You are on page 1of 16

JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL.

97 - 112

DISTRIBUSI SPASIAL MASYARAKAT TERKATEGORI MISKIN DALAM


BASIS DATA TERPADU KABUPATEN SRAGEN

Muhammad Arif1, Sidiq Permono Nugroho2, Wawan Kurniawan3, Wahyudi 4,


Agus Ulinuha5, Eni Purwandari6
1,2,56
Universitas Muhammadiyah Surakarta
3,4
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Sragen
1
arif@ums.ac.id, 2sidik_nugroho78@yahoo.com, 3wankur45@gmail.com,
4
wahyudi1964@gmail.com, 5agus.ulinuha@ums.ac.id,6 eny.purwandari@ums.ac.id

Abstract. This study aims to provide graphic information based on spatial analysis of statistics on
the distribution and concentration of poor people in Sragen Regency. The analysis in this study was
carried out by calculating the concentration of poor community areas with Jenks Natural Break
distribution method, then the results were combined with a spatial approach so that the
concentration map of the poor in Sragen Regency was obtained. The results of the analysis in this
study showed that the people with the lowest 40% welfare condition were identified as 81,620
Heads of Households and as many as 250,294 individuals, then an increase of 30% in the 2017
data update. These groups were mostly concentrated in the north and west Sragen Regency with a
pattern that tends to cluster and is concentrated in Sumberlawang and Tanon Subdistricts, the
number of poor people in this area is identified as 39% of the proportion of its population.
Spatially these two regions are directly adjacent, this indicates that the geographical element has
an impact on the number of poor people in that regions.

Keyword: concentration of poor people, integrated database, Geographic Information System

Abstraksi. Kajian ini berupaya untuk memberikan informasi grafis berdasarkan analisis spasial
statistic terhadap sebaran dan konsentrasi masyarakat miskin di Kabupaten Sragen. Dalam
analisisnya kajian ini dilakuakan dengan menghitung konsentasi wilayah kelompok masyarat
miskin dengan metode distribusi Natural Break Jenks, kemudian hasil tersebut dikombinasikan
dengan pendeakatan spasial sehingga didapatkan peta konsentrasi masyarakat miskin di
Kabupaten Sragen. Hasil analisis dalam kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan
kondisi 40% kesejahteraan terendah di Sragen teridentifikasi sejumlah 81.620 Kepala Rumah
Tangga dan sebanyak 250.294 individu, kemudian terjadi penambahan sebanyak 30% pada update
data Tahun 2017. Kelompok masyarakat ini sebagian besar terkonsentrasi pada wilayah utara dan
barat Kabupaten Sragen dengan pola yang cenderung mengelompok dan terkonsentrasi di wilayah
Kecamatan Sumberlawang dan Kecamatan Tanon, jumlah masyarakat miskin pada daerah ini
teridentifikasi sebanyak 39% dari proporsi penduduknya. Secara spasial kedua wilayah ini
berdekatan langsung, maka dapat diartikan bahwa unsur geografis memiliki impact terhadap
banyaknya penduduk miskin pada kedua wilayah ini.

Keyword: konsentrasi penduduk miskin Sragen, basis data terpadu, Sistem Informasi Geografis.

PENDAHULUAN ekonomi, aktivitas, serta pertumbuhan fisik


Kabupaten Sragen sebagai daerah di Sragen berkembang dengan cukup cepat.
penyangga simpul ekonomi wilayah VIII Selain hal tersebut Sragen merupakan salah
Pulau Jawa, mempunyai peran penting dalam satu daerah yang memiliki potensi cukup
sirkulasi dan distribusi faktor-faktor ekonomi besar sebagai pusat kegiatan ekonomi,
wilayah Propinsi Jawa Tengah. Secara indikator pertama dalam melihat
geografis Sragen terletak pada jalur perkembangan ekonomi tersebut terlihat dari
transportasi regional dan sekaligus sebagai nilai investasi Sragen yang meningkat sangat
batas koridor Jawa Tengah dengan Jawa signifikan,berdasarkan data Badan
Timur, sebagai dampaknya pertumbuhan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 97


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

5 tahun terakhir Kabupaten Sragan memiliki kontribusi wilayah mempengaruhi tingkat


