Professional Documents
Culture Documents
ANASTASYA ZEINAROSA
110118369
Yang Mengesahkan,
Dr. Finna Setiawan, S.Farm., M.Si. Kartini, S.Si., M.Si., Apt., Ph.D.
Farmasi
*
Corresponding author: Anastasya.zeinars@gmail.com
Abstract — Panax ginseng is a herbal medicine that is often used and proven to be efficacious as an antioxidant. In other
studies, many antioxidant assays were conducted on cultivated Panax ginseng plants. Therefore, in this study, tests were carried
out on Panax ginseng extract from tissue culture in the Hambang-Bio laboratory, University of Surabaya, which will then select the
most optimal extraction methodin ethanol 80%. The extraction methods used in this study were kinetic maceration, UAE, and
percolation with ethanol 80%. These three methods will be compared with the one-way ANOVA analysis method for calculating the
yield value, total phenol content, total saponin content, and antioxidant activity using the DPPH and ABTS methods. Vitamin C was
used as a comparison standard to show antioxidant activity. The results of the test of yield extract, total phenol content, total
saponin content, and antioxidant activity using DPPH and ABTS methods at a concentration of 1000 ppm by kinetic maceration,
respectively 20,38±0,45; 0,38%GAE; 1,05%; 14,67%; 45,53%, UAE 11,83±1,60; 0,46%GAE; 2,13%; 16,48%, 34,52%, and percolation
27,23±0,88; 0,49%GAE; 1,07%; 18,54%; 75,61%. From this research can be concluded that percolation is significantly more optimal
than kinetic maceration and UAE.
Abstrak— Panax ginseng merupakan obat herbal yang sering digunakan dan terbukti berkhasiat sebagai antioksidan. Pada
penelitian lain telah dilakukan berbagai pengujian aktivitas antioksidan kepada tanaman Panax ginseng terkultivasi. Oleh karena
itu, pada penelitian ini dilakukan pengujian pada ekstrak Panax ginseng hasil kultur jaringan laboratorium Hambang-Bio
Universitas Surabaya yang selanjutnya akan dipilih metode ekstraksi yang paling optimal pada pelarut etanol 80%. Metode
ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi kinetik, UAE, dan perkolasi dengan pelarut etanol 80%. Ketiga
metode ini akan dibandingkan dengan metode analisa anova satu arah, kruskall wallis, dan mann whitney u terhadap perhitungan
nilai rendemen, kadar fenol total, kadar saponin total, dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan ABTS. Vitamin C
digunakan sebagai standar pembanding untuk menunjukkan aktivitas antioksidan. Hasil pengujian rendemen ekstrak, kadar fenol
total, kadar saponin total, serta aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan ABTS pada konsentrasi 1000 ppm oleh maserasi
kinetik berturut-turut 20,38±0,45; 0,38%GAE; 1,05%; 14,67%; 45,53%, UAE 11,83±1,60; 0,46%GAE; 2,13%; 16,48%, 34,52%, dan
perkolasi 27,23±0,88; 0,49%GAE; 1,07%; 18,54%; 75,61%. Hal ini menunjukkan bahwa metode ekstraksi perkolasi secara signifikan
lebih optimal dibandingkan dengan maserasi kinetik dan UAE.
1. Pendahuluan
Penyakit degeneratif adalah penyakit tidak menular yang berlangsung kronis dan
timbul seiring dengan menurunnya kondisi tubuh saat proses penuaan seperti penyakit
jantung, stroke, tumor, hipertensi, obesitas, dan diabetes. Pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok, minum minuman beralkohol, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan polusi
menjadi faktor utama pemicu penyakit degeneratif. Menurut data WHO, hingga 2012 penyakit
degeneratif merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Hampir 17 juta orang meninggal
lebih awal setiap tahunnya dikarenakan penyakit degeneratif (Werdhasari, 2014). Diketahui
bahwa ketidakmampuan sistem antioksidan tubuh dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit degeneratif. Senyawa radikal bebas akan mengambil partikel dari molekul lain agar
menjadi molekul yang stabil. Hal ini akan memulai reaksi berantai dan merusak sel-sel penting
pada tubuh (Handajani, Roosihermiatie and Maryani, 2012).
