You are on page 1of 10

The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

HUBUNGAN KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO)


DI UDARA AMBIEN ROADSIDE DENGAN KARAKTERISTIK
LALU LINTAS DI JARINGAN JALAN SEKUNDER
KOTA PADANG
Hendra Gunawan Yenni Ruslinda Yona Anggela
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Jurusan Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan,
Teknik, Universitas Andalas Fakultas Teknik, Univ. Andalas Fakultas Teknik, Univ. Andalas
Kampus Limau Manis Kampus Limau Manis Kampus Limau Manis
Padang-25163 Padang-25163 Padang-25163
Telp: (0751) 72497 Telp: (0751) 72497 Telp: (0751) 72497
hendra@ft.unand.ac.id yenni@ft.unand.ac.id

Abstract
Traffic flow characteristics is one factor that affects increasing of air pollution from transport sector. This
research deals with CO gas concentration at roadside ambient air and its relationships with traffic flow
characteristics on secondary road network of Padang city. Sampling is carried out in accordance with SNI-
19-7119.9-2005 in three streets of Jl. Raya By Pass, Jl. Bagindo Aziz Chan, and Jl. Perintis Kemerdekaan as
the secondary arterial, collector, and local roads, consecutively. Impinger tool is used in CO gas sampling,
and then analyzed by spectrophotometric method. The highest of average CO gas concentration are
376,99µg/Nm3 at Jl.Perintis Kemerdekaan, 331,95 µg/Nm3 at Jl.Bagindo Aziz Chan, and 285,16 µg/Nm3 at
Jl.Raya By Pass. Correlation and regression analysis showed that CO gas concentration have very strong
relationships with traffic density at Jl.Raya By Pass and Jl.Bagindo Aziz Chan in the form of polynomial
function, and with traffic volume at Jl.Perintis Kemerdekaan in exponential function.

Keywords: CO gas, secondary road network, traffic flow characteristics, roadside ambient air

Abstrak
Peningkatan pencemaran udara dari sektor transportasi di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh
karakteristik lalu lintas.Penelitian ini bertujuan menganalisis konsentrasi CO di udara ambien roadside dan
hubungannya dengan karakteristik lalu lintas di jaringan jalan sekunder Kota Padang. Sampling dilakukan
sesuai SNI-19-7119.9-2005 di tiga ruas jalan yaitu Jl.Raya By Pass, Jl.Bagindo Aziz Chan, dan Jl.Perintis
Kemerdekaan, masing-masing sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal sekunder. Sampling CO menggunakan
alat impingerdan analisis dilakukan dengan metode spektrofotometri. Konsentrasi gas CO rata-rata dari yang
terbesar didapatkan di Jl.Perintis Kemerdekaan 376,99µg/Nm3, Jl.Bagindo Aziz Chan 331,95 µg/Nm3, dan
Jl.Raya By Pass 285,16 µg/Nm3. Dari hasil analisis korelasidan regresi didapatkan konsentrasi CO memiliki
hubungan sangat kuat dengan kepadatan lalu lintas pada Jl.Raya By Pass dan Jl.Bagindo Aziz Chan dalam
bentuk fungsi persamaanpolinomial pangkat dua, sedangkan pada Jl.Perintis Kemerdekaan dengan volume
lalu lintas dalam bentuk persamaan eksponensial.

Kata Kunci: gas CO, jaringan jalan sekunder, karakteristik lalu lintas, udara ambien roadside

PENDAHULUAN
Berdasarkan studi Bappenas tahun 2009, Indonesia merupakan salah satu negara dengan
tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia.Kontribusi emisi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60 – 70%, dibanding dengan
industri yang hanya berkisar antara 10 – 15%.Sisanya berasal dari rumah tangga,
pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain. Hal ini diakibatkan oleh laju
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi.Pertumbuhan kendaraan


bermotor di Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 10% per tahun, dan menjadi faktor
dominan penyebab utama naiknya angka pencemaran udara. Kondisi ini diperburuk
dengan angka pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan
bermotor yang hanya 2% per tahun, sehingga kondisi udara di berbagai kotajuga semakin
buruk (Kementerian Perhubungan, 2012).

