You are on page 1of 107

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA SMK NAMIRA TECH


NUSANTARA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Agustina
12.860.0185

UNIVERSITAS MEDAN AREA


TAHUN
2017

UNIVERSITAS MEDAN AREA


UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
RELATIONSHIP BETWEEN EMOTION REGULATION WITH BULLYING
BEHAVIOR AT SMK NAMIRA TECH NUSANTARA MEDAN

Agustina
12.860.0185

ABSTRACT
This study aims to test empirically the relationship between emotional
regulation with bullying behavior in adolescent SMK Namira Tech Nusantara Medan
and find out how much contribution or contribution of emotional regulation with
bullying behavior in adolescents. The population in this study sample of 50 students
who were taken from the records of teachers BK (counseling guidance). Data analysis
used in this research is statistic. Data collection in this study using questionnaire. The
hypothesis proposed in this study is that there is a negative relationship between
emotional regulation with bullying behavior with the assumption that the more
positive the emotional regulation, the higher the bullying behavior. The relationship
between emotional regulation and bullying behavior on the students is tested using
product moment correlation technique. There is a significant relationship between
emotional regulation and bullying behavior on students. This result is proved by
coefficient r_xy = 0,516, p = 0,00; p <0,050. It means that the more positive the
emotional regulation the lower the bullying behavior, the more negative the
emotional regulation the higher the bullying behavior, then the hypothesis proposed
in this study is accepted. The determinant coefficient (r ^ 2) of the above relation is
equal to r ^ 2 = 0.226. This means that emotional regulation affects 22.6% of
students' bullying behavior. This means that there is 77.4% of the influence of other
factors on bullying behavior, where other factors such as school factors, family
factors, and peer factors.

Keywords: Emotional Regulation, Bullying Behavior

UNIVERSITAS MEDAN AREA


HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU
BULLYING PADA SMK NAMIRA TECH NUSANTARA MEDAN
Agustina
12.860.0185

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji secara empirik hubungan antara regulasi
emosi dengan perilaku bullying pada remaja SMK Namira Tech Nusantara Medan
dan mengetahui seberapa besar kontribusi atau sumbangan regulasi emosi dengan
perilaku bullying pada remaja. Populasi dalam penelitian ini sampel sebanyak 50
siswa yang di ambil dari catatan guru BK (bimbingan konseling). Analisis data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah statistik. Pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan angket. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan negatif antara regulasi emosi dengan perilaku bullying dengan asumsi
semakin positif regulasi emosi maka semakin tinggi perilaku bullying.Hubungan
antara regulasi emosi dengan perilaku bullying pada siswa diuji dengan menggunakan
teknik korelasi product moment. Terdapat hubungan yang signifikan antara regulasi
emosi dengan perilaku bullying pada siswa. Hasil ini dibuktikan dengan koefisien
𝑟𝑥𝑦 =0,516, p=0,00 ;p<0,050. Artinya semakin positif regulasi emosi maka semakin
rendah perilaku bullying, sebaliknya semakin negatif regulasi emosi maka semakin
tinggi perilaku bullying, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Adapun koefisien determinan (𝑟 2 ) dari hubungan di atas adalah sebesar 𝑟 2 =0,226. Ini
artinya regulasi emosi memberi pengaruh sebesar 22,6% perilaku bullying pada
siswa. Ini berarti masi terdapat sebesar 77,4% pengaruh dari faktor lain terhadap
perilaku bullying, dimana faktor-faktor lain tersebut diantaranya faktor sekolah,
faktor keluarga, dan faktor teman sebaya.
Kata Kunci : Regulasi Emosi, Perilaku bullying

UNIVERSITAS MEDAN AREA


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas

berkah, rahmat dan karuniaMu yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman,

kekuatan, kesabaran, dan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dan peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan ini sebagai pihak,

penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik. Penyusunan skripsi ini

banyak menerima bantuan waktu, tenaga dan pikiran dari berbagai pihak.

Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Munir, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Medan Area yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti

untuk menyelesaikan penelitian ini dan terimakasih atas segala kritikkan, dan

saran yang telah diberikan kepada peneliti agar penelitian ini lebih baik.

2. Ibu Rahmi Lubis S.Psi, M.Psi, sebagai dosen pembimbing I Skripsi, terima

kasih karena selalu memberikan arahan, kritik dan saran dari awal sampai

akhir penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas waktu dan

pengetahuan yang diberikan kepada peneliti.

3. Ibu Salamiah Sari Dewi S.Psi, M.Psi terima kasih untuk selalu memberikan

kritikan, saran dan arahan selama penyusunan skripsi ini, terima kasih banyak

atas waktu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada peneliti.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


4. Ibu Dra. Irna Minauli, M.si, sebagai dosen ketua penguji skripsi, terima kasih

untuk memberikan kritikan, saran dan arahan selama sidang meja hijau,

terima kasih banyak atas waktu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada

peneliti.

5. Ibu Rahma Fauziah, S.Psi, M.Psi, sebagai sekertaris sidang meja hijau, terima

kasih banyak untuk waktu dan kritik, saran yang ibu berikan kepada peneliti

selama sidang meja hijau.

6. Untuk bapak/Ibu dosen-dosen, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah

diberikan kepada peneliti selama ini.

7. Untuk semua Staf-staf Fakultas psikologi yang telah membantu segala hal

yang berbentuk administrasi peneliti selama pengerjaan skripsi terima kasih

atas pengertinnya.

8. Untuk bapak Bayu Perdana, S.Pd sebagai Kepala Namira Tech Nusantara

Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan

penelitian di SMK Namira Tech Nusantara Medan.

9. Terima kasih kepada Staf-staf SMK Namira Tech Nusantara Medanyang

telah banyak membantu saya untuk melakukan penelitian

10. Untuk subjek peneliti siswa-siswa SMK Namira Tech Nusantara Medan

terima kasih banyak telah membantu saya dalam pengisisan angket skripsi,

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Untu kedua orang tua saya ibunda tercinta Hamidah dan ayahanda tercinta

alm, Syahril, dan ibu Sri Lestari dan bapak Onrizal, terima kasih atas

UNIVERSITAS MEDAN AREA


dukungan, kasih sayang, yang tidak dapat peneliti uangkapkan dengan kata-

kata.

12. Untuk kakak dan adik tercinta, Sri Maya Hida wati dan Syahrul Kipli yang

selama ini memberikan dukungan dan semangat selama penyelesaian skripsi

ini.

13. Untuk Novita Anggaraini, Emiya Pepayosa, AyuRetnoWati, Rima Rahmayani

Kotto, sahabat-sahabat tercinta yang cerewet dan ngangenin terima kasih

banyak atas dukungannya selama mengerjakan skripsi ini.

14. Untuk teman-teman stambuk 2012 kelas malam terima kasih atas

perhatiannya dan dukungannya.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak

disebutin peneliti atas perhatiannya semangat selama proses penyelesaian skripsi.

Peneliti berupaya seoptimal mungkin dalam proses penyelesaian skripsi, meskipun

demikian peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 9 April 2017

Peneliti

Agustina

UNIVERSITAS MEDAN AREA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv

MOTTO ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 9

C. Batasan Masalah ............................................................................................ 9

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10

E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 11

A. Remaja.......................................................................................................... 11

1. Definisi Remaja ..................................................................................... 11

UNIVERSITAS MEDAN AREA


2. Batasan Usia Remaja............................................................................. 12
3. Ciri-Ciri Masa Remaja .......................................................................... 14
4. Tugas Perkembangan Remaja ............................................................... 15

B. Regulasi Emosi ............................................................................................. 17

1. Definisi Regulasi Emosi ........................................................................ 17


2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi ............................ 19
3. Aspek-Aspek Regulasi Emosi ............................................................... 21

C.Perilaku Bullying ........................................................................................... 23

1. Defenisi Perilaku Bullying .................................................................... 23


2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying ......................... 24
3. Aspek-Aspek Perilaku Bullying ............................................................ 27
4. Ciri-ciri Perilaku Bullying ..................................................................... 28
5. Jenis Pelaku Bullying ............................................................................ 29
6. Karakteristik Pelaku Bullying ............................................................... 31
7. Jenis Perilaku Bullying .......................................................................... 32

D. Hubungan Regulasi Emosi dengan Perilaku Bullying ................................. 33

E. Kerangka Konseptual ................................................................................... 37

F. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39

A. Identifikasi Variabel ..................................................................................... 39

B. Defenisi Oprasional Variabe ........................................................................ 39

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 40

D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 41

UNIVERSITAS MEDAN AREA


E. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ............................................................... 44

F. Metode Analisis Data .................................................................................... 45

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 47

1. Orientasi Kancah .................................................................................. 47


2. Persiapan Penelitian .............................................................................. 49
1. Persiapan Administrasi ............................................................. 49
2. Persiapan Alat Ukur Penelitian ................................................. 50
a. Skala Regulasi Emosi ......................................................... 50
b. Skala Perilaku Bullying ...................................................... 52
3. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 53
4. Analisis Data dan Hasil Penelitian ........................................................ 57
1. Uji Asumsi ................................................................................ 57
a. Uji Normalitas Sebaran ...................................................... 57
b. Uji Linearitas Hubungan ................................................... 58
2. Hasil Uji Korelasi Product Moment .......................................... 59
3. Hasil Perhitungan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ............. 60
a. Mean Hipotetik ................................................................... 60
b. Mean Empirik ..................................................................... 61
c. Kriteria................................................................................ 61
E. Pembahasan ........................................................................................... 62
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 66
A. Kesimpulan ......................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68

UNIVERSITAS MEDAN AREA


DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Distribusi Skala Regulasi Emosi Sebelum Uji Coba ................................... 51


2. Distribusi Skala Perilaku Bullying Sebelum Uji Coba ................................. 53
3. Distribusi Skala Regulasi Emosi Setelah Penelitian ................................... 55
4. Distribusi Skala Perilaku BullyingSetelah Penelitian ................................... 56
5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran .............................. 58
6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Linieritas Hubungan ............................. 59
7. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Product Moment................................. 60
8. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik ... 62

UNIVERSITAS MEDAN AREA


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran A. Data Penelitian ............................................................ 71


2. Lampiran A-1 Data Penelitian Regulasi Emosi ............................... 72
3. Lampiran A-2 Data Penelitian Perilaku Bullying ............................. 75
4. Lampiran B. Uji Coba Skala ............................................................ 78
5. Lampiran B-1 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Regulasi Emosi 79
6. Lampiran B-2 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Perilaku Bullying
.......................................................................................................... 85
7. Lampiran C. Uji Asumsi .................................................................. 90
8. Lampiran C-1 Uji Normalitas Sebaran ............................................. 91
9. Lampiran C-2 Uji Linieritas Hubungan ........................................... 95
10. Lampiran D. Analisis Korelasi Product Moment ............................. 98
11. Lampiran E. Skala ........................................................................... 100
12. Lampiran E-1 Skala Regulasi Emosi............................................... 101
13. Lampiran E-2 Skala Perilaku Bullying ............................................ 105
14. Lampiran F. Surat Keterangan Bukti Penelitian ............................. 109

UNIVERSITAS MEDAN AREA


BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana

pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode

ini merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada saat ini remaja

mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan tingkah laku, kenakalan dan terjadinya

kekerasan baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindak kekerasan.

