You are on page 1of 11

EFEKTIFITAS SENAM HIPERTENSI DALAM MENURUNKAN HIPERTENSI PADA

LANSIA DI RT 06 RW 02 KELURAHAN DURI KEPA KECAMATAN KEBON JERUK


KOTA JAKARTA BARAT 2022

Satria Gobel, Rian Adi Pamungkas, Abdurrasyid, Karen Nadillah, Diah Ramdan
Saputri, Jaka Edwin, Novia Misteri Blegguer, Syaneti Lopulalan, Tri Lestarila,
Riski Banggai, Imara Tur Rofiqoh
Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul,
Jakarta, Indonesia
Korespondensi E-mail: Karenndllh@gmail.com

Submitted: ……………., Revised: ……………., Accepted: ………...

Abstract
According to WHO (2015), 1.13 billion people in the world suffer from hypertension (1:3
suffer from hypertension) and it is estimated that in 2025 there will be 1.5 billion people
in the world who suffer from hypertension. In Indonesia alone, hypertension ranks first
in non-communicable diseases which has increased every year where in 2018 the
sufferers were 34.1 percent and as many as 65 percent and above were experienced
by the elderly (Riskesdas, 2018). The prevalence of hypertension in the elderly will
continue to increase if it is not handled properly, hypertension is considered the cause
of 75 million deaths worldwide (WHO, 2015).
The purpose of this study was to increase knowledge and determine the effect of
elderly hypertension exercise on the blood pressure of the elderly with hypertension in
the area of RT 06 RW 02 Duri Kepa Village, Kebon Jeruk District, West Jakarta.
The method of implementing the activities used are lectures, coaching. The participants
who were involved in the implementation were 25 elderly people who participated in the
activity. The conclusion from the results of the study states that the conclusion that
there is an effect of hypertension exercise on changes in blood pressure in patients with
hypertension with the results of statistical analysis at = 0.05 obtained p = 0.000 < = 0.05
which means the null hypothesis (H0) is rejected or the working hypothesis (H1) is
accepted, which means that there is an influence of elderly hypertension exercise on
the blood pressure of hypertensive elderly in RT 06 RW 02 Duri Kepa Village, Kebon
Jeruk District, West Jakarta City.

Keyword: Hypertension Exercise, Hypertension, Elderly.

Abstrak
Menurut WHO (2015), sebanyak 1,13 milyar penduduk dunia menderita hipertensi (1:3
menderita hipertensi) dan diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milyar
penduduk dunia yang menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri, hipertensi menempati
urutan pertama penyakit tidak menular yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan dimana pada tahun 2018 penderitanya sebanyak 34,1 persen dan
sebanyak 65 persen keatas penderita hipertesi dialami oleh lansia (Riskesdas,
2018). Prevalensi hipertensi lansia akan terus meningkat jika tidak di tangani dengan
baik, hipertensi dianggap penyebab 75 juta kematian di seluruh dunia (WHO, 2015).
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan mengetahui
pengaruh senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di
wilayah RT 06 RW 02 Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan ialah ceramah, coaching. Peserta yang
terlibat dalam pelaksanaan sejumlah 25 orang lansia telah mengikuti kegiatan.
Kesimpulan dari hasil penelitian menyatakan bahwa kesimpulan bahwa ada pengaruh
senam hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan
hasil analisis statistik pada α = 0,05 diperoleh p = 0,000 < α = 0,05 yang berarti
hipotesa nol (H0) ditolak atau hipotesa kerja (H1) diterima, yang artinya ada pengaruh
senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi di  RT 06 RW 02
Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat.

Kata Kunci: Senam Hipertensi, Hipertensi, Lansia.