Gas yang dihasilkan kendaraan bermotor sebagai sumber pencemaran udara yaitu gas
Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Hidrokarbon (HC), Sulfur Dioksida
(SO2), dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan ke
dalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya
letupan pada mesin (Panjaitan, dkk, 2011). Gas CO yang keluar dari knalpot akan berada
di udara ambien, yang jika terhirup oleh manusia maka molekul tersebut akan masuk ke
dalam saluran pernapasan dan kemudian akan berikatan dengan hemoglobin darah
membentuk carboxy haemoglobin (COHb). Semakin tinggi konsentrasi CO yang terhirup
oleh manusia maka akan semakin fatal resiko yang diterima oleh manusia tersebut, bahkan
menyebabkan kematian. CO merupakangas tidak berbau, tidak berwarna dan sangat toksik
sehingga sering disebut sebagai silent killer. Gas CO merupakan gas yang berbahaya untuk
tubuh karena daya ikat CO terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat CO terhadap
O2(Maryanto D, 2009).

Pemantauan kualitas udara roadside di ruas jalan Kota Padang telah pernah dilakukan pada
tahun 2011. Dari hasil pemantauan di dua lokasi yaitu di jalan Hamka dan jalan Sawahan
yang mewakili jalan Arteri Primer dan Arteri Sekunder, diperoleh konsentrasi gas CO rata-
rata di jalan Hamka sebesar 408,532 µg/Nm3, lebih tinggi daripada jalan Sawahan 262,182
µg/Nm3. Konsentrasi gasCO tertinggi di kedua lokasi sampling sebesar 432,524 – 979,326
µg/Nm3 terukur pada jam 15.00 – 18.00 WIB. Konsentrasi CO di kedua lokasi sampling
masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP No 41 Tahun 1999
yaitu 30.000 µg/Nm3 (Syafri S. R, 2011). Namun dalam penelitian ini belum dilakukan
analisis konsentrasi gas COdengan karakteristik lalu lintas yang melewati kedua jalan
tersebut.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran konsentrasi gas CO di udara ambien dan
karakteristik lalu lintas setiap jam pada masing-masing jalan, sehingga dapat ditentukan
pola serta hubungan antara konsentrasi gas CO dan karakteristik lalu lintas meliputi
volume, kecepatan dan kepadatan lalu lintas. Pengukuran difokuskan pada jaringan jalan
sekunder Kota Padang.Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusibarang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data sekunder, penelitian pendahuluan dan
pemilihan lokasi dan waktu sampling. Data sekunder terdiri dari data klasifikasi jalan Kota
Padang yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Padang, data kecepatan dan arah
angin dominan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi
Tabing Padang, dan yang terakhir peta lokasi penelitian yang diperoleh dari Google Maps.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lokasi sampling, yaitu dengan dengan
menghitung volume lalu lintas di beberapa ruas jalan sekunder yang dari pengamatan
lapangan diprediksi berpotensi menghasilkan konsentrasi polutan gas CO lebih
besar.Berdasarkan data sekunder dan penelitian pendahuluan yang dilakukan, maka lokasi
sampling yang dipilih pada penelitian ini adalah jalan Raya By Pass mewakili jalan arteri
sekunder, jalan Bagindo Aziz Chan mewakili jalan kolektor sekunder, dan jalan Perintis
Kemerdekaan mewakili jalan lokal sekunder.

