You are on page 1of 10

TA’ARUF DAN KHITBAH SEBELUM PERKAWINAN

Isnadul Hamdi
Program Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. Soebrantas 155 Km 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru 28293
e-mail: Isnadul_Hamdi@yahoo.com

Abstract: This research was motivated by the number of potential married couples who do not perform Ta'aruf
(islamic acquintance) process in accordance with Islamic teachings. In addition, there are still parents
who tend to make economic and customary factors rather than religious ones. In the practice of
khitbah, there are still customary rules that complicate that in turn prevent the marriage. The purpose
of this research is to investigate information from the Qur'an about the concepts of Ta'aruf and
Khitbah in accordance with Islamic teachings. This research was a library research which was done by
collecting, reading, and reviewing books that have something to do with this discussion. The primary
sources were the Qur'an and Tafsir related to the concept of Ta'aruf and Khitbah . The results of
research showed that the concept of Ta'aruf in Al-Qur'an refers to being familiar with personality,
social background, culture, education , family, and/or religion, while khitbah in Al-Qur'an refers to
something which is done after the couple have felt they match through ta'aruf process. Khitbah
(engagement) can be delivered with indirect or with a clear direct expression. Indirect engagement is
done to the widow who is still in the iddah period. While the proposal with a direct expression is
dcelivered to the widow who expired the period of iddah and to the virgin. Ta'aruf and khitbah in the
Qur'an advocate to prioritize the religious aspect than any other factor since it is only religion that will
be able to perpetuate marriage. In contrast, wealth, heredity, position and beauty will fade and one day
will be lost. The Qur'anic rules on Ta'aruf and the Khitbah do not allow khalwat (solitary).

Kata kunci: ta’aruf, khitbah, dan perkawinan

PENDAHULUAN Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu

P
berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
erkawinan atau pernikahan dalam
yatim (bilamana kamu menikahinya), maka
literatur fiqh berbahasa Arab disebut
nikahilah perempuan (lain) yang kamu
dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj.
senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika
Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam
kamu khawatir tidak akan mampu berlaku
Alquran dengan arti kawin, seperti dalam
adil, ** maka (nikahilah) seorang saja,**
surat an-Nisa’ ayat 3: atau hamba sahaya perempuan yang kamu
‫َﺎب ﻟَﻜُﻢ‬
َ ‫َﻰ ﻓَﭑﻧ ِﻜ ُﺤﻮاْ ﻣَﺎ ﻃ‬
ٰ ‫ُﻘﺴﻄُﻮاْ ِﰲ ٱﻟﻴَٰﺘَﻤ‬
ِ ‫َوإِن ِﺧﻔﺘُﻢ أﱠَﻻ ﺗ‬ miliki.Yang demikian itu lebih dekat agar
kamu tidak berbuat zalim. (Q.S. an-Nisa’
ْ‫ﺚ َوُرﺑَٰ َﻊ ۖ◌ ﻓَﺈِن ِﺧﻔﺘُﻢ أﱠَﻻ ﺗَﻌ ِﺪﻟُﻮا‬ َ َ‫َﺜﲎ َوﺛـُٰﻠ‬
َٰ ‫ِّﻣ َﻦ ٱﻟﻨِّ َﺴﺎِٓء ﻣ‬ [4]: 3)
ْ‫َدﱏٓ أﱠَﻻ ﺗَـﻌُﻮﻟُﻮا‬ َ ‫ﻓَـ َٰﻮ ِﺣ َﺪةً أَو ﻣَﺎ َﻣﻠَﻜَﺖ أَﳝَٰﻨُﻜُﻢ ۚ◌ ٰذَﻟ‬
َٰ ‫ِﻚ أ‬ Tujuan dasar dari pernikahan adalah
untuk mengembangbiakkan keturunan
44 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

manusia secara sah. Firman Allah Swt kaum yang berpikir”. (Q.S. Ar-Rum [30]:
mengatakan: 21)