13 proyek dengan pendanaan asing yang kemiskinan mereka.
bernilai sebesar US $ 18.260.000 dan 178 Keberhasilan pengentasan kemiskinan
proyek dengan skema Penanaman Modal hanya dapat dilakukan secara bertahap yang
Dalam Negeri yang bernilai 2.95 Trilyun dimulai dengan mengetahui sebaran atau
Rupiah. Sebagai dampaknya pertumbuhan pengelompokan wilayah masyarakat
ekonomi Sragen meningkat 6.12% secara berkategori miskin, kemudian berdasarkan
agregat dalam kurun waktu yang sama. pengelompokan yang telah diketahui,
Sebagaimana teori pertumbuhan jalur kemudian analisis dilanjutkan dengan
cepat (turnpike) yang dikemukanan oleh mendalami bagaimana kondisi dan
(Samuelson, 1952), pembangunan ekonomi karateristik masyarakat miskin tersebut,
akan selalu memiliki dampak negatif akibat sehingga diketahui karakter kemiskinan
ketidakmampuan beberapa kelompok perwilayah di Kabupaten Sragen.Kajian ini
masyarakat dalam merespon perubahan bertujuan mengidentifikasi pola dan sebaran
struktur dan program percepatan masyarakat berdasarkan tingkat kemiskinan
pembangunan, sehingga kelompok tersebut di Kabupaten Sragen, tahap ini digunakan
tidak terserap pada proses pembangunan sebagai dasar penyusunan profil dan
yang akhirnya bermuara pada pengangguran penentuan lokasi prioritas program
dan mengakibatkan kemiskinan. BPS 2017 pengentasan kemiskinan di Sragen sebagai
memberikan data bahwa secara agregat dasar aplikasi model yang efektif dan
angka kemiskinan Sragen adalah 14,02% aplikatif dalam pengentasan kemiskinan di
lebih tinggi dibandingkan dengan prosentase Kabupaten Sragen.
kemiskinan di Jawa Tengah yang sebesar Ditinjau dari sumber penyebabnya,
13,01%, hal ini mengindikasikan masih kemiskinan terbagi dalam 2 jenis kemiskinan,
terjadi ketimpangan diantara penduduk yaitukemiskinan kultural dan kemiskinan
Kabupten Sragen. struktural. Kemiskinan kultural adalah
Pengangguran serta kemiskinan kemiskinan yang mengacu pada sikap
merupakan masalah urgent dalam seseorang atau masyarakat yang disebabkan
pembangunan dengan dimensi yang semakin oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan
meluas, ukuran kemiskinan tidak lagi hanya budayanya. Kemiskinan kultural biasanya
dihitung dari sisi pendapatan melainkan juga dicirikan oleh sikap individu atau kelompok
dari standar kelayakan hidup. Perubahan masyarakat yang merasa tidak miskin
standar ini menjadikan ukuran kemiskinan meskipun jika diukur berdasarkan garis
harus dapat mengakomodasi indikator- kemiskinan termasuk kelompok miskin.
indikator yang menjelaskan kemampuan Sedangkan kemiskinan struktural adalah
manusia untuk sejahtera,selain itu unsur kemiskinan yang disebabkan oleh struktur
spasial (kewilayahan) juga memiliki peran masyarakat yang timpang, baik karena
penting dalam pencapaian kesejahteraan perbedaan kepemilikan, kemampuan,
masyarakat, usur wilayah akan berkorelasi pendapatan dan kesempatan kerja yang tidak
dengan sumberdaya sektor primer yang seimbang maupun karena distribusi
terkandung dalamnya, wilayah dengan pembangunan dan hasilnya yang tidak
tingkat kesuburan tinggi, cenderung memiliki merata. Kemiskinan struktural biasanya
tingkat kesejahteraan yang tinggi dicirikan oleh struktur masyarakat yang
dibandingkan dengan masyarakat yang timpang terutama dilihat dari ukuran-ukuran
tinggal diwilayah yang kurang subur. Oleh ekonomi(Lewis, 1963).
dasar itu perlu adanya pemetaan terhadap Kemiskinan memang merupakan
konsentrasi spasial penduduk terkategori masalah multidimensi yang mencakup
miskin dalam melihat bagaimana sebaran dan berbagai aspek kehidupan. Kondisi

98 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

kemiskinan setidaknya disebabkan oleh country is poor because it is poor” (Negara


faktor-faktor sebagai berikut: Pertama, miskin itu miskin karena dia miskin). Adanya
rendahnya taraf pendidikan dan kesehatan keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar,
berdampak pada keterbatasan dalam dan kurangnya modal menyebabkan
pengembangan diri dan mobilitas. Hal ini rendahnya produktivitas. Rendahnya
berpengaruh terhadap daya kompetisi dalam produktivitas mengakibatkan rendahnya
merebut atau memasuki dunia kerja. Kedua, pendapatan yang mereka terima. Rendahnya
rendahnya derajat kesehatan dan gizi pendapatan akan berimplikasi pada
berdampak pada rendahnya daya tahan fisik, rendahnya tabungan dan investasi.
daya pikir dan selanjutnya akan mengurangi Rendahnya investasi berakibat pada
inisiatif. Ketiga, terbatasnya lapangan keterbelakangan. Oleh karena itu, setiap
pekerjaan semakin memperburuk usaha untuk mengurangi kemiskinan
kemiskinan. Dengan bekerja setidaknya seharusnya diarahkan untuk memotong
membuka kesempatan untuk mengubah lingkaran dan perangkap kemiskinan ini
nasibnya. Keempat, kondisi terisolasi (Mudrajad Kuncoro, 2004).
(terpencil) mengakibatkan pelayanan publik Ada beberapa hal yang menyebabkan
seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain terjadinya konsentrasi kemiskinan. Perbedaan
tidak dapat menjangkaunya. Kelima, kemajuan pembangunan suatu wilayah akan
ketidakstabilan politik berdampak pada menimbulkan kesenjangan pendapatan, yang
ketidakberhasilan kebijakan pro-poor. sekaligus akan menimbulkan perbedaan
Berbagai kebijakan dan program program tingkat kemiskinan. Pada umumnya
penanggulangan kemiskinan akan mengalami perkembangan ekonomi tidak terjadi secara
kesulitan dalam implementasi jika tidak serentak di semua sektor dan wilayah.
didukung oleh kondisi politik yang stabil. Beberapa tumbuh dengan cepat, sedangkan
Sharp, et al (1996) dalam Mudrajat beberapa sektor mengalami perkembangan
Kuncoro (2004) mengidentifikasikan sebab yang lebih lambat.
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Teori-teori pertumbuhan regional
Pertama, secara mikro kemiskinan muncul sebagian besar merupakan konsep
karena adanya ketidaksamaan pada unbalanced growth, sebagaimana yang
kepemilikan sumberdaya yang menyebabkan dijelaskan oleh Hirscman bahwa
distribusi pendapatan yang timpang. pertumbuhan tidak seimbang merupakan
Penduduk miskin hanya memiliki usaha pembangunan yang dipusatkan pada
sumberdaya dalam jumlah terbatas dan beberapa sektor yang mendorong berbagai
kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan sektor pada periode berikutnya. Perroux,
muncul akibat perbedaan dalam kualitas 1955 menyatakan bahwa pertumbuhan tidak
sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya muncul di berbagai wilayah pada waktu yang
manusia rendah berarti produktivitasnya sama. Pertumbuhan terjadi di beberapa
rendah, yang pada gilirannya upahnya tempat yang merupakan pusat pertumbuhan
rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya dengan intensitas yang berbeda.
manusia ini karena rendahnya pendidikan, Konsentrasi aktivitas ekonomi akan
nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi berpengaruh terhadap perkembangan wilayah
atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan tersebut. Pembangunan suatu wilayah
muncul akibat perbedaan akses dalam modal. mungkin akan memiliki dampak yang
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara berbeda bahkan bertentangan antar wilayah.
pada teori lingkaran setan kemiskinan Myrdal menyebutkan dampak yang positif
(vicious circle of poverty). Teori ini sebagai (spread effects) dan negatif sebagai
ditemukan oleh Ragnar Nurkse (1953) dalam (backwash effects). Di beberapa tempat
Kuncoro, 2004, yang mengatakan “a poor mungkin spread effects dan backwash effects

