You are on page 1of 13

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 11, Nomor 1, Juni 2010, hlm.122-134

KARAKTERISTIK DAN AKAR MASALAH KEMISKINAN


Kasus Pada 4 Tipologi Desa di Kabupaten Sumbawa

Syaifuddin Iskandar 1, Amir Mahmud 1, dan Muslim 1


Universitas Samawa, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat
1

Jalan Raya Sering, Unter Iwes Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Telp: (0371) 23543
E-mail: dayukandar@gmail.com

Diterima 15 Desember 2009 / Disetujui 3 Mei 2010

Abstract: This research meant to dig and comprehends indicators distinguishing characteris-
tic and poorness problem root in Sumbawa regency. Because of research region broadness,
hence research subject is determined in purposive by four countrysides assessed representation
able to in geographical typology complete and characteristic countryside public and also level
of poorness of resident Sumbawa regency in general. As for fourth of countryside typology is
rural area, mountain area, coastal area, and sub urban area. Analyzer applied to comprehend
characteristic and poorness problem root of the countryside public, that is using analysis
Method Participative Poorness, which developed with method Root Cause Analysis (RCA).
This method applied to comprehend characteristic and poorness problem root in each country-
side typology. The result of data analysis in general inferential that the poorness characteristic
in each countryside typology actually not solely determined by region typology, because at
most all countryside typologies there is poor resident amounts which relative still big. This
condition altogether determined by economic indicators as factor that is very influences level
of prosperity/ poorness of countryside public.
Keywords: poorness, countryside typology, method participative poorness, level of prosperity

Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali dan memahami karakteristik yang
membedakan indikator dan akar penyebab kemiskinan di Sumbawa. Mengingat luasnya
daerah penelitian, maka subjek penelitian ditentukan oleh empat desa yang dinilai mampu
mewakili tipologi geografi dengan baik, karakteristik masyarakat perdesaan, dan tingkat
kemiskinan di Kabupaten Sumbawa pada umumnya. Adapun tipologi empat pedesaan terse-
but yaitu daerah perdesaan, pegunungan, pesisir, dan wilayah pinggiran kota. Analisis yang
digunakan untuk memahami karakteristik dan akar masalah kemiskinan masyarakat pedesaan
yaitu Method Participative Poorness, yang dikembangkan dengan metode Root Cause Analy-
sis (RCA). Metode ini diterapkan untuk memahami karakteristik dan akar penyebab kemis-
kinan di masing-masing tipologi desa. Hasil analisis data secara umum dapat disimpulkan
bahwa karakteristik kemiskinan setiap tipologi perdesaan pada kenyataannya semata-mata
tidak ditentukan oleh tipologi daerah, sebab hampir setiap tipologi desa jumlah orang miskin
masih relatif besar. Kondisi ini sepenuhnya ditentukan oleh indikator ekonomi sebagai faktor
yang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan/kemiskinan masyarakat pedesaan.
Kata kunci: kemiskinan, tipologi desa, metode partisipatif kemiskinan, tingkat kesejahteraan

PENDAHULUAN muara besar dari perencanaan pembangunan


hingga abad 21 ini masih berkutat pada pe-
ngentasan dan penanggulangan kemiskinan.
Kemiskinan menjadi perhatian utama pemba-
Pascakrisis 1998 yang melanda Indonesia misal-
ngunan yang direncanakan pemerintah selama
nya, yang paling menonjol adalah munculnya
beberapa dekade. Bahkan bisa dikatakan bahwa
program pengentasan kemiskinan pada berba-
gai sektor yang ditangani pemerintah. Misal- Untuk kasus Sumbawa, bisa kita bedah
nya, di sektor Kehutanan terdapat program Pa- kondisi kemiskinannya. Menurut versi BPS,
dat Karya Kehutanan, di sektor kesehatan bersi- untuk Pra Keluarga Sejahtera (PraKS) berturut-
nergi dengan Depnaker, Koperasi dan UKM turut dari tahun 2004–2007 adalah, 17.784 (18,92
terdapat Program Jaring Pengaman Sosial (JPS). persen), 19.9225 (20,40 persen), 22.256 (22,17
Untuk program sarana dasar terdiri dari; P2KP, persen), dan 22.510 (22,24 persen). (Progress
P3DT, PEMP, PM3K, PPK, IDT, dan terakhir Report Bupati Sumbawa Tahun 2008). Data
program beras miskin (Raskin). Selain itu, ada yang berbeda akan didapatkan jika merujuk
juga program untuk pengembangan ekonomi pada instansi atau dinas yang lain. Misalkan
produktif misalnya: P4K, UPPKS, P3EL, USP/ data BKBPP tentang persentase Pra KS Kabu-
KSP, dan LKM. Di bidang pendidikan ada pro- paten Sumbawa tahun 2003 adalah sebesar
gram; Biaya Operasional Sekolah (BOS), di 59,39 persen, kemudian tahun 2006 turun men-
bidang kesehatan ada WSLIC, JPS Kesehatan, jadi 48,8 persen, dan tahun 2007 turun lagi
program subsidi BBM, infrastruktur desa hing- menjadi 47,75 persen. Selain dari sisi jumlah,
ga subsidi di sektor perikanan dan kelautan. trend dari dua data ini juga menunjukkan per-
(Jumansyah dan Ahmad Zaini, 2006:5). bedaan, di mana data BPS memperlihatkan
Melihat begitu banyak program yang di- trend yang meningkat sedangkan menurut
laksanakan pemerintah untuk pengentasan dan versi BKBPP kemiskinan meski jumlahnya rela-
penanggulangan kemiskinan, semestinya kita tif besar namun trend dari tahun ke tahun
sudah bergerak melampau kondisi yang dise- menunjukkan penurunan.
but miskin (secara absolut). Namun yang terja- Berdasarkan data kuantitatif tentang ke-
di, kemiskinan tetap menjadi persoalan utama miskinan tersebut, ternyata sampai sekarang
dan mendasar di negeri ini. Apakah ini berarti justru masih menimbulkan kontaversi. Untuk
kita belum bergerak maju dari kondisi sebelum- lebih memantapkan pemahaman kita terhadap
nya? Jawabannya bisa sangat panjang dan ber- kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Sumba-
agam, dan kemudian kita dapati benang merah wa, maka penelitian ini dilakukan dalam upaya
bahwa kemiskinan merupakan kenyataan yang menggali secara lebih mendalam tentang akar
selalu ada dalam tradisi manusia. Dalam tradisi masalah kemiskinan yang terjadi di daerah pe-
keilmuan, kemiskinan belum menjadi konsep desaan selama ini, bukan hanya dari sisi
yang legitimate karena begitu banyak ragam dan kuantitatif, akan tetapi penting juga dikaji se-
kriteria untuk menentukannya. cara kualitatif berdasarkan kondisi riel para
Di antara begitu banyak ragam konsep pelaku hidup dari masyarakat desa itu sendiri.
kemiskinan yang ingin diukur oleh para pakar, Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
muncul pula suatu pendekatan baru sebagai dapat dirumuskan masalah sentral dan tujuan
jalan tengah, yaitu pendekatan dengan meng- yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang
gunakan metode Analisis Kemiskinan Partisi- karakteristik dan akar masalah kemiskinan
patif (AKP). Secara keilmuan, metode ini bisa yang ada di masing-masing tipologi desa yang
jadi tidak digunakan sebagai salah satu tools diteliti.
untuk membangun teori yang bersifat umum, Untuk membahas masalah kemiskinan se-
tetapi semata-mata untuk bisa membangun bagai fokus penelitian ini, digunakan berbagai
suatu konsep yang hanya bisa menjelaskan konsep/teori, antara lain dalam World Summit
obyek/subyek itu sendiri. Sebagai instrumen for Social Development, Kopenhagen (1995) dike-
yang digunakan untuk orientasi pengambilan mukakan bahwa, kemiskinan memiliki wujud
kebijakan pembangunan, AKP tentu menjadi yang majemuk, termasuk rendahnya pendapat-
instrumen yang bisa dicoba untuk menganalisis an dan sumber daya produktif yang menjamin
kondisi faktual kemiskinan masyarakat. Paling kehidupan berkesinambungan, kelaparan dan
tidak instrumen AKP bisa menghindarkan pela- kekurangan gizi, rendahnya tingkat kesehatan,
ku perencaan terjebak dalam kesalahan mema- keterbatasan dan kurangnya akses kepada pen-
hami kondisi dan akar masalah kemiskinan didikan dan layanan-layanan pokok lainnya,
yang muncul di tengah masyarakat. kondisi tidak wajar dan kematian akibat penya-