‫س ٱﺗـﱠ ُﻘﻮاْ َرﺑﱠ ُﻜ ُﻢ ٱﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻘﻜُﻢ ّﻣِﻦ ﻧﱠﻔﺲ َٰو ِﺣﺪَة‬
ُ ‫ٰﻳَٓﺄَﻳـﱡﻬَﺎ ٱﻟﻨﱠﺎ‬ Zakiyah Drajat dkk. mengemukakan
lima tujuan dalam perkawinan, yaitu:
◌ۚ ‫َﺚ ﻣِﻨ ُﻬﻤَﺎ ِرﺟَﺎﻻ َﻛﺜِﲑا َوﻧِ َﺴﺎٓء‬
‫َو َﺧﻠَ َﻖ ﻣِﻨﻬَﺎ زَو َﺟﻬَﺎ َوﺑ ﱠ‬ 1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan
2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan
‫َوٱﺗـﱠ ُﻘﻮاْ ٱ ٱﻟﱠﺬِي ﺗَ َﺴﺎٓءَﻟُﻮ َن ﺑِِﻪۦ َوٱﻷَرﺣَﺎ َم ۚ◌ إِ ﱠن ٱ‬ syahwatnya dan menumpahkan kasih
‫َﻋﻠَﻴﻜُﻢ َرﻗِﻴﺒﺎ‬ sayangnya;
3. Memenuhi panggilan agama,
Wahai manusia! Bertakwalah kepada memelihara diri dari kejahatan dan
Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu kerusakan;
dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) 4. Menumbuhkan kesungguhan untuk
Menciptakan pasangannya (Hawa) dari bertanggungjawab menerima hak serta
(diri)-nya; dan dari keduanya Allah kewajiban, juga bersungguh-sungguh
Memperkembangbiakkan laki-laki dan untuk memperoleh harta kekayaan
perempuan yang banyak. Bertakwalah yang halal
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu
5. Membangun rumah tangga untuk
saling meminta,** dan (peliharalah)
membentuk masyarakat yang tenteram
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya
atas dasar cinta dan kasih sayang
Allah selalu Menjaga dan Mengawasimu.
(Drajat, 1985: 133)
(Q.S. an-Nisa’ [4]: 1)
Dalam rangka untuk mencapai
Kompilasi Hukum Islam merumuskan
semua tujuan dalam pernikahan itu, Islam
bahwa tujuan perkawinan adalah untuk
memberikan arahan kepada manusia agar
mewujudkan kehidupan rumah tangga
memperhatikan calon pasangannya, baik
yang sakinah, mawaddah dan rahmah, yaitu
itu dari segi agamanya, keturunannya,
rumah tangga yang tenteram, penuh kasih
profesi, dan lain-lain. Dengan
sayang, dan bahagia lahir dan batin.
memperhatikan aspek ini, dimungkinkan
Rumusan itu sesuai dengan firman Allah
masing-masing calon pasangan suami
Swt:
isteri akan saling kenal mengenal dan
ْ‫َزوﺟﺎ ﻟِّﺘَﺴ ُﻜﻨـُٓﻮا‬
َٰ ‫ُﺴﻜُﻢ أ‬ِ ‫َوﻣِﻦ ءَاﻳَٰﺘِ ِﻪۦ أَن َﺧﻠَ َﻖ ﻟَﻜُﻢ ّﻣِﻦ أَﻧﻔ‬ memahami dengan baik masing-masing
karakter pasangannya. Istilah untuk
َ ‫إِﻟَﻴﻬَﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﺑَﻴﻨَﻜُﻢ ﱠﻣ َﻮدﱠة َوَرﲪَﺔً ۚ◌ إِ ﱠن ِﰲ ٰذَﻟ‬
‫ِﻚ ﻷَٓ ٰﻳَﺖ ﻟِّﻘَﻮم‬ mengenal calon suami atau isteri sebelum
‫ﻳـَﺘَـ َﻔ ﱠﻜﺮُو َن‬ pernikahan ini lazim disebut dengan
istilah Ta’aruf dan khitbah (peminangan).
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya Realita yang terjadi di tengah
ialah Dia Menciptakan pasangan-pa- masyarakat, masih banyaknya kekeliruan
sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar dalam memahami istilah ta’aruf. Sebagian
kamu cenderung dan merasa tenteram muda-mudi lebih cenderung memulai
kepadanya, dan Dia Menjadikan di pendekatan dengan calon pasangannya
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, sebelum menikah dengan menjalin
pada yang demikian itu benar-benar hubungan melalui pacaran secara bebas.
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi Dalam bahasa Indonesia, pacar diartikan
Ta’aruf dan Khitbah Sebelum Perkawinan ║45

