You are on page 1of 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TERMINAL

DI SUSUN

KELOMPOK 3

1. ANDI ARDIANSYAH HASBI

2. RIKA RAHIM

3. SAHRUL ARISANDI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PHB

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


ii
Asuhan keperawatan pada pasien terminal

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................................i

Daftar isi ....................................................................................................................

..ii

BAB I pendahuluan

A. Latar belakang .........................................................................................................1

B. Tujuan… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..… .2

C. Rumusan masalah ....................................................................................................2

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Penyakit Terminal… … … … … … … … … … … … … … … … … .… ..… ...3

B. Jenis Penyakit Terminal… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ...........4

C. Manifestasi Klinik Fisik… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ...4

D. Etiologi… … … … … … … … … … … … … ..… … … … … … … … … … … … … … .......4

E. Tujuan keperawatan dengan kondisi terminal … … … … … … … … … … … … ..… ....5

F. Kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal… … … … … … … … … … … … ...… 5

G. Tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal… … … .… … … … … … ...… .5

H. Respon klien terhadap penyakit terminal… … … … … … … … … … … … … … … .… .6

I. Adaptasi pasien dengan penyakit terminal… … … … … … … .… … … … … … … … .… 7

J. Kematian… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .8

ii
BAB III ASKEP PASIEN TERMINAL

A. PengkajianRiwayat Kesehatan… … … … … … … … … … … … … … … … … … … .....10

B. Diagnosa Keperawatan… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ...… ..13

C. Intervensi Keperawatan… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… ...17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................18

B. Saran .......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .… … ..iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Death and Dying “ Kematian dan Proses Menuju Kematian” adalah

sebuah fenomena yang pasti akan terjadi atau akan dijumpai manusia dalam

kehidupannya. Kematian memang sebuah rahasia Tuhan, akan tetapi proses

menuju kematian adalah sebuah fenomena yang dapat dibahas dan

didiskusikan, bahkan lingkungan dapat memberikan proses pembelajaran yang

benar untuk menjalani proses menuju kematian yang lebih baik. Ketika

seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit yang tergolong berat dan

berstadium lanjut dimana pengobatan medis sudah tidak mungkin dilakukan

kepada si pasien, maka kondisi pasien tersebut akan mengalami sebuah

goncangan yang hebat. Kematian adalah salah satu jawaban pasti bagi para

pasien penyakit teminal. Berjalannya waktu baik itu pendek atau panjang, bagi

para pasien terminal penyakit adalah hari-hari yang sangat menyiksa karena

mereka harus menantikan kematian sebagai jawaban pasti dengan penderitaan

rasa nyeri yang sangat hebat. Berbagai macam peran hidup yang dijalani

selama ini pasti akan menghadapi kendala baik itu disebabkan karena kendala

fisik, psikologis, social, cultural maupun spiritual.

Demikian pula, diagnosis akan kematian pada para pasien penyakit

terminal akan lebih memberikan dampak konflik psikologis, social, cultural

maupun spiritual yang sangat unik. Sangat penting kita mempelajari konsep

penyakit terminal karena,sebagai tenaga kesehatan kita dapat mengetahui cara

menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan

pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan tenaga

kesehatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien

1
sehingga pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi

sakaratul maut.

B. TUJUAN

a. Tujuan khusus

Untuk mengetahui konsep penyakit terminal

b. Tujuan umum

1. Mengetahui pengertian penyakit terminal.

2. Mengetahui tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal.

3. Mengetahui kriteria penyakit terminal.

4. Mengetahui jenis-jenis penyakit terminal.

5. Memahami masalah yang berkaitan dengan penyakit terminal.

6. Mengetahui kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal.

7. Mengetahui tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal.

8. Mengetahui respon klien terhadap penyekit terminal.

9. Memahami adaptasi pasien dengan penyakit terminal.

10. Mengetahui apa itu kematian.

11. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien terminal.

