Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
Agustina
12.860.0185
Agustina
12.860.0185
ABSTRACT
This study aims to test empirically the relationship between emotional
regulation with bullying behavior in adolescent SMK Namira Tech Nusantara Medan
and find out how much contribution or contribution of emotional regulation with
bullying behavior in adolescents. The population in this study sample of 50 students
who were taken from the records of teachers BK (counseling guidance). Data analysis
used in this research is statistic. Data collection in this study using questionnaire. The
hypothesis proposed in this study is that there is a negative relationship between
emotional regulation with bullying behavior with the assumption that the more
positive the emotional regulation, the higher the bullying behavior. The relationship
between emotional regulation and bullying behavior on the students is tested using
product moment correlation technique. There is a significant relationship between
emotional regulation and bullying behavior on students. This result is proved by
coefficient r_xy = 0,516, p = 0,00; p <0,050. It means that the more positive the
emotional regulation the lower the bullying behavior, the more negative the
emotional regulation the higher the bullying behavior, then the hypothesis proposed
in this study is accepted. The determinant coefficient (r ^ 2) of the above relation is
equal to r ^ 2 = 0.226. This means that emotional regulation affects 22.6% of
students' bullying behavior. This means that there is 77.4% of the influence of other
factors on bullying behavior, where other factors such as school factors, family
factors, and peer factors.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji secara empirik hubungan antara regulasi
emosi dengan perilaku bullying pada remaja SMK Namira Tech Nusantara Medan
dan mengetahui seberapa besar kontribusi atau sumbangan regulasi emosi dengan
perilaku bullying pada remaja. Populasi dalam penelitian ini sampel sebanyak 50
siswa yang di ambil dari catatan guru BK (bimbingan konseling). Analisis data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah statistik. Pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan angket. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan negatif antara regulasi emosi dengan perilaku bullying dengan asumsi
semakin positif regulasi emosi maka semakin tinggi perilaku bullying.Hubungan
antara regulasi emosi dengan perilaku bullying pada siswa diuji dengan menggunakan
teknik korelasi product moment. Terdapat hubungan yang signifikan antara regulasi
emosi dengan perilaku bullying pada siswa. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien
𝑟𝑥𝑦 =0,516, p=0,00 ;p<0,050. Artinya semakin positif regulasi emosi maka semakin
rendah perilaku bullying, sebaliknya semakin negatif regulasi emosi maka semakin
tinggi perilaku bullying, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Adapun koefisien determinan (𝑟 2 ) dari hubungan di atas adalah sebesar 𝑟 2 =0,226. Ini
artinya regulasi emosi memberi pengaruh sebesar 22,6% perilaku bullying pada
siswa. Ini berarti masi terdapat sebesar 77,4% pengaruh dari faktor lain terhadap
perilaku bullying, dimana faktor-faktor lain tersebut diantaranya faktor sekolah,
faktor keluarga, dan faktor teman sebaya.
Kata Kunci : Regulasi Emosi, Perilaku bullying
Segala Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas
skripsi ini. Dan peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan ini sebagai pihak,
penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik. Penyusunan skripsi ini
banyak menerima bantuan waktu, tenaga dan pikiran dari berbagai pihak.
Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Munir, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Psikologi
untuk menyelesaikan penelitian ini dan terimakasih atas segala kritikkan, dan
saran yang telah diberikan kepada peneliti agar penelitian ini lebih baik.
2. Ibu Rahmi Lubis S.Psi, M.Psi, sebagai dosen pembimbing I Skripsi, terima
kasih karena selalu memberikan arahan, kritik dan saran dari awal sampai
akhir penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas waktu dan
3. Ibu Salamiah Sari Dewi S.Psi, M.Psi terima kasih untuk selalu memberikan
kritikan, saran dan arahan selama penyusunan skripsi ini, terima kasih banyak
untuk memberikan kritikan, saran dan arahan selama sidang meja hijau,
terima kasih banyak atas waktu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada
peneliti.
5. Ibu Rahma Fauziah, S.Psi, M.Psi, sebagai sekertaris sidang meja hijau, terima
kasih banyak untuk waktu dan kritik, saran yang ibu berikan kepada peneliti
6. Untuk bapak/Ibu dosen-dosen, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah
7. Untuk semua Staf-staf Fakultas psikologi yang telah membantu segala hal
atas pengertinnya.
8. Untuk bapak Bayu Perdana, S.Pd sebagai Kepala Namira Tech Nusantara
10. Untuk subjek peneliti siswa-siswa SMK Namira Tech Nusantara Medan
terima kasih banyak telah membantu saya dalam pengisisan angket skripsi,
11. Untu kedua orang tua saya ibunda tercinta Hamidah dan ayahanda tercinta
alm, Syahril, dan ibu Sri Lestari dan bapak Onrizal, terima kasih atas
kata.
12. Untuk kakak dan adik tercinta, Sri Maya Hida wati dan Syahrul Kipli yang
ini.
