You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS


KARBON MONOKSIDA (CO) PADA PETUGAS PENGUMPUL TOL DI
SEMARANG

Devita Nur Aprilia, Nurjazuli, Tri Joko


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: devitanuraprilia06@gmail.com

Abstract: Semarang has a toll way with a traffic growth rate of 6% per year.
Since 2009 to 2013, there has been an increase in average daily vehicle traffic
from 78.335 to 133.165 vehicles per day. Most of CO concentrations at four
Semarang toll gates, Tembalang, Manyaran, Gayamsari and Muktiharjo toll
gates, exceed the quality standard set by WHO and are close to the air quality
standard specified in Decree of the Governor of Central Java Number 8 of 2001.
The purpose of this study is to analyze the environmental health risks of Carbon
Monoxide gas (CO) exposure to the toll collectors in Semarang. The type of this
research is a Cross Sectional study with Environmental Health Risk Analysis
method (ARKL). The subject sample of this study was the toll collectors who have
worked for more than one year, while the object sample was the concentration of
CO gas in toll collecting booth at each toll gate. The results showed that the
concentration of Carbon Monoxide gas (CO) in ambient air of Semarang toll
booths ranged from 3.45 mg/m3 up to 26.97 mg/m3, with an average of 10.61
mg/m3. The average of exposure time was 8 hours, with the frequency of
exposure was 264 days, and the duration of exposure was 15.5 years. The
calculation of individual risk values to the toll collectors showed the value of RQ
<1 for real-time and lifetime exposure. The conclusion of this study was that the
average concentration of CO was below the standards. The risk of Carbon
Monoxide gas (CO) exposure in present (realtime) and in 30 years (lifetime) has
not shown a risk of non carcinogenic.

Keywords : toll collector, carbon monoxide, environmental health risk


assessment

PENDAHULUAN
Latar Belakang kemacetan di ruas jalan kota,
terutama pada jam-jam sibuk di pagi
Peningkatan jumlah penduduk dan sore hari. Kemacetan yang
Kota Semarang setiap tahunnya terjadi di setiap ruas jalan kota
mengakibatkan peningkatan jumlah mengakibatkan sebagian orang
kendaraan mulai dari bus, truk, taksi, mencari jalan alternatif.
oplet/ mikrolet, mobil dinas/ pribadi, Salah satu jalan alternatif yang
dan sepeda motor.1 Akibatnya, digunakan oleh sebagian besar
jumlah kendaraan bermotor yang masyarakat adalah jalan tol. Jalan
turun ke jalan semakin banyak. tol biasa digunakan sebagai
Peningkatan jumlah kendaraan ini alternatif baik dalam kota maupun
tidak jarang menyebabkan