C. MANFAAT PENELITAN

1. Dapat mengetahui pengertian penyakit terminal

2. Dapat mengetahui tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal

2
3. Dapat mengetahui kriteria penyakit terminal

4. Dapat mengetahui jenis-jenis penyakit terminal

5. Dapat memahami masalah yang berkaitan dengan penyakit teminal

6. Dapat mengetahui kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal

7. Dapat mengetahui tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal

8. Dapat mengetahui respon klien terhadap penyekit terminal

9. Dapat memahami adaptasi pasien dengan penyakit terminal

10. Dapat mengetahui pengertian kematian

11. Dapat mengetahui asuhan keperawatan klien terminal

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi

Kondisi Terminal adalah Suatu proses yang progresif menuju kematian

berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan

spiritual bagi individu.(Carpenito ,1995). Penyakit yang tidak dapat

disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam

waktu bervariasi

( Stuard & Sundeen , 1995).

Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat

progresif,pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan,

memperbaiki kualitas hidup (Tim medis RS Kanker Darmais,1996). Pasien

3
Terminal adalah Pasien – psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa

mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.

(P.J.M. Stevens, dkk. hal 282, 1999 ). Pendampingan dalam proses kematian

adalah suatu pendamping dalam kehidupan karena mati itu termasuk bagian

dari kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan akhirnya mati.

Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang

menuju kearah kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau

penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi

obat-obatan ,tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang dikatakan

di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian (White,2002).

Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana

tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis

sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien

penyakit terminal harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat

meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan.

Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut

akal sehat tidak ada harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan

sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.

B. Klasifikasi

Beberapa jenis penyakit terminal

1. Penyakit-penyakit kanker.

2. Penyakit-penyakit infeksi.

3. Congestif Renal Falure (CRF).

4. Stroke Multiple Sklerosis.

5. Akibat kecelakaan fatal.

6. AIDS

4
C. Manifestasi Klinik

1. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari

ujung kaki dan ujung jari.

2. Aktivitas dari GI berkurang.

3. Reflek mulai menghilang.

4. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama

pada kaki dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.

5. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.

6. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.

7. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok.

8. Penglihatan mulai kabur.

9. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri

10. Klien dapat tidak sadarkan diri.

D. Etiologi

1. Problem fisik Berkaitan dengan kondisi (penyakit terminalnya): nyeri,

perubahan berbagai fungsi sistem tubuh, perubahan tampilan fisik.

2. Problem psikologis (ketidakberdayaan) Kehilangan control,

ketergantungan, kehilangan diri dan harapan.

3. Problem social Isolasi dan keterasingan, perpisahan.

4. Problem spiritual.

Kehilangan harapan dan perencanaan saat ajal tiba

5. Ketidak-sesuaian Antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang

didapat (dokter, perawat, keluarga, dan sebagainya).

E. Tujuan Keperawatan Klien Dengan Kondisi Terminal

Tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal secara umum:

1. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi

2. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna

5
3. Membantu klien menerima rasa kehilangan

4. Membantu kenyamanan fisik

5. Mempertahankan harapan (faith and hope)

F. Kebutuhan Seseorang Dengan Penyakit Terminal

Seseorang dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan

kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal

tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal merupakan

komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan

tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang 8 proses

berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan

konsep komunikasi terapeutik. Saat berkomunikasi dengan klien dengan

kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam

menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi terapetik.

Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan

keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi

intervensi pelayanan paliatif (Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan

Perry 2010). Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur,

tunjukkan rasa empati.

G. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal

1. Closed Awareness

Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian,

tidak tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh.

2. Mutual Pretense

Dalam hal ini klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya

terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari

membicarakan kondis yang dihadapi klien. Ini berat bagi klien karena

tidak dapat mengekspresikan kekuatannya.

6
3. Open Awareness

Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada

diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk

membicarakannya. Pada tahap ini klien dapat dilibatkan untuk proses

intervensi keperawatan.

H. Respon Klien Terhadap Penyakit Terminal

Keadaan terminal dapat menimbulkan respon

Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.

(Purwaningsih dan kartina, 2009)

1. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa

klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas

terbatas.

2. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat

ditunjukan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan,

ketergantungan

3. Kehilangan situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati

sehari-hari bersama keluarga kelompoknya

4. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi

tubuh seperti panas, nyeri, dll

5. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan

gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa

7
6. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental

seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat

berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat

berpikir secara rasional

7. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit terminal merasa dirinya berubah mencakup

bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional

(bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan

mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah.