14. Untuk teman-teman stambuk 2012 kelas malam terima kasih atas
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak
demikian peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
Peneliti
Agustina
Halaman
PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................ v
A. Remaja.......................................................................................................... 11
TABEL Halaman
PEMBAHASAN
Masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana
pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode
ini merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada saat ini remaja
mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan tingkah laku, kenakalan dan terjadinya
kekerasan baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindak kekerasan.
Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescere. Istilah
sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkap oleh Piaget dengan mengatakan bahwa
secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama (Hurlock, 1980).
dan surat kabar sering menayangkan dan menyajikan perihal fenomena kekerasan
yang terjadi didalam dunia pendidikan, baik yang dilakukan guru terhadap siswanya
maupun kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lain. Hal tersebut
ditanamkan.
dikenal dengan istilah bullying. Di Indonesia, beberapa kasus perilaku bullying yang
sering terjadi di dunia pendidikan seperti, mulai dari siswa-siswi yang setiap hari
dirampas uang jajannya, selain itu juga seperti insiden yang terjadi di Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dalam insiden tersebut, seorang junior tewas
karena dianiaya oleh seniornya dalam rangka pemberian hukuman atau dalam istilah
mereka sendiri, pembinaan atau koreksi atas kesalahan yang dilakukan oleh junior.
Ini bukan yang pertama kalinya; menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang
dosen IPDN, terdapat lebih dari 30 kasus kematian tidak wajar yang dicurigai
disebabkan oleh penganiayaan. Kasus-kasus ini terjadi dalam rentang waktu yang
panjang, dan diduga telah menjadi tradisi di institut itu (Catshade, 2007).
Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak
menyenangkan atau merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikis.
Kekerasan tidak hanya berbentuk eksploitasi fisik semata, tetapi justru kekerasan
fisiklah yang perlu diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis yang cukup
Association of School Psychologist (Coloroso, 2007) sekitar satu dari tujuh anak
sekolah adalah penindas atau target penindas. Sebagaimana yang sering terjadi di
berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan
dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu
komunitas. Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari
tindak bullying pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah
gangguan psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri.
Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun
korbannya Marsh (dalam Sanders 2003). Dampak bagi korban dapat digambarkan
dari Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders (dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja
menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka
sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress
dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat
mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh
menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu
korban akan merasa depresi dan marah, marah terhadap dirinya sendiri, terhadap
pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang
tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudian mulai
cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, mungkin akan mundur lebih
Prevention mengemukakan dampak pelaku bullying pada umumnya, para pelaku ini
memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung
bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak
keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para
pelaku bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan
kurang berempati terhadap targetnya. Apa yang diungkapkan tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Coloroso (dalam kartika 2006) mengungkapkan bahwa siswa
hubungan yang sehat, kurang cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak
memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat
Perilaku bullying dapat berdampak terhadap fisik maupun psikis pada korban,
Dampak fisik seperti sakit kepala, sakit dada, cedera pada tubuh bahkan dapat sampai
Pada kenyataannya, praktik bullying dapat dilakukan oleh siapa saja, baik
teman sekelas, kakak kelas ke adik kelas, bahkan seorang guru kepada muridnya.
Terlepas dari alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut dilakukan, tetap saja
praktik bullying tidak dibenarkan, terlebih lagi apabila terjadi dilingkungan sekolah
(Catshade, 2007).
Tradisi bullying telah menjadi tradisi yang membudaya dan menjadi kebiasaan
dilingkungan sekolah yang sulit dihentikan karena ada tradisi senioritas terhadap
junior. Data yang dimiliki Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
(Ubaydillah, 2008).
(seperti cemas dan kesepian), konsep diri korban menjadi negatif karena korban
stres, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu,
khususnya yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya ataupun oleh siswa terhadap
temannya, seharusnya mampu menggugah atau membuka hati para pendidik dan para
orang tua, bahwa tidak tertutup kemungkinan praktik bullying tersebut terjadi
karena pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak, tayangan sinetron juga
2010).
Masalah yang dikeluhkan orang tua terhadap remaja seakan - akan tidak
terhadap diri remaja. Perubahan perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orang tua
apabila remaja tidak menunjukkan penyimpangan. Akan tetapi, apabila remaja telah
menunjukkan tanda yang mengarahkan ke hal negatif akan membuat cemas sebagian
tua, remaja beradaptasi dengan lingkungan dan mengenal dunia sekitarnya serta pola
pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua
siswa sering terlibat aksi pukul satu sama yang lain pada saat istirahat belajar, aksi
mengejek satu sama lain baik secara langsung maupun via pesan singkat dan bahkan
mengintimidasi anak yang terlihat lemah, jadi anak-anak siswa di SMK Namira Tech
Perilaku bullying sangat erat kaitannya dengan emosi. Seorang anak yang
merasa cemas, cemburu, putus asa, atau terasing akan mengalami kesulitan belajar,
banyak diam, dan sulit untuk membangun hubungan antar teman yang lain sehingga
dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan bullying di sekolah. Bullying dapat
merugikan bagi semua manusia apabila cara penyaluran emosi atau regulasi emosi
Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan
mengurangi satu atau lebih suatu aspek respon emosi yaitu pengalaman emosi dan
meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu
seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik secara positif maupun negatif.
