You are on page 1of 37

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGRUHI PERNIKAHAN

DINI DI KECAMATAN SIGI BIROMARU


KABUPATEN SIGI

Proposal Penelitian

Oleh
Nur Anita
NIM. P07124318055

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2022
ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes
Kemenkes Palu.

Nama : Nur Anita


NIM : P07124318055

Palu, April 2022


Pembimbing I,

Sumiaty, SST., MPH


NIP. 19800511200112001

Palu, April 2022


Pembimbing II,

Asrawaty, S.Tr. Keb., M.Tr. Keb


NIP. 198608222010012001

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 19650324 198803 2001

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji Poltekkes Kemenkes
Palu.

Nama : Nur Anita


NIM : P07124318055

Palu, April 2022


Penguji I,

Lisda Widianti Longgupa, SST., M.Keb


NIP. 198104262002122002

Palu, April 2022


Penguji 2,

UdinMustaqim, SKM., M.Si


NIP. 196405091986031002

Palu, April 2022


Penguji 3,

Niluh Nita Silfia, SST., M.Keb


NIP. 19811062008122004

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 196503241988032001

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.........................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
E. Keaslian Penelitian................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Pernikahan Dini.........................................................8
1. Pengertian Pernikahan Dini..............................................................8
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini.....................9
3. Dampak Pernikahan Dini.................................................................14
4. Pencegahan Pernikahan Dini............................................................15
5. Penanggulangan Pernikahan Dini....................................................18
6. Kerangka Konsep penelitian.................................................................19
7. Hipotesis Penelitian..............................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................................22
B. Waktu Dan tempat penelitian................................................................22
C. Populasi Dan Sampel............................................................................22
D. Variabel Penelitian................................................................................23
E. Definisi Operasional.............................................................................23
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................26
G. Prosedur Penelitian...............................................................................26
H. Pengolahan Data...................................................................................28
I. Analisis Data.........................................................................................29
J. Penyajian Data......................................................................................29
K. Etika Penelitian.....................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 disebutkan bahwa perkawinan

hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun. Pada

dasarnya pernikahan anak yang kurang dari umur 19 tahun tidak

diperbolehkan. Namun, pada pasal berikutnya pernikahan yang kurang dari

usia yang telah ditetapkan bisa dilaksanakan apabila meminta dispensasi ke

Pengadilan Agama karena alasan yang sangat mendesak disertai bukti

pendukung yang cukup (UU RI, 2019).

Pernikahan usia dini berdampak pada meningkatnya drop out sekolah,

resiko kekerasan dalam rumah tanga, dan perceraian. Sebab itu remaja

rentang terhadap kematian maternal, aborsi, kekerasan, pelecehan seksual,

kurangnya kontrol terhadap kesehatan reproduksi, dan peluang terjadinya

kematian ibu. Akibatnya pernikahan usia dini membawa dampak sosial,

ekonomi dan kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

(Arikhman et al., 2019).

Dampak yang dapat terjadi karena pernikahan dini adalah alat reproduksi

belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai

komplikasi, kehamilan dini, dan kurang terpenuhinya gizi, resiko anemia,

meningkatnya angka kejadian depresi, perceraian, beresiko pada kematian

usia dini serta meningkatkan angka kematian ibu (Indanah, 2020).

1
2

Faktor penyebab pernikahan dini pada kalangan remaja yaitu sebab dari

dalam diri anak dan dari luar anak. Faktor internal yang menyebabkan

terjadinya pernikahan dini antara lain faktor pendidikan, pengetahuan, faktor

keinginan sendiri, faktor telah melakukan hubungan biologis, hamil sebelum

menikah sehingga terjadi MBA (Merried By Accident). Faktor eksternal yang

menyebabkan teradinya pernikahan dini adalah faktor orangtua, pemahaman

agama, faktore ekonomi, faktor adar dan mudaya, serta faktor media massa

(Indanah et al., 2020).

Secara global, praktik perkawinan anak terus menurun di berbagai Negara

di dunia. UNICEF pada tahun 2018 memperkirakan sekitar 21% perempuan

muda (usia 20-24 tahun) melangsungkan perkawinan pada uia anak anak.

Angka ini mengalami penurunan dibandingkan 10 tahun yang lalu dimana

angkanya mencapai 25% (Badan Pusat Statistik, 2020).

Pada tahun 2018, 1 dari 9 anak perempuan menikah di Indonesia.