Karakteristik dan Akar Masalah Kemiskinan (Syaifuddin Iskandar dkk.) 123


kit yang terus meningkat, kehidupan bergelan- hatan, air bersih, sanitasi dan berbagai bentuk
dangan dan tempat tinggal yang tidak me- jasa sosial lainnya (Todaro, 2000: 200-201).
madai, lingkungan yang tidak aman, serta dis- Ahli ekonomi lainnya, mengelompokkan
kriminasi dan keterbelakangan sosial. Kemis- ukuran kemiskinan menjadi dua, yaitu kemis-
kinan juga dicirikan oleh rendahnya tingkat kinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskin-
partisipasi dalam proses pengambilan keputus- an absolut, diartikan sebagai suatu keadaan di
an dan dalam kehidupan sipil, sosial dan bu- mana tingkat pendapatan dari seseorang tidak
daya. cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
Pendekatan yang digunakan oleh Badan seperti sandang, pangan, permukiman, kesehat-
Pusat Statistik (BPS) dalam menentukan pen- an, dan pendidikan. Ukuran ini terkait dengan
duduk miskin adalah pendekatan basic needs, di batasan pada kebutuhan pokok atau kebutuhan
mana kemiskinan diartikan sebagai ketidak- minimum. Sayogyo (1977) menyatakan bahwa
mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, untuk daerah perkotaan kebutuhan minimal
baik untuk kebutuhan makanan maupun untuk perkapita setara dengan 420 kg beras per tahun-
kebutuhan non makanan. Indikator yang digu- nya, dan untuk daerah perdesaan 320 kg.
nakan adalah Head Count Index (HCI) yaitu Kemiskinan relatif berkaitan dengan distribusi
jumlah dan persentase penduduk miskin yang pendapatan yang mengukur ketidakmerataan.
berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemis- Dalam kemiskinan relatif, seseorang yang telah
kinan dihitung berdasarkan rata-rata penge- mampu memenuhi kebuthan minimumnya be-
luaran untuk makanan dan non makanan. lum tentu disebut tidak miskin, karena apabila
Standar untuk kebutuhan makanan dihitung dibandingkan dengan penduduk sekitarnya,
dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk bisa jadi ia memiliki pendatapatan yang lebih
kebutuhan makanan yang menghasilkan energi rendah.
2100 kalori per hari, sedangkan untuk kebutuh- Kemiskinan, khususnya kemiskinan di ko-
an non makanan adalah besarnya rupiah yang ta erat kaitannya dengan langkanya peluang
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mi- kerja yang produktif. Penduduk, baik penda-
nimum seperti untuk perumahan, penerangan, tang (urbanis) maupun penduduk kota yang
bahan bakar, pakaian, pendidikan, kesehatan, baru masuk angkatan kerja, dengan kemampu-
transportasi, barang-barang tahan lama dan an yang dimiliki menciptakan kesempatan kerja
barang jasa esensial lainnya. dengan memanfaatkan kehidupan kota. Jika
Tinjauan lain menurut ilmu ekonomi, yang dipandang dari sudut ekonomi, maka ada bebe-
menjelaskan bahwa karakteristik kemiskinan rapa faktor penyebab kemiskinan yaitu:
absolut merupakan dampak dari perpaduan (1) secara makro, kemiskinan muncul karena
antara tingkat pendapatan per kapita yang ren- adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sum-
dah dengan distribusi yang sangat tidak mera- berdaya yang menimbulkan distribusi yang
ta. Michael P. Todaro menjelaskan karakteristik timpang. Penduduk miskin memiliki sumber-
ekonomi masyarakat miskin, yaitu; daya terbatas dan kualitasnya rendah,
(1) kemiskinan di pedesaan sebagai generalisasi (2) kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam
pertama yang terbilang paling sahih (valid) me- kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sum-
ngenai penduduk miskin, di mana mereka pada berdaya manusia yang rendah berarti produkti-
umumnya bertempat tinggal di daerah-daerah vitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya
pedesaan dengan mata pencaharian pokok di juga rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya
bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya manusia ini karena rendahnya tingkat pendi-
yang erat kaitannya dengan sektor ekonomi dikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
tradisional tersebut, diskriminasi, atau karena keturunan,
(2) kaum wanita, sebagai generalisasi penting (3) kemiskinan muncul akibat perbedaan akses
kedua, di mana kemiskinan lebih banyak dide- pemanfaatan dan sumberdaya dan modal,
rita oleh kaum wanita. Wanita adalah kelom- (4) di daerah perkotaan, derasnya arus migran
pok yang paling sering menderita kekurangan masuk juga memberi dampak terhadap sema-
gizi, paling sedikit menerima pelayanan kese- kin banyaknya penduduk dalam kategori mis-