kontrol atas emosi yang dirasakannya. Selain itu, seseorang hanya dalam waktu yang
singkat dapat merasakan emosi yang berlebihan dan dengan singkat dapat
menghindarkan efek negatif akibat emosi yang berlebihan Sukhodolsky dkk ( dalam
Gratz, 2004).
bullying yang timbul dari anak. Serta yang dimaksud dengan perilaku bullying adalah
bentuk perilaku yang berupa pemaksaan atau usaha yang menyakiti secara fisik
maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok orang yang lebih lemah oleh
seseorang atau sekelompok orang yang memiliki peran yang lebih kuat.
tentang fenomena tindakan bullying yang marak terjadi pada remaja dengan
B. Identifikasi Masalah
adalah lingkungan keluarga, sekolah, emosi yang labil, media massa, kondisi
remaja adalah faktor regulasi emosi yang rendah. Emosi berperan penting dalam
meregulasi emosi maka perilaku bullying mudah terjadi. Oleh karena itu, peneliti ini
akan mengkaji hubungan antara regulasi emosi dengan prilaku bullying pada remaja.
C. Batasan Masalah
penyaluran emosi yang berhubungan secara langsung dengan perilaku bullying yang
timbul dari anak. Serta yang dimaksud dengan perilaku bullying adalah bentuk bentuk
perilaku yang berupa pemaksaan atau usaha yang menyakiti secara fisik maupun
psikologis terhadap seseorang atau kelompok orang yang lebih lemah oleh seseorang
Dalam hal ini, peneliti membatasi masalah regulasi emosi dengan perilaku
D. Rumusan Masalah
apakah ada hubungan regulasi Emosi dengan perilaku bullying di SMKNamira Tech
Nusantara?
Merujuk pada rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ialah untuk
membuktikan hubungan regulasi emosi dengan perilaku bullying pada remaja. SMK
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini ialah untuk memperkaya dan menambah
perkembangan.
2. Manfaat praktis
siswa dan dapat menjadi introspeksi bagi remaja dalam meningkatkan regulasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescare
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
Piaget (dalam Hurlock, 1980) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia di
mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
masyarakat, mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih dalam hubungan dengan
transformasi yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai
atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode
rohaniah dan jasmaniah. Yang sangat menonjol dalam periode ini adalah kesadaran
berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti
Menurut Erickson (dalam Hurlock, 1980) masa remaja adalah masa terjadinya
krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh
James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga
sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Papalia dan Olds (2001) menyatakan
bahwa masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir
pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai adanya aspek fisik
psikis, dan psikososial secara kronologis usia remaja berkisar antara usia 12 sampai
21 tahun.
Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya
adalah Monks, dkk (2001) yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan
masa remaja akhir. Batasan remaja yang diungkapkan oleh Monks, dkk (2001) tidak
masa pra pubertas, masa pubertas, dan masa adolesensi. Monks, dkk (2001) membagi
Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat
pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada saat itu remaja tidak mau dianggap
Selain itu pada masa remaja ini belum tahu apa yang diinginkannya, remaja
sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa.
namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan
nilai tertentu dan mulai melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan
etis. Maka, dari perasaan yang penuh keraguan pada usia remaja awal maka
pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih
dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri
Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri,
pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan batasan usia remaja adalah
remaja awal 12-15 tahun, remaja pertengahan 15-18 tahun, dan remaja akhir
18-21 tahun.
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang
masa kanak-kanak dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan
didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu
terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah
masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode pelatihan,
masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai masa mencari
sebagai masa yang tidak realistik dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Menurut Hurlock (1980) semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan
2. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
remaja merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju masa dewasa.
intelektual dan cara berfikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat,
luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita
sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ke
B. Regulasi Emosi
mengatasi, mengolah dan mengungkapkan emosi yang tepat dalam rangka mencapai
masalah. Jika individu dapat bertahan maka kecil kemungkinan mengalami stress.
