Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui salah satu cara untung meningkatkan literasi
membaca di kalangan anak-anak hingga umum yang berada di desa Palaan. Membaca
merupakan literasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang guna memudahkan mereka
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Dan literasi membaca mempengaruhi maju
mudurnya suatu bangsa. Kemampuan literasi membaca terkait dengan kemampuan memahami
teks bacaan dengan analitis, kritis dan reflektif. Literasi membaca tidak hanya berkaitan dengan
pengetahuan dan keterampilan namun juga terkait dengan dengan motivasi, sikap, dan perilaku.
Situasi ini mendorong mahasiswa kelompok 1 KKN-T Universitas Islam Raden Rahmat Malang
untuk menciptakan rumah baca yang diberi nama Rumah Baca “Pelangi” untuk meningkatkan
literasi membaca di desa Palaan. Kelompok 1 KKN-T Universitas Islam Raden Rahmat Malang
merancang rumah baca dengan sedemikian rupa yang bertujuan menarik minat literasi membaca
anak-anak dan warga sekitar. Penelitian difokuskan untuk meningkatkan literasi membaca warga
Palaan. Kegiatan ini memberikan efek posiitif pada minat baca, kemandirian, interaksi sosial,
dan praktik membaca anak-anak dan warga sekitar menjadi meningkat.
PENDAHULUAN
Kegiatan literasi beberapa tahun belakangan ini semakin digalakkan dari berbagai pihak
mulai dari lingkungan sekolah, keluarga, daerah provinsi, sampai tingkat pemerintahan.
Tentunya hal ini merupakan hal yang positif karena berarti kualitas sumber daya manusia juga
akan terdongkrak yang bertujuan memajukan negara itu sendiri. Kegiatan literasi terbagi atas
literasi baca-tulis, numerasi, sains, finansial, digital. Ke-enam jenis literasi ini sedang marak
digalakkan dan sudah mulai banyak pihak yang melek dengan pentingnya kegiatan literasi ini
hampir di seluruh provinsi. Kegiatan literasi ini sasarannya ditujukan kepada siswa tingkat dasar
sampai tingkat perguruan tinggi dan juga bisa menyentuh kalangan umum. Mengandalkan
kemampuan membaca dan menulis di era di mana informasi dapat diakses dengan begitu mudah
dan cepat tentu tidaklah cukup. Masyarakat perlu kemampuan untuk mengolah setiap keping
informasi yang mereka peroleh dengan bijak dan cermat. Bahkan, kemajuan sebuah bangsa pun
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin
ditentukan dari seberapa tingkat literasi yang dimiliki masyarakatnya. Kemampuan literasi ini
yang nantinya akan menentukan peradaban dan bagaimana kontribusi negara tersebut untuk
memajukan dunia.
Salah satu diantara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca tulis.
Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban
manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memiliki kemampuan baca tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas
yang lebih baik. Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang
ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar dapat bertahan
hidup dengan baik. Pengayaan kualitas bisa didapatkan dari berbagai sumber. Awal sekali untuk
mengembangkan kualitas yang baik dimulai dari rasa keinginan atau motivasi yang besar
sehingga akan memberikan dampak yang baik pula.
Membaca merupakan kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan, termasuk
informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan. Ketika menerima
resep obat, dibutuhkan kemampuan untuk memahami petunjuk pemakaian yang diberikan oleh
dokter. Jika salah, tentu akibatnya bisa fatal. Kemampuan membaca yang baik tidak sekadar bisa
lancar membaca, tetapi juga bisa memahami isi teks yang dibaca. Teks yang dibaca pun tidak
hanya kata-kata, tetapi juga bisa berupa angka, simbol, atau grafik. Kegiatan literasi membaca
dapat menjadi perantara untuk mengetahui segala sesuatunya. Jika seseorang memiliki
kesenangan dalam membaca sudah bisa dipastikan memiliki wawasan, kosakata, relasi, prestasi
akademik yang menonjol.
Dalam kegiatan membaca juga akan menumbuhkan empati. Untuk memahami isi bacaan,
kita berusaha untuk membayangkan dan memosisikan diri pada situasi aeperti yang ada dalam
teks bacaan. Dengan begitu, kita mengasah diri untuk berempati dengan kondisi-kondisi di luar
diri yang tidak kita alami. Membaca juga akan mengembangkan minat kita pada hal-hal baru.
Semakin beragam jenis bacaan yang dibaca, memungkinkan kita untuk mengenal sesuatu yang
belum pernah kita ketahui. Hal ini tentu akan memperluas pandangan dan membuka lebih
banyak pilihan baik dalam hidup. Kegiatan membaca dengan berbagai jenis teks yang dibaca
pastinya akan memberikan banyak variasi bacaan yang dapat menambah pengayaan wawasan
dan pengembangan pola pikir. Pola pikir akan lebih arif dan aktif untuk menghasilkan sebuah
gagasan yang kreatif dan inovatif.