sebagai teman lawan jenis yang tetap dan membolehkan menyendiri (berkhalwat)
mempunyai hubungan batin, biasanya dengan perempuan yang dipinang. Hal
untuk menjadi tunangan dan kekasih. ini karena menyendiri dengan pinangan
Akibat pergeseran sosial, dewasa ini, akan menimbulkan perbuatan yang
kebiasaan pacaran masyarakat kita dilarang agama. Akan tetapi bila ditemani
menjadi terbuka. Terlebih saat mereka oleh salah seorang mahramnya untuk
merasa belum ada ikatan resmi, akibatnya mencegah terjadinya perbuatan-perbuatan
bisa melampaui batas kepatutan. maksiat, maka dibolehkan. Dalam kaitan
Kadangkala, seorang remaja menganggap ini, Rasulullah Saw bersabda:
perlu pacaran untuk tidak hanya “jangan sekali-kali seorang laki-laki
mengenal pribadi pasangannya, menyendiri dengan perempuan yang tidak
melainkan sebagai pengalaman, uji coba, halal baginya, karena ketiganya adalah
maupun bersenang-senang belaka. Itu syetan.”
terlihat dari banyaknya remaja yang
gonta-ganti pacar, atau masa pacaran Aplikasi praktek peminangan
yang relatif pendek. Beberapa kasus yang ditengah masyarakat, akhir-akhir ini
diberitakan oleh media massa atau bebas masih saja terlihat ada diantara orang tua
bercinta (free love) tidak jarang yang cenderung membuat kriteria
menimbulkan hamil pranikah, aborsi, tersendiri untuk calon anaknya, padahal
bahkan akibat rasa malu di hati, bayi yang dalam Islam tidak ada yang namanya
terlahir dari hubungan mereka berdua perkawinan paksa. Orang tua terkadang
lantas dibuang begitu saja sehingga tewas lebih mengutamakan aspek dari segi
(Tihami dan Sohari Sahrani, 2014: 22). kesamaan budaya, sekampung, mapan,
Istilah Ta’aruf ditemukan dalam keturunan bangsawan. Kendatipun
Alquran dalam surat al-Hujurat ayat 13 sebenarnya semua orang tua tidaklah
menggunakan lafadz ُ‫ ﺗَﻌﺎ َرَ ف‬terambil dari seperti itu. Namun, sering ditemui di
kata ‘arafa yang berarti mengenal. lapangan tercegahnya perkawinan
Maksudnya adalah saling mengenal seorang anak disebabkan karena tidak
kepribadian, latar belakang sosial, sekufu dari segi budaya dan keturunan,
budaya, pendidikan, keluarga, maupun pendidikan dan ekonomi.
agama. Ta’aruf yang paling didahulukan Berangkat dari uraian di atas penulis
atas yang lainnya adalah agama. Setelah tertarik untuk melakukan penelitian
ada kecocokan maka dilanjutkan dengan dengan rumusan permasalahan pertama,
khitbah (peminangan). Peminangan bagaimana konsep Ta’aruf dalam Alquran,
merupakan pendahuluan perkawinan, kedua, bagaimana konsep khitbah dalam
disyari’atkan sebelum ada ikatan suami Alquran.
istri dengan tujuan agar waktu memasuki
perkawinan didasarkan kepada penelitian METODE PENELITIAN
dan pengetahuan serta kesadaran masing-
masing pihak. Adapun metode dalam penelitian ini
Setelah dilakukan khitbah atau adalah bercorak penelitian kepustakaan
peminangan. Maka syari’at tetap tidak (library research), dengan mengumpulkan,
46 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

membaca, dan menelaah buku-buku yang mengenal yang mengantar kamu untuk
ada kaitannya dengan pembahasan ini. bantu membantu serta saling melengkapi
Sumber primer berupa Alquran dan Tafsir (M. Quraish Shihab, 2009: 615).
yang berkaitan dengan konsep Ta’aruf dan Jadi, ayat ‫إِﻧﱠﺎ َﺧﻠَﻘٰﻨَﻜُﻢ ّﻣِﻦ ذَﻛَﺮ َوأُﻧﺜَ ٰﻰ‬
Khitbah.
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan
PEMBAHASAN adalah pengantar untuk menegaskan
bahwa semua manusia derajat
Tafsir tentang Ayat Alquran Mengenai kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak
Ta’aruf dan Khitbah ada perbedaan antara satu suku dan yang
Salah satu di antara ayat yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai
terdapat dalam Alquran yang berbicara kemanusiaan antara laki-laki dan
tentang konsep Ta’aruf yaitu surat Al- perempuan karena semua diciptakan dari
Hujurat ayat 13 yang berbunyi: seorang laki-laki dan seorang perempuan.
(M. Quraish Shihab, 2009: 616).
‫س إِﻧﱠﺎ َﺧﻠَﻘٰﻨَﻜُﻢ ّﻣِﻦ ذَﻛَﺮ َوأُﻧﺜ َٰﻰ َو َﺟﻌَﻠٰﻨَﻜُﻢ ُﺷﻌُﻮﺑﺎ‬ ُ ‫ٰﻳَٓﺄَﻳـﱡﻬَﺎ ٱﻟﻨﱠﺎ‬ Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa
ayat ini turun berkenaan dengan Abu
‫ﻜُﻢ ۚ◌ إِ ﱠن ٱ‬ ‫َوﻗَـﺒَﺎٓﺋِ َﻞ ﻟِﺘَـﻌَﺎ َرﻓـُٓﻮاْ ۚ◌ إِ ﱠن أَﻛَﺮَﻣﻜُﻢ ﻋِﻨ َﺪ ٱ‬ Hind yang pekerjaan sehari-harinya
‫َﻋﻠِﻴ ٌﻢ َﺧﺒِﲑ‬ adalah pembekam. Nabi meminta kepada
Bani Bayadhah agar menikahkan salah
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya seorang puteri mereka dengan Abu Hind,
Kami menciptakan kamu dari seorang laki- tetapi mereka enggan dengan alasan tidak
laki dan seorang perempuan dan wajar, mereka menikahkan puteri mereka
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan dengan salah seorang bekas budak
bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mereka. Sikap keliru ini dikecam oleh
mengenal. Sesungguhnya orang yang Alquran dengan menegaskan bahwa
paling mulia diantara kamu disisi Allah
kemuliaan disisi Allah bukan karena
ialah orang yang paling taqwa diantara
keturunan atau garis kebangsawanan
kamu. Sesungguhnya Allah Maha
tetapi karena ketakwaan.
mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ada juga riwayat yang menyatakan
Ayat ini berbicara tentang prinsip bahwa Usaid bin Abi al’Ish berkomentar
dasar hubungan antar manusia. Karena ketika mendengar Bilal mengumandangkan
itu, ayat di atas tidak lagi menggunakan azan di Ka’bah bahwa alhamdulillah
panggilan yang ditujukan kepada orang- ayahku wafat sebelum melihat kejadian
orang beriman, tetapi kepada jenis ini. Ada lagi yang berkomentar: ”Apakah
manusia. Allah berfirman: Hai manusia, Muhammad tidak menemukan selain
sesungguhnya kami menciptakan kamu dari burung gagak ini untuk berazan?”
seorang laki-laki dan seorang perempuan, Apapun sebab nuzul-nya yang jelas
yakni Adam dan Hawwa’, atau dari ayat di atas menegaskan kesatuan asal
sperma (benih laki-laki) dan ovum usul manusia dengan menunjukkan
(indung telur perempuan), serta kesamaan derajat kemanusiaan manusia.
menjadikan kamu berbangsa-bangsa juga Tidak wajar seseorang berbangga dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal
Ta’aruf dan Khitbah Sebelum Perkawinan ║47