Sebalinya bila individu tidak bertahan maka akan mengalami stress dalam jangka
Regulasi emosi mempunyai cakupan luas pada berbagai asfek biologis, sosial,
tingkah laku sebagaimana proses kognitif yang disadari dan tidak disadari. Secara
atau hal lainnya yang berhubungan dengan rangsangan emosi. Regulasi emosi
tingkah laku sebagaimana proses kognitif yang disadari dan tidak disadari. Secara
interpersonal dan sumber dukungan yang bersifat nyata. Sedangkan secara tingkah
laku, emosi diregulasikan melalui berbagai macam respon tingkah laku. Berteriak,
menjerit, menangis atau menarik diri adalah contoh dari tingkah laku yang tampak
untuk mengatur emosi yang bangkit sebagai respon terhadap rangsangan yang
diberikan. Terakhir, emosi juga berguna untuk mengatur proses kognitif yang tidak
proyeksi, atau oleh proses kognitif yang disadari, seperti menyalahkan diri sendiri
Kebanyakan regulasi ini didorong oleh reaksi sosial, diakui atau tidak diakui,
atau tindakan norma sosial melalui rasa sopan dan perasaan malu dan bersalah yang
ada dalam kelompok sosial Frijda (Dalam Kartika 2004). Menurut Garnefski, dkk
(Dalam Kartika 2004). Regulasi emosi secara kognisi berhubungan dengan kehidupan
manusia, dan membantu individu mengelola, mengatur emosi atau perasaan, dan
kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada diri manusia,
dan cara individu mengolah emosi yang mereka miliki sebagai kemampuan untuk
dibicarakan Rice (Dalam Kartika 2004). Menurut Rice, affect yang berhubungan
dengan emosi atau perasaan yang ada di antara anggota keluarga bisa bersifat positif
ataupun negatif. Affect yang positif antara anggota keluarga menunjuk pada hubungan
yang digolongkan pada emosi seperti kehangatan, kasih sayang, cinta, dan sensitivitas
Dalam hal ini anggota menunjukkan bahwa masing-masing dari mereka mau
mendengarkan perasaan dan mengerti kebutuhan satu sama lain. Sedangkan affect
Sikap yang terjadi antara anggota keluarga adalah mereka saling tidak menyukai
Dengan adanya kebutuhan affect tersebut maka Banerju (Dalam Kartika 2004)
anaknya. Orang tua yang bersosialisasi dengan anaknya (terutama dengan anak
akan membuat anak-anaknya memiliki emosi yang lebih bergejolak terhadap teman-
cara yang benar akan memiliki anak-anak yang bersifat empatik dan perasaan yang
Selain itu juga ada umur dan jenis kelamin. Seorang gadis yang berumur 7-17
tahun lebih dapat melupakan tentang emosi yang menyakitkan dari pada anak laki-
laki yang juga seumur dengannya Salovey dkk (Dalam Kartika 2004) menyimpulkan
bahwa anak perempuan lebih banyak mencari dukungan dan perlindungan dari orang
lain untuk meregulasi emosi negatif mereka sedangkan anak laki-laki menggunakan
3. Hubungan Interpersonal
ingin mencapai suatu tujuan berinteraksi dengan lingkungan dan individu lainnya.
Biasanya emosi positif meningkat bila individu mencapai tujuannya dan emosi
adalah permainan yang mereka mainkan, program televisi yang mereka tonton, dan
sosial, pengalaman emosi dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta sejauh mana
agar mampu melakukan penyesuaian diri dan meraih well-being Tamir & Mauss,
hubungan antara orang tua dan anak, umur dan jenis kelamin, hubungan
interpersonal.
sebagai berikut:
menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negative dan dapat
berlebihan.
tindakannya.
putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu
memodifikasi emosi.
C. Perilaku Bullying
nampaknya harus ditanggung oleh semua pihak. Baik itu sipelaku, korban, ataupun
perkelahian diantara anak yang lebih kurang seimbang dari segi fisik maupun usia-
bukan merupakan kasus bullying. Dalam bullying si pelaku benar-benar di atas angin
dari korbanya.
sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak hanya kuat dalam fisik, tetapi bisa juga
kuat secara mental. Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau
bullying adalah bentuk kekuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap
orang lain atau kelompok lain dalam kurun waktu tertentu, agresi ini bersumber pada
pembagian peran.
adalah sebagai perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang
atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut secara sengaja dan terjadi secara
berulang-ulang.
Limber (dalam Purwasih, 2009) ada banyak hal yang menyebabkan remaja menjadi
lebih dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Pola asuh
karena anak bebas melakukan tindakan apapun yang dia mau, hal ini juga
lainya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam
perilaku tersebut.
yangmempengaruhi bullying yaitu pola asuh orangtua, sehingga pada dasarnya pola
perilaku bullying adalah adanya faktor dari keluarga, sekolah, kelompok sebaya,
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar
perilaku.
tingkah laku personalitas dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan
kerap dilakukan. Penanganan yang tepat dari guru atau pengawas terhadap
peristiwa bullying adalah hal yang penting karena perilaku bullying yang
terulang.
perilaku bullying adalah faktor internal yaitu persepsi dan kepribadian (dalam
kepribadian terdapat regulasi emosi dan religius) dan faktor eksternal yaitu perbedaan
3. Aspek-aspek bullying
a. Bullying fisik
Bullying ini adalah jenis bullying yang kasat mata.Siapa saja dapat melihatnya
karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korban. Contoh-
Sejiwa 2008).
memfitnah, dan menolak. Hal senada juga diungkap oleh Wolke dkk (Woods
c. Bullying mental/psikologis
Bullying ini merupakan jenis bullying yang sangat berbahaya karena tidak
tertangkap mata atau telinga jika tidak cukup awas mendeteksinya. Praktek
bullying ini terjadi secra diam-diam dan diluar radar pemantaun adapun
melototi, dan mencibir, Sejiwa (2008). Hal serupa juga diungkapkan oleh
dan mengucilkan.