367
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

luar kota. Jalan tol merupakan jalan Pajanan CO sebesar 35mg/m3


sebagai bagian dari sistem jaringan selama 1 jam dan 20 mg/m3 selama
jalan yangmana pengguna jalan tol 8 jam merupakan keadaan yang
wajib membayar uang tol.2 ekuivalen dalam membentuk COHb
Kendaraan yang melintasi ruas jalan di atas 2,5%. Sehingga WHO
tol akan berhenti beberapa saat di menetapkan standar pajanan CO
pintu tol untuk melakukan tidak boleh melebihi 25 ppm (29
pembayaran tol. Dalam keadaan mg/m3) untuk waktu 1 jam dan 10
tertentu, khususnya saat jam-jam ppm (11,5 mg/m3) untuk waktu 8
sibuk pada pagi dan sore hari terjadi jam.7
antrean kendaraan. Kendaraan akan Sebuah penelitian tentang
melambat, berhenti, dan melaju dispersi polutan Karbon monoksida
kembali setelah melakukan di ruas tol Dupak Surabaya pada
pembayaran tol yang mengakibatkan tahun 2011 dilakukan untuk
emisi dari kendaraan di pintu tol mengetahui pola penyebaran
lebih banyak dibandingkan dengan polutan CO di pintu masuk tol. Hasil
ruas jalan tol dimana kendaraan penelitian menunjukkan bahwa
melaju dengan lancar. konsentrasi CO tertinggi adalah di
Gas buang kendaraan bermotor sekitar pintu masuk tol karena
yang paling banyak dihasilkan kendaraan yang masuk ke jalan tol
adalah Karbon Monoksida (CO) akan mengurangi kecepatannya dan
yaitu sebesar 71%.3 CO adalah gas relatif berhenti. Sehingga
yang tidak berwarna, tidak konsentrasi gas CO meningkat,
menyebabkan iritasi, tidak berbau, dimana semakin jauh dari pintu
tidak berasa yang ditemukan di masuk gerbang tol dan searah
udara dalam ruangan dan luar dengan arah angin, konsentrasi CO
ruangan.4 Pajanan gas CO pada makin berkurang.8 Konsentrasi CO
kadar rendah dapat menyebabkan akan meningkat saat mesin
perubahan neorologik, aktivitas kendaraan dalam kondisi diam yaitu
menurun, kenaikan hemotokrit dan 4-6% dan saat mesin mengalami
perubahan pada fetus atau janin percepatan dan perlambatan adalah
bagi wanita hamil.5 Sedangkan sebesar 0-6% dan 2-4%. Kondisi
pajanan pada kadar tinggi atau emisi CO yang relatif rendah adalah
dampak akut pajanan gas CO dapat saat kendaraan berjalan normal
menyebabkan kematian. Gas CO yaitu 1-4%.9
yang masuk ke dalam tubuh dapat Semarang memiliki jalan tol
terikat lebih kuat dengan hemoglobin dengan laju lalu lintas cukup padat
dalam membentuk dengan tingkat pertumbuhan lalu
karboksihaemoglobin (COHb). Hal lintas 6% per tahun. Sejak tahun
ini mengakibatkan terhambatnya 2009 hingga 2013 terjadi
pasokan oksigen ke dalam tubuh.6 peningkatan laju lalu lintas harian
WHO menyebutkan bahwa rata-rata kendaraan di jalan tol dari
penderita penyakit jantung atau 78.335 hingga 133.165
paru-pari tidak boleh terpapar gas kendaraan/hari.10 Pegukuran yang
CO dengan kadar yang dapat dilakukan oleh Balai Laboratorium
membentuk kadar COHb di atas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2,5% karena kelompok tersebut pada tahun 2010 menunjukkan
merupakan kelompok yang peka konsentrasi CO di empat gerbang tol
terhdap pajanan CO. yaitu gerbang tol Tembalang,
gerbang tol Manyaran, gerbang tol

368
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Gayamsari, dan gerbang tol METODE PENELITIAN


