You are on page 1of 16

Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.

…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

KAJIAN USULAN ZONA KHUSUS TAMAN NASIONAL KUTAI


(Study on Special Use ZoneProposal in Kutai National Park)*
Reny Sawitri1 dan/and Yelin Adelina2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Jl. Gunung Batu No. 5 PO BOX 165, Bogor 16118, Jawa Barat, Indonesia
Tlp. (0251) 8633234; 7520067 Fax. (0251) 8638111
E-mail : renysawitri@gmail.com1; yelinadalina@yahoo.com2
*Tanggal diterima : 5 Juni 2014; Tanggal direvisi : 14 Juni 2016; Tanggal disetujui : 5 Desember 2016

ABSTRACT

The construction of the arterial road of Bontang-Sangatta in Kutai National Park triggering tenurial and
wildlife conflicts due to communities occupation. Therefore, it should be managed into a special use zone.
The objective of the study was to evaluate special use zone proposal, associated with the typology of ethnic
communities, biophysical potency, as well as the communities perception. Structured questionnaires were
used to interview 58 households. The proposed special use zone should urgently be defined considering of
increasing communities population density of about 22% per year, and land encroachment of about ≥ 2 ha in
Teluk Pandan and South Sangatta Sub-District. Land management lead to decreasing soil fertility. Rubber
estate, however, enlarged orangutan home range. Communities perception revealed that 45% of the
community wish that the area status is an enclave. It was indicated that most of the people wanted to stay in
the area. The study identified 18.831 ha as a suitable area for a special use zone. The proposed zone should
be arranged into three zones i.e., cultivation zone (250 m), interaction zone (251-750 m) and green belt zone
(>751 m) from either side of the arterial Bontang-Sangatta road. The farmer and fishermen communities
should also be advocated.

Key words : Kutai National Park, special use zone, perception and management

ABSTRAK

Pembangunan jalan poros Bontang-Sangatta di Taman Nasional Kutai memicu terjadinya konflik tenurial
maupun konflik satwa, karena okupasi masyarakat. Kondisi ini mengarahkan pengelolaan kawasan ini
menjadi zona khusus, untuk itu tujuan penelitian ini mengevaluasi usulan zona khusus dihubungkan dengan
tipologi etnis masyarakat, potensi biofisik kawasan dan persepsi masyarakat. Metode penelitian dilakukan
melalui wawancara dan kuesioner pada 58 Kepala Keluarga (KK). Usulan zona khusus ini layak ditetapkan
mengingat peningkatan kepadatan penduduk sekitar 22% per tahun dan peningkatan pengusahaan lahan ≥ 2
ha pada masyarakatdi Kecamatan Teluk Pandan dan Sangatta Selatan. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan
berdampak pada menurunnya kesuburan lahan. Sementara itu, keberadaan perkebunan karet memperluas
daerah jelajah satwa terutama orangutan. Persepsi masyarakat terhadap status kawasan yang menghendaki
enclave (45%) mengindikasikan bahwa mereka masih menginginkan menetapdi kawasan. Usulan hasil
penelitian ini, pengelolaan kawasan seluas 18.831ha layak sebagai zona khusus dan penataan lahannya
terbagi ke dalam zona budidaya selebar 250 m di kiri kanan jalan Bontang-Sangatta, zona interaksi selebar
251-750 m serta kawasan hijau yang berfungsi sebagai koridor > 751 m disertai pembinaan kelompok tani
dan nelayan masyarakat.

Kata kunci : Persepsi dan pengelolaan, Taman Nasional Kutai, zona khusus

I. PENDAHULUAN 2013a) seperti vegetasi hutan pantai/


mangrove, hutan rawa air tawar, hutan
Taman Nasional Kutai (TNK) meru- kerangas, hutan genangan dataran rendah,
pakan salah satu taman nasional yang hutan ulin/meranti/kapur dan hutan
penting karena memiliki berbagai tipe Dipterocarpaceae campuran bahkan
vegetasi sebagai perwakilan ekosistem merupakan perwakilan formasi ulin yang
hutan hujan dataran rendah di Kalimantan paling luas di Indonesia. Taman Nasional
Timur (Balai Taman Nasional Kutai, Kutai dikelilingi oleh berbagai bentuk

85
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

pemanfaatan lahan diantaranya industri tersebut sebelum ditunjuk/ditetapkan


besar tambang, hutan tanaman dan hak sebagai taman nasional dan sarana
pengusahaan hutan alam (HPH), sehingga penunjang kehidupannya. Keberadaan
mengundang masyarakat pendatang yang masyarakat setelah penetapan taman
menimbulkan tekanan terhadap hutan nasional dan pengakuan desa definitif
(Tribun News, 2012). Wilayah TNK oleh pemerintah daerah akan memberikan
menjadi terbuka sejak dibangunnya jalan dampak terhadap pengelolaan zona
poros Bontang-Sangatta sepanjang 68 km lainnya, sehingga diperlukan reevaluasi
pada tahun 1991 yang diikuti pertam- kondisi TNK dan mengubah pola
bahan penduduk yang bermukim dan pengelolaan TNK (Subarudi, 2001).
menggarap lahan kawasan TNK (Balai Perbedaan tujuan pengelolaan suatu
Taman Nasional Kutai, 2010). Luas lahan zona yang penataan ruangnya tidak sesuai
yang dirambah terus mengalami pening- dengan aspek biofisik dapat menimbul-
katan hingga akhir tahun 2011 diper- kan dampak negatif terhadap zona yang
kirakan telah mencapai lebih dari 23.172 lainnya. Sebagai contoh adanya pengem-
ha. Lahan yang digarap oleh masyarakat bangan sarana dan prasarana pada usulan
mencakup empat desa dari dua keca- zona khusus, di satu sisi merupakan
matan, yaitu Kecamatan Sangata Selatan bentuk kemudahan aksesibilitas, di sisi
dan Kecamatan Teluk Pandan. Kondisi lain dapat menjadi ancaman bagi taman
ini mendorong masyarakat menuntut nasional bila disalahgunakan. Melihat
kejelasan status daerah mereka (Falah, kondisi TNK saat ini, maka diperlukan
2012). kegiatan untuk mengevaluasi usulan zona
Berdasarkan kondisi tersebut, maka khusus tersebut dihubungkan dengan
kawasan yang telah digarap masyarakat tipologi etnis dan persepsi masyarakat
di TNK diusulkan sebagai zona khusus yang mendiami kawasan ini, potensi
oleh beberapa pihak yang tergabung biofisik kawasan terkait bentuk penge-
dalam Mitra Kutai yaitu Center For lolaan lahan di kawasan ini.Tujuan
International Forestry Research (CIFOR), penelitian menganalisis kelayakan usulan
Pusat Informasi Lingkungan Indonesia, zona khusus di TNK berdasarkan pola
Yaya-san Bina Kelola Lingkungan, Karib tata guna lahan yang dibagi menjadi tiga
Kutai dan stakeholder terkait pada tahun jalur yakni jalur hijau, jalur interaksi dan
2010 (Mulyono et al., 2010). Proses jalur budidaya dikaitkan dengan potensi
peng-usulan ini masih berjalan dan saat dan pemanfaatannya secara ekonomi dan
ini dalam pembahasan di tingkat Dewan ekologi.
Perwakilan Rakyat (DPR) Republik
Indonesia. Perkembangan proses yang
berjalan menunjukkan mulai adanya II. BAHAN DAN METODE
kesepahaman antar stakeholder untuk
membentuk pengelolaan khusus berupa A. Lokasi dan Waktu Penelitian
desa konservasi atau zona khusus (Tribun Penelitian dilakukan di TNK
News, 2012). Adanya dinamika yang terutama di kawasan yang diusulkan
mengarah pada perubahan zonasi ini sebagai zona khusus yang saat ini telah
memerlukan pertimbangan ilmiah dalam didiami oleh masyarakat dari berbagai
evaluasi zonasi yang ada untuk meng- etnis seperti Dayak, Kutai, Jawa, Madura
akomodir perubahan dan usulan zona dan Bugis (Gambar 1) dan secara
khusus di TNK. administrasi termasuk ke dalam
Usulan zona khusus sebagai solusi Kecamatan Teluk Pandan dan Sangatta
atas tekanan penduduk di dalam kawasan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada
TNK, untuk mengakomodir kepentingan tahun 2013 yaitu bulan Juni, September
masyarakat yang sudah tinggal di wilayah dan November.