Data primer yang disampling dalam penelitian ini berupa sampel gas CO, data kondisi
meteorologi, data jumlah kendaraan dan kecepatan lalu lintas yang diukur langsung di
lapangan. Pengambilan sampel gas CO dilakukan setiap 1 jam selama 24 jam untuk
masing-masing titik sampling menggunakan impinger dengan laju aliran 1 L/menit.
Sampling gas CO dilakukan dengan metode absorpsi menggunakan larutan penyerap perak
nitrat.Pengukuran kondisi meteorologi dilakukan 15 menit sekali dengan menggunakan
packet weatherman untuk mengukur temperatur, tekanan udara, dan kelembaban
relatif.Anemometeruntuk mengukur kecepatan angin dan kompas untuk menentukan arah
angin.

Pengukuran jumlah kendaraan dilakukan secara manual dengan menggunakan counter.


Jenis kendaraan yang diukur berdasarkan pada dua kriteria yaitu berdasarkan jenis
kendaraan dan berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan.Ada tiga jenis kendaraan
yang dihitung pada pengukuran jumlah kendaraan berdasarkan jenis yaitu kendaraan
ringan atau Light Vehicle (LV), kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV) dan sepeda
motor atau MotorCycle (MC). Jenis kendaraan ringan terdiri dari mobil pribadi, oplet, pick
up, dan mini bus, sedangkan jenis kendaraan berat terdiri dari bus dan truk. Sepeda motor
terdiri dari kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga. Pengukuran jumlah kendaraan
berdasarkan bahan bakar yang digunakan terdiri dari bensin dan solar.Pengukuran
kecepatan lalu lintas dengan speed gun meter. Pengukuran ini dilakukan dengan
menembakkan alat speed gun meter ke arah kendaraan yang melewati lokasi penelitian
secara acak setiap lima menit sekali, kemudian hasil pengukuran setiap lima menit dirata-
ratakan selama satu jam, sehingga diperoleh hasil kecepatan lalu lintas rata-rata setiap jam.

Untuk menentukan konsentrasi gas CO dilakukan analisis laboratorium dengan metode


spektrofotometri. Perhitungan konsentrasi gas CO dilakukan dengan cara mengkonversi
nilai absorbansi yang diperoleh dari analisis laboratorium menjadi satuan µg/Nm3 dengan
menggunakan persamaan (1) untuk setiap sampel, sehingga diperoleh data konsentrasi gas
CO untuk satu titik sampling sebanyak 24 data.

[ . ⁄ " #
=$
% ⁄ & ' ( )*+ ),,,. ⁄
(1)

dimana: x adalah konsentrasi absorban berdasarkan regresi linear.

Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data karakteristik lalu lintas.Data volume lalu
lintas dihitung dengan mengkonversi jumlah kendaraan yang melewati lokasi penelitian
menjadi satuan smp (satuan mobil penumpang) dengan menggunakan persamaan (2).
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

q = (nLVxfLV) + (nHVxfHV) + (nMCxfMC) (2)


dimana:
q = volume lalu lintas (smp/jam)
nLV = jumlah kendaraan yang lewat perjam untuk setiap jenis kendaraan light vehicle
nHV = jumlah kendaraan yang lewat perjam untuk setiap jenis kendaraan heavy vehicle
nMC = jumlah kendaraan yang lewat perjam untuk setiap jenis kendaraan motor cycle
fLV = nilai ekuivalen mobil penumpang (emp = 1) untuk jenis kendaraan light vehicle
fHV = nilai ekuivalen mobil penumpang (emp = 1,2) untuk jenis kendaraan heavy vehicle
fMC = nilai ekuivalen mobil penumpang (emp = 0,25) untuk jenis kendaraan motor cycle

Kepadatan lalu lintas (dalam satuan smp/km) dihitung dengan membagi data volume lalu
lintas (q, smp/jam) dengan kecepatan lalu lintas (v, km/jam) menggunakan persaman (3):

k = q/v (3)

