Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The construction of the arterial road of Bontang-Sangatta in Kutai National Park triggering tenurial and
wildlife conflicts due to communities occupation. Therefore, it should be managed into a special use zone.
The objective of the study was to evaluate special use zone proposal, associated with the typology of ethnic
communities, biophysical potency, as well as the communities perception. Structured questionnaires were
used to interview 58 households. The proposed special use zone should urgently be defined considering of
increasing communities population density of about 22% per year, and land encroachment of about ≥ 2 ha in
Teluk Pandan and South Sangatta Sub-District. Land management lead to decreasing soil fertility. Rubber
estate, however, enlarged orangutan home range. Communities perception revealed that 45% of the
community wish that the area status is an enclave. It was indicated that most of the people wanted to stay in
the area. The study identified 18.831 ha as a suitable area for a special use zone. The proposed zone should
be arranged into three zones i.e., cultivation zone (250 m), interaction zone (251-750 m) and green belt zone
(>751 m) from either side of the arterial Bontang-Sangatta road. The farmer and fishermen communities
should also be advocated.
Key words : Kutai National Park, special use zone, perception and management
ABSTRAK
Pembangunan jalan poros Bontang-Sangatta di Taman Nasional Kutai memicu terjadinya konflik tenurial
maupun konflik satwa, karena okupasi masyarakat. Kondisi ini mengarahkan pengelolaan kawasan ini
menjadi zona khusus, untuk itu tujuan penelitian ini mengevaluasi usulan zona khusus dihubungkan dengan
tipologi etnis masyarakat, potensi biofisik kawasan dan persepsi masyarakat. Metode penelitian dilakukan
melalui wawancara dan kuesioner pada 58 Kepala Keluarga (KK). Usulan zona khusus ini layak ditetapkan
mengingat peningkatan kepadatan penduduk sekitar 22% per tahun dan peningkatan pengusahaan lahan ≥ 2
ha pada masyarakatdi Kecamatan Teluk Pandan dan Sangatta Selatan. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan
berdampak pada menurunnya kesuburan lahan. Sementara itu, keberadaan perkebunan karet memperluas
daerah jelajah satwa terutama orangutan. Persepsi masyarakat terhadap status kawasan yang menghendaki
enclave (45%) mengindikasikan bahwa mereka masih menginginkan menetapdi kawasan. Usulan hasil
penelitian ini, pengelolaan kawasan seluas 18.831ha layak sebagai zona khusus dan penataan lahannya
terbagi ke dalam zona budidaya selebar 250 m di kiri kanan jalan Bontang-Sangatta, zona interaksi selebar
251-750 m serta kawasan hijau yang berfungsi sebagai koridor > 751 m disertai pembinaan kelompok tani
dan nelayan masyarakat.
Kata kunci : Persepsi dan pengelolaan, Taman Nasional Kutai, zona khusus
85
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
86
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
Zona
khusus
Gambar (Figure) 1. Zona khusus di sepanjang jalan Bontang-Sangatta (Special use zone along the side of
Bontang-Sangatta road)
87
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
88
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
Tabel (Table) 1. Jumlah dan kepadatan penduduk di zona khusus dan daerah penyangga Taman Nasional
Kutai, Kabupaten Kutai Timur (The population number and density in special zone and
buffer zone of Kutai National Park, Kutai Timur County)
Penduduk Kepadatan
penduduk
Perempuan Jumlah Jumlah KK
Kabupaten Kecamatan Laki-laki (Population
(Female) (Total) (The
(District) (Sub-district) (Male) (jiwa, density)
(jiwa, (jiwa, number of
individual) (jiwa/km2,
individual) individual) household)
individual/km2)
Kutai Sangatta Utara 93.627 73.262 166.889 47.157 132,18
Timur Teluk Pandan 15.985 12.581 28.566 8.166 34,38
Rantau Pulung 6.428 5.562 11.990 3.342 83,37
Muara Bengkal 10.917 9.685 20.602 6.794 13,53
Muara 9.615 8.709 18.324 5.352 6,69
Ancalong
Sangatta 23.474 19.048 42.522 12.224 25,60
Selatan
Jumlah 160.046 128.847 288.893 83.035 49,29
Sumber (Source) : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kabupaten Kutai Timur (Population and Civil
Registration Agency) (2013)
matan Sangatta Selatan dan Teluk Pandan sekitar yaitu Kalimantan Tengah dan
yang terdapat di dalam kawasan juga Kalimantan Selatan. Masyarakat yang
mengalami peningkatan kepadatan berasal dari Sulawesi, Jawa dan Madura,
penduduk dari 11,58 individu/ km2 dan mayoritas mendiami Kecamatan Teluk
15,53 individu/km2 (Badan Pusat Pandan.