merasa diri lebih tinggi daripada yang dewasa ini. Memang, paham kebangsaan
lain, bukan saja antara satu bangsa, suku, sebagaimana dikenal dewasa ini-pertama
atau warna kulit dan selainnya, tetapi kali muncul dan berkembang di Eropa
antara jenis kelamin mereka. Karena pada abad XVIII M dan baru dikenal umat
kalaulah seandainya ada yang berkata Islam sejak masuknya Napoleon ke Mesir
bahwa Hawwa’ yang perempuan itu, akhir abad XVIII itu. Namun, ini bukan
bersumber daripada tulang rusuk Adam, berarti bahwa paham kebangsaan dalam
sedang Adam adalah laki-laki, dan pengertian modern tidak disetujui oleh
sumber sesuatu lebih tinggi derajatnya Alquran. (M. Quraish Shihab, 2009: 617)
dari cabangnya, sekali lagi seandainya ada Kata ta’arafu terambil dari kata ‘arafa
yang berkata demikian itu hanya khusus yang berarti mengenal. Patron kata yang
terhadap Adam dan Hawwa’, tidak digunakan ayat ini mengandung makna
terhadap semua manusia karena selain timbal balik. Dengan demikian, ia berarti
mereka berdua kecuali Isa a.s. Lahir akibat saling mengenal. Semakin kuat
percampuran laki-laki dan perempuan. pengenalan satu pihak kepada selainnya,
Dalam konteks ini, sewaktu haji semakin terbuka peluang untuk saling
wada’ (perpisahan), Nabi saw berpesan memberi manfaat. Karena itu, ayat di atas
antara lain: “Wahai seluruh manusia, menekankan perlunya saling mengenal.
sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling
kamu satu, tiada kelebihan orang Arab menarik pelajaran dan pengalaman pihak
atas non Arab, tidak juga non Arab atas lain guna meningkatkan ketakwaan
orang Arab, atau orang (berkulit) hitam kepada Allah Swt yang dampaknya
atas yang (berkulit) merah (yakni putih) tercermin pada kedamaian dan
tidak juga sebaliknya kecuali dengan kesejahteraan hidup duniawi dan
takwa, sesungguhnya semulia-mulia kebahagiaan ukhrawi. Anda tidak dapat
kamu di sisi Allah adalah yang paling menarik pelajaran, tidak dapat saling
bertakwa.” (HR. Al-Baihaqi melalui Jabir melengkapi dan menarik manfaat, bahkan
Ibn ‘Abdillah). tidak dapat bekerja sam tanpa saling
Kata Syu’ub adalah bentuk jamak mengenal. Saling mengenal yang digaris
dari kata Sya’b. Kata ini digunakan untuk bawahi oleh ayat di atas adalah “pancing”
menunjuk kumpulan dari sekian qabilah nya bukan “ikan”nya. Yang ditekankan
yang biasa diterjemahkan suku yang adalah caranya bukan manfaatnya karena,
merujuk kepada satu kakek. Qabilah/suku seperti kata orang, memberi “pancing”
pun terdiri dari sekian banyak kelompok jauh lebih baik daripada memberi “ikan”.
keluarga yang dinamai ‘imarah , dan yang (M. Quraish Shihab, 2009: 618)
ini terdiri lagi dari sekian banyak Kata akramakum terambil dari kata
kelompok yang dinamai bathn. Di bawah karuma yang pada dasarnya berarti yang
bathn ada sekian fakhdz hingga akhirnya baik dan istimewa sesuai objeknya.
sampai pada himpunan keluarga yang Manusia yang baik dan istimewa adalah
terkecil. Terlihat dari penggunaan kata yang memiliki akhlak yang baik terhadap
sya’b bahwa ia bukan menunjuk kepada Allah dan terhadap sesama makhluk. (M.
pengertian bangsa sebagaimana dipahami Quraish Shihab, 2009: 618)
48 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Manusia memiliki kecenderungan pihak. Dengan tetap menjaga martabat