124 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 122-134
kin. Prilaku para migran dalam kehidupan kota dengan metode AKP yaitu: (1) Pemetaan wila-
yang sedemikian rupa, yakni pengeluaran yang yah; gambaran kondisi alam, komoditas utama,
serendah-rendahnya di daerah tujuan (kota) ketersediaan dan kondisi sumber daya, yang
agar dapat menabung untuk dapat di bawa pu- dipetakan dengan teknik pleno desa, (2) Klasifi-
lang ketika mereka mudik ke kampung halam- kasi kesejahteraan yang dilakukan melalui
an (daerah asal), dan pleno desa untuk mengetahui ciri-ciri orang
(5) terputusnya akses pengairan di sebagian miskin, bobot, kriteria dan klasifikasi masyara-
lahan pertanian, berdampak pada perubahan kat, (3) Sensus pembobotan setiap RT yang dila-
perilaku petani. Apabila petani tidak dapat kukan oleh masing-masing RT sehingga dari
segera mengantisipasi perubahan tersebut, me- klasifikasi kesejahteraan yang telah ditentukan
reka akan kesulitan untuk melakukan aktivitas dapat diketahui kelompok yang termasuk da-
produktif di bidang pertanian. Optimalisasi lam kriteria miskin dan sangat miskin, (4)
lahan yang telah terputus akses pengairannya Tabulasi bersama hasil sensus dengan menggu-
perlu segera dipolakan agar kemanfaatannya nakan teknik tabulasi, bobot dan skoring peser-
oleh petani dan masyarakat perkotaan dapat ta/utusan dari masing-masing dusun yang
dirasakan. melakukan identifikasi tentang kriteria miskin
dan kaya sesuai jumlah skor yang diperoleh.
Klasifikasi masing-masing indikator tersebut
METODE PENELITIAN
kemudian ditentukan berdasarkan skala pengu-
kuran 1–4 di mana skala 1=miskin sekali, skala
Penelitian ini termasuk jenis penelitian des- 2=miskin, skala 3=sedang, dan skala 4=kaya.
kriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditentukan Pada kegiatan ini masyarakat melakukan verifi-
secara purposive, yang difokuskan pada empat kasi serta cross check hasil tabulasi sesuai de-
Desa yang memiliki tipologi berbeda-beda, ngan istilah lokal, fakta dan kondisi riel yang
yaitu tipologi daerah pesisir (Desa Teluk San- dialami.
tong), daerah pegunungan (Desa Batu Dulang),
daerah persawahan (Desa Songkar), daerah sub
urban (Desa Kalimango). Pemilihan empat tipo- HASIL DAN PEMBAHASAN
logi tersebut disesuaikan dengan kondisi
umum wilayah geografis yang ada di Kabupa- (1) Desa Teluk Santong (Tipologi Daerah Pesi-
ten Sumbawa. sir). Desa Teluk Santong adalah salah satu desa
Data dikumpulkan dengan menggunakan yang berada di kawasan ano siup atau kawasan
metode observasi partisipatif (problem solving), sebelah timur Kabupaten Sumbawa. Secara
pencatatan dokumen (sensus) dan indepth inter- administratif, Desa Teluk Santong berada da-
view (wawancara). Metode analisis data meng- lam wilayah Kecamatan Plampang dengan luas
gunakan metode Analisis Kemiskinan Partisi- wilayah 107,24 km. Sebagai Pusat Pemerintah-
pasi (AKP), yaitu salah satu cara yang diguna- an, Desa Teluk Santong membawahi tiga dusun
kan untuk lebih mendekatkan konsep kemis- yakni: Dusun Teluk Santong, Labu Jontal, dan
kinan sesuai dengan karakteristik wilayah di Dusun Ai Boro. Secara geografis, dusun Labu
mana kemiskinan tersebut didefinisikan. Ana- Jontal dan Teluk Santong berada di pesisir
lisis AKP dikembangkan dengan metode Root pantai, sedangkan Ai Boro tergolong dusun
Cause Analysis (RCA) yaitu untuk memahami persawahan dan sebagian besar masyarakat
akar masalah kemiskinan di masing-masing ti- bekerja sebagai petani. Meskipun terdapat satu
pologi desa. Metode ini menjadi salah satu pen- dusun yang tergolong dusun bertipe persa-
dekatan alternatif untuk memperkaya pende- wahan, tetapi di dalam struktur budaya tradi-
katan penelitian kualitatif dalam menjelaskan/ sional Sumbawa, Desa Teluk Santong sendiri
menjawab fenomena-fenomena sosial yang ter- dikelompokkan ke dalam kelompok desa pabi-
jadi di masyarakat. ring atau desa pesisir pantai, di mana mata pen-
Adapun langkah-langkah yang ditempuh caharian, budaya dan struktur sosial masyara-
dalam proses pengumpulan dan analisis data katnya menggambarkan budaya masyarakat