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescere. Istilah

adolescence mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional,

sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkap oleh Piaget dengan mengatakan bahwa

secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang

lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama (Hurlock, 1980).

Perkembangan remaja meliputi adanya pengaruh lingkungan terhadap remaja,

pengaruh teman sebaya, sekolah, keluarga terhadap remaja.Akhir-akhir ini televisi

dan surat kabar sering menayangkan dan menyajikan perihal fenomena kekerasan

yang terjadi didalam dunia pendidikan, baik yang dilakukan guru terhadap siswanya

maupun kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lain. Hal tersebut

sangat memperhatinkan karena disekolah seharusnya nilai-nilai budi pekerti itu

ditanamkan.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Dewasa ini, tindakan kekerasan dalam perkembangan remaja sering kali

dikenal dengan istilah bullying. Di Indonesia, beberapa kasus perilaku bullying yang

sering terjadi di dunia pendidikan seperti, mulai dari siswa-siswi yang setiap hari

dirampas uang jajannya, selain itu juga seperti insiden yang terjadi di Institut

Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dalam insiden tersebut, seorang junior tewas

karena dianiaya oleh seniornya dalam rangka pemberian hukuman atau dalam istilah

mereka sendiri, pembinaan atau koreksi atas kesalahan yang dilakukan oleh junior.

Ini bukan yang pertama kalinya; menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang

dosen IPDN, terdapat lebih dari 30 kasus kematian tidak wajar yang dicurigai

disebabkan oleh penganiayaan. Kasus-kasus ini terjadi dalam rentang waktu yang

panjang, dan diduga telah menjadi tradisi di institut itu (Catshade, 2007).

Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak

menyenangkan atau merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikis.

Kekerasan tidak hanya berbentuk eksploitasi fisik semata, tetapi justru kekerasan

fisiklah yang perlu diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis yang cukup

lama bagi si korban (Catshade, 2007).

Fenomena kekerasan disekolah yang dilakukan oleh teman sebaya di

Indonesia semakin lama semakin banyak bermunculan, Menurut National

Association of School Psychologist (Coloroso, 2007) sekitar satu dari tujuh anak

sekolah adalah penindas atau target penindas. Sebagaimana yang sering terjadi di

SMK Namira Tech Nusantara, terdapat siswa-siswa di sekolah yang dipanggil ke

Bimbingan Konseling (BK), karena terkait dengan tindakan kekerasan yang

UNIVERSITAS MEDAN AREA


dilakukan kepada teman-temannya seperti terlibat saling pukul dan saling mengejek

satu sama lain.

Hilda, dkk (dalam Anesty, 2009) menjelaskan bullying tidak hanya

berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan

dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu

komunitas. Terdapat banyak bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari

tindak bullying pada para korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah

secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada

penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja, kriminalitas,

gangguan psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri.

Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun

korbannya Marsh (dalam Sanders 2003). Dampak bagi korban dapat digambarkan

dari Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center

Sanders (dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja

merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan

menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka

waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi

sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress

dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat

mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh

diri (commited suicide).

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Coloroso (dalam Rosmawar 2011) mengemukakan bahayanya jika bullying

menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu

korban akan merasa depresi dan marah, marah terhadap dirinya sendiri, terhadap

pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang

tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudian mulai

mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubungan tidak mampu lagi muncul dengan

cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, mungkin akan mundur lebih

jauh lagi ke dalam pengasingan.

Menurut teori Sanders (dalam Anesty, 2009) National Youth Violence

Prevention mengemukakan dampak pelaku bullying pada umumnya, para pelaku ini

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung

bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak

keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para

pelaku bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan

kurang berempati terhadap targetnya. Apa yang diungkapkan tersebut sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Coloroso (dalam kartika 2006) mengungkapkan bahwa siswa

akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan

hubungan yang sehat, kurang cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak

memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat

mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang.

Perilaku bullying dapat berdampak terhadap fisik maupun psikis pada korban,

Dampak fisik seperti sakit kepala, sakit dada, cedera pada tubuh bahkan dapat sampai

UNIVERSITAS MEDAN AREA


menimbulkan kematian. Sedangkan dampak psikis seperti rendah diri, sulit

berkonsentrasi sehingga berpengaruh pada penurunan nilai akademik, trauma, sulit

bersosialisasi, hingga depresi.

Pada kenyataannya, praktik bullying dapat dilakukan oleh siapa saja, baik

teman sekelas, kakak kelas ke adik kelas, bahkan seorang guru kepada muridnya.

Terlepas dari alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut dilakukan, tetap saja

praktik bullying tidak dibenarkan, terlebih lagi apabila terjadi dilingkungan sekolah

(Catshade, 2007).

Tradisi bullying telah menjadi tradisi yang membudaya dan menjadi kebiasaan

dilingkungan sekolah yang sulit dihentikan karena ada tradisi senioritas terhadap

junior. Data yang dimiliki Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

tercatat, 780.000 kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Yang lebih

memprihatinkan bullying nyaris terjadi dibanyak sekolah selama bertahun-tahun

(Ubaydillah, 2008).

Sejiwa (2008) menyebutkan penelitian tentang bullying telah dilakukan baik

didalam maupun di luar negeri. Penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

bullying memiliki dampak-dampak negatif sebagai berikut: gangguan psikologis

(seperti cemas dan kesepian), konsep diri korban menjadi negatif karena korban

merasa tidak diterima oleh teman-temannya, Menjadi penganiaya ketika dewasa,

agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal, korban bullying merasa

stres, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu,

tertekan, terancam, bahkan ada yang menyayat tangannya, menggunakan obat-obatan

UNIVERSITAS MEDAN AREA


atau alkohol, membenci lingkungan sosial,korban akan merasa rendah diri dan tidak

berharga, gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian,

dan keinginan bunuh diri.

Maraknya tayangan-tayangan kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan,

khususnya yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya ataupun oleh siswa terhadap

temannya, seharusnya mampu menggugah atau membuka hati para pendidik dan para

orang tua, bahwa tidak tertutup kemungkinan praktik bullying tersebut terjadi

dilingkungan sekolah masing-masing dan bahkan anak-anak telah menjadi pelakunya.

Menurut Riana Masher psikologi UMM (dalam Rosmawar) pada Seminar

Nasional Tindak Kekerasan (Bullying) Di Sekolah yang diselenggarakan Program

Studi Pendidikan Fisika, Universitas Muhammadiyah Purworejo, ada dua faktor

penyebab bullying, yakni kepribadian dan situasional. Faktor kepribadian terjadi

karena pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak, tayangan sinetron juga

membentuk skema kognitif pada anak mengakibatkan mereka cenderung menjadi

pelaku bullying. (Bullying di sekolah http://www. Thejakartapost.com, 6 desember

2010).

Masalah yang dikeluhkan orang tua terhadap remaja seakan - akan tidak

pernah berakhir. Tahap pertumbuhan dan perkembangan telah menjadi perubahan

terhadap diri remaja. Perubahan perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orang tua

apabila remaja tidak menunjukkan penyimpangan. Akan tetapi, apabila remaja telah

menunjukkan tanda yang mengarahkan ke hal negatif akan membuat cemas sebagian

orang tua (Ramadhan, 2009).

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Remaja tumbuh dan berkembang dibawah asuhan orang tua. Melalui orang

tua, remaja beradaptasi dengan lingkungan dan mengenal dunia sekitarnya serta pola

pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Ini disebabkan oleh orang tua

merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi remaja (Besembuni, 2008).

Mengingat kasus yang sedang berkembang di SMK Namira Tech Nusantara,

siswa sering terlibat aksi pukul satu sama yang lain pada saat istirahat belajar, aksi

mengejek satu sama lain baik secara langsung maupun via pesan singkat dan bahkan

mengintimidasi anak yang terlihat lemah, jadi anak-anak siswa di SMK Namira Tech

Nusantara kemungkinan besar melakukan bullying dan menjadi korban bullyingsesuai

dengan data yang di peroleh dari guru BK (bimbingan konseling).

Perilaku bullying sangat erat kaitannya dengan emosi. Seorang anak yang

merasa cemas, cemburu, putus asa, atau terasing akan mengalami kesulitan belajar,

banyak diam, dan sulit untuk membangun hubungan antar teman yang lain sehingga

dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan bullying di sekolah. Bullying dapat

merugikan bagi semua manusia apabila cara penyaluran emosi atau regulasi emosi

seseorang tidak dapat dikendalikan lagi .

Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan

secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat, atau

mengurangi satu atau lebih suatu aspek respon emosi yaitu pengalaman emosi dan

perilaku. Seseorang yang mempunyai regulasi emosi dapat mempertahankan dan

meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu

seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik secara positif maupun negatif.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Aspek penting dalam regulasi emosi ialah kapasitas untuk memulihkan

kembali keseimbangan emosi meskipun pada awalnya seseorang dapat kehilangan

kontrol atas emosi yang dirasakannya. Selain itu, seseorang hanya dalam waktu yang

singkat dapat merasakan emosi yang berlebihan dan dengan singkat dapat

menetralkan kembali pikiran, tingkah laku, respon fsiologis, dan dapat

menghindarkan efek negatif akibat emosi yang berlebihan Sukhodolsky dkk ( dalam

Gratz, 2004).

Selanjutnya dalam penelitian ini, regulasi yang dimaksud adalah gambaran

mengenai penyaluran emosi yang berhubungan secara langsung dengan perilaku

bullying yang timbul dari anak. Serta yang dimaksud dengan perilaku bullying adalah

bentuk perilaku yang berupa pemaksaan atau usaha yang menyakiti secara fisik

maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok orang yang lebih lemah oleh

seseorang atau sekelompok orang yang memiliki peran yang lebih kuat.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik mengetahui lebih lanjut

tentang fenomena tindakan bullying yang marak terjadi pada remaja dengan

mengadakan penelitian berjudul “hubungan antararegulasi emosi dengan perilaku

bullying di SMK Namira Tech Nusantara Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Banyak hal yang mempengaruhi perilaku bullying pada remaja, diantaranya

adalah lingkungan keluarga, sekolah, emosi yang labil, media massa, kondisi

ekonomi remaja tersebut dan lain lain.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Fenomena yang diduga dominan hubungannya dengan perilaku bullying pada

remaja adalah faktor regulasi emosi yang rendah. Emosi berperan penting dalam

melakukan bullying apabila seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya atau

meregulasi emosi maka perilaku bullying mudah terjadi. Oleh karena itu, peneliti ini

akan mengkaji hubungan antara regulasi emosi dengan prilaku bullying pada remaja.

C. Batasan Masalah

Selanjutnya dalam penelitian ini, regulasi emosi adalah gambaran mengenai

penyaluran emosi yang berhubungan secara langsung dengan perilaku bullying yang

timbul dari anak. Serta yang dimaksud dengan perilaku bullying adalah bentuk bentuk

perilaku yang berupa pemaksaan atau usaha yang menyakiti secara fisik maupun

psikologis terhadap seseorang atau kelompok orang yang lebih lemah oleh seseorang

atau sekelompok orang yang memiliki peran yang lebih kuat.

Dalam hal ini, peneliti membatasi masalah regulasi emosi dengan perilaku

bullying di SMK Namira Tech Nusantaraberusia 17-18 tahun 2016-2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah adalah :

apakah ada hubungan regulasi Emosi dengan perilaku bullying di SMKNamira Tech

Nusantara?