86
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

Zona
khusus

Gambar (Figure) 1. Zona khusus di sepanjang jalan Bontang-Sangatta (Special use zone along the side of
Bontang-Sangatta road)

B. Bahan dan Peralatan faatan sumberdaya alam dan jumlah


kepala keluarga (KK) yang dapat ditemui.
Peralatan yang digunakan dalam
Responden kunci di masing-masing etnis
penelitian ini adalah peta kerja skala 1 :
adalah sebagai berikut : etnis Dayak (12
250.000, peta usulan zonasi TNK skala
KK), etnis Kutai (10 KK), etnis Jawa ( 10
1 : 250.000, teropong binokuler untuk
KK), etnis Bugis (15 KK) dan etnis
mengetahui jenis tanaman masyarakat
Madura (11 KK).
yang tidak dapat didatangi langsung,
cangkul dan kantong plastik untuk
mengambil sampel tanah dan alat tulis. 1. Data Sosial Ekonomi dan Budaya
Bahan yang digunakan adalah kuesioner Masyarakat Sekitar Taman Nasio-
sebanyak 58 buah dan sampel tanah. nal
Data dan informasi sosial ekonomi
C. Metode Pengumpulan Data dan budaya masyarakat yang dikumpul-
kan meliputi tipologi masyarakat di
Dalam penelitian ini data yang
dalam kawasan maupun di daerah
dikumpulkan terdiri atas tipologi dari
penyangga TNK terdiri dari lokasi dan
masyarakat desa pertanian merupakan
kegiatan pertanian, jenis tanaman, pola
kegiatan pokok yang ditekuni untuk
tanam dan sistem budidaya serta peman-
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
sosial ekonomi, teknis pengelolaan lahan faatan satwaliar, sumber pendapatan
masyarakat dan tingkat pendapatan per
dan pemanfaatan sumberdaya alam oleh
KK. Pengelolaan usulan zona khusus
masyarakat. Persepsi masyarakat dilaku-
didasarkan pada lanskap dan pemanfaatan
kan dengan wawancara mendalam
ruang kelola masyarakat sebagai pemu-
(indepth interview) untuk mengetahui
kiman, fasilitas umum, persawahan serta
pendapat mereka tentang usulan zona
perkebunan tanaman industri dan buah-
khusus TNK. Data sekunder berasal dari
buahan.
Badan Pusat Statistik (2013), Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
Kabupaten Kutai Timur (2013) dan studi 2. Data Biofisik
literatur. Jumlah responden dari Data biofisik yang penting untuk
Kecamatan Sangatta Selatan dan Teluk dievaluasi berdasarkan data primer dan
Pandan untuk tiap etnis tergantung pada sekunder diantaranya adalah :
tingkat keterkaitannya dengan peman-

87
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

a. Kesuburan kawasan di zona khusus D. Analisis Data


yang dijadikan perkebunan karet oleh Data dan informasi hasil penelitian
masyarakat dibandingkan dengan dikompilasi dalam bentuk tabel yang
kawasan hutan alam di Prevab, TNK. dianalisis secara deskriptif dari tipologi
Pengambilan tanah di kedua lokasi masyarakat di zona khusus TNK yang
masing-masing sebanyak tiga sampel diusulkan, potensi dan pemanfaatan
pada kedalaman 0-30 cm untuk sumberdaya alam oleh masyarakat lokal
mengetahui kesuburan tanah dan dan pendatang serta pola usaha tani
kesesuaian pengelolaannya. Analisis kebun rakyat pada berbagai etnis. Hasil
sampel tanah dilakukan di Labora- analisis data tanah dari laboratorium
torium SEAMEO BIOTROP untuk dibandingkan kesuburannya berdasarkan
melihat kesuburan tanah dengan sifat fisik, kation yang dapat ditukar serta
metode SNI 03-6787-2002, SNI 13- teksturnya. Potensi konflik satwa
4720-1998 (Walkey & Black), SNI dianalisis secara deskriptif dari faktor-
13-4721-1998 (Kjeldahl), SL-MU- faktor penyebabnya. Selanjutnya, ber-
TT-05, SL-MU-TT-07c (Ekstrak dasarkan persepsi masyarakat serta data
penyangga, NH4Ac 1,0 N pH 7,0), dan informasi yang diperoleh dilakukan
SL-MU-TT-09 (Ekstrak KCL 1N) dan penataan lahan di zona khusus untuk
SNI-MU-TT-10 (Hidrometer). mengakomodir kebutuhan masyarakat
b. Potensi konflik satwaliar yang terkait akan lahan garapan dan kelestarian
dengan pengelolaan dan penataan satwaliar.
lahan serta budidaya tanaman,
diketahui melalui wawancara dengan
masyarakat, pihak pengelola TNK dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
studi literatur.
A. Tipologi Masyarakat
3. Persepsi Masyarakat terhadap
TNK secara administrasi termasuk ke
Usulan Zona Khusus TNK
dalam tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Persepsi masyarakat diperoleh melalui Kutai Timur dan Kabupaten Kutai
jajak pendapat masyarakat yang mendiami Kartanegara dan Kota Bontang sedang-
usulan zona khusus yang diwakili oleh 58 kan masyarakat yang mendiami usulan
KK sebagai informan dari berbagai etnis zona khusus termasuk kepada Kabupaten
dan kelompok masyarakat. Sejalan dengan Kutai Timur (Tabel 1).
penelitian deskriptif yang didasarkan pada Jumlah penduduk menurut Dinas
paradigma kualitatif (Maleong, 2011), Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
maka kriteria keterwakilan masyarakat Kabupaten Kutai Timur (2013), sekitar
yang merupakan informan adalah orang- 288.893 jiwa dengan kepadatan pendu-
orang kunci yang dapat memberikan duk berkisar antara 6,69 - 132,18 jiwa/
informasi tentang situasi dan kondisi yang km2 (Tabel 1), apabila dibandingkan pada
akan diteliti yaitu tokoh masyarakat, ketua tahun 2011, dimana jumlah penduduk
kelompok, mewakili etnis dan jenis mata berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
pencaharian. Persepsi masyarakat dibeda- Kabupaten Kutai Timur (2011) sekitar
kan menjadi empat yaitu masyarakat yang 141.251 jiwa dengan kepadatan pen-
menghendaki enclave, bersedia dipindah- duduk sekitar 4,83 - 60,42 jiwa/km2, hal
kan dengan luasan lahan yang memadai, ini menunjukkan adanya peningkatan
setuju dengan usulan zona khusus dan tidak penduduk yang sangat signifikan sekitar
memberikan pendapat. 25% per tahun. Di samping itu, Keca-