Introduction/ Pendahuluan
Lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses pemurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam UU No 13
tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujutkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia
harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
penduduk lanjut usia yang memiliki produktifitas dan turu ikut serta berperan aktif dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Saat ini proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dan
diperkirakan setiap tahun akan semakin terus meningkat (Kemenkes). Dengan jumlah
lansia di Indonesia yang mencapai 28,8 juta jiwa. Peningkatan jumlah lansia akan
membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia
ini adalah ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran
fisik, psikis, dan sosial lansia yang digambarkan melalui empat tahap, yaitu kelemahan,
keterbatasan, fungsional, ketidakmampuan, akibat proses menua.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia, sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Perubahan tersebut
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhinya
berpengaruh pada lansia.
Dengan bertambahnya usia maka lansia lebih rentan karena mudah terpapar pada
kondisi kesehatan yang rendah. Rentan terhadap berbagai keluhan fisik, baik karena
faktor alamiah maupun karena penyakit. Faktor alamiah lansia karena proses
degenerative (penuaan) ditandai oleh perubahan pada panca indera, tulang, otot, sendi,
kulit, jantung dan paru, serta sistem pencernaan. Penyakit yang sering diderita lansia
ada 2 macam, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, dikatakan
hipertensi jika tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam
Ardiansyah M., 2012).Menurut Price, Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.
Menurut WHO (2015), sebanyak 1,13 milyar penduduk dunia menderita hipertensi (1:3
menderita hipertensi) dan diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milyar
penduduk dunia yang menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri, hipertensi menempati
urutan pertama penyakit tidak menular yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan dimana pada tahun 2018 penderitanya sebanyak 34,1 persen dan
sebanyak 65 persen keatas penderita hipertesi dialami oleh lansia (Riskesdas,
2018). Prevalensi hipertensi lansia akan terus meningkat jika tidak di tangani dengan
baik, hipertensi dianggap penyebab 75 juta kematian di seluruh dunia (WHO, 2015).
Senam hipertensi adalah salah satu jenis olah raga yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang
aktif khususnya terhadap otot jantung (Totok & Rosyid, 2017). Mahardani (2010)
mengatakan dengan melakukan senam atau olahraga maka kebutuhan oksigen di
dalam sel akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga akan terjadi
peningkatan denyut jantung. Setelah berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau
meregang, dan aliran darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit
kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga
secara rutin dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung
lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan
darah setelah berolah raga adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluh
pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan
turun.
Berdasarkan hasil survey kesehatan Lansia yang telah dilakukan di RT 06 RW 02 di
dapati 41 orang lansia terdapat 30 orang lansia yang terkaji. 11 orang lansia lainnya
tidak terkaji karena sedang berada diluar lingkungan RT 06. Dari hasil survey
didapatkan bahwa lansia dilingkungan tersebut yang memiliki penyakit hipertensi
sebanyak 16 orang (39 %) dari 41 orang lansia. Lansia yang memiliki hipertensi
memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 lansia (43,7%) dan 11 orang (68,7%)
lansia memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit hipertensi.
Oleh karena itu berdasarkan hasil screening tentang pengetahuan yang telah dilakukan
bahwa lansia di RT 06 masih kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Maka
penulis bermaksud melakukan peningkatan pengetahuan lansia yang ada diRT 06 RW
02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat. Tujuan penelitian
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan mengetahui pengaruh senam
hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di wilayah RT
06 RW 02 Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan ialah ceramah, coaching. Peserta yang
terlibat dalam pelaksanaan sejumlah 25 orang lansia telah mengikuti kegiatan dalam
upaya peningkatan pengetahuan tentang penyakit hipertensi serta efektifitas senam
hipertensi dalam menurunkan tekanan darah. Proses kegiatan yang dilakukan ialah :

1. Sosialisasi
Melakukan sosialisasi tentang pengetahuan penyakit hipertensi, kegiatan ini
diikuti oleh semua lansia yang hadir dalam kegiatan.
2. Forum Group Discussion
Dalam sesi ini para lansia bertanya tentang ketidakpengetahuannya tentang
penyakit hipertensi dan senam hipertensi. Peneliti akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang di ajukan oleh semua peserta.
3. Coaching
Dalam sesi ini peneliti mengajarkan bagaimana cara melakukan senam
hipertensi secara mandiri dan mengajak peserta untuk senam hipertensi
bersama-sama untuk mengetahii keefektifan dari senam hipertensi.
4. Evaluasi
Dalam sesi ini peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah di awal kegiatan
dan di akhir kegiatan setelah melakukan senam hipertensi peserta dipersilahkan
untuk istirahat selama 10 menit kemudian dilakukan pemasangan manset untuk
mengukur tekanan darah ulang guna mengetahui apakah ada penurunan
tekanan darah setelah melakukan senam hipertensi. Setelah kegiatan selesai
para peserta diberikan leaflet yang berisi pengetahuan tentang penyakit
hipertensi dan senam hipertensi.