Statistik, Kabupaten Kutai Timur, 2011) Pola usaha tani masyarakat di zona
menjadi 25,60 individu/km2 dan 34,38 khusus di TNK dapat dijabarkan pada
individu/km2, sehingga peningkatan ke- Tabel 2. Penggunaan lahan dalam bentuk
padatan penduduk di kedua kecamatan persawahan atau kebun. Pada umumnya,
tersebut sekitar 22% per tahun. pola tanam monokultur dengan jenis
Peningkatan jumlah penduduk kedua tanaman yang dominan pisang, karet atau
kecamatan yang signifikan berdampak kelapa sawit dan tanaman tumpangsari
terhadap peningkatan intervensi masya- yakni padi ladang dan tanaman obat-
rakat akan sumberdaya lahan hutan dan obatan atau empon-empon, dilakukan
hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan pada waktu tegakan berumur 1-3 tahun.
hidup (Kurniawan, 2010). Hal ini ter- Lahan garapan masyarakat minimal 2 ha
cermin dari penjarahan kayu ulin yang atau bahkan mencapai 10 ha. Luasan
dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk lahan garapan tersebut berhubungan
memenuhi kebutuhan akan kayu ba- dengan cara memperolehnya, dimana
ngunan yang setiap tahunnya terjadi yaitu pada awal pembukaan lahan garapan
7.280 m3 (tahun 1999), 71,33 m3 (2004), diperoleh melalui swadaya secara ber-
23 m3 (2005), 13.805 m3 (2008), 19.825 gotong royong sekitar 50 orang dengan
m3 (2011) dan 200 m3 (2012) (Kom- membayar upah rintis sekitar Rp
pas.com, 2013; Taman Nasional Kutai, 2.500.000,-. Untuk pemukiman dan lahan
2005; Nurhayati et al., 2006). usaha, tetapi saat ini lahan garapan
Asal-usul penduduk yang dijumpai di tersebut telah diperjualbelikan dengan
zona khusus TNK, yang termasuk di masuknya investor yang membeli tanah
Kecamatan Sangatta Selatan sebagian untuk usaha dengan investasi yang cukup
besar berasal dari masyarakat lokal Suku besar seperti pembangunan rumah walet
Dayak atau Suku Kutai atau pun daerah dan pabrik batu bata.
89
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
Tabel (Table) 2. Pola usaha penduduk dari berbagai etnis di zona khusus, Taman Nasional Kutai (The
pattern of population businesses from many etnic in special use zone, Kutai National Park)
Parameter (Parameter) Asal etnis (Etnic origin)
Kutai Dayak Jawa Bugis Madura
Luas garapan 2 - 5 ha 3 - >10 ha 2-5 ha 4-10 ha 2-4 ha
(Encroachment areas)
Jarak tempat tinggal ke 15 km 0-5 km 0,25-2 km 0,5- 5 km 0,1-2 km
lahan garapan (The
distance from house to
encroachment areas)
Jarak tempat tinggal ke 0,5 km 1 km 2 km 6 km 2 km
sungai (The distance from
house to river)
Frekuensi interaksi Enam bulan- Enam bulan - Setiap hari/ saat 2 Kali/bulan Setiap hari
(Interaction frequencies) setahun sekali (6 setahun sekali (6 musim tanam (2 Times/ (Every day)
Months-1 year) Months-1 year) (Every month)
day/planting
season)
Tujuan berinteraksi Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan
dengan TNK (The aim of lahan garapan lahan garapan lahan untuk lahan garapan lahan garapan
interaction with Kutai untuk kebun untuk budidaya budidaya untuk budidaya untuk usaha
National Park) pisang dan karet tanaman pangan tanaman pangan tanaman batu bata dan
(Arable land for dan karet (Arable (Arable land for pangan, buah- ternak (Arable
banana and land for crops and crops) buahan, hhbk land for bricks
rubber rubber plantation) dan kelapa and livestock)
plantation) sawit (Arable
land for crops,
fruits, NTFP,
and palm oil)
Teknik pembukaan lahan Sistem tebang Sistem tebang Sistem tebang Sistim tebang Sistem tebang
(The land cleared habis dan bakar habis dan bakar habis dan bakar pilih dan bakar habis
techniques) (Clearcut and (Clearcut and (Clearcut and (Clearcut and (Clearcut )
burning) burning) burning) burning)
Pola tanam yang - Tanaman - Tanaman -Tanaman - Tanaman -
diusahakan di lahan semusim pangan semusim pangan semusim pangan
garapan (The cropping (Crops) (Crops) (Crops) semusim
pattern in encroachment - Tanaman - Padi dan Karet (Crops)
areas) pisang dan (Rice and - Padi, buah-
karet (Banana rubber) buahan,
and rubber ) gaharu,
kelapa sawit
(Rice, fruits,
agarwood,
palm oil)
Sistim budidaya Kurang intensif Kurang intensif Sangat intensif Intensif Sangat intensif