Muktiharjo masing-masing sebesar Jenis penelitian yang digunakan
14.887 µg/m3, 12.597 µg/m3, 12.597 adalah penelitian deskriptif dengan
µg/m3, dan 10.307 µg/m3.11 Nilai ini rancangan penelitian cross sectional
sebagian besar melebihi baku mutu dan metode Analisis Risiko
yang ditetapkan oleh WHO dan Kesehatan Lingkungan (ARK).
mendekati baku mutu kualitas udara Populasi dan sampel subjek dalam
yang ditetapkan dalam SK Gubernur penelitian ini adalah petugas
Jawa Tengah No. 8 tahun 2001 pengumpul tol dengan total sampel
tentang Baku Mutu Udara Ambien sebanyak 54 orang. Sedangkan
Provinsi Jawa Tengah yaitu 15.000 populasi dan sampel objek dalam
µg/m3.12 penelitian ini adalah konsentrasi gas
Pada setiap pintu tol, terdapat CO di setap gardu tol non otomatis
petugas pengumpul tol yang bekerja pada gerbang tol Manyaran,
dalam jangka waktu tertentu secara Tembalang, Gayamsari, dan
rutin dengan sistem pergantian kerja Muktiharjo berjumlah 18 titik.
sesuai dengan shift kerja masing- Data primer dalam penelitian ini
masing. Kondisi ini akan diperoleh dari pengukuran
menyebabkan petugas pengumpul konsentrasi gas CO dengan
tol terpapar gas CO yang dihasilkan menggunakan CO analizer yang
oleh kendaraan yang berhenti dan dilakukan pada masing-masing
mengantre di pintu tol selama waktu gardu selama 10 menit pada pagi
kerjanya. dan sore hari, wawancara dengan
Adanya pengaruh dari pajanan menggunakan kuesioner kepada
gas CO pada petugas pintu tol dapat responden, observasi, dan
meningkatkan risiko kesehatan, pengukuran tinggi badan serta berat
salah satunya kadar CO dalam badan responden. Data sekunder
darah (COHb). Karena penghapusan bersumber dari PT. Jasa Marga
COHb dari tubuh adalah proses (Persero) Tbk. Cabang Semarang,
yang lambat, pajanan terus-menerus jurnal, dan buku.
sejak pekerja mulai bekerja bahkan Data yang terkumpul diolah
dengan konsentrasi CO yang rendah menggunakan perangkat lunak
dapat meningkatkan COHb dalam pengolah data dengan tahapan
darah dan risiko kesehatan lainnya13 editing, entry, dan cleaning. Analisis
Meskipun penelitian tentang data dilakukan secara deskriptif.
pengukuran konsentrasi gas CO di
gerbang tol sudah pernah ada, HASIL DAN PEMBAHASAN
namun belum dilakukan pengukuran A. Konsentrasi Gas Karbon
seberapa besar risiko pada petugas Monoksida (CO)
tol akibat pajanan gas CO yang Rata-rata konsentrasi dari 45
dihasilkan oleh kendaraan yang pengukuran adalah 10,61 mg/m3.
berhenti dan mengantre. Nilai ini jika dibandingkan dengan
Salah satu metode untuk baku mutu gas Karbon Monoksida
mengukur risiko kesehatan akibat (CO) pada Keputusan Gubernur
pajanan toksikan pada orang atau Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001
komunitas terpapar adalah metode yaitu sebesar 15.000 µg/m3 atau
Analisis Risiko Kesehatan 15 mg/m3 maka rata-rara
Lingkungan (ARKL). konsentrasi gas Karbon
Monoksida (CO) pada gerbang tol
Semarang masih di bawah baku

369
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mutu yang ditetapkan. Namun, diketahui adanya perbedaan


jika dilihat dari konsentrasi pada peningkatan konsentrasi CO pada
setiap titik sampling, terdapat 9 kendaraan yang secara fisik
tiitik yang melebihi baku mutu.12 terlihat kurang terawat dan
Adanya perbedaan berusia tua dengan kendaraan-
konsentrasi gas CO pada tiap kendaraan yang terlihat lebih
gerbang dikarenakan kondisi lalu terawat dimana konsentrasi CO
lintas di setiap gerbang yang akan meningkat pada kendaraan-
berbeda-beda. Titik pengukuran kendaraan yang tidak terawat dan
dengan konsentrasi gas CO berusia tua. Kadar gas CO pada
tertinggi terdapat pada gerbang gas buang kendaraan bermotor
tol Muktiharjo sebesar 26,97 dapat ditekan sekecil mungkin
mg/m3, dimana hasil pengamatan dengan perawatan yang baik
di lapangan menunjukkan bahwa terhadap mesin. Karburator yang
titik tersebut didominasi oleh tidak terawat, tidak dapat
kendaraan-kendaraan besar mencampur bahan bakar dengan
seperti truk dan bus. Pada saat udara yang baik sehingga
tertentu, konsentrasi CO dapat pembakaran yang terjadi tidak
meningkat secara drastis sempurna. Kendaraan tahun
mencapai 185 ppm atau setara rendah (kendaraan tua) sebagian
dengan 212,75 mg/m3. Hal ini besar menghasilkan emisi gas
dikarenakan adanya emisi yang buang yang melebihi ambang
cukup tinggi yang dikeluarkan batas yang ditetapkan.15
oleh kendaraan besar seperti truk Adaya perbedaan rata-rata
dan bus, baik yang menggunakan konsentrasi gas CO pada setiap
bahan bakar bensin maupun gerbang juga dipengaruhi oleh
solar. Akibatnya, jika suatu gardu keadaan meteorologi saat
secara terus menerus didominasi melakukan pengukuran.
oleh kendaraan-kendaraan besar, Pengukuran dilakukan saat
terdapat risiko terjadinya pajanan musim penghujan dimana saat
gas CO yang cukup tinggi pada musim penghujan, kelembaban
petugas pengumpul tol. Semakin cenderung tinggi. Kelembaban
banyak jumlah kendaraan yang yang tinggi akan mempengaruhi
melintas dan mengantre di gardu konsentrasi gas pencemar di
tersebut semakin besar risiko udara. Semakin tinggi
petugas pengumpul tol terpajan kelembaban, maka konsentrasi
gas CO. Sebuah penelitian yang zat pencemar di udara semakin
dilakukan di jalan nasional kota rendah. Hal ini disebabkan oleh
Semarang menunjukkan adanya kadar uap air di udara yang dapat
hubungan kepadatan lalu lintas bereaksi dengan pencemar di
dengan konsentrasi CO sehingga udara menjadi zat lain yang tidak
pajanan tersebut memberikan berbahaya atau menjadi
beban kepada masyarakat di pencemar sekunder.16,17
sekitar jalan yang ditunjukkan
dengan adanya hubungan B. Lama Pajanan dan Berat Badan
konsentrasi gas CO dengan Responden
kosentrasi COHb pada Hasil wawancara kepada
masyarakat.14 responden menunjukkan bahwa
Selain itu, berdasarkan hasil setiap responden bekerja selama
pengamatan di lapangan 8 jam pada setiap shift. Umumnya