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 99


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

memiliki kekuatan yang sama pada periode digunakan dalam perhitungannya adalah
tertentu sehingga seolah-olah terjadi sebagai berikut;
keseimbangan. Teori sumberdaya manusia
menyebutkan bahwa penduduk di daerah
miskin akan memiliki pendidikan yang lebih
rendah dan lebih mendorong perbedaan
spasial kemiskinan antar daerah. dimana, A adalah banyaknya jumlah
observasi pada sampel anlisis yang bernilai 1
METODE PENELITIAN sampai dengan N, dan berada pada rentangan
Metode Penelitian dilakukan melalui nilai 1 ≤ i < j < N, sedangkan i..j adalah rata-
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan rata kelas yang dibatasi oleh i dan j. Tahapan
kecamatan di wilayah Kabupaten Sragen dalam analisis ini dilakukan dalam ArcGIS
sebagai unit analisis. Data kualitatif yang untuk sekaligus mendapatkan peta
dihasilkan dalam kajian ini ditampilkan konsentrasi masyarakat miskin di Kabupaten
dalam bentuk narasi eksplorasi secara Sragen. Tahapan dalam analisis ini
informatif dan komprehensif. Adapun data dijabarkan sebagai berikut; (1). Sebaran total
kuantitatif yang akan dihasilkan dalam penduduk miskin Sragen, tahapan ini
penelitian ini disajikan dalam bentuk matrik dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
numerik, tabel dan gambar kuantitatif terkait wilayah berdasarkan jumlah masyarakat yang
dengan trend suatu objek, dan semua data terkatogori miskin berdasarkan data mikro
yang diperoleh dianalisis secara eksploratif- BDT Tahun 2017. teridentifikasinya, data ini
komparatif menggunakan metoda statistika sangat diperlukan sebagai dasar analisis pola
serta analisis spasial dalam permodelan penyebarannya (difusi) yang selanjutnya
Sistem Informasi Geografis (SIG). Kajian ini akan diolah menggunakan analisis SIG untuk
menggunakan 2 metoda dalam pengolahan melihat penyebaranya dalam peta wilayah
data, pertama, data diolah dengan pendekatan geografis.
spasial dengan alat bantu ArcGIS 9 untuk Unit wilayah dalam penelitian ini
memperoleh peta konsentrasi penduduk meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten
berkategori miskin di Kabupaten Sragen. Sragen. Sedangkan pembagian masyarakat
Kedua, data diolah menggunakan pendekatan miskin dikelompokkan dalam 4 kategori
statistik untuk mendapatkan rasio tercait DESIL sesuai dengan metode klasifikasi Tim
dengan Head Count Indeks (HCI) pada Nasional Percepatan Penanggulangan
masing-masing wilayah analisis. Kemiskinan (TNP2K). Pada Tahap kedua,
Analisis sebaran dan konsentrasi data sebaran kemiskinan dikelompokkan
masyarakat miskin di Sragen dilakuan sesuai dengan kategori DESIL pada masing-
dengan metodeoptimasi Jenks, atau disebut masing unit analisis, hasil analisis tahap ini
juga Jenks Natural Breaks Classification, digunakan untuk mengetahui sebaran wilayah
yaitu metode pengelompokan data yang kelompok kemiskinan di Kabupaten Sragen.
dirancang untuk menentukan pengaturan nilai Pada tahap terahir, akan dihitung rasio
terbaik ke dalam kelas yang berbeda. Hal ini kelompok masyarakat miskin dibandingkan
dilakukan dengan meminimalkan dengan total penduduk di wilayah tersebut
penyimpangan rata-rata setiap kelas dari rata- untuk melihat tingkat kedalam kemiskinan
rata kelas, sambil memaksimalkan berdasarkan metode Head Count Indeks.
penyimpangan masing-masing kelas dari cara
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok lain. Dengan kata lain, metode ini
berupaya mengurangi varians di dalam kelas Kabupaten Sragen secara administratif
dan memaksimalkan varians di antara kelas- terbagi menjadi 20 kecamatan, 12 kelurahan,
kelas yang terbangun. Adapun rumus yang dan 196 desa, secara geografis luas wilayah

100 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Kabupaten Sragen adalah sebesar 941,55 VIII bersama Surakarta dan daerah lain
km2. Berdasarkan fungsinya sesuai dengan disekitarnya yang berfungsi sebagai
dokumen percepatan pembangunan koridor connector sekaligus batas kegiatan
Jawa bagian Tengah, Sragen terkelompok administrasi Wilayah Jawa Tengah dan Jawa
dalam Sub Wilayah Pembangunan (SWP) Timur. ll