88
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

Tabel (Table) 1. Jumlah dan kepadatan penduduk di zona khusus dan daerah penyangga Taman Nasional
Kutai, Kabupaten Kutai Timur (The population number and density in special zone and
buffer zone of Kutai National Park, Kutai Timur County)
Penduduk Kepadatan
penduduk
Perempuan Jumlah Jumlah KK
Kabupaten Kecamatan Laki-laki (Population
(Female) (Total) (The
(District) (Sub-district) (Male) (jiwa, density)
(jiwa, (jiwa, number of
individual) (jiwa/km2,
individual) individual) household)
individual/km2)
Kutai Sangatta Utara 93.627 73.262 166.889 47.157 132,18
Timur Teluk Pandan 15.985 12.581 28.566 8.166 34,38
Rantau Pulung 6.428 5.562 11.990 3.342 83,37
Muara Bengkal 10.917 9.685 20.602 6.794 13,53
Muara 9.615 8.709 18.324 5.352 6,69
Ancalong
Sangatta 23.474 19.048 42.522 12.224 25,60
Selatan
Jumlah 160.046 128.847 288.893 83.035 49,29
Sumber (Source) : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kabupaten Kutai Timur (Population and Civil
Registration Agency) (2013)

matan Sangatta Selatan dan Teluk Pandan sekitar yaitu Kalimantan Tengah dan
yang terdapat di dalam kawasan juga Kalimantan Selatan. Masyarakat yang
mengalami peningkatan kepadatan berasal dari Sulawesi, Jawa dan Madura,
penduduk dari 11,58 individu/ km2 dan mayoritas mendiami Kecamatan Teluk
15,53 individu/km2 (Badan Pusat Pandan.
Statistik, Kabupaten Kutai Timur, 2011) Pola usaha tani masyarakat di zona
menjadi 25,60 individu/km2 dan 34,38 khusus di TNK dapat dijabarkan pada
individu/km2, sehingga peningkatan ke- Tabel 2. Penggunaan lahan dalam bentuk
padatan penduduk di kedua kecamatan persawahan atau kebun. Pada umumnya,
tersebut sekitar 22% per tahun. pola tanam monokultur dengan jenis
Peningkatan jumlah penduduk kedua tanaman yang dominan pisang, karet atau
kecamatan yang signifikan berdampak kelapa sawit dan tanaman tumpangsari
terhadap peningkatan intervensi masya- yakni padi ladang dan tanaman obat-
rakat akan sumberdaya lahan hutan dan obatan atau empon-empon, dilakukan
hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan pada waktu tegakan berumur 1-3 tahun.
hidup (Kurniawan, 2010). Hal ini ter- Lahan garapan masyarakat minimal 2 ha
cermin dari penjarahan kayu ulin yang atau bahkan mencapai 10 ha. Luasan
dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk lahan garapan tersebut berhubungan
memenuhi kebutuhan akan kayu ba- dengan cara memperolehnya, dimana
ngunan yang setiap tahunnya terjadi yaitu pada awal pembukaan lahan garapan
7.280 m3 (tahun 1999), 71,33 m3 (2004), diperoleh melalui swadaya secara ber-
23 m3 (2005), 13.805 m3 (2008), 19.825 gotong royong sekitar 50 orang dengan
m3 (2011) dan 200 m3 (2012) (Kom- membayar upah rintis sekitar Rp
pas.com, 2013; Taman Nasional Kutai, 2.500.000,-. Untuk pemukiman dan lahan
2005; Nurhayati et al., 2006). usaha, tetapi saat ini lahan garapan
Asal-usul penduduk yang dijumpai di tersebut telah diperjualbelikan dengan
zona khusus TNK, yang termasuk di masuknya investor yang membeli tanah
Kecamatan Sangatta Selatan sebagian untuk usaha dengan investasi yang cukup
besar berasal dari masyarakat lokal Suku besar seperti pembangunan rumah walet
Dayak atau Suku Kutai atau pun daerah dan pabrik batu bata.

89
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

Tabel (Table) 2. Pola usaha penduduk dari berbagai etnis di zona khusus, Taman Nasional Kutai (The
pattern of population businesses from many etnic in special use zone, Kutai National Park)
Parameter (Parameter) Asal etnis (Etnic origin)
Kutai Dayak Jawa Bugis Madura
Luas garapan 2 - 5 ha 3 - >10 ha 2-5 ha 4-10 ha 2-4 ha
(Encroachment areas)
Jarak tempat tinggal ke 15 km 0-5 km 0,25-2 km 0,5- 5 km 0,1-2 km
lahan garapan (The
distance from house to
encroachment areas)
Jarak tempat tinggal ke 0,5 km 1 km 2 km 6 km 2 km
sungai (The distance from
house to river)

Frekuensi interaksi Enam bulan- Enam bulan - Setiap hari/ saat 2 Kali/bulan Setiap hari
(Interaction frequencies) setahun sekali (6 setahun sekali (6 musim tanam (2 Times/ (Every day)
Months-1 year) Months-1 year) (Every month)
day/planting
season)
Tujuan berinteraksi Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan
dengan TNK (The aim of lahan garapan lahan garapan lahan untuk lahan garapan lahan garapan
interaction with Kutai untuk kebun untuk budidaya budidaya untuk budidaya untuk usaha
National Park) pisang dan karet tanaman pangan tanaman pangan tanaman batu bata dan
(Arable land for dan karet (Arable (Arable land for pangan, buah- ternak (Arable
banana and land for crops and crops) buahan, hhbk land for bricks
rubber rubber plantation) dan kelapa and livestock)
plantation) sawit (Arable
land for crops,
fruits, NTFP,
and palm oil)
Teknik pembukaan lahan Sistem tebang Sistem tebang Sistem tebang Sistim tebang Sistem tebang
(The land cleared habis dan bakar habis dan bakar habis dan bakar pilih dan bakar habis
techniques) (Clearcut and (Clearcut and (Clearcut and (Clearcut and (Clearcut )
burning) burning) burning) burning)
Pola tanam yang - Tanaman - Tanaman -Tanaman - Tanaman -
diusahakan di lahan semusim pangan semusim pangan semusim pangan
garapan (The cropping (Crops) (Crops) (Crops) semusim
pattern in encroachment - Tanaman - Padi dan Karet (Crops)
areas) pisang dan (Rice and - Padi, buah-
karet (Banana rubber) buahan,
and rubber ) gaharu,
kelapa sawit
(Rice, fruits,
agarwood,
palm oil)
Sistim budidaya Kurang intensif Kurang intensif Sangat intensif Intensif Sangat intensif
(Cultivated system) (Less intensif) (Less intensif) (Very intensif) (Intensif) (Very intensif)
Penggunaan jenis pohon -Ulin, meranti, -Ulin, meranti, -Ulin, meranti, -Ulin, meranti, Semua jenis
(Wood utilization) kapur kapur kapur kapur (All species)

Pemanfaatan satwa Ikan, punai, Babi, ikan , punai, Ikan (Fish) Payau, Burung (Birds)
(Wildlife utilization) payau dan pelanduk (Wild pelanduk,
pelanduk (Fish, board, fish, punai, ikan
columbidae, columbidae, (Sambar deer,
sambar deer, mouse deer) mouse deer,
mouse deer) columbidae,
fish)
Jenis satwa yang sering Orangutan Orangutan Monyet Monyet Monyet
dijumpai (Wildlife species (Orangutan), (Orangutan), (Monkey), (Monkey) dan (Monkey), dan
that are founded) monyet (monkey), monyet (monkey), berbagai jenis berbagai jenis berbagai jenis
buaya (crocodile), buaya (crocodile), burung (and All ikan (and All burung (and All
berbagai jenis berbagai jenis ikan species birds) species fish) species birds)
ikan (fish) (and All species
fish)
Sumber (Resources) : Analisis data primer 2013 dan data sekunder, Sawitri et al., 2011 (Analysis from the primary and
secondary data, Sawitri et al., 2011)