untuk mencari bahkan bersaing dan sebagai manusia yang dimuliakan Allah,
berlomba menjadi yang terbaik. Banyak artinya tidak terjerumus pada perilaku
sekali manusia yang menduga bahwa tidak senonoh, bila diantara mereka
kepemilikan materi, kecantikan, serta berdua terdapat kecocokan, maka bisa
kedudukan sosial karena kekuasaan atau diteruskan dengan saling mengenal
garis keturunan merupakan kemuliaan kondisi keluarga masing-masing,
yang harus dimiliki dan karena itu banyak misalnya dengan jalan bersilaturahmi ke
yang berusaha memilikinya. Tetapi bila orang tua keduanya (Tihami dan Sohari
diamati, apa yang dianggap keistimewaan Sahrani, 2014: 23).
dan sumber kemuliaan itu sifatnya sangat Nabi Saw. Memberikan tips bagi
sementara bahkan tidak jarang mengantar seseorang yang hendak memilih
pemiliknya kepada kebinasaan. Jika pasangannya, yaitu mendahulukan
demikian, hal-hal tersebut bukanlah pertimbangan keberagamaan daripada
sumber kemuliaan. (M. Quraish Shihab, kekayaan, keturunan, maupun kecantikan
2009: 619) atau ketampanan. Saat calon pasangan
Kemuliaan adalah sesuatu yang suami isteri sudah merasakan adanya
langgeng sekaligus membahagiakan kecocokan melalui proses ta’aruf, maka
secara terus menerus. Kemuliaan abadi proses selanjutnya dianjurkan untuk
dan langgeng itu ada disisi Allah Swt dan melakukan khitbah (peminangan).
untuk mencapainya adalah dengan Kata khitbah (pinangan ) dikenal juga
mendekatkan diri kepada-Nya, menjauhi dengan istilah lamaran, yaitu upaya untuk
larangan-Nya, melaksanakan perintah- meminta perjodohan dari pihak laki-laki
Nya, serta meneladani sifat-sifat-Nya kepada pihak perempuan. Peminangan
sesuai kemampuan manusia. Itulah takwa dapat dilakukan baik terhadap seorang
dan dengan demikian yang paling mulia wanita yang masih perawan maupun
disisi Allah adalah yang paling bertakwa. terhadap seorang janda. Janda yang sudah
Untuk meraih hal tersebut, manusia tidak habis masa idahnya boleh dipinang secara
perlu merasa khawatir kekurangan karena terang-terangan, sedangkan terhadap
ia melimpah, melebihi kebutuhan bahkan janda yang belum habis masa idahnya
keinginan manusia sehingga tidak pernah hanya boleh dipinang secara sindiran.
habis. Dasar hukum yang dijadikan pijakan
Berdasarkan tafsir surat Al-Hujurat tentang pinangan seperti telah
ayat 13 di atas, terlihat bahwasanya dikemukakan di atas adalah firman Allah
Alquran punya konsep yang jelas tentang Swt:
etika dalam pergaulan dan mengadakan
perkenalan antara pria dan wanita. ‫وََﻻ ُﺟﻨَﺎ َح َﻋﻠَﻴﻜُﻢ ﻓِﻴﻤَﺎ َﻋﺮﱠﺿﺘُﻢ ﺑِِﻪۦ ﻣِﻦ ِﺧﻄﺒَ ِﺔ ٱﻟﻨِّ َﺴﺎِٓء أَو‬
Konsep etika dalam pergaulan disini ‫ﻜِﻦ‬ ‫ُﺴﻜُﻢ ۚ◌ َﻋﻠِ َﻢ ٱ‬
ِ ‫ﰲ أَﻧﻔ‬
ِٓ ‫أَﻛﻨَﻨﺘُﻢ‬
maksudnya adalah dianjurkan untuk
saling berta’aruf terlebih dahulu, agar ْ‫أَن ﺗَـﻘُﻮﻟُﻮاْ ﻗَﻮﻻ ﻣﱠﻌﺮُوﻓﺎ ۚ◌ وََﻻ ﺗَﻌ ِﺰُﻣﻮا‬
dapat mengenal kepribadian, latar
belakang sosial, budaya, pendidikan,
‫ﺐ أَ َﺟﻠَﻪۚۥُ َوٱﻋﻠَﻤُٓﻮاْ أَ ﱠن ٱ‬
ُ َ‫َﱴ ﻳَﺒﻠُ َﻎ ٱﻟ ِﻜٰﺘ‬
ٰ‫َﺎح ﺣ ﱠ‬
ِ ‫ﻋُﻘ َﺪ َة ٱﻟﻨِّﻜ‬
keluarga, maupun agama kedua belah
Ta’aruf dan Khitbah Sebelum Perkawinan ║49