c. Hanya peduli kepada keinginan dan kesenangannya sendiri dan tidak mau
d. Cenderung melukai anak lain ketika orang tuan atau dewasa lainnya tidak
sasaran.
h. Haus perhatian
suka mendominasi anak lain, memanfaatkan anak lain, hanya peduli kepada
keinginan, dan kesenangan sendiri, cenderung melukai anak lain ketika orangtua atau
dewasa lain tidak ada disekitar mereka, memandang rekan-rekan yang lebih lemah
sebagai sasaran, tidak mau bertanggung jawab atasa tindakannya, tidak memiliki
pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari perbuatanya
Pelaku bullying dibagi atas dua jenis : pertama adalah pelaku utama, yaitu
pihak yang merasa lebih berkuasa dan berinisiatif melakukan tindak kekerasan baik
secara fisik maupun psikologis terhadap korban, dan kedua adalah pelaku pengikut,
yaitu pihak yang ikut melakukan bullying berdasarkan solidaritas kelompok atau setia
pengakuan kelompok. Diluar pihak pelaku dan korban sebenarnya ada kelompok
saksi, dan saksi ini biasanya hanya bisa diam saja membiarkan kejadian berlangsung,
bullying. Saksi sering kali tidak mau ikut campur disebabkan karena takut menjadi
korban berikutnya, merasa korban pantas di bully, tidak mau menambah masalah atau
Olweus (dalam Purwasih, 2009) mengatakan bahwa ada tiga tipe dari pelaku
bullying yaitu:
a. aggressive bully
merupakan tipe umum yang ditemukan secara umum agresi dimulai pada
teman sebaya dan umunya meraka adalah individu yang suka berkelahi dan
tidak penakut.
b. passive bully
passive bully lebih jarang ditemukan dari pada aggressive bully. Mereka
jarang memancing anak lain atau mengambil inisiatif dalam insiden bullying,
sebuah situasi dalam usaha untuk mencapai persetujuan dari passive bully.
c. bully victim
bully victim adalah korban dari bullying yang berusaha untuk melakukan
bullying pada anak lain untuk mengurangi frustasi yang mereka rasakan akibat
dua jenis, yaitu pelaku utama dan pelaku pengikut, dan untuk tipe pelaku bullying
terbagi kedalam tiga tipe, yaitu aggressive bully, passive bully, dan bully victim.
Tidak ada kriteria khusus yang memastikan bahwa seseorang akan melakukan
perilaku bullying, namun Olweus (dalam Rudi, 2010) mengemukakan bahwa mereka
yang memiliki sikap positif terhadap kekerasan memiliki kecenderungan yang ledih
besar untuk melakukan bullying. Karakteristik lain yang umumnya dimiliki pelaku
bullying adalah tingkah laku yang cenderung impulsif, memiliki keinginan untuk
mendominasi orang lain, kurang atau tidak berempati kepada korban yang cenderung
karakteristik pelaku bullying adalah tingkah laku yang cenderung impulsif, memiliki
keinginan untuk mendominasi orang lain, kurang atau tidak berempati kepada korban,
siswa.
a. School bullying
b. Military bullying
(MOD)).
c. Workplace bullying
medium internet dan teknologi digital, misalnya ponsel ,sms, mms, email,
instant messenger, website, situs jejaring social, blog, dan onlane forum.
e. Political bullying
Political bullying rasa cinta tanah air yang tinggi ketika suatu Negara
beberapa bagian dari otak manusia menginginkan individu tersebut untuk melakukan
sesuatu pada situasi tertentu, sedangkan bagian lainnya menilai bahwa rangsangan
emosional ini tidak sesuai dengan situasi saat itu, sehingga membuat individu tersebut
melakukan sesuatu yang lain atau tidak melakukan sesuatu pun (dalam Kartika 2004).
Regulasi emosi juga dapat diartikan sebagai seluruh proses ekstrinsik dan intrinsik
emosi untuk mencapai tujuan tertentu Thompson dkk (dalam Kartika 2004).
interpersonal dan sumber dukungan yang bersifat nyata. Sedangkan secara tingkah
laku, emosi diregulasikan melalui berbagai macam respon tingkah laku. Berteriak,
menjerit, menangis atau menarik diri adalah contoh dari tingkah laku yang tampak
untuk mengatur emosi yang bangkit sebagai respon terhadap rangsangan yang
diberikan. Terakhir, emosi juga berguna untuk mengatur proses kognitif yang tidak
proyeksi, atau oleh proses kognitif yang disadari, seperti menyalahkan diri sendiri
Kebanyakan regulasi ini didorong oleh reaksi sosial, diakui atau tidak diakui,
atau tindakan norma sosial melalui rasa sopan dan perasaan malu dan bersalah yang
ada dalam kelompok sosial Frijda, (dalam Kartika 2004). Menurut Garnefski dkk
(dalam Kartika 2004), regulasi emosi secara kognisi berhubungan dengan kehidupan
manusia, dan membantu individu mengelola, mengatur emosi atau perasaan, dan
didapatkannya regulasi emosi positif tetapi jika seseorang tersebut tidak dapat
regulasi negatif.