Perempuan umur 20-24 tahun yang menikah sebelum berusia 18 tahun pada

tahun 2018 diperkirakan mencapai sekitar 1.220.900 dan angka ini

menempatkan Indonesia pada 10 negara dengan angka absolut perkawinan

anak tertinggi di dunia. Dalam 10 tahun terakhir, hanya ada penurunan kecil

untuk perkawinan anak di Indonesia yaitu 3,5%. Di tahun 2018, prevalensi

perempuan yang menikah sebelum berumur 18 tahun adalah 11,21%. Pada 20

provinsi di Indonesia mash ada diatas rata-rata nasional. Provinsi dengan

prevalensi perkawinan anak tertinggi adalah Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah


3

dan Sulawesi Tenggara yaitu ada lebih 1 juta anak perempuan yang menikah

pada usia anak-anak (Badan Pusat Statistik, 2020).

Berdasarkan hasil pendataan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah tahun

2021 Kabupaten Sigi merupakan daerah yang mempunyai kasus pernikahan

dini tertinggi yaitu dengan jumlah wanita kawin umur 10-14 sebanyak 15

orang. Berdasarkan kelompok umur 15-19 tahun di Kabupaten Sigi ada 1.026

orang (BKKBN, 2021).

Data Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sigi Biromaru

menunjukkan bahwa kejadian pernikahan dini pada tahun 2020 adalah

sebanyak 51 orang. Pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 22

orang.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wirastuti (2021)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara lingkungan dengan pernikahan usia

dini dengan p value 0,000. Faktor lingkungan berkaitan dengan pergaulan

remaja. Lingkungan yang kurang baik tentunya akan mempengaruhi

terjadinya pernikahan dini pada remaja tersebut.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Riany (2020) menjelaskan bahwa

peran orang tua berhubungan dengan pernikahan dini dengan p value 0,000.

Faktor orangtua merupakan faktor adanya pernikahan dini, dimana orangtua

akan segera menikahkan anaknya jika sudah menginjak masa dewasa. Hal ini

dilihat dari masih adanya kepercayaan sebagian masyarakat umumnya pada

orangtua meyakini bahwa mengawinkan anak usia dini dianggap sebuah

kebanggan tersendiri bagi keluarga.


4

Penelitian yang dilakukan oleh Hastuty (2018) menjelaskan bahwa ada

hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini dengan p value 0,012.

Hal tersebut dikarenan pendidikan dasar remaja yang masi rendah dan

informasi yang diketahui sedikit serta pengetahuan yang dimiliki kurang

sehingga dapat menyebabkan terjadinya pernikahan dini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rafidah (2015) menunjukkan

bahwa ada hubungan antara faktor individu dengan pernikahan dini dengan p

value 0,014. Hal ini dapat disebabkan karena kedua pasangan sudah merasa

saling mencintai sehingga ada keinginan untuk segera menikah tanpa

memandang umur.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asnuddin & Mattrah (2020)

bahwa faktor media sosial berhubungan dengan pernikahan dini dengan p

value 0,001. Media sosial sangat berkembang pesat dimasyarakat utamanya di

kalangan remaja, ini mengakibatkan seseorang lebih mudah berkomunikasi

dan mencari teman melalui media sosial. Di kalangan remaja, media sosial

sangat berpera penting dalam kehidupannya, sehingga hal ini dapat

menyebabkan masa depannya akan terganggu, mempengaruhi kehidupannya

sendiri seperti menikah di usia dini dengan pasangan yang dikenal di media

sosial apabila tidak cermat dalam menggunakan media sosial.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indanah (2020) menunjukkan

bahwa faktor ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini

dengan p value 0,001. Ekonomi keluarga yang rendah , kurang bisa menjamin

kelanjutan pendidikan anak. Kondisi tersebut membuat seorang anak yang


5

telah menamatkan pendidikan dasar tidak dapat melanjutkan pendidikan ke

jenjang pendidikan tinggi. Sehingga salah satu pertimbangan untuk

mengurangi beban ekonomi keluarga adalah dengan menikahkan anak secara

dini.

Berdasarkan uraian diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini

Di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan

dini di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi

pernikahan dini di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan dengan pernikahan

dini di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan pernikahan

dini di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

c. Untuk mengetahui hubungan antara individu dengan pernikahan dini

di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.


6

d. Untuk mengetahui hubungan antara media sosial dengan pernikahan

dini di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

e. Untuk mengetahui hubungan antara orangtua dengan pernikahan dini

di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

f. Untuk mengetahui hubungan antara ekonomi dengan pernikahan dini

di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

D. Manfaat Peneltian

1. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi berupa faktor

yang dapat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, literatur, dan

pedoman serta menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya pernikahan dini.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar serta acuan dalam

pengembangan penelitian lain dengan ruang lingkup yang sama atau

sebagai bahan kajian pustaka.