(Cultivated system) (Less intensif) (Less intensif) (Very intensif) (Intensif) (Very intensif)
Penggunaan jenis pohon -Ulin, meranti, -Ulin, meranti, -Ulin, meranti, -Ulin, meranti, Semua jenis
(Wood utilization) kapur kapur kapur kapur (All species)
Pemanfaatan satwa Ikan, punai, Babi, ikan , punai, Ikan (Fish) Payau, Burung (Birds)
(Wildlife utilization) payau dan pelanduk (Wild pelanduk,
pelanduk (Fish, board, fish, punai, ikan
columbidae, columbidae, (Sambar deer,
sambar deer, mouse deer) mouse deer,
mouse deer) columbidae,
fish)
Jenis satwa yang sering Orangutan Orangutan Monyet Monyet Monyet
dijumpai (Wildlife species (Orangutan), (Orangutan), (Monkey), (Monkey) dan (Monkey), dan
that are founded) monyet (monkey), monyet (monkey), berbagai jenis berbagai jenis berbagai jenis
buaya (crocodile), buaya (crocodile), burung (and All ikan (and All burung (and All
berbagai jenis berbagai jenis ikan species birds) species fish) species birds)
ikan (fish) (and All species
fish)
Sumber (Resources) : Analisis data primer 2013 dan data sekunder, Sawitri et al., 2011 (Analysis from the primary and
secondary data, Sawitri et al., 2011)
90
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
91
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
Tabel (Table) 3. Kesuburan tanah di kawasan Prevab dan Sangatta Selatan (Soil fertility in Prevab and South
Sangatta areas)
Parameter pengujian Sangatta Selatan
No Satuan (Unit) Prevab
(Analysis parameter) (South Sangatta)
1. pH - 5.4 4.0
2. C-organik % 0,93 0,25
3. N total % 0,15 0,08
4. Nisbah C/N % 6,2 3,1
5. P2O5 tersedia Ppm 1,2 2,0
Kation-kation dapat ditukar (Cations can be changed)
6. Ca cmol/kg 6,61 0,30
7. Mg cmol/kg 2,37 0,29
8. K cmol/kg 0,21 0,18
9. Na cmol/kg 0,25 0,22
10. Total cmol/kg 9,41 1,02
11. KTK cmol/kg 17,82 14,82
12. KB % 52,81 6,88
13. Al3+ me/100g 0,00 10,27
14. H+ me/100g 0,24 2,85
Sebaran butir (Distribution of grain) tekstur tiga fraksi (three fraction tecture)
15. Pasir % 38,7 22,8
16. Debu % 28,5 18,3
17. Liat % 32,8 58,9
Bahan organik yang terdapat di forestri seperti tanaman kelapa sawit (10
kedua lokasi akan termineralisasi karena m x 10 m) dicampur dengan pohon
nisbah C/N di bawah nilai kritis 25-30, gaharu, perkayuan atau buah-buahan dan
sehingga dapat dikatakan bahwa kesubur- tanaman obat-obatan atau empon-empon.
an tanahnya rendah (Stevenson, 1982). Demikian juga dengan tanaman karet (10
Kadar C-organik pada tanah tegalan di m x 10 m) yang dibudidayakan masyara-
Sangatta Selatan termasuk kriteria sangat kat etnis Suku Dayak dapat dikombinasi-
tinggi (Tangketasik, et al., 2012), hal ini kan bersama padi ladang, rumput gajah
berkorelasi positif dengan fraksi liat yang sebagai pakan ternak dan tanaman obat-
sangat berperan dalam tata air dan obatan. Pola tanam sistem agroforestri
berpengaruh terhadap pertukaran udara dengan tanaman pokok kelapa sawit jarak
dan aktivitas mikroba tanah yang kurang tanam 10 m x 10 m serta tanaman sela
baik. Apabila dilihat dari kandungan C- berupa kayu suren (Toona sureni) 10 m x
organik dan fraksi tanah liat, maka pola 20 m dan kopi demikian juga dengan
tanam sawah tergenang yang dilakukan tanaman pokok karet dengan jarak tanam
masyarakat etnis Jawa dengan pengolah- 10 m x 10 m dicampur dengan pohon
an dan pemupukan tanah yang sangat suren (10 m x 20 m) dan tanaman bawah
intensif memberikan hasil produksi yang padi ladang serta kapol (Amomum
lebih bagus dibandingkan dengan padi cardamomum L.), telah dilakukan oleh
ladang yang dibudidayakan etnis Suku masyarakat Desa Bangunrejo, daerah
Dayak. Kondisi ini disebabkan korelasi penyangga Taman Nasional Kerinci
antara kandungan bahan organik tanah Seblat, (Kwatrina et al., 2014). Pemanen-
dengan tekstur tanah di tegalan dengan an kelapa sawit dan karet dimulai tahun
dominasi liat menyebabkan terbatasnya ke 3-5 sedangkan tanaman perkayuan
pergerakan akar karena pori aerasi yang dipanen ≥ 5 tahun sedangkan tanaman
kurang baik di samping aktivitas mikroba bawah padi ladang, kopi, tanaman obat
tanah dalam melapukkan tanah berjalan serta pakan ternak dipanen setiap ming-
dengan lambat. guan, bulanan sampai enam bulanan.