Karakteristik dan Akar Masalah Kemiskinan (Syaifuddin Iskandar dkk.) 125


pesisir pada umumnya. bila hasil yang di dapat dari hasil melaut se-
Masyarakat yang mendiami Desa Teluk mata-mata hanya bisa mecukupi kebutuhan
Santong terhimpun dalam 341 keluarga batih hidup rumah tangga sehari-hari.
(rumah tangga), berpenduduk 2409 jiwa, yang Berdasarkan hasil klasifikasi tingkat kese-
terdiri dari: penduduk laki-laki berjumlah 1261 jahteraan masyarakat Desa Teluk Santong di-
jiwa, sedangkan perempuan berjumlah 1148 peroleh hasil bahwa ada 11 (sebelas) indikator
jiwa (data primer diperoleh melalui sensus yang mengklasifikasikan kondisi dan karakter-
dusun). Pada umumnya penduduk Desa Teluk istik masyarakatnya yaitu; pekerjaan, alat me-
Santong adalah masyarakat yang heterogen, laut, bentuk rumah, sawah, jumlah ternak be-
karena berasal dari berbagai desa dan suku sar, pendidikan orang tua, tempat bab, tempat
seperti suku Bugis yang menempati posisi seba- berobat, sumber air minum, dan terakhir pene-
gai penduduk mayoritas, kemudian disusul rangan. Dari indikator tersebut ditentukan
oleh penduduk yang datang dari berbagai ke- bobot dan kriterianya dengan skala 1–4. Skala
camatan yang ada di Kabupaten Sumbawa, 1=kasi asi pupu (miskin sekali), skala 2=kasi asi
seperti dari desa yang ada di Kecamatan Plam- (miskin), skala 3=setuju tuju (sedang) dan skala
pang sendiri, Kecamatan Empang, Sumbawa, 4=sugi (kaya). Tabel 1 memberikan gambaran
Batulanteh, termasuk juga dari daerah di luar tentang kondisi dan karakteristik masyarakat
Nusa Tenggara Barat yang kemudian berbaur Desa Teluk Santong.
menjadi satu komunitas sebagai penduduk Berdasarkan hasil AKP yang diolah dari
Desa Teluk Santong. Proses kedatangan pendu- data sensus per dusun, diperoleh gambaran
duk, ada yang datang karena proses perkawin- tentang klasifikasi jumlah rumah tangga miskin
an dengan masyarakat setempat, ikut kerabat di Desa Teluk Santong, seperti Tabel 2.
bahkan ada yang sengaja datang untuk berusa- Tabel 2 menggambarkan bahwa dari 644
ha dan menetap di Teluk Santong. Secara rumah tangga, jumlah rumah tangga miskin
umum penduduk Desa Teluk Santong hidup dan sangat miskin di Desa Teluk Santong terca-
dari hasil laut dan berprofesi sebagai nelayan, tat sebanyak 341 rumah tangga (rumah tangga
pertanian, peternakan, dan perdagangan. miskin sebanyak 268, dan rumah tangga miskin
Sebagai masyarakat pesisir, umumnya pen- sekali berjumlah 73 rumah tangga) dengan
duduk Desa Teluk Santong bermata pencaha- komposisi 52,95 persen. Jika dilihat sebaran per
rian sebagai nelayan, petani sawah dan ternak, dusun maka dari ketiga dusun yang ada di
pedagang dan sebagian kecil dari penduduk- Desa teluk Santong, klasifikasi penduduk mis-
nya adalah pegawai negeri sipil. Dalam konteks kin paling besar bertempat tinggal di Dusun
masyarakat nelayan, mayoritas masyarakat Labu jontal, sebanyak 97 rumah tangga atau
Teluk Santong tergolong nelayan kecil dengan 47,8 persen, rumah tangga miskin dan miskin
fasilitas penangkapan ikan seadanya (perahu sekali 107 rumah tangga: rumah tangga miskin
kecil, jala dan alat pancing biasa), dan dengan 97 atau 47,8 persen, sedangkan yang tergolong
model dan mekanisme penengkapan ikan yang miskin sekali sejumlah 10 rumah tangga atau
masih sangat sederhana. Sejalan dengan ini, 4,9 persen dari 203 rumah tangga yang ada di
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki labu jontal. Sementara penduduk yang tergo-
nelayan pun pada umumnya di kategorikan long sangat miskin umumnya bertempat ting-
nelayan kecil dan tradisional: pengetahuan tu- gal di Dusun Teluk Santong yang berjumlah 60
run-temurun yang merupakan warisan para kepala keluarga atau 17,7 persen.
pendahulunya. Hanya sebagian kecil saja dari Untuk mengetahui akan masalah kemis-
nelayan setempat yang menggunakan alat kinan yang terjadi di desa Teluk Santong, selan-
penangkapan ikan yang tergolong modern. jutnya dianalisis dengan menggunakan Analisis
Dengan fasilitas dan penangkapan ikan seada- Kerentanan (Root Cause Analysis/RCA) dan ha-
nya yang dimiliki oleh sebagian besar nelayan silnya menunjukkan bahwa akar penyebab ma-
setempat, bisa dimaklumi bila hasil tangkapan salah kemiskinan muncul pada indikator ketia-
yang didapat baik jenis ikan dan jumlahnya daan akses terhadap alat penangkapan ikan
tergolong kecil. Karenanya, sangat beralasan serta banyaknya tengkulak yang menjerat ma-

126 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 122-134
Tabel 1. Karakteristik Desa Teluk Santong (Tipologi Daerah Pesisir)
Karakteristik Sugi/Kaya Setuju tuju/sedang Kasi asi/ miskin Kasi asi pupu/
(4) (3) (2) miskin sekali
(1)
(11) Pekerjaan Swasta/Pengusah Nelayan/Tani/ Buruh/Jual Air -
a PNS/Dagang
(10) Alat Ke Laut/ Boat dan jaring Boat, Sampan, Alat pancing, -
Pertanian Lengkap, Hand Pancing, Ocor, pacul, hand
traktor Bajak, Sprayer
(9) Bentuk Rumah Permanen Panggung Papan, Panggung Gubuk/Rumah
Semi Permanen Gedek/Bambu Tanah
(8) Sawah 2-1 Ha <1-0,2 Ha < 0,2 Ha -
(7) Ternak Besar 15-6 Ekor 5-3 Ekor 2-1 Ekor -
(6) Pendidikan Anak Sarjana SMA SMP SD
(5) Pendidikan Orang Sarjana SMA SMP SD
Tua
(4) Tempat BAB WC dalam Rumah WC di luar Rumah WC Umum Pinggir pantai/
Padak/Dalam
Orong/Sawah
(3) Tempat Berobat Dokter/rumah Puskesmas/Bidan SKTM Puskesmas Sandro/Dukun
sakit
(2) Sumber Air minum Air Galon Sumur /Beli Ciregen Sumur/Beli Sumur
Ember
(1) Penerangan Listrik KWH 900– Listrik KWH 450 Ngalir/Sambung Sulo/Lampu
1400 kabel ke Tetangga Templek
Sumber: Hasil Pleno Desa Tim AKP dengan Masyarakat Desa Teluk Santong

syarakat desa Teluk Santong. Kondisi ini terjadi wilayah kecamatan Batulanteh. Desa ini terletak
sudah sangat lama dan dapat dikatakan sudah kurang lebih 10 km dari pusat kota Kecamatan
menjadi tradisi bagi masyarakat setempat. Batulanteh yakni Desa Semongkat, dan berjarak
Solusi untuk mendapat pinjaman di Bank pun kurang lebih 20 km dari ibukota kabupaten.
tidak menyelesaikan masalah karena Bank Penduduk Desa Batu Dulang berjumlah 824
masih dianggap terlalu birokratis yang meng- jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki ber-
haruskan persyaratan yang berbelit-belit. umlah 410 jiwa dan perempuan berjumlah 414
(2) Desa Batu Dulang (Tipologi Daerah jiwa, dan terhimpun dalam 232 kepala keluar-
Pegunungan). Desa Batu Dulang adalah salah ga.
satu desa dari enam desa yang berada dalam

Tabel 2. Klasifikasi Rumah Tangga Miskin di Desa Teluk Santong

Klasifikasi Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Persentase (%)


Sugi/Kaya 12 1,86
Setuju Tuju/ Sedang 291 45,19
Kasi Asi/Miskin 268 41,61
Kasi Asi Pupu/Miskin sekali 73 11,34
Total 644 100,00
Sumber: Hasil Sensus Tim AKP