370
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

responden bekerja selama 1 tol Gayamsari dan Muktiharjo.


shift/hari sehingga waktu pajanan Durasi pajanan akan
yang digunakan dalam mempengaruhi jumlah asupan gas
menghitung nilai asupan atau CO yang diterima oleh petugas
intake gas CO adalah 8 jam/hari. pengumpul tol. Semakin lama
Responden bekerja selama 20-24 seseorang bekerja maka semakin
hari dalam 1 bulan sesuai banyak terpapar zat berbahaya ke
pergantian shift sehingga dalam tubuh oleh lingkungan kerja
frekuensi pajanan dalam yang tidak sehat.18 Akibatnya,
menghitung nilai asupan atau petugas pengumpul tol dengan
intake gas CO menggunakan durasi pajanan yang lebih lama
rata-rata frekuensi setiap memiliki risiko terpajan gas CO
responden yaitu 22 hari dalam 1 lebih tinggi. Lingkungan gerbang
bulan. Frekuensi pajanan selama tol yang setiap saat dilalui
1 tahun adalah 264 hari. kendaraan sangat berpotensi
Tabel 1. Distribusi Durasi Pajanan menimbulkan dampak bagi
Gas Karbon Monoksida (CO) kesehatan petugas yang setiap
pada Petugas Pengumpul Tol di hari terpajan secara langsung
Semarang dengan emisi kendaraan yang
Gerbang Mean Min Max
N
Rata-rata durasi pajanan pada Tol (th) (th) (th)
petugas pengumpul tol di Manyaran 14 19,5 5 29
Semarang adalah 12,9 tahun. Tembalang 16 20,56 15 29
Durasi pajanan terendah adalah 2 Gayamsari 10 3,5 2 5
tahun dan tertinggi mencapai 29 Muktiharjo 14 4,43 3 6
tahun. Rata-rata durasi pajanan Mean: 12,9 th Min : 2 th Max : 29 th
tertinggi adalah 20,56 tahun pada
berhenti pada setiap gardu tol.
petugas pengumpul tol
Meskipun nilai konsentrasi gas CO
Tembalang. Sedangkan rata-rata
masih berada di bawah baku mutu,
durasi pajanan terendah adalah
namun pajanan secara terus
3,5 tahun pada petugas
menerus akan mempengaruhi
pengumpul tol Gayamsari.
jumlah asupan dari gas tersebut
Terdapat perbedaan rata-rata
dimana durasi pajanan berbanding
durasi pajanan pada keempat
lurus dengan asupan atau intake.
gerbang. Rata-rata durasi pajanan
Semakin lama seseorang tinggal di
tertinggi yaitu pada petugas
daerah yang tercemar maka
pengumpul tol di gerbang tol
semakin tinggi risiko terhadap
Tembalang. Data rata-rata durasi
gangguan kesehatan.
pajanan menunjukkan adanya
Rata-rata berat badan petugas
perbedaan yang cukup tinggi
pengumpul tol di Semarang adalah
antara durasi pajanan pada
67,7 kg. Berat badan terendah
petugas pengumpul tol di gerbang
adalah 50 kg dan tertinggi
tol Tembalang dan Mayaran
mencapai 95 kg. Rata-rata berat
dengan petugas pengumpul tol di
badan tertinggi adalah 70,25 kg
gerbag tol Gayamsari dan
pada petugas pengumpul tol
Muktiharjo. Rata-rata durasi
Tembalang. Sedangkan rata-rata
pajanan pada petugas pengumpul
berat badan terendah adalah 63,5
tol Tembalang dan Manyaran lebih
kg pada petugas pengumpul tol
tinggi dibandingkan dengan durasi
Gayamsari.
pajanan pada petugas pengumpul