Pola tanam pada tanah tegalan hen- Berdasarkan tingkat kesuburan tanah
daknya diarahkan pada sistem agro- di zona khusus, TNK diperlukan penge-
92
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
lolaan untuk memperbaiki kualitas tanah Jacq), karet (Hevea brasiliensis Mull.
melalui pemupukan dengan serasah Arg), padi sawah (Oryza sativa L.), padi
legum seperti gamal (Glerisidia sepium ladang (Oriza sp.) serta buah-buahan
(Jacq.) Kunth.ex Walp.) kaliandra telah dibudidayakan melalui pembelian
(Calliandra calothyrsus Meisn.), mikha- bibit yang berkualitas dan bersertifikat,
nia (Mikania cordata (Burn f.) B.L. agar waktu panen lebih dapat dipercepat.
Rob.), lamtoro (Leucaena leucocephala Demikian juga dengan pengolahan lahan
(Lam.) de Wit) dan Tephrosiavogelii yang dilakukan terutama pada waktu
Hook.f. dengan pupuk kandang (90% : penanaman padi sawah telah dilakukan
10%) (Lindawati & Handayanto, 2002; dengan bantuan traktor tangan. Budidaya
Supriyadi, 2008). tanaman buah-buahan juga diarahkan
Pendapatan masyarakat yang meng- untuk dapat diperjual belikan, bukan lagi
olah lahan di zona khusus dengan sistem sekedar untuk memenuhi kebutuhan
agroforestri diharapkan mengalami pe- sendiri. Buah-buahan tersebut bernilai
ningkatan berdasarkan variasi hasil ekonomis, diantaranya adalah pisang
pendapatan baik mingguan, bulanan (Musa spp.), durian (Durio zibethinus L.),
maupun tahunan. Apabila tanaman pokok rambutan (Nephelium lappaceum L.),
berupa kelapa sawit dan tanaman sela alpukat (Persea Americana Mill.),
berupa tanaman perkayuan, gaharu, buah- nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.),
buahan, empon-empon/tanaman obat- sukun (Artocarpus altilis (Parkinson)
obatan, maka total pendapatan berkisar Fosberg), pepaya (Carica papaya L.) dan
antara Rp 2,8 - Rp 3 jt per ha per bulan nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Hasil
sedangkan untuk tanaman pokok karet buah-buahan tersebut dipasarkan ke luar
dengan tanaman sela padi ladang, buah- kawasan maupun di jalan raya Bontang-
buahan, rumput ternak dan empon- Sangatta.
empon/tanaman obat memberikan penda- Apabila dibandingkan dengan hasil
patan berkisar Rp 5,25 - 6,5 jt per ha per penelitian Gunawan dan Jinarto (2007),
bulan. Persawahan yang tergenang air yang menyatakan pemanfaatan sumber-
memberikan pendapatan sekitar Rp 5 jt - daya alam di TNK oleh masyarakat
6,5 jt per ha per bulan. Mata pencaharian diantaranya adalah pemanfaatan tumbuh-
lainnya seperti nelayan merupakan an obat, tumbuhan hias, kayu bakar, kayu
pekerjaan sampingan demikian juga bangunan, buah-buahan, bahan makanan,
dengan kegiatan pelayanan jasa. Kegiatan bahan kerajinan, pakan ternak, untuk
usaha yang perlu diwaspadai yakni mendapatkannya dapat ditempuh dengan
pembangunan rumah walet dan pem- waktu sekitar 2-45 menit. Pemanfaatan
buatan batu bata karena usaha ini tumbuhan obat terdiri dari pasak bumi
merupakan usaha dengan permodalan (Eurycoma longifolia Jack), akar kuning
yang cukup besar, sehingga diperlukan (Coscinium fenestratum (Gaertn.)
evaluasi dan monitoring jenis kegiatan Colebr), daun jambu monyet (Annacar-
masyarakat di zona khusus, tingkat keter- dium occidentale L.) dan kayu semilit
gantungan terhadap sumberdaya hutan atau baru baru (Osbornia octodonta F.
yang semakin meningkat yakni berupa Muell.) tumbuhan hias terdiri dari jenis-
lahan garapan dan pergeseran mata jenis anggrek, bahan makanan seperti
pencaharian. umbut rotan, buah-buahan hutan serta
bahan kerajinan seperti rotan sudah tidak
B. Potensi Biofisik dilakukan lagi karena sumberdaya yang
ada semakin jauh ke dalam hutan, dengan
Jenis komoditi yang dibudidayakan
waktu tempuh menjadi 2-3 jam per-
adalah tanaman budidaya pertanian mau-
jalanan (Sawitri dan Karlina, 2013).
pun hasil kelautan. Tanaman budidaya
berupa kelapa sawit (Elaeis guinensis
93
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
Saat ini, perkebunan kelapa sawit kan pada pendapatan harian dan salah
sudah mulai ditinggalkan oleh masyara- satu mata pencaharian Suku Dayak
kat karena harga jual buah kelapa sawit (Maryati, 2011). Tanaman karet saat ini
yang cukup rendah dan mahalnya ongkos telah berumur 3-5 tahun dan telah dapat
angkut, berganti menjadi perkebunan diteres untuk diambil getahnya (Gambar
karet. Pemilihan tanaman karet didasar- 2).