90
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

Pengamatan asal-usul masyarakat ini obat-obatan, disamping usaha sampingan


berkaitan dengan karakteristik dan seperti warung dan berjualan bahan
kegiatan masyarakat yang merupakan bakar. Kegiatan alternatif di laut juga
konsep sangat penting terkait dengan dilakukan masyarakat yaitu budidaya
seluruh segmen perbedaan sosial dan rumput laut, perikanan laut dan ekowisata
biologis secara signifikan termasuk aspek pantai yang masih direncanakan oleh
jender dan etnik seperti kesejahteraan, masyarakat di Teluk Kaba dengan
profesi, status, usia dan kelas (Mc membentuk koperasi ekowisata Teluk
Dougall, 2001). Kaba.
Suku Dayak dan Kutai yang terdapat Masyarakat yang berasal dari Jawa
di usulan zona khusus TNK berasal dari terdiri dari Suku Jawa yang bermukim di
daerah sekitar Kalimatan Timur, mayo- zona khusus dan memiliki pekerjaan
ritas merupakan petani yang berladang tetap, kepemilikan lahan garapan berupa
berpindah, sehingga pembukaan hutan sawah maupun ladang dilakukan sebagai
yang dilakukan secara bersama-sama investasi maupun lahan garapan yang
sekitar 50 orang dengan sistem tebang diusahakan secara intensif. Kepemilikan
habis dan pembakaran, menguasai lahan lahan rata-rata seluas 2 ha dengan
rata-rata lebih dari 5 ha, tetapi penge- menanam karet, kelapa sawit serta padi
lolaan lahan yang dilakukan kurang sawah.
intensif, karena hanya 2 ha yang ditanami Masyarakat Madura yang berasal
padi ladang selama dua periode tanam dari Pulau Madura memasuki kawasan
atau dua tahun, setelah itu lahan akan TNK dengan berbekal ketrampilan pem-
ditanami karet atau dibiarkan dan buatan batu bata dan usaha sambilan
menunggu pembeli untuk diperjual- berupa warung dan ternak unggas
belikan. Kedua etnis ini tidak mendiami termasuk burung, seperti anis kembang
rumah di kawasan karena lokasi hutan (Zoothera interpres Temminck, 1826),
dan sungai yang menjadi bagian sumber anis merah (Zoothera citrina Latham,
kehidupan untuk keperluan rumah tangga 1790), jalak (Sturnus Linnaeus,1758),
dan menangkap ikan agak jauh atau murai batu (Copsychus malabaricus
sekitar 1-2 km dari rumah (Uluk et al., Scopoli, 1788) dan burung pengicau
2001; Wibowo, 2008). Keberadaan Suku (Saxicola caprata Linnaeus, 1766)
Dayak dan Suku Kutai di zona khusus sebagai satwa peliharaan.
TNK merupakan salah satu bentuk Penguasaan lahan usaha garapan ≥ 2
kecemburuan sosial terhadap pendatang ha tersebut telah mengalami peningkatan,
dari suku lainnya yang telah terlebih karena pada tahun 2001 setiap keluarga
dahulu mendiami kawasan, hal ini juga menguasai sekitar 1,25 ha dengan jenis
terjadi juga pada masyarakat lokal tanaman berupa kemiri, pisang, kakao
Serampas di Taman Nasional Kerinci dan tanaman buah-buahan (Subarudi,
Seblat (Sirait, 2014). 2001). Lahan usaha yang lebih luas saat
Masyarakat dari Sulawesi yang ini untuk pertanian, persawahan maupun
umumnya termasuk Suku Bugis, merupa- perkebunan kemungkinan terkait dengan
kan masyarakat yang cukup mudah dalam kesuburan tanah yang menurun. Hal ini
mengadopsi teknologi dan merupakan terlihat dari hasil analisis tanah di area
masyarakat yang dapat berkegiatan di usulan zona khusus dibandingkan dengan
darat maupun di laut. Pengembangan hutan alam di daerah Prevab yang
kegiatan masyarakat di darat adalah diindikasikan nisbah C/N dan nilai
mengelola lahan garapan untuk usaha kation-kation yang dapat ditukar serta
pertanian padi ladang, pohon buah- tekstur tanah yang lebih banyak
buahan, pohon HHBK seperti gaharu mengandung sebaran butiran tanah liat
(Aqularia sp.), tanaman umbi-umbian dan (Tabel 3).

91
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

Tabel (Table) 3. Kesuburan tanah di kawasan Prevab dan Sangatta Selatan (Soil fertility in Prevab and South
Sangatta areas)
Parameter pengujian Sangatta Selatan
No Satuan (Unit) Prevab
(Analysis parameter) (South Sangatta)
1. pH - 5.4 4.0
2. C-organik % 0,93 0,25
3. N total % 0,15 0,08
4. Nisbah C/N % 6,2 3,1
5. P2O5 tersedia Ppm 1,2 2,0
Kation-kation dapat ditukar (Cations can be changed)
6. Ca cmol/kg 6,61 0,30
7. Mg cmol/kg 2,37 0,29
8. K cmol/kg 0,21 0,18
9. Na cmol/kg 0,25 0,22
10. Total cmol/kg 9,41 1,02
11. KTK cmol/kg 17,82 14,82
12. KB % 52,81 6,88
13. Al3+ me/100g 0,00 10,27
14. H+ me/100g 0,24 2,85
Sebaran butir (Distribution of grain) tekstur tiga fraksi (three fraction tecture)
15. Pasir % 38,7 22,8
16. Debu % 28,5 18,3
17. Liat % 32,8 58,9

Bahan organik yang terdapat di forestri seperti tanaman kelapa sawit (10
kedua lokasi akan termineralisasi karena m x 10 m) dicampur dengan pohon
nisbah C/N di bawah nilai kritis 25-30, gaharu, perkayuan atau buah-buahan dan
sehingga dapat dikatakan bahwa kesubur- tanaman obat-obatan atau empon-empon.
an tanahnya rendah (Stevenson, 1982). Demikian juga dengan tanaman karet (10
Kadar C-organik pada tanah tegalan di m x 10 m) yang dibudidayakan masyara-
Sangatta Selatan termasuk kriteria sangat kat etnis Suku Dayak dapat dikombinasi-
tinggi (Tangketasik, et al., 2012), hal ini kan bersama padi ladang, rumput gajah
berkorelasi positif dengan fraksi liat yang sebagai pakan ternak dan tanaman obat-
sangat berperan dalam tata air dan obatan. Pola tanam sistem agroforestri
berpengaruh terhadap pertukaran udara dengan tanaman pokok kelapa sawit jarak
dan aktivitas mikroba tanah yang kurang tanam 10 m x 10 m serta tanaman sela
baik. Apabila dilihat dari kandungan C- berupa kayu suren (Toona sureni) 10 m x
organik dan fraksi tanah liat, maka pola 20 m dan kopi demikian juga dengan
tanam sawah tergenang yang dilakukan tanaman pokok karet dengan jarak tanam
masyarakat etnis Jawa dengan pengolah- 10 m x 10 m dicampur dengan pohon
an dan pemupukan tanah yang sangat suren (10 m x 20 m) dan tanaman bawah
intensif memberikan hasil produksi yang padi ladang serta kapol (Amomum
lebih bagus dibandingkan dengan padi cardamomum L.), telah dilakukan oleh
ladang yang dibudidayakan etnis Suku masyarakat Desa Bangunrejo, daerah
Dayak. Kondisi ini disebabkan korelasi penyangga Taman Nasional Kerinci
antara kandungan bahan organik tanah Seblat, (Kwatrina et al., 2014). Pemanen-
dengan tekstur tanah di tegalan dengan an kelapa sawit dan karet dimulai tahun
dominasi liat menyebabkan terbatasnya ke 3-5 sedangkan tanaman perkayuan
pergerakan akar karena pori aerasi yang dipanen ≥ 5 tahun sedangkan tanaman
kurang baik di samping aktivitas mikroba bawah padi ladang, kopi, tanaman obat
tanah dalam melapukkan tanah berjalan serta pakan ternak dipanen setiap ming-
dengan lambat. guan, bulanan sampai enam bulanan.
Pola tanam pada tanah tegalan hen- Berdasarkan tingkat kesuburan tanah
daknya diarahkan pada sistem agro- di zona khusus, TNK diperlukan penge-
92
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