Gerakan literasi membaca semakin aktif dikembangkan di sekolah-sekolah khususnya.
Mengapa sekolah? karena sekolah sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan yang diharapkan
dapat melahirkan banyak generasi muda yang unggul dan cerdas. Untuk mendapatkan sumber
daya manusia yang unggul tersebut sangat diyakini bisa didapatkan dengan penguatan kegiatan
literasi membaca yang dimulai dari sekolah-sekolah mulai dari tingkat PAUD sampai perguruan
tinggi.
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin
TINJAUAN PUSTAKA
Literasi
Pengertian Literasi
Pengertian literasi menurut Padmadewi & Artini (2018:1) mengartikan literasi secara luas
sebagai kemampuan berbahasa yang mencakup kemampuan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis serta kemampuan berpikir yang menjadi elemen di dalamnya. Literasi dapat
diartikan sebagaimelek huruf, kemampuan baca tulis, kemelekwacanaan atau kecakapan dalam
membaca serta menulis.
Menurut Saomah (2017: 3) Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan
historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui tulisan.
Literasi memerlukan setidaknya suatu kepekaan yang tidak terucap tentang hubungan antara
konvensi tekstual dan konteks penggunaanya serta kemampuan untuk berefleksi secara kritis
tentang hubungan-hubungan tersebut. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif,
pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural.
Kesimpulan dari pengertian literasi dari beberapa definisi di atas adalah keterampilan
seseorang atau potensi yang ada di dalam diri seseorang terutama pada kemampuan kognitif
yaitu pada membaca dan menulis, kemampuan literasi meruapakan kemampuan seseorang dalam
memahami dan mengolah informasi yang diterima. Literasi yang paling mendasar ialah literasi
baca-tulis yang pengertiannya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Selain pengertian
maka ada tujuan dari litererasi sendiri, yaitu tujuan literasi secara umum dan secara khusus.
Tujuan Literasi
Literasi memiliki tujuan umum yaitu menumbuhkembangkan siswa melalui budaya
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar meningkatkan
kemauan belajar siswa dalam menemukan hal-hal baru. Tujuan khusus dari literasi belajar
menurut Suragangga (2017:161) adalah (a) membudayakan literasi di sekolah, (b) meningkatkan
kapasistas warga dan lingkungan sekolah agar literat, (c) menjadikan sekolah sebagai taman
belajar yang ramah dan menyenangkan, (d) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan cara
menghadirkan beragam buku bacaan serta mewadahi berbagai strategi membaca.
Tujuan literasi lain menurut Malawi, Tryanasari, & Kartikasari, (2017:92) ialah selain
menumbuhkan budi pekerti melalui budaya literasi baca dan tulis adalah terciptanya budaya
literasi di lingkungan sekolah sebagai upaya terwujudnya Long Life Education. Literasi
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin
merupakan kemampuan dasar untuk memperoleh kemampuan pada bidang lain dan sekolah
dasar merupakan sarana utama untuk melaksanakan serta mengembangkan literasi.
Kesimpulan dari tujuan literasi ini adalah upaya yang dilakukan untuk membuat
seseorang terbiasa dan gemar dalam berliterasi sepanjang hayat dengan menggunakan strategi
dan aturan yang telah ditentukan. Sekolah merupakan salah satu tempat penting untuk
memberikan literasi kepada siswa agar dapat meningkatkan kemampuan dalam literasi. Literasi
mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang.
Manfaat Literasi
Kemampuan seseorang dalam membaca, menulis dan menyimak hingga mengolah
informasi memiliki manfaat khususnya bagi kehidupan sehari-hari. Membaca dapat menambah
wawan dan mendapatkan informasi baru yang dapat menambah kosakata dalam diri seseorang.
Manfaat dari menurut Endaryanta (2017:736) ada tiga yaitu: 1) Menambah pengetahuan 2)
Meningkatkan kemampuan berbicara, dan 3) Melatih kepekaan sosial.
Manfaat budaya literasi dalam membaca dan menulis diberbagai kalangan sebagai
berikut, ada beberapa manfaat dari budaya literasi menurut Jatnika (2019:5) sebagai bentuk
terciptanya budaya literasi, yaitu: (1) Mendapatkan banyak pengalaman hidup dan
kegiatankegiatan yang dijalani, (2) Mendapatkan pengetahuan umum dan informasi tertentu yang
berguna bagi kehidupan, (3) Dapat mengetahui berbagai peristiwa kebudayaan dan sejarah suatu
bangsa, (4) Mengetahui dan mengikuti tekhnologi baru dan ilmu pengetahuan terbaru di berbagai
dunia, (5) Memperkaya batin, memperluas cara pandang dan pola pikir, mampu meningkatkan
taraf hidup, (6) Bisa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan dan mengantarkan orang
menjadi pandai, (7) Memperkaya perbedaan dari kata atau istilah-istilah, (8) Meningkatkan
potensi pribadi dan meningkatkan desistensi lainnya.