371
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

C. Karakterisasi Risiko terhadap kesehatan petugas.


Tabel 2. Distribusi Nilai RQ Gas Antara lain karakteristik umur
Karbon Monoksida (CO) Proyeksi responden, status gizi, kebiasaan
Pajanan Realtime dan Lifetime merokok, penggunaan APD, dan
pada Petugas Pengumpul Tol di adanya riwayat penyakit paru
Semarang pada responden.

Rata-rata nilai RQrealtime non No Variabel N Mean Min Max


karsinogenik gas CO pada 1 RQrealtime 54 0,520 0,007 0,191
petugas pengumpul tol di
Semarang adalah 0,520. Nilai 2 RQlifetime 54 0,134 0,039 0,352
RQrealtime terendah adalah 0,007 Karakteristik umur dan status
dan tertinggi mencapai 0,191. gizi responden berhubungan
Sedangkan rata-rata RQlifetime secara tidak langsung dengan
adalah 0,134. Nilai RQlifetime adanya efek non karsinogenik
terendah adalah 0,039 dan akibat gas CO. Responden
tertinggi mencapai 0,352. dengan umur di atas 40 tahun
Hasil perhitungan nilai risiko dan responden dengan status gizi
secara matematis menunjukkan tidak normal lebih berisiko
bahwa tingkat risiko dari pajanan mengalami gangguan pada fungsi
gas Karbon Monoksida (CO) pada paru. Akibatnya, responden
saat ini (realtime) dan selama 30 dengan karakteristik tersebut
tahun (lifetime) pada petugas secara tidak langsung lebih
pengumpul tol Semarang belum berisiko mengalami efek non
menunjukkan risiko non karsinogenik akibat pajanan gas
karsinogenik akibat pajanan gas CO. Berdasarkan karakteristik
CO (RQ ≤ 1). umur responden, petugas
Nilai RQ dipengaruhi oleh pengumpul tol di gerbang tol
intake masing-masing responden Manyaran dan Tembalang
berdasarkan data pola pajanan memiliki rata-rata umur di atas 40
dan antropometri responden. tahun sehigga lebih berisiko
Perbedaan pola pajanan dalam terhadap gangguan kesehatan
hal konsentrasi serta durasi akibat pajanan gas CO.
mempengaruhi asupan yang Responden yang memiliki
diterima oleh respoden. kebiasaan merokok mempunyai
Berdasarkan hasil perhitungan risiko lebih besar akibat adanya
RQ, semakin lama durasi pajanan pajanan CO dari asap rokok yang
responden maka semakin besar mengandung konsentrasi CO
intake dari responden tersebut. lebih dari 20.000 ppm. Sebagian
Akibatnya semakin besar pula besar respoden yang merokok
risiko kesehatan akibat dari dalam penelitian ini merupakan
pajanan gas CO yang diterima perokok sedang yang mana kadar
responden. COHb dapat mencapai 5,9%.19
Meskipun dalam perhitungan Selain itu, dari hasil pengamatan
secara matematis belum di lapangan beberapa responden
menimbulkan risiko namun jika yang tidak merokok ikut terpajan
dilihat dari data karakteristik asap rokok sehingga
responden terdapat beberapa memungkinkan risiko kesehatan
faktor yang dapat mengakibatkan akibat pajanan CO terjadi. Hal ini,
pajanan gas CO menjadi berisiko mengakibatkan perokok aktif dan