lolaan untuk memperbaiki kualitas tanah Jacq), karet (Hevea brasiliensis Mull.
melalui pemupukan dengan serasah Arg), padi sawah (Oryza sativa L.), padi
legum seperti gamal (Glerisidia sepium ladang (Oriza sp.) serta buah-buahan
(Jacq.) Kunth.ex Walp.) kaliandra telah dibudidayakan melalui pembelian
(Calliandra calothyrsus Meisn.), mikha- bibit yang berkualitas dan bersertifikat,
nia (Mikania cordata (Burn f.) B.L. agar waktu panen lebih dapat dipercepat.
Rob.), lamtoro (Leucaena leucocephala Demikian juga dengan pengolahan lahan
(Lam.) de Wit) dan Tephrosiavogelii yang dilakukan terutama pada waktu
Hook.f. dengan pupuk kandang (90% : penanaman padi sawah telah dilakukan
10%) (Lindawati & Handayanto, 2002; dengan bantuan traktor tangan. Budidaya
Supriyadi, 2008). tanaman buah-buahan juga diarahkan
Pendapatan masyarakat yang meng- untuk dapat diperjual belikan, bukan lagi
olah lahan di zona khusus dengan sistem sekedar untuk memenuhi kebutuhan
agroforestri diharapkan mengalami pe- sendiri. Buah-buahan tersebut bernilai
ningkatan berdasarkan variasi hasil ekonomis, diantaranya adalah pisang
pendapatan baik mingguan, bulanan (Musa spp.), durian (Durio zibethinus L.),
maupun tahunan. Apabila tanaman pokok rambutan (Nephelium lappaceum L.),
berupa kelapa sawit dan tanaman sela alpukat (Persea Americana Mill.),
berupa tanaman perkayuan, gaharu, buah- nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.),
buahan, empon-empon/tanaman obat- sukun (Artocarpus altilis (Parkinson)
obatan, maka total pendapatan berkisar Fosberg), pepaya (Carica papaya L.) dan
antara Rp 2,8 - Rp 3 jt per ha per bulan nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Hasil
sedangkan untuk tanaman pokok karet buah-buahan tersebut dipasarkan ke luar
dengan tanaman sela padi ladang, buah- kawasan maupun di jalan raya Bontang-
buahan, rumput ternak dan empon- Sangatta.
empon/tanaman obat memberikan penda- Apabila dibandingkan dengan hasil
patan berkisar Rp 5,25 - 6,5 jt per ha per penelitian Gunawan dan Jinarto (2007),
bulan. Persawahan yang tergenang air yang menyatakan pemanfaatan sumber-
memberikan pendapatan sekitar Rp 5 jt - daya alam di TNK oleh masyarakat
6,5 jt per ha per bulan. Mata pencaharian diantaranya adalah pemanfaatan tumbuh-
lainnya seperti nelayan merupakan an obat, tumbuhan hias, kayu bakar, kayu
pekerjaan sampingan demikian juga bangunan, buah-buahan, bahan makanan,
dengan kegiatan pelayanan jasa. Kegiatan bahan kerajinan, pakan ternak, untuk
usaha yang perlu diwaspadai yakni mendapatkannya dapat ditempuh dengan
pembangunan rumah walet dan pem- waktu sekitar 2-45 menit. Pemanfaatan
buatan batu bata karena usaha ini tumbuhan obat terdiri dari pasak bumi
merupakan usaha dengan permodalan (Eurycoma longifolia Jack), akar kuning
yang cukup besar, sehingga diperlukan (Coscinium fenestratum (Gaertn.)
evaluasi dan monitoring jenis kegiatan Colebr), daun jambu monyet (Annacar-
masyarakat di zona khusus, tingkat keter- dium occidentale L.) dan kayu semilit
gantungan terhadap sumberdaya hutan atau baru baru (Osbornia octodonta F.
yang semakin meningkat yakni berupa Muell.) tumbuhan hias terdiri dari jenis-
lahan garapan dan pergeseran mata jenis anggrek, bahan makanan seperti
pencaharian. umbut rotan, buah-buahan hutan serta
bahan kerajinan seperti rotan sudah tidak
B. Potensi Biofisik dilakukan lagi karena sumberdaya yang
ada semakin jauh ke dalam hutan, dengan
Jenis komoditi yang dibudidayakan
waktu tempuh menjadi 2-3 jam per-
adalah tanaman budidaya pertanian mau-
jalanan (Sawitri dan Karlina, 2013).
pun hasil kelautan. Tanaman budidaya
berupa kelapa sawit (Elaeis guinensis

93
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

Saat ini, perkebunan kelapa sawit kan pada pendapatan harian dan salah
sudah mulai ditinggalkan oleh masyara- satu mata pencaharian Suku Dayak
kat karena harga jual buah kelapa sawit (Maryati, 2011). Tanaman karet saat ini
yang cukup rendah dan mahalnya ongkos telah berumur 3-5 tahun dan telah dapat
angkut, berganti menjadi perkebunan diteres untuk diambil getahnya (Gambar
karet. Pemilihan tanaman karet didasar- 2).

Gambar (Figure) 2. Perkebunan karet dan getah karet (Rubber plantation and latex)

C. Konflik Satwaliar manusia dengan satwaliar khususnya


orangutan seperti hilangnya dan terfrag-
Usaha perkebunan karet rakyat di
mentasi habitat serta kesulitan mencari
area usulan zona khusus TNK mem-
pakan (Goonses et al., 2006). Kondisi ini
berikan dampak negatif terhadap
diindikasikan oleh hasil dari interpretasi
kesuburan tanah dan keragaman jenis dari
citra landsat pada tahun 2000 bahwa
ekosistem hutan alam menjadi lahan
daerah-daerah konsentrasi orangutan
perkebunan, pembukaan hutan dan erosi
seperti Lok Tuan, Teluk Kaba dan Teluk
tanah serta pencemaran tanah akibat
Pandan yang berubah menjadi pemu-
pemakaian herbisida untuk membasmi
kiman dan perkebunan telah ditinggalkan
gulma, sehingga kandungan bahan orga-
dan diperkirakan pindah ke Sangkima,
nik tanah menjadi rendah (Nurmegawati
Melawan dan Prevab-Mentoko (TNK
et al., 2014). Di sisi lain, perkebunan
Lestari, 2009), kepadatan sarang orang-
karet akan memberikan perluasan daerah
utan yang rendah, di kawasan sebelah
jelajah satwaliar, khususnya satwa arbo-
Timur jalan Provinsi Bontang-Sangata
real, karena daun karet memiliki kan-
adalah 1,044/km2 dan 1,606/km2 dan di
dungan gizi yang cukup tinggi sebagai
sebelah Barat adalah 0,08/km2 dan
sumber pakan satwa (Garsetiasih, 2012)
0,13/km2 (Balai Taman Nasional Kutai,
serta dapat digunakan sebagai pohon
2008).
sarang orangutan (Pongo pygmaeus
Persawahan di zona ini dilakukan
morio, Linnaeus 1760) (Pusat Litbang
pada lahan basah yang berawa di sekitar
Hutan dan Konservasi Alam, 2009).
bantaran Sungai (S.) Teluk Pandan dan S.
Terbukanya hutan hujan tropis
Sangkima berdampak pada semakin
menjadi perkebunan, persawahan, per-
menyempitnya habitat buaya muara
tanian dan perusahaan batu bata, ber-
(Crocodylus porosus Schneider, 1801).
dampak kepada keberadaan satwaliar.
Hal ini ditandai dengan meninggalnya
Perkebunan kelapa sawit hanya men-
dua orang digigit buaya tahun 1997-an,
dukung 0-20% dari kelangsungan hidup
tewasnya seorang anak digigit buaya
mamalia, reptil dan burung (Laidlaw,
tahun 2006 serta ditemukan beberapa
1998). Pengaruh negatif perkebunan
buaya di pemukiman masyarakat seperti
sawit ini menimbulkan konflik antara