Gambar 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Sragen

Dilihat dari sisi Geografis Kabupaten digunakan untuk pertanian sawah dan
Sragen berada di daerah lembah aliran pemukiman serta wilayah industri.
Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke Daerah dengan kontur /relief
arah timur. Sebagian besar merupakan bergelombang dengan kemiringan sebesar 5
dataran rendah dengan ketinggian antara – 15% teridentifikasi di wilayah Kecamatan
70-480 meter diatas permukaan air laut dan Jenar, Tangen, Gesi, Sukodono, Mondokan,
bagian utara merupakan daerah perbukitan Sumberlawang, Miri, serta sebagian
sebagai bagian dari rangkaian Pegunungan Kecamatan Gemolong, Kedawung, dan
Kendeng dan sebagian kecil wilayah selatan Sambirejo dengan total luas sebesar 402,64
berupa perbukitan yang berada pada kaki km2. Daerah dengan kemiringan lereng 15
Gunung Lawu. Kondisi tersebut – 25 % dengan relief berbukit rendah
menjadikan Kabupaten Sragen memiliki terdapat di sebagian Kecamatan Jenar,
kontur yang berbeda-beda, namun sebagian Mondokan, dan Sambirejo yang terbentang
besar bentuk kontur/relief di Sragen berupa seluas 31,21 km2. Sedangkan daerah
wilayah datar dengan kemiringan lereng 0– dengan kemiringan lereng 25–45% dengan
5% yang terletak di Kecamatan relief berbukit hanya terdapat di sebagian
Sambungmacan, Ngrampal, Sragen, Kecamatan Sambirejo dan memiliki luas
Gondang, Karangmalang, Masaran, sebesar 4,17 km2 dan daerah dengan
Sidoharjo, Plupuh, Tanon, serta sebagian kemiringan lereng >45% dengan relief
Kecamatan Kalijambe dan Gemolong. Jika bergunung ini juga hanya terdapat kaki
dijumlahkan, wilayah dengan kontur datar Gunung Lawu yang secaraadministratif
di wilayah Sragen memiliki luas sebesar berada di Kecamatan Sambirejo dan
503,37 km2. Pada kondisi kontur ini, memiliki luas sebesar 0,163 km2.
sebagian besar peruntunkan lahan

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 101


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Tabel 1. Informasi Geografis pada Gambar 2


Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk
Lereng diKabupaten Sragen Sragen berada di wilayah selatan dengan
Kemiringan Lereng
tipikal kontur dataran rendah yang memiliki
Luas kemiringan antara 0-5%. Secara
Lereng (%)
Relief (km2) administrasi wilayah Sragen dengan
%
0–5 Datar 503,37 53,4 penduduk terbanyak terletak di Kecamatan
5 – 15 Bergelombang 3
402,64 6
42,7 Masaran, Sragen, Karangmalang dan
15 – 25 Berbukit rendah 31,213 6
3,32 Kedawung, dimana keempat wilayah ini
– 45
25 % Berbukit 4,17 0,44 masing-masing memiliki jumlah penduduk
%
>45 Bergunung 0,163 0,02 lebih dari 6000 jiwa, atau jika dijumlahkan,
Jumlah 941,559 100 jumlah penduduk keempat wilayah ini
Sumber: Sragen dalam Angka, diolah adalah 30% dari total penduduk Sragen
Kabupaten Sragen memiliki pada 2016. Tingginya konsentrasi
keragaman relief yang cukup bervariasi, penduduk pada wilayah ini dipengaruhi
mulai dari wilayah yang berkontur dataran oleh pusat kegiatan administrasi Sragen
rendah di wilayah selatan hingga wilayah yang terletak di Kecamatan Sragen,
dataran tinggi di bagian utara, berbedaan ini sehingga hinterlandnya yaitu (Masaran,
mengandung implikasi pada perbedaan Karangmalang dan Kedawung) ikut tumbuh
jumlah sebaran penduduk, daerah dengan sebagai penopang aktifitas di Sragen. Disisi
kontur wilayah dataran rendah pada lain Kecamatan Gesi adalah wilayah
umumnya lebih banyak menerima tekanan dengan konsentrasi penduduk terendahyang
pertumbuhan penduduk dibandingkan dihuni kurang dari 2000 jiwa, wilayah ini
dengan wilayah lain dengan kontur dataran merupakan lereng dengan struktur yang
tinggi, hal ini terjadi karena pada wilayah didominasi oleh batuan kapur, sehingga
dataran rendah umumnya memiliki potensi potensi lahan untuk kegiatan pertanian
yang lebih tinggi untuk dikembangkan kurang berkembang selain itu jauhnya jarak
utamanya pada sektor pertanian. dengan pusat kota turut berkorelasi pada
Perbedaan kontur wilayah berakibat jumlah masyarakat yang tinggal di wilayah
pada perbedaan konsentrasi penduduk di ini.
Kabupaten Sragen, hasil analisis Sistem