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1
Karakteristik responden
Usia N %
>60 Tahun 25 100.0
(Depkes, 2009)
Total 25 100.0
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 5 20
Perempuan 20 80
Total 25 100.0
Latar Belakang N %
Pekerjaan
Tidak Bekerja 16 64
Bekerja 9 36
Total 106 100.0
Tingkat N %
Kemandirian
Mandiri 14 87.5
Parsial 1 6.3
Total 1 6.3
Total 106 100.0

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa lansia yang terdapat di Kelurahan Duri Kepa
Kecamatan Kejon Jeruk memiliki karakteristik umur >60 Tahun yaitu berjumlah 25
(100%) responden. Sebagian besar lansia memiliki jenis kelamin perempuan dengan
jumlah 20 (80%) responden. Sebagian besar lansia dengan karakteristik berdasarkan
pekerjaan adalah tidak bekerja dengan jumlah 16 (64%) responden. Sebagian besar
berdasarkan tingkat kemandirian lansia adalah mandiri dengan jumlah 14 (87.5%)
responden.

Tabel 2.
Tingkat Keberhasilan Senam Hipertensi
dalam Menurunkan Tekanan darah Tinggi
Paired Differences
Std. 95% Confidence Interval
Deviatio of the Difference
Mean n Std. Error Mean Lower Upper t
Pair 1 TD_Sistolik_Sebelu
m_Senam_Hipertensi
- 54.565 13.561 2.828 48.701 60.429 19.297
TD_Diastolik_Sebelu
m_Senam_Hipertensi
Pair 2 TD_Sistolik_Setelah
_Senam_Hipertensi -
53.913 10.762 2.244 49.259 58.567 24.026
TD_Diastolik_Setela
h_Senam_Hipertensi

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perhitungan dengan uji
Paired Sampel T-Test pada sistem komputerisasi SPSS 16.0, untuk pengaruh senam
hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi dengan analisis statistik
pada α = 0,05 diperoleh p = 0,000 < α = 0,05 yang berarti hipotesa nol (H0) ditolak atau
hipotesa kerja (H1) diterima, yang artinya ada pengaruh senam hipertensi lansia
terhadap tekanan darah lansia hipertensi di RT 06 RW 02 Kelurahan Duri Kepa
Kecamatan Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat.

Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik berdasarkan jenis kelamin di RT 06
menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin kelamin perempuan lebih
banyak yaitu ada 10 responden (62.5%). Mayoritas responden yaitu berjenis kelamin
perempuan di Duri Kepa paling tinggi dikarenakan jumlah penduduk di RT 06 sebagian
besar penduduknya dengan jenis kelamin perempuan. Banyaknya dari jenis kelamin
perempuan di tempat penelitian sejalan dengan data menurut Badan Pusat Statistik
(2012) yang menjelaskan jika lansia di Indonesia berdasarkan jenis kelamin, jumlah
perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Menurut Hungu (2011) jenis kelamin (sex) merupakan perbedaan antara perempuan
dan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Berdasarkan data jika dijelaskan
bahwa jenis kelamin lansia lebih banyak perempuan dari pada laki-laki. Hal ini sesuai
dengan nursalam (2010), yang menjelaskan jika terdapat perbedaan kebutuhan dan
masalah kesehatan yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan individu itu sendiri.
Pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Methania (2019) yang mempunyai hasil
jika perempuan lebih tinggi dengan jumlah 9 orang dengan presentasi 60%, sedangkan
laki-laki berjumlah 6 orang dengan presentasi 40%. Berbeda dengan penelitian
Purwaningsih (2020) yang tidak sejalan dengan penelitian ini, berdasarkan hasil pada
penelitian purwaningsih pada hasil distribusi karakteristik jenis kelamin pada lansia
yang memiliki hasil paling tinggi yaitu laki-laki sebanyak 22 orang dengan presentasi
73.3%, dan perempuan berjumlah 8 orang dengan presentasi 26.7%.
Karakteristik berdasarkan umur di RT 06 menunjukkan bahwa responden yang
berumur 60-68 Tahun paling tinggi yaitu ada 8 responden (50.0 %). Berdasarkan umur
responden dengan usia 60 sampai 86 tahun secara fisik mampu mengikuti penelitian
dengan baik dan sesuai dengan kontrak waktu yang telah dilakukan peneliti dengan
responden. Pada hasil distribusi frekuensi didapatkan jika umur 60-68 memiliki jumlah
yang paling tinggi dikarenakan pada usia ini lansia masih kuat dan mampu beraktivitas
berat dengan usianya yang bisa dikatakan sudah dalam tahap ini berkaitan dengan
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh senam hipertensi dan pengetahuan
pada lansia tentang hipertensi yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
lansia untuk beradaptasi dengan lingkungan. Semakin bertambahnya umur, lansia
akan mengalami suatu proses penuaan.
Pada penelitian ini responden lansia yang berumur 60 ke atas. Peneliti memilih lansia
untuk dijadikan responden dalam penelitian ini dikarenakan ingin mengetahui pengaruh
senam Hipertensi lansia terhadap Tekanan Darah Lansia. Dalam penelitian ini lansia
sebagai respondennya. Lansia termasuk dalam kelompok umur yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase hidup manusia atau siklus kehidupan suatu individu yang
disebut fase lanjut usia. Ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh lansia untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Semakin bertambahnya umur, lansia akan mengalami
suatu proses penuaan (Nugroho, 2014).
Batasan Lansia menurut World Health Organization (WHO) lansia dikelompokkan
menjadi empat kelompok, yaitu pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, lansia
pertama (elderly) usia 60-74 tahun, lansia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) usia diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Depkes RI menjelaskan bahwa
batasan lansia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: Lansia Presenilis antara usia 45-59
tahun, usia lansia 60 tahun keatas, usia lanjut beresiko usia 70 tahun keatas atau usia
60 tahun keatas dengan masalah kesehatan. Indonesia merupakan negara dengan
struktur penduduk tua (Aging Population), dimana populasi lanjut usia (lansia) saat ini di
Indonesia diperkirakan meningkat setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2020). Dengan
jumlah lansia di Indonesia yang telah mencapai 26,82 juta jiwa (BPS, 2020).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia, selain menjadi tantangan, juga dapat
memberikan partisipasi yang baik untuk negara apabila lansia di Indonesia berada
dalam keadaan sehat, mandiri, aktif dan produktif.Pandemi COVID-19, kelompok lansia
rentan terhedap penyakit, karena kapasitas fungsional organ-organ tubuh lansia
mengalami penurunan akibat penuaan sehingga sistem imun rentan terhadap infeksi
bakteri, virus maupun penyakit termasuk COVID-19 (Ika, 2020).Sistem imun yang
menjadi pelindung di tubuh pun tidak kuat ketika muda.
Menurut Hadiwinoto (2010) menjelaskan jika umur akan membutuhkan pada pelayanan
kesehatan terkait dengan penurunan berbagai fungsi kelemahan. Menurut penelitian
Zakiyatul, Asep & Fajar (2017) menjelaskan jika pembatasan usia alasannya dilakukan
untuk mempermudah dalam menerima materi pada seseorang dalam menerima