UNIVERSITAS MEDAN AREA


E. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ialah untuk

membuktikan hubungan regulasi emosi dengan perilaku bullying pada remaja. SMK

Namira Tech Nusantara.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat ditinjau secara teoritis dan praktis diantaranya:

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini ialah untuk memperkaya dan menambah

pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu psikologi khususnya psikologi

perkembangan.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada

pihak keluarga, lingkungan, sekolah dalam membantu mengatur emosi negatif

menjadi emosi positif, sehingga membuat rendahnya perilaku bullying pada

siswa dan dapat menjadi introspeksi bagi remaja dalam meningkatkan regulasi

emosi sehingga kecenderungan perilaku bullying menjadi rendah.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescare

(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa inggris) yang

dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock 1980).

Piaget (dalam Hurlock, 1980) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia di

mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia di mana anak tidak lagi

merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam

tingkatan yang sama. Sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam

masyarakat, mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih dalam hubungan dengan

masa puber, termasuk didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok,

transformasi yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai

integrasi dalam hubungan sosial yang dewasa.

Kartono (2014) mengatakan bahwa remaja juga sebagai masa penghubung

atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode

remaja terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai fungsi-fungsi

rohaniah dan jasmaniah. Yang sangat menonjol dalam periode ini adalah kesadaran

UNIVERSITAS MEDAN AREA


yang mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja mulai meyakini

kemampuannya, potensi dan cita-citanya sendiri. Dengan kesadaran tersebut remaja

berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu, seperti

kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, dan keindahan.

Menurut Erickson (dalam Hurlock, 1980) masa remaja adalah masa terjadinya

krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh

James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja

yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved.

Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga

sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Papalia dan Olds (2001) menyatakan

bahwa masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir

pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi atau

peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai adanya aspek fisik

psikis, dan psikososial secara kronologis usia remaja berkisar antara usia 12 sampai

21 tahun.

2. Batasan Usia Remaja

Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya

adalah Monks, dkk (2001) yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan

masa remaja akhir. Batasan remaja yang diungkapkan oleh Monks, dkk (2001) tidak

UNIVERSITAS MEDAN AREA


jauh berbeda dengan pendapat Kartono (2001) yang membagi masa remaja menjadi

masa pra pubertas, masa pubertas, dan masa adolesensi. Monks, dkk (2001) membagi

fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Remaja Awal (12 tahun – 15 tahun)

Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat

pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak

pada dunia luar sangat besar dan pada saat itu remaja tidak mau dianggap

kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.

Selain itu pada masa remaja ini belum tahu apa yang diinginkannya, remaja

sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15 tahun – 18 tahun)

Pada rentang usia ini, kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan,

namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan

kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menemukan nilai-

nilai tertentu dan mulai melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan

etis. Maka, dari perasaan yang penuh keraguan pada usia remaja awal maka

pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih

berbobot. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada

dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah

dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri

atau jati dirinya.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


3. Remaja Akhir (18 tahun- 21 tahun)

Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah

mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri,

dengan itikat baik dan keberanian. Remaja mulai memahami arah

kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai

pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan batasan usia remaja adalah

remaja awal 12-15 tahun, remaja pertengahan 15-18 tahun, dan remaja akhir

18-21 tahun.

3. Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelumnya, Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1980), antara lain :

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang

dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang

bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan dari

masa kanak-kanak dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status

remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya

hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling

sesuai dengan dirinya.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi

perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan

pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa

usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian

karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang

membuat banyak orang tua menjadi takut.

6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang

kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan

orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya

terlebih dalam cita-cita.

7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau

kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan

didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu

dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan

terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan

memberikan citra yang mereka inginkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah

masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode pelatihan,

masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai masa mencari

UNIVERSITAS MEDAN AREA


identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja

sebagai masa yang tidak realistik dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

4. Tugas Perkembangan Remaja

Pada remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi.

Menurut Hurlock (1980) semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan

pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas-tugas

perkembangan remaja yaitu :

1. Mencapai peran sosial pria dan wanita

2. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria dan wanita

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

5. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang

6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku dan mengembangkan ideologi

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masa

remaja merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju masa dewasa.

Pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, diantaranya terjadi perubahan

intelektual dan cara berfikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat,

UNIVERSITAS MEDAN AREA


terjadinya perubahan sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat

luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita

diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang

sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ke

tahapan perkembangan selanjutnya.

B. Regulasi Emosi

I. Definisi Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menilai,

mengatasi, mengolah dan mengungkapkan emosi yang tepat dalam rangka mencapai

keseimbangan emosional. Regulasi emosi mempengaruhi individu dalam menghadapi

masalah. Jika individu dapat bertahan maka kecil kemungkinan mengalami stress.

Sebalinya bila individu tidak bertahan maka akan mengalami stress dalam jangka

waktu yang berkepanjangan Thompson (dalam Wahyuni, 2012).

Regulasi emosi mempunyai cakupan luas pada berbagai asfek biologis, sosial,

tingkah laku sebagaimana proses kognitif yang disadari dan tidak disadari. Secara

fsiologis, emosi itu sendiri diregulasikan oleh nadi-nadi, sehingga dapat

memepercepat pernapasan (memperpendek pernapasan), memperbanyak keringat

atau hal lainnya yang berhubungan dengan rangsangan emosi. Regulasi emosi

tersebut dirasakan dan bagaimana mengekspresikan dan mengetahui emosi tersebut

Fridja (dalam Salamah, 2008).

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Regulasi emosi mempunyai cakupan luas pada berbagai aspek biologis, sosial,

tingkah laku sebagaimana proses kognitif yang disadari dan tidak disadari. Secara

fisiologis, emosi itu sendiri diregulasikan oleh nadi-nadi, sehingga dapat

mempercepat pernapasan (atau memperpendek pernapasan), memperbanyak keringat

atau hal lainnya yang berhubungan dengan rangsangan emosi.

Secara sosial, emosi diregulasikan dengan cara mencari akses ke hubungan

interpersonal dan sumber dukungan yang bersifat nyata. Sedangkan secara tingkah

laku, emosi diregulasikan melalui berbagai macam respon tingkah laku. Berteriak,

menjerit, menangis atau menarik diri adalah contoh dari tingkah laku yang tampak

untuk mengatur emosi yang bangkit sebagai respon terhadap rangsangan yang

diberikan. Terakhir, emosi juga berguna untuk mengatur proses kognitif yang tidak

disadari, seperti proses selective attention, memory distortion, penolakan, atau

proyeksi, atau oleh proses kognitif yang disadari, seperti menyalahkan diri sendiri

ataupun menyalahkan orang lain Garnefski, dkk (Dalam Kartika, 2004).

Kebanyakan regulasi ini didorong oleh reaksi sosial, diakui atau tidak diakui,

atau tindakan norma sosial melalui rasa sopan dan perasaan malu dan bersalah yang

ada dalam kelompok sosial Frijda (Dalam Kartika 2004). Menurut Garnefski, dkk

(Dalam Kartika 2004). Regulasi emosi secara kognisi berhubungan dengan kehidupan

manusia, dan membantu individu mengelola, mengatur emosi atau perasaan, dan

mengendalikan emosi agar tidak berlebihan.

Gross (Dalam Kartika 2004) berpendapat bahwa regulasi emosi

mempengaruhi proses mental (ingatan, pengambilan keputusan), tingkah laku yang

UNIVERSITAS MEDAN AREA


nyata (tingkah laku menolong, penggunaan obat-obatan), regulasi emosi juga

merupakan dasar untuk pembentukan kepribadian dan memunculkan sumber penting

dari perbedaanperbedaan individual. Gross juga menyatakan bahwa regulasi emosi

menonjol secara jelas dalam kesehatan fisik dan fisiologis Gross.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi adalah

kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada diri manusia,

dan cara individu mengolah emosi yang mereka miliki sebagai kemampuan untuk

mengevaluasi dan mengubah reaksi-reaksi emosional untuk bertingkah laku tertentu

yang sesuai dengan situasi yang sedang terjadi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi ialah:

1. Hubungan Antara Orangtua dan Anak

Hubungan antara remaja dengan orangtua sangat penting pada masa

perkembangan remaja. Remaja menginginkan pengertian yang bersifat simpatis, dan

orangtuayang dapat merasakan anak-anaknya memiliki sesuatu yang berharga untuk

dibicarakan Rice (Dalam Kartika 2004). Menurut Rice, affect yang berhubungan

dengan emosi atau perasaan yang ada di antara anggota keluarga bisa bersifat positif

ataupun negatif. Affect yang positif antara anggota keluarga menunjuk pada hubungan

yang digolongkan pada emosi seperti kehangatan, kasih sayang, cinta, dan sensitivitas

Felson,dkk (Dalam Kartika 2004).

Dalam hal ini anggota menunjukkan bahwa masing-masing dari mereka mau

mendengarkan perasaan dan mengerti kebutuhan satu sama lain. Sedangkan affect

UNIVERSITAS MEDAN AREA


yang negatif digolongkan pada emosi yang “dingins”, penolakan, dan permusuhan.

Sikap yang terjadi antara anggota keluarga adalah mereka saling tidak menyukai

bahkan tidak mencintai Rice (Dalam Kartika 2004).

Dengan adanya kebutuhan affect tersebut maka Banerju (Dalam Kartika 2004)

mengemukakan bahwa orangtua memiliki pengaruh dalam kehidupan emosi anak-

anaknya. Orang tua yang bersosialisasi dengan anaknya (terutama dengan anak

perempuannya) dengan cara yang merekarasa sesuai dengan lingkungan sosialnya,

akan membuat anak-anaknya memiliki emosi yang lebih bergejolak terhadap teman-

temannya Banerju, (Dalam Kartika 2004). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

orangtua yang menganjurkan anak-anaknya untuk mengekspresikan emosi dengan

cara yang benar akan memiliki anak-anak yang bersifat empatik dan perasaan yang

lebih emosional Salovey dkk (Dalam Kartika 2004).

2. Umur dan Jenis Kelamin

Selain itu juga ada umur dan jenis kelamin. Seorang gadis yang berumur 7-17

tahun lebih dapat melupakan tentang emosi yang menyakitkan dari pada anak laki-

laki yang juga seumur dengannya Salovey dkk (Dalam Kartika 2004) menyimpulkan

bahwa anak perempuan lebih banyak mencari dukungan dan perlindungan dari orang

lain untuk meregulasi emosi negatif mereka sedangkan anak laki-laki menggunakan

latihan fisik untuk meregulasi emosi negatif mereka.

3. Hubungan Interpersonal

Salovey dkk (Dalam Kartika 2004) juga mengemukakan bahwa hubungan

interpersonal dan individual juga mempengaruhi regulasi emosi. Keduanya

UNIVERSITAS MEDAN AREA


berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga emosi meningkat bila individu yang

ingin mencapai suatu tujuan berinteraksi dengan lingkungan dan individu lainnya.

Biasanya emosi positif meningkat bila individu mencapai tujuannya dan emosi

negatif meningkat bila individu kesulitan dalam mencapai tujuannya.

Faktor-faktor lainnya menurut Salovey dan Sluyter (Dalam Kartika 2004)

adalah permainan yang mereka mainkan, program televisi yang mereka tonton, dan

teman bermain mereka dapat mempengaruhi perkembangan regulasi mereka.