7

E. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian

Untuk mengetahui
Hubungan Status Ekonomi,
hubungan status ekonomi,
Pengetahuan dan Perilaku Ada hubungan Status Ekonomi,
pengetahuan dan perilaku Observasional dengan
1 Vivi Wijayanti, 2017 Seksual Pranikah dengan Pengetahuan dan Perilaku Seksual
seksual pranikah dengan rancangan case control
Pernikahan Dini Kecamatan Pranikah dengan Pernikahan Dini.
pernikahan dini Kecamatan
Selo Boyolali
Selo Boyolali

Orangtua lebih memantau untuk


pergaulan anaknya, dan selalu
Persepsi Orang Tua Terhadap Untuk mengetahui persepsi
Anggi Ayu Prabawati memberikan arahan dan
2 Anak Yang Menikah Di Usia orang tua terhadap anak Kualitatif Fenomenologi
Nasution, 2019 bimbingan pada anak yang
Dini yang menikah di usia dini
menikah diusia dini, dan selalu
memberikan contoh pada anaknya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Tentang Pernikahan Dini

1. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini merupakan permasalahan sosial yang tidak dapat

dipandang sederhana. Pernikahan dini memiliki dampak tidak hanya

terhadap kesehatan tetapi juga dampak terhadap keberlangsungan rumah

tangga yang dibentuk melalui pernikahan dini tersebut. Hal ini dapat

terjadi karena sebagian besar pernikahan dini terjadi tidak didasarkan pada

persiapan yang matang, bahkan seringkali terjadi tanpa disadari oleh para

pasangan yang menikah dini. Salah satu dampak yang banyak muncul

adalah terjadinya perceraian dengan alasan belum siap untuk menjalankan

peran baru dan tidak mampu untuk memenuhi berbagai tuntutan yang

muncul selama hidup berumah tangga (Satriyandari & Utami, 2018).

Dalam pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yakni calon

suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-

kurangnya berumur 16 tahun. Bagi calon mempelai yang belum

mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua.

Anak yang belum mencapai umur 19 tahun bagi pria dan belum berumur

16 tahun bagi wanita tidak boleh melangsungkan perkawinan sekalipun

diizinkan oleh kedua orang tua, kecuali ada izin dispensasi dari

pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua pria maupun

8
9

wanita, hal ini sesuai dengan pasal 7 Undang-undang Perkawinan No. 1

Tahun 1974 Jadi dalam pengertian perkawinan dibawah umur dapat

disimpulkan bahwa suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-

laki dan perempuan dimana masing-masing pihak belum mencapai umur

21 tahun dan masih dibawah pengawasan orang tua (UU RI, 2019).

Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat

melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan

secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan

yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan batas umur yang

lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan

mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko

kematian ibu dan anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya hak-hak anak

sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang anak termasuk

pendampingan orang tua serta memberikan akses anak terhadap

pendidikan setinggi mungkin (UU RI, 2019).

2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini

antara lain sebagai berikut (Satriyandari & Utami, 2018).

a. Orang tua

Orang tua memiliki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan

yang lainnya harus dihormati, ditaati, dan dipatuhi. Orang tua

menginginkan anaknya untuk segera menikah karena adanya rasa

takut dari dalam diri orang tua jika anaknya suatu saat melakukan
10

perbuatan yang membuat malu nama baik orang tua. Selain itu, ada

juga yang menikahkan anaknya agar dapat terbantu dalam segi

pekerjaan. Dukungan dari orang tua yang mempengaruhi perkawinan

usia muda dimana Orang tua merasa khawatir terkena aib karena anak

perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket

sehingga mengawinkan anaknya.

b. Pendidikan

Peran pendidikan anak-anak sangat berpengaruh, jika seorang

anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu

dengan bekerja, maka dia sudah merasacukup mandiri, sehingga

merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri. Hal yang sama juga

jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam

kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya

melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah

menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol

membuat kehamilan di luar nikah. Disini terasa betulmakna dari wajib

belajar 9 tahun, jika asumsi kita anak-anak masuk sekolah pada usia 6

tahun maka saat wajib belajar 9 tahun terlewati anak tersebut sudah

usia 15 tahun. Diharapkn dengan wajib belajar 9 tahun maka akan

punya dampak yang cukup signifikan terhadap laju angka pernikahan

usia dini.
11

c. Individu

Keinginan dari anak yang memilih menikah atas keinginan sendiri

karena telah siap mental dalam menghadapi kehidupan berumah

tangga. Pasangan ini menikah dikarenakan adanya perasaan saling

cinta dan sudah merasa cocok. Kondisi ini yang akhirnya membuat

keputusan untuk melangsungkan perkawinan di usia muda tanpa

memikirkan masalah apa yang akan dihadapi kedepannya.