Obat herbal yang sering digunakan tidak hanya di pengobatan China, tetapi juga
seluruh dunia adalah ginseng (Panax ginseng). Ginseng (Panax ginseng) mengandung
ginsenosides sebagai senyawa utama yang juga dikenal sebagai saponin atau triterpenoid
(Chen, Balan and Popovich, 2019). Ginsenosides telah terbukti memiliki berbagai aktivitas
biologis, termasuk peningkatan biosintesis kolesterol (Hou et al., 2012), antikanker,
antidiabetes, antiinflamasi, hepatoprotection, antipenuaan, dan antioksidatif (Zhang et al.,
2020). Selain ginsenoside, ginseng (Panax ginseng) juga memiliki senyawa fenol. Senyawa fenol
dapat berfungsi sebagai agen antioksidan dengan menghambat radikal bebas melalui transfer
hidrogen atom dari gugus hidroksilnya (Francenia Santos-Sánchez et al., 2019). Namun,
tanaman ginseng (Panax ginseng) tumbuh di negara beriklim subtropis khususnya Cina, Jepang,
dan Korea (Zhang et al., 2020) serta budidaya tanah untuk tanaman ini memakan waktu 4
hingga 6 tahun. Selain itu, ginseng sangat rentan terhadap tekanan lingkungan sehingga
akarnya akan membusuk di tahun keenam. Oleh karena itu, tingkat keberlangsungan hidup
ginseng (Panax ginseng) rendah dan memerlukan biaya budidaya yang tinggi (Shin et al., 2016).
Dikarenakan sulitnya budidaya ginseng di Indonesia, maka akhir-akhir ini budidaya ginseng
(Panax ginseng) dilakukan dengan kultur jaringan yang pada penelitian ini dilakukan di
laboratorium Hambang-Bio Universitas Surabaya. Kultur jaringan dapat menghasilkan
biomassa ginseng yang setara dengan ginseng terkultivasi selama 4 hingga 6 tahun dalam 8
minggu.
Sebelum ginseng (Panax ginseng) dijadikan dalam bentuk formulasi, tentunya bahan
obat herbal ini perlu diekstraksi terlebih dahulu. Ekstraksi adalah salah satu tahapan yang
sangat penting dalam pengobatan obat herbal. Banyak metode ekstraksi termasuk reflux cara
panas, soxhlet, dan microwave yang telah diterapkan dalam ekstraksi akar ginseng (Zhao,
Zhang and Zhou, 2019). Namun, metode ekstraksi yang menggunakan panas dapat mengurangi
jumlah bahan aktif khususnya ginseoniside hingga 50% dari ginseng segar (Mancuso and
Santangelo, 2017). Oleh karena itu, perlu adanya optimasi metode ekstraksi yang digunakan
untuk mendapatkan efektivitas ginseng (Panax ginseng) terbaik. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian antioksidan ekstrak etanol 80% ginseng (Panax ginseng) terkultur dengan tiga
metode ekstraksi cara dingin, yaitu maserasi kinetik, perkolasi, dan Ultrasound Assisted
Extraction (UAE).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi maserasi
kinetik, perkolasi, dan Ultrasound Assisted Extraction (UAE) terhadap rendemen ekstrak, kadar
fenol total, kadar saponin total, dan aktivitas antioksidan pada ekstrak ginseng (Panax ginseng)
dalam etanol 80% dan mendapatkan metode ekstraksi optimum. Diharapkan penelitian ini
dapat digunakan sebagai sumber informasi terkait metode yang optimum terhadap ekstrak
tanaman ginseng (Panax ginseng) terkultur dengan pelarut etanol 80% yang berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat dijadikan salah satu pilihan terapi herbal dan dapat dijadikan sebagai
dasar penelitian bagi penelitian selanjutnya.
Gambar 1. Bagan Hasil Perbandingan Rendemen Ekstrak Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80% pada
Metode Ekstraksi Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi.