Faktor-faktor yang memengaruhi regulasi emosi, menurut pendekatan kognisi

sosial, pengalaman emosi dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta sejauh mana

individu memberikan penilaian atau pemaknaan terhadap stimulus yang diserapnya

agar mampu melakukan penyesuaian diri dan meraih well-being Tamir & Mauss,

(Dalam Mufti 2014).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor regulasi emosi adalah

hubungan antara orang tua dan anak, umur dan jenis kelamin, hubungan

interpersonal.

3. Aspek-Aspek Regulasi Emosi

Gross (dalam Anggreyni 2014) menjelaskan aspek- aspek regulasi emosi

sebagai berikut:

a. Strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individu

untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk

menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negative dan dapat

UNIVERSITAS MEDAN AREA


dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi yang

berlebihan.

b. Enganging in goal directed behavior (goals) ialah kemampuan individu

untuk tidak terpengaruh oleh emosi negative yang dirasakannya sehingga

dapat tetap berfikir dan melakukan sesuatu dengan baik.

c. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan individu untuk

dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang di

tampilkan (respon fsiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga

individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan

respon emosi yang tepat.

d. Acceptance of emotional response (acceptance) ialah kemampuan

individu untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi

negative dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.

Thompson (dalam Koustiuk 2002), membagi aspek-aspek regulasi emosi yang

terdiri dari tiga macam

a. Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring) yaitu kemampuan

individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi

didalam dirinya, perasaannya, pikirannya dan latarbelakang dari

tindakannya.

b. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan

individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang

dialaminya. Kemampuan untuk mengelola emosi khususnya emosi negatif

UNIVERSITAS MEDAN AREA


seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat

individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat

mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara rasional.

c. Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification) yaitu

kemampuan individu untuk merubah emosi sedemikian rupa

sehinggamampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam

putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu

bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek regulasi emosi adalah

Strategies to emotion regulation (strategies), Enganging in goal directed behavior

(goals), Control emotional responses (impulse), Acceptance of emotional response

(acceptance). Sedangkan menurut Thomson (1994) aspek-aspek regulasi emosi

adalah kemampuan memonitor emosi, kemampuan mengevaluasi emosi, kemampuan

memodifikasi emosi.

C. Perilaku Bullying

1. Pengertian Perilaku Bullying

Priyatna (2010) mengemukakan perilaku bullying merupakan problem yang

nampaknya harus ditanggung oleh semua pihak. Baik itu sipelaku, korban, ataupun

yang menyaksikan tindakan tersebut. Bullying merupakan tindakan yang disengaja

oleh pelaku kepada korban-korbannya bukan merupakan suatu kelalaian. Memang

betul-betul disengaja. Tindakan ini terjadi secara berulang-ulang. Bullying tidak

UNIVERSITAS MEDAN AREA


dilakukan hanya sekali saja, didasari perbedaan power yang mencolok. Jadi,

perkelahian diantara anak yang lebih kurang seimbang dari segi fisik maupun usia-

bukan merupakan kasus bullying. Dalam bullying si pelaku benar-benar di atas angin

dari korbanya.

Sejiwa (2008) bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya

penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak hanya kuat dalam fisik, tetapi bisa juga

kuat secara mental. Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau

mempertahankan dirinya karna lemah secra fisik dan mental.

Wiyani (2013) menyimpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresif dan

negative seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang

menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya

(korban) secara mental atau secara fisik.

Sullivan dkk (dalam Catshade, 2007) memberikan definisi yang

menambahkan aspek jumlah orang dan ketidak seimbangan kekuatan, perilaku

bullying adalah bentuk kekuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap

orang lain atau kelompok lain dalam kurun waktu tertentu, agresi ini bersumber pada

adanya ketidakseimbangan antara pelaku korban.

Terjadi bullying disekolah menurut Rauskina dan kawan-kawan (dalam

Catshade, 2007) merupakan proses dinamika kelompok dan didalamnya ada

pembagian peran.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying

adalah sebagai perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang

atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang

lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut secara sengaja dan terjadi secara

berulang-ulang.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying

Tidak ada faktor tunggal penyebab munculnya perilaku bullying, menurut

Limber (dalam Purwasih, 2009) ada banyak hal yang menyebabkan remaja menjadi

pelaku bullying, faktor-faktor penyebabnya ialah:

a. Faktor keluarga, anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya

melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga.

Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik dirumah,

mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan yang negative

pula, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan

lebih dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang. Pola asuh

yang terlalu permisif juga mempengaruhi anak untuk melakukan bullying

karena anak bebas melakukan tindakan apapun yang dia mau, hal ini juga

kurangnya pengawasan dari orang tua.

b. Faktor sekolah, karena pihak sekolah sering mengabaikan keadaan

bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapat penguatan

UNIVERSITAS MEDAN AREA


terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang

lain. Bullying berkembang pesat dalam lingkungan sekolah yang sering

memberikan masukan yang negatif pada siswanya, misalnya berupa

hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa

menghargai dan menghormati antar anggota sekolah.

c. Faktor teman sebaya, remaja ketika berintegrasi didalam sekolah dan

dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong untuk melakukan

bullying. Kadangkala beberapa remaja melakukan bullying kepada remaja

lainya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam

kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan

perilaku tersebut.

d. Media dan teknologi, peran-peran dalam media juga bisa mempengaruhi

cara remaja dalam memandang perilaku bullying.

Coloroso (dalam Hasan 2013) menambahkan salah satu faktor

yangmempengaruhi bullying yaitu pola asuh orangtua, sehingga pada dasarnya pola

asuh orangtua sangatlah dominan dalam membentuk karakter anak.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

perilaku bullying adalah adanya faktor dari keluarga, sekolah, kelompok sebaya,

media dan teknologi, dan pola asuh orangtua.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Menurut Novianti (dalam Umasugi 2013), perilaku bullying disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

a. Faktor keluarga, pelaku bullying bisa jadi menerima perlakuan bullying

padadirinya, yang mungkin dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga.

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar

akan meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan

verbal yang dilakukan orangtua kepada anak akan menjadi contoh

perilaku.

b. Faktor kepribadian, salah satu faktor penyebab anak melakukan bullying

adalah tempramen. Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang

terbentuk dari respon emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan

tingkah laku personalitas dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan

impulsif lebih mungkin untuk berlaku bullying dibandingkan orang yang

pasif atau pemalu.

c. Faktor sekolah, tingkat pengawasan di sekolah menentukan seberapa

banyak dan seringnya terjadi peristiwa bullying. Sebagaimana rendahnya

tingkat pengawasan di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan

erat dengan berkembangnya perlaku bullying di kalangan siswa.

Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan

lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku bullying

kerap dilakukan. Penanganan yang tepat dari guru atau pengawas terhadap

peristiwa bullying adalah hal yang penting karena perilaku bullying yang

UNIVERSITAS MEDAN AREA


tidak ditangani dengan baik akan meyebabkan kemungkinan perilaku itu

terulang.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

perilaku bullying adalah faktor internal yaitu persepsi dan kepribadian (dalam

kepribadian terdapat regulasi emosi dan religius) dan faktor eksternal yaitu perbedaan

kelas, tradisi senioritas, sekolah dan keluarga.

3. Aspek-aspek bullying

Menurut Sejiwa (2008) aspek-aspek perilaku bullying meliputi :

a. Bullying fisik

Bullying ini adalah jenis bullying yang kasat mata.Siapa saja dapat melihatnya

karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korban. Contoh-

contoh bullying fisik antara lain: menampar, menimbuk, menginjak kaki,

menjegal,meludahi,memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan

berlari keliling lapangan, menghukum dengan cara push-up, dan menolak (

Sejiwa 2008).

b. Bullying non fisik atau verbal

Sejiwa (2008) mengungkapkan bahwa bullying verbal merupakan jenis

bullying yang juga terdeteksi karena tertengkap indra pendengar. Contoh-

contoh bullyingverbal antara lain: memaki, menghina, menjuliki, meneriaki,

mempermaluukan didepan umum, menuduh, menyoraki, menebar gossip,

memfitnah, dan menolak. Hal senada juga diungkap oleh Wolke dkk (Woods

UNIVERSITAS MEDAN AREA


dan Wolke, 2004) bahwa bullying non fisik atau verbal meliputimemanggil

dengan nama panggilan yang jelek, menghina dan mengancam.

c. Bullying mental/psikologis

Bullying ini merupakan jenis bullying yang sangat berbahaya karena tidak

tertangkap mata atau telinga jika tidak cukup awas mendeteksinya. Praktek

bullying ini terjadi secra diam-diam dan diluar radar pemantaun adapun

contoh-contoh bullying mental/psikologis antara lain: memandang sinis,

memandang penuh ancaman, mendiamkan, mengucilkan, meneror lewat pesan

pendek telepon genggam atau email, memandang yang merendahkan,

melototi, dan mencibir, Sejiwa (2008). Hal serupa juga diungkapkan oleh

Maliki dkk (2009) bahwa bullying psikologis meliputi menyebarkan gossip

dan mengucilkan.

4. Ciri-ciri pelaku bullying

Olwes (dalam Rudi, 2010) mengemukakan ciri-ciri yang terkait dengan

pelaku bullying, mereka umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suka mendominasi anak lain .

b. Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatka apa yang ia inginkan

c. Hanya peduli kepada keinginan dan kesenangannya sendiri dan tidak mau

peduli denga perasaan anak lain.

d. Cenderung melukai anak lain ketika orang tuan atau dewasa lainnya tidak

ada di sekitar mereka.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


e. Memandang saudara –saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai

sasaran.

f. Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.

g. Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh

terhadap akibat dari perbuatannya.

h. Haus perhatian

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan ciri-ciri dari pelaku bullyingadalah

suka mendominasi anak lain, memanfaatkan anak lain, hanya peduli kepada

keinginan, dan kesenangan sendiri, cenderung melukai anak lain ketika orangtua atau

dewasa lain tidak ada disekitar mereka, memandang rekan-rekan yang lebih lemah

sebagai sasaran, tidak mau bertanggung jawab atasa tindakannya, tidak memiliki

pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari perbuatanya

dan haus akan perhatian.

5. Jenis pelaku bullying

Pelaku bullying dibagi atas dua jenis : pertama adalah pelaku utama, yaitu

pihak yang merasa lebih berkuasa dan berinisiatif melakukan tindak kekerasan baik

secara fisik maupun psikologis terhadap korban, dan kedua adalah pelaku pengikut,

yaitu pihak yang ikut melakukan bullying berdasarkan solidaritas kelompok atau setia

kawan, konformitas, tuntutan kelompok, atau untuk mendapatkan penerimaan atau

pengakuan kelompok. Diluar pihak pelaku dan korban sebenarnya ada kelompok

saksi, dan saksi ini biasanya hanya bisa diam saja membiarkan kejadian berlangsung,

UNIVERSITAS MEDAN AREA


tidak melakukan apapun untuk menolong, bahkan sering kali mendukung perilaku

bullying. Saksi sering kali tidak mau ikut campur disebabkan karena takut menjadi

korban berikutnya, merasa korban pantas di bully, tidak mau menambah masalah atau

tidak mau tahu.