Gambar (Figure) 2. Perkebunan karet dan getah karet (Rubber plantation and latex)
94
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
di Kecamatan Teluk Pandan (TNK pendatang yang baru dan lahan yang
Lestari, 2009; Bina Kelola Lingkungan, dikelola belum menghasilkan.
2007).
E. Usulan Pengelolaan Zona Khusus
D. Persepsi Masyarakat di Usulan Zona TNK
Khusus TNK
Mengingat terjadinya peningkatan
Dalam perkembangannya, usulan jumlah penduduk di Kecamatan Sangatta
zona khusus ini diusulkan menjadi Selatan dan Teluk Pandan sekitar 22%
enclave oleh pemerintah daerah. Zona dan mata pencaharian masyarakat sebagai
khusus yang diusulkan menjadi enclave petani sekitar 43% dengan pengelolaan
tahun 2000 sekitar 15.000 ha, tahun 2013 lahan berupa persawahan dan perkebunan
menurut zonasi TNK 18.831 ha, tetapi yang cukup intensif berdampak pada
dalam perkembangannya luasnya menjadi penurunan kesuburan lahan serta memicu
23.712 ha. Untuk mengetahui respon terjadinya konflik dengan satwaliar. Di
masyarakat terhadap wacana ini maka samping itu, luasnya kepemilikan lahan
dilakukan wawancara dan hasilnya garapan ≥ 2 ha per orang serta perpesi
tercantum pada Gambar 3. Pendapat masyarakat yang menginginkan enclave
masyarakat dipengaruhi oleh asal-usul sebesar 45% yang artinya menginginkan
dan mata pencaharian masyarakat. tetap tinggal di kawasan ini, maka
Masyarakat bermata pencaharian per- penetapan usulan zona khusus di lokasi
tanian intensif berupa persawahan ini layak dilakukan agar tidak terjadi
bersedia dipindahkan dengan penggantian perluasan lahan garapan atau perambahan
lokasi lahan sedangkan masyarakat kawasan dan mengakomodir kepentingan
dengan pertanian ekstensif lebih memilih Pemda Kutai Timur (Kutim) yang
status kawasan adalah enclave karena mengharapkan Kecamatan Teluk Pandan
indikasi kandungan batu bara yang sebagai sentra produksi beras sebesar 6.7
berkalori tinggi dengan nilai sumberdaya ton/ha gabah kering di Kabupaten Kutim
6.000-7.000 sejumlah 2,5 ton dan diper- (Bontang Post, 2015).
kirakan berharga sekitar $ 92 milyar Usulan zonasi TNK tahun 2013
dollar (Situs resmi TN Kutai, 2008 dalam seluas 198.629 ha dibagi ke dalam 5 zona
Arrayun, 2010; Departemen Kehutanan, (Balai Taman Nasional Kutai, 2013b).
2008), sehingga lahan yang berharga ini Zonasi tersebut dipetakan oleh Balai
merupakan investasi untuk diperjual Taman Nasional Kutai sesuai Gambar 4.
belikan. Masyarakat yang menetap dan Usulan zona inti dan zona rimba memiliki
mengelola lahan dalam bentuk kebun luasan yang cukup sebagai habitat
dengan usaha sampingan berjualan satwaliar dan tumbuhan serta penahan
sembako, menginginkan status kawasan intervensi pengaruh dari luar. Usulan
berupa zona khusus karena masyarakat zona rehabilitasi merupakan kawasan
ini memiliki tingkat ketergantungan yang telah mengalami degradasi dan
terhadap sumberdaya lahan yang tinggi luasannya sebagian tumpang tindih
dan persepsi terhadap konservasi yang dengan usulan zona khusus yang
cukup tinggi. Masyarakat yang tidak diusulkan oleh Pemerintah Daerah Kutai
memberikan respon adalah masyarakat Timur seluas 23.172 ha atau sekitar
9,57%.
95
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
Gambar (Figure) 3. Persepsi masyarakat terhadap usulan zona khusus, TNK (Community perception to
proposal special use zone, TNK)
Gambar (Figure) 4. Usulan zonasi Taman Nasional Kutai, 2013 (The proposal zones of Kutai National
Park, 2013)
Zona khusus adalah bagian dari tradisi serta pelestarian tumbuhan dan
taman nasional karena kondisi yang tidak satwa berguna dengan kondisi lanskap
dapat dihindarkan telah terdapat kelom- kampung, dusun atau desa (Koesmar-
pok masyarakat dan sarana penunjang yandi et al., 2012), merujuk pada
kehidupannya yang tinggal sebelum beberapa Peraturan Menteri Kehutanan
wilayah tersebut ditetapkan sebagai yaitu Permenhut No. 56/Menhut-II/2006
taman nasional. Peruntukkan zona khusus tentang Pedoman Zonasi Taman Nasio-
untuk mengakomodir kepentingan kon- nal, Permenhut No. 19/Menhut-II/2004
servasi dan aktivitas kelompok masya- tentang Pengelolaan Suaka Alam dan
rakat yang tinggal di wilayah tersebut Kawasan Pelestraian Alam dan Permen-
sebelum ditunjuk/ditetapkan sebagai hut No 8/Menhut-II/2013 tentang
taman nasional dan sarana penunjang Pengembangan Perhutanan Masyarakat
kehidupannya serta kepentingan yang Pedesaan Berbasis Konservasi.