Kesimpulan dari manfaat literasi adalah membentuk manusia yang intelek dan
berwawasan luas agar menjadi manusia yang milenial. Manfaat dari literasi membentuk generasi
yang literat mutlak agar bangsa Indonesia dapat bersaing dan hidup sejajar dengan negara lain.
Pembahasan dari literasi baca-tulis akan di bahas lebih mendalam.
Literasi Baca-Tulis
Pengertian Literasi Baca-Tulis
Literasi baca-tulis biasa disebut sebagai moyang segala jenis literasi karena memiliki
sejarah amat Panjang. Literasi ini dapat dikatakan sebagai makna awal literasi, meskipun
kemudian dari waktu ke waktu makna tersebut mengalami perubahan. Tidak mengherankan jika
kegiatan literasi baca-tulis selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis.
Deklarasi Praha pada tahun 2003 dari Widiastuti (2019:96) mengartikan juga
mengartikan sebagai kecakapan dalam berkomunikasi dalam bermasyarakat. Literasi baca-tulis
juga bermakna praktik dan hubungan social yang berkaitan dengan pengetahuan, nahasa dan
budaya (UNESCO 2003). Deklarasi UNESCO tersebut juga menyebutkan bahwa literasi baca-
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin
Kesimpulan dari pengertian literasi baca-tulis adalah kemampuan membaca dan menulis.
Kegiatan literasi baca-tulis adalah kegiatan yang memerlukan serangkaian aktifitas seperti
menafsirkan, memperoleh, serta menggunakan sesuatu yang bertujuan untuk mengkolaborasikan
diri dengan lingkungannya.
Menurut Irna (2019:6) literasi keluarga sangat berkaitan dengan kegiatan keaksaraan,
kegiatan membaca dan menulis serta memahami isi teks bacaan yang di lakukan pada
lingkungan keluarga inti yang bertempat tinggal dalam satu atap. Lingkungan keluarga dapat
menggunakan indikator kuantitas bacaan anggota keluarga dan hal ini bergantungpada jumlah
bacaan literasi yang dimiliki oleh setiap keluarga.
Lingkungan masyarakat ialah lingkungan sosial yang menjadi salah satu faktor pengaruh
dari kebiasaan dalam berliterasi. Lingkungan masyarakat dapat menggunakan melek aksara.
Sangat penting mengetahui angka buta aksara di masyarakat. Pemangku kebijakan di masyarakat
dapat membuat perpustakaan desa atau kampung bagi masyarakat sekitar yang bertujuan untuk
memotivasi warga dalam meningkatkan literasi baca-tulis. Indikator yang dikemukakan
Kemendikbud untuk mengukur kemampuan literasi baca-tulis di masyarakat adalah sebagai
berikut: (a) jumlah dan variasi yang dimiliki fasilitas public, (b) frekuensi membaca masyarakat,
(c) jumlah partisipasi masyarakat dalam penyediaan bahan bacaan, (d) jumlah masyarakat yang
mendukung literasi baca-tulis, (e) jumlah komunitas atau kegiatan literasi baca-tulis di
masyarakat, (f) kuantitas penggunaan bahasa Indonesia di ruang public, (g) pelatihan literasi
baca-tulis yang berdampak pada masyarakat.
Kesimpulan indikator dari keterampilan baca-tulis yang telah dijabarkan adalah tolak
ukur yang digunakan dalam peningkatan dan pengembangan literasi khusunya literasi baca-tulis
yang terdiri dari tiga aspek yaitu indikator literasi baca-tulis di sekolah, indikator literasi
bacatulis di keluarga, dan indikator literasi baca-tulis di masyarakat. Dalam literasi baca tulis
siswa dituntut untuk memiliki keterampilan membaca.
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Berkaitan dengan penelitian ini yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
karena penelitian tidak menggunakan angka melainkan menggunakan kata-kata. Penggunaan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis gambaran yang terjadi dalam kegiatan yang
dilakukan. Penelitian kualitatif juga melibatkan proses yang berkelanjutan yang melibatkan
refleksi yang kontinyu terkait dengan data, analytic research questions dan catatan-catatan data
lapangan. Pemilihan metode kualitatif dikarenakan makna adalah hasil konstruk manusia dan
memungkinkan peneliti untuk menggunakan open-ended questions yang membantu para
partisipan penelitian mengekspresikan pandangan mereka. Interpretasi manusia terhadap sesuatu
sangat dipengaruhi oleh perspektif sosial dan sejarah. Pengolahan sumber pustaka dan hasil
penelitian yang telah diperoleh selanjutnya disesuaikan dengan rumusan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini yaitu “Meningkatkan Literasi Membaca Melalui Rumah Baca
“Pelangi” di desa Palaan”.Analisis lanjutan dilakukan dengan melakukan pemilihan dan
penyesuaian dengan memilah dan melakukan analisis lanjutan, lalu ditariklah kesimpulan.
buku. Juga beberapa permainan playgroud yang awalnya copot dan rusak, kini sudah
dibenahi dan sudah bisa digunakan lagi.