3.2 Organoleptis, Kelarutan, dan LOD
3.2.1 Organoleptis Simplisia Panax ginseng
Gambar 2. Organoleptis simplisia Panax ginseng. a) Simplisia Panax ginseng setelah pengeringan; b)
Serbuk simplisia Panax ginseng yang telah dihaluskan; c) Serbuk simplisia Panax ginseng yang telah
diayak
3.2.2 Organoleptis Ekstrak Kental Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80%
Pengamatan organoleptis ekstrak kental Panax ginseng (Gambar 3) dilakukan dengan
metode spot. Ketiga ekstrak kental pada masing-masing metode memiliki warna hitam pekat.
Bau dan rasa ekstrak kental sama dengan ekstrak kering.
Gambar 3. Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Kental Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80%. a)
Maserasi Kinetik; b) UAE; c) Perkolasi
3.2.3 Organoleptis Ekstrak Kering Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80%
Pengamatan organoleptis ekstrak Panax ginseng (Tabel 2) dilakukan dengan
melarutkan 1 gram ekstrak kering ke dalam 100 mL air kemudian diamati warna, bau, dan rasa
larutan ekstrak. Ekstrak Panax ginseng dengan etanol 80% pada ketiga metode memiliki warna
cokelat dengan intensitas warna yang berbeda, tidak memiliki bau dan memiliki rasa sedikit
pahit.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Panax ginseng dengan Etanol 80%
No. Metode Warna larutan Rasa Bau
Hasil pengamatan warna secara visual pada ekstrak kering Panax ginseng pada ketiga
metode ekstraksi dominan berwarna coklat. Seluruh ekstrak kering Panax ginseng tidak
berbau, dan terasa agak pahit dan berwarna kuning pekat saat dilarutkan dengan air. Warna
ekstrak kering dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Hasil Pengukuran Kelarutan dan LOD Ekstrak Kering Panax ginseng dengan Pelarut Etanol
80%. a) Maserasi Kinetik; b) UAE; c) Perkolasi
Ekstrak kering Panax ginseng pada metode perkolasi memiliki nilai LOD tertinggi.
Intensitas warna yang berbeda pada ekstrak kering Panax ginseng berbanding lurus dengan
besar LOD. Seluruh ekstrak kering Panax ginseng memenuhi ketentuan BPOM dimana kadar air
dari sediaan padat obat dalam harus tidak lebih dari 10%.
Tabel 3. Kelarutan dan LOD Ekstrak Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80%
No. Metode Kelarutan Replikasi %LOD x̄ (%)
2 2,81%
3 3,67%
2 2,88%
3 4,87%
2 6,67%
3 3,46%
1.2
1 f(x) = 0.0918012046535933 x − 0.0134107648725214
R² = 0.998590367153338
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)
Gambar 5. Kurva Baku Kerja Asam Galat
Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Fenol Total dari Ekstrak Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80%
dengan Metode Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi
Metode %GAE (x̄±SD)
Maserasi Kinetik 0,38±0,01
UAE 0,46±0,02
Perkolasi 0,49±0,02
Perhitungan statistik dilakukan dan diketahui bahwa kadar fenol total ekstrak Panax
ginseng pada metode perkolasi dan UAE tidak berbeda signifikan. Maka dari itu, meskipun
perkolasi lebih tinggi dibandingkan dengan UAE keduanya dianggap setara. Namun, jika
dibandingkan dengan maserasi kinetik, ketiganya berbeda signifikan seperti yang tertera pada
gambar 6.
Gambar 6. Bagan Hasil Perbandingan Kadar Fenol Total Ekstrak Panax ginseng dengan Pelarut Etanol
80% pada Metode Ekstraksi Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi.
Pada penelitian lain, didapat kadar fenol pada akar tanaman Panax ginseng terkultivasi
selama 6 tahun dari Gaeseong Ginseng Cooperative sebesar 12,10 mg GAE/100 g (Kim, 2016).
Nilai ini setara dengan 1.21%. Pada perkolasi, meskipun rendemen ekstrak yang diperoleh
paling besar namun pemekatan pada ekstrak Panax ginseng dengan metode ini lebih lama
dibandingkan ekstraksi lain karena mengandung banyak pelarut sehingga diduga banyak
senyawa aktif yang hilang. Selain itu, tanaman Panax ginseng hasil kultur jaringan yang dipakai
pada penelitian ini berusia 8 minggu. Hal ini mengakibatkan kadar senyawa aktif terkandung
lebih sedikit dibandingkan dengan Panax ginseng terkultivasi selama 6 tahun.
Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Saponin Total dari Ekstrak Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80%
dengan Metode Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi
Metode Ekstraksi Crude saponin (b/b)
Maserasi Kinetik 1,05
UAE 2,13
Perkolasi 1,07
Tabel 7. Aktivitas Antioksidan Metode DPPH dari Ekstrak Panax ginseng dengan Etanol 80%
pada Metode Ekstraksi Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi.
%Peredaman (x̄±SD)
Konsentrasi (ppm)
Maserasi Kinetik UAE Perkolasi
250 9,90±0,07 2,07±0,37 4,70±0,15
500 10,40±0,26 6,28±0,30 9,45±0,15
750 11,58±0,20 9,29±0,52 15,47±0,23
1000 14,67±0,22 16,48±0,59 18,54±0,64
Gambar 8. Hubungan Aktivitas Antioksidan Metode DPPH dari Ekstrak Panax ginseng pada
Metode Ekstraksi Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi.
Tabel 6. Aktivitas Antioksidan Metode ABTS dari Ekstrak Panax ginseng dengan Pelarut Etanol 80% pada
Metode Ekstraksi Maserasi Kinetik, UAE, dan Perkolasi.
%Peredaman (x̄±SD)
Konsentrasi (ppm)
Maserasi Kinetik UAE Perkolasi
250 13,58±3,71 14,55±0,43 56,54±0,75
500 26,10±2,41 22,00±0,63 60,67±0,09
750 42,49±4,50 24,69±0,68 69,68±0,57
1000 45,53±0,70 34,52±0,46 75,61±1,66
IC₅₀ - - 35,09
Kesimpulan
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, perkolasi memiliki
nilai rendemen ekstrak tertinggi sebesar 27,23±0,88. Selain itu, jika dilihat dari kadar fenol
total, perkolasi memiliki nilai tertinggi dengan nilai GAE sebesar 0,488%. Perkolasi juga
memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dalam metode DPPH dan ABTS berturut-turut
pada konsentrasi 1000 ppm sebesar 18,54±0,64 dan 75,61±1,66. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa ekstraksi Panax ginseng dalam pelarut 80% dengan metode perkolasi jika
ditinjau dari rendemen ekstrak, kadar fenol total, dan aktivitas antioksidan memberikan hasil
yang lebih tinggi dibandingkan dengan maserasi kinetik dan UAE. Dilihat dari kadar saponin
total, ekstraksi dengan menggunakan metode UAE memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan maserasi kinetik dan perkolasi. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
perkolasi merupakan metode ekstraksi yang optimum dibandingkan dengan maserasi kinetik
dan UAE.
Pustaka Acuan
Candra, L. M. M., Andayani, Y. and Wirasisya, D. G. (2021) ‘Pengaruh Metode Ekstraksi
Terhadap Kandungan Fenolik Total dan Flavonoid Total Pada Ekstrak Etanol Buncis
(Phaseolus vulgaris L.)’, Jurnal Pijar Mipa, 16(3), p. 397. doi: 10.29303/jpm.v16i3.2308.
Chen, W., Balan, P. and Popovich, D. G. (2019) ‘Review of ginseng anti-diabetic studies’,
Molecules, 24(24), pp. 1–16. doi: 10.3390/molecules24244501.
Dai, J. and Mumper, R. J. (2010) ‘Plant phenolics: Extraction, analysis and their antioxidant and
anticancer properties’, Molecules, 15(10), pp. 7313–7352. doi:
10.3390/molecules15107313.
Departemen Kesehatan RI (2020) FARMAKOPE INDONESIA VI.
Francenia Santos-Sánchez, N. et al. (2019) ‘Antioxidant Compounds and Their Antioxidant
Mechanism’, Antioxidants, (March). doi: 10.5772/intechopen.85270.
Gahlot, M. et al. (2018) ‘Study on Yield of Plant Extracts Using Different Solvents and Methods’,
Bull. Env. Pharmacol. Life Sci, 7(May), pp. 65–67.