Kabupaten Grobogan

Kabupaten
Boyolali

Propinsi Jawa
Timur

Kabupaten Karanganyar

Gambar 2. Peta Sebaran Penduduk Kabupaten Sragen

102 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

utama, yaitu sektor industri pengolahan,


perdagangan dan pertanian.
Perekonomian Sragen Ketiga sektor ini secara bersama-
Kabupaten Sragen merupakan daerah sama mengendalikan perputaran ekonomi
penyangga simpul ekonomi koridor VIII Sragen dengan sektor inti bertumpu pada
Pulau Jawa, bersama dengan Karanganyar, sektor industri pengolahan yang bernilai
Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo. Secara 33.87% dari total perolehan PDRB Sragen.
geografis Sragen terletak pada jalur Pada pencapaian kinerja investasi, Badan
transportasi regional dan sekaligus sebagai Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
batas koridor Jawa Tengah dengan Jawa menjelaskan terjadinya kenaikan yang
Timur, sebagai dampaknya Sragen sangat signifikan pada penyerapan investasi
mempunyai peran penting dalam sirkulasi asing maupun dalam negeri pada kurun
dan distribusi faktor-faktor ekonomi waktu 5 tahun, BKPM mencatat masuknya
wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Jawa 13 proyek dengan pendanaan asing yang
Timur. Mendasarkan pada proporsi PDRB bernilai US $ 18.26 Juta dan 178 proyek
Kabupaten Sragen, sebagaimana Grafik 1, dengan skema PMDM yang bernilai 2.95
sektor dominan dalam proporsi ekonomi Trilyun Rupiah, akselerasi ini mendorong
Kabupaten Sragen disumbang dari 3 sektor pertumbuhan ekonomi Sragen pada angka
5.72 persen secara agregat pada tahun 2016.

Grafik1.
Komposisi Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Sragen 2107

Sumber: BPS 2107,Sragen Dalam Angka 2107

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 103


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Arif, Muhammad (2018) pada 4 kategori DESIL, dimana Desil 1


menjelaskan bahwa dalam koridor Jawa adalah Rumah Tangga/Individu dengan
Tengah, Kabupaten Sragen memiliki 8 kondisi kesejahteraan 10% terendah di
sektor industri unggulan yang didominasi Indonesia atau diartikan sebagai kelompok
oleh industri kecil dan menengah dengan masyarakat yang sangat miskin, kategori
jenis industri berupa Industri makanan, Desil 2, adalah kelompok Rumah
tekstil, Pakaian Jadi, industri Kayu Barang Tangga/Individu dengan kondisi
dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk kesejahteraan 11%-20% terendah di
Furnitur), industri Farmasi, lndustri Barang Indonesia, kategori ini disebut sebagai
Galian Bukan, industri Furnitur, industri golongan masyarakat miskin. Desil 3
Reparasi dan Pemasangan Mesin dan adalah kelompok masyarakat dengan
Peralatan. Lebih lanjut dijelaskan pula tingkat kesejahteraan antara 21%-30%
bahwa sebaran industri tersebut terendah, atau disebut sebagai masyarakat
terkonsentrasi utamanya pada Kecamatan hampir miskin. Terakir Desil 4 dimana
Plupuh dan Masaran, dimana pada kedua kelompok ini memiliki tingkat
wilyah tersebut ditemukan konjungsi kesejahteraan yang berkisar antara 31%-
spasial baik berdasarkan unit usaha maupun 40% terendah di Indonesia, disebut dalam
konsentrasi tenaga kerja pada sektor ketegori kelompok masyarakat rentan
industri tekstil, sehingga dalam miskin.
kesimpulannya dikatakan bahwa industri Grafik 2
tekstil adalah industri utama Kabupaten Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan
Sragen yang mempu menyerap tenaga kerja Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah
dan membentuk wilayah sentralistik (2017, Maret)
kegiatan ekonomi daerah di wilayah
Sragen.

Profil Kemiskinan Kabupaten Sragen


Kabupaten Sragen merupakan satu
dari 15 wilayah yang menjadi fokus
pemerintah Propinsi dalam pegentasan
kemiskinan dalam koridor Jawa Tengah,
data yang dirilis BPS menunjukkan bahwa
posisi relatif kemiskinan Sragen adalah
14.02 persen, lebih tinggi 1.02 persen dari Sumber: BPS Jawa Tengah, 2017
tingkat kemiskinan relative di Propinsi
Jawa Tengah dan lebih tinggi 4.6 persen Klasifikasi tingkat kesejahteraan
jika dibandingkan dengan tingkat masyarakat yang digunakan dalam kajian
kemiskinan di Indonesia, hal demikian ini menggunakan standar yang digunakan
menunjukkan bahwa komposisi penduduk oleh pemerintah melalui BPS dan TNP2K
miskin di Sragen masih cukup tinggi yang membagi kesejahteraan masyarakat
dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa dalam satuan individu dan rumah tangga
Tengah maupun nasional. pada 4 kategori DESIL, dimana Desil 1
Klasifikasi tingkat kesejahteraan adalah Rumah Tangga/Individu dengan
masyarakat yang digunakan dalam kajian kondisi kesejahteraan 10% terendah di
ini menggunakan standar yang digunakan Indonesia atau diartikan sebagai kelompok
oleh pemerintah melalui BPS dan TNP2K masyarakat yang sangat miskin, kategori
yang membagi kesejahteraan masyarakat Desil 2, adalah kelompok Rumah
dalam satuan individu dan rumah tangga Tangga/Individu dengan kondisi