tidak dapat dihindari berupa sarana Prinsip pengelolaan usulan zona
telekomunikasi, fasilitas transportasi dan khusus TNK yang diajukan oleh
listrik, dengan tata guna lahan diarahkan Moelyono et al., (2010) terkait dengan
penggunaannya sebagai tempat tinggal, keberadaan masyarakat diantaranya ijin
interaksi sosial dan sistem pewarisan memanfaatkan dan hak mengelola kawa-
96
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
san secara ramah lingkungan namun tidak 2010), maka usulan zona ini dibagi ke
mempunyai hak memiliki, melalui per- dalan zona atau jalur budidaya, jalur
aturan yang mengikat berdasarkan krite- interaksi atau jalur hijau disepanjang
ria yang terkait tentang kriteria lingkung- jalan Poros Bontang-Sangatta sepanjang
an (kesehatan ekosistem), ekonomi 68 km (Balai Taman Kutai, 2010),
(tingkat penghidupan yang layak), sosial (Tabel 4).
(kesetaraan antar kelompok), budaya Lokasi pemukiman atau kawasan
(keutuhan dan identitas) serta politik budidaya, apabila diplotkan pada lahan di
(proses pengambilan keputusan yang adil kiri kanan jalan sepanjang Bontang-
dan transparan). Pengelolaan zona khusus Sangatta selebar 250 m, akan menempati
yang dikembangkan oleh Balai Taman luas 3.400 ha atau 18,06% dari usulan
Nasional Kutai (2010), sebagai berikut : zona khusus seluas 18.831ha. Pembinaan
1. Status kawasan tetap dipertahankan dan pendampingan masyarakat di kawa-
sebagai kawasan TNK san pemukiman perlu dilakukan pada
2. Letak zona khusus berada pada kelompok tani dan nelayan masyarakat
wilayah yang telah disepakati sebe- agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan
lumnya untuk ditata batas pengaman- konservasi yakni pembibitan, penanaman
an dan pemeliharaan tanaman untuk res-
3. Pemanfaatan lahan diberikan kepada torasi kawasan, pengembangan wisata
penduduk yang telah tinggal, memi- alam serta pengolahan tanaman obat,
liki lahan dan hidupnya tergantung pembuatan gula aren, peternakan sapi,
pada lahan tersebut sebelum TNK hasil kerajinan, pengolahan hasil per-
ditunjuk tanian dan tambak. Beberapa kelompok
4. Tidak mengakomodir kepemilikan kegiatan masyarakat di usulan zona
lahan oleh masyarakat yang tinggal di khusus diantaranya Kelompok Tani
dalam zona khusus Nyiur, Setuju, Padaidi, Suka Rukun, Suka
5. Pengelolaan akan dilaksanakan oleh Riadan Usaha Mandiri. Kelompok lain-
lembaga khusus yang bertanggung nya yakni Kelompok Nelayan Teluk
jawab kepada Balai TNK Kaba, pangkang Lestari, Cahaya Terate,
6. Zona khusus akan terbagi menjadi Mutiara Laut, Sumber maju, maju
areal pemukiman, areal pemanfaatan Bersama dan Sumber Rezeki (RPD, Kutai
dan areal lindung Timur; 2015).
7. Pengelolaan di dalam zona khusus Zona interaksi selebar 251 m-750 m
akan diarahkan menjamin kehidupan yang merupakan areal pemanfaatan, hal
yang ramah lingkungan dan berupaya ini berdasarkan kemampuan masyarakat
untuk mempersiapkan generasi men- dalam mengolah lahan garapan seluas 2
datang untuk mendapatkan kehidupan ha sedangkan sisanya dibiarkan dalam
yang layak di luar zona khusus bentuk lahan tidur, dibedakan antara
8. Secara prinsip peraturan perundangan persawahan; perkebunan karet, gaharu
yang diacu adalah peraturan perun- dan kelapa sawit; rumah walet dan
dangan yang berlaku pada kawasan pembuatan batu bata, akan mencakup
konservasi dan peraturan-peraturan luasan 6.800 ha atau 36,11% dari luas
lain yang disepakati sepanjang tidak usulan zona khusus. Di dalam kawasan
bertentangan dengan peraturan yang ini dapat disisipkan kantong-kantong
ada. habitat satwa/HCVF sebagai daerah
pengungsian satwaliar dengan jenis
Mengacu pada penataan ruang di tanaman perkayuan lokal dan tanaman
usulan zona khusus yang meliputi areal pakan satwaliar marga ficus (Yuwono et
pemukiman, areal pemanfaatan dan areal al., 2007; Ancrenaz, 2013). Pengelolaan
lindung (Balai Taman Nasional Kutai, lahan oleh masyarakat tergantung lanskap
97
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
dan jaraknya dari rumah. Lahan garapan Kawasan lindung atau green belt
yang merupakan pekarangan rumah lebih dari 751 m atau 45,83% dari usulan
ditanami tanaman buah-buahan, di zona khusus diplotkan sepanjang batas
samping pekarangan rumah adalah daerah antara usulan zona khusus dan zona
berawa yang dijadikan daerah persa- rehabilitasi difungsikan sebagai habitat
wahan. Selanjutnya, kawasan yang satwaliar perairan terutama buaya
memiliki kelerengan 5-10% atau berjarak (Crocodylus porosus) sebanyak 27 ekor
> 0,5 km dari rumah ditanami dengan yang terdapat di Telaga Bening seluas
jenis tanaman perkayuan seperti sengon 300 ha yang dapat dikembangkan sebagai
(Paraserianthes falcataria (L) I.C. pemanfaatan jasa lingkungan air dan
Nielsen), jati (Tectona grandis L.f.), wisata atraksi buaya. Kegiatan ini dapat
jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) melibatkan masyarakat maupun Mitra
Miq.), mahoni (Swietenia macrophylla Kutai, seperti PT Badak LNG, PT Kaltim
King), jati putih (Gmelina arborea Prima Coal, PT Pupuk Kaltim dan
Roxb.) dan ketapang (Terminalia cattapa Pertamina dalam konservasi dan mem-
L.) serta tanaman perkebunan seperti bangun ekonomi alternatif berbasis
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan konservasi (Archive, 2007).
karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg).
Tabel (Table) 4. Pembagian jalur di usulan zona khusus Taman Nasional Kutai (Allocation zone in proposal
of special use zone of Kutai National Park)
Lebar (Width)
Zonasi Manfaat ekonomi Manfaat ekologi
Kiri-kanan Komponen Potensi (Potency)
(Zoning) (Economic use) (Ecology use)
jalan (Left- (Component)
right of road)
1. Tanaman pangan (Food
Areal budidaya, plants)
1. Pendaatan masyarakat
pemukiman dan 2. Perikana (Fishery)
(Community income)
Jalur budidaya fasilitas umum 3. Sayuran (Vegetables)
2. Sumber gizi (Nutrition Pelestarian in-situ (In-
(Cultivation 250 m (Cultivation 4. Buah-buahan (Fruits)
resources) situ sustaibability)
zone) areas, settlement 5. Peternakan (Livestock)
3. Pendapatan daerah
and public 6. Pohon perkayuan (Woody
(Income revennue)
facilities) plants)
Jalur interaksi 251-750 m Kebun rakyat 1. Habitat satwa (Wildlife 1. Pendapatan 1. Biodivesitas fauna
(Interaction (Garden), hutan habitat) masyarakat dan flora (Flora and
zone) produksi (forest 2. Buah-buahan (Fruits) (Community income) fauna biodiversity)
production), 3. Budidaya pohon (Tree 2. Sumber gizi 2. Pelestarian sumber
hutan rakyat plantation) (Nutrition source) air (Sustainability of
(forest farming), 4. Agrowisata (Agrotourism) 3. Industri kayu (Wood water spring)
perkebunan 5. Kebun herbal (Herb garden) industry) 3. Habitat satwa
(plantation) 6. Penangkaran anggrek, rotan 4. Industri pertanian (Wildlife hábitat/
(Captivity orchids, rattan) (Agricultural industry) corridor)
7. Kelapa sawit, karet, gaharu 5. Industri tanaman obat 4. Pelestarian in-situ
(Palm tree, rubber & agar (Herbal industry) (In-situ
wood) 6. Budidaya tanaman sustainability)
hias (Cultivation 5. Konservasi lahan
ornamental plants and (Land conservation)
rattan) 6. Kearifan tradisional
7. Jasa lingkungan (Traditional
(Environment service) wisdom)
8. Wisata budaya
(Cultural tourism)
Jalur hijau >751 m Hutan alam 1. Habitat satwa (Wildlife 1. Sumber pendapatan 1. Bidodiversitas
(Green zone) (Nature forest), habitat) (Income resource) perairan (Riverine
sungai & anak 2. Sumber air (Water resource) 2. Jasa lingkngan : air biodiversity)
sungai (River & 3. Wisata alam (Nature (Environment 2. Pelestarian sumber
creek), mata air recreation) service: water) air (Water resource
(spring water) 3. Wisatawan dan sustainability)
lapangan pekerjaan 3. Nilai lingkungan
(Tourists and jobs) (Environment value)
4. Konservasi DAS
(Water catcment
conservation)
98
Kajian Usulan Zona Khusus Taman Nasional.…(Reni Sawitri dan/and Yelin Adelina)
99
Vol. 13 No. 2, Desember 2016: 85-100
1832) dengan masyarakat di Taman Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional (2009). Desain restorasi ekosistem lahan
Alas Purwo Jawa Timur. Sekolah Pasca bekas tambang batubara PT Kaltim Prima
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Coal, Kalimantan Timur. Laporan
Gunawan W., dan S. Jinarto. (2007). Valuasi Draft2.Kerjasama Pusat Penelitian dan
ekonomi manfaatan kawasan Taman Pengembangan Hutan dan Konservasi
Nasional Kutai (studi kasus di Seksi Alam dengan PT Kaltim Prima Coal. Hal
Konservasi Wilayah II Sangatta). Laporan 125-130.