Menurut Cowie dkk (dalam Umasugi 2013) salah satu hubungan antara
regulasi emosi ialah faktor penyebab terjadinya perilaku bullying seperti karakteristik
anak yang lebih agresif. Remaja yang bingung dalam menempatkan dirinya di
dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan melakukan perilaku agresif.
salah satuhubungan regulasi emosi dengan perilaku bullying adalah faktor penyebab
bukan saja cara mendekati dan berinteraksi terhadap dunia luar. Tetapi juga cara
seseorang dalam hidup ini bukan karena tidak adanya bentuk-bentuk emosi dalam
dilakukan dengan tenang tanpa beban, disengaja dan berulang untuk menyerang
tidak bisa membela diri. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara
sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang
lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008). Remaja
yang tertindas umumnya tidak mempunyai keberanian untuk melawan temannya yang
lebih kuat sehingga mereka lebih banyak diam ketika dijahili, diejek, atau ketika
remaja yang memiliki karakteristik seperti yang disebutkan di atas adalah remaja
yang memiliki regulasi emosi yang negatif, karena regulasi emosi yang negatif
mempengaruhi tingkah laku yang agresif yang dilakukan secara berulang-ulang, dan
perilaku bullying adalah tindakan yang agresif yang dilakukan secara berulang-ulang.
Remaja
Ada hubungan negatif antara regulasi emosi dengan perilaku bullying, dengan asumsi
semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah tingkat perilaku bullying, atau
sebaliknya semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi tingkat perilaku
bullying.
METODE PENELITIAN
Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, (D). Metode pengumpulan data,
(E). Validitas dan reabilitas alat ukur, (F). Metode analisis data.
1. Regulasi emosi
mengatasi, mengolah dan mengungkapkan emosi yang tepat dalam rangka mencapai
masalah. Jika individu dapat bertahan maka kecil kemungkinan mengalami stress.
Sebalinya bila individu tidak bertahan maka akan mengalami stress dalam jangka
response (acceptance).
Data diperoleh dari jumlah skor pada skala dengan asumsi semakin tinggi
skor pada skala maka semakin tinggi regulasi emosi, sebaliknya semakin rendah skor
2. Perilaku bullying
kuat di sini tidak hanya kuat dalam fisik, tetapi bisa juga kuat secara mental. Dalam
hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya
Data diperoleh dari jumlah skor pada skala dengan asumsi semakin tinggi skor
pada skala maka semakin tinggi perilaku bullying sebaliknya semakin rendah skor
a. Populasi
semua individu untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu
murid SMK Namira Tech Nusantara kelas XI dan XII berjumlah 195 orang.
b. Sampel
maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang
hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat
Pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang penting dalam penelitian.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan relevan dalam mendapatkan hasil
Skala ukur ini adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pernyataan yang diberikan
yang didapatkannya regulasi emosi positif tetapi jika seseorang tersebut tidak dapat
Skala ini disusun berdasarkan metode skala likert. Nilai skala setiap
atau yang tidak mendukung (unfavourable). Skala penelitian ini berbentuk tipe
pilihan dan tipe butir diberi empat pilihan jawaban. Pada skala regulasi emosi, untuk
butir favourable jawaban “SS (sangat sesuai)” diberi nilai 4, jawaban “S (sesuai)”
diberi nilai 3, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban“STS (sangat
tidak sesuai)” diberi nilai 1. Untuk butir unfavourable jawaban “STS (sangat tidak
sesuai)” diberi nilai 4, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 3, jawaban “S
ini subjek diminta untuk memiliki salah satu keempat alternatif jawaban yang
Skala ini disusun berdasarkan metode skala likert. Nilai skala setiap
atau yang tidak mendukung (unfavourable). Skala penelitian ini berbentuk tipe
pilihan dan tipe butir diberi empat pilihan jawaban. Pada skala regulasi emosi, untuk
butir favourable jawaban “SS (sangat sesuai)” diberi nilai 4, jawaban “S (sesuai)”
diberi nilai 3, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban“STS (sangat
tidak sesuai )” diberi nilai 1. Untuk butir unfavourable jawaban “STS (sangat tidak
sesuai)” diberi nilai 4, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 3, jawaban “S
Adapun bentuk jawaban yang dipakai dalam penyusunan skala ini karena
ini subjek diminta untuk memiliki salah satu keempat alternatif jawaban yang
kedudukan yang paling tinggi, karena merupakan penggambaran variabel yang diteliti
dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data,
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpan dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menganalisis data
dalam penelitian ini, maka digunakan korelasi Product Moment yang dikemukakan
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel bebas X (Regulasi
emosi) dengan variabel tergantungY(Perilaku bullying)
∑X : Nilai hasil perkalian variabel bebas X (Regulasi emosi)
Indeks validitas yang diperoleh dengan teknik korelasi Product Moment masi
perlu dikorelasikan lagi untuk menghindari kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini
terjadi karena skor butir yang dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen
skor total. Hal ini menyebabkan koefisien korelasi menjadi lebih besar (Hadi, 1996).