Karakteristik dan Akar Masalah Kemiskinan (Syaifuddin Iskandar dkk.) 127


Sebagai ibukota desa, Desa Batu Dulang skala 1=kaperit (miskin sekali), skala 2=rara
membawahi 2 dusun, yakni Dusun Batu Du- (miskin), skala 3=tepang (sedang), skala 4=sugi
lang dan Dusun Punik, dan membawahi dari 6 (kaya). Tabel 3 memberikan gambaran tentang
RT dan 4 RW. Sementara jarak tempuh kedua kondisi dan karaktersitik masyarakat Desa Batu
dusun tergolong dekat dan kurang lebih 10 km, Dulang.
tetapi karena sulitnya transportasi jalan teruta- Secara keseluruhan Kecamatan Batulanteh
ma pada musim-musim penghujan menyebab- tergolong kecamatan terisolir dan desa-desanya
kan hubungan sosial masyarakat antar dusun termasuk klasifikasi desa tertinggal, tetapi
(Punik dan Batu Dulang) sangat sulit dilakukan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan pen-
setiap saat. Secara geografis Desa Batu Dulang duduk Desa Batu Dulang cukup menggembira-
dan Kecamatan Batulanteh pada umumnya ter- kan bila dibandingkan dengan dengan Desa
masuk daerah dataran tinggi dan diklasifikasi- Teluk Santong (representasi daerah pesisir).
kan sebagai daerah pegunungan. Istilah lokal Perkembangan ekonomi dan tingkat kesejahte-
disebut Desa Bawo (terletak di dataran tinggi- raan penduduk berdasarkan hasil sensus yang
pegunungan). Kondisi geografis yang sulit merujuk pada hasil pleno desa tentang kriteria,
dijangkau, sarana penunjang transportasi se- ciri dan karakteristik lokal klasifikasi kese-
perti jalan yang buruk, juga penerangan listrik jahteraan masyarakat, menjelaskan bahwa pada
hanya ada di Desa Klungkung dan Dusun Batu umumnya rumah tangga Desa Batu Dulang
Dulang. berada pada posisi berkecukupan (tidak
Data Bappeda Sumbawa tahun 2007 me- kaya/tidak miskin) seperti tampak pada Tabel
nunjukkan bahwa semua desa yang ada di 4.
wilayah kecamatan Batulanteh masuk dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 232 ru-
kategori desa tertinggal tidak terkecuali desa mah tangga di Desa Batu Dulang, tercatat jum-
Batu Dulang. Sebenarnya potensi alam Batu- lah rumah tangga miskin dan sangat miskin
lanteh sangat kaya raya: daerah penghasil kopi, adalah 45 rumah tangga dengan komposisi,
kemiri, madu, dan berbagai jenis umbi-umbian 1,71 persen rumah tangga sangat miskin dan
yang lainnya. Potensi alam yang baik ini tidak 17,67 persen rumah tangga miskin. Klasifikasi
ditunjang oleh sarana transportasi yang mema- terbesar adalah rumah tangga tepang/sedang
dai itulah yang menjadikan daerah Batulanteh yakni 171 rumah tangga atau 73,71 persen.
tergolong kecamatan miskin dan terisolir. Rumah tangga yang termasuk klasifikasi kaya
Dilihat dari klasifikasi pekerjaan pendu- ternyata jauh lebih besar dari rumah tangga
duk, pada umumnya bekerja sebagai petani sangat miskin, yakni 16 rumah tangga atau 6,90
ladang sebanyak 154 kepala keluarga, sektor persen dari total populasi penduduk Desa Batu
kehutanan sebanyak 71 kepala keluarga, PNS 7 Batu Dulang yang mendiami dua dusun, yaitu
kepala keluarga. Pertanian lahan kering sebagai Dusun Punik dan Dusun Batu Dulang. Jika
pekerjaan utama penduduk dan komoditas ditelusuri dari data per dusun, maka dari total
yang dihasilkan berupa kopi, kemiri, dan seba- 45 rumah tangga miskin dan sangat miskin,
gainya. Sedangkan bertanam padi dilakukan 53,33 persen berada di Dusun Punik dan 46,67
secara berladang dengan sistim gogorancah. persen berada di Dusun Batu Dulang.
Berdasarkan hasil klasifikasi tingkat kese- Selanjutnya, untuk mengetahui akan masa-
jahteraan masyarakat Desa Batu Dulang, diper- lah kemiskinan yang terjadi di desa Batu
oleh hasil bahwa 12 (duabelas) indikator yang Dulang, dianalisis dengan menggunakan Ana-
mengklasifikasi kondisi dan karaktersitik ma- lisis Kerentanan (Root Cause Analysis/RCA) dan
syarakatnya yaitu; kepemilikan kendaraan, hasilnya menunjukkan bahwa akar penyebab
pendidikan orang tua, pendidikan anak, alat masalah kemiskinan muncul karena kurangnya
memasak, tempat berobat, tempat BAB, pene- akses terhadap transportasi yang relatif sulit
rangan, bentuk rumah, ternak besar, pengeluar- serta menimbulkan biaya tinggi bagi masyara-
an per hari, pekerjaan dan luas kebun (tanah kat, terutama memukul petani perkebunan
garapan). Dari indikator tersebut ditentukan yang pendapatannya sudah minim, justru
bobot dan kriterianya dengan skala 1–4, dimana semakin memakan biaya tinggi terutama biaya

128 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 122-134
Tabel 3. Karakteristik Desa Batu Dulang (Tipologi Daerah Pegunungan)
Karakteristik Sugi/Kaya Tepang/ Cukup Rara/Miskin Kaperit/Miskin
(4) (3) (2) Sekali
(1)
(12) Kebun > 2 Ha 2 – 0,5 Ha < 0,5 Ha -
(11) Pekerjaan PNS/Pengusaha Tani Buruh Tani, -
Pengrajin
(10) Pengeluaran > 30 Ribu 30 – 21 Ribu 20 – 10 Ribu < 10 Ribu
Per hari
(9) Ternak Besar 30 – 16 Ekor 15 – 4 Ekor 1 – 3 Ekor -
(8) Bentuk Rumah Panggung Panggung Rumah lantai Rumah
Papan/Permanen Gedek, Semi Bambu Pampang/
Permanen Numpang
(7) Penerangan Listrik KWH 900 - Listrik KWH 450 Ngalir/Sambung Pajenang/
1400 kabel tetangga Lampu Templek
(6) Tempat BAB WC dalam Rumah WC di luar WC Umum/ Kokar/Selokan
Rumah Numpang di Gunung
(5) Tempat Berobat Dokter/Rumah Puskesmas/ Polindes Sandro/
sakit Bidan Dukun
(4) Alat memasak Kompor Gas Kompor minyak Kayu dan Kayu Bakar
Minyak Tanah
(3) Pendidikan Sarjana SMA SMP SD
Anak
(2) Pendidikan Sarjana SMA SMP SD
Orang Tua
(1) Kendaraan Roda 4 Roda 2 Sepeda -
Sumber: Hasil Pleno Desa Tim AKP dengan penduduk Desa Batu Dulang

transportasi sehingga pada gilirannya para Tengah dan Bawah dengan luas wilayah 14,3
petani selalu merugi dan yang miskin semakin Km. Jumlah penduduk desa Songkar sebanyak
miskin. 1,270 jiwa yang terdiri dari 670 jiwa laki–laki
(3) Desa Songkar (Tipologi Daerah Persa- dan 600 jiwa perempuan yang terhimpun
waan). Desa Songkar adalah salah satu di dalam 344 KK. Desa Songkar, selain nama dari
antara enam desa yang ada di Kecamatan Moyo sebuah desa (unit pemerintahan terkecil), juga
Utara. Secara administratif Desa Songkar terba- nama dusun yang juga merupakan nama ibu
gi dalam tiga dusun yaitu Dusun Songkar Atas, kota desa yang secara geografis terletak di