104 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

kesejahteraan 11%-20% terendah di 106.007 dan individu sebanyak 327.143


Indonesia, kategori ini disebut sebagai jiwa. Kelompok masyarakat ini sebagian
golongan masyarakat miskin. Desil 3 besar terkonsentrasi pada wilayah utara dan
adalah kelompok masyarakat dengan barat Kabupaten Sragen sebagaimana
tingkat kesejahteraan antara 21%-30% ditunjukkan oleh Gambar 2.
terendah, atau disebut sebagai masyarakat Gambar 3 menunjukkan bahwa
hampir miskin. Terakir Desil 4 dimana sebaran jumlah masyarakat miskin di
kelompok ini memiliki tingkat Sragen memiliki pola yang cenderung
kesejahteraan yang berkisar antara 31%- mengelompok, konsentrasi tersebut
40% terendah di Indonesia, disebut dalam teridentifikasi di wilayah Kecamatan
ketegori kelompok masyarakat rentan Sumberlawang dengan jumlah penduduk
miskin. miskin sebanyak 20719 jiwa, jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk
Klasifikasi dan Distribusi Spasial
Sumberlawang yang sebanyak 44197 jiwa,
Masyarakat Miskin Sragen
maka pada tahun 2015 proporsi penduduk
Hasil analisis dalam kajian ini
miskin di Suberlawang adalah 40%.
menunjukkan bahwa pengelompokkan
Wilayah dengan jumlah penduduk miskin
masyarakat dalam kategori 40%
terbanyak kedua adalah Kecamatan Tanon,
kesejahteraan terendah di Sragen dengan
jumlah masyarakat miskin pada daerah ini
menggunakan Mikro data BDT tahun 2015
teridentifikasi sebanyak 20155 jiwa atau
mengidentifikasi sejumlah 81.620 Kepala
39% dari proporsi penduduknya. Secara
Rumah Tangga dan sebanyak 250.294
spasial kedua wilayah ini berdekatan
individu masuk dalam kategori masyarakat
langsung, maka dapat diartikan bahwa
kurang sejahtera. Update terkini data BDT
unsur geografis memiliki impact terhadap
yang dilakukan pada tahun 2017,
banyaknya penduduk miskin pada kedua
menunjukkan penambahan jumlah
wilayah ini.
masyarakat miskin di Sragen sebesar 30%,
.
diketahui jumlah KRT meningkat menjadi
Gambar 3. Peta Sebaran Penduduk Miskin Kabupaten Sragen

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 105


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Distribusi Spasial Masyarakat Miskin merupakan pegunungan kapur, dan


Kabupaten Sragen Kategori DESIL 1 cenderung memiliki potensi lahan yang
Kategori masyarakat miskin rendah
kelompok Desil 1, disebut sebagai Secara statistik distribusi penduduk
kelompok paling miskin, kelompok ini sangat miskin Kabupaten Sragen dapat
secara absolut memiliki pendapatan di dilihat dalam Grafik 4.3, dalam grafik
bawah garis kemiskinan yang pada tersebut diketahui bahwa wilayah dengan
umumnya tidak memiliki sumber konsentrasi penduduk sangat miskin yang
pendapatan sama sekali serta tidak memiliki paling banyak (diatas 5000 jiwa) secara
akses terhadap berbagai pelayanan sosial. berturut-turut adalah Mondokan, Tangen
Analisis menunjukkan ciri bahwa Desil 1 dan Jenar, kemudian diikuti oleh
didominasi oleh penduduk berusia lanjut Kecamatan Sumberlawang. Wilayah
dan masyarakat yang tergantung pada dengan jumlah penduduk sangat miskin
sektor pertanian. Kelompok ini yang paling rendah berturut – turut adalah
teridentifikasi berjumlah 11.590 KRT dan Kecamatan Sragen, Sidoharjo dan Masaran.
44.549 jiwa, dan sebagian besar Ketiga wilayah ini merupakan pusat
terdistribusi di bagian utara Sragen. aktifitas ekonomi dan pemerintahan,
Sebagaimana dijelaskan pada bagian sehingga warga miskin diketiga wilayah ini
gambaran umum geografis, wilayah utara telah banyak mendapatkan manfaat dari
Kabupaten Sragen merupakan wilayah program penanganan kemiskinan dan
dengan kontur lereng dan perbukitan yang bantuan dari pemerintah maupun
cukup tinggi yaitu sebesar 25-45%, masyarakat sekitar. ......

Gambar 4. Peta Sebaran Penduduk Miskin Kabupaten Sragen Kategori Desil 1

106 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Distribusi Spasial Masyarakat masyarakat, namun ketika kemarau panjang


Berkategori DESIL 2 terjadi, banyak lahan menjadi tidak
Desil 2 merupakan pengelompokan produktif yang berakibat pada kegagalan
masyarakat miskin dengan tingkat panen dan bermuara pada meningkatnya
kesejahteraan antara 11% - 20% terendah. kemiskinanpola kemiskinan seperti ini oleh
Kelompok ini memiliki pendapatan di Sumitro Djoyohadikusumo disebutkan
bawah garis kemiskinan namun secara sebagai seasonal poverty yang jumlahnya
relatif memiliki akses terhadap pelayanan dinamis mengikuti perubahan kondisi alam
sosial dasar. Hasil pengolahan data atau ekonomi.Grafik 4.4 menunjukkan
menunjukkan bahwa kelompok ini secara statistik ditribusi penduduk kategori
memiliki kecenderungan jumlah yang Desil 2 Sragen, wilayah dengan jumlah
tinggi, tercatat sebanyak 25.518 kepala penduduk berkategori Desil 2 terbanyak
rumah tangga serta 80.923 penduduk. adalah wilayah Tanon dengan total
Secara spasial sebagaimana gambar 4.6, Penduduk sebanyak 7.476 jiwa, kemudian
konsentrasi jumlah masyarakat miskin pada diikuti oleh wilayah Sumberlawang
Desil 2 terdapat di wilayah Sumberlawang sejumlah 7.269, pada urutan ketiga adalah
dan Tanon. Kedua wilayah ini memiliki ciri Kecamatan Plupuh yang memiliki jumlah
fisik geografis yang hampir mirip dan penduduk miskin sebanyak 5.360, dan
sebagian besar masyarakatnya terikat diikuti oleh Kecamatan Sambungmacan dan
dengan pertanian sebagai mata pencaharian Kalijambe. Sedangkan wilayah dengan
walaupun pertanian cukup maju di wilayah jumlah penduduk miskin paling sedikit
ini, bahkan beberapa petani telah adalah wilayah Kecamatan Sragen dan
mengupayakan pertanian organic, namun Sidoharjo. Kondisi kemiskinan pada
supply irigasi masih terbatas, sehingga kategori sangat penting dan perlu menjadi
mayarakat petani sangat rentan terhadap fokus pengentasan, berdasarkan data,
perubahan iklim, jika musim hujan diketahui bahwa kategori Desil 2 ini
pertanian wilayah ini cukup dapat sebagian besar merupakan penduduk usia
memberikan manfaat besar bagi produktif.