d. Media sosial

Media disebut sebagai salah satu faktor yang mendorong

terjadinya pernikahan dini atas dasar kehamilan diluar nikah. Akses

konten pornografi tersebut membuat remaja tertarik untuk mencoba

sebagai pelaku yaitu dengan melakukan hubungan seksual dengan

pacar ataupun orang terdekat tanpa berpikir panjang terlebih dahulu

akan akibat yang ditimbulkan selanjutnya.

e. Hamil diluar nikah

Pernikahan dini yang terjadi dikarenakan adanya kehamilan

sebelumnya. Artinya hubungan seksual telah dilakukan selama masa

pacaran. Selanjutnya, pandangan sosial yang melihat bahwa

kehamilan hingga persalinan tanpa adanya pasangan merupakan hal

yang memalukan akhirnya memaksa pasangan tersebut berikut orang

tua untuk mengambil keputusan melangsungkan pernikahan dini

f. Ekonomi
12

Ekonomi menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia

muda, daripada menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

Orang tua yang memiliki anak banyak akan cenderung lebih banyak

mengalami kesulitan dalam hal keuangan jika dibandingkan dengan

mereka yang memiliki sedikit anak. Dan perkawinan usia muda ini

sering terjadi pada masyarakat yang tinggal di desa Biasanya anak

berasal dari keluarga kurang mampu. Hal ini tentu akan berdampak

baik anak anak maupun orang tuanya. Si anak bisa mendapatkan

kehidupan yang layak serta beban orang tuanya bisa berkurang.

3. Dampak pernikahan usia dini

Sebagaimana telah diuraikan tentang perkawinan di bawah umur

seseorang yang melakukan perkawinan terutama pada usia yang masih

muda, tentu akan membawa berbagai macam dampak, seperti dampak

hukum, pendidikan, kesehatan, pysikologis, biologis, perilaku seksual,

dan dampak sosial (Zulfani, 2017).

a. Dampak terhadap Hukum, terjadinya pelanggaran terhadap Undang-

undang yang telah ditetapkan di negara Republik Indonesia ini seperti:

1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7

ayat (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur

16 tahun. Pasal 6 ayat (2) Untuk melangsungkan perkawinan

seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin

kedua orang tua


13

2) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak,

menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat

dan minatnya dan; mencegah terjadinya perkawinan pada usia

anak-anak.

b. Dampak pendidikan, bahwa seseorang yang melakukan perkawinan

terutama pada usia yang masih di bawah umur,. keinginannya untuk

melanjutkan sekolah lagi atau menempuh jenjang pendidikan yang

lebih tinggi tidak akan tercapai atau tidak akan terwujud. Hal tersebut

dapat terjadi karena motivasi belajar yang dimiliki seseorang tersebut

akan mulai mengendur karena banyaknya tugas yang harus mereka

lakukan setelah menikah. Dengan kata lain, perkawinan di bawah

umur merupakan faktor menghambat terjadinya proses pendidikan dan

pembelajaran

c. Dampak pysikologis, ditinjau dari sisi sosial perkawinan di bawah

umur dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh

emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum

matang. Melihat perkawinan dibawah umur dari berbagai aspeknya

memang mempunyai banyak dampak negatif. Secara psikis anak juga

belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan

menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang

sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang


14

berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan

hidupnya. Oleh karenanya, dalam hukum perdata telah diatur bahwa

pernikahan seseorang harus diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16

tahun untuk wanita. Memang perkawinan dibawah umur dipandang

oleh sebagian orang lebih banyak memberikan dampak negative

d. Dampak biologis, di mana Anak secara biologis alat reproduksinya

masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk

melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai

hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi

trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan

organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak.

e. Dampak kesehatan, perempuan yang menikah di usia dini kurang dari

15 tahun memiliki banyak resiko, sekalipun ia sudah mengalami

menstruasi atau haid. Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh

pernikahan usia dini ini, yakni dampak pada kandungan dan

kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak diderita wanita yang

menikah usia dini, antara lain infeksi pada kandungan dan kanker

mulut rahim. Hal ini terjadi karena terjadinya masa peralihan sel anak-

anak ke sel dewasa yang terlalu cepat. Padahal, pada umumnya

pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak baru akan berakhir

pada usia 19 tahun.

f. Dampak sosial, Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial

budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang


15

menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya

dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat

bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam

yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi

ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang

akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.