Analisis hubungan konsentrasi masing-masing polutan udara dengan karakteristik lalu


lintas di jaringan jalan sekunder Kota Padang dilakukan dengan metode regresi dan
korelasi menggunakan perangkat lunak statistik.Analisis regresi yang dilakukan bisa
berupa analisis regresi linier (dengan satu atau lebih peubah bebas), maupun analisis
regresi nonlinier. Hasil yang diperoleh berupa persamaan regresi akan diuji dengan uji
ANOVA. Dalam penelitian ini konsentrasi CO merupakan variabel tak bebas sedangkan
parameter karakteristik lalu lintas sebagai variabel bebas.Parameter karakteristik lalu lintas
yang digunakan adalah jumlah kendaraan berdasarkan jenis, jumlah kendaraan berdasarkan
bahan bakar, volume lalu lintas, kecepatan lalu lintas, dan kepadatan lalu lintas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran Jumlah Kendaraan
1. Berdasarkan Jenis Kendaraan
Hasil pengukuran jumlah kendaran di ketiga lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar
1.Bila dibandingkan di ketiga lokasi penelitian, terlihat jenis kendaraan yang mendominasi
adalah sepeda motor berkisar 50 – 70% dan mobil pribadi berkisar 20 – 30%.Hal ini
membuktikan tingginya tingkat mobilitas dan kecendrungan masyarakat menggunakan
kendaraan pribadi daripada kendaraan umum.Selain itu, adanya kemudahan untuk
memiliki kendaraan pribadi, seperti melalui kredit kendaraan bermotor dengan uang muka
yang relatif kecil, menyebabkan bertambahnya kecenderungan masyarakat untuk memiliki
kendaraan bermotor sendiri.

2. Berdasarkan Jenis Bahan Bakar


Dari ketiga lokasi penelitian yang diukur terlihat sebagian besar kendaraan menggunakan
bahan bakar bensin yaitu 86,59 - 97,19% dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan
bahan bakar solar dengan rentang 2,81 - 13,4%. Distribusi jumlah kendaraan berdasarkan
jenis bahan bakar dapat dilihat pada Gambar 2.Jenis kendaraan yang berbahan bakar solar
lebih banyak melewati jalan Raya By Pass. Hal ini disebabkan jalan ini merupakan jalan
arteri sekunder yang banyak dilewati oleh truk dan bus dengan bahan bakarnya adalah
solar.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

70%
60%

Jumlah Kendaraan
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Mobil Oplet Mini Bus Pick up Bus Truk Sepeda
Pribadi Motor
Jl. Raya By Pass Jl. Bagindo Aziz Chan Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 1 Perbandingan Distribusi Jumlah Kendaraan pada Lokasi Penelitian

Bensin Solar
100%
13.41% 3.52% 2.81%
Persentase Jumlah

80%
Kendaraan

60%
86.59% 96.48% 97.19%
40%

20%

0%
Jl. Raya By Pass Jl. Bagindo Aziz Chan Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 2 Persentase Jumlah Kendaraan Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

Analisis Karakteristik Lalu Lintas


1. Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas di tiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.Volume lalu lintas
rata-rata
rata pada ketiga jalan mulai meningkat pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB,
kemudian menurun pada pukul 10.00 – 14.00 WIB, dan meningkat lagi pada sore hari
pukul 15.00 – 18.00 WIB, untuk selanjutnya mengalami penurunan hingga dini
hari.Peningkatan volume lalu lintas seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat.
ma
Volume lalu lintas rata-rata
rata tertinggi berturut-turut
turut adalah pada jalan Raya By Pass 1.094
1
smp/jam, kemudian jalan Bagindo Aziz Chan 1.002 1 002 smp/jam, dan terakhir
tera jalan Perintis
Kemerdekaan 886 smp/jam.
2500
Volume (smp/Jam)

2000
1500
1000
500
0
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00

Waktu Pengukuran (Jam)


Jl. Raya By Pass Jl. Bgd Aziz Chan Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 3 Volume Lalu Lintas pada Lokasi Penelitian
nelitian
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