pendidikan kesehatan yang dilakukan peneliti. Alasannya dari penelitian tersebut
karena semakin bertambahnya usia akan semakin sulit untuk menerima dan memahami
materi yang diberikan. Menurut Erfandi (2010) menjelaskan jika usia akan berpengaruh
terhadap daya tangkap dan pola pikir dari seseorang tersebut. Penelitian sejalan
dengan penelitian Yulianti, Rismia & Kurnia (2015), didapatkan hasil responden lansia
yang tertinggi, diketahui jika jenis kelamin perempuan 100%, jenis pekerjaan responden
yang terbanyak yaitu bekerja sebagai buruh tani sebesar 85.7%. Menurut peneliti
bahwa umur pada penelitian ini tidak ada pengaruh terhadap pengetahuan, hal itu
dapat dilihat jika pengetahuan menjadi baik pada pengukuran tingkat pengetahuan
pada responden lansia sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan yang
peneliti sudah lakukan.
Karakteristik berdasarkan pekerjaan di Duri Kepa menunjukkan bahwa responden yang
paling tinggi yaitu yang bekerja ada 9 responden (56.3%). Jenis pekerjaan responden
pada penelitian ini dominasi bekerja sebagai Buruh, Pekerja Rumah Tangga. Batasan
bekerja yaitu untuk membantu dalam hal ekonomi yang bertujuan untuk mendapat
penghasilan dan keuntungan. Sedangkan batasan tidak bekerja yaitu melakukan
aktivitas dengan melakukan kegiatan yang lain selain bekerja, seperti mengurus rumah
tangga, pension, tidak dapat melakukan aktivitas dikarenakan cacat fisik, gangguan
mental, sudah renta. Banyaknya lansia yang masih bekerja juga berkaitan dengan fisik
dan mental pada lansia, yang masih mampu untuk melakukan pekerjaan, karena
desakan ekonomi. Bekerja karena ekonomi menjadi salah satu penyebab lansia
bekerja, dengan masih bekerjanya lansia dapat memenuhi kebutuhan dan menghidupi
dirinya sendiri. Tetapi juga banyak lansia yang menghidupi keluarga anaknya yang
masih tinggal serumah dikarenakan kehidupannya yang kurang mampu, lansia bekerja
juga karena faktor kesepian yang akhirnya lebih baik bertani daripada tidak melakukan
apapun dirumah.
Banyaknya lansia yang masih bekerja juga berkaitan dengan fisik dan mental pada
lansia, yang masih mampu untuk melakukan pekerjaan, karena desakan ekonomi.
Menurut Wirakartakusumah (1996) alasan dari bekerja karena ekonomi menjadi salah
satu penyebab lansia bekerja, dengan masih bekerjanya lansia dapat memenuhi
kebutuhan dan menghidupi dirinya sendiri. Tetapi juga banyak lansia yang menghidupi
keluarga anaknya yang masih tinggal serumah dikarenakan kehidupannya yang kurang
mampu.
Menurut Notoatmodjo Pekerjaan yang dilakukan seseorang akan menjadikan lebih
banyak untuk interaksi dengan orang lain yang menjadikan seseorang untuk
mempunyai lebih banyak terkait dengan informasi, berbeda dengan seseorang dengan
pekerjaan yang lebih sedikit dalam berinteraksi dengan orang lain. Pekerjaan menjadi
sumber dari informasi dalam sesuatu hal. Informasi akan dapat diperoleh dengan cara
seseorang menangkap informasi untuk membentuk pengetahuan tentang sesuatu hal.
(Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian Zakiyatul, Asep & Fajar (2017) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan
pada kategori ibu rumah tangga mempunyai frekuensi paling tinggi. Sesuai dengan
penelitian Rahmi (2016) yang menjelaskan jika jenis pekerjaan dengan kategori ibu
rumah tangga alasannya karena pada ibu rumah tangga kurangnya aktivitas fisik pada
kegiatan yang ibu rumah tangga lakukan. Penelitian Moch Affandi (2010) menjelaskan
jika lansia yang masih bekerja dikarenakan kondisi kesehatan yang memungkinkan
lansia masih bekerja. Hasil penelitian menunjukkan jika sebagian besar kondisi fisik
pada lansia masih dalam kategori sehat, dengan skor 90%. Tetapi dalam penelitian
menyebutkan jika ada juga lansia yang masih bekerja dalam keadaan tidak sehat. Hal
itu terjadi karena lansia dalam keadaan miskin yang mengharuskan untuk bekerja, dan
ada lansia yang gengsi untuk disebut tua.
Menurut peneliti dalam penelitian ini menjelaskan jika pekerjaan juga mempunyai
pengaruh terhadap pengetahuan, karena pada penelitian ini sebagian lansia bekerja
sebagai petani, yang kemudian lansia bertemu dengan petani lainnya, dalam hal itu
lansia akan lebih banyak tau informasi yang berasal dari petani lainya, yang
sebelumnya lansia tersebut tidak tahu menjadi tahu karena pekerjaan yang membuat
lansia menerima informasi apa yang didapat dari petani lainnya. Hal itu sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Notoatmodjo jika Pekerjaan menjadi sumber dari informasi dalam
sesuatu hal. Informasi akan dapat diperoleh dengan cara seseorang menangkap
informasi untuk membentuk pengetahuan tentang sesuatu hal. (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa Tingkat Kemandirian pada
responden Hipertensi di RT 06 RW 02 Duri Kepa menunjukkan tingkat kemandirian
yang menunjukkan paling tinggi pada tingkat kemandirian Mandiri yaitu ada 14