4. Pencegahan Terjadinya Pernikahan Usia Dini

Pencegahan terjadinya pernikahan usia dini dapat dilakukan sebagai

berikut (Noor et al., 2018).

a. Sekolah Siaga Kependudukan

Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) merupakan program

pengembangan Pengendalian Penduduk melalui integrasi materi –

materi kependudukan dan keluarga berencana yang meliputi kualitas

dan kuantitas penduduk, fungsi keluarga, Pendewasaan Usia

Perkawinan, Trias Kesehatan Reproduksi Remaja, keterampilan hidup

(life skill) ke dalam mata pelajaran yang ada dalam kurikulum.

Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) adalah sekolah yang

mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan Keluarga Berencana

dalam mata pelajaran yang di dalamnya terdapat pojok kependudukan

(population corner) sebagai salah satu sumber peserta didik dalam

upaya pembentukan generasi berencana. Tujuan dari yang diharapkan

dari adanya program SSK ini adalah:


16

1) Memupuk kesadaran akan kondisi kependudukan di wilayah

tempat tinggal masing-masing siswa

2) Menumbuhkan sikap bertanggungjawab dan perilaku adaptif

berkaitan dengan dinamika kependudukan

3) Mengembangkan sikap yang tepat dalam mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan ketika dewasa

Pelaksanaan SSK ini dimulai dengan pengintegrasian pendidikan

kependudukan dan Keluarga Berencana ke dalam mata pelajaran yang

relevan seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Biologi, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Kesehatan, dan Bimbingan Konseling

b. Pojok Kependudukan

Salah satu sumber belajar dalam upaya pembentukan Generasi

Berencana pada Sekolah Siaga Kependudukan adalah di Pojok

Kependudukan dengan tujuan memberikan pengertian dan

pemahaman mengenai pendidikan kependudukan kepada remaja,

khususnya bagi remaja agar memahami dan perduli akan

kependudukan. Pojok Kependudukan berisi data kependudukan dan

persoalan kependudukan sehingga remaja perduli akan masalah

kependudukan. Selain itu, adanya edukasi tentang perencanaan

menikah dengan memperhatikan jumlah anak serta jarak lahir serta

upaya pendewasaan usia perkawinan serta kepedulian terhadap


17

dampak dari jumlah penduduk juga akan diberikan pemahaman

kepada para remaja di setiap Kampung KB yang ada

c. Program GenRre

Program GenRe adalah program yang dikembangkan dalam

rangka membantu penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.

Tujuannya agar remaja mampu menempuh jenjang pendidikan secara

terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah

dengan perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi serta bertujuan

memberi pengertian dan kesadaran kepada remaja tentang

perkawinan. Program ini lebih fokus pada penundaan usia perkawinan

atau penghentian pernikahan dini. Kampanye GenRe difokukan pada

penundaan usia perkawinan atau penghentian pernikahan dini.

d. Klinik Dana

Bentuk pendekatan dari program klinik dana ini adalah

pemberdayaan remaja, dimana peran remaja sangat penting dalam

pencapaian tujuan dari kegiatan ini. Karena segala pengaplikasian

bentuk pendekatan akan suatu program akan lebih mudah jika target

sasaran dan pelaksananya adalah kalangan yang sama yaitu remaja.

Pihak yang ikut terlibat dalam program ini adalah Pusat Pelayanan

Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional, Pusat Kesehatan Masyarakat, serta Tim

Pengabdian Masyarakat.
18

5. Penangulangan pernikahan usia dini

Upaya penanggulangan pernikahan dini diantaranya didasari oleh

komitmen internasional dan nasional sebagai dasar pentingnya

pendewasaan usia perkawinan (PUP). Berikut adalah penjelasan terkait

hal tersebut (Noor et al., 2018):

a. Komitmen Internasional, diantaranya:

1) Konvensi Hak Anak, diratifikasi dengan Kepres 36 tahun 1990

2) Konvensi Convention on Elimination of All Forms of Discrimation

Againts Women (CEDAW), diratifikasi dengan UU No.7 tahun

1984 (Pasal 16 tentang Perkawinan)

