadi, Elly M., & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial. Teori,Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi 41). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sudarso. 2011. Mobilitas sosial. Narwoko, J. Dwi, & Bagong Suyanto (Ed.). Sosiologi: Teks
Pengantar dan Terapan (Edisi 4) (Cetakan 5) (h. 208). Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-13 Mei 2011.
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Phil Astrid S. 1999. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial (Cetakan 5). Putra A.
Bardin.
Suyanto, Bagong & Karnaji. 2011. Stratifikasi Sosial: Determinan & Konsekuensi. Narwoko, J.
Dwi, & Bagong Suyanto (Ed.). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Edisi 4) (Cetakan 5)
(h. 169). Jakarta: Kencana.
Sorokin, Pitirim A. 1927. Social Mobility. Newyork & London: Harper & Brothers.
Sumber lain:
Hartono, Andreas Toni. 2011. Bab IV Mobilitas Sosial. Diakses pada 27 Desember 2012 dari http:
//sosiologi-sosiologixavega. blogspot.com/2011/ 05/bab_16.html
166