‫ُﺴﻜُﻢ ﻓَﭑﺣ َﺬرُوﻩُ ۚ◌ َوٱﻋﻠَﻤُٓﻮاْ أَ ﱠن ٱ‬


ِ ‫ﰲ أَﻧﻔ‬
ِٓ ‫ﻳَﻌﻠَ ُﻢ ﻣَﺎ‬ terang-terangan, dan hal itu tidaklah
dianggap berdosa. (Hamka, 1987: 241)
‫َﺣﻠِﻴﻢ‬ Mengenai kenapa harus dengan
menggunakan kata sindiran, sebab ini
Dan tidak ada dosa bagimu meminang
murni petunjuk dari Alquran yang
perempuan-perempuan itu dengan
sindiran** atau kamu sembunyikan menggunakan Kata ‫ﺿﺘُﻢ‬
ْ ‫َﻋﱠﺮ‬ pada ayat di
(keinginanmu) dalam hati. Allah atas, Azzamakhsyari dalam Tafsir al-
Mengetahui bahwa kamu akan menyebut- Kasysyaf sebagaimana dikutip oleh Buya
nyebut kepada mereka. Tetapi janganlah
kamu membuat perjanjian (untuk menikah)
Hamka menjelaskan bahwa ‫ﺿﺘُﻢ‬
ْ ‫َﻋﱠﺮ‬ berasal
dengan mereka secara rahasia, kecuali dari kata Ta’ridh yang berarti yang kamu
sekadar mengucapkan kata-kata yang sindirkan. Sindiran ialah menyebut
baik.** Dan janganlah kamu menetapkan barang sesuatu, yang orang dapat
akad nikah, sebelum habis masa idahnya. memahamkan bahwa yang dimaksud
Ketahuilah bahwa Allah Mengetahui apa bukan itu! lalu beliau perbuat sebuah
yang ada dalam hatimu, maka takutlah misal, tentang seorang yang berhajat
kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah mengatakan kepada orang tempat dia
Maha Pengampun, Maha Penyantun. (Q.S. berhajat itu; ”Saya datang kemari ialah
al-Baqarah [2]: 235) untuk mengucapkan salam kepadamu,
Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar dan karena ingin memandang wajahmu
menjelaskan bahwa tema ayat ini yang mulia.” maka oleh karena
berbicara tentang “Terkena Hati kepada perempuan itu halus perasaannya,
Perempuan dalam Iddah”. Menurut tafsiran dapatlah dia memahami bahwa dia bukan
Buya Hamka tidak ada larangan bagi semata-mata datang hendak mengucapkan
seorang laki-laki menyimpan rasa cinta salam atau menantang wajahnya,
terhadap seorang janda yang masih dalam melainkan lebih jauh dan dalam dari itu.
iddah kematian suaminya, atau Khitbah (pinangan, telangkai) secara
perempuan yang telah ditalak ba’in. Tuhan sindiran itu haruslah disampaikan dengan
sangat memahami bahwa jika seseorang kerahasiaan, sebab si perempuan yang
sudah jatuh cinta maka ia akan selalu janda itupun belum boleh menjawab dan
terkenang-kenang akan dia. Ada sebuah memutuskan pada waktu itu. (Hamka,
pepatah Melayu mengatakan “Mabuk 1987: 242)
kepayang, siang tidak tersenangkan, Kemudian dalam ayat ada, disebutkan
malam tidak tertiduran”. Sebagai jalan kata ma’ruf, maksudnya adalah perkataan
keluar atau solusi untuk menenangkan sindiran itu disampaikan dengan bahasa
perasaan cinta dalam hati seseorang dan sopan-santun. Seseorang harus
kepada seorang janda yang dalam masa menempatkan kerahasiaan kehendaknya
iddah, maka boleh baginya menyampaikan dengan cara yang sopan. Kalau ingin
perasaan cintanya dengan sindiran dan bertemu, jangan bertemu secara rahasia
setelah idahnya habis, sang lelaki boleh tanpa disaksikan oleh orang lain, sebab
menyampaikan kehendaknya secara kalau ini dilakukan maka samalah dengan
khalwat yang sangat dilarang syara’ dan
50 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