2. Kecepatan Lalu Lintas


Hasil pengukuran kecepatan lalu lintas rata-rata setiap jam di ketiga lokasi penelitan dapat
dilihat pada Gambar 4. Pola yang terbentuk dari data kecepatan lalu lintas selama 24 jam di
ketiga lokasi penelitian hampir sama, yaitu rendah dan relatif konstan pada siang hari
pukul 07.00 – 18.00 WIB dan meningkat pada malam hari pukul 19.00 – 06.00 WIB. Hal
ini karena volume lalu lintas pada malam hari lebih rendah dibandingkan siang hari,
sehingga pengendara lebih cendrung meningkatkan kecepatan kendaraan disaat jalanan
sepi dari kendaraan.
60
Kecepatan (Km/jam)

50
40
30
20
10
0
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
Waktu Pengukuran (Jam)
Jl. Raya By Pass Jl. Bgd Aziz Chan Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 4 Kecepatan Lalu Lintas pada Lokasi Penelitian

Secara keseluruhan, kecepatan lalu lintas rata-rata yang paling rendah adalah di jalan
Perintis Kemerdekaan 31,12 km/jam, kemudian jalan Bagindo Aziz Chan 36,69 km/jam
dan yang paling tinggi adalah jalan Raya By Pass 42,32 km/jam. Hal ini disebabkan jalan
Perintis Kemerdekaan merupakan jalan lokal sekunder yang fungsinya melayani angkutan
jarak dekat sehingga pengendara lebih cenderung menurunkan kecepatan.

Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan, jalan arteri sekunder memiliki standar
kecepatan minimum 30 km/jam, jalan kolektor sekunder 20 km/jam dan jalan lokal
sekunder 10 km/jam. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran pada penelitian ini,
diperoleh rata-rata kecepatan lalu lintas pada ketiga jalan yang diteliti berada diatas standar
minimum kecepatan yang telah ditentukan untuk jaringan jalan sekunder.Hal ini berarti
kondisi lalu lintas pada lokasi penelitian ini secara umum masih lancar.

3. Kepadatan Lalu Lintas


Hasil perhitungan kepadatan lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 5.Dari gambar tersebut,
terlihat pola kepadatan lalu lintas yang terbentuk pada ketiga lokasi penelitian meningkat
pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB hingga mencapai puncaknya pada pukul 11.00 –
18.00 WIB, kemudian menurun pada pukul 18.00 – 06.00 WIB.

Titik puncak kepadatan lalu lintas pada jalan Raya By Pass terjadi pada pukul 07.00 –
08.00 WIB dan 17.00 – 18.00 WIB sebesar 57 smp/km. Pada jalan Bagindo Aziz Chan
titik puncak terjadi pada pukul 17.00 – 18.00 WIB sebesar 69 smp/km, sedangkan pada
jalan Perintis Kemerdekaan titik puncak terjadi pada pukul 11.00 – 12.00 WIB sebesar 71
smp/km. Kepadatan lalu lintas rata-rata tertinggi berturut-turut adalah jalan Perintis
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Kemerdekaan 33 smp/km, jalan Bagindo Aziz Chan 32 smp/km, jalan Raya By Pass 28
smp/km. Tingginya kepadatan lalu lintas di jalan Perintis Kemerdekaan dipengaruhi oleh
lebar jalan yang lebih sempit dan kecepatan lalu lintas yang lebih rendah.
80
Kepadatan (smp/Km) 70
60
50
40
30
20
10
0
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
Waktu Pengukuran (Jam)
Jl. Raya By Pass Jl. Bagindo Aziz Chan Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 5 Kepadatan Lalu Lintas pada Lokasi Penelitian