94
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

di Kecamatan Teluk Pandan (TNK pendatang yang baru dan lahan yang
Lestari, 2009; Bina Kelola Lingkungan, dikelola belum menghasilkan.
2007).
E. Usulan Pengelolaan Zona Khusus
D. Persepsi Masyarakat di Usulan Zona TNK
Khusus TNK
Mengingat terjadinya peningkatan
Dalam perkembangannya, usulan jumlah penduduk di Kecamatan Sangatta
zona khusus ini diusulkan menjadi Selatan dan Teluk Pandan sekitar 22%
enclave oleh pemerintah daerah. Zona dan mata pencaharian masyarakat sebagai
khusus yang diusulkan menjadi enclave petani sekitar 43% dengan pengelolaan
tahun 2000 sekitar 15.000 ha, tahun 2013 lahan berupa persawahan dan perkebunan
menurut zonasi TNK 18.831 ha, tetapi yang cukup intensif berdampak pada
dalam perkembangannya luasnya menjadi penurunan kesuburan lahan serta memicu
23.712 ha. Untuk mengetahui respon terjadinya konflik dengan satwaliar. Di
masyarakat terhadap wacana ini maka samping itu, luasnya kepemilikan lahan
dilakukan wawancara dan hasilnya garapan ≥ 2 ha per orang serta perpesi
tercantum pada Gambar 3. Pendapat masyarakat yang menginginkan enclave
masyarakat dipengaruhi oleh asal-usul sebesar 45% yang artinya menginginkan
dan mata pencaharian masyarakat. tetap tinggal di kawasan ini, maka
Masyarakat bermata pencaharian per- penetapan usulan zona khusus di lokasi
tanian intensif berupa persawahan ini layak dilakukan agar tidak terjadi
bersedia dipindahkan dengan penggantian perluasan lahan garapan atau perambahan
lokasi lahan sedangkan masyarakat kawasan dan mengakomodir kepentingan
dengan pertanian ekstensif lebih memilih Pemda Kutai Timur (Kutim) yang
status kawasan adalah enclave karena mengharapkan Kecamatan Teluk Pandan
indikasi kandungan batu bara yang sebagai sentra produksi beras sebesar 6.7
berkalori tinggi dengan nilai sumberdaya ton/ha gabah kering di Kabupaten Kutim
6.000-7.000 sejumlah 2,5 ton dan diper- (Bontang Post, 2015).
kirakan berharga sekitar $ 92 milyar Usulan zonasi TNK tahun 2013
dollar (Situs resmi TN Kutai, 2008 dalam seluas 198.629 ha dibagi ke dalam 5 zona
Arrayun, 2010; Departemen Kehutanan, (Balai Taman Nasional Kutai, 2013b).
2008), sehingga lahan yang berharga ini Zonasi tersebut dipetakan oleh Balai
merupakan investasi untuk diperjual Taman Nasional Kutai sesuai Gambar 4.
belikan. Masyarakat yang menetap dan Usulan zona inti dan zona rimba memiliki
mengelola lahan dalam bentuk kebun luasan yang cukup sebagai habitat
dengan usaha sampingan berjualan satwaliar dan tumbuhan serta penahan
sembako, menginginkan status kawasan intervensi pengaruh dari luar. Usulan
berupa zona khusus karena masyarakat zona rehabilitasi merupakan kawasan
ini memiliki tingkat ketergantungan yang telah mengalami degradasi dan
terhadap sumberdaya lahan yang tinggi luasannya sebagian tumpang tindih
dan persepsi terhadap konservasi yang dengan usulan zona khusus yang
cukup tinggi. Masyarakat yang tidak diusulkan oleh Pemerintah Daerah Kutai
memberikan respon adalah masyarakat Timur seluas 23.172 ha atau sekitar
9,57%.

95
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

Gambar (Figure) 3. Persepsi masyarakat terhadap usulan zona khusus, TNK (Community perception to
proposal special use zone, TNK)

Gambar (Figure) 4. Usulan zonasi Taman Nasional Kutai, 2013 (The proposal zones of Kutai National
Park, 2013)

Zona khusus adalah bagian dari tradisi serta pelestarian tumbuhan dan
taman nasional karena kondisi yang tidak satwa berguna dengan kondisi lanskap
dapat dihindarkan telah terdapat kelom- kampung, dusun atau desa (Koesmar-
pok masyarakat dan sarana penunjang yandi et al., 2012), merujuk pada
kehidupannya yang tinggal sebelum beberapa Peraturan Menteri Kehutanan
wilayah tersebut ditetapkan sebagai yaitu Permenhut No. 56/Menhut-II/2006
taman nasional. Peruntukkan zona khusus tentang Pedoman Zonasi Taman Nasio-
untuk mengakomodir kepentingan kon- nal, Permenhut No. 19/Menhut-II/2004
servasi dan aktivitas kelompok masya- tentang Pengelolaan Suaka Alam dan
rakat yang tinggal di wilayah tersebut Kawasan Pelestraian Alam dan Permen-
sebelum ditunjuk/ditetapkan sebagai hut No 8/Menhut-II/2013 tentang
taman nasional dan sarana penunjang Pengembangan Perhutanan Masyarakat
kehidupannya serta kepentingan yang Pedesaan Berbasis Konservasi.
tidak dapat dihindari berupa sarana Prinsip pengelolaan usulan zona
telekomunikasi, fasilitas transportasi dan khusus TNK yang diajukan oleh
listrik, dengan tata guna lahan diarahkan Moelyono et al., (2010) terkait dengan
penggunaannya sebagai tempat tinggal, keberadaan masyarakat diantaranya ijin
interaksi sosial dan sistem pewarisan memanfaatkan dan hak mengelola kawa-

96
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

san secara ramah lingkungan namun tidak 2010), maka usulan zona ini dibagi ke
mempunyai hak memiliki, melalui per- dalan zona atau jalur budidaya, jalur
aturan yang mengikat berdasarkan krite- interaksi atau jalur hijau disepanjang
ria yang terkait tentang kriteria lingkung- jalan Poros Bontang-Sangatta sepanjang
an (kesehatan ekosistem), ekonomi 68 km (Balai Taman Kutai, 2010),
(tingkat penghidupan yang layak), sosial (Tabel 4).
(kesetaraan antar kelompok), budaya Lokasi pemukiman atau kawasan
(keutuhan dan identitas) serta politik budidaya, apabila diplotkan pada lahan di
(proses pengambilan keputusan yang adil kiri kanan jalan sepanjang Bontang-
dan transparan). Pengelolaan zona khusus Sangatta selebar 250 m, akan menempati
yang dikembangkan oleh Balai Taman luas 3.400 ha atau 18,06% dari usulan
Nasional Kutai (2010), sebagai berikut : zona khusus seluas 18.831ha. Pembinaan
1. Status kawasan tetap dipertahankan dan pendampingan masyarakat di kawa-
sebagai kawasan TNK san pemukiman perlu dilakukan pada
2. Letak zona khusus berada pada kelompok tani dan nelayan masyarakat
wilayah yang telah disepakati sebe- agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan
lumnya untuk ditata batas pengaman- konservasi yakni pembibitan, penanaman
an dan pemeliharaan tanaman untuk res-
3. Pemanfaatan lahan diberikan kepada torasi kawasan, pengembangan wisata
penduduk yang telah tinggal, memi- alam serta pengolahan tanaman obat,
liki lahan dan hidupnya tergantung pembuatan gula aren, peternakan sapi,
pada lahan tersebut sebelum TNK hasil kerajinan, pengolahan hasil per-
ditunjuk tanian dan tambak. Beberapa kelompok
4. Tidak mengakomodir kepemilikan kegiatan masyarakat di usulan zona
lahan oleh masyarakat yang tinggal di khusus diantaranya Kelompok Tani
dalam zona khusus Nyiur, Setuju, Padaidi, Suka Rukun, Suka
5. Pengelolaan akan dilaksanakan oleh Riadan Usaha Mandiri. Kelompok lain-
lembaga khusus yang bertanggung nya yakni Kelompok Nelayan Teluk
jawab kepada Balai TNK Kaba, pangkang Lestari, Cahaya Terate,
6. Zona khusus akan terbagi menjadi Mutiara Laut, Sumber maju, maju
areal pemukiman, areal pemanfaatan Bersama dan Sumber Rezeki (RPD, Kutai
dan areal lindung Timur; 2015).
7. Pengelolaan di dalam zona khusus Zona interaksi selebar 251 m-750 m
akan diarahkan menjamin kehidupan yang merupakan areal pemanfaatan, hal
yang ramah lingkungan dan berupaya ini berdasarkan kemampuan masyarakat
untuk mempersiapkan generasi men- dalam mengolah lahan garapan seluas 2
datang untuk mendapatkan kehidupan ha sedangkan sisanya dibiarkan dalam
yang layak di luar zona khusus bentuk lahan tidur, dibedakan antara
8. Secara prinsip peraturan perundangan persawahan; perkebunan karet, gaharu
yang diacu adalah peraturan perun- dan kelapa sawit; rumah walet dan
dangan yang berlaku pada kawasan pembuatan batu bata, akan mencakup
konservasi dan peraturan-peraturan luasan 6.800 ha atau 36,11% dari luas
lain yang disepakati sepanjang tidak usulan zona khusus. Di dalam kawasan
bertentangan dengan peraturan yang ini dapat disisipkan kantong-kantong
ada. habitat satwa/HCVF sebagai daerah
pengungsian satwaliar dengan jenis
Mengacu pada penataan ruang di tanaman perkayuan lokal dan tanaman
usulan zona khusus yang meliputi areal pakan satwaliar marga ficus (Yuwono et
pemukiman, areal pemanfaatan dan areal al., 2007; Ancrenaz, 2013). Pengelolaan
lindung (Balai Taman Nasional Kutai, lahan oleh masyarakat tergantung lanskap