tidak ma’ruf. Betapapun bahasa yang sebenarnya tujuan melakukan aktivitas


digunakan sopan tapi kalau cara tersebut sebelum terjadinya perkawinan:
bertemunya tidak ma’ruf seperti khalwat 1. Praktek ta’aruf bertujuan untuk saling
akan mendatangkan bahaya yang amat mengenal kepribadian, latarbelakang
besar. Karena berkhalwat dengan sosial, budaya, pendidikan, keluarga,
perempuan lain yang tidak dalam iddah maupun agama.
saja terlarang, apalagi berkhalwat dengan 2. Praktek meminang ini sebenarnya juga
perempuan yang dalam iddah. mempunyai tujuan, diantaranya adalah
Allah Swt menguatkan peringatan untuk lebih menguatkan ikatan perkawinan
pada lafaz ayat berikutnya yang diadakan sesudah itu, karena
dengan peminangan itu kedua belah
...ُ‫ﺐ أَ َﺟﻠَﻪ‬
ُ َ‫َﱴ ﻳَﺒﻠُ َﻎ ٱﻟ ِﻜٰﺘ‬
ٰ‫َﺎح ﺣ ﱠ‬
ِ ‫ َوَﻻ ﺗَﻌ ِﺰُﻣﻮاْ ﻋُﻘ َﺪ َة ٱﻟﻨِّﻜ‬... pihak dapat saling mengenal dua belah
Dan jangan kamu tentukan ikatan nikah, pihak lebih dahulu dapat saling
sehingga sampai catatan kepada janjinya. mengenal sebelum pernikahannya
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 235) dilangsungkan, supaya pernikahan
mereka menjadi kokoh. Karena itu
Maksudnya meskipun sindir- sebelum meminang seseorang haruslah
menyindir telah dilakukan dengan cara menentukan pilihan pasangan
yang sopan-santun, sudah ada berdasarkan kriteria-kriteria yang
kesepakatan, namun sebelum lepas masa diperlukan agar pernikahannya kekal
iddah belumlah boleh mengakad nikah. dan bahagia.
Hendaklah kedua pihak sama-sama sabar
menunggu iddah itu. (Hamka, 1987: 243) Rasulullah Saw sangat menganjurkan
untuk mengutamakan faktor agama dan
Lantaran itu maka lanjutan ayat ketakwaan yang kuat serta akhlak yang
dijelaskan lagi baik dari seorang calon isteri. Rasulullah
SAW juga mengatakan “Perempuan yang
...◌ۚ ُ‫ُﺴﻜُﻤ َﻔﭑﺣ َﺬرُوﻩ‬
ِ ‫أَﻧﻔ‬ ‫ َوٱﻋﻠَﻤُٓﻮاْ أَ ﱠن ٱ‬... terbaik adalah bila engkau melihatnya
Dan ketahuilah bahwasanya Allah menyenangkanmu, bila engkau perintah
mengetahui apa yang ada dalam diri kamu mematuhimu, bila engkau beri janji
masing-masing, sebab itu hati-hatilah mengiyakanmu, bila engkau pergi ia menjaga
terhadapNya. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 235) dirinya dan hartamu dengan baik. (HR an-
Nasa’i).
Lanjutan ayat ini adalah
Disamping hadis di atas ada juga
menunjukkan kontrol Tuhan atas jiwa firman Allah Swt dalam surat An-Nur
manusia, supaya mereka jangan terlalu
ayat 32 yang memberi motivasi agar tidak
memperturutkan perasaan. Tuhan tidak
takut dengan perkawinan bagi yang akan
menutup mati perasaan itu, Tuhan tidak menikah , berikut ini penulis kemukakan
memandang berdosa jika ada perasaan
ayatnya:
tersembunyi, bahkan terus menelangkai
dengan sindiran. ◌ۚ ‫ﲔ ﻣِﻦ ِﻋﺒَﺎ ِدﻛُﻢ َوإِ َﻣﺎٓﺋِﻜُﻢ‬
َ ‫ِﺤ‬
ِ ‫ﺼﻠ‬
‫َوأَﻧ ِﻜ ُﺤﻮاْ ٱﻷََﳝَٰ ٰﻰ ﻣِﻨﻜُﻢ َوٱﻟ ٰﱠ‬
Setelah panjang lebar menguraikan
tentang konsep ta’aruf dan Khitbah, apakah ‫ۦۗ َوٱ ِﺳ ٌﻊ َﻋﻠِﻴﻢ‬ ‫إِن ﻳَﻜُﻮﻧُﻮاْ ﻓـُ َﻘَﺮآءَ ﻳُﻐﻨِ ِﻬ ُﻢ ٱ‬
Ta’aruf dan Khitbah Sebelum Perkawinan ║51

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih perkawinan sesuai dengan petunjuk Alah
membujang di antara kamu, dan juga dan petunjuk Nabi.
orang-orang yang layak (menikah) dari Petunjuk Allah dan Nabi tidaklah
hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan mempersulit jalan untuk melaksanakan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan perkawinan. Agar perkawinan yang
memberi kemampuan kepada mereka sakinah mawaddah wa rahmmah tercapai:
dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha 1. Lakukan proses Ta’aruf dengan
Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui. memperhatikan aspek agama.
(Q.S. An-Nur [24]: 32) Kebanyakan seorang wanita, atau
Ada juga potongan ayat dalam seorang pria, atau orang tua lebih
Alquran surat at-Thalaq ayat 2 dan 3 yang tinggi tingkat kekhawatirannya
memberikan jaminan tidak perlu takut terhadap faktor ekonomi dan adat
untuk persoalan rezeki bagi orang yang daripada agama. Pada hal Allah sudah
bertaqwa yang belum, atau akan menikah menjamin kalau kita sudah menemukan
dan yang sudah menikah: orang yang keberagamaannya bagus,
punya persiapan mental dan materi
‫ۥ َﳐﺮَﺟﺎ‬ ‫ َوﻣَﻦ ﻳـَﺘ ِﱠﻖ ٱ‬... untuk menikah (kendatipun masih
dalam kesulitan), maka hendaklah
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya
meyakini setelah menikah ia akan
Dia akan membukakan jalan keluar
dibukakan pintu-pintu rezeki untuk
baginya, (Q.S. At-Thalaq [65]: 2)
mencukupkan rezeki yang ditakutinya
‫ﺐ ۚ◌ َوﻣَﻦ ﻳـَﺘَـ َﻮﻛﱠﻞ َﻋﻠَﻰ ٱ‬
ُ ‫َﺴ‬
ِ ‫َﻴﺚ َﻻ َﳛﺘ‬
ُ ‫َوﻳَﺮزُﻗﻪُ ﻣِﻦ ﺣ‬ sebelum menikah. Hal ini berdasarkan
pengamatan penulis banyak sekali
‫ﺣَﺴﺒُﻪۥُۚ إِ ﱠن ٱ ﻠِ ُﻎ أَﻣ ِﺮﻩِۦۚ ﻗَﺪ َﺟ َﻌ َﻞ ٱ‬ ditemukan orang yang berada dalam
kesulitan dalam ekonomi ketika
Dan Dia Memberinya rezeki dari arah yang
menikah, namun setelah menikah ia
tidak disangka-sangkanya. Dan
banyak mendapatkan keajaiban dalam
barangsiapa bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan Mencukupkan hidup, pintu rezeki dan keberkahan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah senantiasa mengalir. Berbeda halnya
Melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah dengan orang yang keberagamaannya
telah Mengadakan ketentuan bagi setiap kurang bagus ditambah dengan tanpa
sesuatu. (Q.S. At-Thalaq [65]: 2) ada persiapan untuk menikah, atau
orang yang dari segi ekonomi sudah
Analisa Penulis mapan, tapi keberagamaannya kurang
bagus, sulit juga untuk mendapatkan
Perkawinan itu sebagaimana yang
ketentraman dalam pernikahan, sebab
pernah diungkapkan oleh Amir
setiap masalah menghampirinya, ia
Syarifuddin dalam buku “Hukum
tidak siap sehingga akhirnya berakibat
Perkawinan di Indonesia” Perkawinan
keluarga sakinah yang menjadi tujuan
bukanlah sekadar urusan keluarga dan
perkawinan tidak tercapai.
masalah budaya, tetapi peristiwa agama.
2. Lakukan proses Khitbah yang sesuai
Oleh karena itu, lakukanlah persiapan
dengan petunjuk Allah dan Rasul yang
52 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