Handajani, A., Roosihermiatie, B. and Maryani, H. (2012) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif Di Indonesia’, Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 13(1). doi: 10.22435/bpsk.v13i1Jan.2755.
Hou, J. G. et al. (2012) ‘Highly selective microbial transformation of major ginsenoside Rb1 to
gypenoside LXXV by Esteya vermicola CNU120806’, Journal of Applied Microbiology,
113(4), pp. 807–814. doi: 10.1111/j.1365-2672.2012.05400.x.
Kim, J. S. (2016) ‘Investigation of phenolic, flavonoid, and vitamin contents in different parts of
Korean ginseng (Panax ginseng C.A. Meyer)’, Preventive Nutrition and Food Science,
21(3), pp. 263–270. doi: 10.3746/pnf.2016.21.3.263.
Mancuso, C. and Santangelo, R. (2017) Panax ginseng and Panax quinquefolius: From
pharmacology to toxicology, Food and Chemical Toxicology. Elsevier Ltd. doi:
10.1016/j.fct.2017.07.019.
Nuri, N. et al. (2020) ‘Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap Kadar Fenol dan Flavonoid Total,
Aktivitas Antioksidan serta Antilipase Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)’, Jurnal
Sains Farmasi & Klinis, 7(2), p. 143. doi: 10.25077/jsfk.7.2.143-150.2020.
Ramayani, S. L. et al. (2021) ‘Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Total Fenolik dan
Kadar Total Flavonoid Daun Talas (Colocasia esculenta L.) The influence of a method of
the extraction of against the level of the total content of phenolic and total flavonoid
leaves taro (Colocas’, Journal of Pharmacy, 10(1), pp. 11–16.
Sasongko, A. et al. (2018) ‘Aplikasi Metode Nonkonvensional Pada Ekstraksi Bawang Dayak’,
JTT (Jurnal Teknologi Terpadu), 6(1), p. 8. doi: 10.32487/jtt.v6i1.433.
Sayuti, M. (2017) ‘Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi, Bagian dan Jenis Pelarut Terhadap
Rendemen dan Aktifitas Antioksidan Bambu Laut (Isis hippuris)’, Tecnology Science and
Engineering Journal, 1(3), pp. 166–174.
Setiawan, F., Yunita, O. and Kurniawan, A. (2018) ‘Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kayu
secang dan FRAP’, Media Pharmaceutica Indonesiana, 2(2), pp. 82–89.
Shin, J. S. et al. (2016) ‘Metabolomic approach for discrimination of four- and six-year-old red
ginseng (Panax ginseng) using UPLC-QToF-MS’, Chemical and Pharmaceutical Bulletin,
64(9), pp. 1298–1303. doi: 10.1248/cpb.c16-00240.
Susanti, N. M. P. et al. (2014) ‘Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks Terhadap
Rendemen Andrografolid dari Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)
Nees)’, Universitas Udayana, pp. 29–32.
Tran, M. H. et al. (2007) ‘α-amylase and protein tyrosine phosphatase 1B inhibitory of some
Vietnamese medicinal plants used to treat diabetes’, Natural Product Sciences, 13(4),
pp. 311–316.
Werdhasari, A. (2014) ‘Peran Antioksidan Bagi Kesehatan’, Jurnal Biomedik Medisiana
Indonesia, 3(2), pp. 59–68.
Wu, J., Lin, L. and Chau, F. T. (2001) ‘Ultrasound-assisted extraction of ginseng saponins from
ginseng roots and cultured ginseng cells’, Ultrasonics Sonochemistry, 8(4), pp. 347–
352. doi: 10.1016/S1350-4177(01)00066-9.
Zhang, H. et al. (2020) ‘Characteristics of Panax ginseng cultivars in Korea and China’,
Molecules, 25(11), pp. 1–18. doi: 10.3390/molecules25112635.
Zhao, J. L., Zhang, M. and Zhou, H. L. (2019) ‘Microwave-Assisted Extraction, Purification,
Partial Characterization, and Bioactivity of Polysaccharides from Panax ginseng’,
Molecules, 24(8). doi: 10.3390/molecules24081605.