2) Uji Reliabilitas
sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka beberapa
kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan
cronbach’s.
Metode analisis data yang dapat digunakan untuk persiapan hipotesis dalam
penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment. Cara perhitungannya dibantu
dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 2,0. Alasannya digunakan
teknik korelasi product moment ini adalah dikarenakan penelitian ini memiliki tujuan
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel bebas X (Regulasi
emosi) dengan variabel tergantungY(Perilaku bullying)
∑X : Nilai hasil perkalian variabel bebas X (Regulasi emosi)
dengan variabel tergantung Y (perilaku bullying)
∑X : Jumlah skor variabel X
∑Y : Jumlah skor variabel Y
∑X² : Jumlah kuadrat skor X
∑Y² : Jumlah kuadrat skor Y
N : Jumlah subjek.
2,0.
2) Uji Linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah data dari regulasi emosi
analisis varians (ANAVA) dengan bantuan SPSS for Windows Versi 2,0.
DAFTAR PUSTAKA
Rola. F. 2006. Konsep Diri Remaja Anak Panti Asuhan. Makalah Kedokteran
USU: 11-17 http://library.usu.ac.id/download/fk/06010308.pdf (Di akses
tanggal 10 Oktober 2015 pukul 10.15 WIB)
Ramadhan, T. 2009. Pola Asuh Orang tua Dalam Mengarahkan Perilaku Anak.
www.google.com/polaasuh.pdf (di akses pada 10 November 2016)
Rosmawar. 2011. Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Permisif Orang tua
dengan Perilaku Bullying Remaja Di MTSs AL-Ulum Medan. Skrpsi
(tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi UMA.
LAMPIRAN A.
DATA PENELITIAN
LAMPIRAN A-1
LAMPIRAN A-2
LAMPIRAN B.
LAMPIRAN B-1
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.806 44
Item Statistics
q1 2.54 .813 50
q2 2.30 .707 50
q3 2.40 .857 50
q4 2.40 .606 50
q5 2.02 .869 50
q6 1.92 1.007 50
q7 2.40 .808 50
q8 2.28 .730 50
q9 2.42 .758 50
q1
2.40 .728 50
0
q1
2.34 .593 50
1
q1
2.20 .990 50
2
q1
2.44 .861 50
3
q1
2.38 .567 50
4
q1
2.54 .762 50
5
q1
2.16 1.037 50
6
q1
2.14 .700 50
7
q1
2.10 .678 50
8
q1
2.42 .950 50
9
q2
2.32 .587 50
0
q2
2.28 .607 50
1
q2
2.38 .567 50
2
q2
2.24 .894 50
3
q2
2.42 .575 50
4
q2
2.26 .965 50
5
q2
2.22 .910 50
6
q2
2.24 .938 50
7
q2
2.44 .907 50
8
q2
2.34 .982 50
9
q3
2.44 .907 50
0
q3
2.38 .945 50
1
q3
2.20 .782 50
2
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
q33 2.30 .953 50
q34 2.54 .994 50
q35 2.50 .953 50
q36 2.32 .844 50
q37 2.22 .616 50
q38 2.38 .697 50
q39 1.94 .793 50
q40 2.24 .771 50
q41 2.36 .722 50
q42 2.22 .545 50
q43 2.46 .952 50
q44 2.18 .596 50
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if
Correlation Item Deleted
q1 99.08 126.442 .473 .796
q2 99.32 129.651 .348 .800
q3 99.22 123.930 .581 .792
q4 99.22 133.726 .118 .806
q5 99.60 126.735 .422 .797
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if
Item Deleted Correlation Item Deleted
q32 99.42 127.310 .443 .797
q33 99.32 125.691 .428 .796
q34 99.08 139.422 -.198 .819
q35 99.12 134.638 .009 .812
q36 99.30 127.071 .419 .797
q37 99.40 132.694 .189 .804
q38 99.24 133.900 .085 .807
q39 99.68 131.855 .179 .805
q40 99.38 131.057 .232 .803
q41 99.26 130.237 .303 .801
q42 99.40 134.531 .073 .807
q43 99.16 124.749 .475 .795
q44 99.44 133.721 .122 .806
Scale Statistics
Variance Std. N of Items
Deviation
60.62 135.751 11.651 44
LAMPIRAN B-2.