Tabel 4. Klasifikasi Rumah Tangga Miskin di Desa Batu Dulang

Klasifikasi Rumah Tangga Jumlah Persentase


Rumah tangga (%)
sugi/kaya 16 6,90
tepang/ sedang 171 73,71
rara/ miskin 41 17,67
kaperit/ miskin sekali 4 1,72
Total 232 100
Sumber: Hasil Sensus tim AKP

Karakteristik dan Akar Masalah Kemiskinan (Syaifuddin Iskandar dkk.) 129


sebelah timur Kecamatan Moyo Utara yang ber- an masyarakat Songkar hingga bisa panen sam-
batasan dengan langsung dengan desa Berare pai tiga kali setahun. Selain pertanian, peter-
di bagian selatan, di sebelah timur berbatasan nakan (sapi, kerbau) juga menjadi andalah pen-
dengan desa Batu Bangka, sebelah barat dan duduk Desa ini.
utara berbatasan dengan desa Pungkit. Berdasarkan hasil klasifikasi tingkat kese-
Masyarakat Desa Songkar hidup dalam jahteraan masyarakat Desa Songkar, diperoleh
pemukiman yang berpola mengumpul (nugli- hasil ada 13 indikator yang mengklasifikasi
ated agriculture village comunity) rumah pen- kondisi dan karakteristik masyarakatnya yaitu;
duduk terkonsentrasi dalam satu lokasi, rumah indikator jumlah kali makan dalam sehari,
yang satu dengan yang lainnya saling berdekat- penerangan, alat masak, pendidikan orang tua,
an dan umumnya masih kerabat dekat. Pemu- pendidikan anak, sumber air minum, tempat
kiman penduduk dikelilingi oleh area persa- berobat, tempat BAB, bentuk rumah, penge-
wahan atau yang lebih dikenal dengan sebutan luaran per bulan, pekerjaan, jumlah ternak
”Orong Rea”. Orong Rea semenjak zaman besar, dan sawah. Untuk membuat klasifikasi
kesultanan Sumbawa menjadi “lumbung beras” masing-masing indikator tersebut kemudian
bagi warga Sumbawa dan sekitarnya. Hal ini ditentukan skala pengukuran, yaitu: skala 1–4
dimungkinkan karena adanya irigasi yang baik. dimana skala 1=kaperit (miskin sekali), skala
Bagi sawah-sawah yang berlokasi di lokasi 2=rara (miskin), skala 3=tepang (sedang), dan
Orong Rea relatif tidak pernah mengalami gagal skala 4=sugi (kaya). Tabel 5 memberikan gam-
panen. baran tentang kondisi dan karakteristik masya-
Luasnya hamparan pertanian terutama rakat Desa Songkar.
sawah, menjadikan sebagian besar masyarakat Berdasarkan hasil AKP yang diolah dari
Songkar hidup sebagai petani. Dari 333 KK, 280 data sensus per dusun, diperoleh gambaran
KK (1,025 orang) adalah keluarga petani, dan tentang klasifikasi jumlah rumah tangga miskin
itupun tercatat 210 KK petani dan memiliki di Desa Songkar, seperti pada Tabel 6.
lahan sawah di bawah 0,50 Ha, selebih nya 90 Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah pen-
KK memiliki sawah di atas 1 Ha dan rata-rata duduk miskin dan sangat miskin di Desa Song-
mereka memiliki ternak besar seperti kerbau kar tercatat 94 rumah tangga, dengan kompo-
dan sapi, dan masyarakat menyebutnya tau ada sisi 24,2 persen termasuk dalam rumah tangga
(orang kaya). Tau ada pada umumnya adalah rara (miskin) dan 3,60 persen termasuk dalam
mereka yang memiliki lahan pertanian teru- rumah tangga kaperit (miskin sekali). Jumlah
tama sawah di atas 1 Ha, memiliki ternak besar rumah tangga yang tercatat dengan klasifikasi
umumnya berasal dari para pegawai negeri tepang (sedang) adalah 221 rumah tangga atau
sipil. Berdasarkan catatan desa, tercatat ada 33 66,37 persen dari total penduduk Desa Songkar.
kk (135 orang) yang tidak memiliki lahan Kemudian yang termasuk dalam klasifikasi
pertanian dan hidup sebagai buruh tani dan sugi (kaya) tercatat 18 rumah tangga atau 5,41
buruh lepas. Masyarakat yang tidak memiliki persen dari total penduduk. Jika ditelusuri
lahan pertanian di sebut sebagai tau nonda atau dengan data per dusun maka komposisi pendu-
orang miskin. Sebagian kecil dari masyarakat duk miskin dan termiskin dari tiga dusun yang
setempat atau sekitar 40 orang tercatat sebagai ada di Desa Songkar, terbesar adalah Dusun
PNS dan pegawai swasta. Songkar B yaitu 45,74 persen dari total pendu-
Bila dibandingkan dengan desa-desa lain duk miskin, kemudian disusul Dusun Songkar
di Kecamatan Moyo Utara, kondisi ekonomi A sebesar 34,02 persen dan terakhir Dusun
dan tingkat kesejahteraan masyarakat Songkar Songkar Tengah sebesar 20,21 persen.
cukup menggembirakan, dan mengalami per- Selanjutnya, untuk mengetahui akan masa-
kembangan pesat dari waktu ke waktu. Per- lah kemiskinan yang terjadi di desa Songkar,
kembangan ini disebabkan oleh peningkatan dianalisis dengan menggunakan Analisis Ke-
hasil sektor pertanian (padi, kacang), terutama rentanan (Root Cause Analysis/RCA) dan hasil-
setelah berfungsinya Waduk Batu Bulan yang nya menunjukkan bahwa akar penyebab masa-
mampu mencukupi kebutuhan area persawah- lah kemiskinan muncul karena tidak bekerjanya

130 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 122-134
Tabel 5. Karakteristik Desa Songkar (Tipologi Daerah Persawaan)
Karakteristik Sugi/kaya Tepang/sedang Rara/miskin Kaperit/miskin
(4) (3) (2) sekali ( 1 )
(13) Sawah 3 – 5 Ha 1 – 2,9 Ha < 1 Ha -
(12) Ternak Besar > 16 ekor 3 – 16 ekor 1 – 2 ekor -
(11) Pekerjaan Tani / Tani / PNS Tani Buruh tani
Pengusaha
(10) Pengeluaran Per > 2 Juta 500 – 2 Juta 300 – 500 Ribu < 100 Ribu
Bulan
(9) Bentuk Rumah Permanen Panggung Papan, Panggung Gubuk/
Semi Permanen Gedek/ Bambu Rumah Tanah
(8) Tempat BAB WC dalam WC di luar WC Umum Dalam Orong/
Rumah Rumah Tengah Sawah
(7) Tempat Berobat Dokter Puskesmas Beli Obat di Dukun
Warung
(6) Sumber Air Beli Air Galon Sumur Sumur Umum Ngaro/
Minum Pribadi Numpang
(5) Pendidikan Anak Sarjana SMA SMP SD
(4) Pendidikan Orang Sarjana SMA SMP SD
Tua
(3) Alat Memasak Kompor gas Kompor minyak Kayu dengan Kayu Bakar
Tanah minyak tanah
(2) Penerangan Listrik KWH Listrik KWH 450 Ngalir/ Todo/ Obor
900 - 1400 sambung
kabel tetangga
(1) Berapa Kali makan 3X 4 sehat 5 3X 2X 1X
sempurna
Sumber: Hasil Pleno Desa Tim AKP dengan Penduduk Desa Songkar

penyuluh pertanian di lokasi desa Songkar, hasil pertanian para petani.