Proses pembersihan dan penataan ruang di rumah baca “Pelangi” Desa Palaan.
Proses menghias dan mempercantik ruangan di rumah baca “Pelangi” Desa Palaan.
Hasil akhir dari penataan ruang, menghias ruang di rumah baca “Pelangi” Desa Palaan.
Dari hasil uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa temuan antara lain : Pertama,
upaya meningkatkan budaya literasi membaca bukanlah pekerjaan yang mudah. Kedua, untuk
meningkatkan budaya literasi membaca dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor institusional.
Ketiga, program Rumah Baca “Pelangi” yang diciptakan oleh Kelompok 1 KKN-T Universitas
Islam raden Rahmat Malang sangat berperan sebagai upaya meningkatkan budaya literasi
membaca di desa Palaan. Keempat, hambatan atau kendala utama yang dialami oleh Rumah
Baca “Pelangi” adalah butuhnya pendampingan pelaksanaan program.
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin
Berdasarkan beberapa temuan diatas, dapat dikatakan bahwa upaya yang bagus juga
butuh usaha yang maksimal dan kerja sama semua pihak. Kami para peneliti merasa cukup puas
dengan hasil kerja keras kami yang meskipun didalamnya terdapat beberapa kendala, seperti :
minimnya dana yang kami punya, kurangnya fasilitas rumah baca, serta kurangnya sumber daya
manusia sebagai pengurus serta mengkoordinir rumah baca. Tapi itu tidak membuat semangat
kami menyurut. Semoga kedepannya rumah baca “Pelangi” bisa lebih baik lagi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan:
1) Upaya meningkatkan budaya literasi membaca dengan cara mengundang secara berkala
sekolah-sekolah dan warga sekitar di desa Palaan dan bersinergi dengan pimpinan desa Palaan,
guru sekolah, dan bekerja sama dengan orang tua merupakan kegiatan yang sangat bagus; 2)
Upaya meningkatkan budaya literasi membaca yang diwujudkan dalam Rumah Baca “Pelangi”
butuh kepengurusan yang lebih terstruktur dan terorganisasi; 3) Upaya meningkatkan budaya
literasi membaca yang diwujudkan dalam rumah Baca “Pelangi” sangat perlu pendampingan dari
pihak-pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA
LPPM UNIRA Malang, Pedoman Pelaksanaan KKN Tematik Edisi X. Malang : LPPM UNIRA
Malang
Clay, M. M. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Creswell, John W. 2003. Rerearch Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. 2nd Editio, SAGE Publications.
Deci dan Richard M. Ryan. 2017. Self Determination Theory in Work Organizations. The State
of Science. The Annual Review of Organizational Psychology and Organizational
Behaviour.
Djoko Saryono, dkk. 2017. Materi Pendukung Literasi Baca Tulis Gerakan Literasi Nasional.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Earthy, S and Cronin, A. 2008. Narrative analysis. Dalam Gilbert, N (Ed.), Researching social
life, 3rd edition. London: Sage Edward, L.
Ibrahim Bafedal. 2015. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Literasi
nusantara.com. Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud. (Diakses pada tanggal 11
Januari 2022: Pukul 19.48 WIB)
Milla, Hilyati., Reni Kusmiarti, Helmarini. 2016. Peningkatan Budaya Membaca (Literasi)
Dalam Masyarakat di Kelurahan Sumber Jaya Kota Bengkulu. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Bumi Rafflesia. Vol. 3. No. 2.
Mullis, Ina V.S., Michael O Martin, Ann. M. Kennedy, Kathleen L Trong, dan Marian
Sainsbury. 2016. PIRLS 2011 Assesment Framework. Amsterdam: The International
Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA).
Nugraha.2013. Rumah Baca Jendela Dunia, Sebuah Model Perpustakaan Panti Asuhan. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa. Vol. 3. No.2.
Rossman, G. B., & Rallis, S. F.1998. Learning in the field: An introduction to qualitative
research. Thousand Oaks, CA: Sage, hal. 323
Sabarti Akhadiah, dkk. 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Zaimah.2015. Efektivitas Rumah Baca di Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak. Jurnal S-
1Ilmu Administrasi Negara. Vol. 4. No. 3.
ISSN: XXX-XXXX Jurnal At-Tamkin