Analisis Konsentrasi Gas CO


Dari hasil pengukuran didapatkan konsentrasi gas CO yang terukur berbeda-beda setiap
jamnya dan membentuk suatu pola yang dapat dilihat pada Gambar 6. Konsentrasi CO
rata-rata paling tinggi adalah di jalan Perintis Kemerdekaan 376,99 µg/Nm3, kemudian
jalan Bagindo Aziz Chan 331,95 µg/Nm3, dan yang paling rendah adalah jalan Raya By
Pass 285,16 µg/Nm3. Tingginya konsentrasi gas CO pada jalan Perintis Kemerdekaan
sebagai jalan lokal sekunder disebabkan karena kepadatan lalu lintas pada jalan tersebut
lebih tinggi dibandingkan dua jalan lainnya. Hal ini akibat lebar badan jalan lebih sempit
dan seringnya perberhentian angkutan umum pada pinggir jalan di sepanjang jalan Perintis
Kemerdekaan sehingga sering menimbulkan kemacetan.Apabila kemacetan lalu lintas
terjadi, maka laju kecepatan kendaraan juga berkurang.
1000
Konsentrasi Gas CO

800
(ug/Nm3)

600
400
200
0
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00

Jl. Raya By Pass JlWaktu


BagindoPengukuran
Aziz Chan (Jam) Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 6 Fluktuasi Konsentrasi Gas CO di Lokasi Penelitian

Perlambatan arus kendaraan dan kemacetan lalu lintas merupakan salah satu faktor utama
terjadinya peningkatan konsentrasi gas CO di udara.Hoesodo (2004), menyatakan emisi
gas buang kendaraan dalam kondisi macet menghasilkan gas CO 12 kali lebih tinggi
dibandingkan pada kondisi jalan yang lancar. Hal serupa juga dinyatakan Mukono H. J.
(2006), pada keadaan macet, di dalam mesin berlangsung reaksi pembakaran tidak
sempurna yang akan menimbulkan emisi gas buang berupa gas CO.
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Dari ketiga pola konsentrasi yang terbentuk dari ketiga jalan, rata-rata
rata konsentrasi gas CO
cenderung
rung stabil pada pukul 06.00 – 12.00 WIB, kemudian meningkat mulai pukul 12.00
hingga pukul 18.00 WIB dan menurun kembali pukul 18,00 – 06.00 WIB. Titik puncak
konsentrasi gas CO pada ketiga jalan hampir sama yaitu terjadi pukul 07.00 – 08.00 WIB
dan pukul 17.00 – 18.00 WIB.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 telah menetapkan standar baku mutu udara
ambien untuk gas CO pengukuran selama satu jam adalah 30.000 µg/Nm3. Berdasarkan
Gambar 6,, terlihat bahwa konsentrasi gas CO tertinggi masih dibawah 1000 µg/Nm3. Hal
ini menunjukkan bahwa konsentrasi gas CO di ketiga lokasi penelitian masih jauh dibawah
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun demikian, pemantauan terhadap
kualitas udara ambien, diantaranya gas CO, perlu dilakukan terus secara berkala karena gas
CO merupakan gas pencemar yang keberadaannya dapat berdampak negatif terhadap
kesehatan manusia.

Hubungan Konsentrasi CO dengan Karakteristik Lalu Lintas


Tabel 1 memperlihatkan hasil analisis regresi dan dan korelasi hubungan konsentrasi CO
dengan parameter karakteristik lalu lintas.Dari
lintas. tabel tersebut, dapat dilihat
di bahwa pada
jalan arteri dan kolektor sekunder yang diwakili jalan Raya By Pass dan jalan Bagindo
Aziz Chan, konsentrasi gas CO memiliki hubungan yang paling kuat dengan kepadatan
lalu lintas dengan nilai r masing-masing
masing sebesar 0,927 dan 0,955 yang berada
b pada rentang
interpretasi sangat kuat. Hubungan konsentrasi CO dengan kepadatan lalu lintas di kedua
jalan ini adalah dalam bentuk fungsi polinomialpangkat
polinomial dua, dengan persamaan untuk jalan
Raya By Pass adalah y= = 0,3622x2 - 11,316x + 189,97dan untuk jalan Bagindo Aziz Chany
Chan
2
= 0,1546x - 1,7789x + 148,28.
148,28 Pada
ada jalan Perintis Kemerdekaan konsentrasi gas CO
paling kuat hubungannya
nnya dengan volume lalu lintas dengan nilai r sebesar 0,932 yang juga
berada pada rentang interpretasi sangat kuat, dalam bentuk fungsi
ungsi eksponensial yaitu y =
94,572e0,0013x..