372
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pasif semakin berisiko apabila disebabkan oleh reaksi antara CO


terpajan oleh CO dari asap dengan hemoglobin (Hb) di dalam
kendaraan saat bekerja. darah. Hemoglobin di dalam
Penggunaan APD pada darah secara normal berfungsi
responden juga perlu dalam sistem transpor dalam
diperhatikan. Meskipun secara membawa oksigen dalam bentuk
kuantitas sebagian besar oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-
responden menggunakan APD, paru ke sel-sel tubuh dan
namun APD yang digunakan oleh membawa CO dalam bentuk
beberapa responden tidak sesuai CO2Hb dari sel-sel tubuh ke
dengan standar APD yang telah dalam paru-paru. Dengan adanya
disediakan. Responden CO, hemoglobin dapat
seharusnya menggunakan membentuk karboksihemoglobin,
masker atau respirator namun jika reaksi tersebut terjadi maka
hasil pengamatan di lapangan kemampuan darah untuk
menunjukkan bahwa terdapat mentransport oksigen menjadi
reponden yang menggunakan berkurang. Afinitas CO terhadap
masker sekali pakai sehingga hemoglobin adalah 200 kali lebih
dapat mempengaruhi asupan gas tinggi daripada afinitas oksigen
CO ke dalam tubuh. terhadap hemoglobin, akibatnya
Responden yang memiliki jika CO dan O2 terdapat bersama-
riwayat penyakit paru merupakan sama di udara akan terbentuk
salah satu kelompok yang peka COHb dalam jumlah jauh lebih
terhadap adanya pajanan gas banyak dari pada O2Hb.21
CO.20 Meskipun dalam penelitian
ini hanya ditemukan 1 orang KESIMPULAN
responden yang memiliki riwayat 1. Rata-rata konsentrasi gas
penyakit paru, namun responden Karbon Monoksida (CO) dalam
tersebut memiliki risiko yang lebih udara ambien di gerbang tol
besar terhadap efek-efek negatif Semarang adalah 10,61 mg/m3
dari pajanan gas CO. menunjukkan nilai di bawah baku
Nilai RQrealtime tertinggi mutu yang ditetapkan pada
terdapat pada responden di Keputusan Gubernur Jawa
gerbang tol gerbang tol Tengah No. 8 Tahun 2001
Manyaran. Petugas pada gerbang 2. Terdapat 9 titik pengukuran yang
tol Manyaran memiliki rata-rata menunjukkan nilai kosentrasi gas
durasi pajanan yang tinggi Karbon Monoksida (CO) di atas
sehingga nilai RQrealtime lebih baku mutu yang ditetapkan pada
tinggi dibandingkan dengan Keputusan Gubernur Jawa
petugas pegumpul tol lainnya Tengah No. 8 Tahun 2001
yang memiliki durasi pajanan 3. Rata-rata waktu pajanan, durasi
yang rendah. Sedangkan untuk pajanan, dan frekuensi pajanan
RQiifetime tertinggi terdapat pada pada responden petugas
gerbang tol Muktiharjo. Hal ini pengumpul tol Semarang adalah
disebabkan oleh konsetrasi gas 8 jam, 264 hari, dan 12,9 tahun.
CO yang tinggi dan durasi 4. Risiko dari pajanan gas Karbon
pajanan lifetime yang mencapai Monoksida (CO) pada saat ini
30 tahun. (realtime) dan selama 30 tahun
Pengaruh beracun gas CO (lifetime) pada petugas
terhadap tubuh manusia terutama pengumpul tol Semarang belum