I. Adaptasi Pasien Dengan Penyakit Terminal

Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan penyakit terminal

sesuai dengan umurnya sebagai berikut:

1. Anak

Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik

oleh anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa

kematian adalah hidup di tempat lain dan orang dapat datang

kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari.

Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk

didiskusikan dan mereka biasanya menghindarkan anaknya dari

realita akan kematian dengan mengatakan bahwa orang mati akan

“ pergi” atau “ berada di surga” atau hanya tidur.Pada anak yang

mengalami penyakit terminal kesadaran mereka akan muncul secara

bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit

8
tetapi akan sembuh. Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak

bertambah baik dan belajar mengenai kematian dari teman

seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit mirip, lalu mereka

menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat

2. Remaja atau Dewasa muda

Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada

usia muda cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang

tiba-tiba dan kekerasan. Jika mereka mengalami terminal illness,

mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi semestinya dan

merasa marah dengan “ ketidakberdayaannya” dan

“ ketidakadilan” serta tidak adanya kesempatan untuk

mengembangkan kehidupannya. Pada saat seperti ini, hubungan

dengan ibunya akan menjadi lebih dekat.

3. Dewasa muda dan dewasa tua

Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin

tidak takut dengan kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka

menyadari bahwa mereka mungkin akan mati karena penyakit kronis.

Mereka juga memiliki masa lalu yang lebih panjang dibandingkan

orang dewasa muda dan memberikan kesempatan pada mereka

untuk menerima lebih banyak. Orang-orang yang melihat masa

lalunya dan percaya bahwa mereka telah memenuhi hal-hal penting

dan hidup dengan baik tidak begitu kesulitan beradaptasi dengan

penyakit terminal.

J. Kematian (Dying)

a. Definisi

Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti

keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian

9
adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap,

atau terhentinya kerja otak secara permanen.

b. Tahapan Penerimaan Terhadap Kematian (Kubler-ross’ s) Menurut

Yosep iyus (2007,175) merumuskan lima tahap ketika seseorang

dihadapkan pada kematian. Kelima tahap tersebut antara lain:

1. Denial (penyangkalan)

Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap

apa yang dihadapi atau yang sedang terjadi. Dan tidak siap

terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya. Ini

memungkinkan bagi pasien untuk membenahi diri. Dengan

berjalannya waktu, sehingga tidak refensif secara

radikal.Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika

seseorang didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar

orang akan merasa shock, terkejut dan merasa bahwa ini

merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah awal penyesuaian

diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh penyakit dan hal

tersebut merupakan hal yang normal dan berarti.

2. Marah

Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa

dipertahankan. Rasa kemarahan ini sering sulit dipahami oleh

keluarga atau orang terdekat oleh karena dapat terpicu oleh

hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa

marah ini sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi

kapan saja dan kepada siapa saja tetapi umumnya terarah

kepada orang-orang yang secara emosional punya kedekatan

hubungan.Pasien yang menderita penyakit terminal akan

mempertanyakan keadaan dirinya, mengapa ia yang menderita

10
penyakit dan akan meninggal. Pasien yang marah akan

melampiaskan kebenciannya pada orang-orang yang sehat

seperti teman, anggota keluarga, maupun staf rumah sakit.

3. Bargaining (menawar)

Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan

tuhan agar terhindar dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa

dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara terbuka. Secara

psikologis tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki

kesalahan atau dosa masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah

meninggalkan kemarahannya dalam berbagai strategi seperti

menerapkan tingkah laku baik demi kesehatan, atau melakukan

amal, atau tingkah laku lain yang tidak biasa dilakukannya

merupakan tanda bahwa pasien sedang melakukan

tawar-menawar terhadap penyakitnya.