Korelasi terbaik antara konsentrasi CO dengan karakteristik lalu lintas pada ketiga lokasi
penelitian ditunjukkan pada Gambar 7. Dari nilai R2 yang dihasilkan kan pada ketiga jalan
menunjukkan bahwa lebih dari 52% konsentrasi gas CO dipengaruhi oleh karakteristik lalu
lintas, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain seperti seperti kondisi
meteorologi, kondisi fisik jalan, dan lain-lain.
lain

(a) Jl. Raya By Pass (b) Jl. Bagindo Aziz Chan (c) Jl. Perintis Kemerdekaan
Gambar 7Korelasiterbaik
terbaik antara konsentrasi CO dengan karakteristik lalu lintas
padaketiga
tiga lokasi penelitian
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

Tabel 1 Hubungan Konsentrasi CO dengan Karakteristik Lalu Lintas di


Jaringan Jalan Sekunder Kota Padang
Parameter Tipe trendline Persamaan R2 r Korelasi
Jl. Raya By Pass (Jalan Arteri Sekunder)
Jumlah Kendaraan Y= 0,422 LV - 0,470 HV + 0,064
Linear 0,654 0,808 Sangat kuat
Berdasarkan Jenis MC + 57,887
Jumlah Kendaraan
Eksponensial y = 9,938e0,0034x 0,529 0,726 Kuat
Berbahan Bakar Solar
Jumlah Kendaraan
Polinomial y = 3E-05x2 + 0,0164x + 106,13 0,678 0,824 Sangat kuat
Berbahan Bakar Bensin
2
Volume Lalu Lintas Polinomial y = 0,0003x - 0,3605x + 211,25 0,780 0,883 Sangat kuat
-0,079x
Kecepatan Lalu Lintas Eksponensial y = 6317e 0,533 0,730 Kuat
2
Kepadatan Lalu Lintas Polinomial y = 0,3622x - 11,316x + 189,97 0,860 0,927 Sangat kuat
Jl. Bagindo Aziz Chan (Jalan Kolektor Sekunder)
Jumlah Kendaraan Y = 0,102 LV - 0,697 HV + 0,274
Linear 0,793 0,891 Sangat kuat
Berdasarkan Jenis MC - 5,554
Jumlah Kendaraan
Eksponensial y = 14,814e0,0112x 0,534 0,731 Kuat
Berbahan Bakar Solar
Jumlah Kendaraan Sangat kuat
Polinomial y = 8E-05x2 - 0,0987x + 150,98 0,906 0,952
Berbahan Bakar Bensin
Volume Lalu Lintas Polinomial y = 0,0003x2 - 0,2238x + 180,95 0,897 0,947 Sangat kuat
-0,072x
Kecepatan Lalu Lintas Eksponensial y = 3784,2e 0,721 0,849 Sangat kuat
Kepadatan Lalu Lintas Polinomial y = 0,1546x2 - 1,7789x + 148,28 0,912 0,955 Sangat kuat
Jl. Perintis Kemerdekaan (Jalan Lokal Sekunder)
Jumlah Kendaraan Y = 0,560 LV + 0,842 HV + 0,008
Linear 0,759 0,871 Sangat kuat
Berdasarkan Jenis MC + 37,700
Jumlah Kendaraan
Eksponensial y = 12,654e0,0189x 0,763 0,873 Sangat kuat
Berbahan Bakar Solar
Jumlah Kendaraan
Eksponensial y = 85,522e0,0007x 0,784 0,885
Berbahan Bakar Bensin Sangat kuat
0,0013x
Volume Lalu Lintas Eksponensial y = 94,572e 0,868 0,932 Sangat kuat
-0,087x
Kecepatan Lalu Lintas Eksponensial y = 4427,3e 0,748 0,865 Sangat Kuat
0,0292x
Kepadatan Lalu Lintas Eksponensial y = 112,79e 0,861 0,928 Sangat kuat