Olweus (dalam Purwasih, 2009) mengatakan bahwa ada tiga tipe dari pelaku

bullying yaitu:

a. aggressive bully

merupakan tipe umum yang ditemukan secara umum agresi dimulai pada

teman sebaya dan umunya meraka adalah individu yang suka berkelahi dan

tidak penakut.

b. passive bully

passive bully lebih jarang ditemukan dari pada aggressive bully. Mereka

jarang memancing anak lain atau mengambil inisiatif dalam insiden bullying,

tetapi bergabung dalam bullying setelah aggressive bullymenghasut pada

sebuah situasi dalam usaha untuk mencapai persetujuan dari passive bully.

c. bully victim

bully victim adalah korban dari bullying yang berusaha untuk melakukan

bullying pada anak lain untuk mengurangi frustasi yang mereka rasakan akibat

dari perilaku bullying yang mereka terima dari anak lain.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Dari teori diatasmaka dapat disimpulkan jenis pelaku bullying dibagi menjadi

dua jenis, yaitu pelaku utama dan pelaku pengikut, dan untuk tipe pelaku bullying

terbagi kedalam tiga tipe, yaitu aggressive bully, passive bully, dan bully victim.

6. Karakteristik pelaku bullying

Tidak ada kriteria khusus yang memastikan bahwa seseorang akan melakukan

perilaku bullying, namun Olweus (dalam Rudi, 2010) mengemukakan bahwa mereka

yang memiliki sikap positif terhadap kekerasan memiliki kecenderungan yang ledih

besar untuk melakukan bullying. Karakteristik lain yang umumnya dimiliki pelaku

bullying adalah tingkah laku yang cenderung impulsif, memiliki keinginan untuk

mendominasi orang lain, kurang atau tidak berempati kepada korban yang cenderung

memandang positif diri sendiri.

Menurut Sulhin (2007) karakteristik pelaku bullying antara lain :

1) Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa disekolah.

2) Merupakan tokoh popular disekolah

3) Gerak-geriknya sering kali ditandai dengan sengaja menabrak, berkata kasar,

menyepelekan atau melecehkan siswa.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan yang termasuk kedalam

karakteristik pelaku bullying adalah tingkah laku yang cenderung impulsif, memiliki

keinginan untuk mendominasi orang lain, kurang atau tidak berempati kepada korban,

cenderung memandang positif diri sendiri, hidup berkelompok dan menguasai

kehidupan sosial disekolah, merupakan tokoh popular disekolah, gerak-geriknya

UNIVERSITAS MEDAN AREA


sering kali dapat ditandai dengan sengaja menabrak, berkata kasar, dan melecehkan

siswa.

7. Jenis-jenis perilaku bullying

Riauskina (dalam Catshade, 2007) mengatakan bahwaada lima yang termasuk

kedalam jenis-jenis bullying:

a. School bullying

School bullying didefinisikan sebagai pelaku agresif yang dilakukan

disekolah secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok siswa

yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah.

b. Military bullying

Military bullying didefinisikan menggunakan kekuatan fisik atau penyalah

gunaan kekuasaan disebuah akademi militer untuk menggerakkan korban

lainnya dan memberikan hukuman yang tidak wajar (ministry of defence

(MOD)).

c. Workplace bullying

Bullying ditempat kerja berhubungan berhubungan dengan perilaku dan

peraktek negative secara berulang yang ditujukan kepada satu atau

beberapa pegawai sehingga berakibat ketidakberdayaan dan penderitaan

psikologis terhadap korban yang mempengaruhi perilaku kerja.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


d. Cyberbullying

Cyberbullying adalah bentuk bullying yang menggunakan alat-alat bantu,

medium internet dan teknologi digital, misalnya ponsel ,sms, mms, email,

instant messenger, website, situs jejaring social, blog, dan onlane forum.

e. Political bullying

Political bullying rasa cinta tanah air yang tinggi ketika suatu Negara

berusaha untuk menjatuhkan Negara lain, perilaku bullying ini muncul.

Dalam teori diatas dapat disimpulkan yang termasuk kedalam jenis-jenis

bullying adalah: school bullying, miliyary bullying, workplace bullying,

cyberbullying, dan political bullying.

D. Hubungan Regulasi Emosi dengan perilaku Bullying

Regulasi emosi ialah suatu tindakan yang dilakukan individu untuk

mempengaruhi pembentukan kepribadian dan menjadi sumber penting bagi

perbedaan individu. Misalnya, seseorang tetap tenang walaupun dalam situasi

tertekan, sedangkan individu lainnya siap „meledak‟ seperti gunung berapi.

Menurut pandangan Evolusioner, regulasi emosi sangat diperlukan karena

beberapa bagian dari otak manusia menginginkan individu tersebut untuk melakukan

sesuatu pada situasi tertentu, sedangkan bagian lainnya menilai bahwa rangsangan

emosional ini tidak sesuai dengan situasi saat itu, sehingga membuat individu tersebut

melakukan sesuatu yang lain atau tidak melakukan sesuatu pun (dalam Kartika 2004).

Regulasi emosi juga dapat diartikan sebagai seluruh proses ekstrinsik dan intrinsik

UNIVERSITAS MEDAN AREA


yang bertanggungjawab untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi

emosi untuk mencapai tujuan tertentu Thompson dkk (dalam Kartika 2004).

Secara sosial, emosi diregulasikan dengan cara mencari akses ke hubungan

interpersonal dan sumber dukungan yang bersifat nyata. Sedangkan secara tingkah

laku, emosi diregulasikan melalui berbagai macam respon tingkah laku. Berteriak,

menjerit, menangis atau menarik diri adalah contoh dari tingkah laku yang tampak

untuk mengatur emosi yang bangkit sebagai respon terhadap rangsangan yang

diberikan. Terakhir, emosi juga berguna untuk mengatur proses kognitif yang tidak

disadari, seperti proses selective attention, memory distortion, penolakan, atau

proyeksi, atau oleh proses kognitif yang disadari, seperti menyalahkan diri sendiri

ataupun menyalahkan orang lain Garnefski dkk (dalam Kartika 2004).

Kebanyakan regulasi ini didorong oleh reaksi sosial, diakui atau tidak diakui,

atau tindakan norma sosial melalui rasa sopan dan perasaan malu dan bersalah yang

ada dalam kelompok sosial Frijda, (dalam Kartika 2004). Menurut Garnefski dkk

(dalam Kartika 2004), regulasi emosi secara kognisi berhubungan dengan kehidupan

manusia, dan membantu individu mengelola, mengatur emosi atau perasaan, dan

mengendalikan emosi agar tidak berlebihan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa regulasi emosi

merupakan suatu tindakan yang membantu individu untuk mengolah

emosinya,mengatur emosi dan perasaan atau mengendalikan emosi ketika seseorang

di bullying.Bila individu dapat mengendalikan emosinya maka regulasi yang

didapatkannya regulasi emosi positif tetapi jika seseorang tersebut tidak dapat

UNIVERSITAS MEDAN AREA


mengendalikan atau meregulisasi emosinya maka regulasi emosi yang didapatnya

regulasi negatif.

Menurut Cowie dkk (dalam Umasugi 2013) salah satu hubungan antara

regulasi emosi ialah faktor penyebab terjadinya perilaku bullying seperti karakteristik

IndividuSeorang anak yang memiliki temperamen tinggi cenderung akan menjadi

anak yang lebih agresif. Remaja yang bingung dalam menempatkan dirinya di

masyarakat karena masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasamengalami

berbagai macam perkembangan mencapai kematangan fisik,mental, sosial dan

emosional sehingga sering membuat remaja mengungkapkan emosi negatifnya

dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan melakukan perilaku agresif.

Sependapat dengan Cowie dkk (dalam Umasugi 2013) berpendapat bahwa

salah satuhubungan regulasi emosi dengan perilaku bullying adalah faktor penyebab

perilaku bullying yaitu faktor kepribadian temperamen. Temperamen adalah

karakteristik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon emosional. Temperamen

bukan saja cara mendekati dan berinteraksi terhadap dunia luar. Tetapi juga cara

mereka meregulasi fungsi mental, emosional, dan perilaku mereka. Kebahagiaan

seseorang dalam hidup ini bukan karena tidak adanya bentuk-bentuk emosi dalam

dirinya, melainkan kebiasaannya memahami dan menguasai emosi.

Papalia (2007) mengatakan bahwa bullyingmerupakan tindakan agresif yang

dilakukan dengan tenang tanpa beban, disengaja dan berulang untuk menyerang

UNIVERSITAS MEDAN AREA


target/korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan

tidak bisa membela diri. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara

sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang

lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008). Remaja

yang tertindas umumnya tidak mempunyai keberanian untuk melawan temannya yang

lebih kuat sehingga mereka lebih banyak diam ketika dijahili, diejek, atau ketika

mendapat kekerasan dari temannya (Coloroso, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

remaja yang memiliki karakteristik seperti yang disebutkan di atas adalah remaja

yang memiliki regulasi emosi yang negatif, karena regulasi emosi yang negatif

mempengaruhi tingkah laku yang agresif yang dilakukan secara berulang-ulang, dan

perilaku bullying adalah tindakan yang agresif yang dilakukan secara berulang-ulang.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


E. Kerangka Konseptual

Remaja

Regulasi Emosi Perilaku Bullying

Gross (dalam Anggreyni


2014) menjelaskan aspek-
aspek regulasi emosi sebagai
berikut: Menurut Sejiwa (2008) -
aspek-aspek perilaku -
1. Strategies to emotion bullying ialah
regulation
(strategies), 1. Bullying fisik,
2. enganging in goal 2. Bullying non fisik
directed behavior atau verbal,
(goals), 3. Bullying
3. control emotional mental/psikologis.
responses (impulse),
4. acceptance of
emotional response
(acceptance).

UNIVERSITAS MEDAN AREA


F. Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

yang akan diuji sebagai berikut :

Ada hubungan negatif antara regulasi emosi dengan perilaku bullying, dengan asumsi

semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah tingkat perilaku bullying, atau

sebaliknya semakin rendah regulasi emosi maka semakin tinggi tingkat perilaku

bullying.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


BAB III

METODE PENELITIAN

Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan diuraikan mengenai:(A),

identifikasi variable penelitian, (B), Definisi oprasional variable penelitian, (C).

Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, (D). Metode pengumpulan data,

(E). Validitas dan reabilitas alat ukur, (F). Metode analisis data.

A. Identifikasi variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Variabel bebas : Regulasi emosi

2. Variabel terikat: Perilaku bullying

B. Definisi oprasional variabel penelitian

1. Regulasi emosi

Regulasi emosi kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menilai,

mengatasi, mengolah dan mengungkapkan emosi yang tepat dalam rangka mencapai

keseimbangan emosional. Regulasi emosi mempengaruhi individu dalam menghadapi

masalah. Jika individu dapat bertahan maka kecil kemungkinan mengalami stress.

Sebalinya bila individu tidak bertahan maka akan mengalami stress dalam jangka

waktu yang berkepanjangan Thompson (dalam Wahyuni, 2012).

Regulasi emosi diungkap melalui skala regulasi emosi menggunakan aspek-

aspek Strategies to emotion regulation (strategies), Enganging in goal directed

UNIVERSITAS MEDAN AREA


behavior (goals), Control emotional responses ( impulse), Acceptance of emotional

response (acceptance).

Data diperoleh dari jumlah skor pada skala dengan asumsi semakin tinggi

skor pada skala maka semakin tinggi regulasi emosi, sebaliknya semakin rendah skor

pada skala maka semakin rendah regulasi emosi tersebut.