Reliability
Scale: Bullying
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.660 40
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
q1 2.76 .894 50
q2 2.76 .771 50
q3 2.76 .822 50
q4 2.46 .885 50
q5 2.84 .842 50
q6 2.82 .873 50
q7 2.72 .904 50
q8 2.26 .965 50
q9 2.56 .907 50
q10 1.90 .931 50
q11 2.66 .895 50
q12 2.64 .964 50
q13 2.66 .848 50
q14 2.50 .814 50
q15 3.02 .892 50
q16 2.64 .898 50
q17 2.56 .993 50
q18 2.42 1.012 50
q19 2.80 .948 50
q20 2.36 .942 50
q21 2.58 1.052 50
q22 2.56 .760 50
q23 2.24 .938 50
q24 2.58 .971 50
q25 2.48 1.092 50
q26 2.52 1.035 50
q27 2.32 .913 50
q28 2.66 .872 50
Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
q33 2.54 .973 50
q34 2.16 .912 50
q35 2.44 1.033 50
q36 2.22 .910 50
q37 2.22 .996 50
q38 2.36 .898 50
q39 2.28 .970 50
q40 2.24 .916 50
Item-Total Statistics
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
q32 97.52 90.949 .286 .647
q33 97.46 92.213 .191 .653
Scale Statistics
Mean Variance Std. N of Items
Deviation
100.00 96.735 9.835 40
LAMPIRAN C.
UJI ASUMSI
LAMPIRAN C-1
NPar Tests
Descriptive Statistics
Mean Std. N
Deviation
BULLYING 113.52 9.835 50
REGULASI_EM
60.62 11.651 50
OSI
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BULLYI
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
NG
Descriptives
Statistic Std.
Error
LAMPIRAN C-2
Means
Report
BULLYING
REGULASI_EM Mean N Std.
OSI Deviation
73 97.00 1 .
80 106.00 1 .
87 106.33 3 3.512
88 116.00 1 .
89 109.50 2 7.778
90 113.00 1 .
91 119.00 1 .
92 113.00 3 10.440
93 94.00 1 .
94 97.00 1 .
95 88.00 1 .
96 108.00 1 .
97 103.00 4 11.225
98 105.50 2 9.192
99 95.33 3 10.017
101 90.00 1 .
102 93.00 1 .
106 101.00 1 .
107 99.00 2 1.414
108 102.50 4 9.256
109 88.00 1 .
110 92.33 3 9.713
111 91.00 1 .
113 92.00 1 .
115 88.50 2 .707
117 93.00 1 .
118 89.00 1 .
119 100.00 1 .
120 95.50 2 4.950
121 97.00 1 .
122 89.00 1 .
Total 100.00 50 9.835
ANOVA Table
Sum of df
Squares
(Combined) 3301.000 30
Between Linearity 1260.838 1
BULLYING * Groups Deviation from
2040.162 29
REGULASI_EMOSI Linearity
Within Groups 1439.000 19
Total 4740.000 49
ANOVA Table
Mean Square F
(Combined) 110.033 1.453
Linearity 1260.838 16.648
Between Groups
BULLYING * Deviation from
70.350 .929
REGULASI_EMOSI Linearity
Within Groups 75.737
Total
ANOVA Table
Sig.
(Combined) .199
Between Groups Linearity .001
BULLYING *
Deviation from Linearity .581
REGULASI_EMOSI
Within Groups
Total
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
BULLYING *
-.516 .266 .835 .696
REGULASI_EMOSI
LAMPIRAN D
Descriptive Statistics
Mean Std. N
Deviation
BULLYING 113.52 9.835 50
REGULASI_EM
60.62 11.651 50
OSI
Correlations
BULLYI REGULASI_
NG EMOSI
BULLYING 1.000 -.516
Pearson
Correlation REGULASI_EM
-.516 1.000
OSI
BULLYING . .000
Sig. (1-tailed) REGULASI_EM
.000 .
OSI
BULLYING 50 50
N REGULASI_EM
50 50
OSI
LAMPIRAN E. SKALA
LAMPIRAN E-1
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Kelas :
Pilihan:
TS : Jika pernyataan tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan anda
STS : Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan
keadaan anda
Apabila anda keliru dan sudah terlanjur memberi tanda ( √ ) maka lingkari pilihan
yang keliru tersebut, kemudian berilah tanda ( √ ) yang baru pada kolom jawaban
yang anda pilih.
Selamat bekerja
perasaan saya
LAMPIRAN E-2
Isilah data – data berikut dengan sebenarnya pada tempat yang tersedia
Nama :
Jenis kelamin :
Kelas :
Umur :
Di bawah ini ada pernyataan yang menggambarkan keadaa anda. Baca dan
pahamilah setiap pernyataan, kemudian nyatakanlah tanggapan anda terhadap
pernyataan tersebut dengan cara memilih dan kemudian berilah tanda (√ ) pada
salah satu pilihan yang anda anggap sesuai dengan diri anda pada jawaban yang
tersedia.
Pilihan:
TS : Jika pernyataan tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan anda
STS : Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan
keadaan anda
Apabila anda keliru dan sudah terlanjur memberi tanda ( √ ) maka lingkari pilihan
yang keliru tersebut, kemudian berilah tanda ( √ ) yang baru pada kolom jawaban
yang anda pilih.
Selamat bekerja
No. Pernyataan SS S TS STS
LAMPIRAN F.