97
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

dan jaraknya dari rumah. Lahan garapan Kawasan lindung atau green belt
yang merupakan pekarangan rumah lebih dari 751 m atau 45,83% dari usulan
ditanami tanaman buah-buahan, di zona khusus diplotkan sepanjang batas
samping pekarangan rumah adalah daerah antara usulan zona khusus dan zona
berawa yang dijadikan daerah persa- rehabilitasi difungsikan sebagai habitat
wahan. Selanjutnya, kawasan yang satwaliar perairan terutama buaya
memiliki kelerengan 5-10% atau berjarak (Crocodylus porosus) sebanyak 27 ekor
> 0,5 km dari rumah ditanami dengan yang terdapat di Telaga Bening seluas
jenis tanaman perkayuan seperti sengon 300 ha yang dapat dikembangkan sebagai
(Paraserianthes falcataria (L) I.C. pemanfaatan jasa lingkungan air dan
Nielsen), jati (Tectona grandis L.f.), wisata atraksi buaya. Kegiatan ini dapat
jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) melibatkan masyarakat maupun Mitra
Miq.), mahoni (Swietenia macrophylla Kutai, seperti PT Badak LNG, PT Kaltim
King), jati putih (Gmelina arborea Prima Coal, PT Pupuk Kaltim dan
Roxb.) dan ketapang (Terminalia cattapa Pertamina dalam konservasi dan mem-
L.) serta tanaman perkebunan seperti bangun ekonomi alternatif berbasis
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan konservasi (Archive, 2007).
karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg).

Tabel (Table) 4. Pembagian jalur di usulan zona khusus Taman Nasional Kutai (Allocation zone in proposal
of special use zone of Kutai National Park)
Lebar (Width)
Zonasi Manfaat ekonomi Manfaat ekologi
Kiri-kanan Komponen Potensi (Potency)
(Zoning) (Economic use) (Ecology use)
jalan (Left- (Component)
right of road)
1. Tanaman pangan (Food
Areal budidaya, plants)
1. Pendaatan masyarakat
pemukiman dan 2. Perikana (Fishery)
(Community income)
Jalur budidaya fasilitas umum 3. Sayuran (Vegetables)
2. Sumber gizi (Nutrition Pelestarian in-situ (In-
(Cultivation 250 m (Cultivation 4. Buah-buahan (Fruits)
resources) situ sustaibability)
zone) areas, settlement 5. Peternakan (Livestock)
3. Pendapatan daerah
and public 6. Pohon perkayuan (Woody
(Income revennue)
facilities) plants)

Jalur interaksi 251-750 m Kebun rakyat 1. Habitat satwa (Wildlife 1. Pendapatan 1. Biodivesitas fauna
(Interaction (Garden), hutan habitat) masyarakat dan flora (Flora and
zone) produksi (forest 2. Buah-buahan (Fruits) (Community income) fauna biodiversity)
production), 3. Budidaya pohon (Tree 2. Sumber gizi 2. Pelestarian sumber
hutan rakyat plantation) (Nutrition source) air (Sustainability of
(forest farming), 4. Agrowisata (Agrotourism) 3. Industri kayu (Wood water spring)
perkebunan 5. Kebun herbal (Herb garden) industry) 3. Habitat satwa
(plantation) 6. Penangkaran anggrek, rotan 4. Industri pertanian (Wildlife hábitat/
(Captivity orchids, rattan) (Agricultural industry) corridor)
7. Kelapa sawit, karet, gaharu 5. Industri tanaman obat 4. Pelestarian in-situ
(Palm tree, rubber & agar (Herbal industry) (In-situ
wood) 6. Budidaya tanaman sustainability)
hias (Cultivation 5. Konservasi lahan
ornamental plants and (Land conservation)
rattan) 6. Kearifan tradisional
7. Jasa lingkungan (Traditional
(Environment service) wisdom)
8. Wisata budaya
(Cultural tourism)

Jalur hijau >751 m Hutan alam 1. Habitat satwa (Wildlife 1. Sumber pendapatan 1. Bidodiversitas
(Green zone) (Nature forest), habitat) (Income resource) perairan (Riverine
sungai & anak 2. Sumber air (Water resource) 2. Jasa lingkngan : air biodiversity)
sungai (River & 3. Wisata alam (Nature (Environment 2. Pelestarian sumber
creek), mata air recreation) service: water) air (Water resource
(spring water) 3. Wisatawan dan sustainability)
lapangan pekerjaan 3. Nilai lingkungan
(Tourists and jobs) (Environment value)
4. Konservasi DAS
(Water catcment
conservation)

98
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN kelompok tani dan kelompok nelayan