2. Perilaku bullying

Perilakubullyingsebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan

kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang

kuat di sini tidak hanya kuat dalam fisik, tetapi bisa juga kuat secara mental. Dalam

hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya

karna lemah secra fisik dan mental SEJIWA (2008).

Perilaku bullying dapat diungkap melalui skala perilaku bullying

menggunakan aspek-aspek perilaku bullying diantaranya bullying fisik, bullying non

fisik, bullying mental/psikologis.

Data diperoleh dari jumlah skor pada skala dengan asumsi semakin tinggi skor

pada skala maka semakin tinggi perilaku bullying sebaliknya semakin rendah skor

pada skala perilaku maka semakin rendah perilaku bullying.

C. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh objek dari suatu penelitian. Populasi merupakan

semua individu untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu

UNIVERSITAS MEDAN AREA


hendak digeneralisasikan (Hadi, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah murid-

murid SMK Namira Tech Nusantara kelas XI dan XII berjumlah 195 orang.

b. Sampel

Sampel adalah seluruh responden yang mewakili seluruh populasi yang

ada.Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti

maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang

dinamakan sampel. Sampel merupakan suatu prosedur pengambilan data di mana

hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat

serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Syofian, 2013).

Adapun ciri-ciri sampel yang digunakan adalah :

a. Murid SMK Namira Tech Nusantara Medan

b. Berusia 17-18 Tahun

c. Kelas XI dan XII

d. Pernah melakukan tindakan bullying

Populasi yaitu sebanyak 50 orang di ambil dari catatan guru BK.

D. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang penting dalam penelitian.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan relevan dalam mendapatkan hasil

pengukuran yang memuaskan dalam penelitian.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: metode skala ukur.

Skala ukur ini adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pernyataan yang diberikan

kepada subjek agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang ingin diketahui.

1. Skala Regulasi emosi

Regulasi emosi merupakan suatu tindakan yang membantu individu untuk

mengolah emosinya,mengatur emosi dan perasaan atau mengendalikan emosi ketika

seseorang di bullying. Bila individu dapat mengendalikan emosinya maka regulasi

yang didapatkannya regulasi emosi positif tetapi jika seseorang tersebut tidak dapat

mengendalikan atau meregulisasi emosinya maka regulasi emosi yang didapatnya

regulasi negatif. Aspek-aspek regulasi emosi Strategies to emotion regulation

(strategies), Enganging in goal directed behavior (goals), Control emotional

responses ( impulse), Acceptance of emotional response (acceptance).

Skala ini disusun berdasarkan metode skala likert. Nilai skala setiap

pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable)

atau yang tidak mendukung (unfavourable). Skala penelitian ini berbentuk tipe

pilihan dan tipe butir diberi empat pilihan jawaban. Pada skala regulasi emosi, untuk

butir favourable jawaban “SS (sangat sesuai)” diberi nilai 4, jawaban “S (sesuai)”

diberi nilai 3, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban“STS (sangat

tidak sesuai)” diberi nilai 1. Untuk butir unfavourable jawaban “STS (sangat tidak

sesuai)” diberi nilai 4, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 3, jawaban “S

(sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban “ SS (sangat sesuai)” diberi nilai 1.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Adapun bentuk jawaban yang dipakai dalam penyusunan skala ini karena

untuk menghindari kemungkinan jawaban ditengah-tengah. Dalam penelitian skala

ini subjek diminta untuk memiliki salah satu keempat alternatif jawaban yang

bersedia yang sesuai dengan keadaan dan perasaan subjek.

2. Skala Perilaku Bullying

Skala ini menggunakan skala likert.Perilaku bullying dapat diungkap melalui

skala perilaku bullying menggunakan aspek-aspek perilaku bullying diantaranya

bullying fisik, bullying non fisik, bullying mental/psikologis.

Skala ini disusun berdasarkan metode skala likert. Nilai skala setiap

pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favourable)

atau yang tidak mendukung (unfavourable). Skala penelitian ini berbentuk tipe

pilihan dan tipe butir diberi empat pilihan jawaban. Pada skala regulasi emosi, untuk

butir favourable jawaban “SS (sangat sesuai)” diberi nilai 4, jawaban “S (sesuai)”

diberi nilai 3, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban“STS (sangat

tidak sesuai )” diberi nilai 1. Untuk butir unfavourable jawaban “STS (sangat tidak

sesuai)” diberi nilai 4, jawaban ”TS (tidak sesuai)” diberi nilai 3, jawaban “S

(sesuai)” diberi nilai 2, dan jawaban “ SS (sangat sesuai)” diberi nilai 1.

Adapun bentuk jawaban yang dipakai dalam penyusunan skala ini karena

untuk menghindari kemungkinan jawaban ditengah-tengah. Dalam penelitian skala

ini subjek diminta untuk memiliki salah satu keempat alternatif jawaban yang

bersedia yang sesuai dengan keadaan dan perasaan subjek.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


E. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur

Menurut Arikunto (2006) data dalam penelitian ini dapat mempunyai

kedudukan yang paling tinggi, karena merupakan penggambaran variabel yang diteliti

dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data,

tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik

harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel

1) Uji Validitas Alat Ukur

Arikunto (2006), menyatakan bahwa suatu instrumen pengukur dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpan dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menganalisis data

dalam penelitian ini, maka digunakan korelasi Product Moment yang dikemukakan

oleh Pearson, sebagai berikut :

Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel bebas X (Regulasi
emosi) dengan variabel tergantungY(Perilaku bullying)
∑X : Nilai hasil perkalian variabel bebas X (Regulasi emosi)

UNIVERSITAS MEDAN AREA


dengan variabel tergantung Y (perilaku bullying)
∑X : Jumlah skor variabel X
∑Y : Jumlah skor variabel Y
∑X² : Jumlah kuadrat skor X
∑Y² : Jumlah kuadrat skor Y
N : Jumlah subjek.

Indeks validitas yang diperoleh dengan teknik korelasi Product Moment masi

perlu dikorelasikan lagi untuk menghindari kelebihan bobot. Kelebihan bobot ini

terjadi karena skor butir yang dikorelasikan dengan skor total ikut sebagai komponen

skor total. Hal ini menyebabkan koefisien korelasi menjadi lebih besar (Hadi, 1996).

2) Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006) instrumen yang baik tidak bersifat tendensius

mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang

sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka beberapa

kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan

sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya sehingga dapat diandalkan.

Pada penelitian ini reliabilitas alat ukur menggunakan teknis alpha

cronbach’s.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dapat digunakan untuk persiapan hipotesis dalam

penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment. Cara perhitungannya dibantu

dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 2,0. Alasannya digunakan

teknik korelasi product moment ini adalah dikarenakan penelitian ini memiliki tujuan

UNIVERSITAS MEDAN AREA


untuk melihat hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku bullying SMK Namira

Tech Nusantara Medan, adapun rumusnya sebagai beriku

Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel bebas X (Regulasi
emosi) dengan variabel tergantungY(Perilaku bullying)
∑X : Nilai hasil perkalian variabel bebas X (Regulasi emosi)
dengan variabel tergantung Y (perilaku bullying)
∑X : Jumlah skor variabel X
∑Y : Jumlah skor variabel Y
∑X² : Jumlah kuadrat skor X
∑Y² : Jumlah kuadrat skor Y
N : Jumlah subjek.

Sebelum data dianalisis dengan teknik korelasi maka terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian yang meliputi ;

1) Uji Normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian

setiap masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas

sebaran dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows Versi

2,0.

2) Uji Linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah data dari regulasi emosi

memiliki hubungan linear dengan perilaku bullying pada siswa-siswi SMK

Namira Tech Nusantara. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan

analisis varians (ANAVA) dengan bantuan SPSS for Windows Versi 2,0.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


1

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D. 2010. Hubungan Persepsi Tentang Bullying dengan Itensi Melakukan


Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif
HidayatullahJakarta.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456
789/4497/1/DINA%20AMALIA-FPS.PDF (Di akses tanggal 12 Juli
2015)
Arikunto. S, 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Catshade, 2007. “bullying” dalam dunia pendidikan


http://www.sejiwa.org/bullying. 20 November 2015
Della. K, 2016. Perbedaan Gaya Penyelesaian Konflik Pada Remaja Di Tinjau
Dari Jenis Kelamin. Skripsi ( Tidak di terbitkan) Fakultas Psikologi UMA.
Dore, Sheila. 2000. Bullying. British: Telegraph Colour Library

Hadi, S. 1996. Statistik Jilid III. Yogyakarta: Sigma


Alpha.https://mail.google.com/mail/u/0/#inbox/1506406e6d08337e?projec
tor=1 (Di akses tanggal 11 oktober2015 pukul 13.20 WIB)
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Kartika. Y. 2004. Hubungan Antara Regulasi Emosi Dan Penerimaan Kelompok
Teman Sebaya Pada Remaja. Jurnal Psikologi vol.2 no. 2: 164-
166http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/download/24/24(Di
akses tanggal 11 Oktober 2015 pukul 12.45)
Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitan. Yogyakarta: Fitramaya.

Mufti, G. 2014. Perbedaan Regulasi Emosi Antara Olahragawan Body


ContactDan Olahragawan Body contact. Naskah Publikasi Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta:
http://eprints.ums.ac.id/31924/9/NASPUB.pdf (Di akses tanggal 11
Oktober 2015 pukul 11.15)

Musbikin. I, 2012. Mengatasi Anak Mogok Sekolah + Malas Belajar . Jakarta.


Laksana.
Prityana, Andri. 2010. Let’s end bullying, Memahami, Mencegah dan Mengatasi
bullying. Jakarta : Gramedia

UNIVERSITAS MEDAN AREA


2

Purwasi, Eni. 2009. Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kondisi Psikologis


Siswa-siswi Di SMA YPIS Maju Binjai. Skripsi (tidak diterbitkan)
Fakultas Psikologi UMA.

Rola. F. 2006. Konsep Diri Remaja Anak Panti Asuhan. Makalah Kedokteran
USU: 11-17 http://library.usu.ac.id/download/fk/06010308.pdf (Di akses
tanggal 10 Oktober 2015 pukul 10.15 WIB)

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif : Prosedur Penelitian.


Bandung: Alfabeta,CV.
Umasugi, S. C. 2013. Hubungan antara Regulasi Emosi dan Religiusitas dengan
Kecenderungan Perilaku Bullying pada Remaja. Jurnal Fakultas Psikologi
Ahmad
Dahlan.http://www.jogjapress.com/index.php/EMPATHY/article/downloa
d/1565/903 (Di akses tanggal 10 Juli 2015)
Usman, I. 2014. Perilaku Bullying Di Tinjau Dari Kelompok Teman Sebaya Dan
Iklim Sekolah Pada Siswa SMA Gorontalo. Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo:
http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/245/Perilaku-Bulliying-
Ditinjau-Dari-Peran-Kelompok-Teman-Sebaya-dan-Iklim-Sekolah-Pada-
Siswa-SMA-di-Kota-Gorontalo.pdf(Di akses tanggal 12 Oktober 2015
pukul 11.30)

Basembumi, I. 2008, Gaya Pola Asuh Orang tua. www.google.com/pola asuh.


pdf. 10 November 2016

Rudi, T. 2010, InformasI Perihal Bullying.http://alkitab.sabda.org/8 (di akses 8


Desember 2010

Ubaydillah. 2008. http://www.apa.org/bullying (di akses 2 November)

Sulhin, I. 2007. Bullying Antara Permainan dan Relasi Kuasa www.bullying.org


(di akses 9 November 2016)

Ramadhan, T. 2009. Pola Asuh Orang tua Dalam Mengarahkan Perilaku Anak.
www.google.com/polaasuh.pdf (di akses pada 10 November 2016)

UNIVERSITAS MEDAN AREA


3

Rosmawar. 2011. Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Permisif Orang tua
dengan Perilaku Bullying Remaja Di MTSs AL-Ulum Medan. Skrpsi
(tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi UMA.