tidak adanya pendamping petani yang memfa- (4) Desa Kalimango (Tipologi Daerah Sub
silitasi dalam mengoptimalkan hasil pengolah- Urban). Desa Kalimango sebagai salah satu
an lahan pertanian, sehingga petani yang desa dari tujuh desa yang berada dalam wila-
minim pengetahuan dalam hal ini tidak banyak yah Kecamatan Alas dan berjarak 70 km dari
mendapat akses terhadap teknologi pertanian ibu kota kabupaten dengan waktu tempuh 1,5
terbaru yang mestinya mampu meningkatkan jam. Secara administratif desa Kalimango ter-

Tabel 6. Klasifikasi Rumah Tangga Miskin di Desa Songkar

Klasifikasi Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Persentase


sugi/kaya 18 5,41
tepang/sedang 221 66,37
rara/miskin 82 24,62
kaperit/miskin sekali 12 3,60
Total 333 100
Sumber: Hasil Sensus Tim AKP

Karakteristik dan Akar Masalah Kemiskinan (Syaifuddin Iskandar dkk.) 131


diri dari tiga dusun yakni dusun Kerato, dusun Berdasarkan hasil klasifikasi tingkat kese-
Pok dan dusun Kalimango. Secara keseluruhan jahteraan masyarakat Desa Kalimango, diper-
jumlah penduduk Kalimango berjumlah 3521 oleh hasil ada 12 indikator yang mengklasi-
jiwa, yang terdiri laki-laki 1722 dan perempuan fikasi kondisi dan karaktersitik masyarakatnya
1798. Secara keseluruhan penduduk tersebut yaitu: penerangan, pendidikan anak, kendara-
terhimpun dalam 876 Kepala Keluarga. an, alat memasak, sumber air minum, tempat
Bila dilihat dari struktur penduduk, asal berobat, pengeluaran per hari, ternak, sawah
usul, agama, dan mata pencaharian penduduk basah, pendidikan orang tua, pekerjaan dan
masyarakat Kalimango sangat heterogen bila bentuk rumah. Ada empat skala untuk menen-
dibandingkan dengan desa-desa lainnya di tukan indikator miskin, yaitu skala 1=kaborah
Kabupaten Sumbawa. Penduduk yang saat ini (miskin sekali), skala 2=rara (miskin), skala
bermukim di desa Kalimango berasal dari etnis 3=senang (sedang), dan skala 4 sugi=(kaya).
Samawa (Sumbawa), Sasak, Jawa, Bima, dan Tabel 7 memberikan gambaran tentang karak-
Cina. Karenanya, selain bahasa Samawa (Sum- teristik dan ciri-ciri masyarakat Desa Kalima-
bawa), bahasa Lombok/Sasak juga menjadi ngo yang diidentifikasi berdasarkan hasil ple-
bahasa sehari bagi masyarakat sasak setempat. no.
Begitu juga dengan keyakinan hidup (agama), Mata pencaharian hidup masyarakat Kali-
tercatat 3454 penduduk beragama Islam, 12 mango yakni petani sebanyak 255 rumah tang-
orang beragama Kristen, 30 orang beragama ga (886 Orang), buruh tani 384 rumah tangga
Katolik dan 25 orang beragama Budha. (1315 orang), buruh swasta (115 orang) pegawai

Tabel 7. Karakteristik Desa Kalimango (Tipologi Daerah Sub Urban)


Karakteristik Sugi/Kaya Tepang/Sedang Rara/Miskin Kaperit/
(4) (3) (2) Miskin Sekali
(1)
(12) Bentuk Rumah Permanen Panggung/ Rumah Gedek Tidak Punya
Semi Permanen Rumah/
Numpang
(11) Pekerjaan Dagang/Toko/ PNS/Tani/Kios/ Buruh Tani/Ada Buruh
Pengusaha Bakulan tanah
(10) Pendidikan Sarjana SMA SMP SD
Orang Tua
(9) Sawah Basah >1 -4 Ha 0,25 - <1 Ha > 0,25 Ha -
(8) Ternak Besar Sedang Kecil -
(7) Pengeluaran >30 Ribu 11 Ribu – 30 Ribu 7 Ribu – 10 Ribu 6 Ribu
Per hari
(6) Tempat Berobat Dokter/ Rumah sakit/ Bidan Puskesmas Sanro/Dukun
(5) Sumber Air Air Galon PDAM Sumur Ngaro/Minta
Minum /Numpang
(4) Alat memasak Kompor Gas Kompor minyak Kayu/ Minyak Kayu Bakar
Tanah
(3) Kendaraan Roda 4 Roda 2 Sepeda -
(2) Pendidikan Sarjana SMA SMP SD
Anak
(1) Penerangan Listrik KWH Listrik KWH 450 Ngalir/Sambung Dila/Lampu
900 – 1400 kabel tetangga Templek
Sumber: Hasil Pleno Desa Tim AKP dengan penduduk Desa Kalimango