3) International Convention On Civil and Political Rights, diratifikasi

dengan UU No.12 tahun 2005

4) International Convention On Economic, Social and Cultural Rights,

diratifikasi dengan UU No.11 Tahun 2005

b. Komitmen Nasional, diantaranya:

1) UU No.35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23/2002

tentang Perlindungan Anak

2) UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM 3. UU No.23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)

Indonesia wajib menjamin Hak Anak sesuai yang tercantum pada

Konvensi Hak Anak Internasional, antara lain:


19

a. Hak untuk didengar

b. Hak untuk bebas dari tindakan diskriminasi (Pasal 5 CEDAW,

tentang batasan umur perkawinan bagi anak perempuan dan anak

laki-laki)

c. Hak untuk mendapatkan berdasarkan “best interest of the child”

d. Hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan/kebiasaan-

kebiasaan yang merugikan kesehatan

e. Hak untuk beristirahat, bersenang-senang, bermain dan rekreasi

f. Hak atas perlindungan dari eksploitasi yang mengganggu

pendidikan atas membahayakan kesehatan, fisik, mental spiritual,

moral atau sosial (perkawinan anak merugikan kesehatan anak.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen variabel Dependen

1. Orang tua
2. Pendidikan
3. Individu
4. Media Sosial Pernikahan dini
5. Hamil diluar nikah
6. Ekonomi

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


20

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara orang tua dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

b. Ada pendidikan antara orang tua dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

c. Ada individu antara orang tua dengan pernikahan dini di Kecamatan

Biromaru Kabupaten Sigi.

d. Ada hubungan antara media sosial dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

e. Ada hubungan antara hamil diluar nikah dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

f. Ada hubungan antara ekonomi dengan pernikahan dini di Kecamatan

Biromaru Kabupaten Sigi.

2. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada hubungan antara orang tua dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

b. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

c. Tidak ada hubungan antara individu dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

d. Tidak ada hubungan antara media sosial dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.


21

e. Tidak ada hubungan antara hamil diluar nikah dengan pernikahan

dini di Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.

f. Tidak ada hubungan antara ekonomi dengan pernikahan dini di

Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dalam metode penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

survey analitik dengan desain penelitian Cross Sectional yaitu penelitian yang

pengukuran variabel bebas (faktor resiko) dan variabel terikat (efek)

dilakukan secara simultan atau pada saat yang bersamaan (Irmawatini &

Nurhaedah, 2017). Variabel independen (faktor resiko) dalam penelitian ini

adalah faktor perjodohan orang tua, faktor pendidikan, faktor individu, faktor

media social, faktor hamil diluar nikah, dan faktor ekonomi sedangkan

variabel dependen (efek) dalam penelitian ini adalah pernikahan dini di

Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kec. Sigi Biromaru Kabupaten Sigi

pada bulan April tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang telah

menikah di usia muda di kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi tahun

2021 yaitu sebanyak 73 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini menggunakan total sampling. Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan


22
23

populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah sampling

kurang dari 100. Besar sampel dalam penelitian ini adalah semua wanita

yang sudah menikah berjumlah 73 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah orang tua, pendidikan,

individu, media sosial, hamil diluar nikah, ekonomi keluarga sedangkan

variabel dependen adalah pernikahan dini di Kecamatan Biromaru Kabupaten

Sigi.

E. Definisi Operasional

1. Pernikahan Dini

Definisi : Pernikahan yang di lakukan oleh sepasang laki-laki dan

perempuan. Perempuan dikatakan melakukan pernikahan

usia dini apabila menikah dibawah usia 19 tahun.

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Wawancara dan Pengisian lembar kuesioner

Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur :

a. Pernikahan Dini : jika menikah umur dibawah 19 tahun

b. Tidak Pernikahan Dini : jika menikah umur diatas 19 tahun

2. Perjodohan Orang Tua

Definisi : Pernikahan yang dikarenakan faktor perjodohan dari

orangtua responden

Alat Ukur : Kuesioner


24

Cara Ukur : Wawancara dan Pengisian lembar kuesioner

Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur : a. Dijodohkan : jika responden menikah dengan alasan

dijodohkan

b. Tidak Dijodohkan : jika responden menikah tidak

dikarenakan perjodohan dari orangtua

3. Pendidikan

Definisi : Sekolah formal terakhir yang ditempuh oleh responden

sesuai dengan jawaban di kuesioner

Alat Ukur : kuesioner

Cara ukur : Wawancara dan mengisi lembar Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur :

a. Rendah : jika ijasah terakhir SD dan SMP

b. Tinggi : jika ijasah terakhir SMA

4. Individu

Definisi : Memilih menikah atas keinginan sendiri

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Wawancara dan Pengisian lembar kuesioner

Skala Ukur : Nominal


25

Hasil Ukur : a. Kemauan sendiri : jika responden menikah dengan

karena keinginan sendiri

b. Tidak Kmeauan Sendiri: jika responden menikah tidak

karena keinginan sendiri

5. Media Sosial

Definisi : Penggunaan media social oleh responden.