373
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

menunjukkan risiko non Yogyakarta. Surabaya;


karsinogenik akibat pajanan gas 2011:1-9.
CO (RQ ≤ 1). 9. Rao M., Rao. Air Pollution.
New Delhi: Tata McGraw-Hill
DAFTAR PUSTAKA Publishing Company Limited;
1. Badan Pusat Statistik Kota 1994.
Semarang. Jenis Angkutan di 10. PT. Jasa Marga Semarang.
Kota Semarang, 2005 - 2014. Layanan Jalan Tol Semarang.
http://semarangkota.bps.go.id. PT. Jasa Marga.
Accessed January 1, 2016. www.jasamarga.com.
2. Peraturan Pemerintah Accessed January 1, 2016.
Republik Indonesia Nomor 15 11. Hardiningyas N. Perbedaan
tahun 2005 Tentang Jalan Kadar Pb dalam Darah
Tol. Badan Pengatur Jalan Petugas Pengumpul Tol
Tol. http://bpjt.pu.go.id. berdasarkan Kepadatan
Accessed January 1, 2016. Kendaraan di Seluruh
3. Wardhana W. Dampak Gerbang Tol di Semarang.
Pencemaran Lingkungan. 2010.
Yogyakarta: Penerbit Andi 12. Surat Keputusan Gubernur
Offset; 2001. Provinsi Jawa Tengah No. 8
4. Agency for Toxic Substances Tahun 2001 tentang Baku
and Disease Registry. Mutu Kualitas Udara Ambien
Chemical and Physical Provinsi Jawa Tengah.
Information. In: Toxicological 13. Smart R, Hodgson.
Profie for Carbon Monoxide. ; Cardiovascular Toxicity
2009:207-209. Introduction to Biochemical
5. Yuantari MC. Perbedaan Toxicology. United States:
Paparan Gas CO dalam Icon Learning System; 2001.
Darah pada Tukang Parkir di 14. Anggarani DN, Rahardjo M,
Area Parkir Terbuka dan Nurjazuli. Hubungan
Tertutup Kota Semarang. J Kepadatan Lalu Lintas
Visikes. 2009;8(1):39-45. dengan Konsentrasi COHb
6. Kusuma Y. Pengaruh Bahan pada Masyarakat Berisiko
Bakar pada Aktivitas Tinggi di Sepanjang Jalan
Transportasi terhadap Nasional Kota Semarang. J
Pencemaran Udara. J Sigma- Kesehat Masy. 2016;4(2):139-
Mu. 2013;5(1):87-101. 148.
7. World Health Organization. 15. Muzianzyah D, Sulistyorini R,
Carbon Monoxide (Second Sebayang S. Model Dispersi
Edition). Geneva; 1999. Gas Buangan Kendaraan
8. Endrayana P.L.E, Widodo B. Bermotor Akibat Aktivitas
Simulasi Model Dispersi Transportasi (Studi Kasus:
Polutan Karbon Monoksida di Terminal Pasar Bawah
Pintu Masuk Tol (Studi Kasus Ramayana Kota Bandar
Line Source di Ruas Tol Lampung). J Rekayasa Sipil
Dupak, Surabaya). In: dan Desain. 2015;3(1).
Prosiding Seminar Nasional 16. Peraturan Pemerintah
Penelitian, Pendidikan Dan Republik Indonesia Nomor 41
Penerapan MIPA, Fakultas Tahun 1999 tentang
MIPA, Universitas Negeri Pengendalian Pencemaran

374
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Udara. 1999.
17. Soedomo. Pencemaran
Udara. Bandung: ITB; 2001.
18. Nadia W. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan
Gangguan Paru pada
Pemulung di TPA Jatibarang
Kota Semarang. J Kesehat
Masy. 1(2):263-271.
19. Fardiaz S. Polusi Air Dan
Udara. Yogyakarta: Kanisius;
2006.
20. Sunu P. Melindungi
Lingkungan. Jakarta:
Grasindo; 2001.
21. Situmorang M. Kimia
Lingkungan. Medan: USU
Press; 2012.
22. Sentra Informasi Keracuan
Nasional (SIKer Nas) Pusat
Informasi Obat dan Makanan.
Karbon Monoksida.
http://ik.pom.go.id/v2016/infor
masi-bahan-berisiko-
keracunan. Published 2010.
Accessed February 25, 2017.
23. World Health Organization.
Carbon Monoxide-ToxFAQs.;
2007.

375

You might also like