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap hubungan antara konsentrasi gas CO di
udara ambien roadside dengan karakteristik lalu lintas di jaringan jalan sekunder kota
Padang, diperoleh kesimpulan bahwa kepadatan lalu lintas tertinggi dan kecepatan
terendah terjadi pada jalanPerintis Kemerdekaan (31,12 km/jam dan 33 smp/km),
sedangkan volume lalu lintas tertinggi di jalan Raya By Pass (1094 smp/jam). Konsentrasi
gas CO rata-rata paling tinggi di jalan Perintis Kemerdekaan sebesar 376,99 µg/Nm3, di
jalan Bagindo Aziz Chan 331,95 µg/Nm3, dan di jalan Raya By Pass 285,16 µg/Nm3. Pola
konsentrasi gas CO sejalan dengan pola volume dan kepadatan lalu lintas, yaitu mulai
meningkat pukul 07.00 WIB pagi hari hingga mencapai puncaknya pada pukul 15.00 –
18.00 WIB dan menurun kembali mulai pukul 18.00 WIB hingga dini hari. Konsentrasi gas
CO memiliki hubungan sangat kuat dengan kepadatan lalu lintas pada jalan Raya By Pass
(r=0,927) serta jalan Bagindo Aziz Chan (r=0,955) melalui fungsi persamaan polynomial
pangkat dua, yaitu y = 0,3622x2 - 11,316x + 189,97 dan y = 0,1546x2 - 1,7789x + 148,28.
Pada jalan Perintis Kemerdekaan konsentrasi gas CO memiliki hubungan sangat kuat
The 18th FSTPT International Symposium, Unila, Bandar Lampung,August 28, 2015

dengan volume lalu lintas (r=0,932) melalui persamaan fungsi eksponensial yaitu y =
94,572e0,0013x. Nilai R2 seluruh alternatif bentuk fungsi berkisar 0,529 - 0,912, yang artinya
sebesar 52,9 – 91,2% konsentrasi gas CO di udara ambien roadside dipengaruhi oleh
karakteristik lalu lintas.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ditjen Dikti yang telah membantu mendanai kegiatan penelitian ini
dalam skim Penelitian Fundamental tahun 2015 dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Andalas yang telah memfasilitasi kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hoesodo, D. 2004. Permodelan Pencemaran Udara Akibat Lalu Lintas di Jalan Arteri
(Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung). Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro: Semarang
Kementrian Perhubungan. 2012. Informasi Transportasi. Sekretariat Jenderal Pusat Data
dan Informasi: Jakarta
Maryanto, D. 2009. Penurunan Kadar Emisi Gas Buang Karbon maonoksida (CO) dengan
Penambahan Arang Aktif pada Kendaraan Bermotor di Yogyakarta.Jurnal Kesmas
Vol. 3. No. 3
Mukono, H.J. 2006.Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Edisi Kedua. Airlangga Press:
Surabaya
Panjaitan T.P.M, Bambang Pramudya, Manuwoto & I.F.Poernomosidhi Poerwo.2011.
Pengelolaan Pencemaran Udara Akibat Transportasi Di Kawasan Perumahan Di
Pinggiran Metropolitan. Jurnal SabuaVol.3, No.1: 1-8
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.2006. Kementrian Perhubungan
Darat: Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
1999. Kementrian Lingkungan Hudup: Jakarta
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan
Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside. 2005. Badan Standarisasi
Nasional: Jakarta
Syafri, S. R. 2011. Konsentrasi Gas CO di Udara Ambien Kawasan Roadside Kota
Padang. TugasAkhir. Jurusan Teknik Lingkungan Unand. Padang

You might also like