132 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 122-134
negeri (75 orang), pengrajin (22 orang) dan persen, RW 06 sebesar 7,75 persen, dan RW 05
montir (9 orang), sopir (10), karyawan swasta sebesar 5,34 persen.
(26), tukang kayu (47), tukang batu (24). Perbe- Selanjutnya, untuk mengetahui akan masa-
daan etnis juga mempengaruhi jenis pekerjaan lah kemiskinan yang terjadi di desa Kalimango,
sebagai sumber mata pencaharian hidup serta dianalisis dengan menggunakan Analisis Ke-
mempengaruhi pola dan gaya hidup masyara- rentanan (Root Cause Analysis/RCA) dan hasil-
kat desa Kalimango. Masyarakat yang bermata nya menunjukkan bahwa akar penyebab masa-
pencaharian sebagai buruh tani rata-rata ber- lah kemiskinan muncul karena hilangnya akses
asal dari etnis Sasak dan meraka bermukim di masyarakat terhadap lahan pertanian karena
sepanjang bantaran kali. Kelompok masyarakat lahan-lahan produktif untuk pertanian mulai
yang bermata pencaharian sebagai pedagang terdesak oleh pemukiman penduduk, sementar
berasal dari etnis Cina dan Jawa sedangkan di sisi lain kemampuan penduduk untuk ber-
petani, PNS menjadi pilihan masyarakat etnis alih ke bidang usaha yang lain masih sangat
Samawa. Hasil sensus dengan menggunakan rendah.
indicator kesejahteraan lokal yang diperoleh Berdasarkan hasil analisis data seperti
melalui pleno desa didapat data, dari total 876 dipaparkan di atas, secara umum dapat dipa-
rumah tangga terdapat 268 rumah tangga atau hami bahwa komposisi, karaktersitik dan akar
30,59 persen termasuk dalam kategori miskin masalah kemiskinan pada masing-masing tipo-
sedangkan yang termasuk dalam kategori logi desa di Kabupaten Sumbawa menunjukkan
rumah tangga sangat miskin yakni 106 (12,10 bahwa komposisi penduduk miskin terbesar
persen) rumah tangga. Jadi total rumah tangga ada pada Desa Teluk Santong yang merupakan
miskin dan sangat miskin yang ada di desa representasi desa pesisir yaitu sebesar 52,95
Kalimango yakni 374 (42,69 persen). Jumlah persen dari total penduduk, kemudian disusul
rumah tangga tepang (sedang) adalah 482 Desa Kalimango dengan total 42,69 persen,
rumah tangga atau 55,02 persen dan rumah Desa Songkar 28,23 persen dan terakhir desa
tangga yang termasuk klasifikasi sugi (kaya) dengan komposisi penduduk miskin terkecil
tercata 20 rumah tangga atau 2,28 persen. Tabel adalah Desa Batu Dulang (representasi desa
8 memberikan gambaran tentang kondisi dan pegunungan) yakni sebesar 19,40 persen. Mes-
karaktersitik masyarakat desa Kalimango. kipun terlihat ada perbedaan secara signifikan
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah pen- dari komposisi jumlah penduduk miskin pada
duduk miskin tercatat 268 (30,59 persen) dan masing-masing tipologi desa, tapi ini tidak bisa
miskin sekali tercatat 106 orang (12,10 persen), disimpulkan atau digeneralisasi bahwa tipologi
dari total penduduk Desa Kalimango 876 orang. pesisir lebih banyak komposisi penduduk mis-
Namun, jika ditelusuri per lokasi, maka angka kinnya dibandingkan dengan daerah bertipo-
penduduk miskin sekali dan miskin yang ada logi suburban, persawahan atau pegunungan.
di RW 04 mencapai 22,99 persen dari total Tapi yang menarik adalah indikator yang mun-
penduduk Desa Kalimango, kemudian RW 07 cul dari hasil pleno desa yang menentukan kla-
sebesar 20,86 persen, disusul RW 03 sebesar sifikasi kesejahteraan penduduk, di mana pada
13,64 persen, RW 02 sebesar 13,03 persen, RW semua desa yang dianalisis, diketahui posisi
08 sebesar 9,09 persen, RW 01 sebesar 8,28 terbawah (paling miskin) dari formulasi indika-

Tabel 8. Klasifikasi Rumah Tangga Miskin di Desa Kalimanggo

Klasifikasi Rumah Tangga Jumlah orang Persentase (%)


Sugi/Kaya 20 2,28
Tepang/Sedang 482 55,02
Rara/Miskin 268 30,59
Kaborah/Miskin Sekali 106 12,10
Total 876 100
Sumber: Hasil Sensus Tim AKP

Karakteristik dan Akar Masalah Kemiskinan (Syaifuddin Iskandar dkk.) 133


tor lokal dengan bobot masing-masing kriteria, dalam Menghadapi Era Perencanaan Partisi-
diperoleh fakta bahwa pada kondisi dengan patif”. Disampaikan dalam Seminar Ta-
kriteria paling rendah adalah kondisi di bawah hunan ASPI (Asosiasi Sekolah Perencana
standar kenormalan bagi seseorang untuk Indonesia) Malang: Universitas Brawi-
hidup secara layak. Ini artinya, hasil AKP bisa jaya.
dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk
mengukur dan menentukan siapa sebenarnya Bapeda Sumbawa, 2007. Progress Report Bupati
orang miskin tersebut. Sumbawa. Sumbawa Besar: Kantor Bapeda
Kabupaten Sumbawa.
Cahyono, B.Y. 2006. Metode Pendekatan Sosial
SIMPULAN
dalam Pembangunan Partisipatif. www.
lppm. petra.ac.id/ppm/COP/download.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpul-
kan bahwa karakteristik kemiskinan yang ada Jumansyah dan Ahmad Zaini. 2006. Fasilitasi
di masing-masing tipologi desa sebenarnya Kebutuhan Masyarakat Miskin, Sumbawa
tidak semata-mata ditentukan oleh tipologi Besar: Samawa Center.
wilayah, karena pada hampir semua tipologi Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi
desa terdapat jumlah penduduk miskin yang Dunia Ketiga. Alih Bahasa Aris Munandar
relative masih besar. Kondisi ini ditentukan Jakarta: Erlangga.
oleh indikator ekonomi sebagai faktor yang
Muslim, Amir M. dan Amrullah. 2008. Peta Jalan
paling menentukan tingkat kesejahteraan/
kemiskinan masyarakat desa, dan akar masalah Alokasi Anggaran Berbasis Pemenuhan Hak
kemiskinan masyarakat desa muncul karena Dasar. Jakarta: Samawa Center dan Yayas-
hilangnya akses masyarakat terhadap sumber- an Tifa.
daya ekonomi, yang terjadi karena proses Saharia. 2003. Pemberdayaan Masayarakat di Pe-
marginalisasi, seperti kasus masyarakat sub- desaan sebagai Salah Satu Upaya Peman-
urban, karena lemahnya kapasitas masyarakat faatan Potensi Sumberdaya Manusia Secara
untuk mengoptimalkan potensi yang ada, Optimal. Makalah Pengantar Falsafah
seperti kasus desa persawahan dan pesisir dan Sains. Bogor: Sekolah Pascasarjana/S3 In-
juga karena aspek struktural sebagai dampak
stitut Pertanian Bogor.
kebijakan, seperti kasus desa pegunungan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dija- Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan
dikan salah satu bahan dalam mengembangkan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
master plan kebijakan penanggulangan kemis- Solihin, D. 2006. Perencanaan Pembangunan Par-
kinan di Bapeda Kabupaten Sumbawa, serta tisipatif. Makalah disampaikan pada Pela-
menjadi referensi penting bagi pihak-pihak tihan Aparatur Pemerintahan Daerah.
terkait yang ingin meneliti masalah kemiskinan. Jakarta: Sekolah Tinggi Pemerintahan
Abdi Negara.
DAFTAR PUSTAKA Tampobulon, M. 2006. Pendidikan Pola Pember-
dayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Parti-
Agusta, I. 2007. Aneka Metode Partisipasi untuk sipasi Masyarakat dalam Pembangunan Se-
Pembangunan Desa. http://www.iagusta. suai Tuntutan Otonomi Daerah. Sumatera
blogspot.com/Sosiolog Pedesaan Institut Utara: Fakultas Ilmu Pendidikan Univer-
Pertanian Bogor. sitas Negeri Medan.
Aristo, D.A. 2004. Rejuvinasi Peran Perencana

134 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 122-134

You might also like