Gambar 5. Peta Sebaran Penduduk Miskin Kabupaten Sragen Kategori Desil 2

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 107


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Distribusi Spasial Masyarakat bahwa wilayah dengan konsentrasi


Berkategori DESIL 3 Sragen penduduk desil 3 tertinggi terletak di
Sesuai pengertiannya, tingkat Sumberlawang, Tanon dan Masaran,
kemiskinan pada kelompok Desil 3 adalah kemudian diikuti oleh Kecamatan Plupuh,
kelompok masyarakat yang tingkat Kalijambe dan Sambung Macan.Secara
kesejahteraamya antara 21% hingga 30% statistik komposisi/sebaran jumlah
se-Indonesia atau disebut kelompok penduduk hampir miskin di Sragen
masyarakat hampir miskin. Kelompok ini didominasi oleh Kecamatan Masaran
dicirikan dengan tingkat pendapatan yang dengan jumlah penduduk hampir miskin
sedikit diatas garis kemiskinan, maka dapat sebanyak 6.508 jiwa, kemudian diikuti oleh
dikatakan kelompok ini sangat rentan Tanon dengan jumlah penduduk sebanyak
terhadap shock pada struktur ekonomi dan 6.184, dan Sumberlawang dengan jumlah
sosial, pada kelompok ini total penduduk penduduk hampir miskin sebanyak 5.941.
yang terklasifikasi adalah sebanyak 28,362 Disisi lain daerah dengan jumlah penduduk
Kepala RT dan 80,288 jiwa dan hampir miskin yang terendah berada di
terkonsentrasi di bagian barat Sragen yang derah Tangen dan Gesi, dimana keduanya
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. memiliki jumlah penduduk hampir miskin
Analisis distribusi spasial menunjukkan kurang dari 2000 jiwa.

Gambar 6. Peta Sebaran Penduduk Miskin Kabupaten Sragen Kategori Desil 2

108 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

Distribusi Spasial Masyarakat pertolongan sosial. Hasil analisis Sistem


Berkategori DESIL 4 Sragen Informasi Geografis menunjukkan
Desil 4 merupakan kelompok masyarakat terjadinya pemusatan penduduk kategori
rentan (vunerable group). Kelompok ini desil 4 pada wilayah kecamatan Masaran,
dapat dikategorikan bebas dari kemiskinan, sedangkan wilayah lain cenderung
karena memiliki kehidupan yang relatif menyebar dengan pola yang merata di
lebih baik dibandingkan dengan kelompok hampir seluruh wilayah Sragen. Secara
sangat miskin maupun miskin. Namun statistic jumlah penduduk rentan miskin
sebenarnya kelompok ini masuk dalam dijelaskan dalam Grafik 4.6, dimana
kategori yang sering disebut “near poor” diketahui jumlah penduduk rentan miskin di
(mendekati miskin) dimana kelompok ini Masaran berjumlah 4.263 jiwa. Sedangkan
masih rentan terhadap berbagai perubahan wilayah lain dengan jumlah penduduk
sosial di sekitarnya. Mereka seringkali rentan miskin yang cukup banyak terdapat
berpindah dari status “rentan” menjadi di wilayah Gemolong dan Kalijambe yang
“hampir miskin” dan bahkan “miskin” bila masing-masing memiliki jumlah sebanyak
terjadi krisis ekonomi dan tidak mendapat 3.066 dan 3.022 jiwa. .............................

Gambar 7. Peta Sebaran Penduduk Miskin Kabupaten Sragen Kategori Desil 4

Rasio Penduduk Miskin Kabupaten disebut head count index (HCI) adalah rasio
Sragen yang digunakan dalam penentuan postur
Rasio jumlah penduduk miskin kependudukan wilayah, tingginya rasio ini
terhadap komposisi jumlah penduduk atau berdampak pada kurang efektifnya program