Alat Ukur : Wawancara dan Kuesioner

Cara Ukur : Wawancara dan Pengisian lembar kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : a. Aktif : jika responden aktif menggunakan media social

b. Tidak Aktif : jika responden tidak menggunakan media

sosial

6. Hamil Diluar Nikah

Definisi : Keadaan sebelum pernikahan

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Wawancara dan Pengisian lembar kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur :

a. Hamil diluar nikah : jika jawaban hamil sebelum menikah

b. Tidak hamil diluar nikah : jika jawaban tidak hamil sebelum

menikah
26

7. Ekonomi

Definisi : jumlah seluruh penghasilan rill dari seluruh anggota

rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah

tangga berdasarkan UMK Kabupaten Sigi 2022

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Pengisian kuesioner

Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur : a. Rendah : jika UMK < Rp 2. 303. 711

b. Tinggi : jika UMK ≥ Rp 2. 303. 711

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden yang berkaitan

dengan sampel penelitian dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Data

perimer dalam penelitian ini yaitu peran orang tua , pendidikan, individu,

media sosial, hamil diluar nikah, ekonomi .

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain atau

secara tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas

Kesehatan Kabupaten Sigi, dan data-data lainnya.

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian


27

a. Kegiatan dalam tahap ini terdiri dari pengumpulan jurnal, studi

pendahuluan, pembuatan proposal, serta konsultasi dengan dosen

pembimbing.

b. Seminar proposal, revisi hasil seminar proposal, pengesahan hasil

seminar proposal.

c. Mengurus izin penelitian, setelah mendapatkan izin dari Ketua

Jurusan Kebidanan, dilanjutkan dengan mengurus izin penelitian

ke Kecamatan Sigi Biromaru.

2. Tahap Penelitian (Proses Saat Pengambilan Data)

a. Koordinasi dengan pihak camat biromaru

b. Membuat daftar nama pasangan yang menikah dibawah umur .

c. kemudian membagikan lembar persetujuan menjadi responden

untuk diisi dan ditandatangani

d. Membagikan kuesioner untuk diisi kepada responden

e. Menjelaskan cara pengisian kuesioner yaitu memilih jawaban pada

lembar kuesioner

f. Mengumpulkan kuesioner hasil dari jawaban responden

g. Mengecek ulang kuesioner yang ditelah dibagikan seperti jumlah

lembar yang di bagi dan kelengkapan isi dari kuesionernya.

3. Tahap Penyelesaian Penelitian

a. Melakukan pengolahan data hasil jawaban kuesioner

b. Menarik kesimpulan

c. Menyusun laporan penelitian


28

d. Melakukan sidang hasil

H. Pengolahan Data

Pengolahan data memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil atau

kesimpulan penelitian dari data-data mentah di lapangan dengan

menggunakan rumus tertentu dan bantuan komputerisasi. Adapun tahap-tahap

pengolahan data (Notoatmodjo, 2014), ialah :

1. Editing Data

Memeriksa dan mengecek kembali jumlah kelengkapan pengisian

kuesioner, apakah setiap pernyataan sudah terisi atau terjawab.

2. Coding Data

Setelah semua kuesioner selesai diedit, selanjutnya dilakukan

pemberian kode terhadap data yang telah dikumpulkan yaitu jika jawaban

benar diberi angka 1 , dan jika jawaban salah diberi angka 2.

3. Data Entry

Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam tabel yaitu

jawaban-jawaban responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)

dimasukkan kedalam program atau software.

4. Cleaning Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengecekkan kembali data yang

telah dientri untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidaklengkapan dan sebagainya.Setelah dicek, terdapat data yang

tertukar sehingga dikoreksi dan selanjutnya data siap diolah.


29

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa Univariat dilakukan pada tiap variabel untuk melihat

distribusi frekuensi diantaranya mean, median, variansi, standar deviasi.