4. Depresi

Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap

di mana pasien kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh,

sesak nafas dan lelah. Mereka akan merasa kesulitan untuk

makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit 13

atau ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai

akibat kehilangan ( past loss & impending loss), ekspresi

kesedihan ini verbal atau nonverbal merupakan persiapan

terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan apapun dan

siapapun.Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa

‘ anticipatory grief’ , di mana pasien akan menangisi

kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi dalam dua

tahap, yaitu ketika pasien berada dalam masa kehilangan

11
aktivitas yang dinilainya berharga, teman dan kemudian mulai

mengantisipasi hilangnya aktivitas dan hubungan di masa depan.

5. Penerimaan (acceptance)

Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa

marah dan memikirkan kematian. Beberapa pasien

menggunakan waktunya untuk membuat perisapan, memutuskan

kepunyaannya, dan mengucapkan selamat tinggal pada teman

lama dan anggota keluarga. Pada tahap menerima ini, klien

memahami dan menerima keadaannya yang bersangkutan mulai

kehilangan interest dengan lingkungannya, dapat menemukan

kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk

menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TERMINAL

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan

dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan.

Sebenarnya, pengkajian tersebut ialah proses berkesinambungan yang

dilakukan pada semua fase proses keperawatan. Misalnya, pada fase

evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil strategi

keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses

keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat

(Muttaqin, 2008).

1. Riwayat Kesehatan Klien

a.Riwayat kesehatan sekarang.

Riwayat ini berisikan mengenai penyakit yang sedang diderita klien

saat ini.

12
b.Riwayat kesehatan dahulu.

Yaitu berisikan mengenai keadaan pasien di masa lalu, apakah sudah

pernah opname di rumah sakit untuk penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga pasien.

Riwayat ini berisikan data apakah anggota keluarga sudah pernah

menderita penyakit yang sama dengan yang klien alami saat ini.

2. Prinsip dan konsep dalam etika keperawatan, budaya, norma, dalam

mengkaji pasien terminal

Beberapa perubahan fisik yang mungkin terjadi saat menjelang

kematian

a. pasien cenderung kurang respon terhadap keadaan

b. Melambatnya fungsi tubuh

c. pasien mulai tidak sengaja berkemih atau defekasi

d. Jatuhnya rahang pasien

e. Pernafasan pasien mulai terdengar dangkal dan tidak teratur

f. Peredaran darah mulai terasa perlambatannya, teraba dingin pada

bagian ekstermitas dan nadi semakin lemah.

g. pernafasan mulai tidak teratur dan terdengar dangkal

h. Warna pucat pada kulit

i. mata membelalak serta mulai tidak menunjukkan respon terhadap

rangsangan cahaya

3. Kesadaran pasien terminal.

Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018), mengkategorikan

kesadaran ini dalam 3 kategori

a. Closed Awareness/Tidak Mengerti.

Dalam keadaan ini, biasanya dokter lebih memilih agar tidak

menyampaikan prognose dan diagnose pada keluarga atau klien.

Namun, beda untuk perawat, hal ini akan sangat menyulitkan

13
lantaran perawat berkontak dengan pasien lebih dekat daripada

dokter, dan ucapkali ditanya oleh pasien terkait hal tersebut.

Perawat kerap disodorkan berbagai pertanyaan seperti kapan

pasien akan sembuh, atau kapan bisa pulang, dsb.

b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.

Dalam keadaan ini, bisa dikatakan klien diberikan kesempatan

agar bisa membuat keputusan tentang semua hal yang sifatnya

pribadi meskipun itu menjadi hal yang berat baginya

c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka.

Dalam tahap ini, pasien dan orang di sekitarnya sudah tahu

bahwa ajal sudah menjelang bagi pasien, dan mereka berusaha

untuk menerima serta mendiskusikannya walaupun tetap merasa

getir (Milia & Wijayanti, 2018).