Sejiwa.2008. Bullying Mengatasi Kekerasan Di Sekolah dan Lingkungan Sekitar


Anak. Jakarta: PT Grasindo.

UNIVERSITAS MEDAN AREA


4

LAMPIRAN A.

DATA PENELITIAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA


5

LAMPIRAN A-1

DATA PENELITIAN REGULASI EMOSI

UNIVERSITAS MEDAN AREA


UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
8

LAMPIRAN A-2

DATA PENELITIAN PERILAKU BULLYING

UNIVERSITAS MEDAN AREA


UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA
11

LAMPIRAN B.

UJI COBA SKALA

UNIVERSITAS MEDAN AREA


12

LAMPIRAN B-1

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI

UNIVERSITAS MEDAN AREA


13

Reliability

Scale: Regulasi Emosi

Case Processing Summary


N %
Valid 50 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables


in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.806 44

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

q1 2.54 .813 50

q2 2.30 .707 50

q3 2.40 .857 50

q4 2.40 .606 50

q5 2.02 .869 50

q6 1.92 1.007 50

q7 2.40 .808 50

q8 2.28 .730 50

q9 2.42 .758 50

q1
2.40 .728 50
0

UNIVERSITAS MEDAN AREA


14

q1
2.34 .593 50
1

q1
2.20 .990 50
2

q1
2.44 .861 50
3

q1
2.38 .567 50
4

q1
2.54 .762 50
5

q1
2.16 1.037 50
6

q1
2.14 .700 50
7

q1
2.10 .678 50
8

q1
2.42 .950 50
9

q2
2.32 .587 50
0

q2
2.28 .607 50
1

q2
2.38 .567 50
2

q2
2.24 .894 50
3

q2
2.42 .575 50
4

q2
2.26 .965 50
5

q2
2.22 .910 50
6

UNIVERSITAS MEDAN AREA


15

q2
2.24 .938 50
7

q2
2.44 .907 50
8

q2
2.34 .982 50
9

q3
2.44 .907 50
0

q3
2.38 .945 50
1

q3
2.20 .782 50
2

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
q33 2.30 .953 50
q34 2.54 .994 50
q35 2.50 .953 50
q36 2.32 .844 50
q37 2.22 .616 50
q38 2.38 .697 50
q39 1.94 .793 50
q40 2.24 .771 50
q41 2.36 .722 50
q42 2.22 .545 50
q43 2.46 .952 50
q44 2.18 .596 50

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if
Correlation Item Deleted
q1 99.08 126.442 .473 .796
q2 99.32 129.651 .348 .800
q3 99.22 123.930 .581 .792
q4 99.22 133.726 .118 .806
q5 99.60 126.735 .422 .797

UNIVERSITAS MEDAN AREA


16

q6 99.70 128.051 .293 .801


q7 99.22 128.012 .387 .798
q8 99.34 128.923 .380 .799
q9 99.20 133.469 .097 .807
q10 99.22 129.114 .369 .799
q11 99.28 130.777 .341 .801
q12 99.42 127.596 .321 .800
q13 99.18 127.089 .408 .798
q14 99.24 133.982 .110 .806
q15 99.08 131.096 .234 .803
q16 99.46 125.560 .392 .798
q17 99.48 126.296 .570 .794
q18 99.52 132.867 .155 .805
q19 99.20 131.102 .172 .806
q20 99.30 136.133 -.053 .810
q21 99.34 129.168 .450 .798
q22 99.24 131.941 .267 .803
q23 99.38 123.220 .591 .791
q24 99.20 134.367 .079 .807
q25 99.36 129.174 .257 .803
q26 99.40 125.510 .462 .795
q27 99.38 124.893 .476 .795
q28 99.18 127.661 .355 .799
q29 99.28 136.777 -.087 .815
q30 99.18 141.375 -.299 .821
q31 99.24 128.839 .280 .802

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if
Item Deleted Correlation Item Deleted
q32 99.42 127.310 .443 .797
q33 99.32 125.691 .428 .796
q34 99.08 139.422 -.198 .819
q35 99.12 134.638 .009 .812
q36 99.30 127.071 .419 .797
q37 99.40 132.694 .189 .804
q38 99.24 133.900 .085 .807
q39 99.68 131.855 .179 .805
q40 99.38 131.057 .232 .803
q41 99.26 130.237 .303 .801
q42 99.40 134.531 .073 .807
q43 99.16 124.749 .475 .795
q44 99.44 133.721 .122 .806

UNIVERSITAS MEDAN AREA


17

Scale Statistics
Variance Std. N of Items
Deviation
60.62 135.751 11.651 44

UNIVERSITAS MEDAN AREA


18

LAMPIRAN B-2.

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA PERILAKU BULLYING

UNIVERSITAS MEDAN AREA


19

Reliability

Scale: Bullying

Case Processing Summary


N %
Valid 50 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 50 100.0

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.660 40

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
q1 2.76 .894 50
q2 2.76 .771 50
q3 2.76 .822 50
q4 2.46 .885 50
q5 2.84 .842 50
q6 2.82 .873 50
q7 2.72 .904 50
q8 2.26 .965 50
q9 2.56 .907 50
q10 1.90 .931 50
q11 2.66 .895 50
q12 2.64 .964 50
q13 2.66 .848 50
q14 2.50 .814 50
q15 3.02 .892 50
q16 2.64 .898 50
q17 2.56 .993 50
q18 2.42 1.012 50
q19 2.80 .948 50
q20 2.36 .942 50
q21 2.58 1.052 50
q22 2.56 .760 50
q23 2.24 .938 50
q24 2.58 .971 50
q25 2.48 1.092 50
q26 2.52 1.035 50
q27 2.32 .913 50
q28 2.66 .872 50

UNIVERSITAS MEDAN AREA


20

q29 2.20 .926 50


q30 2.38 .967 50
q31 2.44 .972 50
q32 2.48 .909 50

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
q33 2.54 .973 50
q34 2.16 .912 50
q35 2.44 1.033 50
q36 2.22 .910 50
q37 2.22 .996 50
q38 2.36 .898 50
q39 2.28 .970 50
q40 2.24 .916 50

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted

q1 97.24 89.043 .409 .638

q2 97.24 89.329 .467 .637

q3 97.24 88.921 .460 .636

q4 97.54 91.968 .235 .651

q5 97.16 93.607 .149 .656

q6 97.18 91.538 .265 .649

q7 97.28 91.961 .228 .651

q8 97.74 106.156 -.521 .702

q9 97.44 93.313 .148 .656

q10 98.10 98.214 -.127 .675

q11 97.34 90.025 .348 .643

UNIVERSITAS MEDAN AREA


21

q12 97.36 89.092 .369 .640

q13 97.34 88.556 .468 .635

q14 97.50 93.153 .186 .654

q15 96.98 92.347 .210 .652

q16 97.36 85.949 .599 .625

q17 97.44 87.272 .457 .633

q18 97.58 89.147 .343 .641

q19 97.20 93.143 .147 .657

q20 97.64 98.807 -.158 .678

q21 97.42 87.555 .410 .635

q22 97.44 98.129 -.131 .672

q23 97.76 88.227 .433 .636

q24 97.42 91.922 .208 .652

q25 97.52 100.826 -.241 .688

q26 97.48 90.500 .262 .648

q27 97.68 86.998 .523 .630

q28 97.34 91.658 .259 .649

q29 97.80 100.367 -.242 .683

q30 97.62 100.159 -.225 .683

q31 97.56 87.517 .455 .633

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
q32 97.52 90.949 .286 .647
q33 97.46 92.213 .191 .653

UNIVERSITAS MEDAN AREA


22

q34 97.84 97.362 -.081 .672


q35 97.56 97.435 -.087 .675
q36 97.78 88.951 .405 .638
q37 97.78 91.522 .222 .651
q38 97.64 92.031 .226 .651
q39 97.72 98.247 -.128 .676
q40 97.76 96.268 -.021 .668

Scale Statistics
Mean Variance Std. N of Items
Deviation
100.00 96.735 9.835 40

UNIVERSITAS MEDAN AREA


23

LAMPIRAN C.

UJI ASUMSI

UNIVERSITAS MEDAN AREA


24

LAMPIRAN C-1

UJI NORMALITAS SEBARAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA


25

NPar Tests

Descriptive Statistics
Mean Std. N
Deviation
BULLYING 113.52 9.835 50
REGULASI_EM
60.62 11.651 50
OSI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


BULLYI REGULASI_
NG EMOSI
N 50 50
Mean 113.52 101.62
Normal Parametersa,b Std.
9.835 11.651
Deviation
Absolute .089 .109
Most Extreme
Positive .089 .109
Differences
Negative -.071 -.098
Kolmogorov-Smirnov Z .630 .770
Asymp. Sig. (2-tailed) .822 .593

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BULLYI
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
NG

UNIVERSITAS MEDAN AREA


26

Descriptives
Statistic Std.
Error

Mean 113.52 1.391


Lower
97.20
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
102.80
Bound
5% Trimmed Mean 99.78
Median 99.00
BULLYIN Variance 96.735
G
Std. Deviation 9.835
Minimum 84
Maximum 120
Range 36
Interquartile Range 15
Skewness .381 .337
Kurtosis -.816 .662

UNIVERSITAS MEDAN AREA


UNIVERSITAS MEDAN AREA
28

LAMPIRAN C-2

UJI LINIERITAS HUBUNGAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA


29

Means

Case Processing Summary


Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
BULLYING *
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
REGULASI_EMOSI

Report
BULLYING
REGULASI_EM Mean N Std.
OSI Deviation
73 97.00 1 .
80 106.00 1 .
87 106.33 3 3.512
88 116.00 1 .
89 109.50 2 7.778
90 113.00 1 .
91 119.00 1 .
92 113.00 3 10.440
93 94.00 1 .
94 97.00 1 .
95 88.00 1 .
96 108.00 1 .
97 103.00 4 11.225
98 105.50 2 9.192
99 95.33 3 10.017
101 90.00 1 .
102 93.00 1 .
106 101.00 1 .
107 99.00 2 1.414
108 102.50 4 9.256
109 88.00 1 .
110 92.33 3 9.713
111 91.00 1 .
113 92.00 1 .
115 88.50 2 .707
117 93.00 1 .
118 89.00 1 .
119 100.00 1 .
120 95.50 2 4.950
121 97.00 1 .
122 89.00 1 .
Total 100.00 50 9.835

UNIVERSITAS MEDAN AREA


30

ANOVA Table
Sum of df
Squares
(Combined) 3301.000 30
Between Linearity 1260.838 1
BULLYING * Groups Deviation from
2040.162 29
REGULASI_EMOSI Linearity
Within Groups 1439.000 19
Total 4740.000 49