Kegiatan Pelatihan Valuasi Ekonomi Sawitri, R., S. Suharti dan E. Karlina. (2011).
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Interaksi masyarakat dengan hutan dan
Angkatan II Blok II. 64 hal. lingkungan sekitarnya di kawasan dan
Kompas com. (2013). Penjarahan kayu ulin daerah penyangga Taman Nasional Kutai.
masih ada di TNK. Rabu 12 juni Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam,
2013.http://nasional.kompas com/ Vol. 8(2) : 129-142.
read/2013/06/12/03273589/contact.html. Sawitri, R. Dan E. Karlina. (2013). Evaluasi
Kurniawan, H. (2010). Kemiskinan di dalam dan zonasi taman nasional : studi kasus Taman
sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat di Nasional Kutai. Laporan Hasil Penelitian,
Pusat Konservasi dan Rehabilitasi, Bogor.
Kabupaten Pesisir Selatan (perilaku dan
42 hal.
strategi bertahan hidup).
Sirait, J. (2014). Kearifan lokal Serampas dan
http://www.repository.unand.ac.id/....hasi
wacana enclave Taman Nasional Kerinci
m_kurniawan _052005. Pasca Sarjana
Seblat. Jambi.
Universitas Andalas. http://www.mongabay.co.id/2014/03/10/
Kwatrina, R.T., M Bismark & R.Sawitri. (2014). kisah-kearifan-lokal-serampas-dan
Succes story of buffer zone management at wacana-enclave-tn-kerinci-seblat. Diakses
Kerinci Seblat National Park : lesson 21 Juli 2014.
learnt from Jorong Pincuran Tujuah Subarudi. (2001). Upaya penyelamatan Taman
Village, West Sumatra. International Nasional Kutai. Info Sosial Ekonomi, Vol
Conference of Indonesia Forestry 2 (2001) : 29-35.
Research, 2ndINAFOR, 27-28 August Supriyadi (2008). Kandungan bahan organik
2013. Jakarta. sebagai dasar pengelolaan tanah kering
Maleong, L.J. (2011). Metodologi penelitian madura. Embryo 5(2) : 176-183.
kuantitatif (edisi revisi). Bandung. PT Tangketasik, A., N.M Wikarniti, Ni N Soniari & I
Remaja Rosdakarya. W Narka. (2012). Kadar bahan organik
Maryati, T. (2011). Preferensi masyarakat tanah pada tanah sawah dan tegalan di Bali
terhadap pemilihan jenis pohon dalam serta hubungannya dengan tekstur tanah.
pengelolaan hutan berbasis masyarakat : AGROTROP 2(2) : 101-102.
studi kasus di Desa Paramasan Bawah, Taman Nasional Kutai. (2005). Buku dasar
Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Taman Nasional Kutai. Departemen
Jurnal Hutan Tropis, Vol 12(31) : 123- Kehutanan.
131. Universitas Lambung Mangkurat, TNKLestari. (2009). Buaya muara; keganasan
Banjarbaru. predator Kutai.
Mulyono, M., A Mulyana, P. Munnigh, Y. http://tnklestari.wordpress.com/tag/tn-
Indriatmoko, G. Limbang, N.A Utomo, R. kutai/ Diakses 22 Januari 2015.
Iwan, Saparuddin dan Hamzah. (2010). Uluk A, M Sudana dan E. Wollenberg. (2001).
Kebijakan pengelolaan zona khusus, Ketergantungan masyarakat Dayak
dapatkah meretas kebuntuan dalam menata terhadap hutan di sekitar Taman Nasional
ruang taman nasional di Indonesia. Brief Kayan Mentarang. Bogor : Center for
No 1, April 2010, Center For International International Forestry Research (CIFOR).
Forestry Research. 150 Hal.
http://www.cifor.cgiar.org. Yuwono, I.H., P. Susanto, C. Saleh, N Andayani,
Nuhayati, L., Swastati, dan Wiati, C.B. (2006). D. Prasetyo, S.C.U. Atmoko. (2007).
Kondisi tata niaga ulin di Kalimantan Guidelines for better management
Timur dalam membangun kembali hutan di practices on avidence, mitigation and
Kalimantan. S.A Siran dan N. Yuliaty eds. management of human-orangutan conflict
BPK Kalimantan, Samarinda. in and around oil palm plantations.
Direktorat Perlindungan Hutan dan
Nurmegawati, Afrizon dan D. Sugandi. (2014).
pelestarian Alam. Departemen Kehutanan.
Kajian kesuburan tanah perkebunan karet
Wibowo, A. (2008). Hutan dan jiwa Dayak.
rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Littri
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/09/02/
20(1) : 17-26. Balai Pengkajian Teknologi
hutan-dayak-dan- jiwa-dayak. Diakses
Pertanian Bengkulu. tanggal 20 Mei 2014.
100