4. Faktor-faktor yang perlu dikaji

a) Kebersihan Diri

Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan dirinya akan

kebersihan diri meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan

kebersihan mulut, kuku serta pemenuhan kebersihan setelah

buang air besar/kecil.

b) Rasa nyeri

Tingkat nyeri yang dirasakan, durasi nyeri, lokal, waktu nyeri,

penyebaran nyeri. Kemampuan pasien untuk menahan nyeri,

bagaimana koping pasien terhadap nyeri. Obat apa saja yang

telah diberikan untuk mengatasi nyeri.

c) Jalan Nafas

14
Perlu diperhatikan pola nafas, frekuensi nafas, bunyi nafas.

Seringkali bila didapatkan pasien dengan sesak nafas, perlu

dilihat juga apakah menggunakan otot-otot pernafasan. Bila

menggunakan oksigen sebagai bantuan nafas, maka identifikasi

kebutuhan oksigen agar tidak terjadi asidoses metabolik. Bagi

pasien yang sadar secara penuh mungkin akan lebih baik untuk

menerapkan posisi fowler dan pengeluaran sekresi lendir penting

dilakukan sebagai upaya membebaskan jalan nafas. Namun, bagi

pasien yang tidak sadar, posisi sim bisa menjadi posisi yang baik

dengan dipasangkan drainase dari mulut serta pemberian

oksigen.

d) Aktifitas

Perlu diperhatikan apakah pasien masih bisa beraktifitas untuk

keperluan diri sendiri atau sudah bergantung dengan orang lain.

Jika masih bergantung dengan oang lain, perlu dilihat kembali

apakah tingkat ketergantungan pasien total atau sebagian. Jika

kondisi pasien memungkinkan, maka pasien bisa mulai

mobilisasi seperti: berusaha turun dari ranjang tidur, mengganti

posisi tidur agar mencegah terjadinya decubitus, dan hal ini

dilakukan secara periodic. Bila perlu, bisa menggunakan alat

untuk menyangga tubuh pasien, karena tonus otot sudah

menurun.

e) Nutrisi

pasien mengalami nausea dan anorexia karena adanya

penurunan gerakan peristaltic dalam tubuhnya. Untuk mengatasi

hal ini, pasien bisa diberikan obat anti ametik untuk mengurangi

mual yang dirasakan, dan meningkatkan rangsangan nafsu

makan serta memberikan makanan dengan tingkat kalori tinggi

15
f) Eliminasi

Adanya penurunan, atau bahkan kehilangan tonus otot bisa

membuat pasien mengalami konstipasi, inkontinen feses dan urin.

Pemberian obat laxant bisa dikolaborasikan untuk mencegah

terjadinya konstipasi. Pasien yang mengalami inkontinensia isa

diberikan urinal, pispot secara periodic/ teratur. Selain itu, bisa

juga memasangkan duk yang diganti tiap saat atau bisa juga

dilakukan kateterisasi.

g) Perubahan Sensori

Klien dengan penyakit terminal stadium lanjut, sering terjadi

penurunan sensori terutama apabila penglihatan klien berubah

menjadi kabur, biasanya pasien mulai menghindari atau menola

untuk menghadapkan kepala ke arah lampu / tempat terang.

Pada saat seperti itu, klien memang masih bisa mendengar,

namun mungkin sudah tidak bisa merespon.

h) Kebutuhan Sosial

Terkadang pasien dalam keadaan terminal perlu ditempatkan

pada ruang tersendiri, terutama klien dengan penyakit khusus,

serta dalam upaya memenuhi seluruh kebutuhan hubungan

sosial dan keluarganya, beberapa hal yang bisa dilakukan

perawaat yaitu:

a) Menanyakan pada pasien atau keluarga siapa saja yang ingin

dihadirkan untuk bertemu dengan pasien, dan hal ini bisa

didiskusikan bersama keluarga, misal :teman terdekat,

anggota keluarga lain, sanak kerabat.

b) Berupaya menggali perasaan yang dirasakan klien

sehubungan dengan sakitnya saat ini hingga perlu dilakukan

diisolasi.

16
c) Menyarankan saudara dan teman klien untuk lebih sering

mengunjungi serta mengajak orang lain untuk menjenguk.

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di

alaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Diagnosa keperawatan pada pasien terminal berdasarkan phatway,

diagnosa yang mungkin muncul yaitu :

1) Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang berarti

2) Ketidakberdayaan berhubungan dengan program

perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang

3) Distres spiritual berhubungan dengan menjelang ajal

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018).

Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:

No
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

17
1. Berduka berhubungan Tujuan: setelah dilakukan Dukungan Proses Berduka
dengan kematian tindakan keperawatan
keluarga atau orang diharapkan tingkat Observasi
yang berarti berduka membaik
Identifikasi kehilangan yang
dihadapi.
Kriteria hasil:
Identifikasi proses berduka
1. Verbalisasi menerima
yang dialami
kehilangan meningkat.
Identifikasi sifat keterikatan
2. Verbalisasi harapan
pada benda yang hilang
meningkat.
atau orang yang meninggal.
3. Verbalisai perasaan
Identifikasi reaksi awal
sedih menurun
terhadap kehilangan.
4. Verbalisai perasaan
bersalah atau Terapeutik
menyalahkan orang Tunjukkan sikap menerima
lain menurun.
dan empati.
5. Marah menurun. Motivasi untuk
6. Panik menurun. menguatkan dukungan
keluarga atau orang
terdekat.

Motivasi agar mau


mengungkapkan perasaan
kehilangan.

Fasilitasi melakukan
kebiasaan sesuai dengan
budaya, agama dan norma
sosial.

18
Fasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis. Membaca
buku, menulis,
menggambar atau bermain)

Diskusikan strategi koping


yang dapat digunakan.

Edukasi

Jelaskan kepada pasien


dan keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah
tawar-menawar, sepresi
dan menerima adalah wajar
dalam menghadapi
kehilangan.

Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan.

Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan.

Ajarkan melewati proses

19
berduka secara bertahap.

Ketidakberdayaan Tujuan: setelah dilakukan Promosi Harapan


berhubungan dengan tindakan keperawatan Identifikasi harapan
program diharapkan keberdayaan p pasien dan keluarga dalam
perawatan/pengobatan meningkat pencapaian hidup.
yang kompleks atau Terapeutik
Kriteria hasil:
jangka panjang
Sadarkan bahwa kondisi
2. 1. Peryataan mampu yang dialami memiliki nilai
melaksanakan penting.

aktivitas Pandu mengingat


kembali kenangan yang
Meningkat. menyenangkan.
Libatkan pasien secara
2 2. Berpartisispasi aktif dalam perawatan
dalam perawatan Kembangkan rencana
meningkat. perawatan yang melibatkan
tingkat pencapaian tujuan
3. Persaan sederhana sampai dengan
tertekan(depresi) kompleks.
menurun. Berikan kesempatan
pada pasien dan keluarga
4. Pernyataan frustasi pasien terlibat dengan
menurun. dukungan kelompok.
Ciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan
spiritual.

Edukasi
Anjurkan
mengungkapkan perasaan

20
terhadap kondisi dengan
realistis
Anjurkan
mempertahankan hubungan.
Anjurkan
mempertahankan hubungan
terapeutik dengan orang lain.
Latih cara mengenang
dan menikmati masalalu
(mis. prestasi, pengalaman).

D. Implementasi

Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang

merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara

langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada

rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai

atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah

keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria

evaluasi.

21
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa penyakit terminal adalah

suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Contohnya seperti penyakit jantung

gagal ginjal ,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk

hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan

seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah

kematian.Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba

tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian

menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.Perawatan pasien yang

akan meninggal tetap harus dilakukan. Perawatan yang komprehensif tentang

orang yang menjelang ajal sangat jarang menuntut lebih dari manajemen symptom

yang hati-hati dan perhatian terhadap kebutuhan dasar fisik pasien secara

perorangan sebagai pribadi dan keluarganya.

B.Saran

22
1) Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,

tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien.

2) Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat

harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.

3) Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan

klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka

citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.).

dr Adrina &marina, penerjemah).Jakarta: EGC.

Kozier , Erb , Snyder.2010. Buku ajar Fundamental Keperawatan :

Konsep,Proses dan praktiks.edisi 7 .Volume 2. Jakarta : EGC

Ferrell,B.R& Coyle,N.(Eds.).(2007).Textbook of Palliative nursing, 2nd

ed.New York.NY:OxfordUniversity

Press KEPMENKES RI NOMOR:812/MENKES/SK/VII/2007 Tentang

Kebijakan Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik

Indonesia

23
24

You might also like