masyarakat bersama Mitra Kutai.
A. Kesimpulan
Usulan zona khusus TNK layak Ucapan Terima Kasih
diusulkan dan ditetapkan dengan luasan Penulis menyampaikan terima kasih
18.831 ha menurut model zonasi, meng- yang sebesar-besarnya kepada Balai
ingat adanya peningkatan kepadatan Taman Nasional Kutai atas dukungannya
penduduk sekitar 22% per tahun dan dalam pengambilan data untuk kegiatan
peningkatan penguasaan lahan untuk penelitian ini dan Kementerian Ling-
usaha dan pemukiman ≥ 2 ha per KK kungan Hidup dan Kehutanan atas
oleh masyarakat etnis Jawa, Madura, dukungan dana yang diberikan untuk
Bugis, Dayak dan Kutai yang termasuk pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
Kecamatan Teluk Pandan dan Sangatta
Selatan telah menimbulkan konflik
tenurial sedangkan pemanfaatan dan DAFTAR PUSTAKA
pengelolaan potensi biofisik berdampak
pada menurunnya kesuburan lahan dan Ancrenaz, M. (2013). Orang-utans and agro-
timbulnya konflik satwaliar, dengan industrial plantations, perspective from
Sabah. Workshop : Orangutan Conserva-
indikasi ditemukannya orangutan dan tion and Reforestation. 11-13 Juni 2013.
buaya di pemukiman. Persepsi masyara- Hotel Royal Victoria, Sangatta, Kaltim.
kat terhadap status usulan zona khusus Archive. (2007). Haluan baru. http://jejak kelana.
yang terbanyak adalah menghendaki Wordpress.com/2007/08/…. Diakses
sebagai enclave (45%) dan masyarakat tanggal 19 Mei 2014.
Arrayun, A. (2010). Taman Nasional Kutai.
masih berkeinginan berdiam di dalam http://senyumanarthuria.blogspot.com/201
kawasan. Untuk mengatasi dampak lan- 0/07/taman-nasional-kutai.html
jutan, maka zona khusus ditata dalam Balai Taman Nasional Kutai. (2008). Hasil survey
zona budidaya, zona interaksi untuk keberadaan populasi orangutan dan
mengatasi dampak tenurial dan konflik keragaman hayati lainnya di Taman
Nasional Kutai, Orangutan Conservation
satwaliar. Penataan usulan zona khusus Service Program (OCSP) dan The Nature
hendaknya dilakukan menurut lanskap Conservacy (TNC). 26 Hal.
dan kegiatan masyarakat yang terbagi ke Balai Taman Nasional Kutai. (2010). Rencana
dalam zona budidaya yang dimanfaatkan pengelolaan Taman Nasional Kutai 2010-
untuk pemukiman dan pekarangan 2029. Balai TN Kutai, Bontang, Kaliman-
tan Timur.
selebar 250 m di kiri kanan jalan Balai Taman Nasional Kutai. (2013a). Zonasi
Bontang-Sangatta, zona interaksi sebagai Taman Nasional Kutai. Balai TN Kutai,
areal usaha perkebunan, persawahan dan Bontang, Kalimantan Timur.
pengusahaan selebar 251-750 m, selanjut- Bontang Post. (2015). Bupati dan wakil bupati
nya kawasan hijau yang berfungsi seba- panen raya bersama petani Teluk Pandan.
Kutai Timur, April 2015. http://www.
gai koridor satwaliar >751 m. Bontangpost.co.id/2015/04/bupati-dan-
wakil-bupati-panen-raya.html. Diakses 14
B. Saran Juli 2015.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
Masyarakat di usulan zona khusus Kabupaten Kutai Timur. (2013). Penduduk
TNK perlu dilibatkan dan berpartisipasi Kutai
secara aktif dalam rehabilitasi/restorasi Timur.http://www.antarakaltim.com/.../pen
kawasan dan pengusahaan jasa ling- duduk-kutai timur- capai-529775-jiwa.
Falah, F. (2012). Kajian efektifitas pengelelokaan
kungan untuk menciptakan alternatif kolaboratif Taman Nasional Kutai. Jurnal
ekonomi berbasis konservasi. Pendam- Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 10(1) :
pingan dan pengembangan hendaknya 37-57.
dilakukan terhadap kelembagaan dan Garsetiasih, R. (2012). Manajemen konflik
konservasi banteng (Bos javanicus d’Alton

99
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100

1832) dengan masyarakat di Taman Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional (2009). Desain restorasi ekosistem lahan
Alas Purwo Jawa Timur. Sekolah Pasca bekas tambang batubara PT Kaltim Prima
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Coal, Kalimantan Timur. Laporan
Gunawan W., dan S. Jinarto. (2007). Valuasi Draft2.Kerjasama Pusat Penelitian dan
ekonomi manfaatan kawasan Taman Pengembangan Hutan dan Konservasi
Nasional Kutai (studi kasus di Seksi Alam dengan PT Kaltim Prima Coal. Hal
Konservasi Wilayah II Sangatta). Laporan 125-130.
Kegiatan Pelatihan Valuasi Ekonomi Sawitri, R., S. Suharti dan E. Karlina. (2011).
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Interaksi masyarakat dengan hutan dan
Angkatan II Blok II. 64 hal. lingkungan sekitarnya di kawasan dan
Kompas com. (2013). Penjarahan kayu ulin daerah penyangga Taman Nasional Kutai.
masih ada di TNK. Rabu 12 juni Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam,
2013.http://nasional.kompas com/ Vol. 8(2) : 129-142.
read/2013/06/12/03273589/contact.html. Sawitri, R. Dan E. Karlina. (2013). Evaluasi
Kurniawan, H. (2010). Kemiskinan di dalam dan zonasi taman nasional : studi kasus Taman
sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat di Nasional Kutai. Laporan Hasil Penelitian,
Pusat Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor.
Kabupaten Pesisir Selatan (perilaku dan
42 hal.
strategi bertahan hidup).
Sirait, J. (2014). Kearifan lokal Serampas dan
http://www.repository.unand.ac.id/....hasi
wacana enclave Taman Nasional Kerinci
m_kurniawan _052005. Pasca Sarjana
Seblat. Jambi.
Universitas Andalas. http://www.mongabay.co.id/2014/03/10/
Kwatrina, R.T., M Bismark & R.Sawitri. (2014). kisah-kearifan-lokal-serampas-dan
Succes story of buffer zone management at wacana-enclave-tn-kerinci-seblat. Diakses
Kerinci Seblat National Park : lesson 21 Juli 2014.
learnt from Jorong Pincuran Tujuah Subarudi. (2001). Upaya penyelamatan Taman
Village, West Sumatra. International Nasional Kutai. Info Sosial Ekonomi, Vol
Conference of Indonesia Forestry 2 (2001) : 29-35.
Research, 2ndINAFOR, 27-28 August Supriyadi (2008). Kandungan bahan organik
2013. Jakarta. sebagai dasar pengelolaan tanah kering
Maleong, L.J. (2011). Metodologi penelitian madura. Embryo 5(2) : 176-183.
kuantitatif (edisi revisi). Bandung. PT Tangketasik, A., N.M Wikarniti, Ni N Soniari & I
Remaja Rosdakarya. W Narka. (2012). Kadar bahan organik
Maryati, T. (2011). Preferensi masyarakat tanah pada tanah sawah dan tegalan di Bali
terhadap pemilihan jenis pohon dalam serta hubungannya dengan tekstur tanah.
pengelolaan hutan berbasis masyarakat : AGROTROP 2(2) : 101-102.
studi kasus di Desa Paramasan Bawah, Taman Nasional Kutai. (2005). Buku dasar
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Taman Nasional Kutai. Departemen
Jurnal Hutan Tropis, Vol 12(31) : 123- Kehutanan.
131. Universitas Lambung Mangkurat, TNKLestari. (2009). Buaya muara; keganasan
Banjarbaru. predator Kutai.
Mulyono, M., A Mulyana, P. Munnigh, Y. http://tnklestari.wordpress.com/tag/tn-
Indriatmoko, G. Limbang, N.A Utomo, R. kutai/ Diakses 22 Januari 2015.
Iwan, Saparuddin dan Hamzah. (2010). Uluk A, M Sudana dan E. Wollenberg. (2001).
Kebijakan pengelolaan zona khusus, Ketergantungan masyarakat Dayak
dapatkah meretas kebuntuan dalam menata terhadap hutan di sekitar Taman Nasional
ruang taman nasional di Indonesia. Brief Kayan Mentarang. Bogor : Center for
No 1, April 2010, Center For International International Forestry Research (CIFOR).
Forestry Research. 150 Hal.
http://www.cifor.cgiar.org. Yuwono, I.H., P. Susanto, C. Saleh, N Andayani,
Nuhayati, L., Swastati, dan Wiati, C.B. (2006). D. Prasetyo, S.C.U. Atmoko. (2007).
Kondisi tata niaga ulin di Kalimantan Guidelines for better management
Timur dalam membangun kembali hutan di practices on avidence, mitigation and
Kalimantan. S.A Siran dan N. Yuliaty eds. management of human-orangutan conflict
BPK Kalimantan, Samarinda. in and around oil palm plantations.
Direktorat Perlindungan Hutan dan
Nurmegawati, Afrizon dan D. Sugandi. (2014).
pelestarian Alam. Departemen Kehutanan.
Kajian kesuburan tanah perkebunan karet
Wibowo, A. (2008). Hutan dan jiwa Dayak.
rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Littri
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/09/02/
20(1) : 17-26. Balai Pengkajian Teknologi
hutan-dayak-dan- jiwa-dayak. Diakses
Pertanian Bengkulu. tanggal 20 Mei 2014.

100

You might also like