responden (87.5%). Tingkat Kemandirian atau ADL (Activity Daily Living) adalah
aktivitas perawatan diri yang harus responden lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.
ADL adalah ADL adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang
harinormal, aktivitas tersebut mencakup, ambulasi, makan, berpakaian,mandi, menyikat
gigi dan berhias dengan tujuan untuk memenuhi / berhubungan dengan perannya
sebagai pribadi dalamkeluarga dan masyarakat. Kondisi yang mengakibatkan
kebutuhanuntuk bantuan dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, temporer,permanen
atau rehabilitative.
Menurut Depkes (2011) keluhan yang umum dialami lansia yaitu mudah jatuh atau
sering jatuh berulang kali, mudah lelah, kekacauan pikiran (acute mental confusion),
nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdebar-
debar,pembengkakan pada kaki bagian bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri
pada sendi pinggul, berat badan menurun, sukar menahan kencing atau sering
ngompol, sukar menahan buang air besar, gangguan pada ketajaman penglihatan,
gangguan pada pendengaran, gangguan tidur/sulit tidur, keluhan pusing-pusing/sakit
kepala, keluhan perasaan dingin-dingin dan kesemutan pada anggota badan, mudah
gatal-gatal, adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh.
Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden berada pada kategori mandiri, hal
ini disebabkan oleh sebagian besar mereka berada pada kondisi umum baik. Dengan
kondisi yang sehat mereka dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa meminta bantuan
orang lain, atau sesedikit mungkin tergantung kepada orang lain. Sedangkan
responden yang tidak mandiri, mereka tidak dapat melakukan aktifitas sendiri, mereka
harus dibantu bahkan sama sekali tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
Responden yang tidak mandiri karena kondisi fisik yang sudah menurun karena proses
penuaan, dan adanya penyakit yang diderita responden menyebabkan responden
memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas. Selain itu juga karena
beberapa aktifitas yang sudah berbagi dan bahkan diambil alih oleh anak- anak dan
keluarga responden.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perhitungan dengan uji
Paired Sampel T-Test pada sistem komputerisasi SPSS 16.0, untuk pengaruh senam
hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi dengan analisis statistik
pada α = 0,05 diperoleh p = 0,000 < α = 0,05 yang berarti hipotesa nol (H0) ditolak atau
hipotesa kerja (H1) diterima, yang artinya ada pengaruh senam hipertensi lansia
terhadap tekanan darah lansia hipertensi di RT 06 RW 02 Kelurahan Duri Kepa
Kecamatan Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Destriana (2022) Ada pengaruh senam hipertensi terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan Hasil uji T Dependen
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikannya
terapi senam hipertensi pada kelompok eksperimen dengan hasil uji statistik ρ value
lebih kecil dari alpha (p<0,05).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan Astuti (2015) Hasil penelitian
menunjukkan ada efek senam hipertensi untuk pengurangan tekanan darah di Desa
Blembem Puskesmas Gondangrejo dengan nilai ρ value= 0.000. Berdasarkan hasil
penelitian senam hipertensi dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan
dalam memilih intervensi untuk orang tua yang memiliki hipertensi. Berolahraga secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan karena olahraga
menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi lebih kuat terhadap perubahan tekanan
darah dan kekenyalannya (elastisitasnya) dapat terpelihara, disertai dengan menjadi
lebih longgarnya (vasodilatasi) bagian arteriol dari susunan pembuluh darah. Jumlah
kapiler yang aktif dalam otot-otot yang diolahragakan adalah lebih banyak. Sehingga,
tekanan darah cenderung lebih normal, peredaran darah dan lintas cairan menjadi lebih
lancar (Giriwijoyo & Sidik, 2012).
Hasil penelitian Rizki M (2016) juga menunjukkan bahwa olahraga senam hipertensi
lansia dengan tekanan darah khususnya pada lansia cukup efektif dalam menurunkan
tekanan darah yang dilakukan 6 kali berturut- turut. Senam dilakukan 3 hari selama 3
minggu dengan hasil rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 11,26 mmHg
dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik adalah 18,48 mmHg. Hasil penelitian
ini sesuai dengan teori yang diatas. Peneliti berpendapat bahwa senam hipertensi
lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik adalah 133,04 mmHg dan tekanan
darah diastolik adalah 79,13 mmHg. Hasil wawancara dengan responden didapatkan
mereka merasa lebih segar, bugar dan sehat setelah melakukan senam hipertensi
lansia, yang dibarengi dengan menggunakan obat tradisional dan obat farmakologi
diberikan seminggu 1 x serta menerapkan pola hidup sehat untuk menjaga tekanan
darah agar tetap stabil.

Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian dan pembahasan, berikut ini merupakan simpulan dari
hasil penelitian ini :
Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas senam hipertensi terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di RT 06 RW 02 Kelurahan Duri Kepa
Kecamatan Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat. Ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh
senam hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan
hasil perhitungan dengan uji Paired Sampel T-Test pada sistem komputerisasi SPSS
16.0, untuk pengaruh senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi
dengan analisis statistik pada α = 0,05 diperoleh p = 0,000 < α = 0,05 yang berarti
hipotesa nol (H0) ditolak atau hipotesa kerja (H1) diterima, yang artinya ada pengaruh
senam hipertensi lansia terhadap tekanan darah lansia hipertensi di  RT 06 RW 02
Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon Jeruk Kota Jakarta Barat.

Ucapan Terima Kasih

Daftar Pustaka
Nurul, W. (2011). Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Multipress, ed). Yogyakarta .
LeMone, P., Burke, KM, & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Eliminasi dan Gangguan Kardiovaskular.
Nanda, ASA (2017). Perbedaan Segitiga Cinta Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Mahasiswa di
Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.
Dewi, TK (2013). GAMBARAN PENGETAHUAN WARGA TENTANG HIPERTENSI DI RW 02
SUKARASA KECAMATAN SUKASARI (Disertasi Doktor, Universitas Pendidikan Indonesia).
Pendidikan Asma Nasional, Program Pencegahan (Lembaga Jantung, Paru, & Darah
Nasional). (2003). Laporan panel ahli: pedoman untuk diagnosis dan manajemen asma:
pembaruan tentang topik-topik tertentu, 2002 (No. 2). Departemen Kesehatan dan Layanan
Kemanusiaan AS, Layanan Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Nasional, Institut Jantung,
Paru-Paru, dan Darah Nasional, Program Pendidikan dan Pencegahan Asma Nasional.
Junaidi, I. (2010). Hipertensi pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer.
FADILATUR, R. (2020). PENGARUH JUS SEMANGKA DAN JUS TOMAT TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI (Doctoral dissertation, STIKes
Ngudia Husada Madura).
Rahma, D., Suhaema, S., Luthfiyah, F., & Darawati, M. (2019). Pengaruh Pemberian Jus
Campuran Belimbing (Averhoa Carambola Linn) Dan Mentimun (Cucumis Sativus Linn)
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Mataram. Jurnal Gizi Prima (Jurnal Nutrisi Prima) , 3 (1), 8-17.
Tanuwijaya, MA (2012). Pengaruh Jus Belimbing Manis (Averhoe Carambola L) dan Semangka
(Citrullus vulgaris Schrad.) Terhadap Tekanan Darah Pria Dewasa.
Dalimartha, S. (2008). Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 2. Jakarta: Pustaka Bunda, 89.
Mu’nisa, A. (2012). Analisis kadar likopen dan uji aktivitas antioksidan pada tomat asal
Sulawesi Selatan. bionature, 13(1).
APRIZA, A. (2020). Perbedaan Efektifitas Konsumsi Jus Semangka Dan Jus Belimbing Wuluh
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangkinang Kota. Jurnal Ners, 4(1), 21-28.
Izhar, MD (2017). Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah di panti sosial tresna werdha
budi luhur jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi , 17 (1), 204-210.
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik: Aolikasi NANDA, NIC dan
NOC.
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung,
Kolestrol, dan Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Madijono, Sapto,. (2010). Bergembira dengan Senam. Semarang: Aneka Ilmu Jl. Raya
Semarang-Demak KM 8,5 Semarang.
Mahardani, N.M.A.F. (2010). Pengaruh senam jantung sehat terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi di klub Jantung Sehat Klinik Kardiovaskuler Rumah Sakit Hospital
Cinere tahun 2010. Skripsi: program Studi S-1 keperawatan.
Bandiyah, S. (2018). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia Medika.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan.
Pandean, G. V., & Surachmanto, E. E. (2016). Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif di
poliklinik smf ilmu penyakit dalam rsup prof. dr. rd kandou manado. e-CliniC, 4(1).
Indonesia, S. (2018). Badan pusat statistik. BPS-Statistik Indonesia .
Azizah (2016). Keperawatan Lanjut Usia Edisi I. Yogyakarta : Graha Ilmu

You might also like