Analisa data distribusi frekuensi dengan manual dengan menggunakan

rumus.

f
P= X 100 %
n

Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah subjek

n = Jumlah Sampel

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga

berhubungan. Analisisbivariat dilakukan setelah ada perhitungan analisis

univariat. Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui

hubungan perjodohan orang tua , pendidikan, individu, media sosial,

hamil diluar nikah, ekonomi . Analisis ini dilakukan dengan

menggunakan program Chi square.

J. Penyajian Data

Penyajian data yang digunakan oleh peneliti untuk hasil penelitian ini

dalam bentuk tabel dan narasi.


30

K. Etika Penelitian

Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat

prinsip yang harus dipegang teguh (Notoatmodjo, 2014), yakni :

1. Menghormati Harta Dan Martabat Manusia (Respect For Human

Dignity)

Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek

penelitian, peneliti seyogyanya mempersiapkan formulir persetujuan

subjek (inform concent) yang mencakup :

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian

kapan saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi

yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
31

sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

dan kerahasiaan identitas subjek.Peneliti seyogyanya cukup

menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justicean

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Setiap penelitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para

peneliti kesehatan hendaknya :

a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani,

moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.

b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan,

kesejahteraan, martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari

segala sesuatu yang menimbulkan kerugian atau membahayakan

subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikhman, N., Efendi, T. M., Putri, G. E., & Pos, K. (2019). Faktor yang
Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini di Desa Baru Kabupaten Kerinci.
4(3), 470–480. http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance
Asnuddin, & Mattrah, A. (2020). Penggunaan media sosial dan peran orang tua
terhadap kejadian pernikahan dini. 14(3), 445–451.
http://ejurnalmalahayati.ac.id
Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak Percepatan Yang
Tidak Bisa Ditunda. Puskapa.
Hastuty, Y. D. (2018). Fktor-Faktor Yang Berhubungn Dengan Terjadinya
Pernikahan Dini Di Desa Sunggal Kanan Kabupaten Deliserdang. 59–68.
https://ojs.unimal.ac.id
Indanah, Faridah, U., Sa’adah, M., Sa’diyah, S. H., Aini, S. M., & Apriliya, R.
(2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini. 11(2), 280–
290. https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id
Irmawatini, & Nurhaedah. (2017). Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id
Nasution, A. A. P. (2019). Persepsi Orangtua Terhadap Anak Yang Menikah Di
Usia Dini. http://eprints.ums.ac.id
Noor, M. S., Rahman, F., Yulidasari, F., Santoso, B., Rahayu, A., Rosadi, D.,
Laily, N., Putri, A. O., Hadianor, Anggraini, L., Fatimah, H., & Ridwan, A.
M. (2018). Klinik Dana Sebagai Upaya Pencegahan Pernikahan Dini. CV
Mine.
Nurhikmah, Carolin, B. T., & Lubis, R. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri. 7(1), 17–24.
http://ejurnalmalahayati.ac.id
Pramana, Adi, I. N., Warjiman, Permana, & Ibna, L. (2018). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pernikahan usia dini pada remaja wanita.
http://journal.stikessuakainsan.ac.id
Purba, M. B. A. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan
Dini Di Dusun I Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang Tahu 2017. https://repositori.usu.ac.id
Rafidah, Barkinah, T., & Yuliastuti, E. (2015). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini Di Kabupaten Banjar Tahun 2014.
6(1). https://www.ejurnalskalakesehatan-poltekkesbjm.com
Riany, E., Yanuarti, R., Pratiwi, B. A., & Angraini, W. (2020). Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Pernikahan Usia Dini. 2, 158–167.
32
https://doi.org/10.31539/joting.v2i2.1631
Satriyandari, Y., & Utami, F. S. (2018). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Nikah
Dini ??? Mau Atau Malu ??? Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.
UU RI. (2019). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019.
006265.
Warastuti, D., Herawati, Y., & Kurniasih, E. (2021). Kejadian pernikahan usia
dini di Indramayu Tahun 2020. Kesehatan Dan Kebidanan, 10(2), 1–13.
https://smrh.e-journal.id/Jkk/article/download/142/102
Wijayanti, V. (2017). Hubungan Status Ekonomi, Pengetahuan, Dan Perilaku
Seksual Pra Nikah Dengan Pernikahan Dini Di Kecamatan Selo Boyolali.
http://eprints.ums.ac.id
Zulfani. (2017). Kajian Hukum Terhadap Perkawinan Anak Di Bawah Umur
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. 12, 211–222.
https://ejurnalunsam.id

33

You might also like