cenderung menghargai perasaan hati yang masih dalam masa iddah, jika sudah
seorang manusia sebagaimana yang habis masa iddah maka dapat disampaikan
dijelaskan oleh buya Hamka. Proses secara terang-terangan. Khusus untuk
Khitbah harus dilakukan dengan benar wanita yang masih perawan tidak ada
tanpa mempersulit sehingga berakibat tuntutan dalam Alquran untuk
tercegahnya perkawinan terhadap menyampaikan secara sindiran.
pasangan yang sudah memiliki Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami
perasaan cinta atas dasar agama. berarti jika wanita itu perawan maka
Namun, kemudahan disini bukan boleh melakukan khitbah secara terang-
berarti melegalkan praktek pacaran terangan. Namun setelah Khitbah
atau khalwat diluar batas. Hal ini perlu dilaksanakan, syari’at tetap tidak
untuk dipertimbangkan sebab, seringnya membolehkan berkhalwat tanpa disertai
muncul ditengah masyarakat, ketika ada orang lain atau mahram.
Pasangan yang secara syar’i tidak ada
masalah, namun karena secara adat dan
ekonomi mereka tidak sekufu, akhirnya DAFTAR KEPUSTAKAAN
berakibat tercegahnya perkawinan. Abdullah, Taufik, et. al, t.th. Ensiklopedi
Padahal dalam KHI Pasal 61 jelas-jelas Tematis Dunia Islam, Jakarta :PT
di katakan “Tidak sekufu tidak dapat Ichtiar Baru Van Hoeve
dijadikan alasan untuk mencegah
perkawinan,, kecuali tidak sekufu karena As-Subki, Ali Yusuf. 2012. Fiqh Keluarga,
perbedaan agama atau ikhtilafuu al dien. Jakarta : Remaja Rosdakarya
Ghozali, Abdul Rahman. 2008. Fiqh
PENUTUP Munakahat, Jakarta : Kencana

Ta’aruf dalam Alquran maksudnya Hamka. 1983. Tafsir al-Azhar Juzu’ II,
adalah saling mengenal kepribadian, latar Jakarta : PT Pustaka Panjimas
belakang sosial, budaya, pendidikan, Shihab, Quraish, M. 2009. Tafsir al-Mishbah
keluarga, maupun agama. Ta’aruf yang Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an,
paling didahulukan atas yang lainnya Jakarta: Lentera Hati.
adalah agama. Karena hanya agama lah
Syarifuddin, Amir. 2007. Hukum
yang akan mampu melanggengkan
Perkawinan Islam di Indonesia Antara
perkawinan. Sementara kekayaan,
Fiqh Munakahat dan Undang-undang
keturunan, kedudukan dan ketampanan
Perkawinan, Jakarta : Kencana
akan pudar dan suatu saat akan hilang.
Adapun khitbah dalam Alquran, itu Tihami, Sohari Sahrani. 2014. Fikih
dilakukan setelah calon suami isteri sudah Munakahat: Kajian Fikih Nikah
merasakan adanya kecocokan melalui Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers
proses ta’aruf. Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian
Khitbah (peminangan) bisa Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
disampaikan dengan sindiran atau Indonesia
dengan ungkapan yang jelas. Khitbah
disampaikan secara sindiran kepada janda

You might also like