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 109


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

pembangunan yang berimplikasi pada penduduk kurang sejahtera total di


rendahnya pertumbuhan dan akselerasi kecamatan ini mencapai 50% dari total
daerah. Pemerintah harus membayar mahal seluruh penduduknya. Hal ini
dengan mengadakan program pengentasan mengindikasikan bahwa Jenar merupakan
kemiskinan yang tentu akan membebani Kecamatan dengan tingkat kemiskinan
anggaran daerah yang seharusnya yang paling parah di Kabupaten Sragen. 2
digunakan untuk stimulus pembangunan. Kecamatan Sumberlawang, di wilayah ini
Pada Grafik 3 ditunjukkan hasil komposisi total penduduk miskinnya adalah
perhitungan HCI, diketahui bahwa rasio sebanyak 47% dan ketiga adalah
penduduk sangat miskin (Desil 1) tertinggi Kecamatan Miri dengan proporsi total
diketahui terjadi pada daerah Tangen dan penduduk miskin sejumlah 46%. Jika
Jenar, HCI Tangen diketahui bernilai 20%, dicermati dengan lebih mendalam ketiga
dimana hal ini menunjukkan bahwa wilayah ini secara spasial terletak di bagian
sebanyak 20% warga Tangen adalah utara Sragen dan berbatasan langsung
penduduk sangat miskin. Hampir sama dengan Kabupaten Grobogan.
dengan Tangen, Kecamatan Jenar juga
memiliki proporsi yang tinggi pada kategori Grafik 3
Desil 1 yaitu sebanyak 19%. Rasio Penduduk Miskin Kabupaten Sragen
Kategori Desil 2, wilayah dengan Berasarkan Kategori Desil
rasio tertinggi teridentifikasi di Kecamatan
Jenar dan Sumberlawang, pada Kecamatan
Jenar proporsi penduduk miskin (Desil 2)
bernilai 17% dan 16% diKecamatan
Sumberlawang. Jika dihubungkan dengan
Grafik 4.4 maka diketahui bahwa
Kecamatan Sumberlawang merupakan
salah satu wilayah dengan jumlah dan rasio
penduduk miskin terbanyak di Sragen.
Pada kategori penduduk hampir
miskin (Desil 3) hasil analisis
mengidentifikasi Kecamatan
Sumberlawang, Miri dan Plupuh sebagai
wilayah dengan penduduk hampir miskin
terbanyak di Sragen dengan komposisi
sebanyak 13% dari total penduduknya.
Sedangkan pada desil 4, penduduk rentan
miskin terbanyak terdapat di Kecamatan
Miri dan Nrampal, dengan nilai masing-
masing 8% dan 7%. Secara agregat di
tingkat kabupaten, wilayah yang yang
mengandung komposisi penduduk sangat
miskin, miskin, hampir miskin dan rentan
dapat diurukan sebagai berikut; 1 Sumber: Mikro Data BDT 2017, TNP2K
Kecamatan Jenar, proporsi jumlah

110 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

SIMPULAN diikuti oleh Kecamatan Sumberlawang.


Kajian ini menunjukkan bahwa Sedangkan pada ketegori Desil 2 (miskin)
pengelompokkan masyarakat terkategori terkonsentrasi di Sumberlawang dan Tanon.
miskin memiliki pola yang cenderung Pada kategori Desil 3 (hampir miskin)
terkonsentrasi di wilayah utara dan barat terdapat di wilayah Sumberlawang, Tanon
Kabupaten Sragen, wilayah ini diketahui dan Masaran, kemudian diikuti oleh
memiliki kemampuan lahan yang cukup Kecamatan Plupuh, Kalijambe dan
rendah dalam menghasikan produksi Sambung Macan. Sedangkan pada Desil 4
pertanian karena terletak pada wilayah (rentan miskin) hanya terkonsentrasi di
dengan kontur perbukitan. Jika dirinci wilayah Masaran.
berdasarkan kriteria kemiskinan, Hasil analisis juga mengkonfirmasi
masyarakat yang tergolong pada kelompok bahwa peran wilayah (lokasi) yang
Desil 1 (sangat miskin) diketahui bahwa ditunjukkan oleh tingkat kemampuan lahan
wilayah dengan konsentrasi penduduk memiliki pengaruh dalam terjadinya
sangat miskin yang paling banyak (diatas konsentrasi kemiskinan di Kabupaten
5000 jiwa) secara berturut-turut adalah Sragen.
Mondokan, Tangen dan Jenar, kemudian

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad; Utomo, Yuni Prihadi, 2016. Konsentrasi Spasial Industri-Industri Unggulan
Kota Surakarta, The 3rd University Research Coloquium, Colloquium LPPM PTM/PTA
Se Jawa Tengah dan Yogyakarta.Universitas Muhammadiyah Semarang.
Arif, Muhammad; Damayanti, Novita. 2018. Identifikasi Konsentrasi Spasial Industri Kecil dan
Menengah Kabupaten Sragen. The 8th University Research Coloquium, Colloquium
LPPM PTM/PTA Se Jawa Tengah dan Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat (BPS). Statistik Indonesia Tahun 2017. Jakarta Pusat :
Badan Pusat Statistik
BPS Kabupaten Sragen. (2017). Sragen dalam Angka 2016
BPS Provinsi Jawa Tengah. (2017). Jawa Tengah dalam Angka 2016
Cahyat, A. 2004. Bagaimana kemiskinan diukur? Beberapa model penghitungan kemiskinan di
Indonesia. Poverty & Decentralization Project CIFOR (Center for International Forestry
Research) - BMZ (Bundesministerium für Wirtschaftliche Zusammenarbeit und
Entwicklung). November 2004:2
Deny Ferdyansyah Dan Eko B. Santoso.2013.Pola Spasial Kegiatan Industri Unggulan Di
Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, Dan Alas
Kaki). Tugas Akhir. Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas Teknik
Sipil Dan Perencanaan.Institut Teknologi Sepuluh Nopember .
Fujita, M., Krugman, P., And Venables, A.J. 1999. The Spatial Economy : Cities, Regions, And
International Trade. Cambrige And London : The Mit Press
Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada
Kuncoro, M, 2002. Analisis Spasial Dan Regional, Studi Aglomerasi Dan Kluster Industri
Indonesia., Upp Amp Ykpn. Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta, Erlangga

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 111


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 2 l NOMOR 2 l TAHUN 2019 l HAL. 97 - 112

LPEM UI.Teknik Dan Metode-Metode Analisis Daerah, (2003)


Perroux, F. 1955. Note Sur la Notion de Pole de Croissance. Economique Appliquee. Press
Universitives de France, France
Samuelson, Paul A. 1955. Economic, McGraw-Hill Book Company, USA
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2015, Basis Data Terpadu Kabupaten
Sragen, TNP2K. Jakarta
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2018, Basis Data Terpadu Kabupaten
Sragen, TNP2K. Jakarta
Todaro, M. 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terj.dari Economic Development in
The Third World Fourth Edition, oleh Ir. Burhanuddin Abdulla, M.A. Penerbit Erlangga.
Jakarta. (378 hlm).

112 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356

You might also like