ANOVA Table
Mean Square F
(Combined) 110.033 1.453
Linearity 1260.838 16.648
Between Groups
BULLYING * Deviation from
70.350 .929
REGULASI_EMOSI Linearity
Within Groups 75.737
Total

ANOVA Table
Sig.
(Combined) .199
Between Groups Linearity .001
BULLYING *
Deviation from Linearity .581
REGULASI_EMOSI
Within Groups
Total

Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
BULLYING *
-.516 .266 .835 .696
REGULASI_EMOSI

UNIVERSITAS MEDAN AREA


31

LAMPIRAN D

ANALISIS UJI KORELASI PRODUCT MOMENT

UNIVERSITAS MEDAN AREA


32

Descriptive Statistics

Mean Std. N
Deviation
BULLYING 113.52 9.835 50
REGULASI_EM
60.62 11.651 50
OSI
Correlations
BULLYI REGULASI_
NG EMOSI
BULLYING 1.000 -.516
Pearson
Correlation REGULASI_EM
-.516 1.000
OSI
BULLYING . .000
Sig. (1-tailed) REGULASI_EM
.000 .
OSI
BULLYING 50 50
N REGULASI_EM
50 50
OSI

UNIVERSITAS MEDAN AREA


33

LAMPIRAN E. SKALA

UNIVERSITAS MEDAN AREA


34

LAMPIRAN E-1

SKALA REGULASI EMOSI

UNIVERSITAS MEDAN AREA


35

I. Data Identitas Diri


Isilah data – data berikut dengan sebenarnya pada tempat yang tersedia

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Kelas :

II. Petunjuk Pengisian Angket


Di bawah ini ada pernyataan yang menggambarkan keadaan anda. Baca dan
pahamilah setiap pernyataan, kemudian nyatakanlah tanggapan anda terhadap
pernyataan tersebut dengan cara memilih dan kemudian berilah tanda (√ ) pada
salah satu pilihan yang anda anggap sesuai dengan diri anda pada jawaban yang
tersedia.

Pilihan:

SS : Jika Pernyataan sangat sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan


anda

S : Jika Pernyataan sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan anda

TS : Jika pernyataan tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan anda

STS : Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan
keadaan anda

Apabila anda keliru dan sudah terlanjur memberi tanda ( √ ) maka lingkari pilihan
yang keliru tersebut, kemudian berilah tanda ( √ ) yang baru pada kolom jawaban
yang anda pilih.

Selamat mengerjakan dan terima kasih atas partisipasinya

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya suka memamerkan benda yang saya √


punya

Selamat bekerja 

UNIVERSITAS MEDAN AREA


36

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Ketika berbuat salah saya mengintropeksi diri


dan mencoba berubah

2. Setiap mengalami masalah dengan teman, saya


dapat mengatasinya dengan mudah.

3. ketika saya dimarahi orang tua, saya bisa


mencoba menjelaskannya

4. saya mampu menyembunyikan perasaan sedih


saya yang sebenarnya.

5. saat merasa jengkel dengan orang terdekat saya


bisa menenangkan diri

6. jika saya mengecewakan orang lain saya


menyalahkan diri saya selama berhari-hari

7. saya memusuhi teman saya ketika ada masalah


dengannya

8. saya merasa stress dan terpuruk sat mendapatkan


masalah dengan orangtua

9. saya merasa orang paling tidak beruntung ketika


saya sedih

10. waktu saya sangat emosi saya akan membanting


benda yang ada di dekat saya

11. saat merasa kecewa saya memilih diam

12. saat saya disuruh maju didepan kelas, saya bisa


menahan gugup saya

13. saat merasa sedih, saya tetap menjalankan tugas


sehari-hari.

14. saat harapan saya tidak sesuai dengan kenyataan


saya bisa menerimanya dengan ikhlas

UNIVERSITAS MEDAN AREA


37

15. Saat selisih pendapat dengan teman, saya bisa


menerima pendapat yang dia berikan

16. saat merasa kecewa saya tidak bisa tidur dengan


nyenyak

17. saya menjadi gugup dan salah tingkah saat maju


didepan kelas

18. saya berlarut-larut dalam kesedihan saya dan


malas mengejarkan tugas sehari-hari

19. saya akan dendam dan memaki siapa saja yang


menghancurkan harapan saya

20. bila saya kesal dengan teman saya mengeluarkan


kata-kata kotor

21. saya bisa menahan diri jika diejek teman

22. saat keinginan saya dilarang orangtua, saya bisa


menerimanya

23. bila tersinggung dengan perkataan teman, saya


bisa memakluminya

24 saat teman menghianati, saya mencoba tetap


tenang didepan umum

25. Saya dapat menahan emosi saya jika ada yang


menyinggung persaan saya

26. Saya belum bisa tenang jika belum membalas


ejekan teman

27. Saya akan ngambek jika keiginan saya tidak


dituruti

28. Saya tidak bisa memaafkan yang telah


menyinggung perasaan saya

29. Saya akan marah ketika teman menghianati saya

30. Saya akan memaki orang yang menyinggung

UNIVERSITAS MEDAN AREA


38

perasaan saya

31. saya dapat tenang menghadapi orang yang


membuat saya marah

32. Saat saya mempunyai masalah dengan orang


terdekat saya menyelesaikannya dengan
berbicara baik-baik

33. Saya menahan rasa benci saya saat bertemu


dengan orang yang saya benci

34. Saya bisa menerima jika orangtua lebih


membela saudara saya

35. Saya tetap merasa tenang meskipun dalam


keadaan tertekan

36. Saya akan memukul orang yang membuat saya


marah

37. saya ingin mengajak berkelahi jika ada yang


ingin mencari masalah dengan saya

38. Saya memperlihatkan rasa benci saya kepada


orang yang tidak saya senangi

39. Saya akan berdiam diri berhari-hari jika tidak


dibela dikeluarga

40. Saya sulit mengontrol emosi dalam keadaan


tertekan

41. Saya tetap mengalah dengansaudara atau teman


meskipun dia yang salah

42. Saya tetap menunjukkan senyum walaupun saya


sedang banyak masalah

43. Saya akan memusuhi teman/saudara jika dia


berbuat salah

44. Saya memperlihatkan rasa sedih saya secara


jelas saat saya mempunyai banyak masalah

UNIVERSITAS MEDAN AREA


39

LAMPIRAN E-2

SKALA PERILAKU BULLYING

UNIVERSITAS MEDAN AREA


40

I. Data Identitas Diri

Isilah data – data berikut dengan sebenarnya pada tempat yang tersedia

Nama :

Jenis kelamin :

Kelas :

Umur :

II. Petunjuk Pengisian Angket

Di bawah ini ada pernyataan yang menggambarkan keadaa anda. Baca dan
pahamilah setiap pernyataan, kemudian nyatakanlah tanggapan anda terhadap
pernyataan tersebut dengan cara memilih dan kemudian berilah tanda (√ ) pada
salah satu pilihan yang anda anggap sesuai dengan diri anda pada jawaban yang
tersedia.

Pilihan:

SS : Jika Pernyataan sangat sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan


anda

S : Jika Pernyataan sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan anda

TS : Jika pernyataan tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan keadaan anda

STS : Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan perasaan, pikiran, dan
keadaan anda

Apabila anda keliru dan sudah terlanjur memberi tanda ( √ ) maka lingkari pilihan
yang keliru tersebut, kemudian berilah tanda ( √ ) yang baru pada kolom jawaban
yang anda pilih.

Selamat mengerjakan dan terima kasih atas partisipasinya.

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya suka memamerkan benda yang saya √


punya

UNIVERSITAS MEDAN AREA


41

Selamat bekerja 
No. Pernyataan SS S TS STS

1. Ketika di dalam kelas saya melempari teman-teman


dengan barang

2. Saya menyakiti teman-teman dengan barang seperti


“pulpen,penggaris,penghapus papan tulis atau
benda-benda lainya

3. Saya menyuruh adik kelas push-uppada saat MOS


berlangsung

4. Saya menginjak kaki teman saya dengan sengaja


dan berulang-ulang

5. Saya menendang kaki teman sekelas ketika praktik


olahraga

6. Ketika di dalam kelas saya mengumpulkan kertas-


kertas dan mengajak teman-teman lain

7. Saya menyayangi tema-teman dengan tidak


mengganggunya

8. Saya memberi nasihat baik kepada adik kelas ketika


melakuka kesalahan pada saat MOS

9. Saya merangkul teman-teman saya untuk berbuat


baik

10. Saya berprilaku baik ketika praktik olahraga

11. Saya menarik baju/pakaian teman saya dengan


tidak wajar/senonoh

12. Saya menjegal kaki teman saya ketika ia sedang


berjalan

UNIVERSITAS MEDAN AREA


42

13. Saya memukul teman-teman saya dengan sengaja

14. Saya mengatakan hal-hal buruk tentang tubuh tman


saya seperti “kibo, hidung pesek, boning, hidung
besar, kuping caplang”

15. Saya memanggil teman-teman saya dengan nama


orang tua mereka

16. Saya membantu teman saya merapikan pakaian yang


tidak rapi ketika di pakai teman

17. Ketika teman saya terjatuh saat berjalan saya


membatuny

18. Saya menyayangi teman-teman saya

19. Saya menyarankan kepada teman aya untuk tidak


menjuluki teman

20. Saya selalu memanggil nama teman sekelas saya


dengan panggilan nama mereka

21. Saya menceritakan/menggosipkan teman-teman


yang tidak sesuai dengan kenyataan

22. Saya memfitnah teman-teman mengambil barang


teman sebangkunya

23. Saya mengejek teman-teman yang mendapatkan


nilai ujian yang jelek

24 Saya menyorakin teman-teman yang kalah dalam


pertandingan olahraga futsal

25. Saya meneror teman-teman dengan mengirimkan


berita-berita dan menyakitkan melalui email

26. Saya menceritakan kebaikan teman-teman saya


sesuai kenyataannya

27. Saya berkata apa adanya kepada teman saya


tentang apa yang terjadi

UNIVERSITAS MEDAN AREA


43

28. Saya memotivasi teman-teman yang mendapat nilai


ujian yang jelek

29. Saya memberi semangat kepada teman yang kalah


dalam pertandingan olahraga futsal

30. Saya mengirimkan berita yang baik, benar, dan


tidak menyinggung perasaan teman-teman saya
melalui email

31. Saya mengirim sms ke teman yang isinya menancam

32. Saya mengajak teman-teman untuk menjauhi teman


yang tidak member tahu kunci jawaban soal

33. Saya mengajak teman-teman lain untuk menjauhi


teman yang badannya bau

34. Saya melototi teman yang tidak mau mengerakan PR


saya

35. saya mempermalukan teman saya di depan umum

36. Saya mengirim pesan/ sms kepada teman yang


isinya bagus dan menyenangkan teman

37. Saya mengajak teman-teman lain untuk bergabung


dan belajar untuk mengetahui jawaban soal

38. Saya selalu mengajak teman yang badanya bau


untuk ikut bergabung dengan teman lain

39. Saya selalu mengerjakan sendiri PR yang di berikan


guru

40. Saya membanggakan dan memuji teman saya di


depan umum sehingga mereka bahagia

UNIVERSITAS MEDAN AREA


44

LAMPIRAN F.

SURAT KETERANGAN BUKTI PENELITIAN

UNIVERSITAS MEDAN AREA


UNIVERSITAS MEDAN AREA
UNIVERSITAS MEDAN AREA

You might also like